Dokumen tersebut membahas tentang sifat termal bahan yang terkait dengan perpindahan kalor, termasuk konduktivitas termal, tahanan termal, koefisien permukaan, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya."
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
Modul perpindahan panas konduksi steady sate-one dimensional ini adalah penjabaran atau penjelasan sederhana untuk persamaan-persamaan matematika yang berlaku pada perpindahan panas konduksi untuk benda padat.
Differential Thermal Analysis adalah salah satu pengujian tak rusak (non-destructive test). Pengujian ini berguna untuk mengidentifikasi dan enganalisis secara kuantitatif komoposisi suatu zat dengan melihat perilakunya terhadap temperatur. Di dalam presentasi ini akan dibahas seputar dasar teori, faktor yang mempengaruhi perubahan suhu baiks ecara fisika maupun kimia, standar sampel, standar kalibrasi, instrumen, dan sistem DTA nya
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
Modul perpindahan panas konduksi steady sate-one dimensional ini adalah penjabaran atau penjelasan sederhana untuk persamaan-persamaan matematika yang berlaku pada perpindahan panas konduksi untuk benda padat.
Differential Thermal Analysis adalah salah satu pengujian tak rusak (non-destructive test). Pengujian ini berguna untuk mengidentifikasi dan enganalisis secara kuantitatif komoposisi suatu zat dengan melihat perilakunya terhadap temperatur. Di dalam presentasi ini akan dibahas seputar dasar teori, faktor yang mempengaruhi perubahan suhu baiks ecara fisika maupun kimia, standar sampel, standar kalibrasi, instrumen, dan sistem DTA nya
Buku berisi pembahasan dasar tentang aplikasi dari studi perpindahan kalor, yaitu: alat penukar kalor. Konsentrasinya adalah analisa dasar dari alat penukar kalor tersebut. Dan penulis harapkan dapat bermanfaat, sampai kritik dan saran untuk memperbaiki materi ini.
presentasi ini menjelas tentang Perbedaan Prinsip XRD, XRF.
apa itu XRD dan XRF?
XRD (X-Ray Diffraction), salah satu teknik analisa untuk stuktur suatumineral, garam, logam, bahkan senyawaan organik seperti DNA, vitamin, dll
XRF (X-ray fluorescence spectrometry) merupakan teknik analisa non-destruktif yang digunakan untuk identifikasi serta penentuan konsentrasi elemen yang ada pada padatan, bubuk ataupun sample cair. XRF mampu mengukur elemen dari berilium (Be) hingga Uranium pada level trace element, bahkan dibawah level ppm. Secara umum, XRF spektrometer mengukur panjang gelombang komponen material secara individu dari emisi flourosensi yang dihasilkan sampel saat diradiasi dengan sinar-X
nb: disarankan membuka ppt dengan microsoft office 2016
Pada tahun 1910, Ernest Rutherford melakukan percobaan utnuk menguji kebenaran model atom Thomson yang sekarang dikenal sebagai eksperimen hamburan Rutherford (Rutherford scattering experiment). Rutherford menemukan partikel-α, sebuah partikel yang dipancarkan oleh atom radioaktif, pada tahun 1909. Partikel ini memiliki muatan positif, dan faktanya adalah kita sekarang tahu bahwa partikel-α seperti atom helium dilepaskan dari elektronnya, memberikannya muatan 2+. Dalam eksperimen hamburan ini, aliran partikel-α ini diarahkan ke lembaran emas. Lembaran emas ini dipilih oleh Rutherford karena dapat dibuat sangat tipis, hanya setebal beberapa atom emas.
