SlideShare a Scribd company logo
MINGGU KE 4
SIFAT TERMAL BAHAN
Sifat termal bahan dikaitkan dengan perpindahan kalor.
Perpindahan kalor ada 2, yaitu :
- Keadaan tetap ( steady heat flow )
- Keadaan berubah ( transient heat flow)
1. Perpindahan Kalor Keadaan Tetap
Dalam keadaan yang sebenarnya perpindahan kalor bersifat rumit. Oleh karena itu
untuk kepentingan praktis, persamaannya disederhanakan.
Perpindahan kalor suatu bahan tidak hanya tergantung pada tahanan ( resistance )
bahan tersebut tetapi tahanan dari kedua permukaan bahan tersebut, atau koefisien
permukaan bahan tersebut.
Persamaan aliran kalor : q = UA ( t1-t2)
Dimana, q = aliran kalor
U= transmitan keseluruhan
A= luas bahan atau elemen
t1-t2=perbedaan suhu udara dua permukaan
Persamaan lain : q= 1/R A (t1-t2)
U=1/R
U=__________1__________________
1/hi+1/ho+(d1/k1+d2/k2+...+dn/kn)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
Dimana, hi= koefisien permukaan dalam
ho=koefisien permukaan luar
k=konduktifitas termal
d=tebal lapisan
Tahanan termal
R adalah jumlah dari tahanan termal dari kedua permukaan dan jumlah tahanan dari
masing masing lapisan.
R=1/hi+1/ho+d1/k1+.....dn/kn
= Ri+Ro+R1+.......+Rn
Faktor-faktor yang mempengaruhi konduktifitas termal
1.Kandungan uap air
Konduktifitas termal air sebesar 25x konduktifitas udara tenang.Oleh karena itu
apabila suatu benda berpori diisi air maka akan berpengaruh terhadap konduktifitas
termal.Konduktifitas termal yang rendah pada bahan insulasi adalah selaras dengan
kandungan udara dalam bahan tersebut.
Hubungan antara konduktifitas termaldan kandungan uap air dituangkan dalam
persamaan sbb:
Kh=Kd(1+0,0125h)
Dimana, Kh=Konduktifitas termal pada kandungan uap air h
Kd=Konduktifitas termal dalam keadaan kering
H=kandungan uap air (%berat)
2.Suhu
Pengaruh suhu terhadap konduktifitas termal suatu bahan adalah kecil.
Namun secara umum dapat dikatakan bahwa konduktifitas termal akan meningkat
apabila suhu meningkat.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
3.Kepadatan dan Porositas
Konduktifitas termal berbeda pengaruh terhadap kepadatan apabila poro-pori bahan
semakin banyak maka konduktifitas termak rendah. Perbedaan konduktifitas termal
bahan dengan kepadatan yang sama, akan tergantung kepada perbedaan struktur, yang
meliputi: ukuran, distribusi, hubungan pori/lubang.
Batas Konduktifitas Termal Bahan.
Konduktifitas termal bahan insulasi terbatas kepada konduktifitas gas dalam pori-
por. Tidak mungkin bahan yang berpori memiliki konduktifitas termal lebih rendah dari
udara tenang (still air).
Namun demikian ada bahan insulasi (foam) yang mempunyai konduktifitas termal lebih
rendah dari udara tenang.
Beberapa sifat konduktifitas termal bahan dan sifat lainnya.
Klasifikasi Perincian Berat jenis Kalor spesifik
konduktifitas
Kgm/m³ Kkal/kgm˚c. Kkal/m²
Papan Asbestos semen 1602 0,20 0,56
Gypsum board 993 0,25 0,15
Tanah pengisi Tanah 1201 0,20 0,32
Bahan lantai Aspal 2243 0,22 1,12
Marmer 2723 0,20 2,16
Teraso 2435 0,20 1,49
Bahan kaca Kaca 2483 0,16 0,64
Bahan insulasi Asbestos,selimut 144 0,20 0,05
Asbes, Papan insulasi 705 - 0,09
Papan gabus 96 0,47 0,04
Mineral wool 16-160 0,21 0,03
Bahan bata Batu bata 1826 0,18 0,71
Beton (ringan) 320 0,21 0,07
Beton (padat) 2323 0,21 1,30
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
Plester 1762 0,22 0,58
Bahan atap Atap genteng 1922 0,22 0,75
Tanah - -
Baja 7849 0,12 45,88
Kayu Kayu 481 0,45 0,11
Koefisien Permukaan
Koefisien permukaan berpengaruh terhadap perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor pada permukaan :
1.Emisifitas permukaan (e)
2. Kekasaran permukaan
3. Kecepatan udara diatasnya atau disebelahnya
4. Suhu
1. Emisifitas Permukaan
Emisifitas permukaan yang semakin tinggi akan menyebabkan peningkatan kalor
yang hilang secara radiasi.
Apabila suatu permukaan memancarkan radiasi kepada suatu daerah yang memiliki
suhu yang lebih rendah, maka koefisien permukaan akan meningkat.
2.Kecepatan udara yang semakin tinggi pada sebuah permukaan akan
meningkatkan kadar aliran kalor secara konveksi paksa, dan meningkatkan koefisien
permukaan.
3.Perbedaan Suhu antara permukaan dan udara diatasnya akan menyebabkan
meningkatnya koefisien permukaan disebabkan perpindahan kalor secara konveksi.
4..Semakin kasar sebuah permukaan, akan menyebabkan meningkatnya
perpindahan kalor secara konveksi yang juga menyebabkan koefisien permukaan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
meningkat, hal ini disebabkan terjadinya turbulensi (perputaran) udara yang mengalir
didekatnya.
5.koefisien permukaan yang vertikal berbeda dengan koefisien permukaan yang
horizontal.
2.1.1 Sifat Termal Bahan
