1. Karya: Rahmawati Ramadhan
Kelas:X11-IPA 1
Mengukir jejak | 1
Mengukir Jejak
22 September 2011
Jejak-jejak itu belum terhapus juga dari tanah kering bebatuan,gersang memang namun itu bukan
yang menjadi pusat perhatianku melainkan orang yang mengukir jejak di tanah itu 30 menit yang
lalu.5 menit,10 menit,15 menit bahkan sampai 1 jam sekarang kupikir.Aku masih saja berkutat
memikirkan sosok yang telah menampakan punggungnya,ya cukup hanya punggungnya.
Aku menendang kerikil-kerikil itu,mencoba meluapkan segala emosi yang kurasakan hari ini.Aku
tak habis pikir sudah 1 tahun berlalu,Aku masih saja memikirkan orang yang sama sekali tak
memikirkan Aku atau bahkan sekarang tak mengenalku.haha bodohnya aku,kenapa aku tak
memikirkan ini sejak dulu.Ku lihat arlojiku menunjukan pukul 5 sore,warna jingga yang indah
menghiasi langit ciptaan Tuhan.Bagaimana mungkin Tuhan dapat menciptakan suasana yang
bertolak belakang dengan pikiran dan suasana hatiku saat ini,sungguh ini sangat miris aku merasa
menjadi orang yang paling menyedihkan di tengah manusia- manusia yang saling bergosip
membicarakan keburukan orang lain.
“hah,tidak berguna!”desisku.
“Apa yang kau lakukan disini?”.ucap seseorang dari belakangku
“bukan urusanmu”.balasku
Kemudian aku pergi meninggalkannya dan tiba-tiba
“ini sudah 1 tahun dan kau masih memikirkannya”.teriaknya
Namun aku bergegas pergi meninggalkannya.Kau tahu siapa dia?dia adalah sahabatku Jodi,dulu
kami adalah sahabat dekat namun setelah kejadian itu aku menghapus jauh gelar sahabat yang
aku berikan padanya.Ku akui dia adalah sahabat yang baik,tetapi sekaligus orang yang paling
munafik di dunia ini mungkin.Aku benci dia,sangat membenci dia.
“hah,aku benci hari ini”desisku
Ku hempaskan tubuhku di kasur,setidaknya dengan tidur aku dapat melupakan semua masalahku.
22 Januari 2010
“kenapa kau menyukaiku?”ucap seseorang di hadapanku dengan nada tinggi.
Matanya yang bening,kini tak kulihat lagi.Aku merasa dia bukan orang yang selama ini aku
kagumi,matanya menyorotkan kemarahan yang tak terbendung lagi.Sungguh saat ini aku sangat
takut dan tak berani untuk menatap matanya.
“apa?... aku...”ucapku gemetar
“jauhi aku, karena aku takkan pernah membalasnya”.ucapnya mulai merendah
Dia pergi,pergi dengan begitu saja tanpa sapaan atau apapun layaknya seseorang yang telah
menemui seseorang yang sangat menjijjikan.Kulihat sosoknya sudah tidak ada di hadapan ku
lagi.Tak terasa bulir-bulir bening ini jatuh dari kelopak mata kiriku,mengisyaratkan kesedihan
dalam hatiku.Beruntungnya aku, hujan deras datang sehingga aku bisa mengeluarkan rasa sakit
ini di lorong sepi dekat sekolah ini,rasa dinginpun tak kurasakan tetapi sakit hati ini lebih
terasa. Baru kali ini aku merasakan rasa sakit ini hanya karena seseorang yang sama sekali tak
memandangku,menyedihkan sekali.
2. 23 Oktober 2011
Angin sepoi-sepoi membelai pipiku,sungguh sangat menarik.Sudah cukup lama rasanya aku tak
merasakan hal-hal yang seperti ini.Pagi ini sangat indah,namun aku kembali teringat mimpiku
semalam.Aku memimpikan kejadian 1 tahun lalu, apa maksud dari semua ini? Rasanya amat
nyata,hatiku mencelos merasakan betapa menyedihkan kisahku ini.