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...Mirmanto
Due to population growth, industry advance and rapid development, fresh and comfortable air may be difficult to get. Conditioning the air to get comfort environment may be a basic demand for people, but the prices of the device and its operation for this purpose are expensive. This research tries to solve this problem but it is just only to know the capability of the heat exchanger to transfer/ absorb heat and is not to cool the room to be below the ambient temperature. The working fluid used was clean water and the heat exchangers employed were parallel and serpentine which were made of copper pipes with a diameter of 1/4 inch and 1/2 inch (for the header). The volumetric flow rates used were 300 ml/minutes, 400 ml/minutes and 500 ml/minutes. While the heat that should be absorbed by the water from the room is 50 W, 100 W and 150 W. The results show that the effect of volumetric flow rate on heat exchanger performance and room temperature is insignificant. From the pressure drop results, the parallel pipe heat exchanger has lower pressure drops while the serpentine has higher pressure drops.
Buku berisi pembahasan dasar tentang aplikasi dari studi perpindahan kalor, yaitu: alat penukar kalor. Konsentrasinya adalah analisa dasar dari alat penukar kalor tersebut. Dan penulis harapkan dapat bermanfaat, sampai kritik dan saran untuk memperbaiki materi ini.
presentasi ini menjelas tentang Perbedaan Prinsip XRD, XRF.
apa itu XRD dan XRF?
XRD (X-Ray Diffraction), salah satu teknik analisa untuk stuktur suatumineral, garam, logam, bahkan senyawaan organik seperti DNA, vitamin, dll
XRF (X-ray fluorescence spectrometry) merupakan teknik analisa non-destruktif yang digunakan untuk identifikasi serta penentuan konsentrasi elemen yang ada pada padatan, bubuk ataupun sample cair. XRF mampu mengukur elemen dari berilium (Be) hingga Uranium pada level trace element, bahkan dibawah level ppm. Secara umum, XRF spektrometer mengukur panjang gelombang komponen material secara individu dari emisi flourosensi yang dihasilkan sampel saat diradiasi dengan sinar-X
nb: disarankan membuka ppt dengan microsoft office 2016
Pada tahun 1910, Ernest Rutherford melakukan percobaan utnuk menguji kebenaran model atom Thomson yang sekarang dikenal sebagai eksperimen hamburan Rutherford (Rutherford scattering experiment). Rutherford menemukan partikel-α, sebuah partikel yang dipancarkan oleh atom radioaktif, pada tahun 1909. Partikel ini memiliki muatan positif, dan faktanya adalah kita sekarang tahu bahwa partikel-α seperti atom helium dilepaskan dari elektronnya, memberikannya muatan 2+. Dalam eksperimen hamburan ini, aliran partikel-α ini diarahkan ke lembaran emas. Lembaran emas ini dipilih oleh Rutherford karena dapat dibuat sangat tipis, hanya setebal beberapa atom emas.
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...Mirmanto
Due to population growth, industry advance and rapid development, fresh and comfortable air may be difficult to get. Conditioning the air to get comfort environment may be a basic demand for people, but the prices of the device and its operation for this purpose are expensive. This research tries to solve this problem but it is just only to know the capability of the heat exchanger to transfer/ absorb heat and is not to cool the room to be below the ambient temperature. The working fluid used was clean water and the heat exchangers employed were parallel and serpentine which were made of copper pipes with a diameter of 1/4 inch and 1/2 inch (for the header). The volumetric flow rates used were 300 ml/minutes, 400 ml/minutes and 500 ml/minutes. While the heat that should be absorbed by the water from the room is 50 W, 100 W and 150 W. The results show that the effect of volumetric flow rate on heat exchanger performance and room temperature is insignificant. From the pressure drop results, the parallel pipe heat exchanger has lower pressure drops while the serpentine has higher pressure drops.
Kenyamanan Thermal
REKAYASA THERMAL BANGUNAN
PENGERTIAN KENYAMANAN THERMAL
Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi thermal yang dirasakan oleh manusia, bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda disekitar arsitekturnya atau kondisi pikir seseorang yang mengekspresikan kepuasan dirinya terhadap lingkungan thermalnya.
