LA BATTAGLIA DELLE IDEE: QUEI GIOVANI IMPRENDITORI VERSO IL FUTURO - Retrò On...Luca Bellardini
A Milano il 18 marzo, "La battaglia delle idee" è un evento innovativo - promosso da Ninja Marketing e Fondazione Kaufmann - che coniuga musica e business.
(articolo per Retrò Online)
Visualizing the Transcribe Bentham Corpus
Frédérique Mélanie, Estelle Tieberghien, Pablo Ruiz Fabo,
Thierry Poibeau
LATTICE Lab: ENS – CNRS – U Paris 3, PSL – USPC
Tim Causer, Melissa Terras
UCL Bentham Project, UCL Digital Humanities
UCLDH Seminar, December 2016
Did you know that the average new client retention is only 35%, a shortcoming of over half to the ideal of 60-80%?! Take this class with Millennium's Assistant Learning Manager, Irena Mena, to learn 5 simple ways you can increase your customer retention and improve your bottom line!
Filsafat Pendidikan Islam, Terminologi dan Ruang Lingkupnya.pptpremanilmu1
________________________________________
1. Ontologi, Epistimologi, Aksiologi Filsafat Pendidikan Islam Pendidikan Biologi IAIN Raden Intan Lampung Dr. AndiThahir, S.Pt,S.Psi,M.A
2. Kompetensi Pembelajaran • Mahasiswa mendeskripsikan hakikat ontologi • Mendeskripsikan bidang kajian Ontologi • Implikasi Ontologi dalam dunia pendidikan • Mahasiswa mendeskripsikan hakikat pengetahuan • Mendeskripsikan teori-teori ilmu pengetahuan • Mengidentifikasi pendekatan dan metode memperoleh ilmu pengetahuan • Mahasiswa mendeskripsikan hakikat makna nilai • Mengidentifikasi macam-macam nilai dalam kehidupan manusia
3. Sistematika Filsafat • Al-Jarnuzi Ontologi Epistemologi A k s i o l o g i Adapun Bidang-bidang kajian/sistimatika filsafat antara lain adalah : Bidang filsafat yang meneliti hakikat wujud/ada (on = being/ada; logos = pemikiran/ ilmu/teori). Filsafat yang menyelidiki tentang sumber, syarat serta proses terjadinya pengetahuan (episteme = pengetahuan/knowledge; logos = ilmu/teori/pemikiran) Bidang filsafat yang menelaah tentang hakikat nilai-nilai (axios = value; logos = teori/ilmu/pemikiran)
4. Tiga pernyataan yang dikemukakan oleh Immanuel Kant: • Apa yang dapat saya ketahui ? • Apa yang dapat saya harapkan ? • Apa yang dapat saya lakukan ? • ketiga pertanyaan tersebut menghasilkan tiga wilayah besar filsafat yaitu wilayah pengetahuan, wilayah ada, dan wilayah nilai. Ketiga wilayah besar tersebut kemudian dibagi lagi kedlm wilayah-wilayah bagian yang lebih spesifik. • Wilayah nilai mencakup nilai etika (kebaikan) dan nilai estetika (keindahan), • wilayah Ada dikelompokan ke dalam Ontologi dan Metafisika, dan • wilayah pengetahuan dibagi ke dalam empat wilayah yaitu filsafat Ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Logika.