Perbedaan suhu antara dalam dan luar bangunan menyebabkan perpindahan
kalor. Kadar kalor yang melalui setiap unsur bangunan bergantung kepada sifat termal
bahan konstruksi bangunan. Bahagian berikut akan menerangkan sifat-sifat termal
bahan yang merangkumi
• kalor spesifik dan kapasitas termal,
• konduksi termal dan konduktan,
• tahanan dan resistan,
• konduksi permukaan dan tahanan permukaan dan
• emisiviti.
2.1.1.1 Kalor Spesifik dan Kapasitas Termal
Kalor spesifik sebuah bahan adalah sejumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu sebuah massa bahan sebanyak 1 0
C. Unit kalor tentu adalah J kg-1 0
C-
1
. Bahan yang lebih besar nilai kalor tentu akan menyerap kalor yang lebih besar untuk
setiap unit kenaikan suhunya. Kapasitas termal, yang berkaitan dengan massa dan kalor
tentu daripada unsur tersebut, memainkan peranan yang penting. Bagi dinding yang
menggunakan konstruksi berat, diperlukan sejumlah kalor yang besar untuk menaikkan
suhu unsur tersebut sebelum memindahkan kalornya ke sisi dalaman. Akibatnya,
terdapat ‘masa lambat’ antara gandaan kalor suria maksimum pada permukaan luar dan
masa perpindahan kalor maksimum oleh permukaan ruang dalaman terhadap udara di
dalam.
‘Masa lambat’, φ, didefinisikan sebagai beda masa antara masa suhu
permukaan dalam mencapai maksimum dan suhu permukaan luar mencapai
maksimum. Masa lambat suatu unsur selari dengan muatan termal dan terbalik dengan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
konduktannya. Oleh itu, dinding batu bata yang berat dan tebal memiliki masa lambat
yang tinggi, manakala dinding yang ringan dan nipis akan mempunyai masa lambat
yang rendah.
2.1.1.2 Konduksi Termal dan konduktan
Konduksi termal suatu bahan, k, didefinisikan sebagai kadar aliran kalor (secara
konduksi) melalui seunit luas sekeping bahan dengan seunit ketebalan dan seunit
perbedaan suhu (Harkness, 1978; Billington, 1952). Konduktan daripada kepingan
bahan didefinisikan sebagai kadar perpindahan kalor melalui seunit luas sebuah bidang
apabila perbedaan suhu antara permukaannya adalah 1 0
C. Konduksi adalah
merupakan sifat sesungguhnya daripada bahan.
Konduksi termal dipengaruhi oleh empat faktor yaitu,
• kandungan uap air,
• suhu,
• berat jenis dan,
• keadaan pori-pori bahan.
Sebuah objek dengan nilai konduksi yang besar (nilai-k) adalah pengalir yang
baik. Sebaliknya apabila memiliki nilai k yang kecil objek itu merupakan pengalir yang
buruk atau penebat yang baik. Sifat-sifat penebatan hanya dapat dikekalkan apabila
berada dalam keadaan kering. Dalam semua kes, konduksi meningkat selari dengan
meningkatnya kandungan lembapan (Billington, 1952). Konduksi termal air adalah kira-
kira 25 kali udara bersih. Oleh itu tidak menghairankan apabila penggantian udara
dalam liang atau antara butir halus dalam bahan dengan air akan mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap konduksi termal bahan. Kehadiran air akan menggandakan
konduksi termal daripada dinding papan dan batu bata pada amnya dan juga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap bahan-bahan bangunan yang lain.
Pengaruh suhu terhadap konduksi termal bahan adalah kecil berbanding selang
suhu yang biasa ditemui dalam bangunan. Secara umum, konduksi termal cenderung
meningkat selari dengan kenaikan suhu. Situasi ini lebih kerap berlaku dalam kes bahan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
ringan (light-weight) dengan perbandingan udara dalam rongga yang besar.
Konduksi juga dipengaruhi oleh berat jenis dan ‘keliangan’ (porosity). Nilai
konduksi berubah apabila terdapat perubahan berat jenis dan kandungan lembapan
sesuatu bahan. Bahan dengan berat jenis yang tinggi merupakan pengalir yang baik,
sebaliknya apabila berat jenis semakin rendah, kandungan udara dalam rongga semakin
besar maka semakin rendah pula konduksi termal. Secara umum dapat disimpulkan
konduksi termal yang rendah bagi kebanyakan bahan penebatan sesungguhnyanya
sesuai dengan udara yang dikandungi bahan tersebut.
2.1.1.3 Rintangan dan Tahanan
Kebalikan daripada konduksi (1/k) adalah tahanan, ρ, dengan unit m 0
C W –1
.
Rintangan didefinisikan sebagai balikan daripada konduktan:
0
C/W (2.2)
di mana,
R - Rintangan
C - Kalor tentu udara (W/kg/0
C)
d - Pekali rangkap pindah (W/j/m2
/0
C).
k - Konduksi termal (W/j/m/0
C)
ρ - Berat jenis udara,
2.1.1.4 Konduktan Permukaan dan Rintangan Permukaan
Perpindahan kalor dalam bangunan perlu mengambil kira perpindahan kalor
daripada udara ke udara melalui dinding, khususnya daripada udara luar ke udara
dalam atau sebaliknya. Selain rintangan daripada dinding, terdapat pula rintangan yang
diakibatkan oleh permukaannya. Rintangan pada permukaan ini nipis dan disebut
