Participatory Action Research (PAR) adalah metode riset yang dilaksanakan secara partisipatif di antara warga masyarakat dalam suatu komunitas arus bawah yang semangatnya untuk mendorong terjadinya aksi-aksi transformatif melakukan pembebasan masyarakat dari belenggu ideologi dan relasi kekuasan (perubaha
n kondisi hidup yang lebih baik).
PAR merupakan kegiatan riset yang berbeda dengan metode penelitian ilmiah lainnya yang biasa dilakukan oleh para akademisi, lembaga survey, dll.
Di dalam metode penelitian ilmiah pada umumnya seorang researcher menjadikan suatu kelompok masyarakat hanya sebagai objek yang diteliti untuk mendapatkan suatu inti permasalahan tanpa memberikan perubahan (transformasi) nilai di dalam
suatu masyarakat tersebut.
Participatory Action Research (PAR) adalah metode riset yang dilaksanakan secara partisipatif di antara warga masyarakat dalam suatu komunitas arus bawah yang semangatnya untuk mendorong terjadinya aksi-aksi transformatif melakukan pembebasan masyarakat dari belenggu ideologi dan relasi kekuasan (perubaha
n kondisi hidup yang lebih baik).
PAR merupakan kegiatan riset yang berbeda dengan metode penelitian ilmiah lainnya yang biasa dilakukan oleh para akademisi, lembaga survey, dll.
Di dalam metode penelitian ilmiah pada umumnya seorang researcher menjadikan suatu kelompok masyarakat hanya sebagai objek yang diteliti untuk mendapatkan suatu inti permasalahan tanpa memberikan perubahan (transformasi) nilai di dalam
suatu masyarakat tersebut.
Presentation on Advocacy and Leadership Capacity Strengthening Program for Youth Politics South Sulawesi, conducted by IRI on 13-14 August 2011 at Makassar, South Sulawesi-Indonesia.
This presentation about Aceh lesson learn from CSO side on advocacy process that have been conducted by local CSO during process recovery after tsunami 2004 and lesson learn of CSO activity to advocacy LoGA.
Kaki Langit | Rumah Pengetahuan Masyarakat SipilTeuku Ardiansyah
Kaki Langit merupakan inisiatif yang dikembangkan oleh Katahati Institute sebagai sebuah wadah pengelolaan pengetahuan masyarakat sipil Aceh. Berbagai praktis yang telah dihasilkan akan dikelola dengan pendekatan berbasis kekuatan.
Rangkaian diskusi terfokus, serial seminar, program pertukaran pengetahuan, hingga peer learning merupakan metode belajar yang akan dikembangkan dalam Lingkar Belajar kami, termasuk menyelenggarakan Promosi Tokoh Inspirasi Aceh untuk dunia.
Kaki Langit terbuka bagi berbagai pihak yang ingin mempelajari, memperkuat, hingga mempromosikan berbagai praktis yang ada. Kami juga bersedia mengelola berbagai pembelajaran yang ada untuk pembangunan Aceh yang berkelanjutan.
Kunjungi kami di
Jl. Tgk. Di Blang No. 72A
Kp. Mulia-Kec. Kuta Alam,
Banda Aceh
kakilangit.id
katahati.or.id
1. Siapa aku sebagai warga Negara Indonesia dan peranan dalam membela Negara
2. Dalam pendapatmu bagaimana cara pemecahannya konflik antar suku
3. Menurut pendapat kamu pelanggaran HAM di Indonesia apa sudah sampai pada titik yang paling kritis dan bagaimana menghadapinya
4. Bagaimana sebaliknya strategi politik nasional kedepannya
Konflik adalah proses sosial antara dua orang atau lebih (kelompok) yang salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dg menghancurkan/membuat tak berdaya
ini adalah sedikut cuatan tentang managemen aksi yang kerap dilakukan oleh seorang mahasiswa semoga menjadi pencerayham untuk banyak kalangan baik mahasiswa masrakat atau pemerintahan yang ada di negara NKRI karena sesuai dengan pembukaan uud 45
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
2. Konflik dan Kekerasan
Konflik terjadi di setiap aras, di dalam dan di
antara individu, komunitas, negara dan
budaya. Konflik bersifat alami. Konflik
dialami oleh orang dari berbagai latar
belakang, budaya, kelas, kebangsaan,
umur dan jender setiap hari. Yang paling
penting bukanlah apakah konflik itu baik
atau buruk tetapi adalah bagaimana kita
menghadapinya (Brand Jacobsen, 2005).
