SlideShare a Scribd company logo
REDUCTIO AD ABSURDUM 
Armahedi Mahzar © 2011 
Blog 1 Pengantar 
Salah satu cara untuk membuktikan suatu pernyataan adalah dengan menunjukkan bahwa 
penyangkalan atau negasi pernyataan tersebut menyebabkan suatu pertentangan alias 
kontradiksi. Cara pembuktian seperti ini dalam tradisi logika abad pertengahan disebut 
sebagai "reductio ad absurdum" 
Saya sudah lama mengetahui teknik pembuktian seperti itu karena anak SMP di zaman 
dulu diajari ilmu ukur dan Euklides lah yang membangun ilmu ukur 
secara aksiomatik dan dia kata http://mathworld.wolfram.com/ReductioadAbsurdum.html 
sangatlah mencintai metoda reductio ad absurdum ini. 
Tentu saja waktu itu saya tak mengetahui nama Latin dari metoda tersebut. Belakangan 
saya mengenal metoda itu dari pembuktian tentang adanya Tuhan menurut St. Anselmus 
di abad XII, jika Tuhan didefinisikan sebagai Yang Maha Sempurna. Kalau 
Tuhan tidak ada maka berarti Dia tidak memiliki ada yang berarti tidak Maha Sempurna 
dan ini adalah suatu kontradiksi: Yang Maha Sempurna itu tidak sempurna. Jadi Tuhan 
itu wajib adanya. 
Nah, ketika saya belajar logika modern yaitu logika Boole saya sudah lupa akan metoda 
1
itu, dan saya jatuh cinta pada logika Boole karena sifatnya yang 
simetris Dualitas. Bagi saya inilah keindahan alam cita. Kecintaan akan simetri itu 
akhirnya menyebabkan saya meneliti simetri partikel elementer untuk tugas akhir S1 dan 
skripsi S2. 
Salah satu prinsip lain selain prinsip simetri adalah prinsip ekonomi dalam satu ilmu. Jika 
ada dua buah teori, untuk menjelaskan berbagai peristiwa, yang satu lebih sedikit 
pengertian dasarnya dibanding teori yang lain, maka teori yang pertama disebut lebih 
ekonomis. Teori yang ekonomis lebih disukai ketimbang teori yang kompleks. 
Geometri Euklides adalah sebuah sistem matematika yang ekonomis. Semua hubungan 
geometris yang benar dapat dibuktikan secara logis sebagai konsekuensi dari hanya lima 
buah pernyataan intuitif yang disebut aksioma. Sistem aksioma Euklides adalah model 
bagi matematika lainnya. Misalnya, Giuseppe Peano (1858-1932), 
matematikawan Itali, membuat sembilan buah aksioma bagi membuktikan semua 
pernyatan-pernyataan ilmu hitung. 
Dalam rangkaian artikel berikut ini saya akan menceritakan jalan bahwa upaya 
mengaksiomakan aljabar logika yang ditemukan oleh Boole yang ternyata berujung pada 
sebuah sistem aksiomatika paling ekonomis yang hanya memiliki sebuah satu operasi 
tunggal dan satu aksioma tunggal yang bisa diinterpretasikan sebagai reductio ad 
absurdum. 
2
Blog 2 : Mengaljabarkan Logika 
Semenjak ilmu Logika ditemukan oleh Aristoteles ilmu tersebut dapat 
dikatakan sebagai bagian dari ilmu sastra karena kita harus menggunakan kata-kata 
dalam memaparkannya. Namun karena sulitnya, orangpun menciptakan berbagai macam 
simbol untuk menyingkat hukum-hukum itu, namun masih saja tetap sulit. 
Filsuf Gottfried Wilhelm Leibniz di abad ke-17 masehi memimpikan 
logika sebagai cabang matematika, tetapi tak dapat menemukannya. Baru di abad XIX, 
George Boole (1815-1864) matematikawan Inggris menemukan 
Aljabar Logika. Dalam logika pernyataan-pernyataan yang BENAR dan SALAH 
digabungkan dengan operasi ATAU dan DAN. Untuk mematematikkan logika maka dia 
melambangkan BENAR dengan 1 dan SALAH dengan 0. 
Boole melihat bahwa penggabungan DAN itu mirip dengan perkalian x. Soalnya 
pernyataan BENAR hanya menjadi BENAR hanya jika digabungkan melalui DAN 
dengan pernyataan lain yang BENAR, lain dari pada itu hasilnya adalah SALAH. Hal ini 
mirip dengan fakta ilmu hitung dimana 1 hanya menjadi 1 jika di kalikan dengan 1, lain 
dari pada itu hasilnya adalah 0. Dalam simbol ilmu hitung, ini berarti 1 x 1 = 1 dan 1 x 0 
= 0 X 1 = 0 X 0 = 0. Mirip kan? 
3
Namun, William Stanley Jevons (1835 –1882), filsuf Inggris, melihat 
bahwa logika mempunyai hukum aritmetika yang berbeda untuk operasi ATAU inklusif. 
Soalnya, dua pernyataan menjadi BENAR bila digabungkan melalui ATAU hanya jika 
salah satu pernyataan itu BENAR, selain dari pada itu hasilnya adalah SALAH. Jika 
ATAU disimbolkan dengan + maka pernyataan itu berarti 1 + 1 = 1 + 0 = 0 + 1 = 1 dan 0 
+ 0 = 0. Jadi 1 + 1 bukannya sama dengan 2 seperti dalam ilmu hitung, tetapi sama 
dengan 0. 
Selanjutnya Boole melihat operasi logika TIDAK a mirip dengan operasi ilmu hitung 1 - 
a. Soalnya 1 - 1 = 0 mirip dengan TIDAK BENAR = SALAH dan 1 - 0 = 1 mirip dengan 
TIDAK SALAH = BENAR. Dengan demikian dia menemukan sebuah ilmu hitung 
logika yang hanya mempunyai nilai 1 dan 0 dan mempunyai tiga operasi aritmetika +, X 
dan -. Di atas aritmetika logika inilah dia membangun aljabar logika di mana terdapat 
hubungan-hubungan aljabar yang aneh seperti misalnya x x = x + x = x untuk semua 
harga x. 
Pada akhir abad ke-19, Charles Sanders Peirce (1839-1914), 
matematikawan Amerika Serikat, dan Friedrich Ludwig Gottlob Frege 
(1848-1925) , matematikawan Jerman, merumuskan aljabar logika 
dengan simbolisasi dua dimensi atau gambar-gambar. Namun sayangnya, karena 
rumitnya notasi itu, maka penemuan mereka tidak populer di kalangan matematikawan 