dengan ‘rintangan filem’ atau ‘rintangan permukaan’. Rintangan permukaan yang
terdapat pada dinding adalah rintangan permukaan dalaman dan luaran, sesuai dengan
kehadiran lapisan filem udara pada kedua sisi dinding ini. Kebalikan daripada rintangan
permukaan adalah ‘konduktan permukaan’ yang ditandakan dengan f.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
ρ
1
d
k
d
C
R ===
2.1.1.5 Emisiviti
Perpindahan kalor secara radiasi daripada satu objek kepada objek lainnya.
Dalam proses ini bahan perantaranya tidak menjadi panas. Intensitas kalor yang
dipancarkan oleh suatu permukaan diberikan oleh hukum Stefan Boltzmann:
W (2.3)
di mana
q r - Gandaan kalor radiasi suria (W/j)
σ - konstan Stefan Boltzman, 1.797x108
e - emisiviti bagi sebuah bumbung atau dinding (m2
)
A - Luas permukaan dalaman bagi sebuah bumbung atau dinding (m2
)
T - Suhu udara dalam ruang pada suatu masa (K)
Emisiviti sebuah permukaan didefinisikan sebagai perbandingan daripada energi
yang dipancarkan oleh permukaan dengan energi yang dipancarkan oleh sebuah objek
hitam pada suhu yang sama seperti permukaan itu. Nilai emisiviti, e, dan juga
kebeserapan, a, daripada sebuah objek hitam adalah satu unit. Oleh itu, objek hitam
adalah penyerap dan juga pemancar yang sempurna daripada segi radiasi termal.
Emisiviti sebuah permukaan bagi radiasi gelombang panjang adalah
perbandingan radiasi termal dari satu luas terhadap radiasi daripada satu luas daripada
sebuah pemancar berwarna hitam pada suhu yang sama;
(2.4)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
sama.yangsuhupadahitam'benda'olehndipancarkarmasinaran te
suhu.suatupadapermukaanolehndipancarkarmasinaran te
ranKeberpanca =
4
σeATqr =
Emisiviti merupakan fungsi daripada (1) sifat permukaan, warna dan kekasaran.
Permukaan yang halus dan terang memiliki emisiviti yang rendah; dan (2) suhu
permukaan. Untuk setiap panjang gelombang berlaku persamaan seperti berikut:
(2.6)
di mana e adalah emisiviti dan r adalah radiasi suria
Apabila emisiviti sama dengan daya serapan pada suatu suhu, maka persamaan
di atas berubah menjadi:
(2.7)
2.1.1.6 Rintangan Termal Ruang Udara
Konduksi termal untuk udara sangat rendah (Billington, 1978). Oleh itu sebuah
ruang yang tertutup rapat merupakan sebuah rintangan yang baik. Perpindahan kalor
secara konduksi adalah kecil berbanding dengan radiasi kalor dari satu permukaan ke
permukaan lain. Selain itu juga berlaku proses perpindahan kalor secara perolakan di
dalam ruang udara tersebut. Perpindahan kalor secara perolakan lebih besar
berbanding dengan konduksi.
Konduksi termal udara tenang (still air) samada di bawah bahan-bahan
bangunan, liang dalam dinding ataupun bumbung dianggap memiliki rintangan termal
yang tinggi. Kebanyakan proses perpindahan kalor melalui sebuah rongga berlaku
secara radiasi, yaitu antara permukaan yang berhadapan pada rongga tersebut dan
hanya sedikit kalor dipindahkan secara konduksi melalui udara (Harkness, 1978).
Apabila liang dilapik dengan lapisan nipis logam penebat (seperti aluminium foil)
sebagai penebatan yang bersifat memantul, maka rintangannya akan meningkat. Hal ini
disebabkan daya serapan untuk lapisan tersebut terhadap radiasi adalah rendah (daya
serapan gelombang pendek adalah kira-kira 0.05). Mengecat dengan warna putih (daya
serapan kira-kira 0.90) tidak akan menghasilkan rintangan yang lebih baik berbanding
dengan menggunakan lapisan nipis logam (Harkness, 1978). Secara umum, permukaan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
e = α = 1 – r
e + r = 1
logam yang berkilat adalah bahan penebat gelombang panjang, sedangkan permukaan
dengan cat putih sesuai untuk radiasi suria.
2.1.1.7 Rintangan Menyeluruh
Dinding atau bumbung bangunan biasanya terdiri daripada beberapa lapisan
yang berbeda bahannya. Rintangan menyeluruh daripada lapisan tersebut didapati
dengan menambahkan setiap rintangan lapisan tersebut. Oleh itu, persamaan rintangan
menyeluruh adalah:
0
C/W (2.9)
di mana RT adalah rintangan menyeluruh bagi lapisan-lapisan sedangkan R1,R2 dan R3
adalah rintangan untuk lapisan 1, 2 dan 3
2.1.1.8 Keberhantaran atau Nilai-U
Keberhantaran atau nilai U daripada sebuah objek didefinisikan sebagai
kebalikan daripada rintangan menyeluruh. Unit keberhantaran adalah sama dengan
konduktan, yaitu W m –1 0
C –1
. Pada praktikalnya, keberhantaran melalui dinding
bangunan daripada udara luar ke udara dalam sentiasa diambil kira. Dalam hal ini
rintangan filem luaran dan dalaman harus diambil kira secara berasingan daripada
rintangan dinding ataupun bumbung.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch
FISIKA BANGUNAN
...321 +++= RRRRT

