SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Karya: Rahmawati Ramadhan 
Kelas:X11-IPA 1 
Mengukir jejak | 1 
Mengukir Jejak 
22 September 2011 
Jejak-jejak itu belum terhapus juga dari tanah kering bebatuan,gersang memang namun itu bukan 
yang menjadi pusat perhatianku melainkan orang yang mengukir jejak di tanah itu 30 menit yang 
lalu.5 menit,10 menit,15 menit bahkan sampai 1 jam sekarang kupikir.Aku masih saja berkutat 
memikirkan sosok yang telah menampakan punggungnya,ya cukup hanya punggungnya. 
Aku menendang kerikil-kerikil itu,mencoba meluapkan segala emosi yang kurasakan hari ini.Aku 
tak habis pikir sudah 1 tahun berlalu,Aku masih saja memikirkan orang yang sama sekali tak 
memikirkan Aku atau bahkan sekarang tak mengenalku.haha bodohnya aku,kenapa aku tak 
memikirkan ini sejak dulu.Ku lihat arlojiku menunjukan pukul 5 sore,warna jingga yang indah 
menghiasi langit ciptaan Tuhan.Bagaimana mungkin Tuhan dapat menciptakan suasana yang 
bertolak belakang dengan pikiran dan suasana hatiku saat ini,sungguh ini sangat miris aku merasa 
menjadi orang yang paling menyedihkan di tengah manusia- manusia yang saling bergosip 
membicarakan keburukan orang lain. 
“hah,tidak berguna!”desisku. 
“Apa yang kau lakukan disini?”.ucap seseorang dari belakangku 
“bukan urusanmu”.balasku 
Kemudian aku pergi meninggalkannya dan tiba-tiba 
“ini sudah 1 tahun dan kau masih memikirkannya”.teriaknya 
Namun aku bergegas pergi meninggalkannya.Kau tahu siapa dia?dia adalah sahabatku Jodi,dulu 
kami adalah sahabat dekat namun setelah kejadian itu aku menghapus jauh gelar sahabat yang 
aku berikan padanya.Ku akui dia adalah sahabat yang baik,tetapi sekaligus orang yang paling 
munafik di dunia ini mungkin.Aku benci dia,sangat membenci dia. 
“hah,aku benci hari ini”desisku 
Ku hempaskan tubuhku di kasur,setidaknya dengan tidur aku dapat melupakan semua masalahku. 
22 Januari 2010 
“kenapa kau menyukaiku?”ucap seseorang di hadapanku dengan nada tinggi. 
Matanya yang bening,kini tak kulihat lagi.Aku merasa dia bukan orang yang selama ini aku 
kagumi,matanya menyorotkan kemarahan yang tak terbendung lagi.Sungguh saat ini aku sangat 
takut dan tak berani untuk menatap matanya. 
“apa?... aku...”ucapku gemetar 
“jauhi aku, karena aku takkan pernah membalasnya”.ucapnya mulai merendah 
Dia pergi,pergi dengan begitu saja tanpa sapaan atau apapun layaknya seseorang yang telah 
menemui seseorang yang sangat menjijjikan.Kulihat sosoknya sudah tidak ada di hadapan ku 
lagi.Tak terasa bulir-bulir bening ini jatuh dari kelopak mata kiriku,mengisyaratkan kesedihan 
dalam hatiku.Beruntungnya aku, hujan deras datang sehingga aku bisa mengeluarkan rasa sakit 
ini di lorong sepi dekat sekolah ini,rasa dinginpun tak kurasakan tetapi sakit hati ini lebih 
terasa. Baru kali ini aku merasakan rasa sakit ini hanya karena seseorang yang sama sekali tak 
memandangku,menyedihkan sekali.
23 Oktober 2011 
Angin sepoi-sepoi membelai pipiku,sungguh sangat menarik.Sudah cukup lama rasanya aku tak 
merasakan hal-hal yang seperti ini.Pagi ini sangat indah,namun aku kembali teringat mimpiku 
semalam.Aku memimpikan kejadian 1 tahun lalu, apa maksud dari semua ini? Rasanya amat 
nyata,hatiku mencelos merasakan betapa menyedihkan kisahku ini. 
Tak terasa aku sudah sampai di gerbang sekolah,ku langkahkan kakiku malas mengingat tentang 
kejadian penolakan secara eksplisit ku kira bahkan aku tak pernah mengatakan suka padanya 
tetapi tahu dari mana dia? Ah sudahlah aku lelah, memikirkan misteri itu kurasa tak cukup 
walaupun 1 tahun.Ku edarkan pandanganku ke sekeliling sekolah ini,masih sepi. 
“hah,terang saja ini masih jam 7”seringaiku. 
“baiklah,cukup jalani saja hari ini” 
Aku duduk di kursi belakang pojok,menyandarkan punggungku di dinding untuk mendapat posisi 
yang nyaman.Ku pasang headset di kedua telingaku untuk sekedar menghilangkan kesunyian di 
kelas ini, tak terasa mata ku perlahan terpejam. 
Mengukir jejak | 2 
“selamat pagi anak-anak”ucap seorang guru 
“ selamat pagi” balas mereka. 
Aku yang masih terpejam,malas untuk membuka mataku kulanjutkan meraih tasku untuk menjadi 
bantal.Tiba-tiba kurasakan seseorang menepuk bahuku 
“kau masih saja tak berubah,haha si jenius yang suka tidur”ucapnya . 
Ku buka mataku untuk melihat siapa yang ada di sebelahku,oh tidak aku tidak mau 
melihatnya.Jodi tersenyum sambil mengunyah permen karetnya,hah kau pikir kau tampan dengan 
senyum yang memuakkan itu ? tidak hahah. 
“urusi saja kehidupanmu,jangan urusi kehidupan orang lain”sinisku. 
“urusanmu urusanku juga titik”balasnya tak mau kalah 
“pergi dari tempatku”ucapku 
“apa? Tempat yang tersisa hanya disini kau pikir nanti aku duduk dimana?” 
