Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang menyebabkan gangguan berfikir, persepsi, dan perilaku. Faktor penyebabnya meliputi faktor biologis, psikologis, lingkungan, dan organik. Ciri-cirinya antara lain delusi, halusinasi, dan disorganisasi pikiran. Pengobatannya meliputi terapi obat, terapi elektrokonvulsif, dan rehabilitasi sosial.
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Skizofrenia fix
1. 1. Pengertian Skizofrenia
Kata skizofrenia terdiri dari dua kata, yaitu skhizein = spilit = pecah dan phrenia =
mind = pikiran. Jadi skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sifatnya merusak, melibatkan
gangguan berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan gangguan perilaku.
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat tergantung pada perimbangan pengaruh
genetik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 2000 : 46).
Menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217), skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa
yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan dan
perbuatan.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik kronik, sering mereda, namun hilang
timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya (Kaplan, 2000 : 407).
Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan disintegrasi, depersonalisasi
dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta regresi akut yang parah (Kartono,
2002 : 243).
2. Faktor Penyebab Skozofrenia
Adapun faktor – faktor penyebab skozofrenia antara lain :
a. Faktor biologis yaitu faktor gen yang melibatkan skizofrenia, obat-obatan, anak
keturunan dari ibu skizofrenia, anak kembar yang indentik ataupun frental dan
abnormalitas cara kerja otak.
b. Faktor psikologis yaitu faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan pikiran,
keyakinan, opini yang salah, ketidakmampuan membina, mempertahankan hubungan
sosial, adanya delusi dan halusinasi yang abnormal dan gangguan afektif.
c. Faktor lingkungan yaitu pola asuh yang cenderung skizofrenia, adopsi keluarga
skizofrenia dan tuntunan hidup yang tinggi.
d. Faktor organis yaitu ada perubahan atau kerusakkan pada sistem syaraf sentral juga
terdapat gangguan – gangguan pada sistem kelenjar adrenalin dan piluitari (kelenjar
dibawah otak).
3. Tanda dan gejala
Menurut Hawari (2003), gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam 2 (dua)
kelompok yaitu gejala positif dan gejala negatif. Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
2. a. Gejala Positif Skizofrenia
Gejala positif merupakan gejala yang mencolok, mudah dikenali, menganggu
keluarga dan masyarakat serta merupakan salah satu motivasi keluarga untuk membawa klien
berobat (Hawari, 2003). Gejala-gejala positif yang diperlihatkan pada klien skizofrenia yaitu:
1) Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal).
Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun
klien tetap meyakini kebenarannya.
2) Halusinasi, yaitu pengalaman pasca indera tanpa rangsangan (stimulus). Misalnya
klien mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada
sumber dari suara atau bisikian itu.
3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya
kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat
dan gembira berlebihan.
5) Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.
6) Pikiran penuh dengan kecuringaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
7) Menyimpan rasa permusuhan.
b. Gejala Negatif Skizofrenia
Gejala negatif skizofrenia merupakan gejala yang tersamar dan tidak menggangu
keluarga ataupun masyarakat, oleh karenanya pihak keluarga seringkali terlambat membawa
klien berobat (Hawari, 2003). Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada klien skizofrenia
yaitu:
1) Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini dapat
terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
2) Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
3) Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
4) Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
5) Sulit dalam berpikir abstrak.
6) Pola pikir stereotip.
3. 4 Ciri – Ciri Skizofreni
Ciri – ciri klinis skizofrenia antara lain :
a. Mengalami delusi dan halusinasi.
b. Disorganisasi dan pendaftaran afektif.
c. Pendataran alogia, avolusi dan anhedonia.
d. Disfungsi sosial, okupasional, tidak peduli pada perawatan diri dan persistensinya
berlangsung selama enam bulan.
e. Mengalami kesulitan dalam hubungan sosial atau masyarakat.
f. Cendrung tidak membangun, membina, dan mempertahankan hubungan sosial.
g. Harapan hidup yang sangat rendah, cendrung untuk bunuh diri.
h. Reaksi emosional yangt abnormal.
i. Adanya kerusakan bagian otak terutama pada neurotransmiter.
