Dokumen tersebut membahas konsep penyakit tetanus, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit tetanus. Penyakit ini disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani dan bermanifestasi dengan kejang otot. Diagnosis didasarkan pada riwayat luka dan gejala klinis kejang, sedangkan penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, relaksan otot, dan
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep penyakit tetanus, termasuk pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala, komplikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit tetanus.
2. Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani, dengan gejala kejang otot dan kaku. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh luka dalam yang terkontaminasi.
3. Diagnosis tetanus
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosa, komplikasi, pencegahan, dan penatalaksanaan tetanus. Tetanus disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani yang memasuki tubuh melalui luka dan menyebabkan kejang otot serta kekakuan. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan diperlukan penanganan darurat untuk mencegah komplikasi berbahaya seperti
Pasien wanita berusia 70 tahun dirawat dengan keluhan sulit membuka mulut, kaku leher, dan kejang sejak menderita luka tusuk di tangan. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan kriteria Patel Joag didiagnosis menderita tetanus umum grade IV disertai gangguan sistem otonom.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang menyebabkan kejang otot secara proksimal dan kekakuan otot. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh luka dalam yang kotor dan tidak dirawat dengan baik, serta faktor risiko seperti usia lanjut atau belum divaksinasi. Gejala utamanya adalah ketegangan otot rahang, leher, dan dinding perut serta kesulitan bernapas.
Dokumen ini memberikan panduan asuhan keperawatan untuk pasien infark miokard akut. Ini mencakup definisi kondisi, penilaian gejala klinis seperti nyeri dada dan EKG, diagnosis keperawatan seperti nyeri akut dan kecemasan, intervensi seperti pemantauan dan edukasi pasien, serta evaluasi hasil perawatan.
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep penyakit tetanus, termasuk pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala, komplikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit tetanus.
2. Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani, dengan gejala kejang otot dan kaku. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh luka dalam yang terkontaminasi.
3. Diagnosis tetanus
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosa, komplikasi, pencegahan, dan penatalaksanaan tetanus. Tetanus disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani yang memasuki tubuh melalui luka dan menyebabkan kejang otot serta kekakuan. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan diperlukan penanganan darurat untuk mencegah komplikasi berbahaya seperti
Pasien wanita berusia 70 tahun dirawat dengan keluhan sulit membuka mulut, kaku leher, dan kejang sejak menderita luka tusuk di tangan. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan kriteria Patel Joag didiagnosis menderita tetanus umum grade IV disertai gangguan sistem otonom.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang menyebabkan kejang otot secara proksimal dan kekakuan otot. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh luka dalam yang kotor dan tidak dirawat dengan baik, serta faktor risiko seperti usia lanjut atau belum divaksinasi. Gejala utamanya adalah ketegangan otot rahang, leher, dan dinding perut serta kesulitan bernapas.
Dokumen ini memberikan panduan asuhan keperawatan untuk pasien infark miokard akut. Ini mencakup definisi kondisi, penilaian gejala klinis seperti nyeri dada dan EKG, diagnosis keperawatan seperti nyeri akut dan kecemasan, intervensi seperti pemantauan dan edukasi pasien, serta evaluasi hasil perawatan.
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi sistem saraf pusat (CNS) yang meliputi empat jenis utama: ensefalitis (peradangan otak), meningitis (peradangan selaput otak), abses otak (pus di otak), dan mielitis (peradangan sumsum tulang belakang). Berbagai etiologi seperti virus, bakteri, dan jamur dapat menyebabkan keempat jenis infeksi CNS tersebut dengan manifestasi klinis berupa gangguan kesadaran
Penyakit Meniere merupakan gangguan telinga dalam yang ditandai dengan episode vertigo berulang disertai gangguan pendengaran dan tinnitus. Gejala klasiknya adalah trias vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran pada nada rendah secara unilateral. Patofisiologinya disebabkan oleh akumulasi cairan (hydrops endolimf) di telinga dalam yang menyebabkan kerusakan sel-sel rambut sensoris. Diagnosa didasarkan pada anamnesa
Laporan kasus ini membahas pasien wanita berusia 47 tahun yang dirawat karena kejang dan kaku seluruh tubuh setelah luka jahitan di jari tangan. Pasien didiagnosis menderita tetanus akibat infeksi Clostridium tetani yang masuk lewat luka tersebut.
