Dokumen tersebut membahas tentang orientasi pencegahan dan pengendalian infeksi bagi dokter internship. Tujuannya adalah memahami prinsip-prinsip PPI dan menerapkannya di fasyankes. Dokumen ini menjelaskan konsep dasar infeksi, ruang lingkup program PPI, kewaspadaan isolasi, penanganan limbah, dan prinsip-prinsip lainnya untuk mencegah penularan infeksi.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Puskesmas menjadi standar yang harus terpenuhi untuk menghindari kejadian infeksi terkait pelayanan kesehatan serta menjamin keselamatan pasien, pengunjung dan staf Puskesmas. Standar-standar PPI yang beragam sering membuat bingung, dan staf yang baru belajar PPI kurang mengetahui di mana bisa memperoleh standar-standar tersebut, sementara akan dinilai dalam proses perbaikan mutu dan akreditasi Puskesmas. Pengantar ini bertujuan memberikan wawasan dasar terhadap penerapan PPI di Puskesmas.
Pengantar Aplikasi ICRA bagi PPI di Rumah SakitCahya Legawa
Salah satu program PPI di rumah sakit adalah menyusun dokumen ICRA. Presentasi ini memberikan gambaran umum tentang menyusun ICRA saat merencanakan konstruksi di walayah rumah sakit, dan pertimbangannya dalam pengendalian infeksi.
Akreditasi rumah sakit juga mewajibkan setiap rumah sakit mendokumentasikan ICRA.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Puskesmas menjadi standar yang harus terpenuhi untuk menghindari kejadian infeksi terkait pelayanan kesehatan serta menjamin keselamatan pasien, pengunjung dan staf Puskesmas. Standar-standar PPI yang beragam sering membuat bingung, dan staf yang baru belajar PPI kurang mengetahui di mana bisa memperoleh standar-standar tersebut, sementara akan dinilai dalam proses perbaikan mutu dan akreditasi Puskesmas. Pengantar ini bertujuan memberikan wawasan dasar terhadap penerapan PPI di Puskesmas.
Pengantar Aplikasi ICRA bagi PPI di Rumah SakitCahya Legawa
Salah satu program PPI di rumah sakit adalah menyusun dokumen ICRA. Presentasi ini memberikan gambaran umum tentang menyusun ICRA saat merencanakan konstruksi di walayah rumah sakit, dan pertimbangannya dalam pengendalian infeksi.
Akreditasi rumah sakit juga mewajibkan setiap rumah sakit mendokumentasikan ICRA.
Manager Pelayanan Pasien atau MPP adalah seseorang yang bertugas menjalankan peran tertentu di rumah sakit yang erat kaitannya dengan kesinambungan pelayanan.
Siapakah MPP itu ? dan apa perannya dalam pelayanan? ikuti di slide ini
Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang mulai tumbuh pada masa perang kemerdekaan, pada kenyataannya mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian pada masa-masa berikutnya.
Surveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmasI Putu Cahya Legawa
Bagaimana tim PPI merencanakan dan mengerjakan surveilans terkait HAIs di lingkungan pelayanan Puskesmas?
Presentasi ini memberikan gambaran ringkas mengenai bagaimana menyusun langkah-langkah survei PPI di faskes primer.
Manager Pelayanan Pasien atau MPP adalah seseorang yang bertugas menjalankan peran tertentu di rumah sakit yang erat kaitannya dengan kesinambungan pelayanan.
Siapakah MPP itu ? dan apa perannya dalam pelayanan? ikuti di slide ini
Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang mulai tumbuh pada masa perang kemerdekaan, pada kenyataannya mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian pada masa-masa berikutnya.
Surveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmasI Putu Cahya Legawa
Bagaimana tim PPI merencanakan dan mengerjakan surveilans terkait HAIs di lingkungan pelayanan Puskesmas?
Presentasi ini memberikan gambaran ringkas mengenai bagaimana menyusun langkah-langkah survei PPI di faskes primer.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. By Komite PPI RSUD Ratu Aji Putri Botung
Orientasi
Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
bagi dokter internship
2. Tujuan
pembelajaran
Setelah mengikuti sesi ini,
peserta diharapkan :
1. Mampu memahami tentang
pencegahan dan
pengendalian Infeksi.
2. Mampu menerapkan
prinsip-prinsip PPI di
Fasyankes
TUJUAN UMUM
3.
4. Bagaikan gunung es,
sedikit dipermukaan
namun banyak yang
tersembunyi…
KEJADIAN HAIs YANG
TIMBUL DI PELAYANAN
KESEHATAN
5. terwujud pelayanan kesehatan yang
bermutu dan dapat menjadi acuan bagi
semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian infeksi di dalam fasilitas
pelayanan kesehatan serta dapat
melindungi masyarakat dan mewujudkan
patient safety yang pada akhirnya juga
akan berdampak pada efisiensi pada
manajemen fasilitas pelayanan kesehatan
dan peningkatan kualitas pelayanan
Konsep dasar
infeksi
6.
