SlideShare a Scribd company logo
1
IDE SEBUAH SKEMA
Pada bab sebelumnya telah dipelajari formasi dari konsep tunggal, yaitu konsep
yang bergerak dari konsep lain yang memberikan kontribusi pada pembentukan konsep
lain yang belum diketahui. Selain konsep tunggal yang telah dibahas sebelumnya, kali
ini juga membahas sebuah kumpulan dari pasangan objek. Misalnya :
Gambir, Jakarta ; Lempuyangan, Jogjakarta ; Wonokromo; Surabaya
Tiap pasangan diatas, dapat dihubungkan dengan “….Stasiun Kereta Api di…”.
Jakarta, Indonesia ; Paris, Perancis ; Tokyo, Jepang
Tiap pasangan diatas, dapat dihubungkan dengan “….Ibukota dari…”.
Dua buah objek yang terhubung dengan sebuah ide disebut sebagai relasi.
Dalam matematika, sebuah relasi dituliskan sebagai pasangan berurutan, dengan cara:
1. Tiap pasangan ditulis dalam tanda kurung, seperti (6, 5), (2, 1), (9, 8), (32, 31). .
2. Memperhatikan urutan pasangan, seperti
(6, 5), (2, 1), (9, 8), (32, 31). . .
Relasinya adalah “…. Satu lebihnya dari …”. Tetapi jika dituliskan seperti :
(5, 6), (1, 2), (8, 9), (31, 32). . .
Maka relasinya adalah “…. Satu kurangnya dari….”
Relasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Relasi berurutan, contoh lebih besar dari, nenek moyang dari, dan terjadi setelah.
2. Relasi equivalen / kesamaan, contoh seukuran dengan, sewarna dengan.
Kedua jenis relasi tersebut mempunyai sifat – sifat umum yang penting. Jadi kita tidak
hanya mempunyai struktur konsep yang hierarki, tetapi juga struktur lain dari relasi
individual dan golongan –golongan yang saling berhubungan dengan struktur
sebelumnya.
Bentuk lain dari hubungan yang menyilang muncul dari kemampuan kita untuk
mengubah suatu ide menjadi ide yang lain, dengan melakukan sesuatu terhadapnya.
Contoh :
Baik  buruk ;
Panas  dingin ;
Tinggi  rendah
Contoh lain :
Baik  terbaik ;
2
Buruk  terburuk
Tinggi  tertinggi
“Sesuatu” yang bisa kita lakukan terhadap ide tersebut dinamakan transformasi
atau lebih dikenal sebagai fungsi. Ada berbagai macam transformasi, dan kadang-
kadang kita dapat menyatukan dua transformasi khusus menjadi transformasi yang lain
(seperti halnya kita dapat mengkombinasi dua bilangan untuk mendapatkan bilangan
lain),
Sebagai contoh, dengan mengkombinasikan dua transformasi di atas kita peroleh
Baik  terburuk ; panas  terdingin ; dan yang lainnya.
Jadi transformasi–transformasi dihubungkan satu sama lain, dan juga jadi
sumber dari relasi-relasi ide terhadap mana transformasi- transformasi itu dapat
diterapkan. Kajian dari struktur itu merupakan bagian yang penting dalam matematika.
Dalam kajian struktur itu dibangun relasi yang merupakan inti dari psikologi belajar
matematika.
Keterangan di atas memberi pandangan sekilas dan singkat tentang kekayaan
dan keragaman cara-cara konsep dan saling berhubungan dan menghasilkan struktur,
dan kajian dari struktur - struktur itu sendiri adalah bagian yang penting dari
matematika, dan studi tentang bagaimana struktur-struktur itu tersusun dan berfungsi
adalah inti dari psikologi psikologi umum untuk suatu struktur mental adalah skema.
Istilah itu tidak hanya meliputi struktur-struktur konseptual matematika yang
rumit, tetapi juga struktur yang secara nisbi sederhana mengkoordinasi kegiatan gerak
indrawi (sensory motor). Di sini kita akan berurusan dengan skema-skema konseptual
yang abstrak. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan bahwa konsep-konsep ini berasal
dari pengalaman indrawi dan kegiatan gerak (motor activity) terhadap dunia luar. Tetapi
segera konsep-konsep ini dapat dilepaskan dari asalnya, dan perkembangan selanjutnya
berlangsung melalui interaksi dengan ahli-ahli matematika lain dan antara satu dengan
yang lainnya.
Skema mempunyai dua fungsi utama, yaitu: Menggabungkan pengetahuan yang
ada dan alat pikiran untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
Fungsi Gabungan Dari Sebuah Skema
Ketika kita mengenali sesuatu sebagai contoh dari sebuah konsep maka kita
akan menyadari adanya dua tingkatan dari penggabungan dua skema, yaitu:
3
1. Sebagai dirinya sendiri
2. Sebagai anggota dari golongannya
Jadi bila kita melihat sebuah mobil tertentu, kita secara otomatis mengenalnya
sebagai anggota dari kelompok mobil-mobil pribadi. Tetapi konsep lain, yang tersedia
untuk membantu kita bersikap sesuai dengan beraneka ragam situasi yang menjadikan
sebuah bisa merupakan bagiannya. Andaikan mobil itu dijual, maka semua pengalaman
kita tentang pengendaraan mobil akan dibawa serta, tinjauan-tinjauan tentang
kemampuannya dapat ditimbulkan kembali dalam pikiran, pertanyaan-pertanyaan untuk
diajukan muncul sendiri. Andaikan harganya ada di atas keseimbangan bank kita saat
ini, maka sumber-sumber keuangan pinjaman-pinjaman bank, sewa muncul dalam
pikiran. Andaikan sebagai gantinya bahwa mobil itu sedang berjalan dan mendapat
kerusakan, maka peralatan pembantu seperti PMI (Persatuan Mobil Indonesia), bengkel
terdekat, tempat-tempat telepon teringat kembali.
Kebanyakan skema-skema itu mungkin dulu sudah disambungkan dengan
konsep mobil. Tetapi andaikan sekarang kita parkir di suatu pantai, dan mendapatkan
roda-roda kita telah terbenam dalam pasir yang lembek, ini menimbulkan masalah yang
harus dipecahkan dengan menyertakan skema-skema dari lain-lain bidang pengalaman;
seperti tabiat pasang surut air laut, cara-cara membuat permukaan yang kokoh di atas
pasir lembek. Semakin banyak skema yang tersedia bagi kita, semakin baik
kemungkinan kita dapat dapat mengatasi hal-hal yang tidak terduga.
Skema Sebagai Alat Untuk Belajar Lebih Lanjut
Skema yang ada merupakan alat yang sangat diperlukan untuk kemahiran
pengetahuan lebih lanjut. Hampir semua yang kita pelajari sebenarnya telah kita ketahui
sebelumnya. Misalnya jika kita membuat pesawat terbang, maka kita perlu tahu
aerodinamis (dinamika udara) dimana ilmu itu bergantung pada pengetahuan kalkulus
yang membutuhkan pemahaman aljabar yang tidak lepas dari aritmatika.
Prinsip inilah yang menjadi prinsip kedua pada prinsip belajar konseptual yang
telah diulas pada bab 2. Untuk melihat seberapa penting pembentukan skema, akan
lebih baik diujicobakan dengan belajar beberapa konsep. Hal itu bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan dari pembentukan skema yang cocok terhadap
material baru yang dipelajari.
4
Berikut adalah contoh bagaimana suatu skema akan membantu siswa dalam
menerjemahkan beberapa simbol yang berkaitan struktur bahasa suku Red Indian.
Pengetahuan 1
Pengetahuan 2
Pengetahuan 3
Pengetahuan 4
Ilustrasi di atas menunjukkan bagaimana pengetahuan 2 dibentuk dengan
menggunakan peengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Demikian juga untuk
pembentukan pengetahuan 3 dan 4 juga dibentuk setelah siswa mengetahui skema
