SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
Roda Gigi dan Proses Perancangan
Roda gigi adalah komponen yang berbentuk bulat dan mempunyai gigi-gigi yang
digunakan untuk mentransmisikan gerak putar dan meneruskan daya dari suatu poros ke poros
yang lain. Roda gigi secara umum dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu roda gigi lurus, roda
gigi miring, roda gigi kerucut dan roda gigi cacing. Ini terlihat pada Gambar 1 (Robert L. Mott,
2013).
Gambar 1 Jenis – jenis roda gigi (Robert L. Mott, 2013).
a. Roda gigi helix (helical gear).
Pada roda gigi ini arah pemotongan gigi-giginya tidak lurus tetapi sedikit membentuk sudut
disepanjang badan gigi. Apabila dilihat, arah alur giginya terlihat membengkok.
b. Roda gigi payung (straight bevel gear).
Arah pemotongan gigi-giginya pada roda gigi ini adalah pada bagian sisi konis. Permukaan
yang konis ini dibentuk gigi-gigi yang arahnya lurus dan searah dengan poros roda gigi.
c. Roda gigi spiral (spiral gear).
Arah gigi-gigi pada roda gigi spiral adalah membentuk suatu kurva. Untuk pemotongan
giginya juga pada sisi yang konis.
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
d. Roda gigi cacing (worm gear).
Roda gigi ini biasanya merupakan satu pasangan, terdiri dari batang berulir cacing dan roda
gigi cacing. Batang ulir cacing bentuk giginya seperti ulir sedangkan pada roda gigi
cacingnya bentuk giginya hampir sama dengan roda gigi helix akan tetapi permukaan
giginya membentuk lengkungan kedalam.
e. Roda gigi dalam (internal gear).
Arah pemotongan gigi-giginya pada roda gigi ini adalah pada bagian dalam dari permukaan
ring/lubang. Biasanya bentuk giginya adalah lurus seperti roda gigi lurus (spur gear).
f. Roda gigi lurus (spur gear).
Arah pemotongan gigi-gigi pada jenis roda gigi ini adalah searah dengan porosnya. Selain
roda gigi lurus ada pula jenis gigi lurus yang lain yaitu pada batang segi empat memanjang.
Permukaan memanjang inilah yang nantinya dibuat gigi-gigi. Arah pemotongan gigi-giginya
dilakukan bisa tegak lurus dan juga bisa membentuk sudut terhadap batang gigi (badan gigi)
(Robert L. Mott, 2013).
1 Nomenklatur roda gigi spur.
Geometri pada roda gigi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Geometri pada roda gig (G. Richard Budynas J. Keith Nisbett, 2012).
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
Keterangan pada Gambar 2 diatas, dijelaskan dibawah ini :
a. Diametral pitch (P) adalah banyaknya gigi untuk tiap inchi dari diameter lingkaran pitch.
Diametral pitch ini hanya merupakan harga secara hipotesis saja yang harganya tidak bisa
diukur akan tetapi pengertiannya sangat penting untuk mempertimbangkan proporsi jumlah
gigi.
b. Modul (m) adalah panjang dari diameter lingkaran pitch untuk tiap gigi. Satuan untuk modul
adalah milimeter.
c. Circular Pitch (p) adalah jarak yang diukur pada lingkaran pitch dari salah satu sisi gigi ke
sisi yang sama terhadap gigi yang berikutnya.
d. Addendum (a) adalah jarak radial dari lingkaran pitch sampai pada ujung puncak gigi.
e. Clearance (c) adalah jarak radial dari ujung puncak sebuah gigi yang satu ke bagian dasar
gigi yang lain untuk suatu pasangan roda gigi.
f. Deddendum (b) adalah jarak radial dari lingkaran pitch sampai pada dasar gigi.
g. Addendum = Dedendum + Clearance.
h. Diameter flank (blank diameter) adalah jarak yang panjangnya sama dengan diameter
lingkaran pitch ditambah dengan dua addendum.
i. Ketebalan gigi adalah jarak tebal gigi yang diukur pada lingkaran pitch dari satu sisi ke sisi
yang lain pada gigi yang sama.
j. Untuk sudut tekan (pressure angle) biasanya dibuat sama dengan 20° dan 14½°.
k. Tinggi gigi atau kedalaman gigi (teeth depth) umumnya dibuat 2.25 kali modul untuk roda
gigi dengan sudut tekan 20°. Sedangkan untuk roda gigi dengan sudut tekan 14½° kedalaman
giginya dibuat sama dengan 2.157 modul (m).
Untuk membuat roda gigi spur maka diperlukan rumus dasar roda gigi spur yang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
Tabel 1 Rumus dasar roda gigi lurus (Joseph E. Sighley, 1996).
Quantity desired Formula Equation number
Diameter pitch (Pd) Pd = (33.1)
Module (m) m = (33.2)
Circular pitch (p) P = (33.3)
Pitch diameter, (d) or (D) d = (33.4)
2. Standar ukuran toleransi untuk roda gigi spur.
Berdasarkan standar AGMA 2000-A88 “Gear Classification and Inspection Handbook”,
bahwa ukuran toleransi pada kelongaran tooth thicknes akibat beban impak untuk Modul 1,0
sampai 3,0 dimana dapat diberikan di e25 DIN 3967, yaitu nilai toleransi tertinggi 0,022 mm dan
terendah 0,020 mm dapat ditunjukkan pada Tabel 2. Sedangkan untuk roda gigi spur yang
diameter luar 50 mm sampai 100 mm dengan modul 1,6 sampai 3 dapat diberikan pada e25 DIN
58405 yaitu nilai kelongaran kontak tertinggi 0,063 mm dan terendah 0,022 mm dapat
ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 2 Standar ukuran toleransi kelongaran untuk beban kejut berdasarkan e25 DIN 3967.
Reference diameter Upper tooth thickness allowance Tooth thickness allowance
From To Asne Tsn
- 10 -0,022mm 0,020mm
10 50 -0,030mm 0,030mm
50 125 -0,040mm 0,040mm
125 280 -0,056mm 0,050mm
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
Tabel 3 Standar ukuran toleransi kelongaran untuk beban kontak untuk diameter luar roda gigi
50 mm - 100 mm berdasarkan e25 DIN 58405.
Reference
diameter
d (mm)
Normal module
mn
Upper tooth
thickness
allowance
Asne
Tooth thicknes
allowance
Tsn
From 3 to 6
Since 0,16 to 0,25 0,028 0,011
Since 0,25 to 0,6 0,030 0,012
Since 0,6 to 1,6 0,035 0,014
>6 to 12
Since 0,16 to 0,25 0,030 0,012
Since 0,25 to 0,6 0,035 0,014
Since 0,6 to 1,6 0,040 0,016
>12 to 25
Since 0,16 to 0,25 0,035 0,014
Since 0,25 to 0,6 0,040 0,016
Since 0,6 to 1,6 0,045 0,018
Since 1,6 to 3 0,050 0,020
Tabel 4 Standar ukuran toleransi kelongaran untuk beban kontak untuk diameter luar roda gigi
50 mm - 100 mm berdasarkan e25 DIN 58405. (Lanjutan)
>25 to 50
Since 0,16 to 0,25 0,040 0,016
Since 0,25 to 0,6 0,045 0,018
Since 0,6 to 1,6 0,050 0,020
Since 1,6 to 3 0,055 0,022
>50 to 100
Since 0,16 to 0,25 0,045 0,012
Since 0,25 to 0,6 0,050 0,018
Since 0,6 to 1,6 0,055 0,020
Since 1,6 to 3 0,063 0,022
>100 to 200
Since 0,6 to 1,6 0,063 0,024
Since 1,6 to 3 0,070 0,029
>200 to 400
Since 0,6 to 1,6 0,070 0,029
Since 1,6 to 3 0,080 0,032
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
Standar nilai untuk perubahan dimensi antara jarak titik pusat dari roda gigi pengerak dan