Tak terasa aku sudah sampai di gerbang sekolah,ku langkahkan kakiku malas mengingat tentang
kejadian penolakan secara eksplisit ku kira bahkan aku tak pernah mengatakan suka padanya
tetapi tahu dari mana dia? Ah sudahlah aku lelah, memikirkan misteri itu kurasa tak cukup
walaupun 1 tahun.Ku edarkan pandanganku ke sekeliling sekolah ini,masih sepi.
“hah,terang saja ini masih jam 7”seringaiku.
“baiklah,cukup jalani saja hari ini”
Aku duduk di kursi belakang pojok,menyandarkan punggungku di dinding untuk mendapat posisi
yang nyaman.Ku pasang headset di kedua telingaku untuk sekedar menghilangkan kesunyian di
kelas ini, tak terasa mata ku perlahan terpejam.
Mengukir jejak | 2
“selamat pagi anak-anak”ucap seorang guru
“ selamat pagi” balas mereka.
Aku yang masih terpejam,malas untuk membuka mataku kulanjutkan meraih tasku untuk menjadi
bantal.Tiba-tiba kurasakan seseorang menepuk bahuku
“kau masih saja tak berubah,haha si jenius yang suka tidur”ucapnya .
Ku buka mataku untuk melihat siapa yang ada di sebelahku,oh tidak aku tidak mau
melihatnya.Jodi tersenyum sambil mengunyah permen karetnya,hah kau pikir kau tampan dengan
senyum yang memuakkan itu ? tidak hahah.
“urusi saja kehidupanmu,jangan urusi kehidupan orang lain”sinisku.
“urusanmu urusanku juga titik”balasnya tak mau kalah
“pergi dari tempatku”ucapku
“apa? Tempat yang tersisa hanya disini kau pikir nanti aku duduk dimana?”
Dia terus saja mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan oleh guru matematika itu, ah
sudahlah aku bosan.Aku kembali memejamkan mataku untuk tidur,daripada aku harus melihat
wajah yang menyebalkan di sampingku ini.
“hey,kau yang sedang tidur!”
Kurasakan Jodi menepuk bahuku, mengganggu sekali.
“sstt,hey bangun Rin!kau dipanggil”bisiknya
Aku tak peduli ,dengan mata yang masih terpejam aku menyaut guru itu
“hah, ya bu apa yang kau inginkan?”ucapku malas
“kerjakan soal itu!” ucapnya garang
“tentu”
Kulangkahkan kakiku malas,ah bahkan soal itu sangat mudah tidak adakah soal yang lebih
menguras tenagaku.ku torehkan jawaban dari soal itu dengan mudah dan cepat,kulirik sekilas
guru itu terperangah.
“sudah, bolehkah aku duduk lagi?”
“ya... ya kau boleh duduk lagi”ucap gagu guru itu.
Aku kembali ke tempat dudukku dengan seringaian yang tak terlepas dari bibirku,ini sangat
menyenangkan.
3. “kau luar biasa,bahkan sejak awal kau hanya tidur dan tidak memperhatikannya.Terbuat dari
apakah otakmu hah?”ucap Jodi dengan ekspresi takjubnya.
Aku tak peduli, apapun yang dia katakan aku malas mendengarnya.
Kemudian bel istirahat terdengar, seluruh siswa di kelasku bergegas ke kantin dengan muka
laparnya sedangkan aku yang bosan lebih memilih bolos saja.Untuk apa belama-lama di sekolah
lagipula hari ini moodku sedang tidak enak.
Sebuah suara menginterupsiku ketika aku keluar kelas dan membawa tasku.
“mau kemana kau?”
Kalian pasti tahu siapa dia. Ya, dia Jodi orang yang sangat aku benci dan selalu mengurusi
urusanku.