pengetahuan sebelumnya. Berdasarkan contoh tersebut, maka sudah sangat jelas bahwa
skema yang telah dibentuk pada pembelajaran sebelumnya akan menjadi suatu sangat
krusial dalam mempermudah dalam mempelajari topik yang akan dipelajari kemudian.
Dengan demikian, materi belajar secara skema tidak hanya baik untuk dipelajari, tapi
juga baik untuk dikuasai.
Secara obyektif dapat dikatakan bahwa belajar secara skematik tidak hanya
menjadikan belajar lebih efisien pada materi yang baru didapat tetapi mempersiapkan
alat berpikir untuk menggunakan pendekatan yang sama pada tugas mendatang. Cara
belajar ini 3 kali lebih baik dari cara belajar menghafal.
Jadi belajar skematik memberi keuntungan daripada belajar hafalan. Keuntungan
tersebut antara lain:
5
1. Belajar lebih bermakna
2. Belajar lebih efisien
3. Belajar menyiapkan sebuah akal pikiran untuk menerapkan pendekatan yang sama
pada tugas belajar di kemudian hari.
Meskipun begitu masih ada kelemahan yang mungkin timbul dari penggunaan
skema, yaitu :
1. Pada materi berbeda, belajar secara skema membutuhkan waktu lama,
2. Jangkauan materi yang terlalu luas. Dengan kata lain, skema dapat menjadi
rintangan yang besar jika terjadi ketidakcocokan skema.
Salah satu contoh kelemahan skema, yaitu : pada konsep dasar matematika, kita
mempelajari sistem bilangan asli bersamaan dengan operasi penjumlahan dan perkalian.
Pada penjumlahan bilangan asli, siswa cepat menghitung sampai 10, bahkan sampai 20,
dan menjumlahkan 2 bilangan, 3 bilangan atau lebih. Apabila terjadi penjumlahan
berulang, maka siswa mengenalinya sebagai bentuk perkalian sederhana. Tetapi di
dalam penjumlahan dan perkalian bilangan pecahan, siswa mengalami kesulitan karena
tidak mengenali sistem bilangan tersebut. Sistem bilangan pecahan tidak sama dengan
sistem bilangan asli. Sebelum bilangan pecahan dipahami, membutuhkan keterkaitan
untuk membangun bilangan terhadap akomodasi utama pecahan.
Pemahaman
Paham terhadap ”sesuatu” berarti dapat menyerap ”sesuatu” tersebut ke dalam
skema yang layak. Jadi bukan masalah tahu tidaknya tentang ”sesuatu”, tetapi dapat
menjelaskan dengan benar dan memahami tentang ”sesuatu” tersebut. Sebagai contoh,
orang Yunani memahami tentang badai yang disertai dengan kilat. Menurut skema yang
telah ada, badai yang disertai dengan kilat adalah Zeus yang sedang marah dan
melempar barang-barang. Baru pada abad ke-18 didapat pengertian yang benar tentang
badai disertai kilat yang ditemukan oleh Benyamin Franklin. Menurut Franklin badai
yang disertai kilat adalah gejala alam yang berkaitan dengan pembuangan listrik.
Kita juga bisa melihat bahwa keyakinan yang begitu berakar tentang betapa penting atau
tidaknya memahami sesuatu cukup beralasan. Untuk kesan subyektif bahwa kita
memahami sesuatu, meskipun rentan atas kesalahan, secara umum merupakan pertanda
bahwa kita sekarang bisa berperilaku dengan sesuai dalam situasi-situasi baru.
6
Perbedaan adaptibilitas antara hal yang didasari oleh aturan dan yang berasal
dari pemahaman telah ditunjukkan dengan baik melalui eksperimen yang dilakukan oleh
Bell (1967). Contohnya dipilih dari topologi, sebuah cabang matematika yang mungkin
kedengarannya baru bagi pembaca yang juga mungkin ingin mencobanya sendiri.
Topologi memiliki kelebihan dimana skema yang relevan bisa dibangun dengan cepat,
sementara kebanyakan skema matematika membutuhkan waktu yang lebih lama.
Dua diagram diatas mewakili jaringan topologi, dibentuk oleh titik-titik yang
disebut vertex atau titik dan dihubungkan oleh garis-garis lurus atau melengkung yang
disebut busur. Melintasi sebuah jaringan berarti mengikuti jalan yang
berkesinambungan melintasi setiap busur sekali dan hanya sekali. Beberapa percobaan
dapat menunjukan bahwa jaringan (1) bisa dilintasi, sedangkan jaringan (2) tidak dapat
dilintasi. Berikut ini dua contoh lain.
Jika kita mencoba-coba, kita bisa dengan mudah menemukan bahwa jaringan (4)
bisa dilintasi, dan pembaca akan segera yakin bahwa jaringan (3) tidak dapat dilintasi,
meskipun tidak berarti bahwa hal ini tidak mungkin dilakukan
(5) (6)
7
Ketika jaringan-jaringan tersebut menjadi semakin kompleks, metode ‘coba-
coba’ menjadi semakin sulit, dan kesimpulannya kurang meyakinkan, terlebih jika
hasilnya negative. Meski demikian, ada sebuah aturan sederhana. Hitunglah jumlah
busur yang bertemu di sebuah vertex. Jumlah busur yang bertemu disitu disebut rangka
sebuah vertex. Singkatnya kita bisa mengatakan bahwa sebuah vertex bisa disebut ganjil
atau genap sesuai dengan jumlah rangkanya.
Vertex rangka 3 Vertex rangka 4
Aturan: sebuah jaringan bisa dilintasi jika, dan hanya jika, jumlah vertex ganjilnya
adalah nol atau dua.
Dengan menggunakan aturan ini, kita dengan mudah dapat memverifikasi
bahwa jaringan (6) bisa dilintasi, dimulai dari sudut kiri atas, dan jaringan (5) tidak
dapat dilintasi. Jaringan-jaringan yang lebih sulit pun memiliki tingkat kesulitan yang
lebih kecil.
Dua kelompok anak-anak berusia sebelas tahun diperkenalkan dengan ide-ide
diatas. Kelompok pertama diperkenalkan dengan aturan diatas dan diberi penjelasan
(yang tidak akan diberikan kepada pembaca pada tahap ini) mengenai alasan munculnya
aturan tersebut. Kelompok kedua hanya diperkenalkan dengan aturannya. Kedua
kelompok anak-anak tersebut pun diberikan dua belas permasalahan, termasuk beberapa
jaringan yang cukup kompleks. Semua anak dari kedua grup bisa menyelesaikan
permasalahan yang disajikan dengan benar. Pada tahap ini, kita tidak bisa membedakan
kedua kelompok anak ini berdasarkan hasil yang mereka capai.
Beberapa set soal tentang jaringan pun lebih lanjut diberikan kepada kedua
kelompok ini, dengan satu perbedaan. Berikut ini adalah keempat jaringan khusus dari
set tersebut.
8
Soal barunya adalah (a) mencoba menemukan jaringan mana yang bisa dilintasi seperti
sebelumnya, namun kali ini dimulai dari titik akhir jaringan; dan (b) mencoba
menemukan aturan yang dipakai untuk melakukan hal tersebut. Anda juga mungkin
ingin mencobanya sebelum melanjutkan bacaan anda.
Kelompok anak ketiga, yang tidak memiliki pengalaman atas permasalahan ini
dan tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang aturannya, juga diturutsertakan
untuk mengerjakan soal tersebut. Hasilnya, jika dilihat dari keberhasilan mereka
menemukan aturan baru yang benar adalah:
Kelompok 1 9 anak dari 12 (75%)
(aturan pertama tanpa pemahaman)
Kelompok 2 3 anak dari 10 (30%)
(aturan pertama tanpa pemahaman)
Kelompok 3 2 anak dari 12 (17%)
(tanpa pengetahuan)
Meskipun hasil sebelumnya menunjukan bahwa kelompok 1 dan 2 tidak dapat
dibedakan, soal-soal baru ini menunjukan adanya perbedaan yang besar diantara
mereka. 75% kelompok pertama berhasil menyelesaikan tugas yang baru tersebut,
namun hanya 30% di kelompok kedua, mereka sedikit unggul dari kelompok ketiga
yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
9
Sekarang ambilah selembar kertas kosong dan kopikan vertex jaringan (1),
halaman 30. Kemudian, gambarlah jaringan tersebut dimulai dari vertex manapun tanpa
pernah mengangkat pensil anda. (hal ini diumpakan dengan melintasi). Perhatikan
bahwa tiap kali anda masuk dan keluar dari sebuah vertex, anda menambahkan dua
busur pada jumlah busur yang bertemu di titik tersebut, artinya anda menambah dua
rangka vertex itu. Sekarang lakukan hal yang sama untuk jaringan (4) dan (6), dimulai
dari sudut kiri atas.
Harapannya adalah penjelesan ini, yang tentu saja lebih singkat daripada
penjelasan yang diberikan kepada anak-anak, memberikan petunjuk yang cukup bagi
pembaca untuk memahami aturan pertama, yang diberikan pada halaman 31. Jika anda
berhasil menemukan aturan kedua tanpa penjelsan ini, selamat! Jika belum, sekarang
tugas tersebut kelihatan lebih mudah.
Pada zaman dimana sesuatu yang disebut mesin mengajar dipasarkan, saya
menjumpai program mahal yang disebut “ Pengantar ilmu Topologi”, dipublikasikan
untuk digunakan dengan mesin mengajar yang mahal, dimana aturan pertama (saja)
yang diberikan dan tanpa penjelasan. Dalam bentuk ini, bukan hanya beradaptasi
dengan permasalahan kedua saja yang susah, beberapa pertanyaan relevan pun susah
dijawab, seperti: ‘bagaimana kita bisa yakin bahwa aturan ini bisa dipakai untuk semua
jaringan?’ ‘apakah aturan tersebut dapat dipakai untuk jaringan tiga dimensi?’ dan
terutama ‘bagaimana kita bisa yakin bahwa sebuah jaringan tidak dapat dilintasi oleh
orang yang cukup pintar?’ semua pertanyaan ini bisa dijawab oleh seseorang yang
sudah memahami penjelasan aturan tersebut, sehingga menunjukan lebih jauh
adaptabilitas yang lebih besar semua skema terhadap masalah baru.
Kegunaan Skema dalam Pembelajaran Matematika
Inti utama dari skema sebagai alat belajar adalah kecocokan dari skema yang
sebelumnya yang akan membuat proses asimilasi dari ide yang akan datang menjadi
lebih baik.
Belajar dengan memanipulasi simbol merupakan salah satu cara memperhatikan
jawaban yang sulit untuk membedakannya dari belajar konseptual. Siswa tidak dapat
membedakan 2 hal, jika tidak memiliki pengalaman dari pengertian matematika
sebelumnya, seperti tidak memiliki konsep yang benar atau tidak memiliki pengetahuan
langsung. Sehingga jika siswa hanya mengandalkan kemampuan mengingat saja,
10
memang akan mencapai level tinggi dalam memecahkan masalah tapi jika pada situasi
baru, ia akan mengalami kesulitan karena tidak memiliki pengertian matematika
sebelumnya.
Skema yang sesuai adalah skema yang memperhatikan tugas belajar jangka
panjang bukan jangka pendek. Solusi persamaan, misalnya, biasanya didasarkan pada
ide sepasang timbangan, jika kita menambahkan atau mengurangi beban yang sama di
kedua sisi, timbangan tersebut tetap seimbang, jadi kita bisa menemukan berat yang
menyeimbangkan berat yang tidak diketahui.
Model ini juga membenarkan ‘memindahkan jumlah ke sisi sebelahnya dan merubah
tandanya’, karena kita akan mendapatkan hasil yang sama jika kita menambahkan,
misalnya sejumlah 3 kg, ke sisi timbangan sebelah kiri, atau mengambil sejumlah itu
dari sebelah kanan.
Pada tahap awal, skema sederhana patut dipuji. Namun ia tetap memiliki
kelemahan dimana x adalah jumlah yang tidak diketahui dan kita harus
‘menemukannya’, dan hal itu bukan merupakan konsep dasar matematika. Konsep dasar
matematika adalah variabel. Tetapi kelemahan utamanya adalah bahwa skema
“menyeimbangkan kedua sisi’ tidak dapat diterapkan pada persamaan seperti
x + 4 = 0
x2
= 4
dan x2
– 3= 4
kecuali dengan merenggangkannya sampai menjadi
x2
+ 4 = 0
dan
𝑑𝑦
𝑑𝑥
= 4
seorang guru harus melihat jauh melebihi tugas yang sedang dikerjakan murid, dan jika
dimungkinkan, sampaikan ide-ide baru sehingga skema-skema jangka panjang yang
sesuai bisa dibentuk.
11
Meskipun memiliki kelemahan, skema diatas masih jauh lebih baik dari aturan-
aturan tanpa alasan yang terkadang diajarkan karena masuk akal dan oleh karena
dianggap sebagai kegiatan yang berarti dalam matematika. Terkadang kita juga sulit
memilih antara skema jangka pendek yang gampang dan skema jangka panjang tetapi
susah. Keputusan ini tidak sama dengan keputusan yang mungkin kita hadapi saat
berbelanja, antara barang yang murah tapi tidak bertahan lama dengan barang yang
lebih mahal tetapi bertahan lama, karena kita tidak bisa membuang begitu saja skema
awal kita. Kita harus merekonstruksi kembali, dan seperti yang telah kita lihat, hal itu
memberikan kesulitan bagi kita. Jadi pilihannya tidak selalu gampang. Meski demikian,
secara umum biasanya ide-ide jangka panjang tidak sulit dipelajari, hanya saja mereka
sulit ditemukan. Hal ini memindahkan kesulitan dari murid ke guru.
Jika skema lama tidak sesuai dengan skema baru maka skema lama tidak akan
menyerap skema baru tersebut. Karena perkembangan matematika sangat pesat, maka
guru harus menyiapkan siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
matematika tersebut. Dengan demikian tugas guru antara lain:
1. Membangun pondasi yang kuat dan terstruktur tentang ide-ide matematika dasar.
2. Membimbing siswa menemukan ide-ide baru.
3. Mengajarkan siswa untuk selalu menyesuaikan skema lama dengan skema baru.
12
Rangkuman
 Skema adalah istilah psikologi umum yang berkaitan dengan struktur mental. Dalam
skema terstruktur yang dikembangkan bukan hanya struktur konsep matmatika saja,
tetapi struktur-struktur yang saling berkaitan dan mengkoordinasikan kegiatan-
kegiatan panca indra.
 Ada dua fungsi umum dari skema, yaitu:
1. Menggabungkan pengetahuan yang ada
2. Alat pikiran untuk mendapatkan pengetahuan baru
 Belajar skematik memberi tiga keuntungan daripada belajar hafalan, yaitu:
1. Belajar lebih bermakna
2. Belajar lebih efisien
3. Belajar menyiapkan sebuah alat pikiran untuk menerapkan pendekatan yang
sama pada tugas belajar di kemudian hari.
 Belajar dengan menggunakan skema juga memberi beberapa kelemahan, yaitu:
1. Membutuhkan waktu yang lama jika tugas yang diberikan terlalu jauh.
2. Jangkauan materi yang terlalu luas.
 Ada dua macam penyerapan skema baru terhadap skema lama, yaitu asimilasi dan
akomodasi.
 Asimilasi adalah proses mengubah skema baru terhadap skema lama, sehingga
skema baru dapat diterima skema lama.
 Akomodasi adalah proses mengubah skema lama terhadap skema baru, sehingga
skema lama dapat diterima oleh skema baru.
 Pemahaman berarti kemampuan menyerap suatu pengalaman ke dalam struktur
skema yang tepat.
 Tugas guru dalam pembelajaran bermakna antara lain:
1. Membangun pondasi yang kuat dan terstruktur tentang ide-ide matematika
dasar.
2. Membimbing siswa menemukan ide-ide baru
3. Mengajarkan siswa untuk selalu menyesuaikan skema lama dengan skema baru