roda gigi yang digerak maka perubahan toleransi pada jarak titik pusat tertinggi 0,050 mm tetapi
ini hanya berlaku untuk roda gigi yang sudut kontaknya 200
. Sedangkan untuk pengaruh kontak
yang disebabkan perubahan toleransi yaitu standar nilainya maksimal 0,036 dapat ditunjukkan
pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 2.5 Standar untuk nilai toleransi antara jarak lingkaran kontak antara roda gigi pengerak
dan roda gigi yang digerak.
Spur Gear Parallel Helical Gear Crossed Axis Helical Gear
Deviation
from
center
distance
As
Change
in
backlash
∆Ja
Deviation
from centre
distance
As
Change
in
backlash
∆Ja
Deviation
from centre
distance
As
Change in
backlash
∆Ja
0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
0,010 0,007 0,010 0,008 0,010 0,010
0,015 0,011 0,015 0,011 0,015 0,015
0,020 0,015 0,020 0,015 0,020 0,021
0,025 0,018 0,025 0,019 0,025 0,026
0,030 0,022 0,030 0,023 0,030 0,031
Tabel 6 Standar untuk nilai toleransi antara jarak lingkaran kontak antara roda gigi pengerak dan
roda gigi yang digerak. (Kelanjutan)
0,035 0,025 0,035 0,026 0,035 0,036
0,040 0,029 0,040 0,030 0,040 0,041
0,045 0,033 0,045 0,034 0,045 0,046
0,050 0,036 0,050 0,038 0,050 0,051
3 Seri – seri modul standar (JIS B 1701 – 1973).
Harga modul berdasarkan standar JIS B 1701 – 1973, bahwa ada beberapa tingkat seri
yaitu seri 1, seri 2 dan seri 3 seperti ditunjukkan pada Tabel 7 dan Tabel 8. Dalam aturan
pemilihan seri yaitu utamakan seri ke – 1; jika dengan keterpaksaan maka bisa memilih seri ke -
2 dan seri ke – 3 (Sularso, 1980).
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
Tabel 7 Harga modul standar JIS B 1701 – 1973 (Sularso, 1980).
Seri
ke - 1
Seri
ke - 2
Seri
ke - 3
Seri
ke - 1
Seri
ke - 2
Seri
ke - 3
0,1
3,5
0,15 4 3,75
0,2
4,5
0,25 5
0,3
5,5
0,35 6
6,5
0,4
7
0,45 8
0,5
9
0,55 10
0,6
11
0,65
0,7 12
0,75 14
0,8
16
0,9 18
1 20
1,25 22
1,5
25
1,75 28
2 32
Tabel 8 Harga modul standar JIS B 1701 – 1973 (Sularso, 1980). (Kelanjutan)
2,25 36
2,5
40
2,75 45
3
50
3,25
4 Tahap-tahap dalam perancangan roda gigi.
Proses perancangan pembuatan roda gigi dimulai dari penentuan kebutuhan dan keputusan
untuk berbuat sesuatu tentang hal tersebut. Melalui beberapa tahapan perancangan dan iterasi
maka proses berakhir dengan penyajian hasil rancangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
Metode perancangan secara ideal dalam bidang teknik termasuk perancangan roda gigi dapat
dilihat pada Gambar 3. (G. Richard Budynas J. Keith Nisbett, 2012).
Gambar 3 Tahapan perancangan (G. Richard Budynas J. Keith Nisbett, 2012).
a. Awal dari proses perancangan.
Berupa pengenalan kebutuhan, dimana seorang perancang harus bisa mendefinisikan
kebutuhan tersebut. Roda gigi secara umum dipakai untuk mentransmisikan daya dari mesin
pengerak, sehingga secara umum dalam perancangan roda gigi definisi kebutuhan adalah
berupa keberadaan sistem transmisi roda gigi yang dapat bekerja sesuai dengan yang
diinginkan oleh perancang atau pengguna. Untuk mendefinisikan kebutuhan tersebut,
umumnya sudah ada data awal yang berfungsi sebagai data masukan untuk proses
perancangan. Data itu dapat berupa besar daya yang ditransmisikan dari mesin penggerak,
putaran mesin pengerak ataupun dimensi ruangan yang tersedia untuk penempatan transmisi
tersebut.
b. Perumusan masalah.
Harus mencakup seluruh rincian spesifikasi tentang sesuatu yang akan direncanakan.
Perincian tersebut mencakup sejumlah data masukan dan keluaran dari proses perancangan
dan semua batasan-batasan atas besaran yang berkaitan dengan hal tersebut. Spesifikasi
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
dapat berupa jenis roda gigi, dimensi roda gigi, taksiran umur, batas temperatur operasi,
keandalan, kecepatan/putaran, kapasitas (kemampuan mentransmisikan daya), material roda
gigi, pelumas yang kan dipakai, dimensi ruang dan lain-lain. Perancang harus dapat
merumuskan dengan jelas spesifikasi yang akan direncanakan.
Dalam merumuskan spesifikasi yang direncanakan seorang perancang harus memperhatikan
batasan-batasan atau kendala yang ada pada proses perancangan. Batasan dalam
perancangan roda gigi dapat berupa dimensi ruang yang tersedia untuk penempatan
transmisi, material roda gigi yang tersedia, proses atau fasilitas manufaktur roda gigi yang
tersedia, stadarisasi permesinan dipasaran maupun besar biaya yang tersedia. Dengan adanya
perumusan spesifikasi yang diinginkan dan keberadaan batasan-batasan dalam proses
perancangan maka akan menghasilkan beberapa solusi. Dalam perancangan roda gigi, solusi
yang diperoleh umumnya berupa sistem transmisi roda gigi yang berisikan jenis roda gigi,
dimensi roda gigi, material roda gigi, data operasional, pelumas dan lain-lain.
c. Tahap sintesa.
Merupakan solusi optimum dari sistem transmisi yang berasal dari solusi-solusi yang
didapatkan dari tahap sebelumnya. Penilaian atau evaluasi atas solusi ini dilakukan dengan
proses analisis dan optimasi. Analisis dan optimasi dilakukan untuk menguji solusi yang
didapat dari proses sintesa apakah solusi tersebut berdaya guna dengan baik sesuai
spesifikasi yang direncanakan. Jika solusi yang didapat sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan maka proses selanjutnya adalah evaluasi hasil rancangan. Tetapi jika tidak sesuai
dengan harapan atau tidak sesuai spesifikasi yang direncanakan maka solusi ini gagal dan
harus kembali ke tahap perancangan sebelumnya.
d. Proses kembali ke tahap sebelumnya.
Dapat berupa tahap sintesa, yaitu mencoba dengan solusi yang lain kemudian diuji dengan
proses analisis dan optimasi. Dapat juga tahap sebelumnya adalah tahap perumusan masalah
dengan cara merubah spesifikasi yang diinginkan, sehingga akan mendapatkan solusi-solusi
baru. Tetapi jika proses tersebut masih gagal maka kembali ke proses awal perancangan
dengan kemungkinan perlu merubah definisi kebutuhan.
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
e. Tahap evaluasi.
Dilakukan untuk solusi yang lolos dari proses iterasi. Jika tahap sebelumnya proses
perancangan lebih banyak dilakukan diatas kertas, tetapi evaluasi biasanya dilakukan berupa
proses pengujian hasil perancangan (kaji eksperimental), sehinga umumnya diperlukan
pembuatan suatu prototip. Jika dalam pengujian ternyata gagal maka proses perancangan
kembali ke tahap sebelumnya. Jenis kegagalan saat pengujian akan menunjukkan ke tahap
mana proses perancangan akan kembali.