Dia terus saja mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan oleh guru matematika itu, ah 
sudahlah aku bosan.Aku kembali memejamkan mataku untuk tidur,daripada aku harus melihat 
wajah yang menyebalkan di sampingku ini. 
“hey,kau yang sedang tidur!” 
Kurasakan Jodi menepuk bahuku, mengganggu sekali. 
“sstt,hey bangun Rin!kau dipanggil”bisiknya 
Aku tak peduli ,dengan mata yang masih terpejam aku menyaut guru itu 
“hah, ya bu apa yang kau inginkan?”ucapku malas 
“kerjakan soal itu!” ucapnya garang 
“tentu” 
Kulangkahkan kakiku malas,ah bahkan soal itu sangat mudah tidak adakah soal yang lebih 
menguras tenagaku.ku torehkan jawaban dari soal itu dengan mudah dan cepat,kulirik sekilas 
guru itu terperangah. 
“sudah, bolehkah aku duduk lagi?” 
“ya... ya kau boleh duduk lagi”ucap gagu guru itu. 
Aku kembali ke tempat dudukku dengan seringaian yang tak terlepas dari bibirku,ini sangat 
menyenangkan.
“kau luar biasa,bahkan sejak awal kau hanya tidur dan tidak memperhatikannya.Terbuat dari 
apakah otakmu hah?”ucap Jodi dengan ekspresi takjubnya. 
Aku tak peduli, apapun yang dia katakan aku malas mendengarnya. 
Kemudian bel istirahat terdengar, seluruh siswa di kelasku bergegas ke kantin dengan muka 
laparnya sedangkan aku yang bosan lebih memilih bolos saja.Untuk apa belama-lama di sekolah 
lagipula hari ini moodku sedang tidak enak. 
Sebuah suara menginterupsiku ketika aku keluar kelas dan membawa tasku. 
“mau kemana kau?” 
Kalian pasti tahu siapa dia. Ya, dia Jodi orang yang sangat aku benci dan selalu mengurusi 
urusanku. 
“sudah kubilang jangan urusi urusan orang lain”ucapkan tarik napas meredam emosi. 
“aku ikut, aku bosan di sekolah”ucapnya dengan senyum yang tulus dan segera berlari ke kelas 
dan membawa tas nya juga. 
“terserah itu bukan urusanku” 
Aku meninggalkannya dan memanjat pagar sekolah dengan lihainya,berhasil! Aku sudah terlatih 
dalam hal memanjat.Tak lama kemudian terdengar seseorang juga berhasil memanjat. 
“ayo kita mau pergi kemana?”ucapnya riang 
“kemanapun asal tidak ada kau”sinisku 
Aku melangkah dengan cepat agar tidak diikuti Jodi,tetapi dia terus saja menyamai langkahku 
dengan kaki nya yang panjang itu dan terus saja berceloteh tak jelas. 
Mengukir jejak | 3 
“hei,nona jangan murung tersenyumlah” 
“ayo kita ke game center nanti kau ku traktir” 
Cukup aku lelah mendengarnya,kututupi telingaku agar tak mendengar suaranya dan tiba-tiba 
sebuah tangan menarik kedua tanganku dan menggenggamnya.Aku terkejut 
“jangan bersikap seperti ini aku ingin kau yang dulu”ucapnya lemah mengisyaratkan kesedihan 
yang aku tak tahu,aku merasa tatapan ini sudah tidak asing lagi bagiku. 
“kau yang jangan seperti ini”jawabku kasar dan menyingkirkan tangannya . 
Aku melangkah pergi meninggalkannya dan ketika aku melangkah pergi sebuah suara lirih dan 
lemah terdengar dari orang di belakangku 
“mau sampai kapan kau menunggunya ?” 
Membuatku menghentikan langkah,aku tertegun beberapa saat mengapa kali ini kata-katanya 
seakan dia merasakan kesedihan yang mendalam?. 
“mau sampai kapan kau menunggunya?”ucapnya lagi yang kini sudah ada di hadapanku. 
Kulihat tangannya menggenggam keras seakan menahan emosinya, sesekali dia menunduk 
matanya berkaca-kaca.Ah, sudahlah cukup ini membuatku muak. 
“aku bilang sampai kapan kau menunggunya hah!?”teriaknya. 
“berhentilah bertindak seolah kau yang paling tersakiti!” teriakku lebih kencang meluapkan emosi 
yang selama ini ku tahan.
Mengukir jejak | 4 
Dia kembali menatapku dengan sayu dan melemahkan suaranya 
“kenapa kau bertindak seperti ini? Benar aku yang paling tersakiti disini” 
Aku tertegun mendengarnya,dia mendekatiku.Aku mundur untuk menghindarinya 
“kau mau tahu kenapa aku tersakiti” 
Dia terus maju dengan tatapan menyeramkannya 
“aku... aku adalah orang itu” ucapnya melemah 
“apa maksudmu?jangan katakan lagi bahwa aku hanya berhalusinasi tentang dia” 
Aku melangkah mundur dan terus menjauh darinya 
“dia itu tidak pernah ada,hanya aku yang nyata di hidupmu “ucap Jodi lirih 
Aku sudah tak tahan lagi, ini sudah keterlaluan dia itu membuatku bingung.Kulihat matanya 
merah menahan tangis entah itu tangis pura-pura saja aku tak tahu ini harus segera aku sudahi, 
“cukup Jodi ini yang membuatku menghapusmu sebagai sahabatku,kau berbicara seolah aku ini 
orang gila karena menganggap dia ada jangan kau buat kebencianku padamu ini bertambah” 
tegasku. 
Kulihat dia kembali mendekatiku dengan matanya yang sayu dia menggenggam tanganku keras 
sangat keras sehingga aku tak dapat melepasnya. 
“akulah orang yang kau sukai” 
“akulah orang yang kau tunggu setiap pulang sekolah untuk kau lihat punggungnya” 