ASHERE (1989), mendefinisikan kenyamanan thermal sebagai suatu pemikiran dimana kepuasan didapati. Oleh karena itu, kenyamanan adalah suatu pemikiran mengenai persamaan empiric. Meskipun digunakan untuk mengartikan tanggapan tubuh, kenyamanan thermal merupakan kepuasan yang dialami oleh manusia yang menerima suatu keadaan thermal, keadaan ini alami baik secara sadar ataupun tidak sadar. Pemikiran suhu netral atau suhu tertentu yang sesuai untuk seseorang dinilai agak kurang tepat karena nilai kenyamanan bukan merupakan nilai yang pasti dan selalu berbeda bagi setiap individu.
benda-benda di sekitar ars
Ada tiga pemaknaan kenyamanan thermal menurut Peter Hoppe2.
a) Pendekatan thermophysiological
b) Pendekatan heat balance (keseimbangan panas)
c) Pendekatan psikologis.
Kenyamanan thermal sebagai proses thermophisiological, menganggap bahwa nyaman dan tidaknya lingkungan thermal akan tergantung pada menyala dan matinya signal syarat reseptor thermal yang terdapat di kulit dan otak.
Pendekatan heat balance (keseimbangan panas), kenyamanan thermal dicapai bila aliran panas keadaan dari badan manusia seimbang dan temperatur kulit serta tingkat berkeringat badan ada dalam range nyaman.
Pendekatan psikologis, kenyamanan thermal adalah kondisi pikiran yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan thermalnya.
Di antara tiga pemaknaan tersebut, pemaknaan berdasarkan pada pendekatan psikologis lebih banyak digunakan oleh pakar pada bidang ini.
Keseimbangan suhu tubuh manusia rata-rata adalah 37º C. Faktor-faktor alami yang dirasakan manusia akan merasa nyaman dengan lingkungannya secara sadar ataupun tidak sadar yang disebut daerah nyaman (comfort zone).
Georg Lippsmeier dalam buku Bangunan Tropis, daerah iklim tropis lembap berada disekitar khatulistiwa sampai sekitar 15º utara dan selatan. Indonesia berada dalam daerah tropis lembap ini, dengan ciri-ciri antara lain:
a) Kelembapan udara yang tinggi dan temperatur udara yang relatif panas sepanjang tahun. Kelembapan udara rata-rata adalah 80%, akan mencapai maksimum sekitar pukul 06.00 pagi dan minimum pukul 14.00. kelembapan ini hampir sama untuk dataran rendah, temperatur rata-rata sekitar 32º C. Makin tinggi letak suatu tempat terhadap permukaan laut, maka temperatur udara akan berkurang rata-rata 0,6º C untuk kenaikan 100 m.
b) Curah hujan yang tinggi dengan rata-rata 1500-2500 mm/tahun.
c) Radiasi matahari global horizontal rata-rata harian adalah 400 watt/m², dan tidak banyak berbeda sepanjang tahun.
d) Keadaan langit pada umumnya selalu berawan.
Materi menjelaskan pengertian suhu, panas, temperature. Selain itu juga menjelaskan pola suhu harian, suhu diurnal, profil suhu di wilayah tropik dan sub-tropis, serta pringsip dan cara pengukuran suhu
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
1. MINGGU KE 4
SIFAT TERMAL BAHAN
Sifat termal bahan dikaitkan dengan perpindahan kalor.
Perpindahan kalor ada 2, yaitu :
- Keadaan tetap ( steady heat flow )
- Keadaan berubah ( transient heat flow)
1. Perpindahan Kalor Keadaan Tetap
Dalam keadaan yang sebenarnya perpindahan kalor bersifat rumit. Oleh karena itu
untuk kepentingan praktis, persamaannya disederhanakan.
Perpindahan kalor suatu bahan tidak hanya tergantung pada tahanan ( resistance )
bahan tersebut tetapi tahanan dari kedua permukaan bahan tersebut, atau koefisien
permukaan bahan tersebut.
