Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanDewangga Setiawan
[REFERENSI] Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase - Pengelolaan sampah merupakan tugas dan kewajiban dari Pemerintah Kota/Kabupaten untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang bersih dan sehat; untuk meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarat di wilayahnya; dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Pusat memiliki kewenangan dalam pembinaan dan pengaturan, termasuk dalam pengembangan petunjuk teknis yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten. Buku ini merupakan salah satu petunjuk teknis yang diharapkan dapat membantu pengelola sampah Kota/Kabupaten dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan. Buku standar operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan ini masih memerlukan penyesuaian terutama dalam hal perhitungan biaya pengelolaan dan retribusi; yang dalam hal ini perlu disesuaikan dengan satuan biaya yang berlaku di Kota/Kabupaten. Harapan penyusun semoga buku ini bermanfaat.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanDewangga Setiawan
[REFERENSI] Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase - Pengelolaan sampah merupakan tugas dan kewajiban dari Pemerintah Kota/Kabupaten untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang bersih dan sehat; untuk meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarat di wilayahnya; dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Pusat memiliki kewenangan dalam pembinaan dan pengaturan, termasuk dalam pengembangan petunjuk teknis yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten. Buku ini merupakan salah satu petunjuk teknis yang diharapkan dapat membantu pengelola sampah Kota/Kabupaten dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan. Buku standar operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan ini masih memerlukan penyesuaian terutama dalam hal perhitungan biaya pengelolaan dan retribusi; yang dalam hal ini perlu disesuaikan dengan satuan biaya yang berlaku di Kota/Kabupaten. Harapan penyusun semoga buku ini bermanfaat.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
1. Pengertian dan Tipe Sungai
Rekayasa Sungai
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Dr. Ir. Dandy Ahmad Yani, MM., MT
KAMIS, 06 MARET 2023
Pe r te mu a n 1 ( Pe r ta ma ) & 2 ( d u a )
2. BENTUK PENILAIAN AKHIR :
| PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
PENILAIAN PEMAHAMAN MAHASISWA
1. Nilai Presensi = 10 %
2. Nilai Tugas/Kuis = 40 %
3. UTS = 25 %
4. UAS = 25 %
KOMITMEN :
1. KETIDAK-HADIRAN MAKSIMAL 3 KALI, ATAU
PRESENSI MINIMAL 70 %.
2. APABILA TUGAS TERLAMBAT DIKUMPULKAN
AKAN MENDAPATKAN PENGURANGAN NILAI
SESUAI KELIPATAN WAKTU (-1 PER MENIT)
3. TIDAK MENGIKUTI UTS/UAS DIANGGAP GUGUR.
4. DISKRESI DOSEN PENGAMPU.
3. 1
•MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROSTATIK - SM 2
2
•HIDROLIKA, HIDROLOGI DAN REKAYASA LINGKUNGAN - SM 3
3
•PERENCANAAN BANGUNAN AIR - SM 5
4
•PERENCANAAN PELABUHAN, PERENCANAAN DRAINASE KOTA - SM 6
5
•PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR - SM 7
6
•REKAYASA SUNGAI - SM 8
KETERKAITAN MATA KULIAH REKAYASA SUNGAI DENGAN MATA KULIAH LAINNYA
7. A. PENGERTIAN SUNGAI
Sungai merupakan tempat-tempat dan wadah-
wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air
sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang pengalirannya oleh garis empadan.
Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian permukaan
bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah
disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air
tawar menuju ke laut, danau, rawa, atau sungai lain.
Pada dasarnya sungai terbentuk secara alamiah untuk
menjadi tempat mengalirnya air.
Menurut PP RI No. 35 Tahun 1991 :
Pengertian lain :
Kesimpulan : Sungai adalah
Bagian dari daratan yang menjadi tempat tempat aliran air yang berasal dari mata air atau curah hujan.
Sungai Jeneberang, Provinsi Sulawesi Selatan
8. A. PENGERTIAN SUNGAI
Bagian Sungai dibagi menjadi 3 kelompok yakni,
HULU, TENGAH, HILIR.
Pada setiap bagian memiliki ciri khas pada
penampang sungai seperti pada gambar berikut ini:
Sesuai dengan definisinya, susunan sungai mulai dari
hulu hingga ke hilir dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Pada bagian sungai yang memiliki arus deras dengan kemiringan tertentu, pola aliran sungai
dapat membentuk meander (tengah) dan akibat muatan sedimen yang dibawa dapat
membentuk delta (hilir)
(Anak Sungai)
9. B. FUNGSI & MANFAAT SUNGAI
Sungai sebagai sumber air, sangat
penting fungsinya dalam pemenuhan
kebutuhan air bagi masyarakat baik
transportasi, mandi, mencuci dan
sebagainya bahkan untuk wilayah
tertentu sungai dapat dimanfaatkan
untuk menunjang makan dan minum.
