1. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam dan hayati
yang berlimpah, dengan menyandang julukan sebagai negara maritim yang memiliki
65% wilayah laut,sehingga menjadikan Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat
potensial. Wilayah pesisir yang mengandung sumberdaya potensial di Indonesia
merupakan suatu peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini didukung oleh
adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km (Dahuri et al., 2001). Potensi
sumberdaya pesisir sepatutnya dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Potensi sumberdaya alam pesisir mempunyai peran yang sangat penting
dalam mendukung kegiatan ekonomi, pertanian, perikanan, pertambangan, industri,
pelabuhan, pemukiman, dan termasuk pariwisata yang dimana wilayah pesisir
merupakan wilayah potensial untuk perkembangan pariwisata suatu negara (Mardianto,
Djati, 2013).
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memiliki konsentrasi penduduk yang
besar dengan ekosistem yang unik, vital, terdapat banyak industri, dan menghubungkan
kegiatan ekonomi di darat dan laut (Masalu, 2008). Sejalan dengan pesatnya
perkembangan industri pariwisata global, maka perkembangan industri pariwisata
Indonesia juga mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan pariwisata yang
semakin pesat di Indonesia akan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke
berbagai obyek wisata alam di Indonesia. Hal ini sangat berdampak positif dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal hingga nasional (Widada,
2008). Pembangunan dan pengembangan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai
prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan
pariwisata dilakukan bukan hanya untuk kepentingan wisatawan mancanegara saja,
namun juga untuk menggalakan kepentingan wisatawan dalam negeri.
Berdasarkan data statistik (Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Provinsi
Jawa Tengah, 2019), Kabupaten Kebumen merupakan kabupaten/kota kedua setelah
2. 2
Kota Semarang dengan jumlah wisatawan nusantara/domestik terbanyak di Provinsi
Jawa Tengah dengan jumlah wisatawan sebanyak 4.626.062 wisatawan. Sebagai salah
satu tujuan pariwisata terbesar di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kebumen memiliki
aset dan potensi wisata yang besar karena Kabupaten Kebumen berbatasan langsung
dengan wilayah laut, sehingga memiliki bentang pantai sepanjang 57,8 kilometer yang
dapat menjadi aset tujuan pariwisata. Kabupaten Kebumen memiliki Luas Wilayah
1.281,11 km2 atau 128.111.50 hektar, dengan kondisi wilayah berupa daerah pantai,
pegunungan dan sebagian besar merupakan dataran rendah.
Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen merupakan kecamatan yang berada di
selatan Kabupaten Kebumen yaitu 37,5 kilometer dari pusat Kota Kebumen, Kecamatan
Puring juga langsung berbatasan dengan laut, Hal tersebut membuat Kecamatan Puring
memiliki potensi pariwisata besar berupa pariwisata bahari atau pesisir. Kecamatan
Puring sendiri memiliki beberapa pariwisata pesisir seperti Pantai suwuk, Pantai Criwik
dan terdapat pantai yang berbeda dari pantai lainnya secara potensi fisik yaitu Pantai
Bopong. Pantai Bopong terletak di Desa Surorejan, Kecamatan Puring, Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Banyak keunikan dari Pantai Bopong sendiri yang menjadi daya tarik utama pantai
ini, yang jika dikelola dengan baik dan benar maka dapat menjadi salah satu potensi
wisata besar bagi Kabupaten Kebumen. Pantai Bopong ini memiliki Laguna yang
sangat indah yang dimana di atas laguna tersebut ditumbuhi pohon dan vegetasi hijau.
Selain memiliki bentang alam yang indah, Pantai Bopong juga menjadi tempat
perkembangbiakan penyu, sehingga beberapa kali pengunjung dapat melihat telur-telur
penyu yang menetas dan penyu yang sedang bertelur. Hal tersebut menjadi daya tarik
yang mampu membuat banyak wisatawan tertarik berkunjung ke Pantai Bopong.
Dengan semakin banyak pengunjung yang datang, semakin banyak pula persoalan di
dalam objek wisata ini. Wisatawan banyak mengeluhkan fasilitas yang ada kurang
memadai. Ada beberapa faktor yang menjadi persoalan bagi pengembangan objek
wisata Pantai Bopong, mulai dari akomodasi, fasilitas, organisasi, sarana transportasi,
permodalan, dan lain sebagainya.
Untuk menjadikan suatu objek wisata andalan dan dikenal oleh masyarakat luas,
objek wisata ini perlu adanya perbaikan dan pengembangan dengan melihat segala
3. 3
potensi yang dimiliki oleh suatu objek wisata. Suatu objek wisata dapat dikatakan
memuaskan bagi wisatawan, dapat dilihat dari beberapa faktor,faktor pengembang (non-
fisik) dan faktor fisik yang mendukung dan tidak mendukung objek wisata , dalam
mengembangkan kepariwisataan perlu diketahui faktor geografis lainnya yang dapat
digunakan sebagai alternatif penentu kebijakan pembangunan pariwisata yaitu tanah,
geologi, hidrologi, kemiringan dan vegetasi pada faktor fisik,lalu analisis faktor non
fisik seperti faktor sosial, budaya dan ekonomi (Sujali, 1989).
Dari uraian di atas maka perlu dilakukannya analisis potensi geografis untuk
mendukung pengembangan dan pengelolaan pariwisata. Pengembangan kepariwisataan
tidak akan lepas dengan unsur fisik maupun non fisik (sosial, budaya, dan ekonomi)
maka dari itu perlu diperhatikan peran dari unsur tersebut. Faktor geografis merupakan
faktor penting untuk pertimbangan perkembangan pariwisata serta memaksimalkan
potensi wisata yang dimiliki oleh Pantai Bopong di Kecamatan Puring Kabupaten
Kebumen.
Melalui latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis ingin
melakukan penelitian terkait kondisi obyek wisata tersebut dan pengembangan obyek
wisata tersebut dari sudut pandang geografis dengan mengambil judul “Analisis Potensi
Geografis dalam Upaya Pengembangan Pariwisata di Pantai Bopong Kecamatan Puring
Kabupaten Kebumen”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas , maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja faktor-faktor geografis yang mendukung pengembangan wisata Pantai
Bopong Kabupaten Kebumen?
2. Bagaimana usaha yang dilakukan untuk pengembangan wisata Pantai Bopong
Kabupaten Kebumen untuk saat ini?
3. Bagaimana rekomendasi pengembangan wisata di Pantai Bopong dengan mengacu
pada potensi geografis yang dimiliki?
1.3 Tujuan Penelitian
4. 4
Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok-pokok permasalahan seperti telah
penulis kemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui faktor-faktor geografis yang mendukung pengembangan wisata Pantai
Bopong Desa Surorejan Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen.
2. Menganalisis usaha yang dilakukan dalam pengembangan wisata Pantai Bopong
Desa Surorejan Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen.
3. Memberikan rekomendasi pengembangan wisata di Pantai Bopong dengan mengacu
pada potensi geografis.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian digunakan oleh manusia sebagai sarana untuk memperkuat dan
mengembangkan suatu ilmu pengetahuan, sehingga diharapkan penelitian yang
dilakukan oleh penulis dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang positif baik
secara teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada khalayak umum
tentang wisata Pantai Bopong Desa Surorejan Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen.
Selain itu juga dapat memberikan sumbangan pemikiran, metode, teori dalam khasanah
studi geografi terutama Geografi Pariwisata.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat khususnya masyarakat Desa Surorejan Kecamatan Puring
Kabupaten Kebumen diharapkan penelitian ini dapat memberi arahan dan saran
untuk pengembangan wisata pantai Bopong.
b. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan memberi arahan alternatif bagi
kebijakan pengembangan wisata Pantai Bopong Desa Surorejan Kecamatan Puring
Kabupaten Kebumen.
c. Bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Kebumen, hasil penelitian ini diharapkan memberi
arahan alternatif bagi kebijakan pengembangan wisata Pantai Bopong Desa
Surorejan Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen.