Persamaan aliran kalor : q = UA ( t1-t2)
Dimana, q = aliran kalor
U= transmitan keseluruhan
A= luas bahan atau elemen
t1-t2=perbedaan suhu udara dua permukaan
Persamaan lain : q= 1/R A (t1-t2)
U=1/R
U=__________1__________________
1/hi+1/ho+(d1/k1+d2/k2+...+dn/kn)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
2. Dimana, hi= koefisien permukaan dalam
ho=koefisien permukaan luar
k=konduktifitas termal
d=tebal lapisan
Tahanan termal
R adalah jumlah dari tahanan termal dari kedua permukaan dan jumlah tahanan dari
masing masing lapisan.
R=1/hi+1/ho+d1/k1+.....dn/kn
= Ri+Ro+R1+.......+Rn
Faktor-faktor yang mempengaruhi konduktifitas termal
1.Kandungan uap air
Konduktifitas termal air sebesar 25x konduktifitas udara tenang.Oleh karena itu
apabila suatu benda berpori diisi air maka akan berpengaruh terhadap konduktifitas
termal.Konduktifitas termal yang rendah pada bahan insulasi adalah selaras dengan
kandungan udara dalam bahan tersebut.
Hubungan antara konduktifitas termaldan kandungan uap air dituangkan dalam
persamaan sbb:
Kh=Kd(1+0,0125h)
Dimana, Kh=Konduktifitas termal pada kandungan uap air h
Kd=Konduktifitas termal dalam keadaan kering
H=kandungan uap air (%berat)
2.Suhu
Pengaruh suhu terhadap konduktifitas termal suatu bahan adalah kecil.
Namun secara umum dapat dikatakan bahwa konduktifitas termal akan meningkat
apabila suhu meningkat.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
3. 3.Kepadatan dan Porositas
Konduktifitas termal berbeda pengaruh terhadap kepadatan apabila poro-pori bahan
semakin banyak maka konduktifitas termak rendah. Perbedaan konduktifitas termal
bahan dengan kepadatan yang sama, akan tergantung kepada perbedaan struktur, yang
meliputi: ukuran, distribusi, hubungan pori/lubang.
Batas Konduktifitas Termal Bahan.
Konduktifitas termal bahan insulasi terbatas kepada konduktifitas gas dalam pori-
por. Tidak mungkin bahan yang berpori memiliki konduktifitas termal lebih rendah dari
udara tenang (still air).
Namun demikian ada bahan insulasi (foam) yang mempunyai konduktifitas termal lebih
rendah dari udara tenang.
Beberapa sifat konduktifitas termal bahan dan sifat lainnya.
Klasifikasi Perincian Berat jenis Kalor spesifik
konduktifitas
Kgm/m³ Kkal/kgm˚c. Kkal/m²
Papan Asbestos semen 1602 0,20 0,56
Gypsum board 993 0,25 0,15
Tanah pengisi Tanah 1201 0,20 0,32
Bahan lantai Aspal 2243 0,22 1,12
Marmer 2723 0,20 2,16
Teraso 2435 0,20 1,49
Bahan kaca Kaca 2483 0,16 0,64
Bahan insulasi Asbestos,selimut 144 0,20 0,05
Asbes, Papan insulasi 705 - 0,09
Papan gabus 96 0,47 0,04
Mineral wool 16-160 0,21 0,03
Bahan bata Batu bata 1826 0,18 0,71
Beton (ringan) 320 0,21 0,07
Beton (padat) 2323 0,21 1,30
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
4. Plester 1762 0,22 0,58
Bahan atap Atap genteng 1922 0,22 0,75
Tanah - -
Baja 7849 0,12 45,88
Kayu Kayu 481 0,45 0,11
Koefisien Permukaan
Koefisien permukaan berpengaruh terhadap perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor pada permukaan :
1.Emisifitas permukaan (e)
2. Kekasaran permukaan
3. Kecepatan udara diatasnya atau disebelahnya
4. Suhu
1. Emisifitas Permukaan
Emisifitas permukaan yang semakin tinggi akan menyebabkan peningkatan kalor
yang hilang secara radiasi.