yang terbiasa dengan untaian satu dimensi simbol-simbol matematik seperti pada ilmu 
hitung dan aljabar. 
4
Blog 3 : Mengaksiomakan Aljabar Logika 
Maka, Bertrand Russel (1872-1972) dan Alfred North Whitehead 
(1861-1947) bekerja bersama untuk melinierkan kembali aljabar Frege 
dan berupaya membangun seluruh matematika dari hanya enam buah 
aksioma logika saja. Walaupun nanti Kurt Godel (1906-1978) 
membuktikan bahwa ilmu hitung tak mungkin dibangun melalui sistem aksiomatik, 
keenam aksioma mereka tetap merupakan aksioma yang ekonomis untuk aljabar logika 
Boolean. Dia cukup menggunakan dua konsep yang primitif, operasi ATAU dan operasi 
TIDAK, dan enam pernyataan primitif atau aksioma. 
Walaupun jumlah aksioma logika hampir sama dengan jumlah aksioma geometri, jumlah 
itu bukanlah jumlah yang paling ekonomis. Misalnya saja, pada tahun 1913 Henry 
Maurice Sheffer (1882-1964) berhasil mengurangi jumlah aksioma menjadi empat 
dengan hanya satu operasi yaitu TIDAN (TIDAK DAN) alias NAND atau TATAU 
(TIDAK ATAU) alias NOR. Ini berarti bahwa sistem aksioma Sheffer merupakan sebuah 
penyederhanaan bagi sistem aksioma logika dalam Principia. Namun itu belum cukup 
sederhana. 
Misalnya, Jean George Pierre Nicod , matematikawan Perancis, berhasil mereduksi 
sistem aljabar logika Sheffer itu menjadi sistem formal dengan hanya menggunakan tiga 
5
buah aksioma saja. Bahkan pada akhirnya dia kemudian dapat mereduksi sistemnya 
sendiri menjadi sistem logika simbolik berbasis sebuah aksioma tunggal dengan satu 
simbol saja yaitu NAND alias NOT-AND, di mana x NAND y ditulis sebagai x|y. 
Namun sayangnya aksioma tunggal ini sangatlah panjang, melibatkan lima variabel dan 
sama sekali tidak lah intuitif karena menggunakan operasi NAND. 
((a|(b|c))|((e|(e|e))|((d|b)|((a|d)|(a|d))))) 
Melihat kompleksnya aksioma tunggal itu, maka tentu saja orang akan berusaha 
menyederhanakannya lebih lanjut. 
Misalnya, pada tahun 1931, Jan Lukasiewicz (1878-1956) berhasil mengurangi jumlah 
variabel dalam rumus Nicod menjadi empat dalam aksioma tunggal 
((P|(Q|R))|((S|(S|S))|((S|Q)|((P|S)|(P|S))))) 
Walaupun lebih sederhana, tetap saja tidak intuitif seperti halnya aksioma-aksioma 
geometri Euklides. Untuk mengurangi jumlah variabel menjadi tiga, tampaknya, 
dibutuhkan bantuan komputer seperti yang akan diceritakan nanti pada blog yang 
kemudian. 
6
Blog 4 : Menyederhanakan Aksioma Aljabar Logika 
Perjalanan sejarah menunjukkan bahwa setelah aljabar proposisi logika Boole berhasil 
direduksi menjadi sistem 6 aksioma dan 2 operasi primitif dalam Principia Mathematica, 
reduksi ini terus berlanjut hingga ditemukannya sistem formal logika Jean Nicod dengan 
1 aksioma 1 operasi. Namun sayangnya aksioma Nicod itu sangatlah panjang dan sangat 
sulit dipahami. Walaupun begitu sejarah juga menunjukkan bahwa ternyata ada jalan-jalan 
lain untuk menyederhanakan aljabar logika. 
Memang, perumusan aksiomatik Russell - Whitehead 
dengan notasi linier lebih jelas dari pada sistemnya Frege yang 
menggunakan notasi 2-dimensi atau planar. Namun sayangnya, kedua penulis Principia 
Mathematica ini justru mengembalikan simbolisasi linier atau satu dimensi dalam 
penelitian matematika logika dan mereka pun telah menghilangkan perumusan 
pernyataan aljabar logika, sebagai persamaan, seperti yang ditemukan oleh Boole, 
menjadi sebuah rangkaian pernyataan JIKA MAKA. 
Walaupun aksioma-aksioma Principia dituliskan dalam rangkaian JIKA MAKA, 
sebenarnya konsep operasional dasarnya adalah ATAU dan TIDAK. Dimana 
JIKA a MAKA b atau a->b dirumuskan sebagai TIDAK(a) ATAU b atau 
a' + b. Itulah sebabnya terjadilah upaya-upaya penyederhanaan dengan menggunakan 
persamaan-persamaan dengan notasi a + b untuk a ATAU b dan notasi a' untuk 
TIDAK(a) sebagai aksioma-aksioma. 
Misalnya, pada tahun 1933 Edward Vermilye Huntington (1874-1952), matematikawan 
Amerika, membuat sistem aksiomatik dengan 3 aksioma 2 simbol (+ dan ') sebagai 
berikut 
7
(Komutativitas) x + y = y + x 
(Asosiativitas) (x + y) + z = x + (y + z) 
(Huntington) (x' + y)' + (x' + y')' = x 
Sistem ini berhasil menurunkan semua identitas logis dalam Aljabar Boole. 
Tak lama kemudian muridnya, Herbert Ellis Robbins 
(1915-2001) mencoba menyederhanakan sistem aksioma Huntington menjadi sistem 3 
aksioma berikut 
(Komutativitas) x + y = y + x 
(Asosiativitas) (x + y) + z = x + (y + z) 
(Robbins) ( (x + y)' + (x + y')')' = x 
Namun sayang, Robbins tidak bisa membuktikan bahwa aljabar yang dibangun dengan 
tiga aksioma ini adalah identik dengan aljabar Boole. Bahkan banyak matematikawan 
telah mencoba membuktikan secara manual bahwa aljabar Robbins identik dengan 
aljabar Boole, namun semuanya berujung pada kegagalan. Baru pada tahun 1996, 
sebelum Robbins meninggal dunia, akhirnya dugaannya itu dibuktikan benar oleh 
William McCune dengan bantuan komputer . 
8
Blog 5 : Mengkomputerkan untuk Menyelesaikan 
Seorang pakar komputer, Winkler , kemudian pada tahun 1992 menemukan bahwa jika 
kita menambahkan pada sistem aksioma Robbins sebuah persyaratan 
tentang adanya dua elemen aljabar C dan D sehingga (C + D)' = (D)', maka aljabar 