5. 5
1.5 Batasan Istilah
1. Potensi Geografis
Potensi Geografis adalah segala potensi fisik (alam) maupun non fisik berupa
sumber daya alam seperti flora dan fauna, potensi hidrografis,potensi geomorfologi dan
potensi sumber daya manusia yang berupa tenaga kerja, kebudayaan masyarakat
,hubungan interaksi masyarakat dan lain-lain . Potensi yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh Pantai Bopong Kecamatan Puring
Kabupaten Kebumen, baik itu fisik seperti kenampakan bentang alam dan non fisik
seperti sosial, ekonomi maupun budaya. Segala potensi tersebut nantinya dinilai dan
dianalisis menggunakan Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik
Wisata alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003
2. Geografi
Geografi menurut Bintarto (1987) adalah ilmu yang mempelajari sifat bumi,
menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk serta memberi corak yang khas
mengenai kehidupan dan mencari fungsi dari unsur-unsur dalam ruang. Menurut
Daldjoeni (1982) Geografi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk permukaan bumi
serta interaksi (hubungan timbal balik) antara manusia dengan lingkungannya. Geografi
yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah lingkungan geografi fisik dan geografi
sosial yang memiliki hubungan dengan kegiatan pariwisata.
3. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan dan
memaksimalkan potensi yang dimiliki suatu obyek pariwisata, peningkatan dan
pemaksimalan potensi tersebut berupa pembangunan fisik maupun non fisik yang dapat
meningkatkan daya tarik suatu obyek pariwisata sehingga dapat meningkatkan
produktifitas suatu obyek pariwisata, produktifitas yang dimaksud adalah peningkatan
wisatawan suatu obyek pariwisata yang nantinya diikuti dengan peningkatan
pendapatan daerah. Pengembangan pariwisata yang dibahas dalam penelitian ini adalah
upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kebumen dan pihak pengelola untuk
pengembangan pariwisata Pantai Bopong Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen.
6. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Pengertian Pariwisata
Menurut Wahid (2015), Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
perorangan maupun kelompok yang bersifat sementara sebagai bentuk usaha mencari
kebahagiaan di suatu tempat. Menurut Sugiama (2011), mengungkapkan bahwa
pariwisata adalah rangkaian aktivitas, dan penyediaan layanan baik untuk kebutuhan
atraksi wisata, transportasi, akomodasi, dan layanan lain yang ditunjukan untuk
memenuhi kebutuhan perjalanan seseorang atau sekelompok orang. Perjalanan yang
dilakukannya hanya sementara waktu saja meninggalkan tempat tinggalnya dengan
maksud untuk bertamasya, beristirahat dan berpergian.
Berdasarkan uraian tentang kepariwisataan (Undang-Undang Kepariwisataan
Nomor 10, Tahun 2009) kita dapat mengambil unsur-unsur yang terkandung dalam
kepariwisataan, antara lain :
1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu.
2. Perjalanan itu dilakukan dari tempat satu ke tempat lainnya.
3. Perjalanan itu walau apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan
atau rekreasi.
4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang
dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.
Pariwisata sendiri sejatinya harus selalu menerapkan konsep konservasi, karena
pengembangan pariwisata tidak terlepas dari pembangunan hotel, tempat hiburan,
restoran dan lain-lain. Sehingga pengembangan pariwisata harus selalu diawasi dan
dikelola dengan baik agar tidak kehilangan kealamian bentang lahan yang indah.
2.2 Pengembangan Pariwisata
Pengembangan Pariwisata dapat diartikan secara khusus sebagai upaya penyediaan
atau peningkatan fasilitas dan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Tetapi
secara lebih umum pengertiannya dapat mencakup juga dampak-dampak yang terkait
7. 7
seperti penyerapan atau penciptaan tenaga kerja ataupun perolehan atau peningkatan
pendapatan. Pengembangan ini mencakup perubahan keruangan tempat dan model
pengembangan pariwisata (Santoso, 2006).
Dalam pengembangan pariwisata di perlukan adanya strategi pengembangan
pariwisata, adapun strategi pengembangan pariwisata bertujuan untuk mengembangkan
produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Menurut
Suharyono(1994) Beberapa kebijakan pengembangan pariwisata antara lain:
1. Aksebilitas
Merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata
karena menyangkut lintas sektoral, kemudahan dan keefektifan mencapai kawasan.
2. Promosi
Pelaksanaan upaya pemasaran dan promosi pariwisata harus dilakukan secara
selaras dan terpadu, baik dalam negeri maupun luar negeri.
3. Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata dimaksudkan untuk :
a. Meningkatkan peran serta daerah dan swasta dalam pengembangan pariwisata
b. Memperbesar dampak positif pembangunan
4. Wisata Bahari
Merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Jenis wisata ini memiliki keunggulan komperatif yang tinggi terhadap
produk wisata sejenis di luar negeri.
5. Produk Wisata
Upaya untuk menampilkan produk wisata yang bervariasi dan mempunyai daya
saing yang tinggi.
6. Sumber Daya
Manusia Merupakan salah satu modal dasar pengembangan pariwisata, sumber
daya manusia harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang diperlukan untuk memberi
jasa layanan pariwisata.
7. Kampanye Nasional Sadar Wisata
8. 8
Upaya masyarakat untuk mempromosikan dan memperkenalkan jati diri dan
karakteristik daerah dengan beberapa kelebihannya.
Untuk pengembangan kepariwisataan daerah atau tingkat nasional dikenal dengan
“SAPTA PESONA”. Sapta Pesona atau yang dikenal dengan istilah K-7 adalah tujuh
hal yang harus di siapkan untuk menunjang kepariwisataan yaitu : keindahan,
kesejukan, kebersihan, kenyamanan, keamanan, keramahtamahan dan ketenangan
(Sujali, 1989) Adapun hal penting yang harus diperhatikan dalam industri
kepariwisataan adalah sistem yang menyeluruh, terpadu tanpa ada pemisahan diantara
sistem pengembangan kepariwisataan yang ada seperti bagan berikut :
Gambar Model Pengembangan Priwisata
9. 9
Sumber:(Wahyudi, 2017)
Berdasarkan bagan diatas yang merupakan model pengembangan pariwisata dapat
kita ketahui bahwa keberhasilan pengembangan dan pembangunan pariwisata dapat
dilakukan dengan baik dengan sinergi antara pemerintah,masyarakat serta pengusaha.
Menurut Yoeti (1996) Unsur pokok yang dapat menunjang pengembangan
pariwisata di daerah obyek wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan
pembangunan dan pengembangan diantaranya:
a. Atraksi
Atraksi Merupakan komponen atau unsur yang sangat vital dalam pariwisata.
Atraksi merupakan daya tarik utama bagi objek wisata untuk mengundang wisatawan.
Atraksi atau daya tarik dapat timbul dari keadaan alam (keindahan panorama, flora
fauna, sifat kekhasan perairan air laut/ danau), obyek buatan manusia (museum,
katedral, masjid kuno, makam kuno dan sebagainya), ataupun unsur-unsur dan peristiwa
budaya (kesenian, adat istiadat dan makanan).
b. Transportasi
Transportasi berkaitan erat dengan kemudahan aksesbilitas. Transportasi dapat
menjadi arus untuk peningkatan jumlah wisatawan suatu objek pariwisata. Kemudahan
transportasi seiring perkembangan teknologi menjadi semakin menguntungkan, di era
sekarang, transportasi dapat dipesan dan digunakan jasanya melalui aplikasi online pada
smartphone kita.
c. Aksesbilitas
Aksesbilitas merupakan kemudahan mobilitas untuk mencapai suatu tempat dari
tempat yang lain. Aksesbilitas dalam pariwisata merupakan kemudahan wisatawan
untuk mengunjungi obyek wisata dari tempat asal wisatawan, maupun dari obyek
pariwisata ke berbagai fasilitas, akomodasi serta atraksi lainnya dalam pariwisata.
