Ringkasan dokumen ini adalah sebagai berikut:
1) Dokumen ini membahas tentang tingkat keberhasilan penetasan telur penyu hijau di beberapa pulau di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur.
2) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan penetasan berdasarkan karakteristik pantai di tiga pulau.
3) Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi untuk evaluasi pengelolaan sumber daya
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Mujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Pemutihan karang (menjadi pudar atau berwarna putih salju) terjadi akibat berbagai tekanan, baik secara alami maupun karena manusia, yang menyebabkan degenerasi atau hilangnya zooxanthellae pewarna dari jaringan karang. Dalam keadaan normal, jumlah zooxanthellae berubah sesuai dengan musim sebagaimana penyesuaian karang terhadap lingkungannya (Brown et al. dalam Westmacott et al., 2000)
Pemutihan dapat menjadi sesuatu hal yang biasa di beberapa daerah. Selama peristiwa pemutihan, karang kehilangan 60 – 90% dari jumlah zoooxanthellae-nya dan zoooxanthellae yang masih tersisa dapat kehilangan 50 -80% dari pigmen fotosintesisnya (Glynn dalam Westmacott et al., 2000). Ketika penyebab masalah itu disingkirkan, karang yang terinfeks dapat pulih kembali dan jumlah zoooxanthellae akan kembali normal, tergantung dari durasi dan tingkat gangguan lingkungan. Gangguan yang berkepanjangan dapat menyebabkan kematian sebagian atau keseluruhan tidak hanya kepada individu koloni tetapi juga terumbu karang secara luas.
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Mujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Pemutihan karang (menjadi pudar atau berwarna putih salju) terjadi akibat berbagai tekanan, baik secara alami maupun karena manusia, yang menyebabkan degenerasi atau hilangnya zooxanthellae pewarna dari jaringan karang. Dalam keadaan normal, jumlah zooxanthellae berubah sesuai dengan musim sebagaimana penyesuaian karang terhadap lingkungannya (Brown et al. dalam Westmacott et al., 2000)
Pemutihan dapat menjadi sesuatu hal yang biasa di beberapa daerah. Selama peristiwa pemutihan, karang kehilangan 60 – 90% dari jumlah zoooxanthellae-nya dan zoooxanthellae yang masih tersisa dapat kehilangan 50 -80% dari pigmen fotosintesisnya (Glynn dalam Westmacott et al., 2000). Ketika penyebab masalah itu disingkirkan, karang yang terinfeks dapat pulih kembali dan jumlah zoooxanthellae akan kembali normal, tergantung dari durasi dan tingkat gangguan lingkungan. Gangguan yang berkepanjangan dapat menyebabkan kematian sebagian atau keseluruhan tidak hanya kepada individu koloni tetapi juga terumbu karang secara luas.
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Mujiyanto -
Ekosistem lamun sangat berperan dalam kelangsungan hidup juvenil ikan, dimana padang lamun sebagai daerah asuhan (nursery ground) merupakan tempat yang tepat bagi biota-biota laut yang masih muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan hidup. Kelimpahan dan struktur komunitas juvenile ikan pada ekosistem lamun dapat berubah-ubah menurut waktu, dan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas juvenil ikan di padang lamun pada kawasan perairan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada bulan Juni, September dan Desember 2012 (Musim Timur, Peralihan dan Barat). Pengambilan sampel juvenil ikan diambil dengan small beam trawl di lima stasiun penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling method. Selanjutnya pengambilan sampel lamun menggunakan metode transek kuadran 1x1 meter. Hasil penelitian menunjukan bahwa juvenil ikan di padang lamun dalam 3 kali sampling berhasil didapat 683 individu, terdiri dari 16 famili dengan 42 spesiesi. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,25-4,74 dimana indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun Pulau Kembar sbesar 4,74 dengan 15 spesies. Hal ini juga didukung oleh persentase penutupan lamun tertinggi di stasiun Pulau Kembar sebesar 99,80 %.
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Mujiyanto -
Echinodermata memiliki peran penting dalam ekologi laut yang hidup di dasar perairan yang berperan dalam menjaga tingkat kesuburan sedimen dan merupakan deposit feeder. Larva dan biota dewasa dari echinodermata juga merupakan bahan pasokan makanan bagi biota lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji populasi echinodermata di daerah perairan padang lamun pulau Parang, Karimunjawa dimana sampel diidentifikasi secara visual langsung dengan bantuan transek 5x5 meter menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Laganum laganum dan Holothuria atra merupakan spesies yang mendominasi di setiap stasiun pengamatan diduga karena cocok dengan kondisi lingkungan. Spesies yang ditemukan pada lokasi Pulau Kembar, Pulau Kumbang, Legon Boyo, Batu Merah cukup bervariasi dengan jumlah spesies tinggi, sedangkan pada Pulau Nyamuk hanya ditemukan sedikit.
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Sutrisna Sandi
presentasi ini berisi sebagian informasi mengenai lingkungan khususnya di kepulauan indonesia. terdapat banyak sekali potensi yang dapat di hasilkan oleh kaum pribumi untuk keberlangsungan kehidupan dalam hal perekonomian warga sekitar, sekaligus membiasakan hidup dengan menghormati alam sekitar supaya tidak tercemar dan tetap terjaga.
