SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
“Non si mamang udah siap itu katanya cepetan nanti jalanan macet. Sekolah non yang
sekarang kan lumayan jauh” si mbok sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar.
“Iya 5 menit lagi selesai” ucapku yang sedang berdandan di depan cermin.
Hari pertama aku masuk sekolah yang baru. Yup, aku baru saja pindah. Entah apa
alasannya papah ku lah yang memindahkannya. Aku sih tidak peduli mau sekolah dimana
toh sama saja semuanya nothing special. Aku bukan tipe yang suka dandan, tapi hari ini
aku hanya ingin terlihat rapi makanya aku lama di depan cermin. Si mbok yang barusan
saja mengetuk pintu kamar dan yang mengingatkan ku bahwa aku hampir telat. Dia sudah
aku anggap seperti ibu sendiri karena telah mengurusi ku sejak kecil saat mamah
meninggal karena melahirkan aku.
“Ayo mang kita jalan” ucapku yang menepuk bahunya saat tiba di dalam mobil.
“Berangkattttt” ucap mamang dengan semangat 45nya.
Jakarta kota yang ramai, sangat ramai tepatnya tapi gak pernah sekalipun aku
merasakan keramaian itu. Memang si mbok dan mamang telah mengisi hari-hari ku
selama ini, mereka baik, selalu menghiburku, tidak pernah terlihat sedih, tapi mereka
tetaplah orang lain walaupun sudah ku anggap keluarga.
“Tuh kan non macet, ahhh telat kita gimana dong non? Masa udah telat aja di hari
pertama, bisa diomelin bapak nih” ucap mamang kesal sambil menggaruk kepalanya
yang aku yakin tidak gatal.
“Aku lari aja ya mang” ucap ku sambil membuka pintu mobil.
“Non jangannn ...” teriak mamang yang belum selesai bicara sudah aku tinggalkan.
Lari adalah keahlianku, begitu juga dengan lari dari kenyataan. hanya masalah dalam
hidup yang bisa aku hindari tidak dengan kenyataan takdir yang sudah di gariskan.
“Hosh... Hosh... Hosh... Ketemu” nada yang setengah bergetar aku lanjutkan untuk
berlari menuju gerbang yang telah terlihat.
“Aaaaaaa” sebuah motor melewati genangan air yang sukses membuat baju seragam ku
kotor. “Aduuuhhh gimana ini” aku hanya berdecak kesal dan membersihkan bajuku yang
kotor dengan kedua tangan.
“Maaf gak sengaja” ucap laki-laki yang telah membuat bajuku kotor.
“Yahh kotor kann” gumam ku yang tidak melihat wajah yang barusan meminta maaf
kepada ku. Aku tak perdulikan dia yang ada di depanku ini, aku hanya fokus ke bajuku.
“Ada apa iel?” ucap seorang lagi yang baru saja datang dan menghampiri kami.
“Baju dia kotor gara-gara gue”
“Kita anter aja, sekolah dimana emangnya?” aku masih saja fokus ke bajuku hingga tak
sadar jika ada yang bertanya.
“Haiii helloo kita mau nganterin kamu nih, sekolah kamu dimana ya?” aku terhentak
kaget saat ada tangan di depan wajahku.
“Gak usah bisa sendiri” jawab ku yang berjalan meninggalkan mereka dan melanjutkan
perjalanan.
“Dia gak mau iel” mereka saling menatap dan memperhatikan perempuan yang baru saja
menolak pertolongan mereka.
“Yaudah ke sekolah aja” ucap salah satu dari mereka sambil menaiki motornya kembali
dan berjalan menuju sekolah yang mereka maksud.
Hari yang sial, jalanan macet dan harus lari ke sekolah, dan sekarang seharian
memakai baju yang kotor. Berharap saat guru melihat aku disuruh keluar dari kelas dan
pulang untuk ganti baju, inginnya sih begitu.
“Eeehhh tunggu dulu sebentar, ada keperluan apa kamu datang kesini? Dari sekolah
mana?” seorang satpam memberhentikan jalan ku yang baru saja selangkah
meninggalkan gerbang.
“Saya murid baru pak”
“Ohh kamu murid baru itu toh, mari bapak antar ke kantor polisi eeehh maksudnya ke
kantor guru” aku mengikuti kemana satpam ini pergi.
Baju sekolah ku yang dulu dengan yang sekarang sangatlah berbeda, makanya dari
tadi aku menjadi sorotan mata seantereo sekolah ini. Dari warna nya yang mencolok
hingga modelnya yang berbeda tentu aku seperti alien yang berada di tengah-tengah
manusia.
Tok... Tok... Tok...
“Maaf mengganggu bu, saya mau mengantarkan anak baru itu”
“Oh iya suruh masuk saja”
“Kamu disuruh masuk itu, bapak tinggal ya. Permisi bu”
“Selamat datang di sekolah kami. Loh baju kamu kenapa kotor sayang?” tanya guru itu
dengan ramah yang ternyata adalah kepala sekolah.
“Tadi ada insiden kecil, tapi gapapa kok” ucap ku yang sambil menutupi bagian yang
kotor.
“Maaf ya kami kehabisan stock baju. Gapapa kan kalau kamu masih pake baju sekolah
kamu yang dulu?”
“Iya gapapa”
“Oke sebelumnya terima kasih ya. Oh iya karena ini hari pertama kamu, maka ibu akan
ajak kamu berkeliling sekolah ini ya”
“Gak usah bu, baru masuk saja tadi sudah jadi tontonan karena baju saya yang beda.
Nanti saja bu kelilingnya kalau saya sudah dapat seragam sekolah ini”
“Ohh iya ya, oke deh kita langsung ke kelas kamu aja ya”
Di dalam kelas saja menjadi tontonan karena seragam kami berbeda gimana kalau
tadi aku berkeliling sekolah, bisa langsung terkenal. Walaupun kepala sekolah tadi sudah
menjelaskan dan menceritakan aku di depan mereka semua, tetap saja aku ini alien. Aku
dipersilahkan duduk oleh wali kelas ku, dan berkesempatan duduk dengan perempuan
setengah blasteran belanda.
“Hai gua atsar, salam kenal ya archi” ucap teman sebangku ku tadi.
Setengah hari sudah aku lewati di sekolah baru ini. Perut lapar membuat aku ingin
beranjak dari bangku yang hampir tak pernah aku tinggalkan. Ingin keluar malu karena
seragam kami berbeda, menetap juga salah karena perut ini tidak bisa di ajak
berkompromi. Akhirnya aku putuskan untuk ke kantin membeli sesuatu. Jam isitirahat
seperti ini wajar jika kantin ramai dengan murid-murid sekolah tapi kalo hanya satu
tempat yang penuh bukannya sangat aneh? Ada satu tempat yang sangat penuh dengan
masa, mungkinkah makanan atau minuman disana lebih enak dan murah? Tapi kok di
dominasi perempuan? Tak peduli dengan itu, aku mengunjungi salah satu pedagang
makanan kesukaan ku yaitu siomay.
“Siomay, tahu, kol ya bang” ucap ku yang sambil menyerahkan uang 10.000
“Kok seragam nya beda neng?”
“Saya baru bang disini, belum dapet seragam”
“Ohh. Ini siomaynya makasih ya” aku menerima siomay itu dan langsung pergi dari
tempat.
“Yo kayaknya gua liat seragam yang tadi pagi deh”
“Ah masa? Kayaknya mata lu deh yang butek abis di kerubungin tadi”
“Iya kali ya”
Sehari ini sukses aku lewatkan dan pelajaran hari ini adalah besok harus bawa jaket
biar gak jadi sorotan. Ehh tapi rok nya gimana? Tetep aja keliatan perbedaanya tapi lebih
mending lah daripada semuanya keliahatan beda. Aku menunggu sekolah sepi baru
pulang karena tidak ingin menjadi sorotan lagi. Suasana sekolah saat sore hari dan sepi
seperti ini sangat terlihat horor. Hal yang paling aku benci adalah makhluh halus, apanya
yang halus kalo bisa bikin orang jantungan? Aku berlari saat melawati lorong sekolah dan
menunggu mamang di depan gerbang.
“Hai” seseorang menepuk pundak ku dari belakang. Aku yang terkejut langsung menoleh
ke arahnya.
“Ngapain disini? Minta pertanggung jawaban tadi pagi?” aku yang bingung langsung
melihat baju ku.
“Ada apaan iel? Ohhh kamu yang tadi pagi kan? Tadi gak mau dianter dan sekarang
minta dianter pulang?”
“Hush gak boleh suudzan yo”
“Bercanda iel, jangan diambil hati ya” aku yang bingung hanya memperhatikan
percakapan mereka.
“Rumah kamu dimana?” aku masih diam seribu bahasa karena tidak mengerti apa
maunya mereka.
“Helloooo kamu sering banget bengong ya, kamu minta dianter kerumah kamu kan?”
seseoarang yang dipanggil dengan yo tadi melambaikan tangannya lagi ke wajah ku dan
membuat aku terhentak kaget.
“Kalian siapa sih? Aku gak punya urusan sama kalian” tak lama datang mobil jemputan
ku. Aku yang senang langsung masuk kedalamnya begitu saja tanpa mengucapkan
sepatah katapun ke mereka.
“Aneh ya, cus ahh cabut”
Pagi ini harus menjadi pagi yang fresh. Tak ada lagi macet dan lari apalagi baju
kotor, walaupun hari ini aku harus di selimuti jaket setidaknya cara ku ini lebih baik.
“Fy, sejak kapan rok sekolah kita ganti?” perjalanan ku kelas terhenti saat ada 2
perempuan berhenti di depan ku.
“Kayaknya gak ada pemberitahuan sama sekali dari guru ataupun osis deh” ucap
perempuan di sebelahnya dengan polos.
“Lo penyusup ya disini? Atau mau mata-matain rio dan gabriel?” ucap perempuan yang
terlihat sangat jutek.
“Kalau saya penyusup seharusnya saya gak pake pakaian yang mencolok” aku takut
sebenarnya karena ini kali pertama aku di labrak.
“Dia bener shil, nanti ketauan kan kalo dia emang mata-mata”
“Ishhh ify, lu gak tau cara ngelabrak sihhh” pertengkaran kecil mereka aku manfaatkan
untuk kabur.
“Loh shil itu anak kemana?”
“Tuh kan gara-gara lo dia kabur”
“Loh kok gue sih shil?”
“Iyalah siapa lagi coba”
Padahal sudah memakai jaket, tetap saja terlihat bedanya. “Kapan sih seragamnya
jadi?” gerutu kesal dalam hati. Kalo sampai satu semester aku angkat tangan ah, lebih
baik keluar dari sekolah ini. Baru sehari aja rasanya udah kaya setahun gimana kalo satu
semester, bisa habis badan aku di labrak sana sini. Hari ini cukup hanya labrakan saja,
please jangan ada kejadian aneh lagi. Seperti biasanya aku menunggu mamang di depan
gerbang, tidak ada perempuan tadi pagi karena sekolah ini aku yakini sudah sepi.
“Kamu itu sekolah dimana sih? Setiap pulang pasti ada di depan gerbang” ada seseorang
yang berbicara di belakang ku. Sepertinya bukan perempuan yang tadi pagi, suara ini
lebih ke laki-laki
“Salah ya berdiri disini?” tanya ku dengan berani karena aku gak mau seperti tadi pagi.
“Aku kan cuma nanya, setahu ku disini gak ada sekolahan lagi dan dari seragam kamu
aku baru lihat seragam itu” aku beruntung, tak lama mobil jemputan ku datang jadi aku
bisa kabur dari laki-laki ini.
“Setidaknya aku harus tahu siapa nama kamu?” saat ingin masuk ke dalam mobil laki-
laki itu menahanku dengan memegang tangan.
“Buat apa? Bukan pak lurah yang suka ngedata warganya kan?” ucapku saat berbalik
menatapnya dan melepaskan tangan dia dari tangan ku.
Sekolah itu bener-bener aneh, setiap hari selalu saja ada kejadiannya. Pokoknya hari
ini aku mau tenang, gak mau di labrak lagi apalagi ketemu laki-laki yang selalu aja ada
padahal sekolah sudah sepi. Aku berlari sekencang-kencangnya saat melewati gerbang,
sapaan pak satpam aku hiraukan “Maaf pak ini darurat” ucapku dalam hati. Berhubung
aku jago lari jadi setidaknya 5 menit aku sudah sampai di depan kelas. Kelemahan ku
dalam berlari adalah aku tidak melihat ke depan, kalo di lapangan lari sih wajar saja
karena gak ada siapapun di depan pelari tapi ini kan sekolah banyak murid yang lalu
lalang. Dubraaaaaakkkkkk....... Aku menabrak tubuh seseorang yang sepertinya lebih
besar dari badanku karena yang mental bukan dia tapi aku. Bokongku sakit tak karuan
karena yang melindungi badanku adalah si bokong, ditambah kepala ku yang pusing
karena menabrak bahu seseorang yang sangat keras.
“Aaawww sakit” ucapku yang mengusap kedua bokong ku.
“Kenapa lari kan jam masuk masih lama, mau aku bantu berdiri?” saat aku ingin meraih
tangan yang ada di hadapanku, aku kaget karena laki-laki itu lagi ternyata.
“Loh? Kamu lagi, kamu sekolah disini atau gimana?” tanya nya yang sekarang duduk
tepat di depan ku. Aku langsung berdiri dan meninggalkannya begitu saja.
Sepulang sekolah aku langsung mengompres kepala ku yang seharian ini pusing
karena habis nabrak. Aku masih heran kenapa dari awal masuk hingga sekarang aku
selalu berhadapan dengan laki-laki itu. Penasaran sih siapa namanya tapi udahlah gak
peduli.
Hari ini akan ada kejadian apa lagi coba? Pake jaket tetep ketahuan, jalan biasa
dilabrak, lari ya nabrak, cara apa lagi yang harus aku pake?
“Pak aku duduk di pos dulu boleh gak?” ucap ku ke satpam yang kemarin aku acuhkan
sapaannya.
“Boleh, tapi sebelum bel tetep masuk ke kelas ya” aku berjalan menuju pos satpam.
Rencananya sih hari ini aku mau nunggu di pos satpam sampai bel bunyi. 30 menit lagi
itu ternyata lama ya, aku ngantuk menunggu selama itu sampai tidak sadar kalau bel
sudah berbunyi. Pak satpam yang sedang menutup gerbang pun tidak terdengar suaranya
“Neng bangun, bel sudah bunyi loh” pak satpam membangunkan ku dengan lembut, tapi
ya namanya bangun paksa jadi aku masih sedikit lemas, nyawa belum terkumpul semua.
“Iya pak” aku berjalan lunglai dan setengah mengantuk sesekali menguap.
“Hei kalau jalan liat-liat” ucapnya yang memegang jidat ku. Ternyata aku hampir
menabrak tiang, padahal tinggi dan besar tapi aku tidak melihatnya mungkin efek
ngantuk.
“Makasih” ucapku ketika sadar kalau di depan ku itu tiang, tanpa memperhatikan
belakang yang telah menolong ku.
“Siapa iel?”
“Cewe ajaib”
“Eih?”
Kejadian hari ini gak terlalu buruk hanya aku saja yang hampir tertabrak. Oh iya
siapa ya yang sudah menolongku tadi? Yahhh setidaknya aku tidak bertemu laki-laki itu,
rencana pos satpam berhasil jadi setiap hari aku harus kesana.
“Neng, sebentar lagi bel masuk mau bunyi sana ke kelas” pak satpam berbicara kepadaku
sambil berteriak dari depan gerbang. Aku yang tengah asyik membaca tetap mendengar
teriakan itu.
“Iya, makasih ya pak” ucap ku yang beranjak dari tempat duduk ku. Suasana sekolah