Selain itu di Indonesia, sungai
merupakan sarana penunjang utama
dalam meningkatkan pembangunan
nasional yang dapat menghubungkan
wilayah satu dengan lainnya.
Fungsi Utama :
Sumber Air Irigasi & Air Baku,
PLTA
10. Tipe sungai dapat dikelompokan berdasarkan
situasi/kondisi berikut ini :
C. TIPE SUNGAI
1. Sumber Air
2. Debit Air
3. Asal Kejadian
4. Struktur Geologi
5. Pola Aliran
Berdasarkan Sumber Air
1. Sungai Hujan
2. Sungai Glester
3. Sungai Campuran
Berdasarkan Debit Air
1. Sungai Permanen
2. Sungai Periodik
3. Sungai Episodik
4. Sungai Ephemeral
Berdasarkan Asal Kejadian
1. Sungai Konsekuen
2. Sungai Subsekuen
3. Sungai Obsekuen
4. Sungai Resekuen
5. Sungai Insekuen
Berdasarkan Pola Aliran
1. Sungai Radial
2. Sungai Dendritik/Menjari
Berdasarkan Struktur Geologi
1. Sungai Antesden
2. Sungai Superposed
11. C. TIPE SUNGAI
Berdasarkan Asal Kejadian
Berdasarkan Struktur Geologi
Berdasarkan Pola Aliran
Sentripetal = aliran berkebalikan dari radial
(air mengalir ke cekungan/lembah)
12. D. BENCANA, PENCEMARAN DAN MENEJEMEN
KONSERVASI SUNGAI
BENCANA
BANJIR
DAN
EROSI
SUNGAI
a) Banjir b) Banjir Lahar Dingin
c) Erosi Tanggul Menyebabkan Lahan Penduduk di Sekitar Sungai Ikut Tergerus
13. D. BENCANA, PENCEMARAN DAN MENEJEMEN
KONSERVASI SUNGAI
Pencemaran Sungai Bengawan Solo oleh Limbah
Mempengaruhi Biota yang Hidup Didalamnya
PENCEMARAN
SUNGAI
OLEH
SAMPAH
DAN
LIMBAH
14. D. BENCANA, PENCEMARAN DAN MENEJEMEN
KONSERVASI SUNGAI
Ragam Konservasi Sungai :
1. Pemasangan cerucuk pada meander
2. River improvement (perbaikan/peningkatan sungai),
3. Penguatan dan peninggian tanggul
4. Sudetan (by pass/short-cut)
5. Floodway
6. Sistem Drainase Khusus
Pemasangan Cerucuk Bambu Penguatan Tanggul Dengan Bronjong
Desain Sudetan
15. Proses Pembentukan Morfologi Sungai
Rekayasa Sungai
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Dr. Ir. Dandy Ahmad Yani, MM., MT
KAMIS, 06 MARET 2023
Per temuan 2 ( Kedua)
16. Morfologi sungai merupakan geometri
(bentuk dan ukuran), jenis, sifat dan
perilaku sungai dengan segala aspek
dan perubahannya dalam dimensi
ruang dan waktu.
Pada pembahasan Proses Pembentukan
Morfologi Sungai akan dibahas :
1. Parameter Fisik Palung Sungai
2. Proses Fluvial dan Pembentukan
Sungai
3. Morfologi Sungai
4. Dataran Banjir dan Formasi Delta
5. Lensa Pasir / Kipas Aluvial
17. A. PARAMETER FISIK PALUNG SUNGAI
Bantaran sungai merupakan lahan
pada kedua sisi sepanjang palung
sungai dihitung dari tepi sampai
dengan kaki tanggul sebelah dalam
Palung sungai merupakan lahan
pada kedua sisi sepanjang palung
sungai dihitung dari tepi sampai
dengan kaki tanggul sebelah dalam
Garis Sempadan merupakan garis
maya di kiri dan kanan palung
sungai yang ditetapkan sebagai
batas perlindungan sungai.
18. A. PARAMETER FISIK PALUNG SUNGAI
Lebar Puncak (T) merupakan lebar
permukaan air tegak lurus arah
aliran
Perimeter Basah (P) merupakan
panjang keliling dasar dan tebing
sungai mengikuti tampang
melintang tegak lurus aliran
Luas Tampang Basah (A) merupakan
luas tampang melintang yang
dibatasi oleh keliling dasar sungai
dan muka air.
Tampang Melintang merupakan
tampang sungai tegak lurus arah
aliran
Thalweg merupakan garis yang menghubungkan titik terendah palung sungai
Kedalaman Aliran (flow depth) merupakan jarak antara dasar sungai dan
muka air. Kedalaman diukur dari dasar palung terdalam (thalweg).