d. Fasilitas Pelayanan
Penyediaan fasilitas kenyaman terkait dengan kenyamanan wisatawan selama
berwisata. Sejalan dengan perkembangan suatu obyek wisata, maka fasilitas pelayanan
pun semakin beragam dan bervariasi. Pengadaan fasilitas pelayanan di obyek wisata
pada hal keamanan saat berwisata terutama dalam wisata bahari adalah : seperti
10. 10
pengawas pantai, unit kesehatan P3K, penjaga parker dan lain-lain. Lalu dalam wisata
bahari juga terdapat fasilitas pelayanan terkait kuliner seperti penjual makanan,
minuman, restoran dan lain-lain, seiring berkembangnya obyek wisata juga dapat kita
temui kawasan pertokoan yang menjual souvenir khas daerah tersebut atau souvenir
khas daerah obyek wisata pantai. Kita juga dapat menemui penjual jasa seperti jasa foto
langsung cetak dan lain-lainnya. Pengadaan fasilitas pelayanan juga harus dikelola
dengan baik agar tidak terjadi pembangunan fasilitas pelayanan yang kumuh yang
umumnya terjadi pada pembangunan kawasan pertokoan dan penjual makanan, dengan
pengelolaan yang baik maka suatu obyek pariwisata menjadi semakin menarik dengan
pembangunan yang terencana serta diiringi pengadaan fasilitas pelayanan yang
bervariasi.
e. Akomodasi
Penyediaan tempat menginap untuk wisatawan merupakan hal penting bagi
wisatawan yang berkunjung ke objek wisata, tempat menginap ini ibarat rumah kedua
bagi wisatawan saat berkunjung ke objek wisata. Fasilitas didalam akomodasi juga
merupakan sarana penunjang untuk kenyamanan wisatawan saat berkunjung ke obyek
pariwisata untuk menginap. Pada wisata bahari, pembangunan akomodasi menjadi
semakin menarik dengan pembangunan akomodasi dengan view menghadap ke pantai
serta kolam renang dipinggir pantai.
f. Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur diperlukan untuk mendukung fasilitas pelayanan dan
perkembangan pariwisata. Infrastruktur juga bermanfaat bagi penduduk sekitar obyek
pariwisata secara tidak langsung, pembangunan sarana transportasi seperti jalan dan
terminal, penyediaan air bersih, penerangan listrik, dan saluran pembuangan limbah
dapat dirasakan manfaatnya oleh penduduk sekitar obyek pariwisata serta bemanfaat
dalam membantu pengembangan pariwisata.
2.3 Faktor-faktor Geografis yang Mendukung Pengembangan Objek Wisata
Pengertian geografi adalah tulisan tentang bumi. Perhatian tentang bumi dalam
geografi bukan hanya berhubungan dengan fisik alamiah bumi dan bagian-bagian alam
11. 11
semesta yang berpengaruh terhadap bumi saja. Akan tetapi, meliputi semua fenomena
yang ada dipermukaan bumi, baik lingkungan fisik dan sosial (Hestiyanto, 2005).
Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya itu disebut interaksi yang
merupakan inti dari kajian geografi itu sendiri. Hestiyanto juga membagi geografi
menjadi 3 elemen yang berbeda diantaranya ;
1. Geografi termasuk ilmu pengetahuan bumi (earth science) dengan objek
permukaan bumi sebagai lingkungan tempat manusia dapat mengubah dan
membangunnya.
2. Geografi memperhatikan persebaran manusia dalam ruang dan hubungan manusia
dengan lingkungannya. Ahli geografi mencari cara untuk memanfaatkan ruang dan
sumber daya dengan menekankan pada pengelolaan wilayah yang tepat.
3. Dalam geografi terdapat unsur-unsur utama, antara lain jarak, interaksi, gerakan,
dan pesebaran.
Kondisi Geografi sekitar objek wisata menjadi faktor penting dalam penentuan
faktor-faktor yang mendukung pengembangan objek wisata sesuai tujuan yang ingin
dicapai.
Pengertian obyek wisata adalah sesuatu yang dapat dillihat, dinikmati, dan
menimbulkan kesan tersendiri yang dihitung oleh sarana prasarana yang memadai
(Bakarrudin, 2008). Menurut (PP RI Tentang Kepariwisataan, 2010) nomor 9, obyek
wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Obyek wisata juga meliputi :
1. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keadaan alam, serta flora dan fauna;
2. Obyek dan daya wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru,
wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wisatawan sangat
mengharapkan objek wisata yang tujuannya bisa memuaskan kegiatan pariwisata
wisatawan yang mengunjungi obyek wisata tersebut. Menurut Bakarrudin.”faktor-faktor
yang sangat menentukan bagi perkembangan pariwisata yaitu atraksi wisata,
12. 12
aksesibilitas, infrastuktur, akomodasi dan sapta pesona”. Menurut Bakaruddin
pengembangan adalah sebagai usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk mengarah
perubahan yang terjadi pada suatu obyek. Obyek wisata dalam pengembangannya
tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan pihak-pihak pengelola wisata daerah yang
bersangkutan, dengan kata lain berhasil atau tidaknya suatu daerah dikembangkan
menjadi daerah tujuan wisata ditentukan oleh pihak pengelola dan sikap masyarakat.
Faktor Geografis yang Mendukung Pengembangan Pariwisata antara lain :
Lokasi,topografi,iklim dan air.
1. Lokasi
Lokasi suatu tempat sangat penting, kaitanya dengan relasi keruangan seperti posisi
dan jarak. Lokasi dalam hal ini juga dapat diartikan lokasi relatif yaitu lokasi suatu
tempat di pandang dari tempat atau daerah lain (Daldjoeni, 1982). Lokasi relatif disini
artinya adalah bagaimana hubungan antara obyek wisata Pantai Bopong dengan obyek
wisata pantai lain di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen, mengingat Kecamatan
Puring memiliki beberapa pantai eksotis lainnya, hal ini dapat menjadi pertimbangan
wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata karena pilihan obyek wisata yang
bervariasi. Dalam kepariwisataan jarak dan biaya menjadi faktor yang menjadi
pertimbangan bagi wisatawan untuk mengunjungi sebuah obyek wisata, jarak juga
terkait dengan sarana prasarana seperti jalan dan alat transportasinya.
2. Iklim
Iklim juga sangat menentukan kegiatan pariwisata, iklim akan menyebabkan
perbedaan jenis kegiatan wisata yang di lakukan, menyebabkan perbedaan budaya
pakaian dan juga dapat meyebabkan perbedaan aktifitas masyarakat di wilyah yang
bersangkutan, misalnya saat wisatawan yang berasal dari iklim dingin berwisata ke
pantai yang beriklim panas, maka mereka akan berjemur matahari dan menikmati iklim
pesisir yang menghangatkan tubuh mereka. Faktor iklim dalam penelitian ini yaitu
tentang suhu dan curah hujan.
3. Kondisi Tanah
Kondisi tanah merupakan faktor yang berkaitan erat dengan struktur geologi serta
batuan. Kondisi tanah diperlukan untuk mengetahui tingkat kesuburan yang berkaitan
13. 13
dengan pertanian dan pola bercocok tanam penduduk sekitar. Kondisi tanah juga erat
kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. Selain kondisi tanah, kemiringan lereng
juga merupakan faktor penting pengembangan pariwisata yaitu untuk mengetahui
tingkat kerawanan longsor dan menentukan pola pembangunan infrastruktur untuk
pengembangan pariwisata.
4. Air
Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan vital dalam pengembangan
pembangunan pariwisata. Pada obyek wisata terutama wisata bahari, kebutuhan air
sangat dibutuhkan wisatawan untuk MCK (mandi,cuci, kakus), air juga dibutuhkan oleh
para pengelola akomodasi untuk kebutuhan air selama wisatawan menginap di hotel.
5. Geomorfologi
Geomorfologi dalam hal ini adalah bagaimana bentuklahan pada daerah penelitian.
Bentuk lahan merupakan faktor daya tarik bagi wisatawan untuk berwisata, apakah
bentuk lahan tersebut mempunyai hal unik atau panorama yang indah sehingga
wisatawan tertarik untuk berkunjung. Bentuk lahan juga mempengaruhi perencanaan
pembangunan pada daerah obyek wisata.