“akulah orang yang kau tunggu selama 1 tahun dan kau.....” 
Cukup sudah ini sangat membingungkan.Dia terus saja berbicara 
“cukup hentikan!aku tidak mengerti “sergahku frustasi 
“kau bahkan tidak ingat bagaimana wajah orang yang kau sukai kan?..atau kau tahu siapa 
namanya?” 
“aku ingat! Dia tinggi dan tampan .Jangan bilang lagi bahwa aku berhalusinasi sosok yang tidak 
ada” 
“tetapi itu benar adanya,kau hanya berhalusinasi tentang dia yang sebenarnya aku di kehidupan 
nyatamu.Itu karena kau mengalami gangguan psikis setelah aku .....” 
Ini benar-benar tidak masuk akal,mana mungkin aku menyukai seseorang yang tidak ada di 
kehidupan nyata. Jodi itu tidak mungkin dia yang aku suka tetapi kenapa semuanya terasa nyata 
aku lihat.Tidak mungkin aku melihat dua orang yang sama dalam dalam satu waktu benar-benar 
tidak masuk akal. 
“apa? Kau mau bilang apa lagi hah?kau lebih munafik dari yang aku bayangkan”sergahku 
“kau harus percaya padaku ini benar,kau hanya berhalusinasi pikirkan lagi semua yang kau 
alami”.ucap Jodi sambil menepuk bahuku dan pergi meninggalkanku dengan mata yang sendu.
22 Oktober 2014 
Ini sudah tepat 3 tahun setelah kejadian itu Jodi menghilang dari kehidupanku entah kemana dia 
pergi aku tak tahu persis.Aku tak peduli ,kemanapun dia pergi itu bukan urusanku karena inilah 
yang aku mau.Menghilangnya Jodi di kehidupaku tidak akan berpengaruh sama sekali 
padaku,bukankah itu akan sangat baik?. 
Saat ini aku sudah bekerja sebagai editor di salah satu perusahaan percetakan,aku sangat 
menikmati pekerjaanku disini sangat menyenangkan.Bukankah pekerjaaan akan lebih ringan jika 
kau sendiri menyukainya?. 
“Rin,ayo kita ke cafe ini sudah jam pulang ”ucap seseorang menyadarkanku dari lamunan. 
“oh,iya tapi kerjaanku belum selesai”ucapku 
"ah,sudahlah lagipula kau kan anak emas si boss pasti tidak akan kena marah”ucap Dina 
“tapi.....”belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku Dina sudah menyeretku ke cafe itu. 
Di cafe ini sudah ramai dengan para pelanggan,kulihat banyak orang yang sedang berbincang 
dengan sahabatnya sambil tertawa renyah,aku terhenyak.Aku baru menyadari bahwa aku hanya 
memiliki sedikit teman atau bahkan tidak ada? Bahkan satu-satunya teman dan sahabatku dulu 
hanyalah Jodi.Ya ampun,apa yang aku pikirkan kenapa aku menyebut namanya lagi padahal orang 
itu sudah menghilang dari kehidupanku. 
“huss,Rin jangan melamun.”Dina sudah menyadarkanku dari lamunan ini . 
“tidak....aku tidak melamun”ucapku berkelit. 
“sepertinya melamun itu sudah menjadi hobimu kupikir”ucap dina sambil menyedot es jeruk itu. 
“benarkah?tapi aku tidak”ujarku sambil meminum jus mangga yang tersedia di depanku. 
“kau ini,kenapa terlalu kaku?jarang kudengar kau berbicara panjang lebar apa kau manusia?” 
“hahahha” 
“lihatlah,tertawamu saja seperti robot bisa-bisanya seorang manusia jenius bertingkah seperti 
ini? Aneh sekali”racau Dina dengan wajah masamnya. 
Aku hanya tersenyum menanggapinya,kulanjutkan meminum jus mangga di hadapanku dan tiba-tiba 
Mengukir jejak | 5 
suara ponsel Dina berdering ,dia mengangkatnya 
Tut...... 
“ya,kau sudah sampai?” 
“cepat,ini sudah sore aku sedang bersama dengan temanku”putusnya . 
“siapa?”ucapku selidik 
“oh.. itu dia sepupuku” jawabnya 
Aku kembali meminum jus mangga itu perlahan,suasana yang panas seperti memang membuatku 
sangat haus.Terdengar sebuah suara yang tak asing bagiku 
“kau ini Din, ayo kita pul..”ucapnya terhenti 
Aku tersedak melihat wajahnya,dia pun begitu terkejut melihatku.Kami terhenti seketika sontak 
sebuah suara menghentikan itu semua. 
“ayo pulang” ucap Dina 
“ah... ahhaha tidak,sebaiknya kau pulang duluan aku mau berbincang dulu dengan Rini”jawab Jodi 
diiringi dengan senyum tulusnya padaku. 
“jadi kalian saling mengenal?” 
“ya kami teman SMA dulu”jawab Jodi dengan sedikit melirikku
Mengukir jejak | 6 
“ya sudah aku pulang duluan,Rin hati-hati ya”candanya dengan melirik Jodi sinis 
“ah,kau ini! Sudah sana pulang huss..huss ”usir Jodi dengan tangannya. 
Disinilah kami hanya berdua di cafe ini, pelanggan lain sudah pulang kurasa mereka sudah 
janjian untuk membuat suasana di cafe ini sangat sunyi.Rasanya sangat canggung bertemu dengan 
Jodi saat ini,dia sudah berubah gaya rambutnya sudah dewasa dan rapi.Dia mengenakan jas 
coklat dan setelan formalnya,kuakui dia tampan saat ini dia sudah tahu cara berpenampilan 
nampaknya. 
“ehemm...kau bagaimana?”ucapnya memecah keheningan. 
“ah.. ya aku baik “jawabku sekenanya. 
“kau sama sekali tak berubah “ucapnya agak sendu. 
“ah.. ya maksudmu?” 
“aku bilang kau tidak berubah sayang” 
Sontak aku terkejut dengan penyataan yang terakhir ini dia membelai pipiku dengan lembut.Aku 