Ciri – ciri umum skizofrenia antara lain :
a. Gangguan Delusi
Gangguan delusi disebut juga sebagai disorder of thought content atau the basic
characteristic of madness adalah gejala gangguan psikotik penderita skizofrenia yang
ditandai gangguan pikiran, keyakinan kuat yang sebenarnya misrespresentation dari
keyakinannya.
b. Halusinasi
Adalah gejala gangguan psikotik penderita skizofrenia yang ditandai gangguan persepsi
pada berbagai hal yang dianggap dapat dilihat, didengar ataupun adanya perasaan dihina
meskipun sebenarnya tidak realitas.
c. Disorganisai
Adalah gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan
ketidakmampuan dalam mengatur arah bicara, reaksi emosional dan perilaku motoriknya.
d. Pendataran Afek
Adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan
ketidakmampuannya dalam mengatur antara reaksi emosional dan pola perilaku
(inappropriate affect) atau afektif yang tidak sesuai dengan perilaku. Misalnya, reaksi emosi
yang tidak sesuai dengan cara menimbun barang yang tidak lazim.
e. Alogia
Adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan adanya
disefisiensi dalam jumlah atau isi pembicaraan.
4. f. Avolisi
Yaitu gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai ketidakmampuan
memulai ataupun mempertahankan kegiatan – kegiatan penting.
g. Anhedonia
Yaitu gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan
ketidakadaan perasaan senang, sikap tidak peduli terhadap kegiatan sehari – hari, cendrung
tidak suka makan dan ketidakpedulian terhadap hubungan interaksi sosial atau seks.
5. Tipe Skizofrenia
a. Paranoid
Orang yang mengalami hal ini akan sering berkhayal dan mengalami halusinasi, biasanya
pada pendengaran. Penderitanya sering mendengar suara-suara pada telinganya, padahal
suara itu tidak didengarkan oleh orang lain. Namun, fungsi intelektual dari penderitanya
biasanya relatif normal. Jika seseorang mengalami paranoid, biasanya penderitanya biasanya
lebih sering menunjukkan kemarahan, bersikap acuh tak acuh, dan cemas. Namun, hal ini
masih bisa disembuhkan.
b. Katatonik
Orang yang mengalami subtipe dari skizofrenia ini seringkali melakukan kegiatan dan
gerakan yang tidak berarti. Mereka juga akan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka
lebih senang menyendiri dan tidak melakukan interaksi dengan orang lain.
c. Tidak teratur
Jenis skizofrenia ini ditandai dengan ucapan dan perilaku yang tidak teratur atau sulit
dipahami, misalnya tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka juga sering meluapkan emosi
yang tidak pantas. Selain itu, orang yang mengalami hal ini akan terlihat sibuk dengan
pemikiran atau persepsi mereka sendiri. Sangat kecil kemungkinan untuk menyembuhkan
jenis skizofrenia ini.
d. Diferentiatif
Dibandingkan dengan subtipe lainnya, jenis skizofrenia ini adalah jenis yang paling banyak
dialami oleh para penderitanya. Gejala yang ditimbulkan merupakan kombinasi dari beberapa
subtipe dari skizofrenia.
e. Residual
Orang yang mengalami hal ini biasanya tidak akan menunjukkan gejala-gejala positif dari
penyakit skizofrenia, seperti berkhayal, halusinasi, dan tidak teratur dalam berbicara.
5. 6. Cara Mengatasi Skizofrenia
a. Menciptakan kontak sosial yang baik.
b. Terapi ECT (electrocompulsive therapy) dan (insulin comma therapy).
c. Menghindarkan dari frustrasi dan kesulitan psikis lainnya.
d. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan mau melihat hari depan dengan
rasa berani.
e. Memberi obat neuroleptik yaitu obat yang dapat mengendalian saraf delusi, halusinasi
dan agitasi, clozapine serta olanzapine.