Robbins identik dengan aljabar Boole. Dia membuktikan pernyataannya itu dengan 
menggunakan program komputer di lab Argonne. 
Pada tahun 1996 William McCune dengan menggunakan sebuah 
perangkat lunak yang bernama EQP berhasil menemukan eksistensi kedua elemen itu 
dalam aljabar Robbins setelah menjalankan komputernya selama lebih dari lima hari 
waktu mesin. 
Ini berarti tiga aksioma Robbins itu bisa seolah-olah merupakan merupakan basis yang 
terkecil bagi Aljabar Boole. Namun sebenarnya ada seorang matematikawan, Meredith, 
menemukan sebuah pasangan aksioma 
(Meredith1) (x' + y)' + x = x 
(Meredith2) (x' + y)' + (z + y) = y + (z + x) 
sebagai basis terkecil bagi aljabar Boole. 
9
Namun, dengan software Mathematica ciptaannya, Stephen Wolfram 
menemukan adanya 25 buah rumus yang mungkin digunakan sebagai aksioma tunggal 
yang hanya melibatkan 3 variabel dan 7 operasi jauh lebih sederhana dari aksioma 
tunggal Jean Nicod. 
Namun McCune, ahli komputer yang berhasil membuktikan bahwa aljabar Robbins 
identik dengan aljabar Boole, menemukan sebuah aksioma tunggal saja 
(McCune 1) (((x+y)'+z)'+(x+(z'+(z+u)')')')' = z 
yang terdiri hanya terdiri dari 6 operasi ATAU, 7 operasi TIDAK dan 4 variabel. Ini lebih 
sederhana dari sistem aksioma Robbins yang menggunakan 9 operasi +, 4 operasi ' dan 3 
variabel. 
Bahkan dia akhirnya bisa membenarkan dugaan Wolfram itu melalui pembuktiannya 
secara komputasional dan menunjukkan salah satu dari 25 identitas logis Wolfram adalah 
sebuah aksioma tunggal lain dengan notasi NAND di mana a NAND b ditulis a|b 
sebagai berikut 
(McCune 1') (x|((y|x)|x))|(y|(z|x)) = y 
Namun, mengingat sifat simetri dualitas aljabar Boole, a|b dalam aksioma ini dapat 
dibaca juga sebagai a NOR b atau (a + b)' , sehingga aksioma ini dapat dituliskan 
sebagai 
(McCune 1') ((x+((y+x)'+x)')'+(y+(z+x)')')' = y 
yang terdiri dari 6 operasi dan 3 variabel. Rumus ini lebih sederhana dari aksioma yang 
ditemukan McCune terdahulu. Jadi rumus ini merupakan aksioma tersederhana yang 
ditemukan oleh komputer. 
Namun, sebagai sebuah aksioma, dia sangatlah sulit untuk diinterpretasikan secara 
intuitif. Karena itu kita harus mencari jalur non-komputer untuk menyederhanakan hasil 
komputer ini lebih lanjut seperti yang akan diceritakan dalam blog berikut ini. 
10
Blog 6: Ikhtisar Simplifikasi Logika 
Rangkaian blog Reductio ad Absurdum mengisahkan kisah pencarian sistem aksioma 
aljabar logika Boole yang tersederhana: baik oleh manusia semata, maupun dengan 
bantuan komputer. 
Berikut ini adalah ringkasan blog-blog yang telah diposting sebelum ini. Tujuan dari 
ringkasan ini adalah memetakan perjalanan sejarah manusia untuk mengaksiomakan 
logika seekonomis mungkin. 
Untuk bisa membandingkan berbagai aksioma yang secara signifikan maka saya di sini 
akan menyeragamkan perumusan aksioma tunggal itu dengan menggunakan simbolisasi 
Sheffer yang mendefinisikan operasi-operasi aljabar lain dengan satu operasi logika dasar 
yang menggabungkan TIDAK dengan DAN atau ATAU menjadi TIDAN alias NAND 
atau TATAU alias NOR yang disimbolkan oleh |. 
Merumuskan Aksioma Logika 
Dalam blog Reductio ad Absurdum bagian 1 dan bagian 2 diceritakan bagaimana logika 
yang ditemukan oleh Aristoteles dialjabarkan oleh George Boole 
dan kemudian aljabar Boole diaksiomakan berujung pada sistem aksioma Principia 
Mathematica yang merupakan linierisasi sistem simbolisasi planar Gotlobb Frege. 
Dalam aksiomatisasi linier logika ini Russel-Whitehead mengambil dua operasi logika, 
yaitu TIDAK dan ATAU, sebagai operasi fundamental. Akan tetapi dalam perumusan 
aksioma-aksiomanya, Russel dan Whitehead menggunakan operasi gabungan JIKA x 
MAKA y yang didefinisikannya sebagai TIDAK(x) ATAU y. 
Menyederhanakan Aksioma Logika 
Dalam blog Reductio ad Absurdum bagian 3 ditunjukkan bagaimana usaha manusia 
untuk menyederhanakan aljabar Boole. Dimulai dengan Sheffer, matematikawan 
11
Amerika Serikat, yang menyederhanakan aksioma logika Russell - 
Whitehead, keduanya filsuf Inggris, dalam buku mereka Principia Mathematica. 
Lalu matematikawan Perancis, Jean Nicod, pada tahun 1917 menurunkan semua 
Aksioma Sheffer dari sebuah aksioma tunggal dengan 5 variabel dan 11 operasi. 
Tigabelas tahun kemudian, matematikawan Polandia Jan Lukasiewicz pada tahun 1931 
menyederhanakan aksioma Nicod menjadi sebuah aksioma yang mengandung 4 variabel 
dan 11 operasi | atau NOR. 
Kebuntuan Usaha Manusia 
Dalam blog Reductio ad Absurdum bagian 4 dikisahkan bagaimana manusia mengalami 
kebuntuan untuk menyederhanakan aljabar Boole dengan hanya menggunakan operasi 
ATAU dan TIDAK. 
Pada tahun 1933 Huntington menyederhanakan aksiomatisasi aljabar logika dengan 
menggunakan dua operasi fundamental yaitu ATAU dan TIDAK dengan tiga aksioma 
yaitu komutativitas, asosiativitas dan sebuah identitas logika yang kemudian disebut 
sebagai aksioma Huntington. 
Muridnya pada tahun yang sama mengusulkan untuk mengganti aksioma Huntington 
dengan sebuah aksioma yang lebih sederhana yaitu aksioma Robbins. Namun sayang dia 
tak bisa membuktikan bahwa sistem aksioma baru itu merupakan basis bagi aljabar 
logika Boole. 