Tahap evaluasi umumnya membutuhkan biaya yang besar, karena dilakukannya proses
pengujian. Untuk memperkecil kegagalan saat tahap evaluasi maka sebaiknya dalam proses
perancangan lebih banyak mengacu pada data-data hasil pengujian yang cukup lengkap akan
sangat membantu dalam usaha memperkecil kegagalan dalam tahap evaluasi.
f. Tahap penyajian.
Merupakan tahap akhir dari proses perancangan. Tahap penyajian dapat berupa data lisan,
data tertulis atau data grafis (gambar). Seorang perancang yang baik akan dapat
menyampaikan hasil rancangan yang komunikatif sesuai dengan keperluan. Metode
penyajian yang baik akan sangat membantu perancang untuk menjelaskan dan meyakinkan
penguna hasil rancangan (G. Richard Budynas J. Keith Nisbett, 2012).
5. Faktor keamanan.
Faktor keamanan (safety factor) adalah faktor yang dipakai untuk mengevaluasi keamanan
dari suatu obyek. Faktor keamanan secara kuantitatif adalah perbandingan harga parameter
spesifikasi obyek yang dirancang dibagi dengan parameter spesifikasi obyek pada kondisi kritis.
Parameter tersebut merupakan besaran yang secara langsung menyatakan tingkat keamanan
obyek, sehinga dalam perancangan harga faktor keamanan berharga lebih dari satu. Kondisi
kritis pada obyek adalah kondisi yang menyatakan batas dari obyek tersebut antara aman dan
tidak aman dan sering disebut dengan margin of safety. Faktor keamanan yang lebih besar dari
satu dapat dipastikan bahwa secara ideal obyek tersebut dalam penggunaanya selalu dalam
kondisi aman. Dalam konteks yang lain kadang-kadang istilah faktor perancangan (design factor)
lebih disukai daripada dengan memakai istilah faktor keamanan (G. Richard Budynas J. Keith
Nisbett, 2012).
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
6. Kode dan standar.
Standar adalah beberapa spesifikasi dari bagian, material dan proses yang dimaksudkan
untuk mencapai keseragaman, efisiensi dan kualitas obyek. Standar diperlukan agar terdapat
kesesuaian antara pihak pengguna dan pembuat obyek tersebut.
Kode adalah hasil penandaan dari beberapa hal seperti spesifikasi, desain, pembuatan dan
pembangunan suatu obyek. Tujuan diberi kode adalah untuk menyatakan tingkat kemanan,
efisiensi, performasi (unjuk kerja) dan kualitas. Ada beberapa organisasi yang memberikan
standar dan kode (G. Richard Budynas J. Keith Nisbett, 2012).
Berikut contoh standar dan kode :
a) American Gear Manufacturing Association (AGMA)
b) American Society of Mechanical Engineering (ASME)
c) American Society of Testing Method (ASTM)
d) British Standards Institution (BSI)
e) International Standards Organization (ISO)
f) Japanese Industrial Standards (JIS)
a) American Gear Manufacturing Association (AGMA).
AGMA (American Gear Manufacturing Association) adalah organisasi yang
mengembangkan dan menerbitkan standar-standar, termasuk standar pembuatan roda gigi.
Kantor pusat AGMA berada di Alexandria Amerika Serikat. Standar AGMA digunakan lebih
dari 30 negara ( 450 perusahaan).
AGMA juga berfungsi sebagai administrator untuk TAG AS (Amerika Serikat Technical
Advisory Group) ke ISO/TC 14 dan 60 (Organisasi Internasional untuk Standardisasi
Komite/Teknis). Menurut AGMA Standar kekerasan permukaan roda gigi adalah sekitar 50 - 60
HRC.
b) American Society of Testing Method (ASTM).
ASTM Internasional merupakan organisasi internasional yang mengembangkan standar -
standar seperti pada material, produk, sistem dan jasa. ASTM Internasional berpusat di Amerika
Serikat dan dibentuk pertama kali pada tahun 1898 oleh sekelompok insiyur dan ilmuwan untuk
megatasi bahan baku besi pada spesimen roda gigi yang selalu bermasalah. Sekarang ASTM
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
memiliki 12.000 buah standar dan standar ASTM banyak digunakan di negara-negara maju
maupun berkembang sebagai acuan dalam penelitian akademisi maupun industri.
7 Pembuatan roda gigi menggunakan mesin milling.
Roda gigi spur, roda gigi helical dan roda gigi cacing dapat dibuat menggunakan mesin
milling, dimana cutter yang dipakai harus sesuai dengan ukuran profil gigi yang akan dibuat.
Mesin milling memerlukan pisau potong khusus untuk membuat roda gigi dengan jumlah gigi
sesuai dengan permintaan. Tingkat produksi menggunakan mesin milling lebih rendah dari pada
mengunakan mesin hobbing, namun menggunakan mesin milling memiliki keuntungan yaitu
tanpa memerlukan alat khusus untuk memotong pada saat memproduksi roda gigi dengan jumlah
yang terbatas. Mesin milling konvensional dilengkapi dengan kepala membagi yang berfungsi
untuk membuat roda gigi. Selain ukuran lubang cutter yang cocok untuk diametral pitch, ada
delapan urutan angka spesifikasi pisau potong (cutter). Setiap nomor cutter yang spesifik adalah
khusus untuk berbagai jumlah gigi sesuai dengan urutan nomornya (Davis, 2005). Contoh
gambar pisau potong dapat dilihat pada Ganbar 2.4.
Gambar 4 Pisau potong untuk mesin milling (Davis, 2005).
8 Pembuatan roda gigi menggunakan mesin Hobbing.
Proses hobbing adalah suatu proses pemotongan pada pembuatan roda gigi dan rack
dengan menggunakan alat potong (cutter) yang berbentuk seperti cacing. Sumbu hob-nya harus
diputar sejauh sudut penuntun untuk memotong gigi dalam pembuatan roda gigi lurus. Gigi yang
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
dibentuk oleh hob mempunyai sedikit perbedaan bentuk jika dibandingkan dengan hasil
pemotongan pada pembuatan rack. Hob dan benda kerja harus berputar sesuai dengan
perbandingan kecepatan sudut yang tepat. Secara bertahap Hob berputar dan bergerak mendekati
benda kerja sampai semua gigi selesai terpotong (Davis, 2005). Proses hobbing dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5 Proses pembuatan roda gigi (Davis, 2005).
Tabel 9 Data – Data Penting yang Perlu dipersiapkan untuk proses Pembuatan roda gigi
(Dimitriou & Antoniadis, 2009).
Input Data
Hob Geometry Workgear Geometry Cutting Conditions
m : Module (mm) m : Module (mm) fa : axial feed [mm/wrev]
ni : number of columns Z2 : number of teeth t : depth of cut [mm]
Z1 : number of hub origins ha : helix angel [deg] V : cutting speed [m/min]
dh : outside diameter [mm] dg : outside diameter
[mm]
Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020)
Pada umumnya proses gerakan pahat pada roda gigi hobbing adalah :
a). Gerak rotasi dari gear blank,
b) Gerak rotasi dari cutter hobbing,
c) Gerak vertikal dari cutter hobbing.
Gambar 6 Pergerakan cutter pada pembuatan roda gigi (Dimitriou & Antoniadis, 2009).