More Related Content

What's hot

Sifat sifat Determinan
Sifat sifat DeterminanSifat sifat Determinan
Sifat sifat Determinan
bagus222
 
Modul logika matematika
Modul logika matematikaModul logika matematika
Modul logika matematika
arif_baehaqi
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
Septian Amri
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
Sigit Rimba Atmojo
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Yadi Pura
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
Nia Matus
 
Logika matematika kalkulus proposisi
Logika matematika kalkulus proposisiLogika matematika kalkulus proposisi
Logika matematika kalkulus proposisi
Sari Fauziah
 
Fungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulerFungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulervionk
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
Acika Karunila
 
Filsafat matematika
Filsafat matematikaFilsafat matematika
Filsafat matematika
Rindra Gunawan
 
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)
Meycelino A. T
 
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptxGeometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
HelvyEffendi
 
Perkembangan sejarah matematika
Perkembangan sejarah matematikaPerkembangan sejarah matematika
Perkembangan sejarah matematika
restu sri rahayu
 
etnomatematika candi borobudur mata kuliah seminar pendidikan matematika
etnomatematika candi borobudur  mata kuliah seminar pendidikan matematikaetnomatematika candi borobudur  mata kuliah seminar pendidikan matematika
etnomatematika candi borobudur mata kuliah seminar pendidikan matematika
latifahsepticahyati
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Arvina Frida Karela
 
Metode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi PembuktianMetode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi Pembuktian
Heni Widayani
 
Modul Kalkulus Lanjut
Modul Kalkulus LanjutModul Kalkulus Lanjut
Modul Kalkulus Lanjut
Arvina Frida Karela
 
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
Rudi Hartono
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
Acika Karunila
 

What's hot (20)

Sifat sifat Determinan
Sifat sifat DeterminanSifat sifat Determinan
Sifat sifat Determinan
 
Modul logika matematika
Modul logika matematikaModul logika matematika
Modul logika matematika
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
Logika matematika kalkulus proposisi
Logika matematika kalkulus proposisiLogika matematika kalkulus proposisi
Logika matematika kalkulus proposisi
 
Fungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulerFungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema euler
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Filsafat matematika
Filsafat matematikaFilsafat matematika
Filsafat matematika
 
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)
Logika matematika pertemuan 2 (inferensi)
 
Aproksimasi
AproksimasiAproksimasi
Aproksimasi
 
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptxGeometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
 
Perkembangan sejarah matematika
Perkembangan sejarah matematikaPerkembangan sejarah matematika
Perkembangan sejarah matematika
 
etnomatematika candi borobudur mata kuliah seminar pendidikan matematika
etnomatematika candi borobudur  mata kuliah seminar pendidikan matematikaetnomatematika candi borobudur  mata kuliah seminar pendidikan matematika
etnomatematika candi borobudur mata kuliah seminar pendidikan matematika
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Metode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi PembuktianMetode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi Pembuktian
 
