Dokumen ini merupakan proposal penelitian tentang dampak perubahan fungsi hutan mangrove dan implementasi REDD di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Penelitian akan menggunakan metode observasi partisipasi selama 8 bulan untuk mempelajari respon masyarakat, dampak perubahan, dan upaya pengorganisasian masyarakat dalam rangka program REDD. Hasilnya akan dijadikan etnografi untuk memahami hubungan antara budaya masyarakat dengan
5. Luas Kawasan Hutan dan Perairan yang telah ditunjuk Berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan
di Kabupaten Teluk Bintuni , Provinsi Papua Barat Tahun 2005 - 2007 (Ha)
• Hutan Lindung 66.558,10 Ha
• Hutan Kawasan Perlindungan Alam / Kawasan
Suaka Alam 86.794,95 Ha
• Hutan produksi terbatas 275.891,90 Ha
• Hutan produksi tetap 309.635,10 Ha
• Hutan Produksi yang di konversi 397.458,00 Ha
• Areal penggunaan lain 31.147,20 Ha
• Jumlah Total 1.167.485,25 Ha
• Sumber : Papua Barat Dalam Angka Tahun 2008
6. Perkembangan Luas Penebangan Hutan dan Hasilnya oleh
Pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat Tahun 2003 -
2005
• Luas Penebangan 6.165,07 Ha (Terluas jika
dibandingkan dg kabupaten/kota lain di
Provinsi Papua Barat)
• Jumlah Produksi 101.733,60 m3 (Terbanyak
jika dibandingkan dg kabupaten/kota lain di
Provinsi Papua Barat)
• Sumber : Papua Barat Dalam Angka Tahun 2008
7. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka dapat
dirumuskan pertanyaan yang akan menjadi fokus utama
dalam penelitian ini, yaitu :
• Bagaimana dampak alih fungsi hutan mangrove di
Kabupaten Teluk Bintuni ?
• Bagaimana respon masyarakat terhadap perubahan itu ?
• Bagaimana implementasi program pengurangan emisi
karbon akibat deforestasi dan degradasi hutan di kawasan
teluk bintuni ?, dan
• Bagaimana masyarakat mengorganisir diri dalam rangka
merespon program pengurangan emisi karbon akibat
deforestasi dan degradasi hutan di kawasan Kabupaten
Teluk Bintuni ?
8. Subyek di sekitar
Cagar ALam Teluk Bintuni (CATB)
MASYARAKAT * Distrik Kuri
1. Kampung Naramasa
A. Masyarakat di dalam Kawasan
* Distrik Idoor
1. Kampung Mamuranu/Anak Kasih LEMBAGA/INSTITUSI
2. Kampung Tirasai A. Departemen Kehutanan BKSDA Papua II
B. Bersinggungan dengan Kawasan Resort Bintuni
* Distrik Bintuni B. Bappeda Teluk Bintuni
1. Kampung Pasamai C. Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Teluk
2. Kampung Bumi Waraitama (SP 1) Bintuni
3. Kampung Banjar Ausoy (SP 4) D. Dinas Perikanan dan Kelautan Teluk Bintuni
4. Kampung Tuasai E. Syahbandar Teluk Bintuni
5. Kampung Argo Sigemerai (SP 5) F. Dinas Pertanian dan Perkebunan Teluk
6. Kampung Korano Jaya (SP 2) Bintuni
C. Di luar Kawasan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
* Distrik Bintuni 1. Mitra Pesisir
1. Kelurahan Bintuni Timur 2. Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Bintuni
2. Kelurahan Bintuni Barat 3. Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Lemason
* Distrik Idoor 4. Yayasan Forum Dialog Pembangunan
Masyarakat Teluk Bintuni (YFDPMTB)
1. Kampung Yakati
5. Ikatan Pemuda Teluk Bintuni (IPTB)
2. Kampung Yensei
9. OBJEK PENELITIAN
• Dampak alih fungsi hutan mangrove
• Respon masyarakat
• Implementasi program pengurangan
emisi karbon akibat deforestasi dan
degradasi hutan
• Pengorganisasian masyarakat
10. METODOLOGI
• Metode penelitian observasi partisipasi
(participant observation) dan menggunakan
paradigma fungsionalisme sebagai model
analisisnya.
• Observasi partisipasi (participant observation)
yang dilakukan dg cara indepth interview,
direct observasi, live-in di Kabupaten Teluk
Bintuni selama total 8 bulan (pre riset 2 bln,
riset 6 bulan)
11. ASUMSI DASAR
Proses adaptasi kultural terhadap lingkungan, saya pandang sebagai suatu bentuk
hubungan dialektik interplay. Dalam konteks ini, yang terjadi adalah hubungan saling
ketergantungan satu dengan yang lain. Lingkungan memainkan peranan penting dalam
kreativitas perilaku kebudayaan manusia. Lingkungan dan budaya bukanlah dua ranah
yang berbeda. Masyarakat mempunyai cara pandang sendiri mengenai lingkungan
sekitarnya.
Dengan menggunakan metode penelitian observasi partisipasi (participant
observation) dan menggunakan paradigma fungsionalisme sebagai model analisisnya, hasil
penelitian ini akan saya sajikan dalam bentuk etnografi supaya dapat diketahui dan
dipahami hubungan saling keterkaitan antar unsur-unsur budaya masyarakat yang diteliti
dengan perubahan fungsi ekonomis dan ekologis dari hutan mangrove di Teluk Bintuni.