More Related Content

What's hot

Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosDewi Izza
 
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxTransmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxZwingCADAcademy
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanCharis Muhammad
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Abrianto Akuan
 
Modul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan FraisModul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan FraisBambang Utama
 
Pengelasan makalah.docx
Pengelasan makalah.docxPengelasan makalah.docx
Pengelasan makalah.docxJemyBala
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearingoto09
 
Laporan bubut
Laporan bubutLaporan bubut
Laporan bubutRasyid22
 
Dasar roda gigi transmisi
Dasar   roda gigi  transmisiDasar   roda gigi  transmisi
Dasar roda gigi transmisiAlen Pepa
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingDewi Izza
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusCharis Muhammad
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinRinaldi Sihombing
 
Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Khairul Fadli
 
Kopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajarKopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajarKhairul Fadli
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Mukhamad Suwardo
 

What's hot (20)

Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
Rumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurusRumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurus
 
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxTransmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
 
Laporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum PemesinanLaporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum Pemesinan
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - Bantalan
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 
Modul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan FraisModul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan Frais
 
Pengelasan makalah.docx
Pengelasan makalah.docxPengelasan makalah.docx
Pengelasan makalah.docx
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing
 
Laporan bubut
Laporan bubutLaporan bubut
Laporan bubut
 
Dasar roda gigi transmisi
Dasar   roda gigi  transmisiDasar   roda gigi  transmisi
Dasar roda gigi transmisi
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesin
 
Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)
 
Kopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajarKopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajar
 
PRESS TOOL
PRESS TOOLPRESS TOOL
PRESS TOOL
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)
 
Apa itu kerja bangku
Apa itu kerja bangkuApa itu kerja bangku
Apa itu kerja bangku
 

Similar to RODA GIGI

Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5LAZY MAGICIAN
 
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)Swardi Sibarani
 
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGABAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGAAmrih Prayogo
 
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inchAushafNurIlham
 
roda gigi rack dan pinion.pdf
roda gigi rack dan pinion.pdfroda gigi rack dan pinion.pdf
roda gigi rack dan pinion.pdfozi ramadhan
 