Modul Kalkulus Lanjut
Modul Kalkulus LanjutModul Kalkulus Lanjut
Modul Kalkulus Lanjut
 
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 

Similar to Skema

Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
David Natun
 
Skemp bab ii formasi konsep matematika
Skemp bab ii formasi konsep matematikaSkemp bab ii formasi konsep matematika
Skemp bab ii formasi konsep matematikaMade Rai Adnyana
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
Ulya Ghufroni
 
Filsafat matematika hirarki matematika unik
Filsafat matematika hirarki matematika unikFilsafat matematika hirarki matematika unik
Filsafat matematika hirarki matematika unik
tetty khairani
 
Makalah kombinasi
Makalah kombinasiMakalah kombinasi
Makalah kombinasi
dhilapimoon
 
Tik tugas topik 5
Tik tugas topik 5Tik tugas topik 5
Tik tugas topik 5
ramatlksn
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Iwan Pranoto
 
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Taxonomy bloom
Taxonomy bloomTaxonomy bloom
Taxonomy bloom
Iis Avriyanti
 
KPK dan FPB
KPK dan FPBKPK dan FPB
KPK dan FPB
nanislstr
 
kalimat yang efektif
kalimat yang efektifkalimat yang efektif
kalimat yang efektif
Cloudys04
 
Sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
Sistem persamaan dan pertidaksamaan linearSistem persamaan dan pertidaksamaan linear
Sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
Mas Becak
 
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docx
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docxMODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docx
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docx
Aswarliansyah
 
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptxBERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
HendriHendri70
 
Hakekat matematika
Hakekat matematika Hakekat matematika
Hakekat matematika
Abdul Rais P
 
Kebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalarKebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalar
gampangmain
 
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptxBERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
KHAIRUL MANSHUR
 
Logika Matematika
Logika MatematikaLogika Matematika
Logika Matematika
stmik tasikmalaya
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
Nasifah LasMana
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
Nasifah LasMana
 

Similar to Skema (20)

Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
 
Skemp bab ii formasi konsep matematika
Skemp bab ii formasi konsep matematikaSkemp bab ii formasi konsep matematika
Skemp bab ii formasi konsep matematika
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
Filsafat matematika hirarki matematika unik
Filsafat matematika hirarki matematika unikFilsafat matematika hirarki matematika unik
Filsafat matematika hirarki matematika unik
 
Makalah kombinasi
Makalah kombinasiMakalah kombinasi
Makalah kombinasi
 
Tik tugas topik 5
Tik tugas topik 5Tik tugas topik 5
Tik tugas topik 5
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
 
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
 
Taxonomy bloom
Taxonomy bloomTaxonomy bloom
Taxonomy bloom
 
KPK dan FPB
KPK dan FPBKPK dan FPB
KPK dan FPB
 
kalimat yang efektif
kalimat yang efektifkalimat yang efektif
kalimat yang efektif
 
Sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
Sistem persamaan dan pertidaksamaan linearSistem persamaan dan pertidaksamaan linear
Sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
 
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docx
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docxMODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docx
MODUL PENALARAN DAN LOGIKA MATEMATIKA.docx
 
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptxBERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
 
Hakekat matematika
Hakekat matematika Hakekat matematika
Hakekat matematika
 
Kebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalarKebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalar
 
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptxBERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
BERPIKIR KOMPUTASI PART 1.pptx
 
Logika Matematika
Logika MatematikaLogika Matematika
Logika Matematika
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
 

Recently uploaded

SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 

Recently uploaded (20)

SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 

Skema

  • 1. 1 IDE SEBUAH SKEMA Pada bab sebelumnya telah dipelajari formasi dari konsep tunggal, yaitu konsep yang bergerak dari konsep lain yang memberikan kontribusi pada pembentukan konsep lain yang belum diketahui. Selain konsep tunggal yang telah dibahas sebelumnya, kali ini juga membahas sebuah kumpulan dari pasangan objek. Misalnya : Gambir, Jakarta ; Lempuyangan, Jogjakarta ; Wonokromo; Surabaya Tiap pasangan diatas, dapat dihubungkan dengan “….Stasiun Kereta Api di…”. Jakarta, Indonesia ; Paris, Perancis ; Tokyo, Jepang Tiap pasangan diatas, dapat dihubungkan dengan “….Ibukota dari…”. Dua buah objek yang terhubung dengan sebuah ide disebut sebagai relasi. Dalam matematika, sebuah relasi dituliskan sebagai pasangan berurutan, dengan cara: 1. Tiap pasangan ditulis dalam tanda kurung, seperti (6, 5), (2, 1), (9, 8), (32, 31). . 2. Memperhatikan urutan pasangan, seperti (6, 5), (2, 1), (9, 8), (32, 31). . . Relasinya adalah “…. Satu lebihnya dari …”. Tetapi jika dituliskan seperti : (5, 6), (1, 2), (8, 9), (31, 32). . . Maka relasinya adalah “…. Satu kurangnya dari….” Relasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Relasi berurutan, contoh lebih besar dari, nenek moyang dari, dan terjadi setelah. 2. Relasi equivalen / kesamaan, contoh seukuran dengan, sewarna dengan. Kedua jenis relasi tersebut mempunyai sifat – sifat umum yang penting. Jadi kita tidak hanya mempunyai struktur konsep yang hierarki, tetapi juga struktur lain dari relasi individual dan golongan –golongan yang saling berhubungan dengan struktur sebelumnya. Bentuk lain dari hubungan yang menyilang muncul dari kemampuan kita untuk mengubah suatu ide menjadi ide yang lain, dengan melakukan sesuatu terhadapnya. Contoh : Baik  buruk ; Panas  dingin ; Tinggi  rendah Contoh lain : Baik  terbaik ;
  • 2. 2 Buruk  terburuk Tinggi  tertinggi “Sesuatu” yang bisa kita lakukan terhadap ide tersebut dinamakan transformasi atau lebih dikenal sebagai fungsi. Ada berbagai macam transformasi, dan kadang- kadang kita dapat menyatukan dua transformasi khusus menjadi transformasi yang lain (seperti halnya kita dapat mengkombinasi dua bilangan untuk mendapatkan bilangan lain), Sebagai contoh, dengan mengkombinasikan dua transformasi di atas kita peroleh Baik  terburuk ; panas  terdingin ; dan yang lainnya. Jadi transformasi–transformasi dihubungkan satu sama lain, dan juga jadi sumber dari relasi-relasi ide terhadap mana transformasi- transformasi itu dapat diterapkan. Kajian dari struktur itu merupakan bagian yang penting dalam matematika. Dalam kajian struktur itu dibangun relasi yang merupakan inti dari psikologi belajar matematika. Keterangan di atas memberi pandangan sekilas dan singkat tentang kekayaan dan keragaman cara-cara konsep dan saling berhubungan dan menghasilkan struktur, dan kajian dari struktur - struktur itu sendiri adalah bagian yang penting dari matematika, dan studi tentang bagaimana struktur-struktur itu tersusun dan berfungsi adalah inti dari psikologi psikologi umum untuk suatu struktur mental adalah skema. Istilah itu tidak hanya meliputi struktur-struktur konseptual matematika yang rumit, tetapi juga struktur yang secara nisbi sederhana mengkoordinasi kegiatan gerak indrawi (sensory motor). Di sini kita akan berurusan dengan skema-skema konseptual yang abstrak. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan bahwa konsep-konsep ini berasal dari pengalaman indrawi dan kegiatan gerak (motor activity) terhadap dunia luar. Tetapi segera konsep-konsep ini dapat dilepaskan dari asalnya, dan perkembangan selanjutnya berlangsung melalui interaksi dengan ahli-ahli matematika lain dan antara satu dengan yang lainnya. Skema mempunyai dua fungsi utama, yaitu: Menggabungkan pengetahuan yang ada dan alat pikiran untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Fungsi Gabungan Dari Sebuah Skema Ketika kita mengenali sesuatu sebagai contoh dari sebuah konsep maka kita akan menyadari adanya dua tingkatan dari penggabungan dua skema, yaitu:
  • 3. 3 1. Sebagai dirinya sendiri 2. Sebagai anggota dari golongannya Jadi bila kita melihat sebuah mobil tertentu, kita secara otomatis mengenalnya sebagai anggota dari kelompok mobil-mobil pribadi. Tetapi konsep lain, yang tersedia untuk membantu kita bersikap sesuai dengan beraneka ragam situasi yang menjadikan sebuah bisa merupakan bagiannya. Andaikan mobil itu dijual, maka semua pengalaman kita tentang pengendaraan mobil akan dibawa serta, tinjauan-tinjauan tentang kemampuannya dapat ditimbulkan kembali dalam pikiran, pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan muncul sendiri. Andaikan harganya ada di atas keseimbangan bank kita saat ini, maka sumber-sumber keuangan pinjaman-pinjaman bank, sewa muncul dalam pikiran. Andaikan sebagai gantinya bahwa mobil itu sedang berjalan dan mendapat kerusakan, maka peralatan pembantu seperti PMI (Persatuan Mobil Indonesia), bengkel terdekat, tempat-tempat telepon teringat kembali. Kebanyakan skema-skema itu mungkin dulu sudah disambungkan dengan konsep mobil. Tetapi andaikan sekarang kita parkir di suatu pantai, dan mendapatkan roda-roda kita telah terbenam dalam pasir yang lembek, ini menimbulkan masalah yang harus dipecahkan dengan menyertakan skema-skema dari lain-lain bidang pengalaman; seperti tabiat pasang surut air laut, cara-cara membuat permukaan yang kokoh di atas pasir lembek. Semakin banyak skema yang tersedia bagi kita, semakin baik kemungkinan kita dapat dapat mengatasi hal-hal yang tidak terduga. Skema Sebagai Alat Untuk Belajar Lebih Lanjut Skema yang ada merupakan alat yang sangat diperlukan untuk kemahiran pengetahuan lebih lanjut. Hampir semua yang kita pelajari sebenarnya telah kita ketahui sebelumnya. Misalnya jika kita membuat pesawat terbang, maka kita perlu tahu aerodinamis (dinamika udara) dimana ilmu itu bergantung pada pengetahuan kalkulus yang membutuhkan pemahaman aljabar yang tidak lepas dari aritmatika. Prinsip inilah yang menjadi prinsip kedua pada prinsip belajar konseptual yang telah diulas pada bab 2. Untuk melihat seberapa penting pembentukan skema, akan lebih baik diujicobakan dengan belajar beberapa konsep. Hal itu bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dari pembentukan skema yang cocok terhadap material baru yang dipelajari.