Ensefalitis adalah infeksi sistem saraf pusat yang disebabkan virus atau mikroorganisme lain. Virus masuk tubuh melalui kulit, saluran nafas atau saluran pencernaan lalu menyebar ke seluruh tubuh dan sistem saraf. Gejala umum ensefalitis adalah demam, sakit kepala, muntah, gangguan kesadaran hingga kejang. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan cairan serebrospinal dan EEG. Pengobatan ber
1. Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang memunculkan gejala kekakuan otot. Penyakit ini disebabkan oleh masuknya spora Clostridium tetani lewat luka dan berubah menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan toksin.
Kejang demam pada anak dapat menyebabkan penurunan IQ dan kelumpuhan jika kejangnya berlangsung lama lebih dari 15 menit atau bersifat unilateral akibat kerusakan sel otak. Keluarga perlu mendapat penjelasan tentang penanganan kejang demam agar mencegah salah paham dan meningkatkan kepatuhan anak mengkonsumsi obat.
Proses keperawatan mencakup pengkajian berbagai aspek kesehatan pasien seperti aktivitas istirahat, sirkulasi, eliminasi, makanan dan cairan, higiene, neurosensori, nyeri dan kenyamanan, pernafasan, keamanan, dan integritas ego. Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosis keperawatan dapat meliputi risiko infeksi, perubahan perfusi serebral, trauma, nyeri, hambatan mobilitas, dan ansietas. Rencana intervens
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kejang demam adalah kebangkitan kejang yang terjadi pada kenakan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut konsensus Statment on Febrite Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan deman tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk.
Akhir-akhir ini, kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana yang biasanya berlangsung 15 menit dan kejang demam komplikasi yang berlangsung 15 menit dan umum, fokal, atau multipel (lebih 1 kali kejang dalam 24 jam)
B. Etiologi
1. Infeksi
2. Gangguan metabolik
3. Proses desak ruang intrakranial
4. Epilepsi
C. Patofisiologi
D. Diagnosis Banding
Ada 2 macam kejang demam yaitu :
1. Kejang demam sederhana
a. Kejang demam yang memenuhi modifikasi kriteria, livingstone.
b. Umum diantara 6 bulan – 4 tahun.
c. Lama kejang kurang dari 15 menit.
d. Kejang bersifat umum.
e. Kejang yang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam.
f. Tidak ada kelainan neurologik, baik klinis maupun laboratorium.
g. EEG normal 1 minggu setelah ganglatan kejang.
2. Kejang demam komplikasi
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu kriteria living stome diatas digolongkan kepada epilepsi yang di provokasi oleh demam, kejang kelompok ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering dijumpai pada anak dibawah lima tahun.
2. Etiologi kejang demam meliputi gangguan metabolik, infeksi, trauma otak, dan kelainan bawaan.
3. Patofisiologi kejang demam terkait dengan gangguan keseimbangan ion di dalam dan luar sel saraf yang mengakibatkan pelepasan list
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosa, komplikasi, pencegahan, dan penatalaksanaan tetanus. Tetanus disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani yang masuk melalui luka dan menyebabkan kejang otot serta kekakuan. Pengobatan terdiri dari antitoksin, obat relaksan otot, dan manajemen komplikasi seperti gangguan pernapasan.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang tetanus pada anak, mencakup pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medik, dan konsep asuhan keperawatan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa tetanus adalah penyakit yang ditandai dengan kekakuan otot akibat toksin Clostridium tetani, yang dapat ditangani dengan debridement luka, antibiotik, dan antikonvulsan serta per
1. Asuhan keperawatan pada pasien tetanus meliputi pencegahan kejang dan trauma, pemeliharaan fungsi pernafasan yang efektif, serta peningkatan pengetahuan pasien tentang kondisi dan penatalaksanaannya.