5. ONTOLOGI PENDIDIKAN ISLAM Bidang filsafat yang meneliti hakikat wujud/ada: on = being/ada; logos = pemikiran/ ilmu/teori
6. ONTOLOGI PENDIDIKAN ISLAM Kalau kita membicarakan ilmu hakikat ini sangat luas, apakah hakikat dibalik alam nyata ini, menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang terbatas oleh panca indera kita. Hakikat ialah realitas, realitas ialah ke-real-an, real yakni kenyataan yang sebenarnya, kenyataan yang sesungguhnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukanlah keadaan yang sementara atau keadaan yang menipu, bukan pula keadaan yang berubah dan bukan sesuatu yang fatamorgana. Jadi, ontologi pendidikan adalah menyelami hakikat dari pendidikan Islam, kenyataan dalam pendidikan Islam dengan segala pola organisasi yang melingkupinya:
7. ONTOLOGI PENDIDIKAN ISLAM • Hakikat Pendidikan Islam dan Ilmu Pendidikan Islam • Hakikat Tujuan Pendidikan Islam • Hakikat Manusia Sebagai Subjek Pendidikan (Pendidik dan Peserta Didik) • Hakikat Kurikulum Pendidikan Islam
8. EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM Pengertian dan Ruang Lingkup Epitemologi • Apa sebenarnya epistemologi itu? Dari beberapa literatur dapat disebutkan bahwa Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetah
Masing-masing kita memiliki pemahaman yang berbeda mengenai apa itu prestasi. Jika prestasi itu bernilai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, kenapa harus ragu untuk mengejarnya.
Tugas Makalah Metodologi Study Islam- Model Penelitian Tasawuf
Dosen pembimbing Bapak Kutbuddin Aibak, M. HI
Oleh:
Asma'ul Khusna
Eva Tri Setyowati
STAIN Tulungagung 2011
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. “DAKWAH DAN UNSUR-UNSURNYA”
Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Jauharotul Farida,Dra.Hj.,M.Ag.
Disusun oleh :
1. Umi Fatmah (131311116)
2. Akhlia Chairani (131311124)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
1
2. A. LATAR BELAKANG
Sebelum memasuki materi lebih dahulu kita mengetahui apa pengertian
dakwah itu. Dan dalam pengertian dakwah sudah disampaikan oleh makalah yang
lain, setidaknya dalam makalah ini akan di artikan apa pengertian dakwah itu.
Dakwah adalah upaya untuk mengajak manusia kepada agama Allah dengan
segala petunjuk-petunjuk-Nya, yakni agama Islam. Dengan tujuan untuk
kebahagiaan manusia, baik dalam kehidupan didunia sekarang ini, maupun dalam
kehidupan di akhirat nanti.
Dari pengertian dahwah tersebut maka kegiatan dakwah Islam tidak bisa
dipisahkan dari tumbuh dan berkembangnya Islam sebagai agama yang dianut
oleh penganutnya. Dalam makalah akan dibahas unsur-unsur dakwah itu seperti
apa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam dakwah?
C. TUJUAN MAKALAH
Dalam makalah ini tujuan nya adalah
1. Untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur dakwah ?
2
3. PEMBAHASAN
A. UNSUR-UNSUR DAKWAH
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap
kegiatan dakwah. Dalam proses kegiatan itu banyak unsur yang terlibat, baik yang
secara langsung mempengaruhi jalannya proses Islamisasi tersebut maupun secara
tidak langsung dapat menghambat jalannya proses Islamisasi kepada individu,
kelompok maupun masyarakat. Pokok-pokok yang harus ada dalam setiap
kegiatan da’wah paling tidak terdapat 3 (tiga) unsur penentu sehingga proses
da’wah itu dapat berlangsung yaitu Da’i (subyek dakwah), Mad’u (obyek da’wah)
dan Maadatu al-Da’wah (materi da’wah). Sedangkan unsur-unsur lainya yang
juga dapat mempengaruhi proses da’wah antara lain: wasaailu Al-Da’wah (media
da’wah), Kaifiyatu Ad Da’wah/Toriqotu Ad-Da’wah (metode da’wah), Atsar
(efek da’wah), Ghoyatul al-Da’wah (tujuan da’wah) dan lain-lainnya.
Bagan unsur dakwah dalam proses dakwah
Tujuan dakwah feedback
Da’i maudu uslub media
mad’u
(materi dakwah) (metode dakwah) (wasilah)
3
4. Konteks dakwah
1. Da’i (pelaku Dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun
perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
organisasi/lembaga.