sudah mulai sepi karena bel tanda masuk sudah berbunyi.
“Archi archi hei archi” seseorang memanggil ku dengan setengah berteriak aku yang
mendengar langsung menoleh ke sumber suara itu datang.
“Iya bu kenapa?”
“Sini ke ruangan saya sebentar” ucap kepala sekolah yang tadi memanggil ku.
“Taraaa lihat apa yang ibu pegang”
“Yeayyy seragam sekolah aku” ucap ku girang saat melihat seragam ku di tangan kepala
sekolah.
“Maaf ya telat, sebagai gantinya seragam kamu sudah ibu cuci dan gosok jadi kamu bisa
memakainya langsung” aku yang mendengar pernyataan itu langsung buru-buru
mengganti seragam ku.
“Soal keliling sekolah maaf ibu gak bisa, tapi tenang saja sebagai gantinya nanti ibu
minta tolong dari osis ya” aku yang mendengar hanya menganggukan kepala saja.
Masuk ke kelas tadi sebenarnya telat tapi berhubung aku di dampingi kepala sekolah
sang wali kelas ku mengerti dan memakluminya. Hari ini aku bisa belajar dengan tenang
tanpa ada gangguan apapun karena seragam ku sudah sama dengan mereka. Aku bisa
jalan-jalan ke kamar mandi, wc, bahkan lapangan basket yang kata teman sebangku ku
selalu ramai jika petinggi osis bermain.
“Lab?” gumamku yang sedikit senang karena untuk pertama kalinya melihat lab science
sekolah ini. Aku senang dengan lab science karena banyak alat-alat biologis, dengan
langkah yang cepat aku menghampiri tempat tersebut.
Byuuuuurrrr..... Seseorang menyiramku dengan air berwarna kecoklatan, aku yang kaget
hanya diam tak bergerak sedikitpun.
“Maaf maaf aku gak sengaja, dikirain gak ada orang” ucap orang itu dengan penuh
penyesalan.
“Seragam aku” suara ku gemetar dan air hangat yang keluar dari mata pun mulai
membasahi pipi. Gimana tidak, seragam ini baru saja aku kenakan tapi sudah kotor
bahkan basah.
“Jangan dipegang, maaf aku bener-bener gak sengaja. Tunggu disini ya aku ambil jaket
dulu” orang itu masuk ke dalam lab yang katanya ingin mengambil jaket. Aku gak peduli,
aku pergi dari tempat menuju kamar mandi untuk membersihkan bajuku.
“Yo lu liat cewe yang berdiri disini gak?”
“Liat, baru aja pergi kesana. Kenapa sih ada apa lagi?”
“Cewe itu lagi yo”
“Lagi? Dan kali ini lu apain dia iel?”
Pokoknya hari ini aku harus pake jaket kemanapun berada, biarin aja cuaca hari ini
panas aku tetep pake jaket.
“Archi kamu sakit dari tadi pake jaket?” tanya teman sebangku ku yang memang dari jam
pertama aku tidak melepas jaket.
“Ngga kok, lagi pengen aja”
“Archi kamu di panggil kepala sekolah” teriak ketua kelas ku. Jam pertama tadi tidak ada
guru karena semua sedang rapat maka jadilah sekolah ini ramai seperti jam istirahat.
Tok... Tok... Tok...
“Iya masuk”
“Permisi bu, ibu panggil saya?”
“Sini masuk sayang. Sebelumnya ibu mau kenalin dulu wakil osis kita”
“Hai aku Gabriel” laki-laki itu lagi, ucapannya memang sambil tersenyum tapi aku masih
kesal dengan kejadian kemarin.
“Archi, haiiii archi. Kok bengong? Kaget ngelihat gabriel yang ganteng atau kamu lagi
sakit?” ucap kepala sekolah.
“Ah ngga keduanya bu”
“Cuacanya panas loh kok kamu pake jaket?”
“Biar gak basah lagi” ucap ku yang sedikit menyidir sambil memalingkan wajah ke arah
lain, pokoknya sampai wajah Gabriel tidak terlihat.
“Ohh oke lah. Sesuai janji ibu hari ini kamu keliling sekolah sama iel ya. Seharian ini ada
rapat untuk kelas 3 jadi seharian tidak ada jam pelajaran”
“Saya sama teman saya saja bu keliling sekolahnya” tolak aku dengan halus.
“Bukannya ibu tidak percaya, hanya saja kamu kan baru jadi kamu tanggung jawab ibu.
Tenang saja kok iel ini wakil osis kita dan dia sudah kelas 3 jadi tidak ada yang berani
macam-macam dengan kalian selama keliling sekolah nanti”
“Kamu juga belum tau semua watak teman-teman satu sekolah, lebih aman kalau kamu
sama aku”
Hari-hari ku sepertinya harus dibayangi orang ini deh. Dari awal sampai sekarang
masa aku ketemu terus dengannya. Mau tak mau aku setuju dengan apa kata kepala
sekolah, mau gimana lagi 2 lawan 1. Perjalanan di awali dari gerbang sekolah dan
parkiran yang cukup luas sampai mobil pun bisa masuk sepertinya. Berlanjut ke masjid
sekolah dan beberapa tempat ekskul seperti PMR, Paskibraka, Pramuka, Silat, Basket,
Futsal, Paduan suara, Chord (alat musik), Club english, Tari, Jurnalistik, dan bahkan
OSIS. Berlanjut ke lorong kelas 1, 2, dan yang terakhir 3. Banyak anak yang keluar dari
kelas dan bermain di depan kelas tentu saja hari ini tidak ada KBM. Tempat terakhir yang
kami kunjungi adalah kantin setelah perpustakaan, taman baca, dan taman bunga kami
lewati. Aku beli 2 kotak susu, satu untuk ku dan satu lagi untuknya. Walaupun masih
gondok tapi aku masih tau rasa berterima kasih.
“Makasih” ucapnya aku hanya menganggukan kepala.
“Milo, kaya rio aja kamu” mendengar pernyataannya membuat aku mengernyitkan dahi.
“Dari semua tadi ada yang mau kamu tanyain?” lanjutnya.
“Kenapa dari awal jalan sampai sekarang semua mata ngeliatin kita? Risih” ucap ku
dengan jujur. Dari awal tadi semua mata mengarah kita, lebih tepatnya sih aku. Ada yang
berbisik bahkan dengan sengaja menyenggol ku saat berpapasan.
“Ohh hahaha maaf ya, untuk pertanyaan itu kamu tanya aja sama temen sebangku kamu
atau temen sekalas” tawanya yang lepas dan sambil mengacak rambutku membuat aku
lupa dengan semua kejadian menyebalkan tadi.
“Mau makan apa? Kali ini aku yang traktir” aku menolak dan menggelengkan kepala.
“Siomay ya? Enak loh”
“Pake banget gak?” ucapku spontan dan membuat Gabriel tertawa sangat lepas.
“Harus pake banget ya?”
“Waktu pertama kali kesini tempatnya penuhhhhh banget, tapi herannya cewe semua”
pernyataan ku lagi-lagi membuatnya tertawa sangat lepas, aku yang bingung dengan
ucapan ku hanya menggerutu kesal.
“Abangnya ganteng kali makanya rame sama cewe”
“Masa? Perasaan gak kaya brad pitt atau adam levine deh” lagi-lagi orang yang di
sebelahku tertawa, sepertinya aku berbakat jadi pelawak.
“Yuk kita kesana” Gabriel menarik tanganku dan mengajak ku ke tempat siomay yang dia
maksud.
Setelah kita makan siomay, Gabriel benar-benar memaksa ku untuk
mengantarkannya ke rumah. Awalnya kita ke kelasnya untuk mengambil jaket dan kunci
motornya lalu ke kelas ku untuk mengambil tas. Tau kan apa yang terjadi? Semua mata
melihat ke arah ku, aku yang dilihatin hanya menunduk dan Gabriel masih santai seperti
tidak terjadi apa-apa. Paling parah itu pas di kelas ku sendiri, sebagian diam membeku
dan sebagiannya lagi berbisik membicarakan ku dan Gabriel masih saja stay cool.
Di tempat parkir aku sudah memutuskan tidak jadi diantarnya pulang, tapi dia
memaksa ku dengan terus memegang tangan ku dan gak akan melepaskan sampai aku
mau diantar pulang. Tentu aku menerima ajakannya karena semua mata yang ada di
tempat parkir melihat ku setajam silet saat Gabriel memegang tangan ku dan tidak
melepaskannya.
“Cuekin aja yang ngeliatin kamu, anggep fans” ucap Gabriel yang tahu kegelisahan ku.
“Fans? Fans apa yang bikin bintangnya gak nyaman? Itu bukan tatapan kagum tapi mau
bunuh” gerutu ku dengan kesal.
“Kamu itu ternyata lucu ya” tawa dan senyumnya lagi-lagi membuat aku melupakan
kejadian menakutkan tadi.
Sesampai di rumah, aku basa-basi mengajaknya masuk kedalam dan untungnya dia
menolak karena masih ada urusan di sekolah yang belum selesai. Sebelum Gabriel pergi
ia sempat mengingatkan aku untuk lebih berhati-hati ke sekolah nanti. Aku yang tahu
maksudnya langsung lah berkobar-kobar.
“Pastilah, aku gak mau digituin lagi, memangnya aku salah apa? Tujuan aku keliling kan
biar tahu kenapa mereka liatinnya begitu banget aku bukan alien lagi kan yang
seragamnya udah sama kaya mereka. Liat aja besok aku balas mereka semua” ucapan ku
yang berkobar membuat Gabriel tertawa lepas sambil mengacak-acak rambutku.
Dari awal di gerbang sampai aku duduk di bangku pun semua mata memperhatikan
ku. Seakan aku alien yang baru belajar di bumi, aku tampak aneh bagi mereka. Bahkan
teman sebangku ku memperhatikan ku dengan tatapan setajam silet namun tak ada
sepatah katapun yang keluar dari mulutnya saat aku bertanya “Ada apa?” Teringat pesan
Gabriel kemarin aku menerka “Ini kah maksud dia?” Tapi apa yang salah dengan ku?
Memangnya salah jika aku keliling sekolah dengan wakil osis, toh mereka juga bisa
meminta ke osis kalau mereka mau.
Jam istirahat pertama ini aku gunakan untuk ke kelas nya Gabriel untuk meminta
penjelasan pernyataanya kemarin. Di perhatikan seantereo sekolah itu tidak enak ya,
pantas artis risih. Artis enak bisa dapet duit gimana kalo ini?
“Gab eh maksudnya kak gabriel ada?” tanya ku saat sampai di depan kelas nya.
“Ada urusan apa?” tanya jutek teman sekelasnya ini membuat aku mengurungkan niat
mencari Gabriel.
“Mmm gak jadi deh, maaf ka” ucap ku sambil mundur dan meninggalkan kelas Gabriel.
“Apa di ruang osis ya?” gumam ku sambil berfikir. Langkah ku menuju ruang osis
berada.
Tok... Tok... Tok...
“Iya masuk, gak dikunci kok” aku membuka pintu ruang osis dengan perlahan karena
pintunya berbunyi saat aku membukanya.
“Silahkan masuk dan selamat datang”
“Bukannya dia cowo yang sering sama gabriel ya? Rio bukan ya namanya” gumam ku
dalam hati sambil mencari struktur organisasi di ruangan ini.
“Ada perlu apa sampai dateng ke sini?” ucapnya yang sudah tepat berada di depan ku.
Aku yang terkejut mundur selangkah ke belakang.
“Hobby banget bengong ya kamu”
“Ka mario?”
“Iya saya. Ehhh panggil aja rio kepanjangan kan kalo panggil mario”
“Ohh oke, kaka liat kak gabriel?”
“Dipanggil mamah ira tadi”
“Siapa? Mamah ira?”
“Iya, kepala sekolah kita. Udah pernah ketemu kan? Nah kita semua manggilnya mamah
ira karena dia itu mamah kita di sekolah ini” jelasnya panjang lebar, aku hanya
menganggukan kepala tanda mengerti.
“Ada masalah apa memangnya?”
“Gini, kenapa satu sekolah ngeliatin aku begitu banget, aku gak nyaman. Aku mau bilang
ke kak gabriel biar dia kasih penjelasannya kalau gak di kasih tau aku mau bilang ke
kepala sekolah trus aku mau pindah aja”cerita ku sangat menggebu-gebu sampai lupa di
hadapan ku adalah ketua osis sekolah ini.
“Ohh begitu, mau aku ceritain?” aku mengangguk dengan semangat.
“Sini duduk biar gak cape” aku menuruti apa katanya dan duduk di sebelahnya.
Di sekolah ini OSIS merupakan organisasi yang sangat di hormati oleh seantereo
sekolah. Jadi anggotanya saja harus melewati seleksi yang cukup ketat. Kebayang dong
gimana hebatnya ketua dan wakil OSIS sekolah ini? Gabriel itu wakil osis plus artis
sekolah ini karena ketampanannya, sifatnya yang ramah ke semua cewe juga jadi nilai
plus tersendiri. Bahkan juga terdengar ada fans club sendiri untuk masing-masing
anggota OSIS dan tentunya ketua dan wakil yang banyak membernya. Bisa dirumuskan
sendiri kan kenapa reaksi mereka seperti itu?
“Kasian kak gabriel dong jadi gak punya privasi sendiri, trus kalo dia punya cewe yang
disuka juga gak bisa terus terang? Ihhh cewe-cewe disini jahat, memonopoli orang
seenaknya. Emang mereka siapa bisa ngatur kak gabriel?” ucapan ku yang spontan
setelah mendengar cerita kak Rio membuatnya tertawa geli dan tak berhenti, aku yang
melihatnya tertawa kesal.
“Kok cemberut kan aku udah ceritain semuanya”
“Gak kak rio gak kak gabriel sama aja sukanya ngetawain orang”
“Iel bisa ketawa? Wow hebat”
“Eih?”
“Iel itu panggilannya gabriel”
“Bukan, maksud aku dia kan ramah kok hebat dia bisa ketawa bukannya wajar kalo
begitu?”
“Aku bilangnya ramah bukan ketawa beda ya”
“Loh kenapa?”
“Karena dia baik banget sama siapa aja sampai ada yang tega manfaatin kebaikannya
padahal dia udah cinta sama itu cewe”
“Oh ya? Jahat banget itu cewe, sekolah disini juga apa ka? Kelas berapa? Sekelas? Ciri-
cirinya gimana? Namanya?” deretan pertanyaan ku tak ada yang dijawab dengan benar,
semuanya di jawab dengan tawanya yang pecah.
“Males ah ngobrol sama kak rio”
“Ehh iya maaf-maaf. Tenang aja archi itu udah lama kok, cewe itu gak satu sekolah sama
kita dan kayaknya iel juga udah lupa dan udah bisa jatuh cinta lagi”
“Kok kaka tau nama aku?”
“Hahaha udah ah, masuk sana bel udah bunyi itu apa kamu mau aku anter ke kelas?”
goda kak Rio.
“Makasih, udah kenyang sama tatapan mereka” kak Rio hanya tertawa melihat gaya ku
yang gak kalah menyebalkan.
“Chi, kalo kamu kenapa-kenapa lapor ya pintu ini kebuka kok buat kamu. Kamu kenapa-
kenapa aku juga yang repot, oke?” tak menjawab pertanyaan kak Rio karena aku kira dia
hanya menggoda ku lagi.
Aku tidak puas dengan penjelasn dari kak Rio, pokoknya aku harus ketemu Gabriel.
Tapi seharian ini aku gak ketemunya sedikitpun. Giliran dicariin gak ketemu, giliran gak
di cari ketemu terus, maunya sih apa ya. Tatapan mereka hari ini bikin aku bener-bener
kenyang, mau kemana-mana juga jadi gak enak.
“Atsar kamu kenapa? Salah aku apa sama kalian? Aku kan baru disini gak tau apa-apa”
ucap ku sangat memelas pada teman sebangku yang sedang membaca buku. Awalnya ia
tidak ingin menjawab pertanyaan ku, tetapi aku selalu merengek meminta penjelasan
minimal dari teman sebangku saja itu sudah cukup.
“Kemarin kamu dekat banget dengan kak gabriel. Kak gabriel itu wakil osis sekolah ini