Tetanus adalah infeksi akibat bakteri Clostridium tetani yang menghasilkan toksin tetanus. Penyakit ini ditandai dengan kekakuan otot yang disebabkan toksin tetanus. Ada tiga jenis tetanus yaitu umum, lokal, dan cephalic. Pencegahan melalui imunisasi dan penanganan luka, sedangkan pengobatannya menggunakan antibiotik, anti serum, dan obat penenang otot. Komplikasinya dapat berupa ganggu
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi sistem saraf pusat (CNS) yang meliputi empat jenis utama: ensefalitis (peradangan otak), meningitis (peradangan selaput otak), abses otak (pus di otak), dan mielitis (peradangan sumsum tulang belakang). Berbagai etiologi seperti virus, bakteri, dan jamur dapat menyebabkan keempat jenis infeksi CNS tersebut dengan manifestasi klinis berupa gangguan kesadaran
Penyakit Meniere merupakan gangguan telinga dalam yang ditandai dengan episode vertigo berulang disertai gangguan pendengaran dan tinnitus. Gejala klasiknya adalah trias vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran pada nada rendah secara unilateral. Patofisiologinya disebabkan oleh akumulasi cairan (hydrops endolimf) di telinga dalam yang menyebabkan kerusakan sel-sel rambut sensoris. Diagnosa didasarkan pada anamnesa
Laporan kasus ini membahas pasien wanita berusia 47 tahun yang dirawat karena kejang dan kaku seluruh tubuh setelah luka jahitan di jari tangan. Pasien didiagnosis menderita tetanus akibat infeksi Clostridium tetani yang masuk lewat luka tersebut.
Ensefalitis adalah infeksi sistem saraf pusat yang disebabkan virus atau mikroorganisme lain. Virus masuk tubuh melalui kulit, saluran nafas atau saluran pencernaan lalu menyebar ke seluruh tubuh dan sistem saraf. Gejala umum ensefalitis adalah demam, sakit kepala, muntah, gangguan kesadaran hingga kejang. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan cairan serebrospinal dan EEG. Pengobatan ber
1. Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang memunculkan gejala kekakuan otot. Penyakit ini disebabkan oleh masuknya spora Clostridium tetani lewat luka dan berubah menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan toksin.
Kejang demam pada anak dapat menyebabkan penurunan IQ dan kelumpuhan jika kejangnya berlangsung lama lebih dari 15 menit atau bersifat unilateral akibat kerusakan sel otak. Keluarga perlu mendapat penjelasan tentang penanganan kejang demam agar mencegah salah paham dan meningkatkan kepatuhan anak mengkonsumsi obat.
Proses keperawatan mencakup pengkajian berbagai aspek kesehatan pasien seperti aktivitas istirahat, sirkulasi, eliminasi, makanan dan cairan, higiene, neurosensori, nyeri dan kenyamanan, pernafasan, keamanan, dan integritas ego. Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosis keperawatan dapat meliputi risiko infeksi, perubahan perfusi serebral, trauma, nyeri, hambatan mobilitas, dan ansietas. Rencana intervens
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kejang demam adalah kebangkitan kejang yang terjadi pada kenakan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut konsensus Statment on Febrite Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan deman tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk.
Akhir-akhir ini, kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana yang biasanya berlangsung 15 menit dan kejang demam komplikasi yang berlangsung 15 menit dan umum, fokal, atau multipel (lebih 1 kali kejang dalam 24 jam)
B. Etiologi
1. Infeksi
2. Gangguan metabolik
3. Proses desak ruang intrakranial
4. Epilepsi
C. Patofisiologi
D. Diagnosis Banding
Ada 2 macam kejang demam yaitu :
1. Kejang demam sederhana
a. Kejang demam yang memenuhi modifikasi kriteria, livingstone.
b. Umum diantara 6 bulan – 4 tahun.
c. Lama kejang kurang dari 15 menit.
d. Kejang bersifat umum.
e. Kejang yang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam.
f. Tidak ada kelainan neurologik, baik klinis maupun laboratorium.
g. EEG normal 1 minggu setelah ganglatan kejang.
2. Kejang demam komplikasi
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu kriteria living stome diatas digolongkan kepada epilepsi yang di provokasi oleh demam, kejang kelompok ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering dijumpai pada anak dibawah lima tahun.
2. Etiologi kejang demam meliputi gangguan metabolik, infeksi, trauma otak, dan kelainan bawaan.
3. Patofisiologi kejang demam terkait dengan gangguan keseimbangan ion di dalam dan luar sel saraf yang mengakibatkan pelepasan list
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosa, komplikasi, pencegahan, dan penatalaksanaan tetanus. Tetanus disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani yang masuk melalui luka dan menyebabkan kejang otot serta kekakuan. Pengobatan terdiri dari antitoksin, obat relaksan otot, dan manajemen komplikasi seperti gangguan pernapasan.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang tetanus pada anak, mencakup pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medik, dan konsep asuhan keperawatan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa tetanus adalah penyakit yang ditandai dengan kekakuan otot akibat toksin Clostridium tetani, yang dapat ditangani dengan debridement luka, antibiotik, dan antikonvulsan serta per
1. Asuhan keperawatan pada pasien tetanus meliputi pencegahan kejang dan trauma, pemeliharaan fungsi pernafasan yang efektif, serta peningkatan pengetahuan pasien tentang kondisi dan penatalaksanaannya.