Keadaan Normal merupakan kedalaman aliran pada saluran uniform dengan
aliran steady flow. Pada kondisi ini muka air sejajar dengan kemiringan dasar
saluran dan juga kemiringan energinya
Kemiringan Dasar Memanjang
merupakan kemiringan rata-rata
thalweg pada ruas sungai tertentu.
19. B. PROSES FLUVIAL DAN PEMBENTUKAN SUNGAI
Fluvial merupakan istilah untuk lahan yang terbentuk
akibat suatu proses hingga menjadi morfologi sungai.
Pada dasarnya proses fluvial dapat terjadi akibat
limpasan air (run off) yang berlangsung terus – menerus
pada suatu lembah hingga terbentuk palung sungai dan
pola alirannya.
Limpasan air dapat berasal dari beragam sumber yang
menyebabkan terbentuknya sungai (pertemuan ke 1).
Penampang Sungai Zona Bagian Hulu
20. B. PROSES FLUVIAL DAN PEMBENTUKAN SUNGAI
Penampang Sungai Zona Bagian Tengah
Sejalan dengan aliran air yang mengalir dari
hulu ke hilir, energi bergerak mengikuti
transport air dan material di dalam palung
sungai dan dataran banjir. Energi tersebut
dapat menyebabkan gerusan (erosi) atau
pengendapan (sedimentasi) yang berbeda –
beda menurut zonanya.
Zona bagian hulu merupakan zona
pemasok sedimen, sedangkan zona
bagian tengah merupakan zona
transport sedimen, dan zona bagian hilir
merupakan zona pengendapan.
21. B. PROSES FLUVIAL DAN PEMBENTUKAN SUNGAI
Penampang Sungai Zona Bagian Hilir
Berdasarkan umurnya, sungai dapat
dikategori menjadi 3 kelompok, yaitu:
- Sungai Muda
- Sungai Dewas
- Sungai Tua
Sungai Muda merupakan bentuk awal alur
sungai. Memiliki aliran yang deras, lembah
yang sempit dan tidak merata, serta terdapat
banyak air terjun. Memiliki sedikit anak
sungai (tributaries)
22. B. PROSES FLUVIAL DAN PEMBENTUKAN SUNGAI
Sungai Dewasa merupakan
perkembangan selanjutnya dari
sungai muda, dengan sifat-sifat
lembah sungai yang cukup
lebar, kemiringan dasar sungai
relatif flat/datar, dan formasi
tebing terbentuk dari hasil
longsoran tebing sebelah hulu.
Material dasar sungai
terbentuk dari material
bergradasi hasil dari endapan
angkutan sedimen. Sungai
dewasa mempunyai bantaran
yang relatif sempit, dan
biasanya meander sungai
sudah terbentuk.
a) Sungai Dewasa Awal b) Sungai Dewasa Akhir
23. B. PROSES FLUVIAL DAN PEMBENTUKAN SUNGAI
Sungai Tua merupakan perkembangan selanjutnya
dari sungai dewasa.
Sebagai akibat dari proses erosi dan sedimentasi
yang terus menerus, lembah sungai terbentuk
dengan lebar sungai menjadi lebih lebar dan
kemiringan dasar sungai menjadi lebih landai.
Meander dan panjang meander yang terbentuk
masih lebih sempit dari lembah sungainya.
Ciri lain dari sungai tua adalah di kanan-kiri sungai
terbentuk tanggul alam dan banyak terbentuk
rawa-rawa. Banyak terjadi anak sungai yang
terbentuk sejajar dengan induk sungainya pada
jarak yang cukup panjang sebelum bermuara
kembali ke induk sungainya.
24. C. MORFOLOGI SUNGAI
Morfologi Sungai dapat dikenali dari pola aliran (plan
form), profil longitudinal, karakteristik saluran (channel
characteristics), tikungan luar (bends), pencabangan dan
pertemuan (bifurcations & confluences).
1. Plan form dikelompokan menjadi meandering dan
braided
Braided (bercabang)
Alur sungai yang terdiri dari beberapa alur dengan alur
satu dan lainnya saling berhubungan. Penyebab utama
terjadinya alur bercabang adalah tingginya beban
sedimen dasar, sehingga arus sungai tidak mampu untuk
mengangkut.
25. C. MORFOLOGI SUNGAI
Meandering
Sungai bermeander terbentuk oleh adanya pergerakan
menyamping akibat arus sungai terhadap formasi dan
perubahan bentuk lengkungan sungai.
Meander sungai terdiri dari lubuk (“pool”) dan alur
silang (“crossing”). Thalweg atau palung/alur utama,
alur dari satu lubuk ke lubuk berikutnya membentuk
sungai dengan Tipe “S”.