7. TUJUAN PPI
Tujuan program pencegahan dan
pengendalian infeksi adalah
untuk mengidentifikasi dan
menurunkan risiko infeksi yang
didapat dan ditularkan di
antara pasien, staf, tenaga
kesehatan, tenaga kontrak,
sukarelawan, mahasiswa dan
pengunjung dengan
mempertimbangkan cost
effective
8. KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI
Penyakit infeksi yang
didapat di rumah sakit,
beberapa waktu yang lalu
disebut sebagai Infeksi
Nosokomial (Hospital
Acquired Infection).
kejadian infeksi tidak hanya
berasal dari RS, tetapi juga
dapat dari fasyankes lainnya.
Tidak terbatas infeksi kepada
pasien petugas kesehatan
dan pengunjung yang tertular
pada saat berada di dalam
lingkungan fasyankes
Berdasar
sumber
infeksi
Infeksi dari
masyarakat/komu
nitas (Community
Acquired Infection)
Infeksi dari RS
(Healthcare-
Associated
Infections/HAIs)
Lebih luas
pengertiannya
9. DEFINISI
HEALTHCARE-ASSOCIATED INFECTION (HAIs)
Infeksi nosokomial = Hospital acquired
infection
infeksi terjadi atau didapat di rumah
sakit :
• saat masuk RS tidak ada
tanda/gejala
• saat masuk RS tidak dalam masa
inkubasi
• terjadi 3 X 24 jam setelah
perawatan
• infeksi pada lokasi sama tetapi
mikroorganisme penyebab berbeda
dari m.o. pada saat masuk RS atau
m.o penyebab sama tetapi lokasi
berbeda
Infeksi yang terjadi selama
Proses perawatan di rumah
sakit atau di fasilitas kesehatan
lain, dimana pasien pada saat
masuk tidak ada infeksi atau
tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi muncul
setelah pasien pulang dari
perawatan, juga infeksi pada
petugas kesehatan yang terjadi
di pelayanan kesehatan
LAMA BARU (WHO,2007)
11. RUANG LINGKUP PROGRAM PPI
1. Kewaspadaan isolasi yang terdiri dari: kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi
2. Bundles HAiS (tim work)
3. Surveilans HAiS(audit )(kejadian tiap hari di catat)
4. Pendidikan dan pelatihan(petugas)
5. Penggunaan anti mikroba yang bijak(yang rasional)
Disamping itu, dilakukan monitoring melalui Infection
Control Risk Assesment (ICRA), audit dan monitoring lainya
secara berkala.
12. KEWASPADAAN
ISOLASI
yaitu tindakan pencegahan/
pengendalian infeksi yang
dilakukan baik yang belum/
yang sudah terdiagnosa
penyakit infeksinya.
Kewaspadaan ini diterapkan
untuk mencegah & memutus
rantai penularan penyakit
lewat kontak, droplet &
udara.
Dilaksanakan secara rutin &
berkelanjutan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan baik yang
didiagnosis, diduga
terinfeksi/kolonisasi, terutama saat
memberikan pelayanan kepada
pasien/di masyarakat
Merupakan dasar PPI, akan mencegah
risiko kontaminasi melalui cairan
tubuh, darah, sekret, ekskresi, kulit
yang tidak utuh.
Kewaspadaan
standar
Kewaspadaan
transmisi
14. Kebersihan tangan
Cuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir
Cuci tangan menggunakan
alkohol (alcohol-based
handrubs) bila tangan tidak
tampak kotor
Bila tangan tampak kotor, terkena
kontak cairan tubuh pasien yaitu
darah, cairan tubuh sekresi, ekskresi,
kulit yang tidak utuh, ganti verband,
walaupun telah memakai sarung
tangan.
Bila tangan beralih dari area tubuh
yang terkontaminasi ke area lainnya
yang bersih, walaupun pada pasien
yang sama
Kuku petugas harus selalu
bersih dan terpotong pendek,
tanpa kuku palsu, tanpa
memakai perhiasan cincin
17. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri
adalah pakaian khusus
atau peralatan yang di
pakai petugas untuk
memproteksi diri dari
bahaya fisik, kimia,
biologi/bahan infeksius.
18.
19.