Direktur Jenderal Pariwisata juga telah menegaskan bahwa, berhasilnya
pengembangan obyek wisata suatu daerah harus ditunjang pula oleh kerjasama yang
baik antar unsur-unsur kepariwisataan (pemerintah, swasta, pengelola) dan partisipasi
masyarakat di daerah tujuan wisata.
2.4 Analisis Potensi Geografis Terhadap Pengembangan Pariwisata
Pengembanngan pariwisata sejatinya tidak bisa dilepaskan dari unsur-unsur
geografis, unsur-unsur tersebut dapat berupa unsur fisik maupun non-fisik. Unsur-unsur
tersebut merupakan unsur yang saling berkaitan satu sama lain, dalam pengembangan
pariwisata pada dasarnya adalah memaksimalkan potensi yang dimiliki suatu tempat,
dalam memaksimalkan potensi wisata suatu daerah maka kita dapat melihat unsur-unsur
geografis.
Analisis potensi geografis sendiri bertujuan untuk merencanakan pembangunan
kawasan wisata. Sebagai contoh, dalam unsur kondisi tanah dan struktur geologi
14. 14
berpengaruh terhadap pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana untuk
kebutuhan obyek pariwisata seperti, pembangunan hotel, resauran serta sarana fisik
lainnya. Selanjutnya pada kemiringan lereng menentukan apakah lokasi pariwisata
merupakan lokasi rawan bencana seperti longsor dan lain-lain, serta menentukan
pembangunan jalan (aksesbilitas) menuju daerah obyek wisata. Selanjutnya pada unsur
lokasi, menentukan apakah lokasi tersebut terjangkau secara biaya dan jarak yang
nantinya dapat menjadi pertimbangan wisatawan untuk berwisata. Kondisi air atau
hidrologi juga berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan saat berwisata maupun untuk memenuhi kebutuhan air penduduk
sekitar obyek pariwisata, air tersebut digunakan untuk keperluan pengelola hotel,
restauran dan untuk sarana MCK (mandi,cuci,kakus) dalam wisata bahari. Beberapa
potensi tersebut nantinya dinilai dan dianalisis dengan beberapa modifikasi
menggunakan Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata alam
(ADO-ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003.
Didalam Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata alam (ADO-
ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 terdapat fungsi dan indikator yang berfungsi
sebagai dasar dalam pengembangan ODTWA dengan menetapkan unsur-unsur kriteria,
penetapan bobot, perhitungan sub unsur, dan penjumlahan semua nilai dari unsur-unsur
setiap kriteria. Pembuatan kriteria tersebut bertujuan untuk menentukan prioritas dalam
pengembangan ODTWA dan memfokuskan pada pemanfaat serta pembinaan ODTWA.
Objek dan daya tarik yang telah dinilai kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria
pengskoringan ADO- ODTWA Tahun 2003 sesuai dengan nilai yang ditentukan untuk
masing kriteria. Jumlah nilai dari masing- masing kriteria dapat dihitung dengan rumus:
S = N x B
Keterangan:
S = Skor atau nilai suatu kriteria
N= Jumlah nilai unsur–unsur pada kriteria
B = Bobot nilai
15. 15
Hasil dari penilaian setiap unsur masing–masing kriteria objek wisata dirata–ratakan
sehingga diperoleh hasil akhir penilaian pengembangan objek wisata dan dilakukan
perbandingan dengan klasifikasi unsur pengembangan.
2.5 Penelitian-Penelitian yang Relevan
Uraian penjelasan diatas didapat berdasarkan referensi dari hasil penelitian
terdahulu dan artikel hasil penelitian yang relevan yang diuraikan pada tabel dibawah
ini :
16. 16
No Judul Peneliti Tujuan Metode Variabel Hasil
1. Tinjauan Geografis
Terhadap Upaya
Pengembangan
Kawasan Obyek Wisata
Goa Lawa Di
Kecamatan Karangreja
Kabupaten Purbalingga
Isnaeni
Utrik
Susanti
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui
faktor-faktor
geografis yang
mendukung
dalam
pengembangan
obyek wisata.
Penelitian ini di
lakukan dengan
menggunakan
metode
dokumentasi,
angket,
observasi, dan
wawancara dan
analisis data
yang di gunakan
adalah analisis
deskriptif
kualitataif
Tinjauan
Geografis Upaya
Pengembangan
Pariwisata
1. Hasil penelitian di ketahui bahwa
faktor-faktor geografis yang
berperan dalam pengembangan
obyek wisata Gua lawa meliputi
faktor fisik dan faktor sosial, faktor
fisik tersebut meliputi lokasi,
kemiringan lereng, iklim, tanah,
hidrologi, geologi dan geomorfologi
serta flora/ fauna, sedangkan faktor
sosial meliputi penduduk, daya
tarik, infrastruktur, fasilitas
pelayanan, akomodasi, agen
pengembang dan modal.
2. di ketahui potensi-potensi wisata
yang dapat di kembangkan di dalam
kawasan obyek wisata Goa Lawa
antara lain fasilitas kolam renang,
Tabel 1. Penelitian yang relevan.
17. 17
taman marga satwa, kebun buah
Stroberi.
2. Kajian Pengembangan
Potensi Kanal Banjir
Barat Sebagai Objek
Pariwisata Air Kota
Semarang
Firly
Agung
Wicaksono
Tujuan
penelitian ini
untuk
mengetahui
kondisi
geografis,
potensi daya
tarik, dan faktor
internal-
Teknik
pengumpulan
data yang
digunakan
meliputi
dokumentasi,
observasi, dan
wawancara.
Penentuan
Kajian
Pengembangan
Potensi
Pariwisata
Sebagai Objek
Pariwisata Air
Hasil penelitian menunjukkan kondisi
Kanal Banjir Barat memiliki faktor
kekuatan berupa lokasi yang strategis,
memiliki pemandangan ruang yang
indah. Faktor kelemahan yaitu
keamanan kebersihan yang belum
terjamin, pendangkalan sungai serta
terbatasnya program dan variasi
kegiatan pariwisata di Kanal Banjir
18. 18
eksternal yang
kemudian
diidentifikasi
strategi yang
tepat untuk
pengembangan
Kanal Banjir
Barat sebagai
objek pariwisata
air.
sumber data
dilakukan secara
bertujuan
(purposive) dan
dianalisis
menggunakan
metode SWOT
untuk
menentukan
faktor kekuatan,
kelemahan,
peluang, dan
ancaman
sehingga
diperoleh
strategi
alternatifnya
untuk
pengembangan.
Barat.
19. 19
3. Potensi Daya Tarik
Obyek Pariwisata
Dalam Pembangunan
Ekonomi Sumatera
Barat
Dr.
Ansofino,
M.si
Tujuan
penelitian adalah
mengemukakan
kontribusi
ekonomi sektor
pariwisata dalam
perekonomian
Sumatera Barat
dan sub sektor
mana yang
menjadi
unggulan dalam
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi wilayah
selama ini.
Penelitian ini
menggunakan
pendekatan
ekonomi
wilayah yang
berbasis kepada
pendekatan
kuantitatif
dengan
menggunakan
peralatan
analisis ekonomi
wilayah seperti
skalogram,
analisis LQ dan
Shift dan share
analysis.
Pengumpulan
data dilakukan
dengan teknik
Potensi Daya
Tarik Obyek
Pariwisata
Dalam
Pembangunan
Ekonomi
Hasil dari penelitian ini adalah Daya
tarik obyek wisata Sumatera Barat yang
pada umumnya dominan pada daya
tarik alamiah, tetapi dalam
pengembangannya sangat memerlukan
daya tarik tambahan seperti daya tarik
budaya, daya tarik lingkungan dan daya
tarik entertainment sebagai daya tarik
buatan untuk melengkapi daya tarik
alamiah yang ada, serta infrastruktur
transportasi dan fasilitas public lainnya
20. 20
focus group
discussion
(FGD) dengan
operator
pariwisata, ,
tokoh
masyarakat dan
dinas pariwisata
sendiri.
4. Kajian Geografis
Terhadap Objek Wisata
Air Umbul Cokro Di
Desa Cokro Kecamatan
Tulung Kabupaten
Klaten 2017
Triya
Nuryati
Tujuan
penelitian ini
adalah
mengetahui
deskripsi serta
kajian geografis
di Objek Wisata
Air Umbul
Metode yang
dilakukan di
penelitian ini
yaitu Observasi,
wawancara,
dokumentasi.