tersadar 
“maaf”ujarku dan segera melepas tangannya dari pipiku. 
Aku melihat kekecewaan dari sorot matanya, dia menundukan kepalanya sejenak kemudian 
“kau bekerja di kantor percetakan jadi apa?”ucapnya mengalihkan pembicaraan. 
“aku? Aku disana sebagi editor “singkatku. 
“aku sekarang memiliki pabrik sepatu jika kau ingin berkunjung sesekali aku takkan menolak 
kehadiran mu” ucapnya sambil memberikan kartu namanya. 
Bahkan aku sama sekali tak bertanya apapun tentangnya tetapi dia sudah langsung memberiku 
kartu namanya tanpa aku minta .Aku sama sekali tak mengerti apa yang sebenarnya ada di 
pikirannya itu.Senyum itu tak lepas pula dari wajahnya,kenapa dia selalu tersenyum seperti itu 
aku tak mengerti.Dia kemudian menghela napasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya lalu 
membakarnya serta menyesapnya perlahan. 
“sejak kapan kau merokok?” 
“apa pedulimu?bukankah ini yang kau mau? aku menjadi hancur seperti ini karenamu” 
“berhentilah merokok,itu tidak baik untuk kesehatanmu”ucapku dan membuang rokok itu ke 
tempat sampah. 
“setidaknya,saat ini kau peduli padaku hahaha”ucap Jodi dengan senyum pahit. 
“kau adalah sahabatku”jelasku singkat 
“hanya sahabat?” 
“ya sahabat” 
“setidaknya saat ini kau sudah menganggapku menjadi sahabatmu lagi hahaha” ucap Jodi dengan 
senyum pahitnya lagi. 
Jujur aku tak tega meihatnya menjadi seperti ini,bagaimanapun dia adalah satu-satunya sahabat 
yang aku miliki. Aku ingat dulu saat aku di SD hanya dia yang mau berteman denganku sampai 
SMA pun dia tetap menjadi temanku walaupun aku menjauhi nya karena kejadian yang aku tidak 
mau jelaskan lagi. 
“bagaimana ini?aku tidak bisa berhenti tertawa ahahaha”sambungnya lagi 
“berhentilah seperti itu,kau membuatku merasa bersalah” 
“kau bilang jangan urusi kehidupan orang lain tetapi bagaimana denganmu sekarang?kau malah 
mengurusi kehidupanku sekarang “ucapnya menghentikan tawanya. 
“urusanmu urusanku juga titik”selaku menirukan gayanya dulu.
“bagaimana sekarang?”ucapnya lagi dengan wajah yang mulai serius 
“hah...maksudmu?” 
“maksudku bagaimana sekarang ?apa kau sudah memikirkanya?” 
“memikirkan apa? Aku sama sekali tak mengerti ucapanmu”tanyaku geram 
“aduh bagaimana seorang jenius sepertimu melupakan hal yang orang lain katakan dengan 
mudah?aku jadi agak ragu apa kau jenius atau tidak” 
“aduh, aku sama sekali tak mengerti . Jangan berbelit-belit kau membuatku semakin bingung” 
protesku padanya. 
“kau sudah memikirkan bahwa dia yang kau suka itu hanya wujud halusinasi mu yang 
sebenarnya adalah aku?” 
“jangan bicarakan itu lagi aku muak mendengar bualanmu”sinisku 
Saat ini dia kembali memasang wajah sendunya lagi.Entah mengapa aku kembali muak dengannya 
jika dia membahas soal halusinasiku itu,aku bahkan seorang yang waras dan tidak berhalusinasi 
tentang sosok yang aku sukai itu.Memangnya aku tidak waras? Memikirkan sosok yang tidak ada 
seperti itu tidak mungkin. 
“kupikir ini akhir dari perbincangan kita,ini mulai membosankan”ucapku mengakhiri. 
Namun tangan besar menarik tanganku, sehingga aku tehempas kembali di kursiku,dia kembali 
merapikan lagi duduknya.Aku yang masih terkejut duduk dengan tidak nyaman. 
“jangan pergi dulu, kau bukan seperti orang yang bertemu dengan sahabat lamanya” ucapnya 
dengan senyum yang kulihat sedikit dipaksakan. 
“apa lagi yang akan yang kau bicarakan”singkatku 
“aku mencintaimu bagaimana denganmu?”Jodi berbicara dengan tatapannya yang kosong . 
“hey, Jodi kau kenapa ?”ucapku cemas 
“kau masih saja mengalihkan pembicaraan kita,apa salahku?” 
“salahmu adalah cinta itu”tegasku 
“apa yang salah dari cintaku?aku mencintai sahabat yang telah aku tolak dulu dan aku sekarang 
sangat mencintainya. Apa itu salah?”tatapan Jodi lebih sendu dari 3 tahun lalu tetapi aku tidak 
mau membuatnya lebih sedih dari sekarang.Aku melangkah pergi meninggalkannya,sudah 2 
langkah aku melangkah tanganku dicegah oleh tangannya.Aku tetap melangkah dan melepaskan 
cengkeramannya. 
“ Jodi,berhentilah menungguku karena aku tidak akan pernah membalasnya.Aku bukan orang 
yang tepat ”ucapku menengok ke arahnya dan kembali meneruskan langkah.Tiba-tiba dia 
berteriak. 
“aku dulu menyesal karena menolakmu dan aku tidak mau menyesal lagi hanya karena menyerah 
ditolakmu sekarang.Aku tidak akan menyerah sahabatku” 
Namun aku harus tetap melangkah ke depan untuk menggapai masa depanku,maaf sahabat. 
Hujan deras mengguyur cafe itu,kulihat dari kaca taksi yang basah ini dan mulai meninggalkan 
sahabatku disana sendirian.Kulihat Jodi melambaikan tangan dari dalam cafe dengan senyumnya. 
Selamat tinggal sahabatku. 
Mengukir jejak | 7 
Tamat
Mengukir jejak | 8