dan dia punya fans tersendiri. Hhhhh sebenarnya aku iri sih ngeliat kamu bisa deket
begitu sama kak gabriel tapi kalo dipikir aku jahat ya mementingkan ego sendiri”
“Makasih atsar, aku cuma disuruh kepala sekolah kok seharian kemarin sama dia”
“Iya? Disuruh aja kan gak ada hubungan apa-apa?” aku menganggukan kepala.
“Ahhh syukurlahh” Masalah hari ini clear, selesai sudah. Cukup masalah hari ini aja yang
ribet jangan nambah lagi.
Baju olahraga baru yeayy setelah beberapa minggu ini aku masih menggunakan baju
yang lama. Oh iya sudah lama juga aku gak lihat kak Rio atau Gabriel. Apa karena aku
nyariin ya makanya gak ketemu *ehh. Denger kabar sih mereka lagi sibuk untuk sertijab
atau serah terima jabatan karena mereka sebentar lagi akan lulus. Tunggu sebentar, lulus?
Apa artinya aku gak bisa ketemu mereka lagi? Kenapa jadi deg-degan? Kok jadi takut
begini sih.
“Archiiii awaaaassss” Dubraaaakkk..... Dengan mulus bola basket itu mengenai kepala
ku.
“Bengong aja sih makanya perhatiin chi” omel Atsar yang membantuku berdiri.
“Sakit?” aku mengangguk perlahan karena menahan pusing.
“Ampun deh chi, nangkep bola aja gak bisa gimana mau nangkep hati orang lain” suara
yang sangat aku kenal dan saat ini lagi gak pengen ketemu.
“Diem deh kak rio, jangan bawel”
“Nih pake ini biar enakan” kak Gabriel yang datang langsung duduk di samping ku.
“Loh tadi katanya gak mau kesini iel”
“Kata siapa?”
“Wahh kalo begini kita harus tanding siapa yang berhak buat dia”
“Dia bukan barang yang dipertaruhkan yo, berapa kali gua harus bilang ke lu” aku yang
di tengah-tengah mereka hanya memperhatikan mereka satu persatu tanpa mengerti apa
maksudnya.
“Bukan taruhan kok, cuma memastikan seberapa pentingnya dia dan seriusnya bagi lu”
pembicaraan mereka sepertinya serius karena kak Rio yang suka bercanda saat ini
mukanya tidak seperti biasanya. Aku mengendap perlahan-lahan untuk menjauhi mereka
tapi tangan ku dipegang oleh kak Gabriel.
“Jangan kemana-mana, habis ini kita ke UKS” walaupun dengan senyuman, tetap saja
mimik mukanya serius, sangat serius.
“Satu lawan satu selama 10 menit”
“Oke gak masalah” mereka beranjak dari bangku masing-masing dan berlari ke tengah
lapangan. Teman sekelas ku yang sedang latihan di lapangan sebelahnya berteriak histeris
karena melihat mereka bermain secara live. Aku yang duduk di dekat lapangan
pertandingan mereka malah takut, mau kabur nanti diomelin kak Gabriel kalo gak kabur
makin diomelin sama fans mereka. Satu lawan seribu, lebih baik aku kabur daripada
diomelin seribu orang.
Pertandingan mereka disaksikan murid sekolah yang sedang pelajaran olahraga
ataupun yang sedang tidak ada guru. Semuanya antusias senang karena ketampanan
mereka yang sungguh ku akui mereka sangat keren saat bermain basket. Serius diiringi
keringat yang mengalir di dahi membuatnya sangat cool. Kak Rio maupun kak Gabriel
memiliki pendukungnya masing-masing dan jika dihitung dari suara teriakannya jumlah
mereka sama.
Apa hanya aku sendiri yang merasakan pertandingan mereka kali ini bukan untuk
menghibur? Aku merasa pertandingan mereka ini serius, sangat serius. Apa maksud
ucapan mereka tadi berhubungan dengan ini ya? Kalau aku berhentikan sama saja aku
cari mati *geleng-geleng kepala*.
“Jangann sakitin dia ya” ucap kak Rio yang memberi tanda selamat ke kak Gabriel.
“Kayaknya lu baru kenal gua yo” aku yang melihatnya dari jauh makin deg-degan
padahal tidak ada yang terluka sama sekali.
“Iya, udah lama gua gak liat iel yang begini” pertandingan mereka selesai setelah ucapan
kak Rio yang membuat kak Gabriel tersenyum dengan sangat tulus. Semua teriakan
penonton juga tanda selesainya pertandingan mereka dengan saling jabatan tangan.
“Ayo siapa yang mau main basket sama rio” teriakan kak Rio di tanggapi dengan riuh,
hampir semua yang mendengar, melihat, dan bisa datang ke ajakannya menghampiri kak
Rio yang di lapangan termasuk teman sekelas ku.
“Ada yang aneh” pikir ku yang masih berdiri di tempat persembunyian.
“Kenapa cuma kak Rio yang di lapangan? Kak Gabriel kemana ya?” aku celingak-
celinguk mencari sosok yang tinggi semampai itu. Kak Gabriel menghilang di tempat dan
hanya kak Rio yang di kerubungin.
“Hayo cari siapa?” aku kaget sampai tidak bisa berbicara apa-apa. Orang yang tadi aku
cari ternyata ada di belakang aku.
“Kenapa ka?” tanya ku acuh.
“Harusnya aku yang nanya kenapa. Kenapa pergi dari tempat duduk tadi? Kan udah aku
bilang jangan kemana-mana”
“Kalo aku disana dicium bola lagi gimana? Mau jadi apa kepala aku nanti?” ucap ku
ngeles, sebenernya takut sama fansnya kak Gabriel yang bejibun itu.
*Muah....
“Kalo dicium aku, kepala kamu jadi apa?” seketika aku diam membeku, speechless. Apa
yang barusan kak Gabriel lakukan? Aku gak mimpi kan? Dia cium kening aku? Kenapa?
Tanda apa itu?
“Ayo kita ke UKS, takut memar nanti” badan ku masih membeku gak percaya tapi sudah
di seret kak Gabriel ke UKS.
Aku bener-bener gak tau apa yang terjadi pada diriku sendiri akhir-akhir ini. Sejak
kejadian itu kak Gabriel sering mengunjungi ku, sering menemui ku, bahkan aku mulai
dimusuhi lagi oleh teman sekalas, Atsar teman sebangku pun terkadang mendiamkan aku
ketika kak Gabriel datang ke kelas saat jam istirahat. Tersebar gosip diriku dan kak
Gabriel berpacaran. Awalnya mereka menganggapnya gosip, tapi kalau kak Gabrielnya
sendiri yang sering datang ke kelas ku bukannya meyakinkan mereka jadinya? Sesekali
kak Rio juga meledek ku, ihh aku kesal jadinya. Apa yang terjadi padaku sebenarnyaaaaa
*frustasi*
Dubraaakkkk.........
“Kak rio jelasin semuanya sekarang!!!” aku mendobrak pintu ruang OSIS dengan paksa.
“Pelan dong archi kalo rusak susah minta gantinya” ucap kak Rio memelas.
“Kenapa kak gabriel jadi sering dateng ke kelas ku? Kenapa dia jadi perhatian? Kenapa
dia jadi lebih peduli sama aku? Kenapa dia tau semua tentang aku? Salah aku apa sama
dia?”
“Disini emang tempat konsul, tapi bukan konsul cinta juga chi. Gak tau aku jomblo?”
ucap kak Rio bercanda seperti biasanya.
“Tanya aja sama gabrielnya langsung, orangnya di belakang kamu”
“Ada apa chi?” aku langsung mengahadap belakang dan menatapnya tajam.
“Sebenernya aku mau nanya ini, dan harus di jawab satu-satu” ucap ku dengan semangat.
“Kenapa kaka cium aku? Kenapa jadi sering ke kelas? Kenapa tau rumah aku? Kenapa
lebih peduli aku? Kenapa pengen tau banyak tentang aku? Kenapa...”
“Karena aku suka sama kamu” seketika ruangan sepi, badan ku membeku lagi dibuatnya.
“Ekhm sebentar, kalian ciuman?” aku yang tersadar akan ucapan kak Rio langsung
melempar benda apapun yang ada di samping ku.
“Aku gak tau sih suka atau cinta ya”
“Tapi kan ka aku belum lama disini, kenal kalian aja terbilang baru”
“Kamu lupa ya kejadian 5 tahun lalu?”
“Hah 5 tahun lalu?”
Waktu itu keadaanya sedang hujan deras, banjir dimana-mana apalagi yang namanya
ibu kota ini hujan sedikit saja sudah banjir. Motor Gabriel sudah terendam banjir sekian
jam sehingga motornya sudah tak kuat lagi berjalan. Saat itu ia tepat berhenti di sebuah
perumahan dan tepatnya di suatu rumah. Rencana awal ia hanya untuk berteduh tapi
hujan tak kunjung berhenti hingga akhirnya Gabriel pingsan kedinginan. Archi yang baru
saja pulang melihat seseorang jatuh pingsan di depan pagarnya. Segera Archi memerintah
mamang untuk menggotongnya dan meletakkan di kamarnya. Si mbok dengan cekatan
membawa handuk. Terlihat sangat jelas raut wajah Archi yang khawatir, orang yang
dihadapannya terlihat sangat pucat. Sempat Gabriel siuman dan melihat seorang
perempuan sedang mencari selimut di dalam lemari. Sekitar 10 selimut ia dapatkan dan ia
kenakan di badan Gabriel. Archi tidak sadar jika orang yang ia sedang selimutkan sudah
siuman karena matanya berkaca-kaca melihat orang di depannya ini diam tidak berdaya.
Hal ini lah yang membuat hati Gabriel tersentuh, perempuan yang bahkan ia tak tahu
namanya menangis untuk dirinya dan sedangkan selama ini ia menangis untuk
perempuan yang telah mengabaikan dirinya. Archi terjaga hingga tengah malam, dirinya
tidak tidur hanya menunggu Gabriel siuman. Gabriel yang tidak berdaya juga tidak bisa
bangun saat itu juga. Hingga pagi tiba, Gabriel mendapati perempuan yang sudah
berkorban untuknya tertidur lelap, karena dirinya tidak ingin membangunkannya maka
Gabriel keluar dan berpamitan dengan si mbok dan mamang. Hatinya kini tersentuh
kembali saat motor yang ia kenakan kemarin sudah benar atas perintah perempuan yang
sudah menolongnya. Ada perasaan ragu untuk pulang karena ia belum sempat
mengetahui namanya tapi Gabriel malu jika berpenampilan seperti ini dihadapannya.
Maka Gabriel memutuskan untuk kembali esok hari. Takdir berkata lain ketika Gabriel
ingin bertamu kembali ke rumah itu dengan keadaan yang lebih baik ternyata
penghuninya telah pindah.
Mendengar cerita Gabriel air mata Archi jatuh dengan derasnya dan terkadang
sesenggukan terdengar dari mulutnya. Bahunya yang naik turun dengan cepat
menandakan tangisnya sudah tak tertahankan lagi.
“Maafin aku ya gak sempet pamitan” ucap Gabriel yang menghampiri Archi.
“Udah jangan nangis, ini salah ku” Gabriel memeluk Archi dengan sangat erat seakan
dirinya tidak ingin berpisah lagi darinya.
Setelah mendengar cerita Gabriel aku langsung memperkenalkan dirinya ke mamang
dan si mbok. Betapa terkejutnya aku ketika mereka semua sudah tau.
“Kok aku gak di kasih tau sih mbok?” aku cemberut karena mereka merahasiakan ini
semua.
“Gak maksud non, tadinya kita cuma nebak-nebak eh ternyata bener”
“Iya non, si mbok gak berani bilang takut salah”
“Mereka gak salah, kamu aja yang lupa sama muka aku”
“Ohh jadi sekarang kamu nyalahin aku?”
“Bukan begitu, aduhhh cowo emang selalu salah ya”
“Non hari ini si mbok buat donat loh”
“Donat kentang? Keju? Coklat?”
“Lengkap pokoknya”
“Oke let’s go”
“Ohh jadi cara bujuk kamu begini?” si mbok hanya mengedipkan sebelah matanya dan
mengacungkan jempolnya.
“Katanya tau semua tentang aku, payah”
“Ya tapi gak semua juga kan chi” Gabriel menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Oke, habis ini kita ada pelajaran tentang Archi siap?”
“Siap tuan putri” ucap Gabriel dengan senyum yang membuat hatiku panas menahan
malu.
Resminya Aku dan Gabriel berpacaran sudah tersebar seantereo sekolah. Awalnya
aku dimusuhi habis-habisan tapi entah darimana cerita yang Gabriel ceritakan kepada ku
ikut menyebar. Ada untungnya sih dengan begitu ada beberapa yang merestui hubungan
kami.
“Fans lo berkurang iel, dan haters lu lebih banyak chi dibanding fans” ucap kak Rio
diiringi tawanya.
“Kak Gabrielll” aku merengek sambil mengguncangkan tubuhnya.
“Yo jangan usil lah”
“Dih minta bantuan, 1 lawan 1 dong payah nih”
“Rio maaf ya kemarin aku ketiduran, semalem kamu cerita apa bisa diulang gak
kayaknya seru deh” tiba-tiba datang perempuan yang waktu itu sempat melabrak ku kalo
gak salah namanya Ify.
“Gak jadi fy, aku udah lupa”
“Yah yo, maaf aku ketiduran. Oh iya nanti malem jadi?”
“Ekhm ohh jadi begitu, akal bulus muslihat kaka ketauan kannn”
“Apaan sih, sotil” ucap kak Rio masih dengan coolnya yang membuat aku kesal.
“Kak Ify mau tau tentang kak rio gak?”
“Archi” ucap kak Rio yang greget dan ingin menangkap ku, aku langsung berlindung di
belakang kak Gabriel.
“Kak ify ikut aku ayo” aku memegang tangan kak Ify dan mengajaknya berlari menjauhi
mereka. Awalnya kak Rio ingin mengejarku, untungnya di tahan oleh kak Gabriel.
“Apa sih iel, cewe lo noh pengen gue sentil”
“Sialan, itu cewe gua, berarti urusannya sama gue”
“Ahh gua masih gak percaya sama cerita lu. Kok lu gak cerita sih?”
“Entah lah, gua terpuruk banget yo ketika satu per satu orang yang ada di samping gua
dan gua sayang pergi begitu aja”
“Lo kira gua ngga? Ditambah sifat lu yang berubah jadi dingin. Gua harus tetep pake
semua topeng agar lu balik lagi, tapi sia-sia”
“Sorry sob kalo gua ngerepotin”
“Kalo lu ngerepotin udah dari dulu lu gue tinggal sendirian”
“Thanks bro”
“Hemm sorry ya iel, cerita lu gua sebar di fans site gue”
“Sial, jadi lu yang nyebar” ucap Gabriel sambil memukul Rio.
“Kan demi archi juga biar gak terlalu di musuhin”
“Tetep aja ember lu gak ilang” pukulan kedua Gabriel gagal karena Rio berhasil
meloloskan diri dan berlari.
Lari-larian terjadi di tengah lapangan, Gabriel mengejar Rio dan Rio mengejar Archi
dan Ify. Semua terlihat menyenangkan, memang tak ada peristiwa yang sangat
menghebohkan tapi memendam rasa selama 5 tahun itu cukup menyakitkan. Kini semua
rasa itu seudah melegakan, tak ada lagi yang tertinggal. Archi, perempuan yang selama
ini Gabriel cari telah di temukan, sejak pertama bertemu di dekat sekolah dengan tidak
sengajanya Gabriel menginjak lubang yang mengakibatkan baju orang kotor hingga ia
melihat sendiri supir dan pembantu Archi. Awalnya dirinya tak percaya jika orang yang
selama ini ia cari di hadapannya, berbagai informasi ia cari dengan teliti hingga
kenyataan mengatakan perempuan itu adalah Archi. Garis takdir memang sudah di
gariskan tinggal bagaimana kita menjalaninya.