“sudah kubilang jangan urusi urusan orang lain”ucapkan tarik napas meredam emosi.
“aku ikut, aku bosan di sekolah”ucapnya dengan senyum yang tulus dan segera berlari ke kelas
dan membawa tas nya juga.
“terserah itu bukan urusanku”
Aku meninggalkannya dan memanjat pagar sekolah dengan lihainya,berhasil! Aku sudah terlatih
dalam hal memanjat.Tak lama kemudian terdengar seseorang juga berhasil memanjat.
“ayo kita mau pergi kemana?”ucapnya riang
“kemanapun asal tidak ada kau”sinisku
Aku melangkah dengan cepat agar tidak diikuti Jodi,tetapi dia terus saja menyamai langkahku
dengan kaki nya yang panjang itu dan terus saja berceloteh tak jelas.
Mengukir jejak | 3
“hei,nona jangan murung tersenyumlah”
“ayo kita ke game center nanti kau ku traktir”
Cukup aku lelah mendengarnya,kututupi telingaku agar tak mendengar suaranya dan tiba-tiba
sebuah tangan menarik kedua tanganku dan menggenggamnya.Aku terkejut
“jangan bersikap seperti ini aku ingin kau yang dulu”ucapnya lemah mengisyaratkan kesedihan
yang aku tak tahu,aku merasa tatapan ini sudah tidak asing lagi bagiku.
“kau yang jangan seperti ini”jawabku kasar dan menyingkirkan tangannya .
Aku melangkah pergi meninggalkannya dan ketika aku melangkah pergi sebuah suara lirih dan
lemah terdengar dari orang di belakangku
“mau sampai kapan kau menunggunya ?”
Membuatku menghentikan langkah,aku tertegun beberapa saat mengapa kali ini kata-katanya
seakan dia merasakan kesedihan yang mendalam?.
“mau sampai kapan kau menunggunya?”ucapnya lagi yang kini sudah ada di hadapanku.
Kulihat tangannya menggenggam keras seakan menahan emosinya, sesekali dia menunduk
matanya berkaca-kaca.Ah, sudahlah cukup ini membuatku muak.
“aku bilang sampai kapan kau menunggunya hah!?”teriaknya.
“berhentilah bertindak seolah kau yang paling tersakiti!” teriakku lebih kencang meluapkan emosi
yang selama ini ku tahan.
4. Mengukir jejak | 4
Dia kembali menatapku dengan sayu dan melemahkan suaranya
“kenapa kau bertindak seperti ini? Benar aku yang paling tersakiti disini”
Aku tertegun mendengarnya,dia mendekatiku.Aku mundur untuk menghindarinya
“kau mau tahu kenapa aku tersakiti”
Dia terus maju dengan tatapan menyeramkannya
“aku... aku adalah orang itu” ucapnya melemah
“apa maksudmu?jangan katakan lagi bahwa aku hanya berhalusinasi tentang dia”
Aku melangkah mundur dan terus menjauh darinya
“dia itu tidak pernah ada,hanya aku yang nyata di hidupmu “ucap Jodi lirih
Aku sudah tak tahan lagi, ini sudah keterlaluan dia itu membuatku bingung.Kulihat matanya
merah menahan tangis entah itu tangis pura-pura saja aku tak tahu ini harus segera aku sudahi,
“cukup Jodi ini yang membuatku menghapusmu sebagai sahabatku,kau berbicara seolah aku ini
orang gila karena menganggap dia ada jangan kau buat kebencianku padamu ini bertambah”
tegasku.
Kulihat dia kembali mendekatiku dengan matanya yang sayu dia menggenggam tanganku keras
sangat keras sehingga aku tak dapat melepasnya.
“akulah orang yang kau sukai”
“akulah orang yang kau tunggu setiap pulang sekolah untuk kau lihat punggungnya”
“akulah orang yang kau tunggu selama 1 tahun dan kau.....”