More Related Content

What's hot (20)

Semua akan indah pada waktunya
Semua akan indah pada waktunyaSemua akan indah pada waktunya
Semua akan indah pada waktunya
 
Cinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktuCinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktu
 
Hujan di bulan desember
Hujan di bulan desemberHujan di bulan desember
Hujan di bulan desember
 
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
 
Rembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata IbuRembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata Ibu
 
Cerpen d hikayat
Cerpen d hikayatCerpen d hikayat
Cerpen d hikayat
 
Cuti sekolah telah bermula
Cuti sekolah telah bermulaCuti sekolah telah bermula
Cuti sekolah telah bermula
 
Kliping cerpen
Kliping cerpenKliping cerpen
Kliping cerpen
 
Love in japan
Love in japanLove in japan
Love in japan
 
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatikuKelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
 
Perihal kisah kita
Perihal kisah  kitaPerihal kisah  kita
Perihal kisah kita
 
Bubblegum love
Bubblegum loveBubblegum love
Bubblegum love
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Berdiri diatas impian
Berdiri diatas impianBerdiri diatas impian
Berdiri diatas impian
 
The story of ours
The story of oursThe story of ours
The story of ours
 
Lost One Love
Lost One LoveLost One Love
Lost One Love
 
Dylan (novel)
Dylan (novel)Dylan (novel)
Dylan (novel)
 
Cerpen perpisahan terakhir
Cerpen perpisahan terakhirCerpen perpisahan terakhir
Cerpen perpisahan terakhir
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Para Penanti
Para PenantiPara Penanti
Para Penanti
 

Similar to Mengukir Jejak

Similar to Mengukir Jejak (20)

The Unforgetable
The UnforgetableThe Unforgetable
The Unforgetable
 
Rasa yang tertinggal
Rasa yang tertinggalRasa yang tertinggal
Rasa yang tertinggal
 
Syal merah
Syal merahSyal merah
Syal merah
 
Sudah sewindu
Sudah sewinduSudah sewindu
Sudah sewindu
 
08. Imaji Musim Gugur
08. Imaji Musim Gugur08. Imaji Musim Gugur
08. Imaji Musim Gugur
 
ILANA TAN " summer in seoul "
ILANA TAN "  summer in seoul "ILANA TAN "  summer in seoul "
ILANA TAN " summer in seoul "
 
[Ficlet] rain sound
[Ficlet] rain sound[Ficlet] rain sound
[Ficlet] rain sound
 
Cc 1
Cc 1Cc 1
Cc 1
 
Apologi e
Apologi eApologi e
Apologi e
 
Legenda Tuhan ( the legend of God )
Legenda Tuhan ( the legend of God )Legenda Tuhan ( the legend of God )
Legenda Tuhan ( the legend of God )
 
Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)
 
Cowok Rasa Apel
Cowok Rasa ApelCowok Rasa Apel
Cowok Rasa Apel
 
2
22
2
 
Sahabat dari dunia lain
Sahabat dari dunia lainSahabat dari dunia lain
Sahabat dari dunia lain
 
Contoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatanContoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatan
 
#Tiga
#Tiga#Tiga
#Tiga
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
1 ilana tan summer in seoul
1 ilana tan   summer in seoul1 ilana tan   summer in seoul
1 ilana tan summer in seoul
 
1ilana tan-summer-in-seoul
1ilana tan-summer-in-seoul1ilana tan-summer-in-seoul
1ilana tan-summer-in-seoul
 
Ilana tan summer in seoul
Ilana tan   summer in seoulIlana tan   summer in seoul
Ilana tan summer in seoul
 