Selama puluhan tahun, berbagai matematikawan dan logikawan berusaha untuk 
membuktikan kebenaran dugaan Robbins tersebut, namun selalu berujung pada 
kegagalan. Baru pada tahun 1996 William McCune berhasil membuktikan kebenaran 
dugaan Robbins itu dengan bantuan komputer. 
Komputer Menuntaskan Penyederhanaan 
Dalam blog Reductio ad Absurdum bagian 5 dikisahkan bagaimana komputer berhasil 
menuntaskan upaya penyederhanaan aljabar Boole. Misalnya William McCune 
12
pada tahun 2000 dengan bantuan komputer menemukan aksioma 
tunggal yang jika disingkat, dengan cara menuliskan NOR atau (x+y)' sebagai (x|y), 
mengandung 4 variabel, 6 operasi | dan 1 operasi '=' 
Namun berdasarkan daftar hasil komputasi Stephen Wolfram, yang menggunakan 
program Mathematica ciptaannya, McCune pada tahun 2000, dengan menggunakan 
program Otten ciptaannya, akhirnya dapat membuktikan identitas Wolfram itu adalah 
aksioma tunggal, bagi aljabar Boole, yang mengandung 3 variabel, 6 operasi | dan 1 
operasi '='. Namun sayang identitas Wolfram bagi saya tidak mempunyai makna yang 
intuitif. 
Kesimpulan sementara 
Ternyata komputer sangat berguna untuk memecahkan masalah penyederhanaan 
aksiomatik logika sehingga pada akhirnya menemukan aksioma tersederhana bagi 
Aljabar Logika Boole. 
Kenyataan ini seolah mengatakan pada kita bahwa komputer lebih hebat daripada 
manusia dalam penyelesaian masalah matematika, bukan hanya yang praktis numerik, 
tetapi juga yang abstrak teoritis non-numerik. Apakah memang betul demikian? 
Blog-blog berikut akan mencoba menunjukkan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah 
kebalikannya. Aksioma Robbins ternyata akan menjadi aksioma tunggal jika kita 
merumuskan aljabar Boole dalam bentuk simbolisasi planar. Aksioma ini bahkan lebih 
sederhana lagi daripada aksioma Wolfram yang ditemukan komputer. Lebih dari itu, 
aksioma Robbins ini adalah simbolisasi dari sesuatu yang intuitif: reductio ad absurdum. 
13
Blog 7 : Menggambar untuk Menyederhanakan 
Ini cerita lain penyederhanaan aksiomatisasi aljabar Boole tanpa pakai komputer. 
Seorang matematikawan Inggris, George Spencer-Brown , menulis 
sebuah buku berjudul "Laws of Form". 
diterbitkan pada tahun 1969. Dalam buku ini Spencer-Brown telah 
melakukan langkah revolusioner dalam penulisan simbolisasi matematika. 
Pertama-tama dia menggunakan kekosongan (void) atau ketiadaan simbol sebagai 
simbol. Ketiadaan simbol antara dua variabel menunjukkan adanya sebuah operasi yang 
menggabungkan kedua variabel itu. Sementara itu kekosongan dalam perumusan suatu 
fungsi disebutkan sebagai mencerminkan suatu konstanta. Jika ketiadaan sebagai antara 
adalah ATAU maka konstanta ketiadaan adalah SALAH 
Sementara itu dia juga menggunakan sebuah simbol siku yang disebutnya sebagai 
"PALANG" atau "CROSS". Jika x berada di dalam palang maka bacaannya adalah 
TIDAK(x). 
Seperti halnya kekosongan, PALANG ini mempunyai dua peran: sebagai operasi 
terhadap variabel yang berada dibawah-kirinya dan sebagai suatu konstanta apabila di 
kiri bawah PALANG itu kosong. 
Ketika membaca buku Brown, tentu saja saya bingung setengah mati. Misalnya ketika dia 
menuliskan dua aksioma bagi ilmu hitung primernya sebagai berikut: 
14
Dengan notasi piktorial ini dia dapat menyederhanakan penulisan rumus-rumus aljabar 
logika yang linier menjadi persamaan antara gambar-gambar simbolik yang planar. 
Dengan notasi planar ini maka hukum asosiasi dan hukum komutasi tidak perlu lagi 
digambarkan. 
Untuk memudahkan penulisan kita menggunakan notasi seperti ini (x) untuk "x di 
dalam PALANG." Dalam notasi baru yang linier ini kita menganggap setiap 
untaian simbol nilainya tak berubah jika urutannya diacak. Dalam notasi ini kedua 
aksioma aritmetika dapat dituliskan sebagai 
(()) = 
()() = () 
Penulisan baru memudahkan kita untuk memahami aritmetika primer. Misalkan kita 
menafsirkan KOSONG sebagai SALAH, maka () atau (KOSONG) = 
(SALAH) = TIDAK(SALAH) yang tak lain dari pada BENAR. Dalam 
pembacaan ini, penjajaran ab dibaca dengan a ATAU b. Dengan demikian kedua aksioma 
aritmetika ini tak lain dari pada 
TIDAK(BENAR) = SALAH 
BENAR ATAU BENAR = BENAR 
Dengan cara penulisan dan pembacaan ini, maka dengan mudah kita melihat bahwa 
aksioma pertama dan kedua masing-masingnya adalah isi dari Tabel Kebenaran bagi 
operasi TIDAK dan ATAU. Isi yang lain dari tabel-tabel logika itu tak perlu dituliskan 
karena secara visual merupakan identitas. 
Misalnya TIDAK(SALAH)=BENAR atau SALAH ATAU BENAR = 
BENAR ATAU SALAH = BENAR dalam notasi baru sama-sam dituliskan 
sebagi () = (), sedang SALAH ATAU SALAH = SALAH dituliskan dengan 
sangat sederhana 
15
16 
= 
Jadi kita tak perlu menghafal 6 buah isi 2 tabel logika, cukup 2 saja yaitu aksioma-aksioma 
aritmetika primer. Memudahkan bukan? 
Itulah sebabnya mengapa Spencer-Brown bisa membangun sebuah sistem aljabar 2- 
aksioma untuk membangun sebuah aljabar yang identik dengan aljabar logika Boole. 
Kedua aksioma itu adalah 
Hukum posisi: ( ( a ) a ) = 
Hukum Transposisi: ( (a c) (b c) ) = ( (a) (b) ) c 
Secara logika, hukum posisi tak lain dari hukum kontradiksi dan hukum transposisi tak 