20. Cara memasang APD dan Melepas APD
GOWN /GAUN
Langkah – Langkah Pemakaian:
a. Cek APD untuk memastikan
APD dalam keadaan baik dan
tidak rusak
b. Lakukan kebersihan tangan
c. Kenakan sepatu pelindung
d. Pakai gaun bersih
e. Pasang masker bedah.
f. Pasang pelindung mata
(goggles) rapat menutupi mata
g. Pasang pelindung kepala
h. Pasang sarung tangan dengan
menutupi lengan gaun
Langkah-langkah
pelepasan:
a. Petugas kesehatan
berdiri di area kotor
b. Lepaskan sarung
tangan
c. Buka gown
d. Lakukan desinfeksi
tangan
e. Buka pelindung
f. Buka pelindung mata
(goggles)
g. Lakukan desinfeksi
tangan
h. Buka pelindung sepatu
i. Lakukan desinfeksi
j. Lepaskan masker
bedah
21. Pemprosesan Peralatan Perawatan Pasien
PENGERTIAN :
Pemrosesan Peralatan Bekas Pakai adalah proses
pengelolaan,dekontaminasi & pengemasan
berdasarkan kategori kritikal, semi kritikal & non
kritikal.
Menyiapkan peralatan perawatan & kedokteran
dalam keadaan siap pakai, mencegah peralatan
cepat rusak, mencegah terjadinyai nfeksi silang,
menjamin kebersihan alat untuk
dapatdipergunakan kembali, menetapkan
produk akhir dinyatakansudah steril & aman
digunakan pasien & mencegah resiko penularan
infeksi
22. Peralatan kritikal:
Masuk dalam
pembuluh darah/jaringan
tubuh instrumen bedah alat
kedokteran gigi
Peralatan semi kritikal:
Masuk dalam mucosa tubuh,
endotracheal tube, NGT, alat
ondoskopi serat optik, alat
laringoskopi, spekulum vagina, alat
pernafasan buatan.
Peralatan non kritikal:
Hanya pada permukaan tubuh yang utuh
Tensi meter, termometer, elektroda ECG
Klasifikasi alat alat medis menurut Earl spaulding
STERILISASI
DISINFEKSI TINGKAT TINGGI
DISINFEKSI TINGKAT RENDAH
23. MANAJEMEN LIMBAH DI FASYANKES
Limbah
Infeksius adalah
Limbah yang
terkontaminasi
tubuh pasien
Limbah
cair
IPAL
Limbah non infeksius
Adalah limbah yang tidak
terkontaminasi tubuh ciaran
pasien(kotak ,botol,sisa nasi dll)
Daur
ulang
Ke TPA
LIMBAH BENDA TAJAM
adalah semua limbah
yang dapat melukai kulit
yang masuk kepembuluh
darah (jarum suntik,
jarum hecting, skalpel,
ampul, bisturi, semua
benda yang mempunyai
permukaan tajam)
incenerator
24. PENATALAKSANAAN LIMBAH INFEKSIUS
•Dimasukkan dalam wadah dengan kantong plastik
berwarna kuning
•Wadah harus kuat, tahan air & mudah dibersihkan
•Penempatan wadah dekat dengan area Tindakan
•Jika wadah sudah berisi 3⁄4 segera diangkat, diikat
kuat & tidak boleh dibuka lagi.
•Pembuangan akhir limbah infeksius, dapat
dimusnahkan dengan insenerator/bekerjasama
dengan pihak ketiga.
•Jika bekerja sama dengan pihak ketiga maka
pastikan mereka memiliki perijinan, fasilitas
pengelolaan limbah sesuai dengan peraturan &
perundang undangan
25. Penanganan limbah
benda tajam
jangan menekuk atau mematahkan benda
tajam
jangan letakan benda tajam sembarang
tempat
Segera buang benda tajam ke contaener yg
tersedia
Selalu buang sendiri oleh si pemakai
Tidak menyarungkan lagi benda tajam bekas
pakai
Kontaiener diletakan dekat ruang tindakan
Sefety bok dibuang setelah terisi 2/3
27. PENYUNTIKAN YANG AMAN
1. Pertahankan teknik aseptik dan antiseptic pada
pemberian suntikan
2. Tidak memakai ulang jarum suntik
3. Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu
kali pakai untuk satu pasien & satu prosedur
4. Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu
kali (NaCl, WFI, dll)
5. Upayakan tidak memakai obat- obat/cairan
multidose
6. Segera buang jarum suntik habis pakai
7. Tidak melakukan recapping jarum suntik habis
(tidak boleh menutup jarum hbs pakai) pakai
28. 8. Tidak memberikan obat-obat single dose
kepada lebih dari satu pasien/mencampur
obat-obat sisa dari vial/ampul untuk
pemberian berikutnya.
9. Bila harus menggunakan obat-obat multi
dose, semua alat yang akan dipergunakan
harus steril
10. Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik yang membuat
11. Tidak menggunakan cairan pelarut untuk
lebih dari 1 pasien (kategori IB)
29. • Perhatikan etika batuk atau bersin
• Gunakan masker kain /masker bedah apabila mengalami ganguan
system pernafasan.