More Related Content

What's hot

cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
syamsul huda
 
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soalKapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Azhar Al
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumHana Dango
 
Penerapan defrensial
Penerapan defrensialPenerapan defrensial
Penerapan defrensial
FKIP UHO
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNGLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
MUHAMMAD DESAR EKA SYAPUTRA
 
XRD
XRDXRD
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanAPRIL
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
Albara I Arizona
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)
Rezki Amaliah
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Ali Hasimi Pane
 
Metode pengujian korosi
Metode pengujian korosiMetode pengujian korosi
Metode pengujian korosi
Ahmad Jihad Almuhdhor
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Perpindahan panasd
Perpindahan panasdPerpindahan panasd
Perpindahan panasd
Wisnu Grizzly
 
Analisis XRD dan XRF
Analisis XRD dan XRFAnalisis XRD dan XRF
Analisis XRD dan XRF
Ahmad Jihad Almuhdhor
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherford
Nurochmah Nurdin
 
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluida
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluidaITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluida
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluidaFransiska Puteri
 

What's hot (20)

cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soalKapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soal
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Penerapan defrensial
Penerapan defrensialPenerapan defrensial
Penerapan defrensial
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNGLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
XRD
XRDXRD
XRD
 
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutan
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
 
STATISTIK BOSE-EINSTEIN
STATISTIK BOSE-EINSTEINSTATISTIK BOSE-EINSTEIN
STATISTIK BOSE-EINSTEIN
 
Metode pengujian korosi
Metode pengujian korosiMetode pengujian korosi
Metode pengujian korosi
 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Perpindahan panasd
Perpindahan panasdPerpindahan panasd
Perpindahan panasd
 
Analisis XRD dan XRF
Analisis XRD dan XRFAnalisis XRD dan XRF
Analisis XRD dan XRF
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherford
 
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluida
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluidaITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluida
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluida
 

Viewers also liked

1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
Mirmanto
 
Fisika bangunan-1
Fisika bangunan-1Fisika bangunan-1
Fisika bangunan-1
Muliani Manalu
 
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)Ifan Ifan
 
[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki
[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki
[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki
ORICCON Media
 
Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2
amandacahyani
 
Fundamental of convection
Fundamental of convectionFundamental of convection
Fundamental of convection
Estrela Bellia Muaja
 
134856909 plate-he
134856909 plate-he134856909 plate-he
134856909 plate-he
St Satrio
 
Bahan dan panel akustik peredam suara yang bagus untuk mengurangi gema
Bahan dan panel akustik peredam suara yang bagus untuk mengurangi gemaBahan dan panel akustik peredam suara yang bagus untuk mengurangi gema
Bahan dan panel akustik peredam suara yang bagus untuk mengurangi gema
Acourete
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaAlen Pepa
 
Dasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan Akustik
Dasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan AkustikDasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan Akustik
Dasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan Akustik
rerianita
 
Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b) sistem ganda
Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b)  sistem ganda Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b)  sistem ganda
Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b) sistem ganda
Debora Elluisa Manurung
 
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2Ikhsan River
 
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Intan Dian Heryani
 
Organisasi ruang
Organisasi ruangOrganisasi ruang
Organisasi ruangAbdul Rozak
 
Rheologi farmasi fisik
Rheologi farmasi fisikRheologi farmasi fisik
Rheologi farmasi fisik
ristyaji
 
Bab1 perpan
Bab1 perpanBab1 perpan
Bab1 perpan
aldi rizaldi
 
Bahan Dinding (Materi: Bahan Bangunan)
Bahan Dinding (Materi: Bahan Bangunan)Bahan Dinding (Materi: Bahan Bangunan)
Bahan Dinding (Materi: Bahan Bangunan)
Vini Andayani
 

Viewers also liked (20)

Mekanika fluida
Mekanika fluidaMekanika fluida
Mekanika fluida
 
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
 
Punya badrun
Punya badrunPunya badrun
Punya badrun
 
Fisika bangunan-1
Fisika bangunan-1Fisika bangunan-1
Fisika bangunan-1
 
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
 
[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki
[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki
[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki
 
Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2
 
Fundamental of convection
Fundamental of convectionFundamental of convection
Fundamental of convection
 
134856909 plate-he
134856909 plate-he134856909 plate-he
134856909 plate-he
 
Bahan dan panel akustik peredam suara yang bagus untuk mengurangi gema
Bahan dan panel akustik peredam suara yang bagus untuk mengurangi gemaBahan dan panel akustik peredam suara yang bagus untuk mengurangi gema
Bahan dan panel akustik peredam suara yang bagus untuk mengurangi gema
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidia
 
Dasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan Akustik
Dasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan AkustikDasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan Akustik
Dasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan Akustik
 
Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b) sistem ganda
Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b)  sistem ganda Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b)  sistem ganda
Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b) sistem ganda
 
Modul1
Modul1Modul1
Modul1
 
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2
Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2
 
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
 
Organisasi ruang
Organisasi ruangOrganisasi ruang
Organisasi ruang
 
Rheologi farmasi fisik
Rheologi farmasi fisikRheologi farmasi fisik
Rheologi farmasi fisik
 
Bab1 perpan
Bab1 perpanBab1 perpan
Bab1 perpan
 
Bahan Dinding (Materi: Bahan Bangunan)
Bahan Dinding (Materi: Bahan Bangunan)Bahan Dinding (Materi: Bahan Bangunan)
Bahan Dinding (Materi: Bahan Bangunan)
 