Apabila suatu permukaan memancarkan radiasi kepada suatu daerah yang memiliki
suhu yang lebih rendah, maka koefisien permukaan akan meningkat.
2.Kecepatan udara yang semakin tinggi pada sebuah permukaan akan
meningkatkan kadar aliran kalor secara konveksi paksa, dan meningkatkan koefisien
permukaan.
3.Perbedaan Suhu antara permukaan dan udara diatasnya akan menyebabkan
meningkatnya koefisien permukaan disebabkan perpindahan kalor secara konveksi.
4..Semakin kasar sebuah permukaan, akan menyebabkan meningkatnya
perpindahan kalor secara konveksi yang juga menyebabkan koefisien permukaan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
5. meningkat, hal ini disebabkan terjadinya turbulensi (perputaran) udara yang mengalir
didekatnya.
5.koefisien permukaan yang vertikal berbeda dengan koefisien permukaan yang
horizontal.
2.1.1 Sifat Termal Bahan
Perbedaan suhu antara dalam dan luar bangunan menyebabkan perpindahan
kalor. Kadar kalor yang melalui setiap unsur bangunan bergantung kepada sifat termal
bahan konstruksi bangunan. Bahagian berikut akan menerangkan sifat-sifat termal
bahan yang merangkumi
• kalor spesifik dan kapasitas termal,
• konduksi termal dan konduktan,
• tahanan dan resistan,
• konduksi permukaan dan tahanan permukaan dan
• emisiviti.
2.1.1.1 Kalor Spesifik dan Kapasitas Termal
Kalor spesifik sebuah bahan adalah sejumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu sebuah massa bahan sebanyak 1 0
C. Unit kalor tentu adalah J kg-1 0
C-
1
. Bahan yang lebih besar nilai kalor tentu akan menyerap kalor yang lebih besar untuk
setiap unit kenaikan suhunya. Kapasitas termal, yang berkaitan dengan massa dan kalor
tentu daripada unsur tersebut, memainkan peranan yang penting. Bagi dinding yang
menggunakan konstruksi berat, diperlukan sejumlah kalor yang besar untuk menaikkan
suhu unsur tersebut sebelum memindahkan kalornya ke sisi dalaman. Akibatnya,
terdapat ‘masa lambat’ antara gandaan kalor suria maksimum pada permukaan luar dan
masa perpindahan kalor maksimum oleh permukaan ruang dalaman terhadap udara di
dalam.
‘Masa lambat’, φ, didefinisikan sebagai beda masa antara masa suhu
permukaan dalam mencapai maksimum dan suhu permukaan luar mencapai
maksimum. Masa lambat suatu unsur selari dengan muatan termal dan terbalik dengan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
6. konduktannya. Oleh itu, dinding batu bata yang berat dan tebal memiliki masa lambat
yang tinggi, manakala dinding yang ringan dan nipis akan mempunyai masa lambat
yang rendah.
2.1.1.2 Konduksi Termal dan konduktan
Konduksi termal suatu bahan, k, didefinisikan sebagai kadar aliran kalor (secara
konduksi) melalui seunit luas sekeping bahan dengan seunit ketebalan dan seunit
perbedaan suhu (Harkness, 1978; Billington, 1952). Konduktan daripada kepingan
bahan didefinisikan sebagai kadar perpindahan kalor melalui seunit luas sebuah bidang
apabila perbedaan suhu antara permukaannya adalah 1 0
C. Konduksi adalah
merupakan sifat sesungguhnya daripada bahan.
Konduksi termal dipengaruhi oleh empat faktor yaitu,
• kandungan uap air,
• suhu,
• berat jenis dan,
• keadaan pori-pori bahan.