Tetanus adalah infeksi akibat bakteri Clostridium tetani yang menghasilkan toksin tetanus. Penyakit ini ditandai dengan kekakuan otot yang disebabkan toksin tetanus. Ada tiga jenis tetanus yaitu umum, lokal, dan cephalic. Pencegahan melalui imunisasi dan penanganan luka, sedangkan pengobatannya menggunakan antibiotik, anti serum, dan obat penenang otot. Komplikasinya dapat berupa ganggu
Adapun asuhan keperawatan pada anak dengan pertusis meliputi pengkajian gejala klinis, diagnosa keperawatan, dan intervensi untuk meningkatkan bersihan saluran napas, pola pernafasan yang efektif, serta mengurangi nyeri dan defisit nutrisi yang diakibatkan oleh pertusis."
Dokumen tersebut membahas tentang kejang demam pada anak, meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, fase-fase, penatalaksanaan medik, pencegahan, pemeriksaan diagnostik, dan asuhan keperawatan untuk kejang demam dan risiko gangguan pernafasan yang dapat timbul.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, fase-fase, penatalaksanaan, pencegahan, dan pemeriksaan diagnostik kejang demam serta asuhan keperawatan untuk pasien kejang demam. Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat demam yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti obat, ketidakseimbangan kimiawi, patologi otak, atau idiopatik.
Dokumen tersebut membahas tentang kejang demam pada anak, meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, fase-fase, penatalaksanaan medik, pencegahan, pemeriksaan diagnostik, dan asuhan keperawatan untuk kejang demam pada anak.
Neuroma akustik adalah tumor jinak yang tumbuh di saraf akustik dan dapat menyebabkan gangguan pendengaran, keseimbangan, dan nyeri kepala. Tiga diagnosa keperawatan utama adalah gangguan sensori auditori, nyeri, dan risiko kekurangan gizi. Intervensi mencakup mengurangi stimulasi berlebihan, mengelola nyeri, memantau nutrisi, dan mencegah cidera.
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini ditandai dengan batuk berulang yang panjang dan diakhiri dengan suara "rejan". Pada anak, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia, kelelahan berat, dan bahkan kematian. Penatalaksanaan terdiri dari antibiotik, oksigen, pemberian nutrisi, serta edukasi orang tua tentang tahapan
Este documento parece ser una lista de nombres y direcciones. Contiene más de 200 entradas con los nombres de personas y parejas, seguidos de sus direcciones. Las direcciones incluyen nombres de calles, pueblos y ciudades en Indonesia.
Proposal ini meminta dana sebesar Rp1.750.000 untuk seragam, biaya pendaftaran, dan konsumsi tim sepak bola Garlo FC dalam mengikuti turnamen di Laiworu pada 3 Maret 2017 guna mengembangkan bakat pemuda dan memajukan sepak bola di masyarakat.
Surat pernyataan yang berisi 10 poin pernyataan dari Lilis Fitra Saswati Arsil tentang statusnya yang tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai, menjadi pengurus partai, terikat kerja, bersedia tidak menikah dan ditempatkan di seluruh Indonesia, serta bersedia mengembalikan biaya seleksi dan pelatihan jika mengundurkan diri.
Surat pernyataan yang ditandatangani oleh Fajar Aswati yang menyatakan bahwa dirinya tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai negeri, menjadi pengurus partai politik, sedang terikat kontrak kerja, bersedia tidak menikah selama 6 bulan, ditempatkan di seluruh Indonesia, mengembalikan biaya seleksi jika mengundurkan diri, dan mengganti biaya enam kali lipat jika mengundurkan
This document contains reports from midwives at the Paramata Raha Midwifery Academy in Muna Regency on their targets for antenatal care, infant care, postnatal care, and family planning in 2017. The reports provide the midwife's name, student ID number, and academic institution for each of their assigned targets.
Dokumen tersebut membahas tentang makromolekul yang terdiri dari berbagai jenis seperti karbohidrat, lipid, dan protein. Karbohidrat dibagi menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Lipid terdiri dari lemak, fosfolipid, dan steroid. Sedangkan protein tersusun atas kombinasi asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Ketiga makromolekul ini memainkan peran penting dalam struktur dan metabolisme sel.