Similar to Sifat termal-bahan

Heat Transfer
Heat TransferHeat Transfer
Heat Transfer
aladidwi
 
Makalah konduktifitas termal
Makalah konduktifitas termalMakalah konduktifitas termal
Makalah konduktifitas termalFyad
 
Kalor dan-perpindahan-kalor
Kalor dan-perpindahan-kalorKalor dan-perpindahan-kalor
Kalor dan-perpindahan-kalor
iwan kurniawan
 
Sifat Termal dan Elektrik Bahan.Fisika.pptx
Sifat Termal dan Elektrik Bahan.Fisika.pptxSifat Termal dan Elektrik Bahan.Fisika.pptx
Sifat Termal dan Elektrik Bahan.Fisika.pptx
meidykuron1
 
Perpindahan Panas
Perpindahan PanasPerpindahan Panas
Perpindahan Panas
novitasarie
 
Temperatur dan aliran panas tanah
Temperatur dan aliran panas tanahTemperatur dan aliran panas tanah
Temperatur dan aliran panas tanahDicky Pulungan
 
BAB_II (1).pdf
BAB_II (1).pdfBAB_II (1).pdf
BAB_II (1).pdf
WahyuYulia3
 
Perpindahan kalor
Perpindahan kalorPerpindahan kalor
Perpindahan kalor
Fatmawati Kartika gorjessO
 
9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panasHabibur Rohman
 
14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panas14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panasHabibur Rohman
 
Transfer kalor(power point)
Transfer kalor(power point)Transfer kalor(power point)
Transfer kalor(power point)
nuelsitohang
 
Materi_Perpindahan_Kalor.ppt
Materi_Perpindahan_Kalor.pptMateri_Perpindahan_Kalor.ppt
Materi_Perpindahan_Kalor.ppt
ayumaulira
 
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan ganda
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan gandaFisika suhu dan kalor beserta soal pilihan ganda
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan ganda
putrimanggala
 
Bab 1 pengertian dasar perpindahan panas
Bab 1 pengertian dasar perpindahan panasBab 1 pengertian dasar perpindahan panas
Bab 1 pengertian dasar perpindahan panas
Yudi Hartono
 
Modul kelas x unit 7
Modul kelas x unit 7Modul kelas x unit 7
Modul kelas x unit 7Eko Supriyadi
 
13 kalor
13 kalor13 kalor
Iv suhu gtr
Iv suhu gtrIv suhu gtr
Iv suhu gtr
Gusti Rusmayadi
 

Similar to Sifat termal-bahan (20)

jurnal
jurnaljurnal
jurnal
 
Heat Transfer
Heat TransferHeat Transfer
Heat Transfer
 
Makalah konduktifitas termal
Makalah konduktifitas termalMakalah konduktifitas termal
Makalah konduktifitas termal
 
Kalor dan-perpindahan-kalor
Kalor dan-perpindahan-kalorKalor dan-perpindahan-kalor
Kalor dan-perpindahan-kalor
 
Sifat Termal dan Elektrik Bahan.Fisika.pptx
Sifat Termal dan Elektrik Bahan.Fisika.pptxSifat Termal dan Elektrik Bahan.Fisika.pptx
Sifat Termal dan Elektrik Bahan.Fisika.pptx
 
Perpindahan Panas
Perpindahan PanasPerpindahan Panas
Perpindahan Panas
 
Temperatur dan aliran panas tanah
Temperatur dan aliran panas tanahTemperatur dan aliran panas tanah
Temperatur dan aliran panas tanah
 
BAB_II (1).pdf
BAB_II (1).pdfBAB_II (1).pdf
BAB_II (1).pdf
 
Perpindahan kalor
Perpindahan kalorPerpindahan kalor
Perpindahan kalor
 
9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas
 
14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panas14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panas
 
Transfer kalor(power point)
Transfer kalor(power point)Transfer kalor(power point)
Transfer kalor(power point)
 
Materi_Perpindahan_Kalor.ppt
Materi_Perpindahan_Kalor.pptMateri_Perpindahan_Kalor.ppt
Materi_Perpindahan_Kalor.ppt
 
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan ganda
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan gandaFisika suhu dan kalor beserta soal pilihan ganda
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan ganda
 
Bab 1 pengertian dasar perpindahan panas
Bab 1 pengertian dasar perpindahan panasBab 1 pengertian dasar perpindahan panas
Bab 1 pengertian dasar perpindahan panas
 
Modul kelas x unit 7
Modul kelas x unit 7Modul kelas x unit 7
Modul kelas x unit 7
 
Bab ii perpindahan panas
Bab ii perpindahan panasBab ii perpindahan panas
Bab ii perpindahan panas
 
13 kalor
13 kalor13 kalor
13 kalor
 
Perpindahan kalor
Perpindahan kalorPerpindahan kalor
Perpindahan kalor
 
Iv suhu gtr
Iv suhu gtrIv suhu gtr
Iv suhu gtr
 

Recently uploaded

001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
LukmanulHakim572233
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
ssuserb357a32
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
BrigittaBelva
 
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docxContoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
miftahzannah
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
AzisRois1
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
d1051231072
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
muhammadnoorhasby04
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
YUZANAPRATIWI
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
d1051231041
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Biotani & Bahari Indonesia
 
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdfModul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
MUhammadIlham484521
 

Recently uploaded (11)

001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
 
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docxContoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
 
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdfModul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
 