Kajian
Geografis
Terhadap Objek
Wisata Air
Umbul Cokro
Objek wisata Umbul Cokro yaitu desa
yang unik karena ada sebuah mata air
yang jernih dan bermanfaat untuk
penduduk setempat.Terdapat pula
berbagai fasilitas serta sarana dan
prasarana yang baik untuk mendukung
pengembangan pariwisata lalu kajian
geografis objek wisata Umbul Cokro
meliputi: Keadaan geomorfologi yang
menempati bentuk lahan kaki vulkanik,
faktor air berasal dari daerah tagkapan
21. 21
Cokro di Desa
Cokro
Kecamatan
Tulung
Kabupaten
Klaten
gunung merapi, iklim tergolong tipe c
yaitu agak basah, jenis tanah yaitu tanah
regosol, lokasi yang dekat dengan objek
wisata lain dan pasar, organisasi
pengelola terdiri dari Dinas Pariwisata
dan pihak swasta, daya tarik objek
wisata ini adalah pemandangan alami
serta waterboom, fasilitasnya pun cukup
baik.
22. 22
2.6 Kerangka Berfikir
Dalam pembangunan obyek wisata, pertimbangan dan rencana yang matang
diperlukan untuk keberhasilan pengembangan pariwisata. Dalam pengembangan
pariwisata pantai bopong sendiri akan berhasil jika didasari pada tinjauan
geografis daerah setempat saat melakukan rencana pengembangan pariwisata
yang dimana nantinya dapat memaksimalkan potensi pariwisata daerah pantai
bopong dan sekitarnya.
24. 24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan sampel atau fenomena yang akan diteliti. Yang
di maksud populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pihak pengelola wisata
dan penikmat wisata Pantai Bopong. Sedangkan untuk melengkapi data di
lapangan tentang faktor-faktor geografi dan daya tarik obyek wisata Pantai
Bopong di Desa Surorejan Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Adapun
peneliti menggunakan responden yang terdiri dari :
a. Pengunjung obyek wisata Pantai Bopong di Desa Surorejan Kecamatan Puring
Kabupaten Kebumen.
b. Pengelola obyek wisata Pantai Bopong
c. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan Dinas Pariwisata
Kabupaten Kebumen.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan populasi penelitian. Sampel dalam
penelitian ini adalah pihak yang terlibat dalam pengelolaan serta penikmat wisata
yang merupakan pengunjung wisata Pantai Bopong. Teknik pengambilan
sampling dalam penelitian ini menggunakan Teknik Area probability Sample
(sampel wilayah) yaitu teknik sampling yang di lakukan dengan mengambil wakil
dari wilayah dalam populasi (Arikunto, 1998) sedangkan untuk mendapatkan
informasi tambahan yang dapat menunjang penelitian, maka peneliti
25. 25
menggunakan responden yang terkait dengan penelitian yang di lakukan,
responden tersebut terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
a. Pengunjung
Pengambilan sampel ini di lakukan dengan teknik Insidental Sampling
(sampel kebetulan) Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2017) .Sampel pengunjung
digunakan untuk mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung ke obyek
wisata Pantai Bopong. Untuk menghitung penentuan jumlah sampel dari populasi
tertentu, maka digunakan rumus Slovin sebagai berikut:
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e2 = Toleransi
Dalam menemukan jumlah sampel yang akan dipilih, penulis menggunakan
tingkat kesalahan sebesar 10%, karena dalam setiap penelitian tidak mungkin
hasilnya sempurna 100%, makin besar tingkat kesalahan maka semakin sedikit
ukuran sampel. Jumlah populasi sebagai dasar perhitungan yang digunakan adalah
26. 26
14.521 wisatawan berdasarkan jumlah pengunjung pantai bopong tahun 2020.
Jadi banyak sampel yang harus diambil dengan jumlah wisatawan tahun 2020
adalah 14.521 jiwa yang dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
14.521
n =
1 + 14.521 . (10%)2
= 99 sampel
b. Pengelola
Sampel pengelola dalam hal ini meliputi pengelola obyek wisata,Dinas
Pariwisata Kabupaten Kebumen, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Kebumen.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep atau gejala yang di beri lebih satu nilai (Singarimbun,
1987) Pada penelitian ini telah ditentukan 2 variabel,yaitu variabel bebas atau
variabel independen dan variable terikat atau variable dependen yang saling
mempengaruhi satu dengan lainnya.
1. Variabel bebas atau independen menurut sugiyono (2011) adalah “Merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen(terikat)”. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
Potensi Geografis.
2. Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat,karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011). Variabel terikat
pada penelitian ini yaitu Pengembangan Pariwisata.
Dalam hal ini penulis mencoba mengungkapkan variabel penelitian, dalam hal
ini faktor-faktor geografi yang berkaitan serta mempengaruhi dalam
27. 27
pengembangan obyek wisata Pantai Bopong di Desa Surorejan Kecamatan Puring
Kabupaten Kebumen sebagai berikut :
3.3 Definisi Operasional
1. Faktor Alam
a. Lokasi
Lokasi dalam penelitian ini menyangkut jarak, berapa jarak obyek wisata
Pantai Bopong dari pusat kota (Kota Kebumen), berapa biaya yang dikeluarkan
untuk sampai ke obyek wisata tersebut dari pusat kota Kebumen. Lokasi ini juga
dapat diartikan sebagai lokasi relatif artinya bagaimana hubungan antara obyek
wisata Pantai Bopong dengan obyek wisata lain yang ada di Kecamatan Puring.
b. Kemiringan Lereng
Kecamatan Puring merupakan wilayah kecamatan yang berada di bagian
selatan Kabupaten Kebumen, karena daerahnya yang merupakan daerah pesisir,
maka wilayah kecamatan puring memiliki topografi relatif landai.
c. Iklim
Iklim akan menyebabkan perbedaan jenis kegiatan wisata yang di lakukan di
suatu lokasi obyek pariwisata, iklim juga meyebabkan perbedaan aktivitas
masyarakat di wilyah yang bersangkutan. Faktor iklim dalam penelitian ini yaitu
tentang suhu dan curah hujan.
d. Flora dan fauna
Jenis flora dan fauna juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pariwisata, dengan adanya flora fauna akan dapat menambah daya tarik suatu
obyek pariwisata.
28. 28
e. Air
Ketersediaan air merupakan kebutuhan yang penting bagi perkembangan
pariwisata. Air berperan penting dalam pembangunan dan pengembangan
pariwisata terutama untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berpariwisata.
f. Jenis Tanah
Tanah merupakan sebuah benda yang terdiri dari komponen-komponen padat,
cair dan gas yang memiliki sifat dan perilaku yang dinamik. Arsyad (dalam Tewu
et al., 2016). Pengetahuan tentang tanah diperlukan untuk mengetahui bagaimana
suatu jenis tanah dapat mempengaruhi aktivitas manusia seperti kegiatan
pertanian, karena setiap jenis tanah memiliki tingkat kesuburan yang berbeda-
beda, dalam hal ini pertanian dapat menunjang kegatan pariwisata seperti tanaman
buah atau sayuran yang bisa ditanam, dan dapatkah menjadi salah satu daya tarik
bagi sebuah tempat atau daerah..
2. Faktor non Alam
a. Daya Tarik
Daya tarik ini terkait dengan ciri khas yang ada pada obyek wisata Pantai
Bopong, ciri khas ini menjadi alasan pengunjung berwisata ke Pantai Bopong.