Cukup sudah ini sangat membingungkan.Dia terus saja berbicara
“cukup hentikan!aku tidak mengerti “sergahku frustasi
“kau bahkan tidak ingat bagaimana wajah orang yang kau sukai kan?..atau kau tahu siapa
namanya?”
“aku ingat! Dia tinggi dan tampan .Jangan bilang lagi bahwa aku berhalusinasi sosok yang tidak
ada”
“tetapi itu benar adanya,kau hanya berhalusinasi tentang dia yang sebenarnya aku di kehidupan
nyatamu.Itu karena kau mengalami gangguan psikis setelah aku .....”
Ini benar-benar tidak masuk akal,mana mungkin aku menyukai seseorang yang tidak ada di
kehidupan nyata. Jodi itu tidak mungkin dia yang aku suka tetapi kenapa semuanya terasa nyata
aku lihat.Tidak mungkin aku melihat dua orang yang sama dalam dalam satu waktu benar-benar
tidak masuk akal.
“apa? Kau mau bilang apa lagi hah?kau lebih munafik dari yang aku bayangkan”sergahku
“kau harus percaya padaku ini benar,kau hanya berhalusinasi pikirkan lagi semua yang kau
alami”.ucap Jodi sambil menepuk bahuku dan pergi meninggalkanku dengan mata yang sendu.
5. 22 Oktober 2014
Ini sudah tepat 3 tahun setelah kejadian itu Jodi menghilang dari kehidupanku entah kemana dia
pergi aku tak tahu persis.Aku tak peduli ,kemanapun dia pergi itu bukan urusanku karena inilah
yang aku mau.Menghilangnya Jodi di kehidupaku tidak akan berpengaruh sama sekali
padaku,bukankah itu akan sangat baik?.
Saat ini aku sudah bekerja sebagai editor di salah satu perusahaan percetakan,aku sangat
menikmati pekerjaanku disini sangat menyenangkan.Bukankah pekerjaaan akan lebih ringan jika
kau sendiri menyukainya?.
“Rin,ayo kita ke cafe ini sudah jam pulang ”ucap seseorang menyadarkanku dari lamunan.
“oh,iya tapi kerjaanku belum selesai”ucapku
"ah,sudahlah lagipula kau kan anak emas si boss pasti tidak akan kena marah”ucap Dina
“tapi.....”belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku Dina sudah menyeretku ke cafe itu.
Di cafe ini sudah ramai dengan para pelanggan,kulihat banyak orang yang sedang berbincang
dengan sahabatnya sambil tertawa renyah,aku terhenyak.Aku baru menyadari bahwa aku hanya
memiliki sedikit teman atau bahkan tidak ada? Bahkan satu-satunya teman dan sahabatku dulu
hanyalah Jodi.Ya ampun,apa yang aku pikirkan kenapa aku menyebut namanya lagi padahal orang
itu sudah menghilang dari kehidupanku.
“huss,Rin jangan melamun.”Dina sudah menyadarkanku dari lamunan ini .
“tidak....aku tidak melamun”ucapku berkelit.
“sepertinya melamun itu sudah menjadi hobimu kupikir”ucap dina sambil menyedot es jeruk itu.
“benarkah?tapi aku tidak”ujarku sambil meminum jus mangga yang tersedia di depanku.
“kau ini,kenapa terlalu kaku?jarang kudengar kau berbicara panjang lebar apa kau manusia?”
“hahahha”
“lihatlah,tertawamu saja seperti robot bisa-bisanya seorang manusia jenius bertingkah seperti
ini? Aneh sekali”racau Dina dengan wajah masamnya.
Aku hanya tersenyum menanggapinya,kulanjutkan meminum jus mangga di hadapanku dan tiba-tiba
Mengukir jejak | 5
suara ponsel Dina berdering ,dia mengangkatnya
Tut......
“ya,kau sudah sampai?”