Sebuah objek dengan nilai konduksi yang besar (nilai-k) adalah pengalir yang
baik. Sebaliknya apabila memiliki nilai k yang kecil objek itu merupakan pengalir yang
buruk atau penebat yang baik. Sifat-sifat penebatan hanya dapat dikekalkan apabila
berada dalam keadaan kering. Dalam semua kes, konduksi meningkat selari dengan
meningkatnya kandungan lembapan (Billington, 1952). Konduksi termal air adalah kira-
kira 25 kali udara bersih. Oleh itu tidak menghairankan apabila penggantian udara
dalam liang atau antara butir halus dalam bahan dengan air akan mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap konduksi termal bahan. Kehadiran air akan menggandakan
konduksi termal daripada dinding papan dan batu bata pada amnya dan juga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap bahan-bahan bangunan yang lain.
Pengaruh suhu terhadap konduksi termal bahan adalah kecil berbanding selang
suhu yang biasa ditemui dalam bangunan. Secara umum, konduksi termal cenderung
meningkat selari dengan kenaikan suhu. Situasi ini lebih kerap berlaku dalam kes bahan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
7. ringan (light-weight) dengan perbandingan udara dalam rongga yang besar.
Konduksi juga dipengaruhi oleh berat jenis dan ‘keliangan’ (porosity). Nilai
konduksi berubah apabila terdapat perubahan berat jenis dan kandungan lembapan
sesuatu bahan. Bahan dengan berat jenis yang tinggi merupakan pengalir yang baik,
sebaliknya apabila berat jenis semakin rendah, kandungan udara dalam rongga semakin
besar maka semakin rendah pula konduksi termal. Secara umum dapat disimpulkan
konduksi termal yang rendah bagi kebanyakan bahan penebatan sesungguhnyanya
sesuai dengan udara yang dikandungi bahan tersebut.
2.1.1.3 Rintangan dan Tahanan
Kebalikan daripada konduksi (1/k) adalah tahanan, ρ, dengan unit m 0
C W –1
.
Rintangan didefinisikan sebagai balikan daripada konduktan:
0
C/W (2.2)
di mana,
R - Rintangan
C - Kalor tentu udara (W/kg/0
C)
d - Pekali rangkap pindah (W/j/m2
/0
C).
k - Konduksi termal (W/j/m/0
C)
ρ - Berat jenis udara,
2.1.1.4 Konduktan Permukaan dan Rintangan Permukaan
Perpindahan kalor dalam bangunan perlu mengambil kira perpindahan kalor
daripada udara ke udara melalui dinding, khususnya daripada udara luar ke udara
dalam atau sebaliknya. Selain rintangan daripada dinding, terdapat pula rintangan yang
diakibatkan oleh permukaannya. Rintangan pada permukaan ini nipis dan disebut
dengan ‘rintangan filem’ atau ‘rintangan permukaan’. Rintangan permukaan yang
terdapat pada dinding adalah rintangan permukaan dalaman dan luaran, sesuai dengan
kehadiran lapisan filem udara pada kedua sisi dinding ini. Kebalikan daripada rintangan
permukaan adalah ‘konduktan permukaan’ yang ditandakan dengan f.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
ρ
1
d
k
d
C
R ===
8. 2.1.1.5 Emisiviti
Perpindahan kalor secara radiasi daripada satu objek kepada objek lainnya.
Dalam proses ini bahan perantaranya tidak menjadi panas. Intensitas kalor yang
dipancarkan oleh suatu permukaan diberikan oleh hukum Stefan Boltzmann:
W (2.3)
di mana
q r - Gandaan kalor radiasi suria (W/j)
σ - konstan Stefan Boltzman, 1.797x108
e - emisiviti bagi sebuah bumbung atau dinding (m2
)
A - Luas permukaan dalaman bagi sebuah bumbung atau dinding (m2
)
T - Suhu udara dalam ruang pada suatu masa (K)
Emisiviti sebuah permukaan didefinisikan sebagai perbandingan daripada energi
yang dipancarkan oleh permukaan dengan energi yang dipancarkan oleh sebuah objek
hitam pada suhu yang sama seperti permukaan itu. Nilai emisiviti, e, dan juga
kebeserapan, a, daripada sebuah objek hitam adalah satu unit. Oleh itu, objek hitam
adalah penyerap dan juga pemancar yang sempurna daripada segi radiasi termal.