Ciri khas ini baik ciri khas yang terdapat pada obyek wisata pantai bopong
maupun lingkungan sekitar obyek wisata.
b. Infrastruktur
Infrastruktur merupakan faktor pendukung yang sangat berpengaruh terhadap
pengembangan pariwisata. Infrastruktur meliputi pembangunan jalan,
terminal,stasiun serta sarana pendukung mobilitas lainnya, selain itu juga
29. 29
penyediaan penerangan listrik, saluran air bersih, dan juga saluran pembuangan
limbah.
c. Fasilitas Pelayanan
Dalam pengembangan obyek pariwisata, fasilitas pelayanan yang memadai
mendukung kenyamanan wisatawan selama berwisata di obyek wisata.fasilitas
pelayanan tersebut meliputi fasilitas keamanan, fasilitas kesehatan, komplek
pertokoan serta komplek pedagang.
d. Akomodasi
Tersedianya tempat menginap seperti hotel, penginapan, losmen dapat
menambah nilai jual obyek wisata pada wisatawan terutama untuk wisatawan
yang berasal dari tempat yang jauh dari obyek wisata.
e. Pengelolaan
Pengelolaan pariwisata yang baik dapat meningkatkan kunjungan wisatawan
pada suatu obyek pariwisata,Pengelolaan dalam hal ini yaitu dinas pariwisata dan
juga pengelola obyek wisata tersebut. Sedangkan agen pengembang sendiri
berperan untuk mempromosikan obyek wisata kepada masyarakat luas agar
semakin dikenal,untuk memperkenalkan suatu obyek wisata pihak pengelola
maupun instansi yang terkait dapat bersinergi melalui promosi baik lewat media
cetak maupun media elektronik.
f. Permodalan
Modal diperlukan untuk pembangunan dan pengembangan suatu obyek
wisata. Tentu dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata memerlukan
30. 30
dana dan permodalan yang tidak sedikit, oleh sebab itu butuh permodalan dalam
jumlah besar baik itu berasal dari pemerintah maupun pihak swasta.
g. Kondisi Penduduk
Penduduk sendiri mempunyai pengaruh terhadap pengembangan suatu obyek
pariwisata, bagaimana peran dan dukungan penduduk terhadap keberadaan obyek
wisata, dan bagaimana sikap penduduk terhadap wisatawan yang berkunjung ke
obyek wisata dapat menentukan kenyamanan wisatawan saat berwisata ke obyek
wisata.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian dari instansi
yaitu pemerintah desa serta pengelola obyek wisata untuk memperoleh data
jumlah pengunjung, luasan obyek wisata, infrastruktur kepariwisataan dan
fasilitas pendukung serta peta dan denah obyek wisata. Dalam metode
dokumentasi di gunakan kajian pustaka dan kajian peta, kajian pustaka di gunakan
untuk mengetahui teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, sedangkan
kajian peta digunakan untuk mengkaji faktor-faktor geografi fisik yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Angket
Metode ini digunakan dengan cara memberikan pertanyaan kepada
pengunjung secara langsung melalui kertas (instrumen) berupa isian dan pilihan
untuk mendapatkan data tentang daya tarik wisata dan faktor geografis yang yang
menunjang perkembangan obyek wisata Pantai Bopong, yang meliputi daya tarik
31. 31
wisata, akomodasi, fasilitas pelayanan, infrastruktur, aksesibilitas obyek wisata
dan lain-lain.
3. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung di lapangan
untuk memperoleh gambaran nyata sebagai bahan komparasi hasil metode angket
terutama mengenai kondisi infrastruktur pariwisata dan fasilitas pelayanan yang
tersedia di obyek wisata serta hasil metode dokumentasi selain itu observasi
dilakukan untuk memperoleh data potensi wisata di Pantai Bopong dan sebagai
sumber data utama untuk penilaian kelayakan wisata terutama wisata pantai.
Instrumen yang digunakan merupakan lembar penilaian kelayakan yang terdiri
dari kriteria beserta unsur-unsur penilaian. Instrumen yang digunakan
berpedoman dari Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
(ADO-ODTWA) milik Departemen Kehutanan Dirjen.KUHP Tahun 2003 dengan
beberapa modifikasi pada unsur dalam kriteria penilaian yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
4. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data secara valid serta
untuk melengkapi data yang diperoleh melalui angket. Metode ini bertujuan untuk
memperoleh informasi secara langsung dari instansi yang terkait tentang faktor-
faktor geografis serta potensi wisata yang mendukung dalam pengembangan
obyek wisata Pantai Bopong, informasi tentang program pembangunan obyek
wisata Pantai Bopong, informasi tentang kondisi fisik dan sosial obyek wisata dan
32. 32
segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan obyek wisata Pantai
Bopong.
3.5 Analisis Data
Setelah selesai melakukan pencarian serta pengumpulan data, maka
selanjutnya dilakukan analisis data. Pada penelitian ini, penulis melakukan
analisis data dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif
1. Analisis Deskriptif Kuantitatif
Sugiyono (2020:206) menjelaskan pada analisis kuantitatif teknik analisis
statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan data yang sudah dikumpulkan seadanya
tanpa membuat suatu kesimpulan yang berlaku untuk umum. Penilaian faktor
geografis menggunakan kriteria dari Leopold sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kriteria Leopold
No Faktor
Geografis
Kriteria Leopold
1 Lokasi 24-80 km
2 Kemiringan
Lereng
0-25%
3 Iklim (Suhu) 15°C-27°C
(Curah hujan) >1000 mm/tahun
4 Flora dan
Fauna
Hewan dan tumbuhan tidak
berbahaya
5 Tanah Andosol dan latosol
Sedang-kasar
6 Air Tidak pernah mengalami
33. 33
kekeringan
Analisis deskriptif kuantitatif pada penelitian ini berpedoman pada ADO-
ODTWA dan disesuaikan dengan kondisi kawasan objek wisata. Kriteria
penilaian kelayakan wisata yang digunakan dalam penelitian ini yaitu masing-
masing kriteria memiliki bobot yang berbeda karena didasarkan pada urgensi
dari setiap unsur pengembangan pariwisata. Setiap kriteria kemudian dihitung
berdasarkan nilai dan bobot didalam tabel yang telah ditentukan sehingga
menghasilkan skor/nilai yang kemudian dapat diklasifikasikan kedalam
tingkat kelayakan kriteria. Jumlah skor/nilai untuk satu kriteria penilaian
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
S = N x B Keterangan : S = Skor / Nilai Kriteria
N = Jumlah unsur pada kriteria
B = Bobot
Skor/nilai yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total kriteria
skor yang diperoleh dari setiap kriteria akan ditentukan tingkat kelayakan sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Klasifikasi faktor penunjang pengembangan di objek wisata
Variabel
Sub
Variabel
Klasifikasi
Faktor
Penghambat
Faktor
Moderat
Faktor
Pendukung
Faktor
Daya Tarik 5 ─ 8.33
8.34 ─
11.67
11.68 ─ 15
Fasilitas
8 ─ 11.33
11.34 ─
14.68 ─ 18
35. 35
a. Geologi dan Geomorfologi
Karakteristik Pantai Bopong yang berpasir memberikan peluang bagi
pengelola untuk menambah daya tarik. Pada area berpasir yang cukup lapang
bisa disediakan area persewaan kuda ataupun mainan dengan mesin motor.
Ciri khas dari Pantai Bopong juga timbulnya bentukan lahan berupa laguna.
Laguna tersebut merupakan salah satu fenomena langka di Indonesia.
Keadaan laguna di Panati Bopong kurang begitu terawat. Pengelolaan
yang maksimal dengan tetap meperhatikan unsur konservasi terhadap Laguna
Pantai Bopong tentunya dapat mengangkat identitas Pantai Bopong. Menurut
Pradikta (2013) pembangunan wisata berbasis alam tidak boleh
mengesempingkan unsur-unsur alamiah seperti bentukan lahan, vegetasi dan
fauna yang hidup didalamnya.
2. Analisis Faktor Penunjang Pengembangan Objek Wisata
Faktor penunjang pengembangan memiliki fungsi untuk mengetahui
peranan dari faktor-faktor tersebut baik sebagai faktor pendukung ataupun
sebagai faktor penghambat dalam upaya pengembangan objek wisata.
Sehingga dengan mengetahui faktor-faktor penunjang pengembangan di objek
wisata Pantai Bopong dapat memudahkan dalam pengambilan tindakan untuk
pengembangan objek wisata. Pembangunan dan pengembangan objek wisata
Pantai Bopong boleh dilakukan tanpa merusak keaslian hutan tersebut.