  • 4. 4 Berikut adalah contoh bagaimana suatu skema akan membantu siswa dalam menerjemahkan beberapa simbol yang berkaitan struktur bahasa suku Red Indian. Pengetahuan 1 Pengetahuan 2 Pengetahuan 3 Pengetahuan 4 Ilustrasi di atas menunjukkan bagaimana pengetahuan 2 dibentuk dengan menggunakan peengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Demikian juga untuk pembentukan pengetahuan 3 dan 4 juga dibentuk setelah siswa mengetahui skema pengetahuan sebelumnya. Berdasarkan contoh tersebut, maka sudah sangat jelas bahwa skema yang telah dibentuk pada pembelajaran sebelumnya akan menjadi suatu sangat krusial dalam mempermudah dalam mempelajari topik yang akan dipelajari kemudian. Dengan demikian, materi belajar secara skema tidak hanya baik untuk dipelajari, tapi juga baik untuk dikuasai. Secara obyektif dapat dikatakan bahwa belajar secara skematik tidak hanya menjadikan belajar lebih efisien pada materi yang baru didapat tetapi mempersiapkan alat berpikir untuk menggunakan pendekatan yang sama pada tugas mendatang. Cara belajar ini 3 kali lebih baik dari cara belajar menghafal. Jadi belajar skematik memberi keuntungan daripada belajar hafalan. Keuntungan tersebut antara lain:
  • 5. 5 1. Belajar lebih bermakna 2. Belajar lebih efisien 3. Belajar menyiapkan sebuah akal pikiran untuk menerapkan pendekatan yang sama pada tugas belajar di kemudian hari. Meskipun begitu masih ada kelemahan yang mungkin timbul dari penggunaan skema, yaitu : 1. Pada materi berbeda, belajar secara skema membutuhkan waktu lama, 2. Jangkauan materi yang terlalu luas. Dengan kata lain, skema dapat menjadi rintangan yang besar jika terjadi ketidakcocokan skema. Salah satu contoh kelemahan skema, yaitu : pada konsep dasar matematika, kita mempelajari sistem bilangan asli bersamaan dengan operasi penjumlahan dan perkalian. Pada penjumlahan bilangan asli, siswa cepat menghitung sampai 10, bahkan sampai 20, dan menjumlahkan 2 bilangan, 3 bilangan atau lebih. Apabila terjadi penjumlahan berulang, maka siswa mengenalinya sebagai bentuk perkalian sederhana. Tetapi di dalam penjumlahan dan perkalian bilangan pecahan, siswa mengalami kesulitan karena tidak mengenali sistem bilangan tersebut. Sistem bilangan pecahan tidak sama dengan sistem bilangan asli. Sebelum bilangan pecahan dipahami, membutuhkan keterkaitan untuk membangun bilangan terhadap akomodasi utama pecahan. Pemahaman Paham terhadap ”sesuatu” berarti dapat menyerap ”sesuatu” tersebut ke dalam skema yang layak. Jadi bukan masalah tahu tidaknya tentang ”sesuatu”, tetapi dapat menjelaskan dengan benar dan memahami tentang ”sesuatu” tersebut. Sebagai contoh, orang Yunani memahami tentang badai yang disertai dengan kilat. Menurut skema yang telah ada, badai yang disertai dengan kilat adalah Zeus yang sedang marah dan melempar barang-barang. Baru pada abad ke-18 didapat pengertian yang benar tentang badai disertai kilat yang ditemukan oleh Benyamin Franklin. Menurut Franklin badai yang disertai kilat adalah gejala alam yang berkaitan dengan pembuangan listrik. Kita juga bisa melihat bahwa keyakinan yang begitu berakar tentang betapa penting atau tidaknya memahami sesuatu cukup beralasan. Untuk kesan subyektif bahwa kita memahami sesuatu, meskipun rentan atas kesalahan, secara umum merupakan pertanda bahwa kita sekarang bisa berperilaku dengan sesuai dalam situasi-situasi baru.
  • 6. 6 Perbedaan adaptibilitas antara hal yang didasari oleh aturan dan yang berasal dari pemahaman telah ditunjukkan dengan baik melalui eksperimen yang dilakukan oleh Bell (1967). Contohnya dipilih dari topologi, sebuah cabang matematika yang mungkin kedengarannya baru bagi pembaca yang juga mungkin ingin mencobanya sendiri. Topologi memiliki kelebihan dimana skema yang relevan bisa dibangun dengan cepat, sementara kebanyakan skema matematika membutuhkan waktu yang lebih lama. Dua diagram diatas mewakili jaringan topologi, dibentuk oleh titik-titik yang disebut vertex atau titik dan dihubungkan oleh garis-garis lurus atau melengkung yang disebut busur. Melintasi sebuah jaringan berarti mengikuti jalan yang berkesinambungan melintasi setiap busur sekali dan hanya sekali. Beberapa percobaan dapat menunjukan bahwa jaringan (1) bisa dilintasi, sedangkan jaringan (2) tidak dapat dilintasi. Berikut ini dua contoh lain. Jika kita mencoba-coba, kita bisa dengan mudah menemukan bahwa jaringan (4) bisa dilintasi, dan pembaca akan segera yakin bahwa jaringan (3) tidak dapat dilintasi, meskipun tidak berarti bahwa hal ini tidak mungkin dilakukan (5) (6)
  • 7. 7 Ketika jaringan-jaringan tersebut menjadi semakin kompleks, metode ‘coba- coba’ menjadi semakin sulit, dan kesimpulannya kurang meyakinkan, terlebih jika hasilnya negative. Meski demikian, ada sebuah aturan sederhana. Hitunglah jumlah busur yang bertemu di sebuah vertex. Jumlah busur yang bertemu disitu disebut rangka sebuah vertex. Singkatnya kita bisa mengatakan bahwa sebuah vertex bisa disebut ganjil atau genap sesuai dengan jumlah rangkanya. Vertex rangka 3 Vertex rangka 4 Aturan: sebuah jaringan bisa dilintasi jika, dan hanya jika, jumlah vertex ganjilnya adalah nol atau dua. Dengan menggunakan aturan ini, kita dengan mudah dapat memverifikasi bahwa jaringan (6) bisa dilintasi, dimulai dari sudut kiri atas, dan jaringan (5) tidak dapat dilintasi. Jaringan-jaringan yang lebih sulit pun memiliki tingkat kesulitan yang lebih kecil. Dua kelompok anak-anak berusia sebelas tahun diperkenalkan dengan ide-ide diatas. Kelompok pertama diperkenalkan dengan aturan diatas dan diberi penjelasan (yang tidak akan diberikan kepada pembaca pada tahap ini) mengenai alasan munculnya aturan tersebut. Kelompok kedua hanya diperkenalkan dengan aturannya. Kedua kelompok anak-anak tersebut pun diberikan dua belas permasalahan, termasuk beberapa jaringan yang cukup kompleks. Semua anak dari kedua grup bisa menyelesaikan permasalahan yang disajikan dengan benar. Pada tahap ini, kita tidak bisa membedakan kedua kelompok anak ini berdasarkan hasil yang mereka capai. Beberapa set soal tentang jaringan pun lebih lanjut diberikan kepada kedua kelompok ini, dengan satu perbedaan. Berikut ini adalah keempat jaringan khusus dari set tersebut.
  • 8. 8 Soal barunya adalah (a) mencoba menemukan jaringan mana yang bisa dilintasi seperti sebelumnya, namun kali ini dimulai dari titik akhir jaringan; dan (b) mencoba menemukan aturan yang dipakai untuk melakukan hal tersebut. Anda juga mungkin ingin mencobanya sebelum melanjutkan bacaan anda. Kelompok anak ketiga, yang tidak memiliki pengalaman atas permasalahan ini dan tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang aturannya, juga diturutsertakan untuk mengerjakan soal tersebut. Hasilnya, jika dilihat dari keberhasilan mereka menemukan aturan baru yang benar adalah: Kelompok 1 9 anak dari 12 (75%) (aturan pertama tanpa pemahaman) Kelompok 2 3 anak dari 10 (30%) (aturan pertama tanpa pemahaman) Kelompok 3 2 anak dari 12 (17%) (tanpa pengetahuan) Meskipun hasil sebelumnya menunjukan bahwa kelompok 1 dan 2 tidak dapat dibedakan, soal-soal baru ini menunjukan adanya perbedaan yang besar diantara mereka. 75% kelompok pertama berhasil menyelesaikan tugas yang baru tersebut, namun hanya 30% di kelompok kedua, mereka sedikit unggul dari kelompok ketiga yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