Gear Transmission.ppt
Gear Transmission.pptGear Transmission.ppt
Gear Transmission.pptRajuRastogi50
 
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarPresentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarAhmad Lubis
 
Tugas mata kuliah elemen mesin Baut dan Mur
Tugas mata kuliah elemen mesin Baut dan MurTugas mata kuliah elemen mesin Baut dan Mur
Tugas mata kuliah elemen mesin Baut dan MurFathur Perdana
 
Teori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigiTeori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigidhikaian
 
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...bram santo
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonMira Pemayun
 
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai PanasSni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai PanasArief Rachman
 

Similar to RODA GIGI (20)

Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5
 
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
Tugas rancangan elemen mesin 2 (transmisi)
 
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGABAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
 
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
4 Speed Gear box design spur gear with C 6 inch and pitch 5 inch
 
roda gigi rack dan pinion.pdf
roda gigi rack dan pinion.pdfroda gigi rack dan pinion.pdf
roda gigi rack dan pinion.pdf
 
79949784 gear-box
79949784 gear-box79949784 gear-box
79949784 gear-box
 
Gear Transmission.ppt
Gear Transmission.pptGear Transmission.ppt
Gear Transmission.ppt
 
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarPresentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
 
Tugas mata kuliah elemen mesin Baut dan Mur
Tugas mata kuliah elemen mesin Baut dan MurTugas mata kuliah elemen mesin Baut dan Mur
Tugas mata kuliah elemen mesin Baut dan Mur
 
Teori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigiTeori dasar-rodagigi
Teori dasar-rodagigi
 
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
 
Tugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin fullTugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin full
 
Tugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin fullTugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin full
 
transmisi gear
transmisi geartransmisi gear
transmisi gear
 
Mbf
MbfMbf
Mbf
 
Lanjutan bab 2
Lanjutan bab 2Lanjutan bab 2
Lanjutan bab 2
 
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut KelapaPerencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
 
BAJA TULANGAN BETON
BAJA TULANGAN BETONBAJA TULANGAN BETON
BAJA TULANGAN BETON
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
 
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai PanasSni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
 

Recently uploaded

IMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication BingoIMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication BingoAdePutraTunggali
 
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptxPPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptxmuhnurmufid123
 
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask UpIMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask UpAdePutraTunggali
 
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdfModul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdfAndiAliyah2
 
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjdCo-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjdveinlatex
 
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docLaelaSafitri7
 

Recently uploaded (6)

IMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication BingoIMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
 
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptxPPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
 
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask UpIMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
 
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdfModul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
 
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjdCo-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
 