Nasarudin Latief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim dan muslimat yang
menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah
adalah wa’ad, mubaligh mustama’ain (juru penerang) yang menyeru, mengajak,
memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam.1
Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam
semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan
solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang
dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah
dan tidak melenceng.2
Oleh karena itu da’i ataupun mubaligh haruslah memiliki beberapa persyaratan
yang merupakan sifat yang dituntut kepadanya baik da’i yang melaksanakan
da’wahnya secara munfarid/individual maupun da’i yang melaksanakan
da’wahnya secara jama’ah/terorganisasikan.
Syekh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin mengatakan antara
lain:
1 H.M.S. Nasarudin Latief, Op.cit., hlm.20.
2 Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qordhowi Harmoni antara Kelembutan dan
Ketegasan, [Jakarta: Pustaka Al- Kautsar,1997],hlm.18.
4
5. Da’i harus memiliki sifat keutamaan dan sifat kesempurnaan, Diantara sifat-sifat
tersebut adalah :
a) Mengetahui secukupnya tentang Al-Qur’an, As-Sunnah hukum-hukum,
rahasia-rahasia tasyir’, perihidup Rasulullah dan jejak langkah
Khulafaurrasidin dan salafusshalih.
b) Mengamalkan ilmunya sehingga tidak bertentangan perbuatannya dengan
perkataannya, lahirnya dengan batinnya.
c) Berwira dan tidak berharap apa yang ada pada tangan orang lain.
d) Memiliki ilmu pengetahuan yang menjadi alat kelengkapan dalam
berda’wah.
e) Sopan dan berbuat mulia.
Adapun sifat-sifat kesempurnaan da’i itu antara lain adalah :
a) Bersifat warn’ yaitu menjaga diri dari subhat dan menjauhkan diri dari
tempat-tempat yang dapat menimbulkan syakwa sangka, tuduhan, dan
prasangka.
b) Berbudi pekerti dengan sifat-sifat yang terpuji.
c) Mencintai tugas kewajibannya dan melaksanakannya dengan penuh
ketaatan kepada Allah.
2. Mad’u (Penerima Dakwah)
Mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima
dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang
beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.
Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak
mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah
5
6. beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam, dan ihsan.
Secara umum Al-Qur’an menjelaskan ada tiga tipe mad’u, yaitu: mukmin,
kafir, dan munafik.3 Dari ketiga klasifikasi besar ini, mad’u kemudian
dikelompokkan lagi dalam berbagai macam pengelompokan, misalnya, orang
mukmin dibagi menjadi tiga, yaitu: dzalim linafsih, muqtashid, dan sabiqun
bilkhairat. Kafir bisa di bagi menjadi kafir zimmi dan kafir harbi. Mad’u atau
mitra dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu,
menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri dari
aspek profesi, ekonomi, dan seterusnya.
Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir
secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.
2. Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir
secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian
yang tinggi.
3. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang
membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak
mampu membahasnya secara mendalam.
Shalahuddin Sanusi dalam bukunya “Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip
Da’wah Islam” mengelompokkan mad’u/penerima dakwah itu menurut aspek-aspek:
1. Biologis : Dari segi biologis struktur masyarakat dapat dibagi kepada :
menurut jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan, menurut umur
yaitu anak-anak, pemuda dan orang tua.
2. Geopraphia : Secara geografi masyarakat digolongkan kepada
masyarakat desa dan masyarakat Kota.
3 Lihat.QS.al-Baqarah 2:20.
6
7. 3. Ekonomi : Masyarakat dapat digolongkan menurut keadaan
perekonomian, tingkat kekayaan dan pendapatnya kepada orang kaya,
orang sedang dan orang miskin.