Sifat termal-bahan

  • 1. MINGGU KE 4 SIFAT TERMAL BAHAN Sifat termal bahan dikaitkan dengan perpindahan kalor. Perpindahan kalor ada 2, yaitu : - Keadaan tetap ( steady heat flow ) - Keadaan berubah ( transient heat flow) 1. Perpindahan Kalor Keadaan Tetap Dalam keadaan yang sebenarnya perpindahan kalor bersifat rumit. Oleh karena itu untuk kepentingan praktis, persamaannya disederhanakan. Perpindahan kalor suatu bahan tidak hanya tergantung pada tahanan ( resistance ) bahan tersebut tetapi tahanan dari kedua permukaan bahan tersebut, atau koefisien permukaan bahan tersebut. Persamaan aliran kalor : q = UA ( t1-t2) Dimana, q = aliran kalor U= transmitan keseluruhan A= luas bahan atau elemen t1-t2=perbedaan suhu udara dua permukaan Persamaan lain : q= 1/R A (t1-t2) U=1/R U=__________1__________________ 1/hi+1/ho+(d1/k1+d2/k2+...+dn/kn) Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch FISIKA BANGUNAN
  • 2. Dimana, hi= koefisien permukaan dalam ho=koefisien permukaan luar k=konduktifitas termal d=tebal lapisan Tahanan termal R adalah jumlah dari tahanan termal dari kedua permukaan dan jumlah tahanan dari masing masing lapisan. R=1/hi+1/ho+d1/k1+.....dn/kn = Ri+Ro+R1+.......+Rn Faktor-faktor yang mempengaruhi konduktifitas termal 1.Kandungan uap air Konduktifitas termal air sebesar 25x konduktifitas udara tenang.Oleh karena itu apabila suatu benda berpori diisi air maka akan berpengaruh terhadap konduktifitas termal.Konduktifitas termal yang rendah pada bahan insulasi adalah selaras dengan kandungan udara dalam bahan tersebut. Hubungan antara konduktifitas termaldan kandungan uap air dituangkan dalam persamaan sbb: Kh=Kd(1+0,0125h) Dimana, Kh=Konduktifitas termal pada kandungan uap air h Kd=Konduktifitas termal dalam keadaan kering H=kandungan uap air (%berat) 2.Suhu Pengaruh suhu terhadap konduktifitas termal suatu bahan adalah kecil. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa konduktifitas termal akan meningkat apabila suhu meningkat. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch FISIKA BANGUNAN
  • 3. 3.Kepadatan dan Porositas Konduktifitas termal berbeda pengaruh terhadap kepadatan apabila poro-pori bahan semakin banyak maka konduktifitas termak rendah. Perbedaan konduktifitas termal bahan dengan kepadatan yang sama, akan tergantung kepada perbedaan struktur, yang meliputi: ukuran, distribusi, hubungan pori/lubang. Batas Konduktifitas Termal Bahan. Konduktifitas termal bahan insulasi terbatas kepada konduktifitas gas dalam pori- por. Tidak mungkin bahan yang berpori memiliki konduktifitas termal lebih rendah dari udara tenang (still air). Namun demikian ada bahan insulasi (foam) yang mempunyai konduktifitas termal lebih rendah dari udara tenang. Beberapa sifat konduktifitas termal bahan dan sifat lainnya. Klasifikasi Perincian Berat jenis Kalor spesifik konduktifitas Kgm/m³ Kkal/kgm˚c. Kkal/m² Papan Asbestos semen 1602 0,20 0,56 Gypsum board 993 0,25 0,15 Tanah pengisi Tanah 1201 0,20 0,32 Bahan lantai Aspal 2243 0,22 1,12 Marmer 2723 0,20 2,16 Teraso 2435 0,20 1,49 Bahan kaca Kaca 2483 0,16 0,64 Bahan insulasi Asbestos,selimut 144 0,20 0,05 Asbes, Papan insulasi 705 - 0,09 Papan gabus 96 0,47 0,04 Mineral wool 16-160 0,21 0,03 Bahan bata Batu bata 1826 0,18 0,71 Beton (ringan) 320 0,21 0,07 Beton (padat) 2323 0,21 1,30 Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch FISIKA BANGUNAN
  • 4. Plester 1762 0,22 0,58 Bahan atap Atap genteng 1922 0,22 0,75 Tanah - - Baja 7849 0,12 45,88 Kayu Kayu 481 0,45 0,11 Koefisien Permukaan Koefisien permukaan berpengaruh terhadap perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor pada permukaan : 1.Emisifitas permukaan (e) 2. Kekasaran permukaan 3. Kecepatan udara diatasnya atau disebelahnya 4. Suhu 1. Emisifitas Permukaan Emisifitas permukaan yang semakin tinggi akan menyebabkan peningkatan kalor yang hilang secara radiasi. Apabila suatu permukaan memancarkan radiasi kepada suatu daerah yang memiliki suhu yang lebih rendah, maka koefisien permukaan akan meningkat. 2.Kecepatan udara yang semakin tinggi pada sebuah permukaan akan meningkatkan kadar aliran kalor secara konveksi paksa, dan meningkatkan koefisien permukaan. 3.Perbedaan Suhu antara permukaan dan udara diatasnya akan menyebabkan meningkatnya koefisien permukaan disebabkan perpindahan kalor secara konveksi. 4..Semakin kasar sebuah permukaan, akan menyebabkan meningkatnya perpindahan kalor secara konveksi yang juga menyebabkan koefisien permukaan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch FISIKA BANGUNAN