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
 

RODA GIGI

  • 1. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) Roda Gigi dan Proses Perancangan Roda gigi adalah komponen yang berbentuk bulat dan mempunyai gigi-gigi yang digunakan untuk mentransmisikan gerak putar dan meneruskan daya dari suatu poros ke poros yang lain. Roda gigi secara umum dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu roda gigi lurus, roda gigi miring, roda gigi kerucut dan roda gigi cacing. Ini terlihat pada Gambar 1 (Robert L. Mott, 2013). Gambar 1 Jenis – jenis roda gigi (Robert L. Mott, 2013). a. Roda gigi helix (helical gear). Pada roda gigi ini arah pemotongan gigi-giginya tidak lurus tetapi sedikit membentuk sudut disepanjang badan gigi. Apabila dilihat, arah alur giginya terlihat membengkok. b. Roda gigi payung (straight bevel gear). Arah pemotongan gigi-giginya pada roda gigi ini adalah pada bagian sisi konis. Permukaan yang konis ini dibentuk gigi-gigi yang arahnya lurus dan searah dengan poros roda gigi. c. Roda gigi spiral (spiral gear). Arah gigi-gigi pada roda gigi spiral adalah membentuk suatu kurva. Untuk pemotongan giginya juga pada sisi yang konis.
  • 2. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) d. Roda gigi cacing (worm gear). Roda gigi ini biasanya merupakan satu pasangan, terdiri dari batang berulir cacing dan roda gigi cacing. Batang ulir cacing bentuk giginya seperti ulir sedangkan pada roda gigi cacingnya bentuk giginya hampir sama dengan roda gigi helix akan tetapi permukaan giginya membentuk lengkungan kedalam. e. Roda gigi dalam (internal gear). Arah pemotongan gigi-giginya pada roda gigi ini adalah pada bagian dalam dari permukaan ring/lubang. Biasanya bentuk giginya adalah lurus seperti roda gigi lurus (spur gear). f. Roda gigi lurus (spur gear). Arah pemotongan gigi-gigi pada jenis roda gigi ini adalah searah dengan porosnya. Selain roda gigi lurus ada pula jenis gigi lurus yang lain yaitu pada batang segi empat memanjang. Permukaan memanjang inilah yang nantinya dibuat gigi-gigi. Arah pemotongan gigi-giginya dilakukan bisa tegak lurus dan juga bisa membentuk sudut terhadap batang gigi (badan gigi) (Robert L. Mott, 2013). 1 Nomenklatur roda gigi spur. Geometri pada roda gigi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Geometri pada roda gig (G. Richard Budynas J. Keith Nisbett, 2012).
  • 3. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) Keterangan pada Gambar 2 diatas, dijelaskan dibawah ini : a. Diametral pitch (P) adalah banyaknya gigi untuk tiap inchi dari diameter lingkaran pitch. Diametral pitch ini hanya merupakan harga secara hipotesis saja yang harganya tidak bisa diukur akan tetapi pengertiannya sangat penting untuk mempertimbangkan proporsi jumlah gigi. b. Modul (m) adalah panjang dari diameter lingkaran pitch untuk tiap gigi. Satuan untuk modul adalah milimeter. c. Circular Pitch (p) adalah jarak yang diukur pada lingkaran pitch dari salah satu sisi gigi ke sisi yang sama terhadap gigi yang berikutnya. d. Addendum (a) adalah jarak radial dari lingkaran pitch sampai pada ujung puncak gigi. e. Clearance (c) adalah jarak radial dari ujung puncak sebuah gigi yang satu ke bagian dasar gigi yang lain untuk suatu pasangan roda gigi. f. Deddendum (b) adalah jarak radial dari lingkaran pitch sampai pada dasar gigi. g. Addendum = Dedendum + Clearance. h. Diameter flank (blank diameter) adalah jarak yang panjangnya sama dengan diameter lingkaran pitch ditambah dengan dua addendum. i. Ketebalan gigi adalah jarak tebal gigi yang diukur pada lingkaran pitch dari satu sisi ke sisi yang lain pada gigi yang sama. j. Untuk sudut tekan (pressure angle) biasanya dibuat sama dengan 20° dan 14½°. k. Tinggi gigi atau kedalaman gigi (teeth depth) umumnya dibuat 2.25 kali modul untuk roda gigi dengan sudut tekan 20°. Sedangkan untuk roda gigi dengan sudut tekan 14½° kedalaman giginya dibuat sama dengan 2.157 modul (m). Untuk membuat roda gigi spur maka diperlukan rumus dasar roda gigi spur yang dapat dilihat pada Tabel 1.
  • 4. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) Tabel 1 Rumus dasar roda gigi lurus (Joseph E. Sighley, 1996). Quantity desired Formula Equation number Diameter pitch (Pd) Pd = (33.1) Module (m) m = (33.2) Circular pitch (p) P = (33.3) Pitch diameter, (d) or (D) d = (33.4) 2. Standar ukuran toleransi untuk roda gigi spur. Berdasarkan standar AGMA 2000-A88 “Gear Classification and Inspection Handbook”, bahwa ukuran toleransi pada kelongaran tooth thicknes akibat beban impak untuk Modul 1,0 sampai 3,0 dimana dapat diberikan di e25 DIN 3967, yaitu nilai toleransi tertinggi 0,022 mm dan terendah 0,020 mm dapat ditunjukkan pada Tabel 2. Sedangkan untuk roda gigi spur yang diameter luar 50 mm sampai 100 mm dengan modul 1,6 sampai 3 dapat diberikan pada e25 DIN 58405 yaitu nilai kelongaran kontak tertinggi 0,063 mm dan terendah 0,022 mm dapat ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 2 Standar ukuran toleransi kelongaran untuk beban kejut berdasarkan e25 DIN 3967. Reference diameter Upper tooth thickness allowance Tooth thickness allowance From To Asne Tsn - 10 -0,022mm 0,020mm 10 50 -0,030mm 0,030mm 50 125 -0,040mm 0,040mm 125 280 -0,056mm 0,050mm
  • 5. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) Tabel 3 Standar ukuran toleransi kelongaran untuk beban kontak untuk diameter luar roda gigi 50 mm - 100 mm berdasarkan e25 DIN 58405. Reference diameter d (mm) Normal module mn Upper tooth thickness allowance Asne Tooth thicknes allowance Tsn From 3 to 6 Since 0,16 to 0,25 0,028 0,011 Since 0,25 to 0,6 0,030 0,012 Since 0,6 to 1,6 0,035 0,014 >6 to 12 Since 0,16 to 0,25 0,030 0,012 Since 0,25 to 0,6 0,035 0,014 Since 0,6 to 1,6 0,040 0,016 >12 to 25 Since 0,16 to 0,25 0,035 0,014 Since 0,25 to 0,6 0,040 0,016 Since 0,6 to 1,6 0,045 0,018 Since 1,6 to 3 0,050 0,020 Tabel 4 Standar ukuran toleransi kelongaran untuk beban kontak untuk diameter luar roda gigi 50 mm - 100 mm berdasarkan e25 DIN 58405. (Lanjutan) >25 to 50 Since 0,16 to 0,25 0,040 0,016 Since 0,25 to 0,6 0,045 0,018 Since 0,6 to 1,6 0,050 0,020 Since 1,6 to 3 0,055 0,022 >50 to 100 Since 0,16 to 0,25 0,045 0,012 Since 0,25 to 0,6 0,050 0,018 Since 0,6 to 1,6 0,055 0,020 Since 1,6 to 3 0,063 0,022 >100 to 200 Since 0,6 to 1,6 0,063 0,024 Since 1,6 to 3 0,070 0,029 >200 to 400 Since 0,6 to 1,6 0,070 0,029 Since 1,6 to 3 0,080 0,032