Pemimpin perlu memahami karakteristik karyawan sesuai teori X, Y, dan Z McGregor. Teori X mengasumsikan karyawan malas, teori Y mengasumsikan karyawan akan bekerja keras jika kondisinya tepat, teori Z menekankan partisipasi karyawan. Pemimpin harus mengembangkan kompetensi karyawan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Membangun budaya kepemimpinan penting agar kaderisasi terj
Tes akhir semester mata pelajaran Seni Budaya di SMK Kelautan dan Perikanan Raha meliputi berbagai aspek seni seperti seni rupa, musik, tari, dan drama. Soal-soalnya mencakup pengetahuan tentang sejarah seni, tokoh-tokoh seniman, unsur-unsur karya seni, dan fungsi seni dalam kehidupan. Ujian ini dimaksudkan untuk menilai pemahaman siswa terhadap berbagai aspek seni.
1. Karsinoma tulang adalah pertumbuhan sel ganas abnormal pada tulang dan jaringan terkaitnya.
2. Penyebabnya belum jelas tetapi kemungkinan termasuk genetik, radiasi, bahan kimia, dan trauma.
3. Gejalanya berupa nyeri tulang, bengkak, dan fraktur patologis yang dapat menyebar ke organ lain.
Undangan sosialisasi program tanaman jagung kuning kecamatan Lasalepa yang akan diselenggarakan pada tanggal 7 Maret 2017 pukul 09.00 di Balai Pertemuan Desa Labone. Kehadiran para tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok tani, dan aparat desa sangat diharapkan.
1. BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
Pengertian Tetanus
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin
kuman clostridium tetanik, bermanisfestasi dengan kejang otot secara
proksimal dan di ikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot
massater dan otot-otot rangka.
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya
karna mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari
bahasa yunani yaitu tetenus dari teinein yang berarti menegang. Penyakit
ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperefleksia
menyebapkan trismus (lockjaw), Spasme otot umum, melengkungnya
punggung (opistotonus). Spasme global, kejang dan spasme dan paralisis
pernapasan.
Etiologi Tetanus
Clostiridim tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti
penabung genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob.
Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksis (tetanus
spasmin), yang mula-mula akan menyebapkan kejang otot dan saraf
perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani
yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yan salah.
Faktor predisposisi
1. Umur tua atau anak-anak
2. Luka yang dalam dan kotor
3. Belum terimunisasi
Patofisiologi Tetanus
Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat
disebapkan berbagai keadaan antara lain:
1. Luka tusuk dalam. Misalnya luka tusuk karena paku,kuku,pecahan
kaleng,pisau,cangkul dll.
2. Luka klarena kecelakaan kerja (kena perang, kecelakaan lalu lintas).
3. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
2.
Tanda gejala pada tetanus
1. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari
2. Keteganganotong rahang dan leher(mendadak)
3. Kesukaran membuka mulut (trismus)
4. Kaku kuduk (EPISTOTONUS), Kaku dinding perut dan tulang
belakang
5. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus
Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, di dahului dengan
ketengan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran
membuka mulut (trismus) karena spasme otot massater. Kenjang otot ini
akan berlanjut kekuduk (opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang
belakang. Bila serangan kejang toni sedang berlangsung seriming tampak
risus sardonukus karna spasme otot
Muka dengan gambaran alis tertarik keatas, sudut mulut tertarik
keluar dan kebawa, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang
khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai
dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengempal biasanya kesadaran
tetap baik.
Serangan timbul proksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara,
cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena
kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin
bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak) kadang
dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium ahir
Komplikasi pada tetanus
1. Bronkopneumoni
2. Asfiksia dan sianosis
Pemeriksaan penunjang/pemeriksaan diagnostik pada tetanus
1. Pemeriksaan fisik: adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama
pada rahang
2. Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/l, peninggian tekanan otak,
deteksi kuman sulit.
3. Pemeriksaan ECG dapat telihat gambaran aritmia ventrikuler
3.
Penatalaksanaan medik pada tetanus
a. Umum
Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan
harus segera di berikan:
Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobin
tetanus disekitar luka tidak boleh dibrikan IV
Sedativa-terapi relaksan: Thiopental sodium (penthotal sodium)
0,4% IV drip: Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB di berikan
secara IM, IV atau PO Tiap 3-6 jam, Paraldehyde (Panal) 0,5 mg/kg
BB per-im tiap 4-6 jam.