  • 5. meningkat, hal ini disebabkan terjadinya turbulensi (perputaran) udara yang mengalir didekatnya. 5.koefisien permukaan yang vertikal berbeda dengan koefisien permukaan yang horizontal. 2.1.1 Sifat Termal Bahan Perbedaan suhu antara dalam dan luar bangunan menyebabkan perpindahan kalor. Kadar kalor yang melalui setiap unsur bangunan bergantung kepada sifat termal bahan konstruksi bangunan. Bahagian berikut akan menerangkan sifat-sifat termal bahan yang merangkumi • kalor spesifik dan kapasitas termal, • konduksi termal dan konduktan, • tahanan dan resistan, • konduksi permukaan dan tahanan permukaan dan • emisiviti. 2.1.1.1 Kalor Spesifik dan Kapasitas Termal Kalor spesifik sebuah bahan adalah sejumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebuah massa bahan sebanyak 1 0 C. Unit kalor tentu adalah J kg-1 0 C- 1 . Bahan yang lebih besar nilai kalor tentu akan menyerap kalor yang lebih besar untuk setiap unit kenaikan suhunya. Kapasitas termal, yang berkaitan dengan massa dan kalor tentu daripada unsur tersebut, memainkan peranan yang penting. Bagi dinding yang menggunakan konstruksi berat, diperlukan sejumlah kalor yang besar untuk menaikkan suhu unsur tersebut sebelum memindahkan kalornya ke sisi dalaman. Akibatnya, terdapat ‘masa lambat’ antara gandaan kalor suria maksimum pada permukaan luar dan masa perpindahan kalor maksimum oleh permukaan ruang dalaman terhadap udara di dalam. ‘Masa lambat’, φ, didefinisikan sebagai beda masa antara masa suhu permukaan dalam mencapai maksimum dan suhu permukaan luar mencapai maksimum. Masa lambat suatu unsur selari dengan muatan termal dan terbalik dengan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch FISIKA BANGUNAN
  • 6. konduktannya. Oleh itu, dinding batu bata yang berat dan tebal memiliki masa lambat yang tinggi, manakala dinding yang ringan dan nipis akan mempunyai masa lambat yang rendah. 2.1.1.2 Konduksi Termal dan konduktan Konduksi termal suatu bahan, k, didefinisikan sebagai kadar aliran kalor (secara konduksi) melalui seunit luas sekeping bahan dengan seunit ketebalan dan seunit perbedaan suhu (Harkness, 1978; Billington, 1952). Konduktan daripada kepingan bahan didefinisikan sebagai kadar perpindahan kalor melalui seunit luas sebuah bidang apabila perbedaan suhu antara permukaannya adalah 1 0 C. Konduksi adalah merupakan sifat sesungguhnya daripada bahan. Konduksi termal dipengaruhi oleh empat faktor yaitu, • kandungan uap air, • suhu, • berat jenis dan, • keadaan pori-pori bahan. Sebuah objek dengan nilai konduksi yang besar (nilai-k) adalah pengalir yang baik. Sebaliknya apabila memiliki nilai k yang kecil objek itu merupakan pengalir yang buruk atau penebat yang baik. Sifat-sifat penebatan hanya dapat dikekalkan apabila berada dalam keadaan kering. Dalam semua kes, konduksi meningkat selari dengan meningkatnya kandungan lembapan (Billington, 1952). Konduksi termal air adalah kira- kira 25 kali udara bersih. Oleh itu tidak menghairankan apabila penggantian udara dalam liang atau antara butir halus dalam bahan dengan air akan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap konduksi termal bahan. Kehadiran air akan menggandakan konduksi termal daripada dinding papan dan batu bata pada amnya dan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap bahan-bahan bangunan yang lain. Pengaruh suhu terhadap konduksi termal bahan adalah kecil berbanding selang suhu yang biasa ditemui dalam bangunan. Secara umum, konduksi termal cenderung meningkat selari dengan kenaikan suhu. Situasi ini lebih kerap berlaku dalam kes bahan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch FISIKA BANGUNAN
  • 7. ringan (light-weight) dengan perbandingan udara dalam rongga yang besar. Konduksi juga dipengaruhi oleh berat jenis dan ‘keliangan’ (porosity). Nilai konduksi berubah apabila terdapat perubahan berat jenis dan kandungan lembapan sesuatu bahan. Bahan dengan berat jenis yang tinggi merupakan pengalir yang baik, sebaliknya apabila berat jenis semakin rendah, kandungan udara dalam rongga semakin besar maka semakin rendah pula konduksi termal. Secara umum dapat disimpulkan konduksi termal yang rendah bagi kebanyakan bahan penebatan sesungguhnyanya sesuai dengan udara yang dikandungi bahan tersebut. 2.1.1.3 Rintangan dan Tahanan Kebalikan daripada konduksi (1/k) adalah tahanan, ρ, dengan unit m 0 C W –1 . Rintangan didefinisikan sebagai balikan daripada konduktan: 0 C/W (2.2) di mana, R - Rintangan C - Kalor tentu udara (W/kg/0 C) d - Pekali rangkap pindah (W/j/m2 /0 C). k - Konduksi termal (W/j/m/0 C) ρ - Berat jenis udara, 2.1.1.4 Konduktan Permukaan dan Rintangan Permukaan Perpindahan kalor dalam bangunan perlu mengambil kira perpindahan kalor daripada udara ke udara melalui dinding, khususnya daripada udara luar ke udara dalam atau sebaliknya. Selain rintangan daripada dinding, terdapat pula rintangan yang diakibatkan oleh permukaannya. Rintangan pada permukaan ini nipis dan disebut dengan ‘rintangan filem’ atau ‘rintangan permukaan’. Rintangan permukaan yang terdapat pada dinding adalah rintangan permukaan dalaman dan luaran, sesuai dengan kehadiran lapisan filem udara pada kedua sisi dinding ini. Kebalikan daripada rintangan permukaan adalah ‘konduktan permukaan’ yang ditandakan dengan f. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch FISIKA BANGUNAN ρ 1 d k d C R ===