3. Maddah/Maadatu al-Da’wah (Materi Dakwah)
Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada
mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah adalah ajaran
Islam itu sendiri. Ajaran yang dibawa Rasul itu sendiri tidak lain adalah Al-Islam
sebagai suatu agama, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab
ayat 45-46 yang berbunyi :
“Hai Nabi kami mengutus engkau sebagai saksi atas umat dan memberi kabar
gembira dan kabar takut. Dan untuk menyeru manusia kepada Agama Allah
dengan izin-Nya, serta menjadi pelita yang menerangi”4
Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat pokok,
yaitu
1. Masalah akidah (keimanan)
Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiyah. Aspek
akidah ini yang akan membantu moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang
pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau
keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah ini mempunyai ciri-ciri
yang membedakannya dengan kepercayaan agama lain:
a. Keterbukaan melalui persaksian (syahadat) dengan demikian, seorang
muslim harus selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas
keagamaan orang lain.
b. Cakrawala pedagang yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah
adalah Tuhan seluruh alam, bukan Tuhan kelompok atau bangsa tertentu.
4 Lihat surat Al-Ahzab ayat 45-46
7
8. Dan soal kemanusiaan juga diperkenalkan kesatuan asal usul manusia.
Kejelasan dan kesederhanaan diartikan bahwa selalu ajaran akidah baik
soal ketuhanan, kerasulaan, atau pun alam gaib sangat mudah untuk
dipahami.
c. Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan.
Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman di
padukan dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian seseorang
dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju kepada kesejahteraannya.
Karena akidah memiliki keterlibatan dengan soal-soal kemasyarakatan.
2. Masalah syariah
Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradapan dalam pengertian
bahwa ia ketika tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkkan
dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syariah merupakan sumber yang
melahirkan peradaban Islam, yang melestarikan dan melindunginya sejarah.
Syariah inilah yang menjadi kekuatan peradaban-peradaban dan di kalangan kaum
muslimin.
Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat
Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisah dari kehidupan umat Islam
diberbagai penjuru dunia dan sekaligaus merupakan hal yang patuh
dibanggaklkan. Kelebihan dari syariah antara lain, adalah bahwa ia tidak dimiliki
oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak
umat muslim dan non muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan
adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna.
3. Masalah mu’amalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah lebih besar
porsinya dari pada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek
kehidupan sosial dari pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang
8
9. menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah
dalam mu’amalah disini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan
dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. cakupan aspek
mu’amalah jauh lebih luas dari pada ibadah. Statement ini dapat dipahami dengan
alasan:
a. Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits mencakup proporsi terbesar sumber
hukum yang berkaitan dengan urusan mu’amalah.
b. Ibadah yang mengandung segi kemasyaratakan diberi ganjaran lebih
besar dari pad ibadah yang bersifat perorangan. Jika urusan ibadah
dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar tantangan
tertentu, maka kafarat-Nya (tebusannya) adalah melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan mu’amalah. Sebaliknya, jika orang tidak baik dalam
urusan mu’amalah, maka urusan ibadah tidak dapat menutupinya.
c. Melakukan amal baik dal;am bidang kemasyarakatan mendapatkan
ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah.
4. Masalah Akhlak
Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jama’ dari “khuluqun”
yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabiat. Kalimat-kalimat
tersebut memiliki segi-segi persamaan dengan perkataan “khuluqun” yang berarti
kejadian, serta erat hubungannya dengan kholiq yang berarti pencipta, dan
“makhluq” yang berarti yang diciptakan.
Sedangkan secara terminologi, pembahasaan akhlak berkaitan dengan masalah
tabiat atau kondisi temperatur batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Ilmu
akhlak bagi al-farabi, tidak lain dari bahasa tentang keutamaan-keutamaan yang
dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu
kebahagiaan, dan tentang berbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat
merintangi usaha pencapaian tujuan tersebut.5
5 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam,[Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve,2002],hlm.190.
9
10. 4. Wasila/ Wasaailu Al-Da’wah (Media Dakwah)
Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan
materi dakwah (ajaran islam) kepada mad’u. Untuk menyampaikan ajaran Islam
kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah.
Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang dapat
merangsang indera-indera manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk
menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai semakin
efektif pula upaya pemahaman ajaran islam pada masyarakat yang menjadi
sasaran dakwah.6
Hamzah, ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan,
tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.
a. Dakwah melalui saluran lisan adalah media dakwah yang paling
sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini
dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan
sebagainya. dalam realisasinya da’wah secara lisan dapat bersifat khusus
dan dapat pula bersifat umum. Dakwah yang bersifat khusus pada
prakteknya adalah da’wah yang memang secara khusus kegiatannya
untuk da’wah. Seperti : Pengajian, kuliah dan sebagainya. sedangkan
da’wah yang bersifat umum adalah suatu bentuk kegiatan yang
dilaksanakan bukan semata-mata untuk da’wah akan tetapi kegiatan
umum, namun dalam beberapa acara atau, bagiannya diselingi dengan
pesan-pesan dakwah.
b. Dakwah melalui saluran tertulis adalah kegiatan da’wah yang dilakukan
melalui tulisan-tulisan. Jangkauan yang dapat diperoleh oleh da’wah
dengan media tulis ini lebih luas dari pada memakai media lisan.
Kegiatan dakwah secara tertulis ini dapat dilakukan melalui tulisan,
6 http://chochoviq.blogsot.com/2013/04/pengertian-dan-unsur-unsur-dakwah.html. diakses
tanggal 2 april 2014 pukul 18:56
10
11. buku, majalah, surat kabar, surat-menyurat (korespondensi), spanduk,
dan sebagainya.
c. Dakwah melalui saluran lukisan (visual) adalah kegiatan da’wah yang di
lakukan dengan melalui alat-alat yang dapat dilihat oleh mata manusia
atau bisa ditata dalam menikmatinya. Alat-alat visual ini dapat berupa
kegiatan pentas pantonim, seni lukis , seni ukir, kaligrafi dan sebagainya.
d. Dakwah melalui alat-alat Audiovisual adalah media dakwah yang dapat
merangsang indra pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti
televisi, film slide, OHP, Internet, dan sebagainya.
e. Akhlak, adalah media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan
didengarkan oleh mad’u.
5. Kaifiyatu ad- Dakwah / Thariqatu Ad-Da’wah (Metode Dakwah)
Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian
“sesuatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk
mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”.7
Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran Islam disebutkan bahwa metode
adalah “suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran
ilmiah”.8 Dengan kaitanya dengan pengajaran ajarar Islam, maka pembahasan
selalu berkaitan dengan hakikat penyampaian materi kepada peserta didik agar
dapat diterima dan dicerna dengan baik.
Metode dakwah ialah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan
dakwah, metode sangat penting perannya, karena suatu pesan walaupun baik,
tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja
7 M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, [Jakarta: Wijaya, 1992], Cet.1,hlm.160.
8 Soeleman Yusuf, Slamet Soesanto, Pengantar Sosial,[Surabaya: Usaha Nasional,1981],hlm.38.
11
12. ditolak oleh si penerima pesan.
Secara garis besar ada tiga pokok metode (thariqah) dakwah, yaitu:
a. Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan
kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan
mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya,
mereka tidak lagi terpaksa atau keberatan.
b. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberiokan nasihat-nasihat
atau menyampaikana ajaran Islam dengan kasih sayang, sehingga
nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati
mereka.
c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar
pikiran dan membantah dengan cara ynag sebaik-baiknya dengan tidak
memberikan tekanan-tekanan yang membeeratkan komunitas yng
menjadi sasaran dakwah.
6. Atsar (Efek) Dakwah
Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika
dakwah telah dilakukan seseorang da’i dengan materi dakwah, wasilah, dan
thariqah tertentu, maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad’u
(penerima dakwah).
Atsar (efek) sering disebut dengan feedback (umpan balik) dari proses dakwah
ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Kebanyakan
mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah
dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah
dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan
kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan
12
13. terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat
dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan
penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya (corrective action). Demikian
juga stratehi dakwah termaksud didalam penentuan unsur-unsur dakwah yang
dianggap baik dapat ditinggalkan.