More Related Content

What's hot (20)

Perjalanan terindah
Perjalanan terindahPerjalanan terindah
Perjalanan terindah
 
Ruang tujuh
Ruang tujuhRuang tujuh
Ruang tujuh
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Cerpen perpisahan terakhir
Cerpen perpisahan terakhirCerpen perpisahan terakhir
Cerpen perpisahan terakhir
 
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by MardhatillahCerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
 
Cerpen-Hal Tak Terduga
Cerpen-Hal Tak TerdugaCerpen-Hal Tak Terduga
Cerpen-Hal Tak Terduga
 
Antologi Karya Siswa Tugas Pendidikan Kewarganegaraan
Antologi Karya Siswa Tugas Pendidikan KewarganegaraanAntologi Karya Siswa Tugas Pendidikan Kewarganegaraan
Antologi Karya Siswa Tugas Pendidikan Kewarganegaraan
 
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatikuKelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
 
Kliping cerpen
Kliping cerpenKliping cerpen
Kliping cerpen
 
The kids detective
The kids detectiveThe kids detective
The kids detective
 
Jejak
JejakJejak
Jejak
 
Semuanya karena winda
Semuanya karena windaSemuanya karena winda
Semuanya karena winda
 
My last love
My last love My last love
My last love
 
Cerita yang gak tahu arahnya kemana
Cerita yang gak tahu arahnya kemanaCerita yang gak tahu arahnya kemana
Cerita yang gak tahu arahnya kemana
 
Perjalanan terindah
Perjalanan terindahPerjalanan terindah
Perjalanan terindah
 
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
 
Cintaku berlabuh di mesir
Cintaku berlabuh di mesirCintaku berlabuh di mesir
Cintaku berlabuh di mesir
 
Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Aku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki lakiAku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki laki
 

Similar to Semua akan indah pada waktunya

Similar to Semua akan indah pada waktunya (20)

Sekolah ku
Sekolah kuSekolah ku
Sekolah ku
 
Cerita versi ku
Cerita versi kuCerita versi ku
Cerita versi ku
 
#Tiga
#Tiga#Tiga
#Tiga
 
Cerpen kasih salina
Cerpen  kasih salinaCerpen  kasih salina
Cerpen kasih salina
 
Ccccc
CccccCcccc
Ccccc
 
Cuti sekolah telah bermula
Cuti sekolah telah bermulaCuti sekolah telah bermula
Cuti sekolah telah bermula
 
Cerpen -our tale
Cerpen -our taleCerpen -our tale
Cerpen -our tale
 
TAJUK; cerpen anas.docx
TAJUK; cerpen anas.docxTAJUK; cerpen anas.docx
TAJUK; cerpen anas.docx
 
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa FadilaStruktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
 
Matahari terbit diufuk timur sinarnya memancar di jendela kamarku
Matahari terbit diufuk timur sinarnya memancar di jendela kamarkuMatahari terbit diufuk timur sinarnya memancar di jendela kamarku
Matahari terbit diufuk timur sinarnya memancar di jendela kamarku
 
Berdiri diatas impian
Berdiri diatas impianBerdiri diatas impian
Berdiri diatas impian
 
Malaikat kecil di angkot
Malaikat kecil di angkotMalaikat kecil di angkot
Malaikat kecil di angkot
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupku
 
Mungkinkah itu mungkin
Mungkinkah itu mungkinMungkinkah itu mungkin
Mungkinkah itu mungkin
 
Kumpulan Teks Anekdot
Kumpulan Teks AnekdotKumpulan Teks Anekdot
Kumpulan Teks Anekdot
 
Kasih seorang ibu
Kasih seorang ibuKasih seorang ibu
Kasih seorang ibu
 
Kasih seorang ibu
Kasih seorang ibuKasih seorang ibu
Kasih seorang ibu
 
Syal merah
Syal merahSyal merah
Syal merah
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
 

More from Jenderal Soedirman Unoversity (7)

Kumpulan puisi april
Kumpulan puisi aprilKumpulan puisi april
Kumpulan puisi april
 
Selamat tinggal gajah duduk
Selamat tinggal gajah dudukSelamat tinggal gajah duduk
Selamat tinggal gajah duduk
 