3. Konflik
adalah keniscayaan dalam
kehidupan sosial
Konflik memerlukan pengelolaan yang
tepat
Perlu menghentikan dan mencegah
konflik menjadi kekerasan
4. Tipe-tipe konflik
Konflik oleh karena kepentingan atau
kebutuhan yang berbeda
Konflik karena hubungan social
Konflik struktural
Konflik identitas
5. Rasa Tidak Aman
Orang cenderung mencari rasa aman ketika
beberapa kondisi di bawah ini terjadi:
Institusi negara lemah
kapasitas kelembagaan lemah
Pecah konflik
Mekanisme pengelolaan yang membawa
krisis legitimasi negara
6. Ketimpangan
Ketimpangan dapat dipandang dari berbagai
dimensi, diantaranya: partisipasi politik, asset
ekonomi, pendapatan, angkatan kerja,
pendidikan
Ketimpangan disuarakan di antara kelompok
yang memiliki karakteristik berbeda seperti etnik,
agama atau ras. Ketimpangan dalam kondisi
tertentu berpengaruh pada kelompok yang
paling rentan khususnya perempuan dan anak-
anak.
7. Akar Kekerasan
Ada empat faktor yang secara umum
menjadi penyebab kekerasan
Ada sifat bawaan dalam sistem negara
secara internasional
Budaya kekerasan yang dominant
Keyakinan bahwa kekerasan tidak bisa
dihindari
Empat variable kunci: rasa tidak aman,
ketimpangan, kepentingan yang bersifat
pribadi, persepsi
8. Tipe-tipe yang menonjol
dari Kekerasan
Kekerasan Langsung yang menggunakan
kekuatan ( mis: senjata kimia, biologi, nuklir)
oleh negara atau kelompok untuk mencapai
tujuan mereka ( baik ideology, budaya, atau
ekonomi maupun politik)
Kekerasan Struktural yang berlangsung
melalui kebijakan institusional dan praktek
prosedural yang menciptakan ketidak adilan,
peminggiran hingga mencederai orang.
9. Hubungan HAM dan
Pengelolaan Konflik
Pelanggaran HAM adalah gejala dan
penyebab terjadinya kekerasan
Pengabaian yang terus menerus atas
HAM merupakan penyebab struktural
kekerasan dengan intensitas yang tinggi
Penghormatan institusional atas HAM dan
akomodasi secara struktural atas
keberagaman yang mendasar dari
pengelolaan konflik
10. Proses Perdamaian
Proses perdamaian merupakan
serangkaian tindakan, pertemuan,
aktivitas yang diambil oleh kelompok
yang berkonflik dan orang di wilayah yang
terkena imbasnya untuk menuju
penyelesaian secara terbuka serta
penerimaan secara social, ekonomi, politik
dan akar-akar penyebab konflik yang
melahirkan pertempuran.
11. Proses perdamaian yang efektif
akan memperhitungkan dan
menyentuh tujuh elemen: jender,
generasi, politik, militer, ekonomi,
budaya, social, nasional, batas-
batas kewilayahan dan sumber
daya alam.
12. Pendekatan dalam
Pengelolaan / Resolusi Konflik
Dialog atas dasar kepentingan dan
kebutuhan
Mediasi
Resolusi Konflik secara Transformatif
Rekonsiliasi
Metode yang didasarkan kearifan lokal
apabila hal tersebut tidak menjadi akar
atau memperparah konflik
13. Tidak ada metode tunggal dalam mengatasi
konflik, tetapi pendekatan dan metodologi yang
digunakan semestinya
Bermakna bagi orang atau partisipan yeng terlibat
dan terkena imbas oleh konflik tersebut ( pendekatan
mustinya tidak sekedar mengambil begitu saja dari
komunitas atau negara lain dalam menyelesaikannya)
Praktis dengan menyajikan perangkat efektif dan
resources bagi orang yang bekerja dalam
menyelesikan konflik secara konstruktif
Partisipatoris dengan melibatkan orang-orang untuk
mengambil peran sebagai agen, pengambil
keputusan, pemandu dan pelaku dalam proses
mentransformasikan konflik tersebut
Berakar dari tradisi, budaya masyarakat setempat
dan menampung kebutuhan yang mereka
identifikasikan sendiri.