Mengukir Jejak

  • 1. Karya: Rahmawati Ramadhan Kelas:X11-IPA 1 Mengukir jejak | 1 Mengukir Jejak 22 September 2011 Jejak-jejak itu belum terhapus juga dari tanah kering bebatuan,gersang memang namun itu bukan yang menjadi pusat perhatianku melainkan orang yang mengukir jejak di tanah itu 30 menit yang lalu.5 menit,10 menit,15 menit bahkan sampai 1 jam sekarang kupikir.Aku masih saja berkutat memikirkan sosok yang telah menampakan punggungnya,ya cukup hanya punggungnya. Aku menendang kerikil-kerikil itu,mencoba meluapkan segala emosi yang kurasakan hari ini.Aku tak habis pikir sudah 1 tahun berlalu,Aku masih saja memikirkan orang yang sama sekali tak memikirkan Aku atau bahkan sekarang tak mengenalku.haha bodohnya aku,kenapa aku tak memikirkan ini sejak dulu.Ku lihat arlojiku menunjukan pukul 5 sore,warna jingga yang indah menghiasi langit ciptaan Tuhan.Bagaimana mungkin Tuhan dapat menciptakan suasana yang bertolak belakang dengan pikiran dan suasana hatiku saat ini,sungguh ini sangat miris aku merasa menjadi orang yang paling menyedihkan di tengah manusia- manusia yang saling bergosip membicarakan keburukan orang lain. “hah,tidak berguna!”desisku. “Apa yang kau lakukan disini?”.ucap seseorang dari belakangku “bukan urusanmu”.balasku Kemudian aku pergi meninggalkannya dan tiba-tiba “ini sudah 1 tahun dan kau masih memikirkannya”.teriaknya Namun aku bergegas pergi meninggalkannya.Kau tahu siapa dia?dia adalah sahabatku Jodi,dulu kami adalah sahabat dekat namun setelah kejadian itu aku menghapus jauh gelar sahabat yang aku berikan padanya.Ku akui dia adalah sahabat yang baik,tetapi sekaligus orang yang paling munafik di dunia ini mungkin.Aku benci dia,sangat membenci dia. “hah,aku benci hari ini”desisku Ku hempaskan tubuhku di kasur,setidaknya dengan tidur aku dapat melupakan semua masalahku. 22 Januari 2010 “kenapa kau menyukaiku?”ucap seseorang di hadapanku dengan nada tinggi. Matanya yang bening,kini tak kulihat lagi.Aku merasa dia bukan orang yang selama ini aku kagumi,matanya menyorotkan kemarahan yang tak terbendung lagi.Sungguh saat ini aku sangat takut dan tak berani untuk menatap matanya. “apa?... aku...”ucapku gemetar “jauhi aku, karena aku takkan pernah membalasnya”.ucapnya mulai merendah Dia pergi,pergi dengan begitu saja tanpa sapaan atau apapun layaknya seseorang yang telah menemui seseorang yang sangat menjijjikan.Kulihat sosoknya sudah tidak ada di hadapan ku lagi.Tak terasa bulir-bulir bening ini jatuh dari kelopak mata kiriku,mengisyaratkan kesedihan dalam hatiku.Beruntungnya aku, hujan deras datang sehingga aku bisa mengeluarkan rasa sakit ini di lorong sepi dekat sekolah ini,rasa dinginpun tak kurasakan tetapi sakit hati ini lebih terasa. Baru kali ini aku merasakan rasa sakit ini hanya karena seseorang yang sama sekali tak memandangku,menyedihkan sekali.
  • 2. 23 Oktober 2011 Angin sepoi-sepoi membelai pipiku,sungguh sangat menarik.Sudah cukup lama rasanya aku tak merasakan hal-hal yang seperti ini.Pagi ini sangat indah,namun aku kembali teringat mimpiku semalam.Aku memimpikan kejadian 1 tahun lalu, apa maksud dari semua ini? Rasanya amat nyata,hatiku mencelos merasakan betapa menyedihkan kisahku ini. Tak terasa aku sudah sampai di gerbang sekolah,ku langkahkan kakiku malas mengingat tentang kejadian penolakan secara eksplisit ku kira bahkan aku tak pernah mengatakan suka padanya tetapi tahu dari mana dia? Ah sudahlah aku lelah, memikirkan misteri itu kurasa tak cukup walaupun 1 tahun.Ku edarkan pandanganku ke sekeliling sekolah ini,masih sepi. “hah,terang saja ini masih jam 7”seringaiku. “baiklah,cukup jalani saja hari ini” Aku duduk di kursi belakang pojok,menyandarkan punggungku di dinding untuk mendapat posisi yang nyaman.Ku pasang headset di kedua telingaku untuk sekedar menghilangkan kesunyian di kelas ini, tak terasa mata ku perlahan terpejam. Mengukir jejak | 2 “selamat pagi anak-anak”ucap seorang guru “ selamat pagi” balas mereka. Aku yang masih terpejam,malas untuk membuka mataku kulanjutkan meraih tasku untuk menjadi bantal.Tiba-tiba kurasakan seseorang menepuk bahuku “kau masih saja tak berubah,haha si jenius yang suka tidur”ucapnya . Ku buka mataku untuk melihat siapa yang ada di sebelahku,oh tidak aku tidak mau melihatnya.Jodi tersenyum sambil mengunyah permen karetnya,hah kau pikir kau tampan dengan senyum yang memuakkan itu ? tidak hahah. “urusi saja kehidupanmu,jangan urusi kehidupan orang lain”sinisku. “urusanmu urusanku juga titik”balasnya tak mau kalah “pergi dari tempatku”ucapku “apa? Tempat yang tersisa hanya disini kau pikir nanti aku duduk dimana?” Dia terus saja mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan oleh guru matematika itu, ah sudahlah aku bosan.Aku kembali memejamkan mataku untuk tidur,daripada aku harus melihat wajah yang menyebalkan di sampingku ini. “hey,kau yang sedang tidur!” Kurasakan Jodi menepuk bahuku, mengganggu sekali. “sstt,hey bangun Rin!kau dipanggil”bisiknya Aku tak peduli ,dengan mata yang masih terpejam aku menyaut guru itu “hah, ya bu apa yang kau inginkan?”ucapku malas “kerjakan soal itu!” ucapnya garang “tentu” Kulangkahkan kakiku malas,ah bahkan soal itu sangat mudah tidak adakah soal yang lebih menguras tenagaku.ku torehkan jawaban dari soal itu dengan mudah dan cepat,kulirik sekilas guru itu terperangah. “sudah, bolehkah aku duduk lagi?” “ya... ya kau boleh duduk lagi”ucap gagu guru itu. Aku kembali ke tempat dudukku dengan seringaian yang tak terlepas dari bibirku,ini sangat menyenangkan.