Dari beberapa penelitian diperoleh kesimpulan
bahwa panjang meander kira-kira antara 10 – 14 kali
lebar sungai pada kondisi bankfull, atau dapat
dinyatakan dalam debit bankfull : L = 46Q0.39
26. C. MORFOLOGI SUNGAI
Apabila proses erosi dan pengendapan terus
berjalan dalam waktu yang cukup panjang, proses
pembentukan meander berjalan terus dan pada
kondisi tertentu lengkungan meander akan terputus
dan terbentuk alur meander baru. Bekas meander
tersebut lama kelamaan akan terisi oleh endapan
sungai dan terbentuk lengkungan-lengkungan danau
(“oxbow”), dimana pengendapan akan lebih banyak
terjadi pada posisi dekat alur aktif.
27. C. MORFOLOGI SUNGAI
2. Channel Characteristics & Longitudinal Profile
Secara umum sungai memiliki karakteristik saluran
yang ditinjau berdasarkan besarnya nilai :
- Debit (Q)
- Banyaknya sedimen yang diangkut (S)
- Lebar sungai (B)
- Kedalaman air (h)
- Kemiringan sungai (i)
- Diameter butiran sediment (D)
Parameter tersebut, terutama debit
(Q), slope (i), diameter (D), dan lebar
(B) akan berubah sepanjang bidang
memanjang sungai (hulu ke hilir) akibat
energi yang terjadi.
Lebih jelasnya, dapat diperhatikan
gambar berikut ini:
Slope sebelum terjadi
gerusan dan endapan
Gerusan
Endapan Slope setelah terjadi
gerusan dan endapan
28. C. MORFOLOGI SUNGAI
3. Bends
Ada tiga tipe dari tikungan luar yang
dikelompokan menjadi :
- Free bends (mengikuti arah lembah)
- Limited bends (kedalaman yang curam dan
mengikis batuan)
- Force bends (gerakan terbatas)
Tipe – tipe tersebut dikelompokan
berdasarkan perbedaan batas
eksternal dan derajat kebebasan yang
membentuk formasi lateral.
29. C. MORFOLOGI SUNGAI
4. Bifurcations & confluences
Pencabangan dapat diartikan pembagian / distribusi
debit sungai kepada cabang sungai
Sedangkan pertemuan merupakan berkumpulnya
debit sungai dari anak sungai (tributaries).
Pencabangan (bifurcation) Pertemuan (confluence)
30. D. DATARAN BANJIR & FORMASI DELTA
Dengan berjalannya waktu, proses erosi
berjalan terus baik melalui proses erosi
permukaan maupun erosi yang terjadi di
badan sungai, disertai longsoran-longsoran
tebing, maka material hasil erosi tersebut
akan terangkut ke arah hilir.
Dengan banyaknya angkutan sedimen yang
terbawa arus sungai, maka seterusnya
sedimen tersebut akan diendapkan di daerah
yang relatif rendah dan selanjutnya akan
terbentuk dataran banjir (flood plan).
Pada tempat-tempat tertentu di hilir dekat
muara dimana kemiringan sungai relatif datar
dan turbulensi aliran kecil akan terjadi
endapan sungai yang selanjutnya akan
membentuk delta sungai
31. E. LENSA PASIR / KIPAS ALLUVIAL
Lensa pasir terbentuk pada
tempat dimana terjadi peralihan
dasar sungai yang curam ke
dasar sungai yang datar.
Dengan adanya perubahan dasar
sungai yang dari curam ke dasar
sungai yang datar, akan terjadi
proses pengendapan terhadap
beban sedimen yang cukup
banyak, dan selanjutnya akan
terjadi lensa-lensa pasir.
Proses terjadinya lensa pasir
hampir sama dengan proses
terjadinya delta, dan keduanya
akan memperkecil kemiringan
dasar sungai beserta
kecepatannya.
32. REFERENSI DAN PUSTAKA
1. Jansen, P. Ph, Principles of River Engineering, Delftse Uitgevers Maatsschappij, Delf, 1994.
2. Gardiner, John L., River Projects and Conservation, John Wiley & Sons, Singapore, 1992.
3. Soemarto, C.D, Hidrologi Teknik, Usaha Nasional, Surabaya, 1995.
UTAMA
PENDUKUNG
1. Chow, VT, Open Channel Hydraulics, Mc Graw Hill, New York, 1997.
2. Soewarno, Hidrologi-Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data, Jilid I, Nova, Bandung, 1995.
3. Soewarno, Hidrologi-Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data, Jilid II, Nova, Bandung, 1995.
33. 1. Jansen, P. Ph, Principles of River Engineering, Delftse Uitgevers Maatsschappij, Delf, 1994.
2. Gardiner, John L., River Projects and Conservation, John Wiley & Sons, Singapore, 1992.
3. Soemarto, C.D, Hidrologi Teknik, Usaha Nasional, Surabaya, 1995.
Kuis 1 : Jelaskan dengan singkat gambar dibawah ini, waktu 15 menit, tulis nama, NIM dan kelas.