Agen anti cemas: Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap
3-4 jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5
mg/kg BB/24 jam untuk dewasa
Beta-adrenergik bolcker, propanolol, 0,2 mg aliquots, untuk total
dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik,
digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas jantung
Penanggulangan kejang: isolasi penderita pada tempat yang tenang,
kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemberian
obat penenang
Pemberian penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi) dapat
diganti dengan tetrasiklin untuk membunuh klostirida vegetatif
Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit
Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urin
Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali
fungsi otot dan ambulasi selama penyembuhan
b. Pembedahan
Problema pernafasan: Trakeostomi(k/p) dipertahankan beberapa
minggu: intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas
Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi
B. KONSEP PENYAKIT
1. Pengkajian
A. Identitas klien meliputi :
Nama, alamat, umur, jenis kelamin, status, suku,
B. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya luka parah dan luka bakar dan imunisasi yang tidak
adekuat
b. Riwayat kesehatan dahulu
4. Klien perna mengalami kejang sewaktu kecil
c. Riwayat kesehatan keluarga
mempunyai penyakit yang sama dengan dirinya
C. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernapasan: dyspnea asfiksia dan sianosis akibat kontraksi
otot pernapasan
2. Sistem kardiovaskuler:disritmia,takikardi
hipertensi dan
pendarahan, suhu tubuh awalnya 38-40
3. Sistem neurologis: irritabillity (awal), kelemahan, konvulsi(ahir),
kelumpuhan satu atau beberapa saraf otak
4. Sistem perkemihan: retensi urin (distensi kandung kemih dan urin
output tidak ada/oliguria
5. Sistem pencernaan: konstipasi akibat tidak ada pergerakan usus
6. Sistem integument dan muskuloskletal: nyeri kesemutan pada
tempat luka, berkeringatan, pada awalnya didahului trismus,
spasme otot muka dengan peningkatan kontraksi alis mata, otot
kaku dan kesulitan menelan.
7. Apabila hal ini berlanjut terus maka akan terjadi status konvulsi
dan kejang umum. (Marlyn Doengoes, nursing care plan, 1993
D. Pola aktifitas sehari-hari
1. Nutrisi
Kebiasaan:
Pola makan
- Frekuensi makan
: 3-4 kali sehari
- nafsu makan
: baik
- makanan pantangan
: tidak ada
Perubahan setelah sakit
:
Klien mengatakan kurang nafsu makan dan kadang muntah
Porsi makan tidak dihabiskan
BB menurun
2. Eliminasi
Kebiasaan:
- BAB (buang air besar)
- frekuensi : 2-3 kali sehari
- warna
: kuning
- konsistensi: padat
Perubahan selama sakit tidak ada
- BAK
- Frekuensi : 4 kali 5 kali sehari
5. - Selama sakit frekuensi 3-4 kali sehari
3. Istrahat dan tidur
- Klien bisa tidur malam nyenyak dan tidak sering terbangun tengah
malam
- Perubahan selama sakit, klien mengatakan tidak bisa tiddur seperti biasa
4. Hygine
Kebiasan:
- Klien dapat mandi sendiri setiap hari
- Perubahan selama sakit : klien mengatakan jarang mandi
4. Aspek psikososial
a. Pola pikir
Klien keluarganya telah mengetahui tentang perawatan dirinya selama
di rumah sakit, diruma, dan keluarganya mengharapkan klien sembuh
dari penyakitnya
b. Konsep diri
- Gambaran diri
Klien mengalami perubahan BB, oleh karena itu klien merasa sangat
terganggu dengan keadaanya saat ini
- Ideal diri
Klien ingin penyakitnya lekas sembuh
- Harga diri
Klien merasa minder dengan keaadan fisiknya saat ini
- Identitas diri
Klien adalah anggota keluarga kandung
d. Hubungan kmunikasi
Interaksi klien dengan keluarga dan lingkungan sekitar kurang
begitu baik karena klien merasa minder dengan keadaanya
2. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan penumpukan
sputum pada trakea dan spasme otot pernapasan
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu
akibat spasme otot-otot pernapasan
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek
toksin (bakterimia)
4. Perubahan nutrisi, kuranng dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kekakuan otot pengunyah
6. 5. Hubungan interpersonal targangu berhubungan dengan kesulitan
bicara
6. Gangguan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi
lemah dan sering kejang
7. Resiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan intake yang kurang dan oliguria
8. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang
9. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
tetanus dan penanggulangannya berhuhubungan
dengan
kurangnya informasi
10.Kurangnya kebutuhan istrahat berhubungan dengan sering kejang
3. Perencanaan
Dx. 1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sputum pada trakea dan spasme otot pernapasan, ditandai
dengan ronchi, batuk tidak efektif disertai dengan sputum atau lendir.