  • 3. “kau luar biasa,bahkan sejak awal kau hanya tidur dan tidak memperhatikannya.Terbuat dari apakah otakmu hah?”ucap Jodi dengan ekspresi takjubnya. Aku tak peduli, apapun yang dia katakan aku malas mendengarnya. Kemudian bel istirahat terdengar, seluruh siswa di kelasku bergegas ke kantin dengan muka laparnya sedangkan aku yang bosan lebih memilih bolos saja.Untuk apa belama-lama di sekolah lagipula hari ini moodku sedang tidak enak. Sebuah suara menginterupsiku ketika aku keluar kelas dan membawa tasku. “mau kemana kau?” Kalian pasti tahu siapa dia. Ya, dia Jodi orang yang sangat aku benci dan selalu mengurusi urusanku. “sudah kubilang jangan urusi urusan orang lain”ucapkan tarik napas meredam emosi. “aku ikut, aku bosan di sekolah”ucapnya dengan senyum yang tulus dan segera berlari ke kelas dan membawa tas nya juga. “terserah itu bukan urusanku” Aku meninggalkannya dan memanjat pagar sekolah dengan lihainya,berhasil! Aku sudah terlatih dalam hal memanjat.Tak lama kemudian terdengar seseorang juga berhasil memanjat. “ayo kita mau pergi kemana?”ucapnya riang “kemanapun asal tidak ada kau”sinisku Aku melangkah dengan cepat agar tidak diikuti Jodi,tetapi dia terus saja menyamai langkahku dengan kaki nya yang panjang itu dan terus saja berceloteh tak jelas. Mengukir jejak | 3 “hei,nona jangan murung tersenyumlah” “ayo kita ke game center nanti kau ku traktir” Cukup aku lelah mendengarnya,kututupi telingaku agar tak mendengar suaranya dan tiba-tiba sebuah tangan menarik kedua tanganku dan menggenggamnya.Aku terkejut “jangan bersikap seperti ini aku ingin kau yang dulu”ucapnya lemah mengisyaratkan kesedihan yang aku tak tahu,aku merasa tatapan ini sudah tidak asing lagi bagiku. “kau yang jangan seperti ini”jawabku kasar dan menyingkirkan tangannya . Aku melangkah pergi meninggalkannya dan ketika aku melangkah pergi sebuah suara lirih dan lemah terdengar dari orang di belakangku “mau sampai kapan kau menunggunya ?” Membuatku menghentikan langkah,aku tertegun beberapa saat mengapa kali ini kata-katanya seakan dia merasakan kesedihan yang mendalam?. “mau sampai kapan kau menunggunya?”ucapnya lagi yang kini sudah ada di hadapanku. Kulihat tangannya menggenggam keras seakan menahan emosinya, sesekali dia menunduk matanya berkaca-kaca.Ah, sudahlah cukup ini membuatku muak. “aku bilang sampai kapan kau menunggunya hah!?”teriaknya. “berhentilah bertindak seolah kau yang paling tersakiti!” teriakku lebih kencang meluapkan emosi yang selama ini ku tahan.
  • 4. Mengukir jejak | 4 Dia kembali menatapku dengan sayu dan melemahkan suaranya “kenapa kau bertindak seperti ini? Benar aku yang paling tersakiti disini” Aku tertegun mendengarnya,dia mendekatiku.Aku mundur untuk menghindarinya “kau mau tahu kenapa aku tersakiti” Dia terus maju dengan tatapan menyeramkannya “aku... aku adalah orang itu” ucapnya melemah “apa maksudmu?jangan katakan lagi bahwa aku hanya berhalusinasi tentang dia” Aku melangkah mundur dan terus menjauh darinya “dia itu tidak pernah ada,hanya aku yang nyata di hidupmu “ucap Jodi lirih Aku sudah tak tahan lagi, ini sudah keterlaluan dia itu membuatku bingung.Kulihat matanya merah menahan tangis entah itu tangis pura-pura saja aku tak tahu ini harus segera aku sudahi, “cukup Jodi ini yang membuatku menghapusmu sebagai sahabatku,kau berbicara seolah aku ini orang gila karena menganggap dia ada jangan kau buat kebencianku padamu ini bertambah” tegasku. Kulihat dia kembali mendekatiku dengan matanya yang sayu dia menggenggam tanganku keras sangat keras sehingga aku tak dapat melepasnya. “akulah orang yang kau sukai” “akulah orang yang kau tunggu setiap pulang sekolah untuk kau lihat punggungnya” “akulah orang yang kau tunggu selama 1 tahun dan kau.....” Cukup sudah ini sangat membingungkan.Dia terus saja berbicara “cukup hentikan!aku tidak mengerti “sergahku frustasi “kau bahkan tidak ingat bagaimana wajah orang yang kau sukai kan?..atau kau tahu siapa namanya?” “aku ingat! Dia tinggi dan tampan .Jangan bilang lagi bahwa aku berhalusinasi sosok yang tidak ada” “tetapi itu benar adanya,kau hanya berhalusinasi tentang dia yang sebenarnya aku di kehidupan nyatamu.Itu karena kau mengalami gangguan psikis setelah aku .....” Ini benar-benar tidak masuk akal,mana mungkin aku menyukai seseorang yang tidak ada di kehidupan nyata. Jodi itu tidak mungkin dia yang aku suka tetapi kenapa semuanya terasa nyata aku lihat.Tidak mungkin aku melihat dua orang yang sama dalam dalam satu waktu benar-benar tidak masuk akal. “apa? Kau mau bilang apa lagi hah?kau lebih munafik dari yang aku bayangkan”sergahku “kau harus percaya padaku ini benar,kau hanya berhalusinasi pikirkan lagi semua yang kau alami”.ucap Jodi sambil menepuk bahuku dan pergi meninggalkanku dengan mata yang sendu.
  • 5. 22 Oktober 2014 Ini sudah tepat 3 tahun setelah kejadian itu Jodi menghilang dari kehidupanku entah kemana dia pergi aku tak tahu persis.Aku tak peduli ,kemanapun dia pergi itu bukan urusanku karena inilah yang aku mau.Menghilangnya Jodi di kehidupaku tidak akan berpengaruh sama sekali padaku,bukankah itu akan sangat baik?. Saat ini aku sudah bekerja sebagai editor di salah satu perusahaan percetakan,aku sangat menikmati pekerjaanku disini sangat menyenangkan.Bukankah pekerjaaan akan lebih ringan jika kau sendiri menyukainya?. “Rin,ayo kita ke cafe ini sudah jam pulang ”ucap seseorang menyadarkanku dari lamunan. “oh,iya tapi kerjaanku belum selesai”ucapku "ah,sudahlah lagipula kau kan anak emas si boss pasti tidak akan kena marah”ucap Dina “tapi.....”belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku Dina sudah menyeretku ke cafe itu. Di cafe ini sudah ramai dengan para pelanggan,kulihat banyak orang yang sedang berbincang dengan sahabatnya sambil tertawa renyah,aku terhenyak.Aku baru menyadari bahwa aku hanya memiliki sedikit teman atau bahkan tidak ada? Bahkan satu-satunya teman dan sahabatku dulu hanyalah Jodi.Ya ampun,apa yang aku pikirkan kenapa aku menyebut namanya lagi padahal orang itu sudah menghilang dari kehidupanku. “huss,Rin jangan melamun.”Dina sudah menyadarkanku dari lamunan ini . “tidak....aku tidak melamun”ucapku berkelit. “sepertinya melamun itu sudah menjadi hobimu kupikir”ucap dina sambil menyedot es jeruk itu. “benarkah?tapi aku tidak”ujarku sambil meminum jus mangga yang tersedia di depanku. “kau ini,kenapa terlalu kaku?jarang kudengar kau berbicara panjang lebar apa kau manusia?” “hahahha” “lihatlah,tertawamu saja seperti robot bisa-bisanya seorang manusia jenius bertingkah seperti ini? Aneh sekali”racau Dina dengan wajah masamnya. Aku hanya tersenyum menanggapinya,kulanjutkan meminum jus mangga di hadapanku dan tiba-tiba Mengukir jejak | 5 suara ponsel Dina berdering ,dia mengangkatnya Tut...... “ya,kau sudah sampai?” “cepat,ini sudah sore aku sedang bersama dengan temanku”putusnya . “siapa?”ucapku selidik “oh.. itu dia sepupuku” jawabnya Aku kembali meminum jus mangga itu perlahan,suasana yang panas seperti memang membuatku sangat haus.Terdengar sebuah suara yang tak asing bagiku “kau ini Din, ayo kita pul..”ucapnya terhenti Aku tersedak melihat wajahnya,dia pun begitu terkejut melihatku.Kami terhenti seketika sontak sebuah suara menghentikan itu semua. “ayo pulang” ucap Dina “ah... ahhaha tidak,sebaiknya kau pulang duluan aku mau berbincang dulu dengan Rini”jawab Jodi diiringi dengan senyum tulusnya padaku. “jadi kalian saling mengenal?” “ya kami teman SMA dulu”jawab Jodi dengan sedikit melirikku