“cepat,ini sudah sore aku sedang bersama dengan temanku”putusnya .
“siapa?”ucapku selidik
“oh.. itu dia sepupuku” jawabnya
Aku kembali meminum jus mangga itu perlahan,suasana yang panas seperti memang membuatku
sangat haus.Terdengar sebuah suara yang tak asing bagiku
“kau ini Din, ayo kita pul..”ucapnya terhenti
Aku tersedak melihat wajahnya,dia pun begitu terkejut melihatku.Kami terhenti seketika sontak
sebuah suara menghentikan itu semua.
“ayo pulang” ucap Dina
“ah... ahhaha tidak,sebaiknya kau pulang duluan aku mau berbincang dulu dengan Rini”jawab Jodi
diiringi dengan senyum tulusnya padaku.
“jadi kalian saling mengenal?”
“ya kami teman SMA dulu”jawab Jodi dengan sedikit melirikku
6. Mengukir jejak | 6
“ya sudah aku pulang duluan,Rin hati-hati ya”candanya dengan melirik Jodi sinis
“ah,kau ini! Sudah sana pulang huss..huss ”usir Jodi dengan tangannya.
Disinilah kami hanya berdua di cafe ini, pelanggan lain sudah pulang kurasa mereka sudah
janjian untuk membuat suasana di cafe ini sangat sunyi.Rasanya sangat canggung bertemu dengan
Jodi saat ini,dia sudah berubah gaya rambutnya sudah dewasa dan rapi.Dia mengenakan jas
coklat dan setelan formalnya,kuakui dia tampan saat ini dia sudah tahu cara berpenampilan
nampaknya.
“ehemm...kau bagaimana?”ucapnya memecah keheningan.
“ah.. ya aku baik “jawabku sekenanya.
“kau sama sekali tak berubah “ucapnya agak sendu.
“ah.. ya maksudmu?”
“aku bilang kau tidak berubah sayang”
Sontak aku terkejut dengan penyataan yang terakhir ini dia membelai pipiku dengan lembut.Aku
tersadar
“maaf”ujarku dan segera melepas tangannya dari pipiku.
Aku melihat kekecewaan dari sorot matanya, dia menundukan kepalanya sejenak kemudian
“kau bekerja di kantor percetakan jadi apa?”ucapnya mengalihkan pembicaraan.
“aku? Aku disana sebagi editor “singkatku.
“aku sekarang memiliki pabrik sepatu jika kau ingin berkunjung sesekali aku takkan menolak
kehadiran mu” ucapnya sambil memberikan kartu namanya.
Bahkan aku sama sekali tak bertanya apapun tentangnya tetapi dia sudah langsung memberiku
kartu namanya tanpa aku minta .Aku sama sekali tak mengerti apa yang sebenarnya ada di
pikirannya itu.Senyum itu tak lepas pula dari wajahnya,kenapa dia selalu tersenyum seperti itu
aku tak mengerti.Dia kemudian menghela napasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya lalu
membakarnya serta menyesapnya perlahan.
“sejak kapan kau merokok?”
“apa pedulimu?bukankah ini yang kau mau? aku menjadi hancur seperti ini karenamu”
“berhentilah merokok,itu tidak baik untuk kesehatanmu”ucapku dan membuang rokok itu ke
tempat sampah.
“setidaknya,saat ini kau peduli padaku hahaha”ucap Jodi dengan senyum pahit.
“kau adalah sahabatku”jelasku singkat
“hanya sahabat?”
“ya sahabat”
“setidaknya saat ini kau sudah menganggapku menjadi sahabatmu lagi hahaha” ucap Jodi dengan
senyum pahitnya lagi.
Jujur aku tak tega meihatnya menjadi seperti ini,bagaimanapun dia adalah satu-satunya sahabat
yang aku miliki. Aku ingat dulu saat aku di SD hanya dia yang mau berteman denganku sampai
SMA pun dia tetap menjadi temanku walaupun aku menjauhi nya karena kejadian yang aku tidak
mau jelaskan lagi.