Diorama pendidikan
Diorama pendidikanDiorama pendidikan
Diorama pendidikan
 
Sel
Sel Sel
Sel
 
Cerpen, b.indo
Cerpen, b.indoCerpen, b.indo
Cerpen, b.indo
 
Spermatophyta
SpermatophytaSpermatophyta
Spermatophyta
 
Mengkudu dan Durian
Mengkudu dan DurianMengkudu dan Durian
Mengkudu dan Durian
 

Semua akan indah pada waktunya

  • 1. “Non si mamang udah siap itu katanya cepetan nanti jalanan macet. Sekolah non yang sekarang kan lumayan jauh” si mbok sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar. “Iya 5 menit lagi selesai” ucapku yang sedang berdandan di depan cermin. Hari pertama aku masuk sekolah yang baru. Yup, aku baru saja pindah. Entah apa alasannya papah ku lah yang memindahkannya. Aku sih tidak peduli mau sekolah dimana toh sama saja semuanya nothing special. Aku bukan tipe yang suka dandan, tapi hari ini aku hanya ingin terlihat rapi makanya aku lama di depan cermin. Si mbok yang barusan saja mengetuk pintu kamar dan yang mengingatkan ku bahwa aku hampir telat. Dia sudah aku anggap seperti ibu sendiri karena telah mengurusi ku sejak kecil saat mamah meninggal karena melahirkan aku. “Ayo mang kita jalan” ucapku yang menepuk bahunya saat tiba di dalam mobil. “Berangkattttt” ucap mamang dengan semangat 45nya. Jakarta kota yang ramai, sangat ramai tepatnya tapi gak pernah sekalipun aku merasakan keramaian itu. Memang si mbok dan mamang telah mengisi hari-hari ku selama ini, mereka baik, selalu menghiburku, tidak pernah terlihat sedih, tapi mereka tetaplah orang lain walaupun sudah ku anggap keluarga. “Tuh kan non macet, ahhh telat kita gimana dong non? Masa udah telat aja di hari pertama, bisa diomelin bapak nih” ucap mamang kesal sambil menggaruk kepalanya yang aku yakin tidak gatal. “Aku lari aja ya mang” ucap ku sambil membuka pintu mobil. “Non jangannn ...” teriak mamang yang belum selesai bicara sudah aku tinggalkan. Lari adalah keahlianku, begitu juga dengan lari dari kenyataan. hanya masalah dalam hidup yang bisa aku hindari tidak dengan kenyataan takdir yang sudah di gariskan. “Hosh... Hosh... Hosh... Ketemu” nada yang setengah bergetar aku lanjutkan untuk berlari menuju gerbang yang telah terlihat. “Aaaaaaa” sebuah motor melewati genangan air yang sukses membuat baju seragam ku kotor. “Aduuuhhh gimana ini” aku hanya berdecak kesal dan membersihkan bajuku yang kotor dengan kedua tangan. “Maaf gak sengaja” ucap laki-laki yang telah membuat bajuku kotor. “Yahh kotor kann” gumam ku yang tidak melihat wajah yang barusan meminta maaf kepada ku. Aku tak perdulikan dia yang ada di depanku ini, aku hanya fokus ke bajuku.
  • 2. “Ada apa iel?” ucap seorang lagi yang baru saja datang dan menghampiri kami. “Baju dia kotor gara-gara gue” “Kita anter aja, sekolah dimana emangnya?” aku masih saja fokus ke bajuku hingga tak sadar jika ada yang bertanya. “Haiii helloo kita mau nganterin kamu nih, sekolah kamu dimana ya?” aku terhentak kaget saat ada tangan di depan wajahku. “Gak usah bisa sendiri” jawab ku yang berjalan meninggalkan mereka dan melanjutkan perjalanan. “Dia gak mau iel” mereka saling menatap dan memperhatikan perempuan yang baru saja menolak pertolongan mereka. “Yaudah ke sekolah aja” ucap salah satu dari mereka sambil menaiki motornya kembali dan berjalan menuju sekolah yang mereka maksud. Hari yang sial, jalanan macet dan harus lari ke sekolah, dan sekarang seharian memakai baju yang kotor. Berharap saat guru melihat aku disuruh keluar dari kelas dan pulang untuk ganti baju, inginnya sih begitu. “Eeehhh tunggu dulu sebentar, ada keperluan apa kamu datang kesini? Dari sekolah mana?” seorang satpam memberhentikan jalan ku yang baru saja selangkah meninggalkan gerbang. “Saya murid baru pak” “Ohh kamu murid baru itu toh, mari bapak antar ke kantor polisi eeehh maksudnya ke kantor guru” aku mengikuti kemana satpam ini pergi. Baju sekolah ku yang dulu dengan yang sekarang sangatlah berbeda, makanya dari tadi aku menjadi sorotan mata seantereo sekolah ini. Dari warna nya yang mencolok hingga modelnya yang berbeda tentu aku seperti alien yang berada di tengah-tengah manusia. Tok... Tok... Tok... “Maaf mengganggu bu, saya mau mengantarkan anak baru itu” “Oh iya suruh masuk saja” “Kamu disuruh masuk itu, bapak tinggal ya. Permisi bu” “Selamat datang di sekolah kami. Loh baju kamu kenapa kotor sayang?” tanya guru itu dengan ramah yang ternyata adalah kepala sekolah.
  • 3. “Tadi ada insiden kecil, tapi gapapa kok” ucap ku yang sambil menutupi bagian yang kotor. “Maaf ya kami kehabisan stock baju. Gapapa kan kalau kamu masih pake baju sekolah kamu yang dulu?” “Iya gapapa” “Oke sebelumnya terima kasih ya. Oh iya karena ini hari pertama kamu, maka ibu akan ajak kamu berkeliling sekolah ini ya” “Gak usah bu, baru masuk saja tadi sudah jadi tontonan karena baju saya yang beda. Nanti saja bu kelilingnya kalau saya sudah dapat seragam sekolah ini” “Ohh iya ya, oke deh kita langsung ke kelas kamu aja ya” Di dalam kelas saja menjadi tontonan karena seragam kami berbeda gimana kalau tadi aku berkeliling sekolah, bisa langsung terkenal. Walaupun kepala sekolah tadi sudah menjelaskan dan menceritakan aku di depan mereka semua, tetap saja aku ini alien. Aku dipersilahkan duduk oleh wali kelas ku, dan berkesempatan duduk dengan perempuan setengah blasteran belanda. “Hai gua atsar, salam kenal ya archi” ucap teman sebangku ku tadi. Setengah hari sudah aku lewati di sekolah baru ini. Perut lapar membuat aku ingin beranjak dari bangku yang hampir tak pernah aku tinggalkan. Ingin keluar malu karena seragam kami berbeda, menetap juga salah karena perut ini tidak bisa di ajak berkompromi. Akhirnya aku putuskan untuk ke kantin membeli sesuatu. Jam isitirahat seperti ini wajar jika kantin ramai dengan murid-murid sekolah tapi kalo hanya satu tempat yang penuh bukannya sangat aneh? Ada satu tempat yang sangat penuh dengan masa, mungkinkah makanan atau minuman disana lebih enak dan murah? Tapi kok di dominasi perempuan? Tak peduli dengan itu, aku mengunjungi salah satu pedagang makanan kesukaan ku yaitu siomay. “Siomay, tahu, kol ya bang” ucap ku yang sambil menyerahkan uang 10.000 “Kok seragam nya beda neng?” “Saya baru bang disini, belum dapet seragam” “Ohh. Ini siomaynya makasih ya” aku menerima siomay itu dan langsung pergi dari tempat. “Yo kayaknya gua liat seragam yang tadi pagi deh”
  • 4. “Ah masa? Kayaknya mata lu deh yang butek abis di kerubungin tadi” “Iya kali ya” Sehari ini sukses aku lewatkan dan pelajaran hari ini adalah besok harus bawa jaket biar gak jadi sorotan. Ehh tapi rok nya gimana? Tetep aja keliatan perbedaanya tapi lebih mending lah daripada semuanya keliahatan beda. Aku menunggu sekolah sepi baru pulang karena tidak ingin menjadi sorotan lagi. Suasana sekolah saat sore hari dan sepi seperti ini sangat terlihat horor. Hal yang paling aku benci adalah makhluh halus, apanya yang halus kalo bisa bikin orang jantungan? Aku berlari saat melawati lorong sekolah dan menunggu mamang di depan gerbang. “Hai” seseorang menepuk pundak ku dari belakang. Aku yang terkejut langsung menoleh ke arahnya. “Ngapain disini? Minta pertanggung jawaban tadi pagi?” aku yang bingung langsung melihat baju ku. “Ada apaan iel? Ohhh kamu yang tadi pagi kan? Tadi gak mau dianter dan sekarang minta dianter pulang?” “Hush gak boleh suudzan yo” “Bercanda iel, jangan diambil hati ya” aku yang bingung hanya memperhatikan percakapan mereka. “Rumah kamu dimana?” aku masih diam seribu bahasa karena tidak mengerti apa maunya mereka. “Helloooo kamu sering banget bengong ya, kamu minta dianter kerumah kamu kan?” seseoarang yang dipanggil dengan yo tadi melambaikan tangannya lagi ke wajah ku dan membuat aku terhentak kaget. “Kalian siapa sih? Aku gak punya urusan sama kalian” tak lama datang mobil jemputan ku. Aku yang senang langsung masuk kedalamnya begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun ke mereka. “Aneh ya, cus ahh cabut” Pagi ini harus menjadi pagi yang fresh. Tak ada lagi macet dan lari apalagi baju kotor, walaupun hari ini aku harus di selimuti jaket setidaknya cara ku ini lebih baik. “Fy, sejak kapan rok sekolah kita ganti?” perjalanan ku kelas terhenti saat ada 2
  • 5. perempuan berhenti di depan ku. “Kayaknya gak ada pemberitahuan sama sekali dari guru ataupun osis deh” ucap perempuan di sebelahnya dengan polos. “Lo penyusup ya disini? Atau mau mata-matain rio dan gabriel?” ucap perempuan yang terlihat sangat jutek. “Kalau saya penyusup seharusnya saya gak pake pakaian yang mencolok” aku takut sebenarnya karena ini kali pertama aku di labrak. “Dia bener shil, nanti ketauan kan kalo dia emang mata-mata” “Ishhh ify, lu gak tau cara ngelabrak sihhh” pertengkaran kecil mereka aku manfaatkan untuk kabur. “Loh shil itu anak kemana?” “Tuh kan gara-gara lo dia kabur” “Loh kok gue sih shil?” “Iyalah siapa lagi coba” Padahal sudah memakai jaket, tetap saja terlihat bedanya. “Kapan sih seragamnya jadi?” gerutu kesal dalam hati. Kalo sampai satu semester aku angkat tangan ah, lebih baik keluar dari sekolah ini. Baru sehari aja rasanya udah kaya setahun gimana kalo satu semester, bisa habis badan aku di labrak sana sini. Hari ini cukup hanya labrakan saja, please jangan ada kejadian aneh lagi. Seperti biasanya aku menunggu mamang di depan gerbang, tidak ada perempuan tadi pagi karena sekolah ini aku yakini sudah sepi. “Kamu itu sekolah dimana sih? Setiap pulang pasti ada di depan gerbang” ada seseorang yang berbicara di belakang ku. Sepertinya bukan perempuan yang tadi pagi, suara ini lebih ke laki-laki “Salah ya berdiri disini?” tanya ku dengan berani karena aku gak mau seperti tadi pagi. “Aku kan cuma nanya, setahu ku disini gak ada sekolahan lagi dan dari seragam kamu aku baru lihat seragam itu” aku beruntung, tak lama mobil jemputan ku datang jadi aku bisa kabur dari laki-laki ini. “Setidaknya aku harus tahu siapa nama kamu?” saat ingin masuk ke dalam mobil laki- laki itu menahanku dengan memegang tangan. “Buat apa? Bukan pak lurah yang suka ngedata warganya kan?” ucapku saat berbalik menatapnya dan melepaskan tangan dia dari tangan ku.
  • 6. Sekolah itu bener-bener aneh, setiap hari selalu saja ada kejadiannya. Pokoknya hari ini aku mau tenang, gak mau di labrak lagi apalagi ketemu laki-laki yang selalu aja ada padahal sekolah sudah sepi. Aku berlari sekencang-kencangnya saat melewati gerbang, sapaan pak satpam aku hiraukan “Maaf pak ini darurat” ucapku dalam hati. Berhubung aku jago lari jadi setidaknya 5 menit aku sudah sampai di depan kelas. Kelemahan ku dalam berlari adalah aku tidak melihat ke depan, kalo di lapangan lari sih wajar saja karena gak ada siapapun di depan pelari tapi ini kan sekolah banyak murid yang lalu lalang. Dubraaaaaakkkkkk....... Aku menabrak tubuh seseorang yang sepertinya lebih besar dari badanku karena yang mental bukan dia tapi aku. Bokongku sakit tak karuan karena yang melindungi badanku adalah si bokong, ditambah kepala ku yang pusing karena menabrak bahu seseorang yang sangat keras. “Aaawww sakit” ucapku yang mengusap kedua bokong ku. “Kenapa lari kan jam masuk masih lama, mau aku bantu berdiri?” saat aku ingin meraih tangan yang ada di hadapanku, aku kaget karena laki-laki itu lagi ternyata. “Loh? Kamu lagi, kamu sekolah disini atau gimana?” tanya nya yang sekarang duduk tepat di depan ku. Aku langsung berdiri dan meninggalkannya begitu saja. Sepulang sekolah aku langsung mengompres kepala ku yang seharian ini pusing karena habis nabrak. Aku masih heran kenapa dari awal masuk hingga sekarang aku selalu berhadapan dengan laki-laki itu. Penasaran sih siapa namanya tapi udahlah gak peduli. Hari ini akan ada kejadian apa lagi coba? Pake jaket tetep ketahuan, jalan biasa dilabrak, lari ya nabrak, cara apa lagi yang harus aku pake? “Pak aku duduk di pos dulu boleh gak?” ucap ku ke satpam yang kemarin aku acuhkan sapaannya. “Boleh, tapi sebelum bel tetep masuk ke kelas ya” aku berjalan menuju pos satpam. Rencananya sih hari ini aku mau nunggu di pos satpam sampai bel bunyi. 30 menit lagi itu ternyata lama ya, aku ngantuk menunggu selama itu sampai tidak sadar kalau bel sudah berbunyi. Pak satpam yang sedang menutup gerbang pun tidak terdengar suaranya “Neng bangun, bel sudah bunyi loh” pak satpam membangunkan ku dengan lembut, tapi