Tujuan : jalan nafas efektif
Kritia :
-
Klien tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada
Pernafasan 16-18 kali/menit
NO Interfensi
1
2
3
Rasional
Bebaskan jalan napas dengan Secara anatomi posisi kepala ekstensi
mengatur posisi kepala ekstensi kepala ekstensi merupakan cara untuk
meluruskan rongga pernapasan sehingga
proses respirasi tetap berjalan lancar
dengan menyingkirkan pembuatan jalan
nafas.
Pemeriksaan fisik dengan cara Ronchi menunjukan adanya ganguan
auskultasi mendengarkan suara pernapasan akibat atas cairan atau sekret
nafan (adakah ronchi) tiap 2-4 yang menutupi sebagian dari saluran
jam sekali
pernafasan sehingga perlu dikeluarkan
untuk mengoptimalkan jalan nafas.
Bersihkan mulut daqn saluran Sunction merupakan tindakan bantuan
nafas dari sekret dan lendir untuk mengeluarkan secret sehingga
dengan melakukan suction
mempermudah proses respirasi.
7. 4
Oksigenasi
Pemberian oksigen secara adequat dapat
menswuplai dan memberikan cadangan
oksigen , sehingga mencegah terjadinya
hipoksia.
tanda-tanda vital Dyspeneu, sianosis merupakan tanda
terjadinya ganguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul
takikardi dan capilary refill time yang
memanjang /lama.
timbulnya gagal Ketidakmampuan tubuh dalam proses
respirasi di perlukan intervensi yang
kritis dengan menggunakan alat bantu
pernapasan (mekanical ventilation)
5
Observasi
tiap2 jam
6
Observasi
nafas
7
Obat mukolitik dapat mengencerkan
Kolaborasi dalam pemberian sekret
yang
kental
sehingga
obat
pengencer
sekresi mempermudah
pengeluaran
dan
(mukolitik)
mencegah kekentalan
DX 2. Gangguan pada nafas berhubungan dengan jalan napas terganggu akibat
spasme otot-otot pernapasan, yang ditandai dengan kejang rangsang, kontraksi
otot-ototn pernapasan, adanya lendir dan sekret yang menumpuk
T ujuan : Pola nafas teratur dan normal
Kriteria :
Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuhan oksigen
Tidak sesak, pernapasan normal 16-18 kali/menit
Tidak sianosis
No Intervensi
Rasionsal
1
Monitor irama pernapasan dan Indikasi adanya penyimpangan atau
respirasi rate
kelainan dari pernapasan dapat di lihat
dari frekuensi, jenis pernapasan, dan
irama nafas
2
Atur posisi luruskan jalan nafas
Jalan nafas yang longgar dan tidak ada
sumbatan proses respirasi dapat
berjalan dengan lancar
3
Obserfasi tanda dan gejala sianosis Sianosis merupakan salah satu tanda
manifestasi ketidakadekuatan suplay
o2 pada jaringan tubuh perifer
8. 4
5
6
7
Oksigenasi
Pemberian oksigen secara adequat
dapat mensuplai dan memberikan
cadangan oksigen, sehingga mencegah
terjadinya hipoksia
Observasi tanda-tanda vital tiap 2 Dyspneu, sianosis merupakan tanda
jam
terjadinya gangguan nafa di sertai
dengan kerja jantung yang menurun
dan timbul takikardia dan capylari
refill time yang memanjang lama
Observasi timbulnya gagal nafas
Ketidak mampuan tubuh dalam proses
respirasi di perlukan intervensi yang
kritis dengan menggunakan alat bantu
pernafasan
Kolaborasi dalam pemeriksaan Kompensasi tubuh terhadap gangguan
analisa gas darah
proses difusi dan perfusi jaringan.