lain dari hukum distribusi. Dengan demikian, Aljabar Brown adalah penyederhanaan 
aksiomatik Aljabar Logika Boole. Sebuah prestasi yang patut dipuji, namun ternyata 
langkah Spencer-Brown hanyalah satu langkah menuju penyederhanaan selanjutnya. 
Louis Kauffman , seorang matematikawan dari Amerika Serikat, 
kemudian menyederhanakan aljabar Brown itu menjadi cukup berbasis pada satu aksioma 
saja, yaitu aksioma Huntington. Dia melakukannya dengan cara menuliskan aksioma 
Huntington itu dalam simbolisasi planar berupa gambar-gambar yang disebutnya sebagai 
Aljabar Kotak . 
Dengan cara simbolisasi planar alias notasi gambar ini, seperti halnya Aljabar Brown, 
Aljabar Kotak dia tidak memerlukan lagi kedua aksioma pertama Huntington tentang 
komutativitas dan asosiativitas operasi ATAU atau + karena pada bidang tak ada 
persoalan urutan, yang ada adalah keserempakan. 
Setelah terbukti oleh komputer bahwa aksioma Huntington adalah sebuah teorema dalam 
aljabar Robbins, maka dalam aljabar Boole aksioma Robbins
menjadi satu-satunya aksioma. 
Seperti diceritakan terdahulu, sebuah komputer memerlukan waktu selama lima hari 
mesin untuk membuktikan aljabar Robbins identik dengan Aljabar Boole. Komputer 
memerlukan 17 dalil pertolongan untuk membuktikan persyaratan Winkler kedua itu dari 
aksioma Robbins. Sedangkan seorang manusia bernama Louis Kauffman dengan aljabar 
Kotak hanya memerlukan 14 lemma atau dalil pertolongan. 
Bahkan belakangan pada tahun 2003 Allen Mann menemukan cukup 8 buah dalil 
pertolongan untuk membuktikan kondisi Winkler kedua dan dari sini dibuktikan kondisi 
Winkler pertama yang pada akhirnya membuktikan identitas Huntington dari aksioma 
Robbins. Sedangkan Huntington sendiri telah membuktikan bahwa semua aksioma 
aljabar Boolean dapat diturunkan dari aksioma Huntington berikut aksioma-aksioma 
komutativitas dan asosiativititas. Karena kedua aksioma terakhir tidak diperlukan lagi 
dalam simbolisasi planar, maka ini berarti bahwa Aljabar Robbins adalah ekivalen 
dengan aljabar logika Boole. 
Dalam notasi ATAU + dan TIDAK ' aksioma Robbins dapat dituliskan sebagai 
(Robbins) x = ((x+y)’+(x+y’)’ 
Dalam notasi NOR atau | aksioma Robbins ini dapat ditulis sebagai 
x = ((x|y)|(x|(y|y))) 
yang hanya mempunyai 2 variabel, 4 operasi NOR dan 1 operasi = . 
Sedangkan aksioma tunggal Wolfram 
y = (x|((y|x)|x))|(y|(z|x)) 
yang mengandung 3 variabel, 6 operasi NOR dan 1 operasi =. 
Dengan demikian dapatlah disimpulkan penalaran manusia ternyata lebih unggul 
ketimbang penalaran komputer, karena menghasilkan sesuatu yang lebih sederhana. 
17
Soalnya, penggunaan simbolisasi planar adalah sebuah lompatan intuitif kreatif yang tak 
dimiliki oleh komputer. 
Pertanyaannya sekarang: adakah makna intuitif dari aksioma Robbins ini? Inilah yang 
akan dijawab dalam blog berikut ini. 
18
Blog 8 : Memaknai Aksioma Robbins: 
Reductio Ad Absurdum 
Dalam blog sebelum ini telah ditunjukan bahwa pandangan manusia yang bersifat planar 
berhasil mereduksi seluruh aljabar Boole menjadi aljabar dengan 
basis aksioma tunggal Robbins 
(Robbins) x = ((x+y)’+(x+y’)’ 
Persoalannya sekarang: apakah makna intuitif dari aksioma Robbins itu? Untuk 
menjawab pertanyaan itu, marilah kita tuliskan kembali rumus Robbins dalam notasi 
logika yang lebih luas, di mana disamping ATAU dan TIDAK, kita juga memiliki 
operasi DAN dan JIKA MAKA. 
Dalam notasi gambar dimana A’ dilukiskan sebagai “A dalam kotak” dan A+B 
dilukiskan sebagai “A di luar B”, maka aksioma Robbins dapat dilukiskan sebagai 
yang sangat sederhana karena hanya mengandung 2 variabel dan 3 operasi ATAU dan 
19
4 operasi TIDAK. Aksioma ini jauh lebih sederhana daripada aksioma tunggal 
Wolfram dalam simbolisasi linier komputer 
(Wolfram) ((x+((y+x)'+x)')'+(y+(z+x)')')' = y 
yang terdiri dari 3 variabel, 6 operasi ATAU dan 7 operasi TIDAK. 
Makna aksioma Robbins itu dapat dipahami jika kita mengingat bahwa 
A DAN B = TIDAK(TIDAK(A) ATAU TIDAK(B) 
dan 
JIKA A MAKA B = A’ + B 
yang dapat dituliskan dalam bentuk rumus simbolis 
A & B = (A’ + B’)’ 
dan 
A ->B = A’ + B 
Dengan menggunakan rumus-rumus ini, Mengingat A itu sama dengan 
TIDAK(TIDAK(A)) atau A’’ , maka aksioma Robbins dapat ditulis sebagai 
berikut 
A = ( A’-> B) & ( A’ -> B’) 
Rumus ini dapat dinyatakan dalam kata-kata sebagai berikut 
+--------------------------------+ 
|A BENAR | 
|jika dan hanya jika | 
|TIDAK A menimbulkan kontradiksi | 
|di mana B dan TIDAK B | 
|sekaligus sama-sama BENAR. | 
+--------------------------------+ 
Pernyataan ini adalah apa yang dalam tradisi logika klasik sebagai argumentasi 
Reductio Ad Absurdum 
Akhirnya kini dapatlah disimpulkan bahwa seluruh Aljabar Logika Boole dapat dibangun 
atas sebuah aksioma tunggal yaitu aksioma Robbins yang sebenarnya tak lain dari 
perumusan prinsip Reductio Ad Absurdum. 
20
Dalam perspektif ini seluruh logika modern secara aljabar bertumpu pada hanya satu 
landasan tunggal argumentasi klasik yang sangat intuitif jika dirumuskan dalam 
perlambangan berbentuk gambar-gambar dimensi dua. Bagi saya, ini adalah sebuah 
keindahan intelektual yang luar biasa dan mengagumkan. 
Sependapatkah Anda dengan saya? 
21