Emisiviti sebuah permukaan bagi radiasi gelombang panjang adalah
perbandingan radiasi termal dari satu luas terhadap radiasi daripada satu luas daripada
sebuah pemancar berwarna hitam pada suhu yang sama;
(2.4)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
sama.yangsuhupadahitam'benda'olehndipancarkarmasinaran te
suhu.suatupadapermukaanolehndipancarkarmasinaran te
ranKeberpanca =
4
σeATqr =
9. Emisiviti merupakan fungsi daripada (1) sifat permukaan, warna dan kekasaran.
Permukaan yang halus dan terang memiliki emisiviti yang rendah; dan (2) suhu
permukaan. Untuk setiap panjang gelombang berlaku persamaan seperti berikut:
(2.6)
di mana e adalah emisiviti dan r adalah radiasi suria
Apabila emisiviti sama dengan daya serapan pada suatu suhu, maka persamaan
di atas berubah menjadi:
(2.7)
2.1.1.6 Rintangan Termal Ruang Udara
Konduksi termal untuk udara sangat rendah (Billington, 1978). Oleh itu sebuah
ruang yang tertutup rapat merupakan sebuah rintangan yang baik. Perpindahan kalor
secara konduksi adalah kecil berbanding dengan radiasi kalor dari satu permukaan ke
permukaan lain. Selain itu juga berlaku proses perpindahan kalor secara perolakan di
dalam ruang udara tersebut. Perpindahan kalor secara perolakan lebih besar
berbanding dengan konduksi.
Konduksi termal udara tenang (still air) samada di bawah bahan-bahan
bangunan, liang dalam dinding ataupun bumbung dianggap memiliki rintangan termal
yang tinggi. Kebanyakan proses perpindahan kalor melalui sebuah rongga berlaku
secara radiasi, yaitu antara permukaan yang berhadapan pada rongga tersebut dan
hanya sedikit kalor dipindahkan secara konduksi melalui udara (Harkness, 1978).
Apabila liang dilapik dengan lapisan nipis logam penebat (seperti aluminium foil)
sebagai penebatan yang bersifat memantul, maka rintangannya akan meningkat. Hal ini
disebabkan daya serapan untuk lapisan tersebut terhadap radiasi adalah rendah (daya
serapan gelombang pendek adalah kira-kira 0.05). Mengecat dengan warna putih (daya
serapan kira-kira 0.90) tidak akan menghasilkan rintangan yang lebih baik berbanding
dengan menggunakan lapisan nipis logam (Harkness, 1978). Secara umum, permukaan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
e = α = 1 – r
e + r = 1
10. logam yang berkilat adalah bahan penebat gelombang panjang, sedangkan permukaan
dengan cat putih sesuai untuk radiasi suria.
2.1.1.7 Rintangan Menyeluruh
Dinding atau bumbung bangunan biasanya terdiri daripada beberapa lapisan
yang berbeda bahannya. Rintangan menyeluruh daripada lapisan tersebut didapati
dengan menambahkan setiap rintangan lapisan tersebut. Oleh itu, persamaan rintangan
menyeluruh adalah:
0
C/W (2.9)
di mana RT adalah rintangan menyeluruh bagi lapisan-lapisan sedangkan R1,R2 dan R3
adalah rintangan untuk lapisan 1, 2 dan 3
2.1.1.8 Keberhantaran atau Nilai-U
Keberhantaran atau nilai U daripada sebuah objek didefinisikan sebagai
kebalikan daripada rintangan menyeluruh. Unit keberhantaran adalah sama dengan
konduktan, yaitu W m –1 0
C –1
. Pada praktikalnya, keberhantaran melalui dinding
bangunan daripada udara luar ke udara dalam sentiasa diambil kira. Dalam hal ini
rintangan filem luaran dan dalaman harus diambil kira secara berasingan daripada
rintangan dinding ataupun bumbung.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
...321 +++= RRRRT