  • 6. Mengukir jejak | 6 “ya sudah aku pulang duluan,Rin hati-hati ya”candanya dengan melirik Jodi sinis “ah,kau ini! Sudah sana pulang huss..huss ”usir Jodi dengan tangannya. Disinilah kami hanya berdua di cafe ini, pelanggan lain sudah pulang kurasa mereka sudah janjian untuk membuat suasana di cafe ini sangat sunyi.Rasanya sangat canggung bertemu dengan Jodi saat ini,dia sudah berubah gaya rambutnya sudah dewasa dan rapi.Dia mengenakan jas coklat dan setelan formalnya,kuakui dia tampan saat ini dia sudah tahu cara berpenampilan nampaknya. “ehemm...kau bagaimana?”ucapnya memecah keheningan. “ah.. ya aku baik “jawabku sekenanya. “kau sama sekali tak berubah “ucapnya agak sendu. “ah.. ya maksudmu?” “aku bilang kau tidak berubah sayang” Sontak aku terkejut dengan penyataan yang terakhir ini dia membelai pipiku dengan lembut.Aku tersadar “maaf”ujarku dan segera melepas tangannya dari pipiku. Aku melihat kekecewaan dari sorot matanya, dia menundukan kepalanya sejenak kemudian “kau bekerja di kantor percetakan jadi apa?”ucapnya mengalihkan pembicaraan. “aku? Aku disana sebagi editor “singkatku. “aku sekarang memiliki pabrik sepatu jika kau ingin berkunjung sesekali aku takkan menolak kehadiran mu” ucapnya sambil memberikan kartu namanya. Bahkan aku sama sekali tak bertanya apapun tentangnya tetapi dia sudah langsung memberiku kartu namanya tanpa aku minta .Aku sama sekali tak mengerti apa yang sebenarnya ada di pikirannya itu.Senyum itu tak lepas pula dari wajahnya,kenapa dia selalu tersenyum seperti itu aku tak mengerti.Dia kemudian menghela napasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya lalu membakarnya serta menyesapnya perlahan. “sejak kapan kau merokok?” “apa pedulimu?bukankah ini yang kau mau? aku menjadi hancur seperti ini karenamu” “berhentilah merokok,itu tidak baik untuk kesehatanmu”ucapku dan membuang rokok itu ke tempat sampah. “setidaknya,saat ini kau peduli padaku hahaha”ucap Jodi dengan senyum pahit. “kau adalah sahabatku”jelasku singkat “hanya sahabat?” “ya sahabat” “setidaknya saat ini kau sudah menganggapku menjadi sahabatmu lagi hahaha” ucap Jodi dengan senyum pahitnya lagi. Jujur aku tak tega meihatnya menjadi seperti ini,bagaimanapun dia adalah satu-satunya sahabat yang aku miliki. Aku ingat dulu saat aku di SD hanya dia yang mau berteman denganku sampai SMA pun dia tetap menjadi temanku walaupun aku menjauhi nya karena kejadian yang aku tidak mau jelaskan lagi. “bagaimana ini?aku tidak bisa berhenti tertawa ahahaha”sambungnya lagi “berhentilah seperti itu,kau membuatku merasa bersalah” “kau bilang jangan urusi kehidupan orang lain tetapi bagaimana denganmu sekarang?kau malah mengurusi kehidupanku sekarang “ucapnya menghentikan tawanya. “urusanmu urusanku juga titik”selaku menirukan gayanya dulu.
  • 7. “bagaimana sekarang?”ucapnya lagi dengan wajah yang mulai serius “hah...maksudmu?” “maksudku bagaimana sekarang ?apa kau sudah memikirkanya?” “memikirkan apa? Aku sama sekali tak mengerti ucapanmu”tanyaku geram “aduh bagaimana seorang jenius sepertimu melupakan hal yang orang lain katakan dengan mudah?aku jadi agak ragu apa kau jenius atau tidak” “aduh, aku sama sekali tak mengerti . Jangan berbelit-belit kau membuatku semakin bingung” protesku padanya. “kau sudah memikirkan bahwa dia yang kau suka itu hanya wujud halusinasi mu yang sebenarnya adalah aku?” “jangan bicarakan itu lagi aku muak mendengar bualanmu”sinisku Saat ini dia kembali memasang wajah sendunya lagi.Entah mengapa aku kembali muak dengannya jika dia membahas soal halusinasiku itu,aku bahkan seorang yang waras dan tidak berhalusinasi tentang sosok yang aku sukai itu.Memangnya aku tidak waras? Memikirkan sosok yang tidak ada seperti itu tidak mungkin. “kupikir ini akhir dari perbincangan kita,ini mulai membosankan”ucapku mengakhiri. Namun tangan besar menarik tanganku, sehingga aku tehempas kembali di kursiku,dia kembali merapikan lagi duduknya.Aku yang masih terkejut duduk dengan tidak nyaman. “jangan pergi dulu, kau bukan seperti orang yang bertemu dengan sahabat lamanya” ucapnya dengan senyum yang kulihat sedikit dipaksakan. “apa lagi yang akan yang kau bicarakan”singkatku “aku mencintaimu bagaimana denganmu?”Jodi berbicara dengan tatapannya yang kosong . “hey, Jodi kau kenapa ?”ucapku cemas “kau masih saja mengalihkan pembicaraan kita,apa salahku?” “salahmu adalah cinta itu”tegasku “apa yang salah dari cintaku?aku mencintai sahabat yang telah aku tolak dulu dan aku sekarang sangat mencintainya. Apa itu salah?”tatapan Jodi lebih sendu dari 3 tahun lalu tetapi aku tidak mau membuatnya lebih sedih dari sekarang.Aku melangkah pergi meninggalkannya,sudah 2 langkah aku melangkah tanganku dicegah oleh tangannya.Aku tetap melangkah dan melepaskan cengkeramannya. “ Jodi,berhentilah menungguku karena aku tidak akan pernah membalasnya.Aku bukan orang yang tepat ”ucapku menengok ke arahnya dan kembali meneruskan langkah.Tiba-tiba dia berteriak. “aku dulu menyesal karena menolakmu dan aku tidak mau menyesal lagi hanya karena menyerah ditolakmu sekarang.Aku tidak akan menyerah sahabatku” Namun aku harus tetap melangkah ke depan untuk menggapai masa depanku,maaf sahabat. Hujan deras mengguyur cafe itu,kulihat dari kaca taksi yang basah ini dan mulai meninggalkan sahabatku disana sendirian.Kulihat Jodi melambaikan tangan dari dalam cafe dengan senyumnya. Selamat tinggal sahabatku. Mengukir jejak | 7 Tamat