  • 8. 2.1.1.5 Emisiviti Perpindahan kalor secara radiasi daripada satu objek kepada objek lainnya. Dalam proses ini bahan perantaranya tidak menjadi panas. Intensitas kalor yang dipancarkan oleh suatu permukaan diberikan oleh hukum Stefan Boltzmann: W (2.3) di mana q r - Gandaan kalor radiasi suria (W/j) σ - konstan Stefan Boltzman, 1.797x108 e - emisiviti bagi sebuah bumbung atau dinding (m2 ) A - Luas permukaan dalaman bagi sebuah bumbung atau dinding (m2 ) T - Suhu udara dalam ruang pada suatu masa (K) Emisiviti sebuah permukaan didefinisikan sebagai perbandingan daripada energi yang dipancarkan oleh permukaan dengan energi yang dipancarkan oleh sebuah objek hitam pada suhu yang sama seperti permukaan itu. Nilai emisiviti, e, dan juga kebeserapan, a, daripada sebuah objek hitam adalah satu unit. Oleh itu, objek hitam adalah penyerap dan juga pemancar yang sempurna daripada segi radiasi termal. Emisiviti sebuah permukaan bagi radiasi gelombang panjang adalah perbandingan radiasi termal dari satu luas terhadap radiasi daripada satu luas daripada sebuah pemancar berwarna hitam pada suhu yang sama; (2.4) Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch FISIKA BANGUNAN sama.yangsuhupadahitam'benda'olehndipancarkarmasinaran te suhu.suatupadapermukaanolehndipancarkarmasinaran te ranKeberpanca = 4 σeATqr =
  • 9. Emisiviti merupakan fungsi daripada (1) sifat permukaan, warna dan kekasaran. Permukaan yang halus dan terang memiliki emisiviti yang rendah; dan (2) suhu permukaan. Untuk setiap panjang gelombang berlaku persamaan seperti berikut: (2.6) di mana e adalah emisiviti dan r adalah radiasi suria Apabila emisiviti sama dengan daya serapan pada suatu suhu, maka persamaan di atas berubah menjadi: (2.7) 2.1.1.6 Rintangan Termal Ruang Udara Konduksi termal untuk udara sangat rendah (Billington, 1978). Oleh itu sebuah ruang yang tertutup rapat merupakan sebuah rintangan yang baik. Perpindahan kalor secara konduksi adalah kecil berbanding dengan radiasi kalor dari satu permukaan ke permukaan lain. Selain itu juga berlaku proses perpindahan kalor secara perolakan di dalam ruang udara tersebut. Perpindahan kalor secara perolakan lebih besar berbanding dengan konduksi. Konduksi termal udara tenang (still air) samada di bawah bahan-bahan bangunan, liang dalam dinding ataupun bumbung dianggap memiliki rintangan termal yang tinggi. Kebanyakan proses perpindahan kalor melalui sebuah rongga berlaku secara radiasi, yaitu antara permukaan yang berhadapan pada rongga tersebut dan hanya sedikit kalor dipindahkan secara konduksi melalui udara (Harkness, 1978). Apabila liang dilapik dengan lapisan nipis logam penebat (seperti aluminium foil) sebagai penebatan yang bersifat memantul, maka rintangannya akan meningkat. Hal ini disebabkan daya serapan untuk lapisan tersebut terhadap radiasi adalah rendah (daya serapan gelombang pendek adalah kira-kira 0.05). Mengecat dengan warna putih (daya serapan kira-kira 0.90) tidak akan menghasilkan rintangan yang lebih baik berbanding dengan menggunakan lapisan nipis logam (Harkness, 1978). Secara umum, permukaan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch FISIKA BANGUNAN e = α = 1 – r e + r = 1
  • 10. logam yang berkilat adalah bahan penebat gelombang panjang, sedangkan permukaan dengan cat putih sesuai untuk radiasi suria. 2.1.1.7 Rintangan Menyeluruh Dinding atau bumbung bangunan biasanya terdiri daripada beberapa lapisan yang berbeda bahannya. Rintangan menyeluruh daripada lapisan tersebut didapati dengan menambahkan setiap rintangan lapisan tersebut. Oleh itu, persamaan rintangan menyeluruh adalah: 0 C/W (2.9) di mana RT adalah rintangan menyeluruh bagi lapisan-lapisan sedangkan R1,R2 dan R3 adalah rintangan untuk lapisan 1, 2 dan 3 2.1.1.8 Keberhantaran atau Nilai-U Keberhantaran atau nilai U daripada sebuah objek didefinisikan sebagai kebalikan daripada rintangan menyeluruh. Unit keberhantaran adalah sama dengan konduktan, yaitu W m –1 0 C –1 . Pada praktikalnya, keberhantaran melalui dinding bangunan daripada udara luar ke udara dalam sentiasa diambil kira. Dalam hal ini rintangan filem luaran dan dalaman harus diambil kira secara berasingan daripada rintangan dinding ataupun bumbung. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch FISIKA BANGUNAN ...321 +++= RRRRT