Faktor-faktor penunjang pengembangan dalam objek wisata alam Pantai
Bopong dapat dijelaskan sebagai berikut:
36. 36
Variabel Sub
Variabel
Skor Interval Keterangan
Faktor
Pengembang
Daya Tarik 15 11.68 – 15 Faktor
Pendukung
Infrastruktur 8 6 – 8 Faktor Moderat
Fasilitas
Pelayanan
17 14.68 – 18 Faktor
Pendukung
Akomodasi 8 6.36 – 8 Faktor Moderat
Pengelolaan 8 6.36 – 8 Faktor Moderat
Permodalan 8 6.36 – 8 Faktor Moderat
Kondisi
Penduduk
8 6.36 – 8 Faktor Moderat
Sumber: Data hasil penelitian, 2021
a. Daya Tarik
Berdasarkan data penelitian yang sudah dilakukan daya tarik
masuk kedalam kategori faktor pendukung. Daya tarik dari Pantai
Bopong adalah keindahan yang bersifat alami. Laguna di Pantai Bopong
adalah bentukan alam yang langka di Pantai Pulau Jawa. Perlu adanya
tindakan konservasi dari pengelola mengingat laguna di Pantai Bopong
bisa saja hilang. Penyebab dari hilangnya laguna tersebut bisa karena
pendangkalan ataupun abrasi dari Pantai Selatan Jawa.
b. Infrastruktur
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, infrastruktur masuk
salam kategori faktor moderat. Hal tersebut berarti faktor infrastruktur
memiliki kondisi yang cukup baik tetapi membutuhkan perbaikan dan
peningkatan supaya berfungsi secara maksimal dalam pemenuhan
kebutuhan para pengunjung yang datang berwisata. Hal tersebut juga
37. 37
selaras dengan pendapat dari Umar (2013) bahwa infrastruktur
merupakan faktor pendukung yang sangat berpengaruh terhadap
pengembangan pariwisata. Infrastruktur meliputi pembangunan jalan,
terminal,stasiun serta sarana pendukung mobilitas lainnya, selain itu juga
penyediaan penerangan listrik, saluran air bersih, dan juga saluran
pembuangan limbah.
Adapun infrastruktur yang disediakan oleh pengelola sudah
terawat dengan baik. Aspek keindahan dan daya tarik dari bangunan
tersebut masih kurang. Penyebabnya fasilitas tersebut dibangun di area
wisata seharusnya juga memperhatikan aspek keindahan. Sarana dan
prasarana untuk mitigasi bencana sudah terpasang, namun belum tersedia
petugas yang bersertifikasi untuk menjaga kemanan pantai.
c. Fasilitas Pelayanan
Berdasarkan hasil analisis indikator fasilitias pelayanan masuk
dalam kategori faktor pendukung. Artinya fasilitas pelayanan yang
tersedia di Pantai Bopong mendorong kearah positif dalam kemajuan
pariwisata Pantai Bopong. Fasilitas pelayanan yang tersedia antara lain
fasilitas tempat ibadah tersedia di objek wisata Pantai Bopong, adanya
mushola dalam kondisi yang bagus dan bersih. Fasilitias SPBU dan juga
tersedia di sekitar objek wisata. Fasilitas ATM tersedia dengan jarak yang
38. 38
cukup jauh namun ada di sekitar pantai juga melayani penarikan tunai
melalui BRILink.
Fasilitas kesehatan, fasilitas keamanan juga tersedia di sekitar
objek wisata, adanya apotek dan puskesmas yang memiliki jarak masing-
masing 5 km dan 6 km dari objek wisata dan untuk fasilitas keamanan
tersedianya pos penjaga yang membantu dalam mengawasi dan jika
adanya terjadi suatu kejadian sehingga wisatawan menjadi lebih aman.
Fasilitas yang belum ada yaitu fasilitas toko souvenir.
d. Akomodasi
Ketersediaan akomodasi merupakan pendukung dalam kegiatan
pariwisata karena akomodasi dibutuhkan bagi wisatawan khususnya
mereka yang berasal dari luar daerah Kabupaten Kebumen untuk
memberikan tempat beristirahat bagi wisatawan yang telah melakukan
perjalanan wisata. Unsur akomodasi dalam pariwisata adalah ketersediaan
akomodasi, kondisi akomodasi dan harga akomodasi.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, akomodasi masuk
salam kategori faktor moderat. Hal tersebut berarti faktor akomodasi
memiliki kondisi yang cukup baik tetapi membutuhkan perbaikan dan
peningkatan supaya berfungsi secara maksimal dalam pemenuhan
kebutuhan para pengunjung yang datang berwisata. Kondisi akomodasi
juga dalam kondisi yang baik sehingga meningkatkan rasa nyaman bagi
wisatawan saat menginap. Harga akomodasi yang ditawarkan bervariasi,
39. 39
namun rata-rata harga akomodasi dibawah Rp 250.000 sehingga harganya
masih terjangkau untuk wisatawan yang ingin bermalam. Akomodasi
seperti penginapan yang berada dalam kawasan Pantai Bopong memang
belum tersedia. Hal tersebut bisa menjadi potensi bagi pengelola untuk
membangun resort sebagai peningkat daya tarik bagi wisatawan yang
akan berkunjung ke Pantai Bopong.
e. Pengelolaan
Pengelolaan pariwisata yang baik dapat meningkatkan kunjungan
wisatawan pada suatu obyek pariwisata. Pengelolaan dalam hal ini yaitu
Dinas Pariwisata dan juga pengelola obyek wisata tersebut. Obyek Wisata
Pantai Bopong dikelola langsung oleh karang taruna dan Kepala Desa
Surorejan yang berperan utama khususnya dalam manajemen pengelolaan
dan pengembangan wisata, serta berperan secara eksternal seperti
melakukan promosi wisata.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, pengelolaan masuk
dalam kategori faktor moderat. Hal tersebut berarti faktor pengelolaan
memiliki kondisi yang cukup baik tetapi membutuhkan perbaikan dan
peningkatan supaya berfungsi secara maksimal dalam pemenuhan
kebutuhan para pengunjung yang datang berwisata. Kekurangan yang
ditemukan bahwa pengelolaan di Pantai Bocor masih bersifat swadaya
dan belum terstandarisasi seperti Pantai Suwuk, Pantai Menganti dan
objek wisata yang lainnya.
40. 40
f. Permodalan
Modal diperlukan untuk pembangunan dan pengembangan suatu
obyek wisata. Tentu dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata
memerlukan dana dan permodalan yang tidak sedikit, oleh sebab itu
butuh permodalan dalam jumlah besar baik itu berasal dari pemerintah
maupun pihak swasta. Berdasarkan hasil analisis data penelitian,
permodalan masuk dalam kategori faktor moderat. Hal tersebut berarti
faktor pengelolaan memiliki kondisi yang cukup baik tetapi
membutuhkan perbaikan dan peningkatan supaya berfungsi secara
maksimal dalam pemenuhan kebutuhan para pengunjung yang datang
berwisata. Kekurangan yang ditemukan bahwa permodalan di Pantai
Bopong masih belum kuat. Kehadiran pemerintah dalam segi pendanaan
masih belum maksimal. Sehingga program seperti konservasi Laguna
Pantai Bopong sulit dilaksanakan.
g. Kondisi Penduduk
Penduduk sendiri mempunyai pengaruh terhadap pengembangan
suatu obyek pariwisata, bagaimana peran dan dukungan penduduk
terhadap keberadaan obyek wisata, dan bagaimana sikap penduduk
terhadap wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata dapat menentukan
kenyamanan wisatawan saat berwisata ke obyek wisata.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, faktor penduduk dalam
kategori faktor moderat. Hal tersebut berarti faktor penduduk memiliki
41. 41
kondisi yang cukup baik tetapi membutuhkan perbaikan dan peningkatan
supaya berfungsi secara maksimal dalam pemenuhan kebutuhan para
pengunjung yang datang berwisata. Tingginya angka penduduk yang
pendidikannya masih belum tercukupi merupakan salah satu kekurangan
yang ditemukan. Perlu adanya peningkatan tingkat pendidikan penduduk
Desa Surorejan. Sehingga wawasan yang dimiliki oleh penduduk
memiliki kualitas yang baik.