7. Ghayatu al Dakwah (Tujuan Dakwah)
Ghayatul al Dakwah / tujuan akhir dakwah atau Ultimate Goal Dakwah adalah
suatu nilai akhir ideal yang ingin dicapai dalam keseluruhan aktifitas dakwah.
Nilai akhir dakwah yang ingin diwujudkan ialah terwujudnya insan pribadi dan
masyarakat yang berpola pikir, berpola sikap dan berpola perilaku sesuai ajaran
Islam dalam kehidupannya sehingga akan memperoleh kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Kegiatan dakwah adalah kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan
sehingga memerlukan sinergi dalam pelaksanaannya melalui aktifitas dakwahnya
secara sendiri-sendiri. Tujuan dakwah merupakan arah dan pedoman yang harus
dituju oleh setiap pelaksana dakwah dan harus dijadikan fokus utama dari setiap
pencapaian tujuan antara : dengan demikian walaupun pelaksanaan kegiatan
dakwah berbeda-beda baik segi waktu, pelaksana, tempat dan lainnya akan tetapi
arah dan capaiannya dapat terintegrasi.
Namun demikian tetap diperlukan komunikasi dan koordinasi dari setiap
pelaksana dakwah : baik perorangan maupun organisasi dakwah dalam setiap
aktifitas dakwahnya agar dapat dijadikan sebagai pijakan kebijakan dakwah masa-masa
yang akan datang.
Terkait dengan tujuan da’wah adalah perlunya melakukan pengendalian dalam
setiap upaya pelaksanaan da’wah yaitu memperhatikan sejauh mana
dampak/akibat da’wah yang ditimbulkan dari setiap aktivitas tersebut atau dengan
kata lain sejauh mana feed back/umpan balik atau atsar da’wah. Selama ini jarang
13
14. para aktifis da’wah memperhatikan apalagi mencermati dengan seksama tentang
umpan balik/atsar da’wah yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan da’wah pada
setiap event-nya; yang bisa dilakukan baru sampai pada tahapan evaluasi secara
gradual garis besarnya saja. Pengamatan dan pencermatan terhadap umpan balik
da’wah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan evaluasi sekaligus untuk
perbaikan rencana dakwah yang akan dilakukan dimasa yang akan datang
berdasarkan realitas mad’u dan capaian dakwah diwaktu yang berlalu.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas yang sudah dijelaskan maka terdapat simpulan dimana
kegiatan da’wah itu pasti dibutuhkan unsur-unsur dalam da’wah, karena nya
jalannya proses da’wah itu baik secara langsung maupun tidak langsung akan
berhasil kalau ada nya unsur-unsur da’wah.
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap
kegiatan dakwah. Unsur-unsur da’wah ada beberapa macam yaitu :
1. Da’i (pelaku dakwah)
2. Mad’u (mitra/obyek dakwah)
3. Maddah/Maadatu al-Da’wah (Materi Dakwah)
4. Wasila/ Wasaailu Al-Da’wah (Media Dakwah)
5. Kaifiyatu ad- Dakwah / Thariqatu Ad-Da’wah (Metode Dakwah)
6. Atsar (efek dakwah)
7. Ghoyatul al-da’wah (tujuan da’wah)
14
15. B. SARAN
Demikian makalah ini penulis susun, penulis menyadari bahwa dalam makalah
ini tentunya masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun segi tata
bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan guna evaluasi kedepannya. Semoga dibalik ketidaksempurnaan yang
ada, makalah ini tetap dapat memberikan manfaat yang baik bagi kita semua,
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nabiry, Fathul Bahri, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i,
Amzah, Jakarta, 1990.
As, Enjang, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Widya Padjadjaran, Bandung, 1989.
Kusnawan, Aep. Dimensi Ilmu Dakwah , Widya Padjadjaran, Bandung, 1994.
Munir, Muhammad Dkk, Manajemen Dakwah, Prenada Media Group, Jakarta,
2012
http://chochoviq.blogspot.com/2013/04/pengertian-dan-unsur-unsur-dakwah.html.
diakses tanggal 2 april 2014 pukul 18:56
15