Dx.3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek toksinyang
di tandai dengan suhu tubuh 38-40 ⁰c, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari
10.000/mm3
Tujuan suhu tubuh normal
Kriteria : 36-37 ⁰c, hasil leb sel darah putih(leukosit) antara 5.000-10.000/mm3
No Intervensi
1
Atur suhu
nyaman.
lingkungan
yang
2
Pantau suhu tubuh tiap 2 jam
3
Berikan hidrasi atau minuman
yang cukup adequat
4
Lakukan tindakan tekni aseptik
dan antiseptik pada perawatan
luka
Berikan kompres dingin bila tidak
terjadi
eksternal
rangsangan
kejang
Laksanakan program pengobatan
antibiotik dan antipieretik
5
6
Rasional
Iklim lingkungan dapat mempengaruhi
kondisi dan suhu tubuh individu
sebagai suatu proses adaptasi melalui
proses evaporasi dan konveksi
Identifikasi perkembangan gejalagejala kearah syok
Cairan-cairan membantu menyegarkan
badan dan merupakan kompresi badan
dari dalam
Perawatan
luka
mengeliminas
kemungkinan toksin yang masih berada
di sekitar luka
Kompres dingin merupakan salah satu
cara untuk menurunkan suhu tubuh
dengan ara proses konduksi
Obat-obat
antibakterial
dapat
mempunyai spektrum luas untuk
mengobati bakteri gram positif atau
bakteri gram negatif. Antipieretik
bekerja sebagai proses termoregulasi
untuk mengantisipasi panas
9. 7
Kolaboratif dalam pemeriksaan Hasil pemeriksaan leukosit yang
lab leukosit
meningkat lebih dari 10.000 /mm3
mengidentifikasikan adanya infeksi dan
untuk
mengikuti
perkembangan
pengobatan yang di programkan
Dx.4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
kekakuan otot pengunyah yang ditantai dengan intake kurang, makanan dan
minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat
badan menurun beserta hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5
mg%
Tujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
-
BB optimal
Intake adequat
Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg%
NO Intervensi
1
Jelaskan
faktor
yang
mempengaruhi kesulitan dalam
makan dan pentingnya makanan
bagi tubuh
2
Rasional
Dampak dari tetanus adalah adanya
kekakuan dari otot pengunyah
sehingga klien mengalami kesulitan
menelan dan kadang timbul reflek
balik atau kesendak. Dengan tingkat
pengetahuan yang adequat diharapkan
klien dapat berpartipasif dan koperatif
dalam program diit
Kolaboratif :
Pemberian diit TKTP cair, lunak Diit yang di berikan sesuai dengan
atau bubur kasar
keadaan klien dari tingkat membuka
mulut dan proses mengunyah
Pemberian cairan per IV line
Pemberian cairan per infus di berikan
pada klien dengan ketidakmampuan
mengunyah atau tidak bisa makan
lewat mulut sehingga kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Pemasangan NGT bila perlu
NGT
dapat
berfungsi
sebagai
masuknya makanan juga untuk
Dx.5. Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang.
Tujuan : Cedera tidak terjadi.
Kriteria :
10. -
Klien tidak ada cedera
Tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengaman
NO Intervensi
Rasional
1
Menghindari kemungkinan terjadinya
cedera akibat dari stimulus kejang
Menurunkan kemungkinan adanya
trauma jika terjadi kejang
Identifikasi dan hindari faktor
pencetus
Tempatkan pasien pada tempat
tidur pada pasien yang memeakai
pengaman
Sediakan disamping tempat tidur
2
3
Antisipasi dini pertolongan kejang
akan mengurangi resiko yang dapat
memperberat kondisi klien
Lindungi pasien pada saat kejang
Mencegah terjadinya bantuan/trauma
yang memungkinkan terjadinya cedera
fisik
Catat penyebap mulai terjadinya Pendokumentasian
yang
akurat,
kejang
memudahkan
pengontrolan
dan
identifikasi kejang
4
5
Dx.6. Defenisi folume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adequat.
Tujuan : Anak tidak memperlihatkan kekurangan volume cairan.
Kriteria :
-
Membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
NO Intervesi
Rasional
1
Kaji intake dan out put setiap 24 Memberikan informasi tentang status
jam
caira/volume sirkulasi dan kebutuhan
penggantian
2
Kaji
tanda-tanda
dehidrasi, Indikator keadekuatan sirkulasi perifer
membran mukosa, dan turgor kulit dan hidrasi seluler
setiap 24 jam
3
Berikan dan pertahankan intake Mempertahankan kebutuhan cairan
oral dan parenteral sesuai indikasi tubuh
(infus 12 tts NGT 40 cc/4 jam)
dan
di
sesuakan
dengan
perkembangan kondisi pasien
4
Monitor berat jenis urine dan Mempertahankan intake nutrisi untuk
pengeluaranya
kebutuhan tubuh
6
Pertahankan kepatenan NGT
Penurunan keluaran urine pekat dan
peningkatan berat jenis urine di duga
dehidrasi/peningkatan
kebutuhan
cairan