  • 7. ya namanya bangun paksa jadi aku masih sedikit lemas, nyawa belum terkumpul semua. “Iya pak” aku berjalan lunglai dan setengah mengantuk sesekali menguap. “Hei kalau jalan liat-liat” ucapnya yang memegang jidat ku. Ternyata aku hampir menabrak tiang, padahal tinggi dan besar tapi aku tidak melihatnya mungkin efek ngantuk. “Makasih” ucapku ketika sadar kalau di depan ku itu tiang, tanpa memperhatikan belakang yang telah menolong ku. “Siapa iel?” “Cewe ajaib” “Eih?” Kejadian hari ini gak terlalu buruk hanya aku saja yang hampir tertabrak. Oh iya siapa ya yang sudah menolongku tadi? Yahhh setidaknya aku tidak bertemu laki-laki itu, rencana pos satpam berhasil jadi setiap hari aku harus kesana. “Neng, sebentar lagi bel masuk mau bunyi sana ke kelas” pak satpam berbicara kepadaku sambil berteriak dari depan gerbang. Aku yang tengah asyik membaca tetap mendengar teriakan itu. “Iya, makasih ya pak” ucap ku yang beranjak dari tempat duduk ku. Suasana sekolah sudah mulai sepi karena bel tanda masuk sudah berbunyi. “Archi archi hei archi” seseorang memanggil ku dengan setengah berteriak aku yang mendengar langsung menoleh ke sumber suara itu datang. “Iya bu kenapa?” “Sini ke ruangan saya sebentar” ucap kepala sekolah yang tadi memanggil ku. “Taraaa lihat apa yang ibu pegang” “Yeayyy seragam sekolah aku” ucap ku girang saat melihat seragam ku di tangan kepala sekolah. “Maaf ya telat, sebagai gantinya seragam kamu sudah ibu cuci dan gosok jadi kamu bisa memakainya langsung” aku yang mendengar pernyataan itu langsung buru-buru mengganti seragam ku. “Soal keliling sekolah maaf ibu gak bisa, tapi tenang saja sebagai gantinya nanti ibu minta tolong dari osis ya” aku yang mendengar hanya menganggukan kepala saja.
  • 8. Masuk ke kelas tadi sebenarnya telat tapi berhubung aku di dampingi kepala sekolah sang wali kelas ku mengerti dan memakluminya. Hari ini aku bisa belajar dengan tenang tanpa ada gangguan apapun karena seragam ku sudah sama dengan mereka. Aku bisa jalan-jalan ke kamar mandi, wc, bahkan lapangan basket yang kata teman sebangku ku selalu ramai jika petinggi osis bermain. “Lab?” gumamku yang sedikit senang karena untuk pertama kalinya melihat lab science sekolah ini. Aku senang dengan lab science karena banyak alat-alat biologis, dengan langkah yang cepat aku menghampiri tempat tersebut. Byuuuuurrrr..... Seseorang menyiramku dengan air berwarna kecoklatan, aku yang kaget hanya diam tak bergerak sedikitpun. “Maaf maaf aku gak sengaja, dikirain gak ada orang” ucap orang itu dengan penuh penyesalan. “Seragam aku” suara ku gemetar dan air hangat yang keluar dari mata pun mulai membasahi pipi. Gimana tidak, seragam ini baru saja aku kenakan tapi sudah kotor bahkan basah. “Jangan dipegang, maaf aku bener-bener gak sengaja. Tunggu disini ya aku ambil jaket dulu” orang itu masuk ke dalam lab yang katanya ingin mengambil jaket. Aku gak peduli, aku pergi dari tempat menuju kamar mandi untuk membersihkan bajuku. “Yo lu liat cewe yang berdiri disini gak?” “Liat, baru aja pergi kesana. Kenapa sih ada apa lagi?” “Cewe itu lagi yo” “Lagi? Dan kali ini lu apain dia iel?” Pokoknya hari ini aku harus pake jaket kemanapun berada, biarin aja cuaca hari ini panas aku tetep pake jaket. “Archi kamu sakit dari tadi pake jaket?” tanya teman sebangku ku yang memang dari jam pertama aku tidak melepas jaket. “Ngga kok, lagi pengen aja” “Archi kamu di panggil kepala sekolah” teriak ketua kelas ku. Jam pertama tadi tidak ada guru karena semua sedang rapat maka jadilah sekolah ini ramai seperti jam istirahat. Tok... Tok... Tok...
  • 9. “Iya masuk” “Permisi bu, ibu panggil saya?” “Sini masuk sayang. Sebelumnya ibu mau kenalin dulu wakil osis kita” “Hai aku Gabriel” laki-laki itu lagi, ucapannya memang sambil tersenyum tapi aku masih kesal dengan kejadian kemarin. “Archi, haiiii archi. Kok bengong? Kaget ngelihat gabriel yang ganteng atau kamu lagi sakit?” ucap kepala sekolah. “Ah ngga keduanya bu” “Cuacanya panas loh kok kamu pake jaket?” “Biar gak basah lagi” ucap ku yang sedikit menyidir sambil memalingkan wajah ke arah lain, pokoknya sampai wajah Gabriel tidak terlihat. “Ohh oke lah. Sesuai janji ibu hari ini kamu keliling sekolah sama iel ya. Seharian ini ada rapat untuk kelas 3 jadi seharian tidak ada jam pelajaran” “Saya sama teman saya saja bu keliling sekolahnya” tolak aku dengan halus. “Bukannya ibu tidak percaya, hanya saja kamu kan baru jadi kamu tanggung jawab ibu. Tenang saja kok iel ini wakil osis kita dan dia sudah kelas 3 jadi tidak ada yang berani macam-macam dengan kalian selama keliling sekolah nanti” “Kamu juga belum tau semua watak teman-teman satu sekolah, lebih aman kalau kamu sama aku” Hari-hari ku sepertinya harus dibayangi orang ini deh. Dari awal sampai sekarang masa aku ketemu terus dengannya. Mau tak mau aku setuju dengan apa kata kepala sekolah, mau gimana lagi 2 lawan 1. Perjalanan di awali dari gerbang sekolah dan parkiran yang cukup luas sampai mobil pun bisa masuk sepertinya. Berlanjut ke masjid sekolah dan beberapa tempat ekskul seperti PMR, Paskibraka, Pramuka, Silat, Basket, Futsal, Paduan suara, Chord (alat musik), Club english, Tari, Jurnalistik, dan bahkan OSIS. Berlanjut ke lorong kelas 1, 2, dan yang terakhir 3. Banyak anak yang keluar dari kelas dan bermain di depan kelas tentu saja hari ini tidak ada KBM. Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah kantin setelah perpustakaan, taman baca, dan taman bunga kami lewati. Aku beli 2 kotak susu, satu untuk ku dan satu lagi untuknya. Walaupun masih gondok tapi aku masih tau rasa berterima kasih. “Makasih” ucapnya aku hanya menganggukan kepala.
  • 10. “Milo, kaya rio aja kamu” mendengar pernyataannya membuat aku mengernyitkan dahi. “Dari semua tadi ada yang mau kamu tanyain?” lanjutnya. “Kenapa dari awal jalan sampai sekarang semua mata ngeliatin kita? Risih” ucap ku dengan jujur. Dari awal tadi semua mata mengarah kita, lebih tepatnya sih aku. Ada yang berbisik bahkan dengan sengaja menyenggol ku saat berpapasan. “Ohh hahaha maaf ya, untuk pertanyaan itu kamu tanya aja sama temen sebangku kamu atau temen sekalas” tawanya yang lepas dan sambil mengacak rambutku membuat aku lupa dengan semua kejadian menyebalkan tadi. “Mau makan apa? Kali ini aku yang traktir” aku menolak dan menggelengkan kepala. “Siomay ya? Enak loh” “Pake banget gak?” ucapku spontan dan membuat Gabriel tertawa sangat lepas. “Harus pake banget ya?” “Waktu pertama kali kesini tempatnya penuhhhhh banget, tapi herannya cewe semua” pernyataan ku lagi-lagi membuatnya tertawa sangat lepas, aku yang bingung dengan ucapan ku hanya menggerutu kesal. “Abangnya ganteng kali makanya rame sama cewe” “Masa? Perasaan gak kaya brad pitt atau adam levine deh” lagi-lagi orang yang di sebelahku tertawa, sepertinya aku berbakat jadi pelawak. “Yuk kita kesana” Gabriel menarik tanganku dan mengajak ku ke tempat siomay yang dia maksud. Setelah kita makan siomay, Gabriel benar-benar memaksa ku untuk mengantarkannya ke rumah. Awalnya kita ke kelasnya untuk mengambil jaket dan kunci motornya lalu ke kelas ku untuk mengambil tas. Tau kan apa yang terjadi? Semua mata melihat ke arah ku, aku yang dilihatin hanya menunduk dan Gabriel masih santai seperti tidak terjadi apa-apa. Paling parah itu pas di kelas ku sendiri, sebagian diam membeku dan sebagiannya lagi berbisik membicarakan ku dan Gabriel masih saja stay cool. Di tempat parkir aku sudah memutuskan tidak jadi diantarnya pulang, tapi dia memaksa ku dengan terus memegang tangan ku dan gak akan melepaskan sampai aku mau diantar pulang. Tentu aku menerima ajakannya karena semua mata yang ada di tempat parkir melihat ku setajam silet saat Gabriel memegang tangan ku dan tidak melepaskannya.
  • 11. “Cuekin aja yang ngeliatin kamu, anggep fans” ucap Gabriel yang tahu kegelisahan ku. “Fans? Fans apa yang bikin bintangnya gak nyaman? Itu bukan tatapan kagum tapi mau bunuh” gerutu ku dengan kesal. “Kamu itu ternyata lucu ya” tawa dan senyumnya lagi-lagi membuat aku melupakan kejadian menakutkan tadi. Sesampai di rumah, aku basa-basi mengajaknya masuk kedalam dan untungnya dia menolak karena masih ada urusan di sekolah yang belum selesai. Sebelum Gabriel pergi ia sempat mengingatkan aku untuk lebih berhati-hati ke sekolah nanti. Aku yang tahu maksudnya langsung lah berkobar-kobar. “Pastilah, aku gak mau digituin lagi, memangnya aku salah apa? Tujuan aku keliling kan biar tahu kenapa mereka liatinnya begitu banget aku bukan alien lagi kan yang seragamnya udah sama kaya mereka. Liat aja besok aku balas mereka semua” ucapan ku yang berkobar membuat Gabriel tertawa lepas sambil mengacak-acak rambutku. Dari awal di gerbang sampai aku duduk di bangku pun semua mata memperhatikan ku. Seakan aku alien yang baru belajar di bumi, aku tampak aneh bagi mereka. Bahkan teman sebangku ku memperhatikan ku dengan tatapan setajam silet namun tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya saat aku bertanya “Ada apa?” Teringat pesan Gabriel kemarin aku menerka “Ini kah maksud dia?” Tapi apa yang salah dengan ku? Memangnya salah jika aku keliling sekolah dengan wakil osis, toh mereka juga bisa meminta ke osis kalau mereka mau. Jam istirahat pertama ini aku gunakan untuk ke kelas nya Gabriel untuk meminta penjelasan pernyataanya kemarin. Di perhatikan seantereo sekolah itu tidak enak ya, pantas artis risih. Artis enak bisa dapet duit gimana kalo ini? “Gab eh maksudnya kak gabriel ada?” tanya ku saat sampai di depan kelas nya. “Ada urusan apa?” tanya jutek teman sekelasnya ini membuat aku mengurungkan niat mencari Gabriel. “Mmm gak jadi deh, maaf ka” ucap ku sambil mundur dan meninggalkan kelas Gabriel. “Apa di ruang osis ya?” gumam ku sambil berfikir. Langkah ku menuju ruang osis berada. Tok... Tok... Tok...
  • 12. “Iya masuk, gak dikunci kok” aku membuka pintu ruang osis dengan perlahan karena pintunya berbunyi saat aku membukanya. “Silahkan masuk dan selamat datang” “Bukannya dia cowo yang sering sama gabriel ya? Rio bukan ya namanya” gumam ku dalam hati sambil mencari struktur organisasi di ruangan ini. “Ada perlu apa sampai dateng ke sini?” ucapnya yang sudah tepat berada di depan ku. Aku yang terkejut mundur selangkah ke belakang. “Hobby banget bengong ya kamu” “Ka mario?” “Iya saya. Ehhh panggil aja rio kepanjangan kan kalo panggil mario” “Ohh oke, kaka liat kak gabriel?” “Dipanggil mamah ira tadi” “Siapa? Mamah ira?” “Iya, kepala sekolah kita. Udah pernah ketemu kan? Nah kita semua manggilnya mamah ira karena dia itu mamah kita di sekolah ini” jelasnya panjang lebar, aku hanya menganggukan kepala tanda mengerti. “Ada masalah apa memangnya?” “Gini, kenapa satu sekolah ngeliatin aku begitu banget, aku gak nyaman. Aku mau bilang ke kak gabriel biar dia kasih penjelasannya kalau gak di kasih tau aku mau bilang ke kepala sekolah trus aku mau pindah aja”cerita ku sangat menggebu-gebu sampai lupa di hadapan ku adalah ketua osis sekolah ini. “Ohh begitu, mau aku ceritain?” aku mengangguk dengan semangat. “Sini duduk biar gak cape” aku menuruti apa katanya dan duduk di sebelahnya. Di sekolah ini OSIS merupakan organisasi yang sangat di hormati oleh seantereo sekolah. Jadi anggotanya saja harus melewati seleksi yang cukup ketat. Kebayang dong gimana hebatnya ketua dan wakil OSIS sekolah ini? Gabriel itu wakil osis plus artis sekolah ini karena ketampanannya, sifatnya yang ramah ke semua cewe juga jadi nilai plus tersendiri. Bahkan juga terdengar ada fans club sendiri untuk masing-masing anggota OSIS dan tentunya ketua dan wakil yang banyak membernya. Bisa dirumuskan sendiri kan kenapa reaksi mereka seperti itu? “Kasian kak gabriel dong jadi gak punya privasi sendiri, trus kalo dia punya cewe yang
  • 13. disuka juga gak bisa terus terang? Ihhh cewe-cewe disini jahat, memonopoli orang seenaknya. Emang mereka siapa bisa ngatur kak gabriel?” ucapan ku yang spontan setelah mendengar cerita kak Rio membuatnya tertawa geli dan tak berhenti, aku yang melihatnya tertawa kesal. “Kok cemberut kan aku udah ceritain semuanya” “Gak kak rio gak kak gabriel sama aja sukanya ngetawain orang” “Iel bisa ketawa? Wow hebat” “Eih?” “Iel itu panggilannya gabriel” “Bukan, maksud aku dia kan ramah kok hebat dia bisa ketawa bukannya wajar kalo begitu?” “Aku bilangnya ramah bukan ketawa beda ya” “Loh kenapa?” “Karena dia baik banget sama siapa aja sampai ada yang tega manfaatin kebaikannya padahal dia udah cinta sama itu cewe” “Oh ya? Jahat banget itu cewe, sekolah disini juga apa ka? Kelas berapa? Sekelas? Ciri- cirinya gimana? Namanya?” deretan pertanyaan ku tak ada yang dijawab dengan benar, semuanya di jawab dengan tawanya yang pecah. “Males ah ngobrol sama kak rio” “Ehh iya maaf-maaf. Tenang aja archi itu udah lama kok, cewe itu gak satu sekolah sama kita dan kayaknya iel juga udah lupa dan udah bisa jatuh cinta lagi” “Kok kaka tau nama aku?” “Hahaha udah ah, masuk sana bel udah bunyi itu apa kamu mau aku anter ke kelas?” goda kak Rio. “Makasih, udah kenyang sama tatapan mereka” kak Rio hanya tertawa melihat gaya ku yang gak kalah menyebalkan. “Chi, kalo kamu kenapa-kenapa lapor ya pintu ini kebuka kok buat kamu. Kamu kenapa- kenapa aku juga yang repot, oke?” tak menjawab pertanyaan kak Rio karena aku kira dia hanya menggoda ku lagi. Aku tidak puas dengan penjelasn dari kak Rio, pokoknya aku harus ketemu Gabriel. Tapi seharian ini aku gak ketemunya sedikitpun. Giliran dicariin gak ketemu, giliran gak