14. Intervensi Pihak Ketiga
Menciptakan forum yang kredibel, ruang netral
bagi dialog awal dan menjaga momentumnya.
Mendefinisikan kembali posisi pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik berdasarkan
interest dan kebutuhan mereka
Bekerja dengan memperhatikan realitas politik
dan bertindak dengan bantuan dan dukungan
dari orang-orang yang dihormati dalam
komunitas tersebut dan pemimpinnya.
15. Bekerja dalam konteks regional dan
jangan terpaku pada persoalan-persoalan
yang bersifat minor saja.
Menjaga komunikasi dengan media yang
membawa opini (baik local maupun
internasional)
Mendorong pemecahan masalah secara
lokal (kearifan local) dari proses-proses
yang ada.
16. Beberapa pengalaman dan proses yang
digunakan di tingkat akar rumput untuk
membantu pembangunan perdamaian.
Pemetaan konflik
Mengidentifikasi mengapa dan
bagaimana konflik itu berlangsung
Merefleksikan secara kritis kekuatan
dan kelemahan metode intervensi untuk
konflik secara spesifik
17. Pemetaan konflik
Petakan semua actor, kelompok dan
organisasi termasuk actor di semua tingkat
yang terlibat, terpengaruh serta berperan di
dalam konflik tersebut
Petakan semua isu, tujuan dan interest setiap
pihak; bagaimana anda memandang mereka
dan bagaimana mereka memandang mereka
sendiri
Periksa jejaring hubungan antar item di atas,
termasuk hubungan (a) antara para aktornya;
(b) permasalahan dan (c) actor dengan issue
lain yang berkembang
18. Dalam membuat pemetaan tersebut, perlu
dieksplorasi lebih dalam sebanyak mungkin
gagasan dan apa yang dilakukan oleh berbagai
actor di setiap aras dalam mengusahakan
perdamaian dan mentransformasikannya.
Kita perlu melihat juga secara konkrit setiap
usulan dalam mengembangkan cara atau
stategi dan apa yang dibutuhkan untuk
mengimplementasikannya.
Oleh karena itu, kita perlu mempelajari apa saja
yang pernah dilakukan di wilayah tersebut dan
belajar dari pengalaman di wilayah lain dalam
menyelesaikannya.
19. Peran kelembagaan
di tingkat lokal
memiliki pengetahuan yang lebih mendalam
mengenai isu dan permasalahan regional dan
local, budaya serta hubungan
mampu berfungsi dalam situasi yang kacau
manakala pemerintah tidak dapat
menjalankannya
memiliki akses dan legitimimasi di tingkat akar
rumput
tidak membawa permasalahan /kepentingan
dari pihak luar
20. Status dan Peran Perempuan
di Wilayah Konflik
Survival atas kebutuhan dasar
Membangun kepercayaan dan dialog lintas
komunitas
Mengembangkan legitimasi melalui jaringan
dan advokasi
Melawan status quo
Melawan impunitas
Melibatkan perempuan dalam Pengambilan
Keputusan
Menggerakkan sumber dayanya untuk
mendorong usaha perdamaian.
21. Prinsip dan Landasan
Fokus pada penderitaan para korban
(suara perempuan dan nasib anak-anak)
Usahakan untuk mengintegrasikan
kembali, bukannya memberi
penghargaan kepada para penyerang
Keluarga dan komunitas memainkan
peran
22. Aktivitas yang Bisa Dilakukan
dalam Membangun Perdamaian
Mendorong terbangunnya visi yang sama
dalam menghentikan kekerasan dan
menyelesaikan konflik
Memfasilitasi kelompok-kelompok perdamaian
Mencatat sejarah lisan
Menampilkan citra visual
Menggunakan seni yang kreatif dalam
memediasikan resolusi konflik
Bekerja dengan remaja (khususnya remaja
dari kedua belah pihak)