• Apabila tidak ada masker, maka tutup mulut dan hidung
menggunakan tissue / menggunakan lengan atas bagian dalam saat
batuk atau bersn. Tissue segera buang ke tempat sampah tertutup
• lakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan sekret pernafasan
• Pisahkan penderita dengan infeksi pernafasan idealnya
• > 1meter di ruang tunggu Fasyankes
Kebersihan Pernapasan, etika batuk dan bersin
30. PERLINDUNGAN KESEHATAN PETUGAS
1. MCU teratur terutama petugas yg
menangani kasus dengan penularan melalui
airborne
2. Vaksinasi Hepatitis B dan vaksinasi khusus
dimasa Pandemi COVID-19
3. Penanganan paska pajanan yang memadai
(ada alur pajanan, sebelum 4 jam sudah
ditentukan penata laksanaan) Petugas yang
dihubungi....? Petugas Laporan ke.....?
4. Penyediaan sarana kewaspadaan
standarperilaku hidup sehat
31. ALUR LUKA TUSUK JARUM
TERTUSUK JARUM
TERKONTAMINASI
PEMERIKSAAN,
PERAWATAN
DAN
PENGAWASANO
LEH DOKTER
ANALISA
DAN
EVALUASI
PETUGAS &
SUMBER
PERIKSA HBsAg,
ANTI HCV
INVESTIGASI
BUAT LAPORAN
SEGERA LAPOR
KE ATASAN
CUCI
DENGAN AIR
MNGALIR
CUCI DENGAN
AIR
MNEGALIR
TERPAJAN
CAIRAN
TUBUH
K3
RS PPI
MONITOR
& REVIEW
32.
33. Transmisi Kontak
Pasien dengan contoh :
• MRSA
• HIV/ Hep.B
• Pus berlebihan / diare / muntahan
Penerapan Kewaspadaan dengan :
• Isolasi pasien atau kohorting dengan infeksi
sama
• Gunakan sarung tangan bersih, tidak perlu steril
SETIAP kali masuk ruangan pasien dan ganti
segera setelah menyentuh bahan infeksius
(pus, pembalut luka, pasien, tempat tidur pasien)
• Gunakan jubah/gaun, tidak perlu steril, bila ada kemungkinan
terkontaminasi lingkungan pasien yang tercemar (diare, kolostomi,
drainase luka)
• !! TINGGALKAN jubah/sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
isolasi, bukan setelah ke luar ruangan
• jangan mengkontaminasi permukaan yang sering disentuh (seperti
gagang pintu, tombo;, lampu dll)
34. Transmisi Droplet
Pasien dengan contoh :
Hemophilus influenza invasif
Neisseria meningitidis
Pneumonia
Pertussis
Penerapan Kewaspadaan dengan :
• Isolasi pasien atau lakukan kohorting (kumpulkan pasien dengan
infeksi sama) atau jauhkan jarak pasien > 1m
• TIDAK diperlukan penanganan udara secara khusus
• Pintu boleh terbuka
• Gunakan masker, Pelindung mata (kacamata atau pelindung wajah)
dan Gaun ketika merawatpasien
• Kenakan masker pada pasien bila dibawa ke luar ruangan
35. Transmisi UDARA
Pasien dengan contoh :
TBC paru terbuka
Campak (rubeola)
Cacar air (varicella)
Penerapan Kewaspadaan dengan :
1. Ruangan isolasi bertekanan negatif, pertukaran udara setiap
5-10 menit
2. Ventilasi menggunakan saringan udara hepa-filter
3. Dikeluarkan ke udara luar yang aman
4. Pintu selalu TERTUTUP
5. Pasien dikohort ( infeksi yang sama dikumpulkan)
6. Gunakan respirator N95
7. Kenakan masker surgical pada pasien bila dibawa ke luar
ruangan
8. Petugas yang rentan (hamil, kurang sehat) tidak dibenarkan
mendekati pasien
36. • Dukungan
Manajemen
• Struktur Organisasi
• Peran dan Fungsi
IPCN
• Otoritas Komite PPI
• Tersedia Fasilitas
• Kesadaran Individu:
kesadaran,kepeduli
an dan tanggung
jawab
Faktor
Keberha
silan PPI
37. kesimpulan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi atau HAIs
harus dilaksanakan setiap saat, dimanapun,
kapanpun oleh siapapun memberikan layanan
kesehatan
Program PPI meliputi pendidikan dan pelatihan
Kewaspadaan Isolasi, Pencegahan Infeksi pada
pemasangan alat kesehatan, kegiatan surveilans,
serta penggunaan antimikroba rasional
Keberhasilan PPI harus ada dukungan
manajemen, keterlibatan dan komitmen seluruh
personil.