  • 6. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) Standar nilai untuk perubahan dimensi antara jarak titik pusat dari roda gigi pengerak dan roda gigi yang digerak maka perubahan toleransi pada jarak titik pusat tertinggi 0,050 mm tetapi ini hanya berlaku untuk roda gigi yang sudut kontaknya 200 . Sedangkan untuk pengaruh kontak yang disebabkan perubahan toleransi yaitu standar nilainya maksimal 0,036 dapat ditunjukkan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 2.5 Standar untuk nilai toleransi antara jarak lingkaran kontak antara roda gigi pengerak dan roda gigi yang digerak. Spur Gear Parallel Helical Gear Crossed Axis Helical Gear Deviation from center distance As Change in backlash ∆Ja Deviation from centre distance As Change in backlash ∆Ja Deviation from centre distance As Change in backlash ∆Ja 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,010 0,007 0,010 0,008 0,010 0,010 0,015 0,011 0,015 0,011 0,015 0,015 0,020 0,015 0,020 0,015 0,020 0,021 0,025 0,018 0,025 0,019 0,025 0,026 0,030 0,022 0,030 0,023 0,030 0,031 Tabel 6 Standar untuk nilai toleransi antara jarak lingkaran kontak antara roda gigi pengerak dan roda gigi yang digerak. (Kelanjutan) 0,035 0,025 0,035 0,026 0,035 0,036 0,040 0,029 0,040 0,030 0,040 0,041 0,045 0,033 0,045 0,034 0,045 0,046 0,050 0,036 0,050 0,038 0,050 0,051 3 Seri – seri modul standar (JIS B 1701 – 1973). Harga modul berdasarkan standar JIS B 1701 – 1973, bahwa ada beberapa tingkat seri yaitu seri 1, seri 2 dan seri 3 seperti ditunjukkan pada Tabel 7 dan Tabel 8. Dalam aturan pemilihan seri yaitu utamakan seri ke – 1; jika dengan keterpaksaan maka bisa memilih seri ke - 2 dan seri ke – 3 (Sularso, 1980).
  • 7. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) Tabel 7 Harga modul standar JIS B 1701 – 1973 (Sularso, 1980). Seri ke - 1 Seri ke - 2 Seri ke - 3 Seri ke - 1 Seri ke - 2 Seri ke - 3 0,1 3,5 0,15 4 3,75 0,2 4,5 0,25 5 0,3 5,5 0,35 6 6,5 0,4 7 0,45 8 0,5 9 0,55 10 0,6 11 0,65 0,7 12 0,75 14 0,8 16 0,9 18 1 20 1,25 22 1,5 25 1,75 28 2 32 Tabel 8 Harga modul standar JIS B 1701 – 1973 (Sularso, 1980). (Kelanjutan) 2,25 36 2,5 40 2,75 45 3 50 3,25 4 Tahap-tahap dalam perancangan roda gigi. Proses perancangan pembuatan roda gigi dimulai dari penentuan kebutuhan dan keputusan untuk berbuat sesuatu tentang hal tersebut. Melalui beberapa tahapan perancangan dan iterasi maka proses berakhir dengan penyajian hasil rancangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
  • 8. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) Metode perancangan secara ideal dalam bidang teknik termasuk perancangan roda gigi dapat dilihat pada Gambar 3. (G. Richard Budynas J. Keith Nisbett, 2012). Gambar 3 Tahapan perancangan (G. Richard Budynas J. Keith Nisbett, 2012). a. Awal dari proses perancangan. Berupa pengenalan kebutuhan, dimana seorang perancang harus bisa mendefinisikan kebutuhan tersebut. Roda gigi secara umum dipakai untuk mentransmisikan daya dari mesin pengerak, sehingga secara umum dalam perancangan roda gigi definisi kebutuhan adalah berupa keberadaan sistem transmisi roda gigi yang dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan oleh perancang atau pengguna. Untuk mendefinisikan kebutuhan tersebut, umumnya sudah ada data awal yang berfungsi sebagai data masukan untuk proses perancangan. Data itu dapat berupa besar daya yang ditransmisikan dari mesin penggerak, putaran mesin pengerak ataupun dimensi ruangan yang tersedia untuk penempatan transmisi tersebut. b. Perumusan masalah. Harus mencakup seluruh rincian spesifikasi tentang sesuatu yang akan direncanakan. Perincian tersebut mencakup sejumlah data masukan dan keluaran dari proses perancangan dan semua batasan-batasan atas besaran yang berkaitan dengan hal tersebut. Spesifikasi
  • 9. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) dapat berupa jenis roda gigi, dimensi roda gigi, taksiran umur, batas temperatur operasi, keandalan, kecepatan/putaran, kapasitas (kemampuan mentransmisikan daya), material roda gigi, pelumas yang kan dipakai, dimensi ruang dan lain-lain. Perancang harus dapat merumuskan dengan jelas spesifikasi yang akan direncanakan. Dalam merumuskan spesifikasi yang direncanakan seorang perancang harus memperhatikan batasan-batasan atau kendala yang ada pada proses perancangan. Batasan dalam perancangan roda gigi dapat berupa dimensi ruang yang tersedia untuk penempatan transmisi, material roda gigi yang tersedia, proses atau fasilitas manufaktur roda gigi yang tersedia, stadarisasi permesinan dipasaran maupun besar biaya yang tersedia. Dengan adanya perumusan spesifikasi yang diinginkan dan keberadaan batasan-batasan dalam proses perancangan maka akan menghasilkan beberapa solusi. Dalam perancangan roda gigi, solusi yang diperoleh umumnya berupa sistem transmisi roda gigi yang berisikan jenis roda gigi, dimensi roda gigi, material roda gigi, data operasional, pelumas dan lain-lain. c. Tahap sintesa. Merupakan solusi optimum dari sistem transmisi yang berasal dari solusi-solusi yang didapatkan dari tahap sebelumnya. Penilaian atau evaluasi atas solusi ini dilakukan dengan proses analisis dan optimasi. Analisis dan optimasi dilakukan untuk menguji solusi yang didapat dari proses sintesa apakah solusi tersebut berdaya guna dengan baik sesuai spesifikasi yang direncanakan. Jika solusi yang didapat sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan maka proses selanjutnya adalah evaluasi hasil rancangan. Tetapi jika tidak sesuai dengan harapan atau tidak sesuai spesifikasi yang direncanakan maka solusi ini gagal dan harus kembali ke tahap perancangan sebelumnya. d. Proses kembali ke tahap sebelumnya. Dapat berupa tahap sintesa, yaitu mencoba dengan solusi yang lain kemudian diuji dengan proses analisis dan optimasi. Dapat juga tahap sebelumnya adalah tahap perumusan masalah dengan cara merubah spesifikasi yang diinginkan, sehingga akan mendapatkan solusi-solusi baru. Tetapi jika proses tersebut masih gagal maka kembali ke proses awal perancangan dengan kemungkinan perlu merubah definisi kebutuhan.
