Definisi dan Klasifikasi dari Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Etiologi & Faktor Risiko dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Patogenesis Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Diagnosis (Anamnesis,P.Fisik,P.Penunjang) dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Penatalaksanaan [ Farmako & Non – farmako
( Edukasi, Pencegahan ) ] dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
7. Prognosis dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
Laporan kasus mengenai Pityriasis versicolor. Bahasan di dalamnya meliputi definisi, faktor risiko, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, penegakan diagnosis (anamnesis dan pemeriksaan klinis, serta pemeriksaan penunjang), prognosis, dan pencegahan Pityriasis versicolor
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Definisi dan Klasifikasi dari Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Etiologi & Faktor Risiko dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Patogenesis Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Diagnosis (Anamnesis,P.Fisik,P.Penunjang) dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Penatalaksanaan [ Farmako & Non – farmako
( Edukasi, Pencegahan ) ] dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
7. Prognosis dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
Laporan kasus mengenai Pityriasis versicolor. Bahasan di dalamnya meliputi definisi, faktor risiko, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, penegakan diagnosis (anamnesis dan pemeriksaan klinis, serta pemeriksaan penunjang), prognosis, dan pencegahan Pityriasis versicolor
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
2. PENGERTIAN
Sistitis sendiri merupakan peradangan pada
kandung kemih itu sendiri tanpa disertai radang bagian
atas saluran kemih. Karena Sistitis merupakan ISK
bagian bawah.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) yaitu adanya
peradangan bacterial yang berkembangbiak di saluran
kemih disertai adanya kolonisasi mikroba di urin.
3. COUNT….
Sistitis adalah inflamasi pada mukosa buli - buli yang
sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Kuman penyebab
infeksi ini terutama adalah Escherichia colli,
Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus aureus yang
masuk ke buli - buli terutama melalui uretra. Sistitis akut
sangat mudah terjadi jika pertahanan lokal tubuh
menurun, yaitu pada diabetes melitus atau trauma lokal
minor pada saat sanggama.
4.
5.
6. 1. Rasa nyeri pada saluran kencing dan perut bagian bawah.
Jika dibawa buang air kecil terasa sakit dan nyeri (disuria
karena bagian yang meradang tertekan).
2. Sering buang air kecil, tetapi air seni yang keluar hanya
sedikit dan disertai rasa nyeri.
3. Jika sistitis disebabkan oleh kanker kandung kemih,
biasanya kencing disertai rasa nyeri dan darah yang keluar
bersama air seni (demam yang disertai adanya darah dalam
urine pada kasus yang parah).
4. Rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal
Tanda Gejala
7. Patofisiologi
Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah
yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu
Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara
hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian
bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun
unilateral.
Bakteri gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella,
enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab
atas sebagian kecil infeksi tanpa komplikasi. Organisme-
organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada
infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan
langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.
8.
9. Klasifikasi
1) Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung
kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain seperti batu
pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura
uretra.
Tanda dan gejala:
a. Peningkatan frekwensi miksi
b. Disuria karena epitel yang meradang tertekan, rasa nyeri pada
daerah supra pubis atau perineal.
c. Rasa ingin miksi
d. Hematuria:
• Pada wanita biasanya timbul setelah adanya infeksi saluran
pernafasan atau setelah diare.
• Pada pria timbul prostitis setelah minum alkohol yang berlebihan.
10. 2) Cystitis sekunder, merupakan gejala yang
timbul kemudian sebagai akibat dari
penyakit primer misalnya uretritis dan
prostatitis.
Sama dengan sistitis akut tetapi
berlangsung lama dan sering tidak begitu
menonjol.
Pasien perlu dilakukan IVP dan cystoscopy
11. 1. Menjaga kebersihan daerah genital dengan air bersih.
Jangan terlalu sering menggunakan tisu basah atau
sabun khusus organ kewanitaan karena bisa mematikan
bakteri baik dalam organ genital.
2. Jika mencuci alat kemaluan, arah cebok (mencuci daerah
genital) dari arah depan dan tidak berulang (maju
mundur). Jadi, daerah depan (uretra) dibersihkan dahulu
baru kemudian daerah vagina dan terakhir anus untuk
menghindari perpindahan kuman dari anus atau vagina ke
uretra.
Pencegahan
12. Count. . .
3. Segera mengobati keputihan yang berlebih.
4. Tidak menahan kencing.
5. Banyak minum air putih.
6. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi
suplemen vitamin C atau buah-buahan sumber vitamin C.
13. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas.
Diambil contoh air kemih aliran tengah (midstream), agar air
kemih tidak tercemar oleh bakteri dari vagina atau ujung
penis. Air kemih kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk
melihat adanya sel darah merah atau sel darah putih atau zat
lainnya.
Pemeriksaan
Penunjang
14. Dilakukan penghitungan bakteri dan dibuat biakan untuk
menentukan jenis bakterinya. Jika terjadi infeksi, maka
biasanya satu jenis bakteri ditemukan dalam jumlah yang
banyak. Pada pria, air kemih aliran tengah biasanya cukup
untuk menegakkan diagnosis.
Pada wanita, contoh air kemih ini kadang dicemari oleh
bakteri dari vagina, sehingga perlu diambil contoh air kemih
langsung dari kandung kemih dengan menggunakan kateter.
16. Pemeriksaan Lain
a) Rontgen, untuk menggambarkan ginjal, ureter dan kandung
kemih
b) Sistouretrografi, untuk mengetahui adanya arus balik air
kemih dari kandung kemih dan penyempitan uretra
c) Uretrogram retrograd, untuk mengetahui adanya
penyempitan, divertikula atau fistula
d) Sistoskopi, untuk melihat kandung kemih secara langsung
dengan serat optik
17. Therapy
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah minum banyak
cairan. Aksi pembilasan ini akan membuang banyak bakteri dari
tubuh, bakteri yang tersisa akan dilenyapkan oleh pertahanan
alami tubuh.
Langkah kedua adalah Pemberian antibiotik per-oral (tablet,
kapsul, sirup) selama 3 hari atau dosis tunggal biasanya efektif,
selama belum timbul komplikasi.
Jika infeksinya kebal, biasanya antibiotik diberikan selama 7-10
hari.
18. Untuk meringankan kejang otot bisa diberikan atropin.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan fenazopiridin.
Gejalanya seringkali bisa dikurangi dengan membuat suasana
air kemih menjadi basa, yaitu dengan meminum baking soda
yang dilarutkan dalam air.
Pembedahan dilakukan untuk mengatasi penyumbatan pada
aliran kemih (uropati obstruktif) atau untuk memperbaiki
kelainan struktur yang menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi.
Biasanya sebelum pembedahan diberikan antibiotik untuk
mengurangi resiko penyebaran infeksi ke seluruh tubuh