3. Usaha Pengembangan Wisata Pantai Bopong
Usaha yang dilakukan untuk pengembangan wisata Pantai Bopong.
Sektor Fisik Sektor Non Fisik
Pembangunan Sarana dan
Prasarana
Promosi
Spot selfie Penyelenggaraaan atraksi seni
Kerjasama dengan pemerintah
Pembangunan yang dilakukan umumnya pada sektor fisik objek
wisata. Pembangunan meliputi sarana MCK, tempat ibadah dan warung
makan di obyek wisata. Sarana tersebut dibangun atas swadaya masyarakat
dan hasil penjualan tiket masuk dari pengunjung. Pembangunan tersebut
masih berjalan dengan sederhana karena dana yang dikumpulkan masih
sedikit. Pengelola juga membuat wahana spot selfi yang cukup menarik minat
wisatawan. Spot selfi tersebut tentunya berbayar sehingga menambah
pemasukan bagi pengelola. Peranan unsur pemerintah masih sangat minim
dalam pengembangan kawasan wisata Pantai Bopong.
42. 42
Pemerintah berfungsi sebagai penjamin kekuatan hukum bagi setiap
pihak yang terlibat dalam pengelolaan Pantai Bopong. Regulasi dari
pemerintah daerah tentang pengelolaan objek wisata di Desa Surorejan belum
ada. Dampaknya dengan tidaka adanya peraturan yang mengikat, menjadikan
warga mendirikan usahanya secara illegal. Pengelola juga menggelar atraksi
seni untuk menarik minat pemgunjung. Kegiatan tersebut biasanya
dilaksanakan seminggu sekali pada hari Minggu.
Pengelola juga melakukan promosi baik secara online maupun offline.
Promosi online yang dilakukan menggunakan media sosial yang mebagikan
foto Pantai Bopong kepada pengguna media sosial. Promosi offline yang
dilakukan biasanya melalui pameran yang diselenggarakan oleh Dinas
Pariwisata Kebumen..
4. Rekomendasi Pengembangan Wisata di Pantai Bopong
Sektor Fisik Sektor Non Fisik
Pembangunan Sarana dan
Prasarana
Promosi
Pelestarian laguna Penyelenggaraaan atraksi seni
Penghijauan lahan kosong Kerjasama dengan pemerintah dan
swasta
Objek wisata Pantai Bopong memiliki potensi geografis berupa laguna
yang unik dan langka. Hanya ada 2 laguna di selatan Pulau Jawa.
Pemanfaatan objek tersebut bisa lebih maksimal jika pengelola juga
43. 43
memperhatikan aspek konservasi. Saat ini belum ada pengelolaan yang lebih
intensif dan terintegrasi dengan kawasan konservasi yang lain di Kabupaten
Kebumen. Penghijauan melalui penananaman mangrove juga perlu dilakukan
untuk menanggulangi abrasi. Mangrove juga berfungsi sebagai daya tarik
wisata yang baru.
Perbaikan sarana dan prasarana juga perlu dilakukan. Fasilitas yang
tersedia memang sudah cukup namun masih ala kadarnya. Peningkatan
kualitas sarana dan prasarana yang lebih baik akan memberikan kenyamanan
bagi pengunjung. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Pradikta (2013)
bahwa pengunjung akan lebih nyaman jika saran dan prasarana yang ada
memiliki kualitas yang layak.
Promosi dan edukasi kepada masyarakat tentang bentang lahan laguna
juga belum dilaksanakan dengan maksimal. Wisata edukasi di Pantai Bopong
belum dikembangkan. Pemanfaatan bentang lahan laguna sebagai sebuah
fenomena langka belum dimafaatkan secara maksimal. Potensi pengembangan
wisata edukasi sangat besar mengingat Pantai Bopong memiliki keunikan
geografis. Akses yang dekat dan mudah menjadikan keuntungan yang dapat
memposisikan Pantai Bopong sebagai wisata edukasi. Tujuan dari wisata
edukasi sendiri mampu memberikan fasilitas yang menjadi sarana informasi
dan pembelajaran untuk mendorong kepedulian masyarakat terhadap
kelestarian lingkungan. Menerapkan material alami pada perancangan wisata
edukasi lingkungan hidup untuk memanfaatkan potensi material lokal dan
44. 44
menanggapi isu lingkungan serta dapat digunakan sebagai sarana edukasi di
dalam wisata edukasi lingkungan hidup. Sehingga munculnya wisata edukasi
bisa menarik kepedulian masyarakat luas untuk peduli terhadap kelestarian
Pantai Bopong.
Kerjasama dengan pihak luar harusnya lebih intensif terutama dalam
bidang promosi baik itu iklan maupun atraksi seni. Atraksi seni merupakan
ajang promosi sekaligus menggali potensi bakat lokal yang ada. Sedangkan
iklan, pihak pengelola harus mampu membaca keinginan pasar sehingga
promosi yang dilakukan dapat tepat sasaran.
45. 45
DAFTAR PUSTAKA
Akliyah, L., & Umar, M. Z. (2013). Analisis Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai
Sebanjar Kabupaten Alor Dalam Mendukung Pariwisata Yang
Berkelanjutan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 13(2).
Arikunto, S. (1998). Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka
Cipta.
Bakarrudin. (2008). Perkembangan dan Permasalahan Kepariwisataan. UNP Press.
Bintarto, R., & Hadisumarno. (1987). Metode Analisis Geografi. LP3ES.
Dahuri, R., J.Rais, S.P.Ginting, & M.J. Sitepu. (2001). Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita.
Dal djoeni, N. (1982). Pedesaan Lingkungan Dan Pembangunan. Alumni.
Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. (2019). Neraca
Satelit Pariwisata Daerah. In Laporan NESPARDA. Dinas Kepemudaan
Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.
Hestiyanto, Y. (2005). Pengantar Geografi. Gramedia.
Mardianto, Djati, D. (2013). Potensi Sumber Daya Pesisir Kabupaten Jepara (Gadjah
Mada University Press (ed.)).
Muta’ali, L. (2015). Teknik Analisis Regional. Badan Penerbit Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada.
PP RI Tentang Kepariwisataan, Pub. L. No. 9 (2010).
Pradikta, Angga, 2013. Strategi Pengembangan Objek Wisata Waduk Gunungrowo
Indah dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Pati
Santoso, A. B. (2006). Diktat Perkuliahan Geografi Wisata. Jurusan Geografi
UNNES.
Singarimbun, M. (1987). Metode Penelitian Survai. LP3ES.
Sugiama, A. G. (2011). Ecotourism : Pengembangan Pariwisata berbasis konservasi
alam. 1.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
46. 46
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Alfabeta.
Suharyono, & Moch.Amien. (1994). Pengantar Filsafat Geografi. DEPDIKBUD.
Sujali. (1989). Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Yulinda, F. 2007. Ekowisata Sebagai Alternatif Pemenfatan Sumberdaya Pesisir
Berbasis Konservasi. Bogor. MSP – FPIK IPB.
Umar, Muhammad Zulkarnain. 2013. Strategi Untuk Mengembangkan Pantai
Sebanjar Sebagai Objek Pariwisata Unggulan di Kabupaten Alor Propinsi NTT.
Tugas Akhir. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung.
Undang-undang Kepariwisataan, Pub. L. No. 10 (2009).
Wahid, A. (2015). Strategi Pengembangan Wisata Nusa Tenggara Barat Menuju
Destinasi Utama Wisata Islami. Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
Wahyudi, I. (2017). Konsep Pengembangan Pariwisata.
https://cvinspireconsulting.com/konsep-pengembangan-pariwisata/
Widada. (2008). Mendukung Pengelolaan Taman Nasional yang Efektif Melalui
Pengembangan Masyarakat Sadar Konservasi yang Sejahtera. Ditjen PHKA -
JICA.
Yoeti, O. A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa.
Yulianda, F. (2007). Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir Berbasis Konservasi.