7. Pengobatan Skizofrenia
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan
kemungkinan lebih besar penderita menuju ke kemunduran mental. Biarpun pasien mungkin
tidak sembuh sempurna, tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang baik, pasien dapat
ditolong untuk dapat berfungsi terus, bekerja sederhana di rumah ataupun di luar serta dapat
membesarkan dan menyekolahkan anaknya (Maramis, 2009). Adapun jenis pengobatan pada
pasein skizofrenia (Maramis, 2009), adalah sebagai berikut:
a. Farmakoterapi
Indikasi pemberian obat psikotik pada skizofrenia adalah untuk mengendalikan gejala
aktif dan mencegah kekambuhan.
Strategi pengobatan tergantung pada fase penyakit apakah akut atau kronis. Fase akut
biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang baru dialami atau yang kambuh) yang perlu
segera diatasi. Tujuan pengobatan disini adalah mengurangi gejala psikotik yang parah.
Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2-3 minggu. Biarpun
tetap masih ada waham dan halusinasi, pasien tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih
kooperatif, mau ikut serta dalam kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi kerja.
b. Terapi elektro-konvulsi (TEK)
Terapi elektro-konvulsi (TEK) baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor,
terhadap skizofrenia simplex efeknya mengecewakan, bila gejala hanya ringan lantas diberi
TEK, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.
c. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang diharapkan, bahkan
ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada pasien dengan skizofrenia karena justru
dapat menambah isolasi dan autisme. Psikoterapi suportif individual atau kelompok dapat
membantu pasien serta bimbingan yang praktis dengan maksud mengembalikan pasien ke
6. masyarakat. Teknik terapi perilaku kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) dicoba pada psien
skizofrenia dengan hasil yang menjanjikan.
Terapi kerja adalah baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri lagi,
karena bila pasien menarik diri dan membentuk kebiasaan yang kurang baik
7. KESIMPULAN
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sifatnya merusak, melibatkan gangguan
berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan gangguan perilaku. Gangguan psikotik adalah
gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang
terjadi. Faktor – faktor penyebab skozofrenia meliputi faktor biologis, psikologis, lingkungan
dan organis. Sedangkan gangguan psikotik disebabkan oleh faktor organo – biologik,
psikologik, sosio – agama. Secara umum ciri – ciri skizofrenia yaitu gangguan delusi,
halusinasi, disorganisai, pendataran afek, alogia, avolisi, anhedonia. Ciri – ciri gangguan
psikotik diantaranya memiliki labilitas emosional, menarik diri dari interaksi sosial,
mengabaikan penampilan dan kebersihan diri, mengalami penurunan daya ingat dan kognitif
parah, mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang, tempat, memiliki keengganan
melakukan segala hal serta memiliki perilaku yang aneh. Tipe skizofrenia dikelompokkan
menjai tipe paranoid, katatonik, tak terperinci atau tak terbedakan, residual. Untuk gangguan
psikotik sendiri dikelompokkan menjadi tipe psikotik akut dan kronik. Cara Mengatasi
skizofrenia antara lain menciptakan kontak sosial yang baik, terapi ECT (electrocompulsive
therapy) dan (insulin comma therapy), menghindarkan dari frustrasi dan kesulitan psikis
lainnya, membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan mau melihat hari depan
dengan rasa berani, memberi obat neuroleptik. Baik gangguan psikotik akut maupun kronik
diatasi dengan memberikan asuhan keperawatan pada klien.
8. DAFTAR PUSTAKA
Pieter, Herri Zan. 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Medan : Kencana.
http://bungkapit21artikel.blogspot.com/2008/06/skizofrenia.html
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/konsep-dasar-skizofrenia-dan.html
http://yulia-putri.blogspot.com/2010/02/pengertian-skizofrenia.html
http://www.ilmukeperawatanku.com/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-gangguan-psikotik.html
http://imron46.blogspot.com/2009/12/7-ciri-gangguan-jiwa.html
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2011/06/faktor-faktor-umum-penyebab-gangguan.html