  • 14. di cari ketemu terus, maunya sih apa ya. Tatapan mereka hari ini bikin aku bener-bener kenyang, mau kemana-mana juga jadi gak enak. “Atsar kamu kenapa? Salah aku apa sama kalian? Aku kan baru disini gak tau apa-apa” ucap ku sangat memelas pada teman sebangku yang sedang membaca buku. Awalnya ia tidak ingin menjawab pertanyaan ku, tetapi aku selalu merengek meminta penjelasan minimal dari teman sebangku saja itu sudah cukup. “Kemarin kamu dekat banget dengan kak gabriel. Kak gabriel itu wakil osis sekolah ini dan dia punya fans tersendiri. Hhhhh sebenarnya aku iri sih ngeliat kamu bisa deket begitu sama kak gabriel tapi kalo dipikir aku jahat ya mementingkan ego sendiri” “Makasih atsar, aku cuma disuruh kepala sekolah kok seharian kemarin sama dia” “Iya? Disuruh aja kan gak ada hubungan apa-apa?” aku menganggukan kepala. “Ahhh syukurlahh” Masalah hari ini clear, selesai sudah. Cukup masalah hari ini aja yang ribet jangan nambah lagi. Baju olahraga baru yeayy setelah beberapa minggu ini aku masih menggunakan baju yang lama. Oh iya sudah lama juga aku gak lihat kak Rio atau Gabriel. Apa karena aku nyariin ya makanya gak ketemu *ehh. Denger kabar sih mereka lagi sibuk untuk sertijab atau serah terima jabatan karena mereka sebentar lagi akan lulus. Tunggu sebentar, lulus? Apa artinya aku gak bisa ketemu mereka lagi? Kenapa jadi deg-degan? Kok jadi takut begini sih. “Archiiii awaaaassss” Dubraaaakkk..... Dengan mulus bola basket itu mengenai kepala ku. “Bengong aja sih makanya perhatiin chi” omel Atsar yang membantuku berdiri. “Sakit?” aku mengangguk perlahan karena menahan pusing. “Ampun deh chi, nangkep bola aja gak bisa gimana mau nangkep hati orang lain” suara yang sangat aku kenal dan saat ini lagi gak pengen ketemu. “Diem deh kak rio, jangan bawel” “Nih pake ini biar enakan” kak Gabriel yang datang langsung duduk di samping ku. “Loh tadi katanya gak mau kesini iel” “Kata siapa?” “Wahh kalo begini kita harus tanding siapa yang berhak buat dia”
  • 15. “Dia bukan barang yang dipertaruhkan yo, berapa kali gua harus bilang ke lu” aku yang di tengah-tengah mereka hanya memperhatikan mereka satu persatu tanpa mengerti apa maksudnya. “Bukan taruhan kok, cuma memastikan seberapa pentingnya dia dan seriusnya bagi lu” pembicaraan mereka sepertinya serius karena kak Rio yang suka bercanda saat ini mukanya tidak seperti biasanya. Aku mengendap perlahan-lahan untuk menjauhi mereka tapi tangan ku dipegang oleh kak Gabriel. “Jangan kemana-mana, habis ini kita ke UKS” walaupun dengan senyuman, tetap saja mimik mukanya serius, sangat serius. “Satu lawan satu selama 10 menit” “Oke gak masalah” mereka beranjak dari bangku masing-masing dan berlari ke tengah lapangan. Teman sekelas ku yang sedang latihan di lapangan sebelahnya berteriak histeris karena melihat mereka bermain secara live. Aku yang duduk di dekat lapangan pertandingan mereka malah takut, mau kabur nanti diomelin kak Gabriel kalo gak kabur makin diomelin sama fans mereka. Satu lawan seribu, lebih baik aku kabur daripada diomelin seribu orang. Pertandingan mereka disaksikan murid sekolah yang sedang pelajaran olahraga ataupun yang sedang tidak ada guru. Semuanya antusias senang karena ketampanan mereka yang sungguh ku akui mereka sangat keren saat bermain basket. Serius diiringi keringat yang mengalir di dahi membuatnya sangat cool. Kak Rio maupun kak Gabriel memiliki pendukungnya masing-masing dan jika dihitung dari suara teriakannya jumlah mereka sama. Apa hanya aku sendiri yang merasakan pertandingan mereka kali ini bukan untuk menghibur? Aku merasa pertandingan mereka ini serius, sangat serius. Apa maksud ucapan mereka tadi berhubungan dengan ini ya? Kalau aku berhentikan sama saja aku cari mati *geleng-geleng kepala*. “Jangann sakitin dia ya” ucap kak Rio yang memberi tanda selamat ke kak Gabriel. “Kayaknya lu baru kenal gua yo” aku yang melihatnya dari jauh makin deg-degan padahal tidak ada yang terluka sama sekali. “Iya, udah lama gua gak liat iel yang begini” pertandingan mereka selesai setelah ucapan kak Rio yang membuat kak Gabriel tersenyum dengan sangat tulus. Semua teriakan
  • 16. penonton juga tanda selesainya pertandingan mereka dengan saling jabatan tangan. “Ayo siapa yang mau main basket sama rio” teriakan kak Rio di tanggapi dengan riuh, hampir semua yang mendengar, melihat, dan bisa datang ke ajakannya menghampiri kak Rio yang di lapangan termasuk teman sekelas ku. “Ada yang aneh” pikir ku yang masih berdiri di tempat persembunyian. “Kenapa cuma kak Rio yang di lapangan? Kak Gabriel kemana ya?” aku celingak- celinguk mencari sosok yang tinggi semampai itu. Kak Gabriel menghilang di tempat dan hanya kak Rio yang di kerubungin. “Hayo cari siapa?” aku kaget sampai tidak bisa berbicara apa-apa. Orang yang tadi aku cari ternyata ada di belakang aku. “Kenapa ka?” tanya ku acuh. “Harusnya aku yang nanya kenapa. Kenapa pergi dari tempat duduk tadi? Kan udah aku bilang jangan kemana-mana” “Kalo aku disana dicium bola lagi gimana? Mau jadi apa kepala aku nanti?” ucap ku ngeles, sebenernya takut sama fansnya kak Gabriel yang bejibun itu. *Muah.... “Kalo dicium aku, kepala kamu jadi apa?” seketika aku diam membeku, speechless. Apa yang barusan kak Gabriel lakukan? Aku gak mimpi kan? Dia cium kening aku? Kenapa? Tanda apa itu? “Ayo kita ke UKS, takut memar nanti” badan ku masih membeku gak percaya tapi sudah di seret kak Gabriel ke UKS. Aku bener-bener gak tau apa yang terjadi pada diriku sendiri akhir-akhir ini. Sejak kejadian itu kak Gabriel sering mengunjungi ku, sering menemui ku, bahkan aku mulai dimusuhi lagi oleh teman sekalas, Atsar teman sebangku pun terkadang mendiamkan aku ketika kak Gabriel datang ke kelas saat jam istirahat. Tersebar gosip diriku dan kak Gabriel berpacaran. Awalnya mereka menganggapnya gosip, tapi kalau kak Gabrielnya sendiri yang sering datang ke kelas ku bukannya meyakinkan mereka jadinya? Sesekali kak Rio juga meledek ku, ihh aku kesal jadinya. Apa yang terjadi padaku sebenarnyaaaaa *frustasi* Dubraaakkkk.........
  • 17. “Kak rio jelasin semuanya sekarang!!!” aku mendobrak pintu ruang OSIS dengan paksa. “Pelan dong archi kalo rusak susah minta gantinya” ucap kak Rio memelas. “Kenapa kak gabriel jadi sering dateng ke kelas ku? Kenapa dia jadi perhatian? Kenapa dia jadi lebih peduli sama aku? Kenapa dia tau semua tentang aku? Salah aku apa sama dia?” “Disini emang tempat konsul, tapi bukan konsul cinta juga chi. Gak tau aku jomblo?” ucap kak Rio bercanda seperti biasanya. “Tanya aja sama gabrielnya langsung, orangnya di belakang kamu” “Ada apa chi?” aku langsung mengahadap belakang dan menatapnya tajam. “Sebenernya aku mau nanya ini, dan harus di jawab satu-satu” ucap ku dengan semangat. “Kenapa kaka cium aku? Kenapa jadi sering ke kelas? Kenapa tau rumah aku? Kenapa lebih peduli aku? Kenapa pengen tau banyak tentang aku? Kenapa...” “Karena aku suka sama kamu” seketika ruangan sepi, badan ku membeku lagi dibuatnya. “Ekhm sebentar, kalian ciuman?” aku yang tersadar akan ucapan kak Rio langsung melempar benda apapun yang ada di samping ku. “Aku gak tau sih suka atau cinta ya” “Tapi kan ka aku belum lama disini, kenal kalian aja terbilang baru” “Kamu lupa ya kejadian 5 tahun lalu?” “Hah 5 tahun lalu?” Waktu itu keadaanya sedang hujan deras, banjir dimana-mana apalagi yang namanya ibu kota ini hujan sedikit saja sudah banjir. Motor Gabriel sudah terendam banjir sekian jam sehingga motornya sudah tak kuat lagi berjalan. Saat itu ia tepat berhenti di sebuah perumahan dan tepatnya di suatu rumah. Rencana awal ia hanya untuk berteduh tapi hujan tak kunjung berhenti hingga akhirnya Gabriel pingsan kedinginan. Archi yang baru saja pulang melihat seseorang jatuh pingsan di depan pagarnya. Segera Archi memerintah mamang untuk menggotongnya dan meletakkan di kamarnya. Si mbok dengan cekatan membawa handuk. Terlihat sangat jelas raut wajah Archi yang khawatir, orang yang dihadapannya terlihat sangat pucat. Sempat Gabriel siuman dan melihat seorang perempuan sedang mencari selimut di dalam lemari. Sekitar 10 selimut ia dapatkan dan ia kenakan di badan Gabriel. Archi tidak sadar jika orang yang ia sedang selimutkan sudah siuman karena matanya berkaca-kaca melihat orang di depannya ini diam tidak berdaya.
  • 18. Hal ini lah yang membuat hati Gabriel tersentuh, perempuan yang bahkan ia tak tahu namanya menangis untuk dirinya dan sedangkan selama ini ia menangis untuk perempuan yang telah mengabaikan dirinya. Archi terjaga hingga tengah malam, dirinya tidak tidur hanya menunggu Gabriel siuman. Gabriel yang tidak berdaya juga tidak bisa bangun saat itu juga. Hingga pagi tiba, Gabriel mendapati perempuan yang sudah berkorban untuknya tertidur lelap, karena dirinya tidak ingin membangunkannya maka Gabriel keluar dan berpamitan dengan si mbok dan mamang. Hatinya kini tersentuh kembali saat motor yang ia kenakan kemarin sudah benar atas perintah perempuan yang sudah menolongnya. Ada perasaan ragu untuk pulang karena ia belum sempat mengetahui namanya tapi Gabriel malu jika berpenampilan seperti ini dihadapannya. Maka Gabriel memutuskan untuk kembali esok hari. Takdir berkata lain ketika Gabriel ingin bertamu kembali ke rumah itu dengan keadaan yang lebih baik ternyata penghuninya telah pindah. Mendengar cerita Gabriel air mata Archi jatuh dengan derasnya dan terkadang sesenggukan terdengar dari mulutnya. Bahunya yang naik turun dengan cepat menandakan tangisnya sudah tak tertahankan lagi. “Maafin aku ya gak sempet pamitan” ucap Gabriel yang menghampiri Archi. “Udah jangan nangis, ini salah ku” Gabriel memeluk Archi dengan sangat erat seakan dirinya tidak ingin berpisah lagi darinya. Setelah mendengar cerita Gabriel aku langsung memperkenalkan dirinya ke mamang dan si mbok. Betapa terkejutnya aku ketika mereka semua sudah tau. “Kok aku gak di kasih tau sih mbok?” aku cemberut karena mereka merahasiakan ini semua. “Gak maksud non, tadinya kita cuma nebak-nebak eh ternyata bener” “Iya non, si mbok gak berani bilang takut salah” “Mereka gak salah, kamu aja yang lupa sama muka aku” “Ohh jadi sekarang kamu nyalahin aku?” “Bukan begitu, aduhhh cowo emang selalu salah ya” “Non hari ini si mbok buat donat loh” “Donat kentang? Keju? Coklat?”
  • 19. “Lengkap pokoknya” “Oke let’s go” “Ohh jadi cara bujuk kamu begini?” si mbok hanya mengedipkan sebelah matanya dan mengacungkan jempolnya. “Katanya tau semua tentang aku, payah” “Ya tapi gak semua juga kan chi” Gabriel menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Oke, habis ini kita ada pelajaran tentang Archi siap?” “Siap tuan putri” ucap Gabriel dengan senyum yang membuat hatiku panas menahan malu. Resminya Aku dan Gabriel berpacaran sudah tersebar seantereo sekolah. Awalnya aku dimusuhi habis-habisan tapi entah darimana cerita yang Gabriel ceritakan kepada ku ikut menyebar. Ada untungnya sih dengan begitu ada beberapa yang merestui hubungan kami. “Fans lo berkurang iel, dan haters lu lebih banyak chi dibanding fans” ucap kak Rio diiringi tawanya. “Kak Gabrielll” aku merengek sambil mengguncangkan tubuhnya. “Yo jangan usil lah” “Dih minta bantuan, 1 lawan 1 dong payah nih” “Rio maaf ya kemarin aku ketiduran, semalem kamu cerita apa bisa diulang gak kayaknya seru deh” tiba-tiba datang perempuan yang waktu itu sempat melabrak ku kalo gak salah namanya Ify. “Gak jadi fy, aku udah lupa” “Yah yo, maaf aku ketiduran. Oh iya nanti malem jadi?” “Ekhm ohh jadi begitu, akal bulus muslihat kaka ketauan kannn” “Apaan sih, sotil” ucap kak Rio masih dengan coolnya yang membuat aku kesal. “Kak Ify mau tau tentang kak rio gak?” “Archi” ucap kak Rio yang greget dan ingin menangkap ku, aku langsung berlindung di belakang kak Gabriel. “Kak ify ikut aku ayo” aku memegang tangan kak Ify dan mengajaknya berlari menjauhi mereka. Awalnya kak Rio ingin mengejarku, untungnya di tahan oleh kak Gabriel.
  • 20. “Apa sih iel, cewe lo noh pengen gue sentil” “Sialan, itu cewe gua, berarti urusannya sama gue” “Ahh gua masih gak percaya sama cerita lu. Kok lu gak cerita sih?” “Entah lah, gua terpuruk banget yo ketika satu per satu orang yang ada di samping gua dan gua sayang pergi begitu aja” “Lo kira gua ngga? Ditambah sifat lu yang berubah jadi dingin. Gua harus tetep pake semua topeng agar lu balik lagi, tapi sia-sia” “Sorry sob kalo gua ngerepotin” “Kalo lu ngerepotin udah dari dulu lu gue tinggal sendirian” “Thanks bro” “Hemm sorry ya iel, cerita lu gua sebar di fans site gue” “Sial, jadi lu yang nyebar” ucap Gabriel sambil memukul Rio. “Kan demi archi juga biar gak terlalu di musuhin” “Tetep aja ember lu gak ilang” pukulan kedua Gabriel gagal karena Rio berhasil meloloskan diri dan berlari. Lari-larian terjadi di tengah lapangan, Gabriel mengejar Rio dan Rio mengejar Archi dan Ify. Semua terlihat menyenangkan, memang tak ada peristiwa yang sangat menghebohkan tapi memendam rasa selama 5 tahun itu cukup menyakitkan. Kini semua rasa itu seudah melegakan, tak ada lagi yang tertinggal. Archi, perempuan yang selama ini Gabriel cari telah di temukan, sejak pertama bertemu di dekat sekolah dengan tidak sengajanya Gabriel menginjak lubang yang mengakibatkan baju orang kotor hingga ia melihat sendiri supir dan pembantu Archi. Awalnya dirinya tak percaya jika orang yang selama ini ia cari di hadapannya, berbagai informasi ia cari dengan teliti hingga kenyataan mengatakan perempuan itu adalah Archi. Garis takdir memang sudah di gariskan tinggal bagaimana kita menjalaninya.