  • 9. 9 Sekarang ambilah selembar kertas kosong dan kopikan vertex jaringan (1), halaman 30. Kemudian, gambarlah jaringan tersebut dimulai dari vertex manapun tanpa pernah mengangkat pensil anda. (hal ini diumpakan dengan melintasi). Perhatikan bahwa tiap kali anda masuk dan keluar dari sebuah vertex, anda menambahkan dua busur pada jumlah busur yang bertemu di titik tersebut, artinya anda menambah dua rangka vertex itu. Sekarang lakukan hal yang sama untuk jaringan (4) dan (6), dimulai dari sudut kiri atas. Harapannya adalah penjelesan ini, yang tentu saja lebih singkat daripada penjelasan yang diberikan kepada anak-anak, memberikan petunjuk yang cukup bagi pembaca untuk memahami aturan pertama, yang diberikan pada halaman 31. Jika anda berhasil menemukan aturan kedua tanpa penjelsan ini, selamat! Jika belum, sekarang tugas tersebut kelihatan lebih mudah. Pada zaman dimana sesuatu yang disebut mesin mengajar dipasarkan, saya menjumpai program mahal yang disebut “ Pengantar ilmu Topologi”, dipublikasikan untuk digunakan dengan mesin mengajar yang mahal, dimana aturan pertama (saja) yang diberikan dan tanpa penjelasan. Dalam bentuk ini, bukan hanya beradaptasi dengan permasalahan kedua saja yang susah, beberapa pertanyaan relevan pun susah dijawab, seperti: ‘bagaimana kita bisa yakin bahwa aturan ini bisa dipakai untuk semua jaringan?’ ‘apakah aturan tersebut dapat dipakai untuk jaringan tiga dimensi?’ dan terutama ‘bagaimana kita bisa yakin bahwa sebuah jaringan tidak dapat dilintasi oleh orang yang cukup pintar?’ semua pertanyaan ini bisa dijawab oleh seseorang yang sudah memahami penjelasan aturan tersebut, sehingga menunjukan lebih jauh adaptabilitas yang lebih besar semua skema terhadap masalah baru. Kegunaan Skema dalam Pembelajaran Matematika Inti utama dari skema sebagai alat belajar adalah kecocokan dari skema yang sebelumnya yang akan membuat proses asimilasi dari ide yang akan datang menjadi lebih baik. Belajar dengan memanipulasi simbol merupakan salah satu cara memperhatikan jawaban yang sulit untuk membedakannya dari belajar konseptual. Siswa tidak dapat membedakan 2 hal, jika tidak memiliki pengalaman dari pengertian matematika sebelumnya, seperti tidak memiliki konsep yang benar atau tidak memiliki pengetahuan langsung. Sehingga jika siswa hanya mengandalkan kemampuan mengingat saja,
  • 10. 10 memang akan mencapai level tinggi dalam memecahkan masalah tapi jika pada situasi baru, ia akan mengalami kesulitan karena tidak memiliki pengertian matematika sebelumnya. Skema yang sesuai adalah skema yang memperhatikan tugas belajar jangka panjang bukan jangka pendek. Solusi persamaan, misalnya, biasanya didasarkan pada ide sepasang timbangan, jika kita menambahkan atau mengurangi beban yang sama di kedua sisi, timbangan tersebut tetap seimbang, jadi kita bisa menemukan berat yang menyeimbangkan berat yang tidak diketahui. Model ini juga membenarkan ‘memindahkan jumlah ke sisi sebelahnya dan merubah tandanya’, karena kita akan mendapatkan hasil yang sama jika kita menambahkan, misalnya sejumlah 3 kg, ke sisi timbangan sebelah kiri, atau mengambil sejumlah itu dari sebelah kanan. Pada tahap awal, skema sederhana patut dipuji. Namun ia tetap memiliki kelemahan dimana x adalah jumlah yang tidak diketahui dan kita harus ‘menemukannya’, dan hal itu bukan merupakan konsep dasar matematika. Konsep dasar matematika adalah variabel. Tetapi kelemahan utamanya adalah bahwa skema “menyeimbangkan kedua sisi’ tidak dapat diterapkan pada persamaan seperti x + 4 = 0 x2 = 4 dan x2 – 3= 4 kecuali dengan merenggangkannya sampai menjadi x2 + 4 = 0 dan 𝑑𝑦 𝑑𝑥 = 4 seorang guru harus melihat jauh melebihi tugas yang sedang dikerjakan murid, dan jika dimungkinkan, sampaikan ide-ide baru sehingga skema-skema jangka panjang yang sesuai bisa dibentuk.
  • 11. 11 Meskipun memiliki kelemahan, skema diatas masih jauh lebih baik dari aturan- aturan tanpa alasan yang terkadang diajarkan karena masuk akal dan oleh karena dianggap sebagai kegiatan yang berarti dalam matematika. Terkadang kita juga sulit memilih antara skema jangka pendek yang gampang dan skema jangka panjang tetapi susah. Keputusan ini tidak sama dengan keputusan yang mungkin kita hadapi saat berbelanja, antara barang yang murah tapi tidak bertahan lama dengan barang yang lebih mahal tetapi bertahan lama, karena kita tidak bisa membuang begitu saja skema awal kita. Kita harus merekonstruksi kembali, dan seperti yang telah kita lihat, hal itu memberikan kesulitan bagi kita. Jadi pilihannya tidak selalu gampang. Meski demikian, secara umum biasanya ide-ide jangka panjang tidak sulit dipelajari, hanya saja mereka sulit ditemukan. Hal ini memindahkan kesulitan dari murid ke guru. Jika skema lama tidak sesuai dengan skema baru maka skema lama tidak akan menyerap skema baru tersebut. Karena perkembangan matematika sangat pesat, maka guru harus menyiapkan siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan matematika tersebut. Dengan demikian tugas guru antara lain: 1. Membangun pondasi yang kuat dan terstruktur tentang ide-ide matematika dasar. 2. Membimbing siswa menemukan ide-ide baru. 3. Mengajarkan siswa untuk selalu menyesuaikan skema lama dengan skema baru.
  • 12. 12 Rangkuman  Skema adalah istilah psikologi umum yang berkaitan dengan struktur mental. Dalam skema terstruktur yang dikembangkan bukan hanya struktur konsep matmatika saja, tetapi struktur-struktur yang saling berkaitan dan mengkoordinasikan kegiatan- kegiatan panca indra.  Ada dua fungsi umum dari skema, yaitu: 1. Menggabungkan pengetahuan yang ada 2. Alat pikiran untuk mendapatkan pengetahuan baru  Belajar skematik memberi tiga keuntungan daripada belajar hafalan, yaitu: 1. Belajar lebih bermakna 2. Belajar lebih efisien 3. Belajar menyiapkan sebuah alat pikiran untuk menerapkan pendekatan yang sama pada tugas belajar di kemudian hari.  Belajar dengan menggunakan skema juga memberi beberapa kelemahan, yaitu: 1. Membutuhkan waktu yang lama jika tugas yang diberikan terlalu jauh. 2. Jangkauan materi yang terlalu luas.  Ada dua macam penyerapan skema baru terhadap skema lama, yaitu asimilasi dan akomodasi.  Asimilasi adalah proses mengubah skema baru terhadap skema lama, sehingga skema baru dapat diterima skema lama.  Akomodasi adalah proses mengubah skema lama terhadap skema baru, sehingga skema lama dapat diterima oleh skema baru.  Pemahaman berarti kemampuan menyerap suatu pengalaman ke dalam struktur skema yang tepat.  Tugas guru dalam pembelajaran bermakna antara lain: 1. Membangun pondasi yang kuat dan terstruktur tentang ide-ide matematika dasar. 2. Membimbing siswa menemukan ide-ide baru 3. Mengajarkan siswa untuk selalu menyesuaikan skema lama dengan skema baru