More Related Content

What's hot

FISIKA YUNANI (THALES, COPERNICUS, ARCHIMEDES, THYCO BRAHE, DAN DEMOKRITOS)
FISIKA YUNANI (THALES, COPERNICUS, ARCHIMEDES, THYCO BRAHE, DAN DEMOKRITOS)FISIKA YUNANI (THALES, COPERNICUS, ARCHIMEDES, THYCO BRAHE, DAN DEMOKRITOS)
FISIKA YUNANI (THALES, COPERNICUS, ARCHIMEDES, THYCO BRAHE, DAN DEMOKRITOS)
Fitriyana Migumi
 
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan  Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
KuliahMandiri.org
 
Latihan Soal UTS-UAS UGM
Latihan Soal UTS-UAS UGMLatihan Soal UTS-UAS UGM
Latihan Soal UTS-UAS UGM
Jonathan Christian
 
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester GanjilSoal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
ahmad sururi
 
Keberadaan fisika sudah ada sejak zaman yunani kuno
Keberadaan fisika sudah ada sejak zaman yunani kunoKeberadaan fisika sudah ada sejak zaman yunani kuno
Keberadaan fisika sudah ada sejak zaman yunani kunoRafhachan HyuugaUchiha
 
3 penulisan unsur serapan
3 penulisan unsur serapan3 penulisan unsur serapan
3 penulisan unsur serapan
Simon Patabang
 
Perkembangan sosiologi di indonesia
Perkembangan sosiologi di indonesiaPerkembangan sosiologi di indonesia
Perkembangan sosiologi di indonesia
Fikri Prasetyo Wicaksono
 
Powerpoint Hukum Gauss & Energi Potensial Listrik dan Potensial Listrik
Powerpoint Hukum Gauss & Energi Potensial Listrik dan Potensial ListrikPowerpoint Hukum Gauss & Energi Potensial Listrik dan Potensial Listrik
Powerpoint Hukum Gauss & Energi Potensial Listrik dan Potensial Listrik
Indri Sukmawati Rahayu
 
Definisi Filsafat Ilmu
Definisi Filsafat IlmuDefinisi Filsafat Ilmu
Definisi Filsafat Ilmu
AndhinaFitrianitaPutri
 
Hakikat dan Makna Sains, Teknologi dan Seni Bagi Manusia
Hakikat dan Makna Sains, Teknologi dan Seni Bagi ManusiaHakikat dan Makna Sains, Teknologi dan Seni Bagi Manusia
Hakikat dan Makna Sains, Teknologi dan Seni Bagi Manusia
Cecep Kustandi
 
Filsafat fkm-2-sejarah-filsafat (1)
Filsafat fkm-2-sejarah-filsafat (1)Filsafat fkm-2-sejarah-filsafat (1)
Filsafat fkm-2-sejarah-filsafat (1)
Mu'amar ad darory
 
Feminisme
FeminismeFeminisme
Feminisme
Puspita Sari
 
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORBAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORMustahal SSi
 
tabel kebenaran&hukum
 tabel kebenaran&hukum tabel kebenaran&hukum
tabel kebenaran&hukum
Huzairi Zairi
 
Desain pembelajaran fisika
Desain pembelajaran fisika Desain pembelajaran fisika
Desain pembelajaran fisika
Vina Serevina
 
14. sma kelas xi rpp pemanasan global (karlina 1308233) (1)
14. sma kelas xi rpp pemanasan global (karlina 1308233) (1)14. sma kelas xi rpp pemanasan global (karlina 1308233) (1)
14. sma kelas xi rpp pemanasan global (karlina 1308233) (1)
eli priyatna laidan
 
Gaya lorentz
Gaya lorentzGaya lorentz
Gaya lorentz
hanifulmuttaqin87
 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiHosyatul Aliyah
 
Algoritma dan Struktur Data - Bubble Sort
Algoritma dan Struktur Data - Bubble SortAlgoritma dan Struktur Data - Bubble Sort
Algoritma dan Struktur Data - Bubble Sort
KuliahKita
 

What's hot (20)

FISIKA YUNANI (THALES, COPERNICUS, ARCHIMEDES, THYCO BRAHE, DAN DEMOKRITOS)
FISIKA YUNANI (THALES, COPERNICUS, ARCHIMEDES, THYCO BRAHE, DAN DEMOKRITOS)FISIKA YUNANI (THALES, COPERNICUS, ARCHIMEDES, THYCO BRAHE, DAN DEMOKRITOS)
FISIKA YUNANI (THALES, COPERNICUS, ARCHIMEDES, THYCO BRAHE, DAN DEMOKRITOS)
 
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan  Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
 
Latihan Soal UTS-UAS UGM
Latihan Soal UTS-UAS UGMLatihan Soal UTS-UAS UGM
Latihan Soal UTS-UAS UGM
 
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester GanjilSoal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
 
Keberadaan fisika sudah ada sejak zaman yunani kuno
Keberadaan fisika sudah ada sejak zaman yunani kunoKeberadaan fisika sudah ada sejak zaman yunani kuno
Keberadaan fisika sudah ada sejak zaman yunani kuno
 
3 penulisan unsur serapan
3 penulisan unsur serapan3 penulisan unsur serapan
3 penulisan unsur serapan
 
Perkembangan sosiologi di indonesia
Perkembangan sosiologi di indonesiaPerkembangan sosiologi di indonesia
Perkembangan sosiologi di indonesia
 
Powerpoint Hukum Gauss & Energi Potensial Listrik dan Potensial Listrik
Powerpoint Hukum Gauss & Energi Potensial Listrik dan Potensial ListrikPowerpoint Hukum Gauss & Energi Potensial Listrik dan Potensial Listrik
Powerpoint Hukum Gauss & Energi Potensial Listrik dan Potensial Listrik
 
Definisi Filsafat Ilmu
Definisi Filsafat IlmuDefinisi Filsafat Ilmu
Definisi Filsafat Ilmu
 
Hakikat dan Makna Sains, Teknologi dan Seni Bagi Manusia
Hakikat dan Makna Sains, Teknologi dan Seni Bagi ManusiaHakikat dan Makna Sains, Teknologi dan Seni Bagi Manusia
Hakikat dan Makna Sains, Teknologi dan Seni Bagi Manusia
 
Filsafat fkm-2-sejarah-filsafat (1)
Filsafat fkm-2-sejarah-filsafat (1)Filsafat fkm-2-sejarah-filsafat (1)
Filsafat fkm-2-sejarah-filsafat (1)
 
Sorting ppt
Sorting ppt Sorting ppt
Sorting ppt
 
Feminisme
FeminismeFeminisme
Feminisme
 
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORBAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
 
tabel kebenaran&hukum
 tabel kebenaran&hukum tabel kebenaran&hukum
tabel kebenaran&hukum
 
Desain pembelajaran fisika
Desain pembelajaran fisika Desain pembelajaran fisika
Desain pembelajaran fisika
 
14. sma kelas xi rpp pemanasan global (karlina 1308233) (1)
14. sma kelas xi rpp pemanasan global (karlina 1308233) (1)14. sma kelas xi rpp pemanasan global (karlina 1308233) (1)
14. sma kelas xi rpp pemanasan global (karlina 1308233) (1)
 
Gaya lorentz
Gaya lorentzGaya lorentz
Gaya lorentz
 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : Ontologi
 