  • 10. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) e. Tahap evaluasi. Dilakukan untuk solusi yang lolos dari proses iterasi. Jika tahap sebelumnya proses perancangan lebih banyak dilakukan diatas kertas, tetapi evaluasi biasanya dilakukan berupa proses pengujian hasil perancangan (kaji eksperimental), sehinga umumnya diperlukan pembuatan suatu prototip. Jika dalam pengujian ternyata gagal maka proses perancangan kembali ke tahap sebelumnya. Jenis kegagalan saat pengujian akan menunjukkan ke tahap mana proses perancangan akan kembali. Tahap evaluasi umumnya membutuhkan biaya yang besar, karena dilakukannya proses pengujian. Untuk memperkecil kegagalan saat tahap evaluasi maka sebaiknya dalam proses perancangan lebih banyak mengacu pada data-data hasil pengujian yang cukup lengkap akan sangat membantu dalam usaha memperkecil kegagalan dalam tahap evaluasi. f. Tahap penyajian. Merupakan tahap akhir dari proses perancangan. Tahap penyajian dapat berupa data lisan, data tertulis atau data grafis (gambar). Seorang perancang yang baik akan dapat menyampaikan hasil rancangan yang komunikatif sesuai dengan keperluan. Metode penyajian yang baik akan sangat membantu perancang untuk menjelaskan dan meyakinkan penguna hasil rancangan (G. Richard Budynas J. Keith Nisbett, 2012). 5. Faktor keamanan. Faktor keamanan (safety factor) adalah faktor yang dipakai untuk mengevaluasi keamanan dari suatu obyek. Faktor keamanan secara kuantitatif adalah perbandingan harga parameter spesifikasi obyek yang dirancang dibagi dengan parameter spesifikasi obyek pada kondisi kritis. Parameter tersebut merupakan besaran yang secara langsung menyatakan tingkat keamanan obyek, sehinga dalam perancangan harga faktor keamanan berharga lebih dari satu. Kondisi kritis pada obyek adalah kondisi yang menyatakan batas dari obyek tersebut antara aman dan tidak aman dan sering disebut dengan margin of safety. Faktor keamanan yang lebih besar dari satu dapat dipastikan bahwa secara ideal obyek tersebut dalam penggunaanya selalu dalam kondisi aman. Dalam konteks yang lain kadang-kadang istilah faktor perancangan (design factor) lebih disukai daripada dengan memakai istilah faktor keamanan (G. Richard Budynas J. Keith Nisbett, 2012).
  • 11. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) 6. Kode dan standar. Standar adalah beberapa spesifikasi dari bagian, material dan proses yang dimaksudkan untuk mencapai keseragaman, efisiensi dan kualitas obyek. Standar diperlukan agar terdapat kesesuaian antara pihak pengguna dan pembuat obyek tersebut. Kode adalah hasil penandaan dari beberapa hal seperti spesifikasi, desain, pembuatan dan pembangunan suatu obyek. Tujuan diberi kode adalah untuk menyatakan tingkat kemanan, efisiensi, performasi (unjuk kerja) dan kualitas. Ada beberapa organisasi yang memberikan standar dan kode (G. Richard Budynas J. Keith Nisbett, 2012). Berikut contoh standar dan kode : a) American Gear Manufacturing Association (AGMA) b) American Society of Mechanical Engineering (ASME) c) American Society of Testing Method (ASTM) d) British Standards Institution (BSI) e) International Standards Organization (ISO) f) Japanese Industrial Standards (JIS) a) American Gear Manufacturing Association (AGMA). AGMA (American Gear Manufacturing Association) adalah organisasi yang mengembangkan dan menerbitkan standar-standar, termasuk standar pembuatan roda gigi. Kantor pusat AGMA berada di Alexandria Amerika Serikat. Standar AGMA digunakan lebih dari 30 negara ( 450 perusahaan). AGMA juga berfungsi sebagai administrator untuk TAG AS (Amerika Serikat Technical Advisory Group) ke ISO/TC 14 dan 60 (Organisasi Internasional untuk Standardisasi Komite/Teknis). Menurut AGMA Standar kekerasan permukaan roda gigi adalah sekitar 50 - 60 HRC. b) American Society of Testing Method (ASTM). ASTM Internasional merupakan organisasi internasional yang mengembangkan standar - standar seperti pada material, produk, sistem dan jasa. ASTM Internasional berpusat di Amerika Serikat dan dibentuk pertama kali pada tahun 1898 oleh sekelompok insiyur dan ilmuwan untuk megatasi bahan baku besi pada spesimen roda gigi yang selalu bermasalah. Sekarang ASTM
  • 12. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) memiliki 12.000 buah standar dan standar ASTM banyak digunakan di negara-negara maju maupun berkembang sebagai acuan dalam penelitian akademisi maupun industri. 7 Pembuatan roda gigi menggunakan mesin milling. Roda gigi spur, roda gigi helical dan roda gigi cacing dapat dibuat menggunakan mesin milling, dimana cutter yang dipakai harus sesuai dengan ukuran profil gigi yang akan dibuat. Mesin milling memerlukan pisau potong khusus untuk membuat roda gigi dengan jumlah gigi sesuai dengan permintaan. Tingkat produksi menggunakan mesin milling lebih rendah dari pada mengunakan mesin hobbing, namun menggunakan mesin milling memiliki keuntungan yaitu tanpa memerlukan alat khusus untuk memotong pada saat memproduksi roda gigi dengan jumlah yang terbatas. Mesin milling konvensional dilengkapi dengan kepala membagi yang berfungsi untuk membuat roda gigi. Selain ukuran lubang cutter yang cocok untuk diametral pitch, ada delapan urutan angka spesifikasi pisau potong (cutter). Setiap nomor cutter yang spesifik adalah khusus untuk berbagai jumlah gigi sesuai dengan urutan nomornya (Davis, 2005). Contoh gambar pisau potong dapat dilihat pada Ganbar 2.4. Gambar 4 Pisau potong untuk mesin milling (Davis, 2005). 8 Pembuatan roda gigi menggunakan mesin Hobbing. Proses hobbing adalah suatu proses pemotongan pada pembuatan roda gigi dan rack dengan menggunakan alat potong (cutter) yang berbentuk seperti cacing. Sumbu hob-nya harus diputar sejauh sudut penuntun untuk memotong gigi dalam pembuatan roda gigi lurus. Gigi yang
  • 13. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) dibentuk oleh hob mempunyai sedikit perbedaan bentuk jika dibandingkan dengan hasil pemotongan pada pembuatan rack. Hob dan benda kerja harus berputar sesuai dengan perbandingan kecepatan sudut yang tepat. Secara bertahap Hob berputar dan bergerak mendekati benda kerja sampai semua gigi selesai terpotong (Davis, 2005). Proses hobbing dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Proses pembuatan roda gigi (Davis, 2005). Tabel 9 Data – Data Penting yang Perlu dipersiapkan untuk proses Pembuatan roda gigi (Dimitriou & Antoniadis, 2009). Input Data Hob Geometry Workgear Geometry Cutting Conditions m : Module (mm) m : Module (mm) fa : axial feed [mm/wrev] ni : number of columns Z2 : number of teeth t : depth of cut [mm] Z1 : number of hub origins ha : helix angel [deg] V : cutting speed [m/min] dh : outside diameter [mm] dg : outside diameter [mm]
  • 14. Dili Institute of Technology | Natalino Fonseca (2020) Pada umumnya proses gerakan pahat pada roda gigi hobbing adalah : a). Gerak rotasi dari gear blank, b) Gerak rotasi dari cutter hobbing, c) Gerak vertikal dari cutter hobbing. Gambar 6 Pergerakan cutter pada pembuatan roda gigi (Dimitriou & Antoniadis, 2009).