“bagaimana ini?aku tidak bisa berhenti tertawa ahahaha”sambungnya lagi
“berhentilah seperti itu,kau membuatku merasa bersalah”
“kau bilang jangan urusi kehidupan orang lain tetapi bagaimana denganmu sekarang?kau malah
mengurusi kehidupanku sekarang “ucapnya menghentikan tawanya.
“urusanmu urusanku juga titik”selaku menirukan gayanya dulu.
7. “bagaimana sekarang?”ucapnya lagi dengan wajah yang mulai serius
“hah...maksudmu?”
“maksudku bagaimana sekarang ?apa kau sudah memikirkanya?”
“memikirkan apa? Aku sama sekali tak mengerti ucapanmu”tanyaku geram
“aduh bagaimana seorang jenius sepertimu melupakan hal yang orang lain katakan dengan
mudah?aku jadi agak ragu apa kau jenius atau tidak”
“aduh, aku sama sekali tak mengerti . Jangan berbelit-belit kau membuatku semakin bingung”
protesku padanya.
“kau sudah memikirkan bahwa dia yang kau suka itu hanya wujud halusinasi mu yang
sebenarnya adalah aku?”
“jangan bicarakan itu lagi aku muak mendengar bualanmu”sinisku
Saat ini dia kembali memasang wajah sendunya lagi.Entah mengapa aku kembali muak dengannya
jika dia membahas soal halusinasiku itu,aku bahkan seorang yang waras dan tidak berhalusinasi
tentang sosok yang aku sukai itu.Memangnya aku tidak waras? Memikirkan sosok yang tidak ada
seperti itu tidak mungkin.
“kupikir ini akhir dari perbincangan kita,ini mulai membosankan”ucapku mengakhiri.
Namun tangan besar menarik tanganku, sehingga aku tehempas kembali di kursiku,dia kembali
merapikan lagi duduknya.Aku yang masih terkejut duduk dengan tidak nyaman.
“jangan pergi dulu, kau bukan seperti orang yang bertemu dengan sahabat lamanya” ucapnya
dengan senyum yang kulihat sedikit dipaksakan.
“apa lagi yang akan yang kau bicarakan”singkatku
“aku mencintaimu bagaimana denganmu?”Jodi berbicara dengan tatapannya yang kosong .
“hey, Jodi kau kenapa ?”ucapku cemas
“kau masih saja mengalihkan pembicaraan kita,apa salahku?”
“salahmu adalah cinta itu”tegasku
“apa yang salah dari cintaku?aku mencintai sahabat yang telah aku tolak dulu dan aku sekarang
sangat mencintainya. Apa itu salah?”tatapan Jodi lebih sendu dari 3 tahun lalu tetapi aku tidak
mau membuatnya lebih sedih dari sekarang.Aku melangkah pergi meninggalkannya,sudah 2
langkah aku melangkah tanganku dicegah oleh tangannya.Aku tetap melangkah dan melepaskan
cengkeramannya.
“ Jodi,berhentilah menungguku karena aku tidak akan pernah membalasnya.Aku bukan orang
yang tepat ”ucapku menengok ke arahnya dan kembali meneruskan langkah.Tiba-tiba dia
berteriak.
“aku dulu menyesal karena menolakmu dan aku tidak mau menyesal lagi hanya karena menyerah
ditolakmu sekarang.Aku tidak akan menyerah sahabatku”
Namun aku harus tetap melangkah ke depan untuk menggapai masa depanku,maaf sahabat.
Hujan deras mengguyur cafe itu,kulihat dari kaca taksi yang basah ini dan mulai meninggalkan
sahabatku disana sendirian.Kulihat Jodi melambaikan tangan dari dalam cafe dengan senyumnya.
Selamat tinggal sahabatku.
Mengukir jejak | 7
Tamat