Apabila dalam presentasi ini terdapat kekeliruan atau kesalahan informasi silahkan di koreksi dan mohon untuk di lengkapi.
Thanks,
Monitoring Sebaran dan Tutupan Komponen Dasar Terumbu Karang Serta Identifikasi Batas Wilayah pada DPL (Daerah Perlindungan Laut) Desa Patikarya di Wilayah Kerja COREMAP II
Kabupaten Selayar
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Bab i new
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyu seaturtle, binatang purba penghuni lautan luas ini sudah cukup
familiar bagi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Binatang tersebut dapat
mencapai umur hingga ratusan tahun dan mempunyai wilayah jelajah yang sangat
luas, bahkan lintas negara. Di dunia, terdapat 7 spesies penyu dan 6 di antaranya
dapat dijumpai di laut Indonesia, yaitu Chelonia mydas (penyu hijau),
Eretmochelys imbricata (penyu sisik), Natator depresus (penyu pipih), Caretta
carretta (penyu lekang), Lepidochelys olivaceae (penyu tempayan), dan
Dermochelys olivaceae (penyu belimbing) (Fachrudin, 2008).
Pada saat ini populasi penyu di Indonesia dan seluruh dunia dalam keadaan
terancam punah. Dunia Internasional melalui IUCN (International Union for the
Conservation of Nature and Natural Resouces) mengkategorikan dalam status
terancam punah (endangered) dan genting (critically endangered), serta CITES
(Convention on Internasional Trade of Endangered Spesies) memasukkannya ke
dalam Appendix I, yaitu larangan untuk dimanfaatkan dan diperdagangkan
kecuali untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan budidaya (Anonim, 2010a).
Kepulauan Derawan berada di Laut Sulawesi (2°17' N - 118°13' E) daerah
pesisir Kalimantan Timur, Indonesia. Pulau-pulau tersebut antara lain termasuk
Pulau Sangalaki, Pulau Belambangan, Pulau Sambit, Pulau Mataha, Pulau
Semama, Pulau Bilang-bilangan, Pulau Balikukup dan Pulau Derawan sendiri. Di
Kepulauan Derawan terdapat beberapa ekosistem pesisir dan pulau kecil yang
sangat penting yaitu terumbu karang, padang lamun dan hutan bakau (hutan
mangrove). Terdapat beberapa spesies seperti penyu hijau, penyu sisik, paus,
lumba-lumba, kima, ketam kelapa, duyung, ikan barakuda dan beberapa spesies
lainnya (Anonim, 2010b).
Kira-kira 2-3 juta telur penyu dikumpulkan tiap tahunnya, hal ini
mengindentifikasikan bahwa pulau-pulau tersebut merupakan daerah peneluran
2. 2
yang baik bagi penyu, karena memiliki karakteristik pantai yang sesuai dengan
habitat peneluran seperti vegetasi pantai didominasi oleh tumbuhan pandan,
pantainya yang luas dan landai dengan kemiringan 300 dari pasang surut, tekstur
pasir 0,28-0,31 mm, tekstur debu dan tekstur liat yang mempengaruhi peneluran
tersebut. Beberapa pulau-pulau menjadi pelabuhan bagi telur-telur penyu dan
menjadi situs sarang penyu hijau (Green turtle) terbesar di Indonesia
(Anonim, 2010a).
Faktor penting yang menentukan kelangsungan hidup populasi penyu hijau
adalah tersedianya habitat. Penyu hijau mempunyai habitat yang berbeda-beda
dalam kehidupannya seperti mencari makan yang tidak jauh dari daerah bertelur,
habitat untuk kawin dan habitat yang sesuai untuk peneluran karena tidak semua
pantai dapat dijadikan penyu untuk tempat peneluran dan penetasan. Keberhasilan
penetasan telur penyu hijau (Chelonia mydas L.) secara alamiah dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan pantai itu sendiri seperti suhu lingkungan, letak sarang,
kedalaman sarang, keadaan vegetasi, struktur pasir, pasang surut air laut, lebar
pantai dan kelandaian pantai (Anonim, 2008).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tingkat keberhasilan penetasan telur penyu hijau (Chelonia mydas L.)
berdasarkan karakteristik pantai di Kepulauan Derawan Kabupaten Berau
Kalimantan Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat keberhasilan penetasan telur penyu hijau (Chelonia
mydas L.) berdasarkan karakteristik pantai di Kepulauan Derawan Kabupaten
Berau Kalimantan Timur.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
penetasan telur penyu hijau (Chelonia mydas L.) berdasarkan karakteristik pantai
di Pulau Sangalaki, Semama dan Derawan Kabupaten Berau Kalimantan Timur.
3. 3
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi tentang tingkat
keberhasilan penetasan telur penyu hijau (Chelonia mydas L.) berdasarkan
karakteristik pantai di Kepulauan Derawan Kabupaten Berau Kalimantan Timur,
dalam rangka evaluasi sistem pengelolaan sumber daya hayati dan pengembangan
potensi penyu sebagai dasar acuan pengambilan keputusan, maupun kebijakan
dalam usaha-usaha pelestarian dan penelitian.