Algoritma dan Struktur Data - Bubble Sort
Algoritma dan Struktur Data - Bubble SortAlgoritma dan Struktur Data - Bubble Sort
Algoritma dan Struktur Data - Bubble Sort
 

Similar to Reductio ad absurdum

Sejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri EuclidSejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri Euclid
sahala_ambarita7
 
Resume geometri euclid
Resume geometri euclidResume geometri euclid
Resume geometri euclid
Andriani Widi Astuti
 
Geometri non euclid
Geometri non euclidGeometri non euclid
Geometri non euclid
windarti aja
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
windarti aja
 
Sejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclidesSejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclides
sahala_ambarita7
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
windarti aja
 
Sejarah matematika
Sejarah matematikaSejarah matematika
Sejarah matematika
Zaidi Zakaria
 
Sejarah mtk
Sejarah mtkSejarah mtk
Sejarah mtk33335
 
Hakikat matematika
Hakikat matematikaHakikat matematika
Hakikat matematika
Auci Pernia
 
Pertemuan 06 Logic dan Learning Method
Pertemuan 06 Logic dan Learning MethodPertemuan 06 Logic dan Learning Method
Pertemuan 06 Logic dan Learning Method
Endang Retnoningsih
 
Tokoh-Tokoh Aljabar
Tokoh-Tokoh AljabarTokoh-Tokoh Aljabar
Tokoh-Tokoh Aljabar
ailisda_nur
 
Segitiga Khayyam-Pascal
Segitiga Khayyam-PascalSegitiga Khayyam-Pascal
Segitiga Khayyam-Pascal
Universitas Siliwangi
 
Lisa
LisaLisa
Lisa
er nisa
 
Lisa
LisaLisa
Lisa
er nisa
 
Bilangan e
Bilangan eBilangan e
Bilangan e
Indah Sari
 
Bab i uas b.indo
Bab i uas b.indoBab i uas b.indo
Bab i uas b.indo
srimayaasih01
 
pengantar logika-matematika_Jilid_2
pengantar logika-matematika_Jilid_2pengantar logika-matematika_Jilid_2
pengantar logika-matematika_Jilid_2
Fathur Diakfari
 
Paham filsafat matok
Paham filsafat matokPaham filsafat matok
Paham filsafat matok
xawa Cide
 

Similar to Reductio ad absurdum (20)

Sejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri EuclidSejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri Euclid
 
Resume geometri euclid
Resume geometri euclidResume geometri euclid
Resume geometri euclid
 
Geometri non euclid
Geometri non euclidGeometri non euclid
Geometri non euclid
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
 
Sejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclidesSejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclides
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
 
Sejarah matematika
Sejarah matematikaSejarah matematika
Sejarah matematika
 
Sejarah mtk
Sejarah mtkSejarah mtk
Sejarah mtk
 
Hakikat matematika
Hakikat matematikaHakikat matematika
Hakikat matematika
 
Pertemuan 06 Logic dan Learning Method
Pertemuan 06 Logic dan Learning MethodPertemuan 06 Logic dan Learning Method
Pertemuan 06 Logic dan Learning Method
 
Galois dan Teorinya
Galois dan TeorinyaGalois dan Teorinya
Galois dan Teorinya
 
Tokoh-Tokoh Aljabar
Tokoh-Tokoh AljabarTokoh-Tokoh Aljabar
Tokoh-Tokoh Aljabar
 
Bab i uas b.indo
Bab i uas b.indoBab i uas b.indo
Bab i uas b.indo
 
Segitiga Khayyam-Pascal
Segitiga Khayyam-PascalSegitiga Khayyam-Pascal
Segitiga Khayyam-Pascal
 
Lisa
LisaLisa
Lisa
 
Lisa
LisaLisa
Lisa
 
Bilangan e
Bilangan eBilangan e
Bilangan e
 
Bab i uas b.indo
Bab i uas b.indoBab i uas b.indo
Bab i uas b.indo
 
pengantar logika-matematika_Jilid_2
pengantar logika-matematika_Jilid_2pengantar logika-matematika_Jilid_2
pengantar logika-matematika_Jilid_2
 
Paham filsafat matok
Paham filsafat matokPaham filsafat matok
Paham filsafat matok
 

More from Armahedi Mahzar

The simple existential graph system
The simple existential graph systemThe simple existential graph system
The simple existential graph system
Armahedi Mahzar
 
The simplest existential graph system
The simplest existential graph systemThe simplest existential graph system
The simplest existential graph system
Armahedi Mahzar
 
Dialogue on magic square
Dialogue on magic squareDialogue on magic square
Dialogue on magic square
Armahedi Mahzar
 
Dialogue on 2 color number
Dialogue on 2 color numberDialogue on 2 color number
Dialogue on 2 color number
Armahedi Mahzar
 
Syllogistic unity
Syllogistic unitySyllogistic unity
Syllogistic unity
Armahedi Mahzar
 
Objective primary algebra
Objective primary algebraObjective primary algebra
Objective primary algebra
Armahedi Mahzar
 
Integralsm symbol
Integralsm symbolIntegralsm symbol
Integralsm symbol
Armahedi Mahzar
 

More from Armahedi Mahzar (7)

The simple existential graph system
The simple existential graph systemThe simple existential graph system
The simple existential graph system
 
The simplest existential graph system
The simplest existential graph systemThe simplest existential graph system
The simplest existential graph system
 
Dialogue on magic square
Dialogue on magic squareDialogue on magic square
Dialogue on magic square
 
Dialogue on 2 color number
Dialogue on 2 color numberDialogue on 2 color number
Dialogue on 2 color number
 
Syllogistic unity
Syllogistic unitySyllogistic unity
Syllogistic unity
 
Objective primary algebra
Objective primary algebraObjective primary algebra
Objective primary algebra
 
Integralsm symbol
Integralsm symbolIntegralsm symbol
Integralsm symbol
 

Recently uploaded

RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
DewiInekePuteri
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 

Recently uploaded (20)

RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 

Reductio ad absurdum

  • 1. REDUCTIO AD ABSURDUM Armahedi Mahzar © 2011 Blog 1 Pengantar Salah satu cara untuk membuktikan suatu pernyataan adalah dengan menunjukkan bahwa penyangkalan atau negasi pernyataan tersebut menyebabkan suatu pertentangan alias kontradiksi. Cara pembuktian seperti ini dalam tradisi logika abad pertengahan disebut sebagai "reductio ad absurdum" Saya sudah lama mengetahui teknik pembuktian seperti itu karena anak SMP di zaman dulu diajari ilmu ukur dan Euklides lah yang membangun ilmu ukur secara aksiomatik dan dia kata http://mathworld.wolfram.com/ReductioadAbsurdum.html sangatlah mencintai metoda reductio ad absurdum ini. Tentu saja waktu itu saya tak mengetahui nama Latin dari metoda tersebut. Belakangan saya mengenal metoda itu dari pembuktian tentang adanya Tuhan menurut St. Anselmus di abad XII, jika Tuhan didefinisikan sebagai Yang Maha Sempurna. Kalau Tuhan tidak ada maka berarti Dia tidak memiliki ada yang berarti tidak Maha Sempurna dan ini adalah suatu kontradiksi: Yang Maha Sempurna itu tidak sempurna. Jadi Tuhan itu wajib adanya. Nah, ketika saya belajar logika modern yaitu logika Boole saya sudah lupa akan metoda 1
  • 2. itu, dan saya jatuh cinta pada logika Boole karena sifatnya yang simetris Dualitas. Bagi saya inilah keindahan alam cita. Kecintaan akan simetri itu akhirnya menyebabkan saya meneliti simetri partikel elementer untuk tugas akhir S1 dan skripsi S2. Salah satu prinsip lain selain prinsip simetri adalah prinsip ekonomi dalam satu ilmu. Jika ada dua buah teori, untuk menjelaskan berbagai peristiwa, yang satu lebih sedikit pengertian dasarnya dibanding teori yang lain, maka teori yang pertama disebut lebih ekonomis. Teori yang ekonomis lebih disukai ketimbang teori yang kompleks. Geometri Euklides adalah sebuah sistem matematika yang ekonomis. Semua hubungan geometris yang benar dapat dibuktikan secara logis sebagai konsekuensi dari hanya lima buah pernyataan intuitif yang disebut aksioma. Sistem aksioma Euklides adalah model bagi matematika lainnya. Misalnya, Giuseppe Peano (1858-1932), matematikawan Itali, membuat sembilan buah aksioma bagi membuktikan semua pernyatan-pernyataan ilmu hitung. Dalam rangkaian artikel berikut ini saya akan menceritakan jalan bahwa upaya mengaksiomakan aljabar logika yang ditemukan oleh Boole yang ternyata berujung pada sebuah sistem aksiomatika paling ekonomis yang hanya memiliki sebuah satu operasi tunggal dan satu aksioma tunggal yang bisa diinterpretasikan sebagai reductio ad absurdum. 2
  • 3. Blog 2 : Mengaljabarkan Logika Semenjak ilmu Logika ditemukan oleh Aristoteles ilmu tersebut dapat dikatakan sebagai bagian dari ilmu sastra karena kita harus menggunakan kata-kata dalam memaparkannya. Namun karena sulitnya, orangpun menciptakan berbagai macam simbol untuk menyingkat hukum-hukum itu, namun masih saja tetap sulit. Filsuf Gottfried Wilhelm Leibniz di abad ke-17 masehi memimpikan logika sebagai cabang matematika, tetapi tak dapat menemukannya. Baru di abad XIX, George Boole (1815-1864) matematikawan Inggris menemukan Aljabar Logika. Dalam logika pernyataan-pernyataan yang BENAR dan SALAH digabungkan dengan operasi ATAU dan DAN. Untuk mematematikkan logika maka dia melambangkan BENAR dengan 1 dan SALAH dengan 0. Boole melihat bahwa penggabungan DAN itu mirip dengan perkalian x. Soalnya pernyataan BENAR hanya menjadi BENAR hanya jika digabungkan melalui DAN dengan pernyataan lain yang BENAR, lain dari pada itu hasilnya adalah SALAH. Hal ini mirip dengan fakta ilmu hitung dimana 1 hanya menjadi 1 jika di kalikan dengan 1, lain dari pada itu hasilnya adalah 0. Dalam simbol ilmu hitung, ini berarti 1 x 1 = 1 dan 1 x 0 = 0 X 1 = 0 X 0 = 0. Mirip kan? 3
  • 4. Namun, William Stanley Jevons (1835 –1882), filsuf Inggris, melihat bahwa logika mempunyai hukum aritmetika yang berbeda untuk operasi ATAU inklusif. Soalnya, dua pernyataan menjadi BENAR bila digabungkan melalui ATAU hanya jika salah satu pernyataan itu BENAR, selain dari pada itu hasilnya adalah SALAH. Jika ATAU disimbolkan dengan + maka pernyataan itu berarti 1 + 1 = 1 + 0 = 0 + 1 = 1 dan 0 + 0 = 0. Jadi 1 + 1 bukannya sama dengan 2 seperti dalam ilmu hitung, tetapi sama dengan 0. Selanjutnya Boole melihat operasi logika TIDAK a mirip dengan operasi ilmu hitung 1 - a. Soalnya 1 - 1 = 0 mirip dengan TIDAK BENAR = SALAH dan 1 - 0 = 1 mirip dengan TIDAK SALAH = BENAR. Dengan demikian dia menemukan sebuah ilmu hitung logika yang hanya mempunyai nilai 1 dan 0 dan mempunyai tiga operasi aritmetika +, X dan -. Di atas aritmetika logika inilah dia membangun aljabar logika di mana terdapat hubungan-hubungan aljabar yang aneh seperti misalnya x x = x + x = x untuk semua harga x. Pada akhir abad ke-19, Charles Sanders Peirce (1839-1914), matematikawan Amerika Serikat, dan Friedrich Ludwig Gottlob Frege (1848-1925) , matematikawan Jerman, merumuskan aljabar logika dengan simbolisasi dua dimensi atau gambar-gambar. Namun sayangnya, karena rumitnya notasi itu, maka penemuan mereka tidak populer di kalangan matematikawan yang terbiasa dengan untaian satu dimensi simbol-simbol matematik seperti pada ilmu hitung dan aljabar. 4
  • 5. Blog 3 : Mengaksiomakan Aljabar Logika Maka, Bertrand Russel (1872-1972) dan Alfred North Whitehead (1861-1947) bekerja bersama untuk melinierkan kembali aljabar Frege dan berupaya membangun seluruh matematika dari hanya enam buah aksioma logika saja. Walaupun nanti Kurt Godel (1906-1978) membuktikan bahwa ilmu hitung tak mungkin dibangun melalui sistem aksiomatik, keenam aksioma mereka tetap merupakan aksioma yang ekonomis untuk aljabar logika Boolean. Dia cukup menggunakan dua konsep yang primitif, operasi ATAU dan operasi TIDAK, dan enam pernyataan primitif atau aksioma. Walaupun jumlah aksioma logika hampir sama dengan jumlah aksioma geometri, jumlah itu bukanlah jumlah yang paling ekonomis. Misalnya saja, pada tahun 1913 Henry Maurice Sheffer (1882-1964) berhasil mengurangi jumlah aksioma menjadi empat dengan hanya satu operasi yaitu TIDAN (TIDAK DAN) alias NAND atau TATAU (TIDAK ATAU) alias NOR. Ini berarti bahwa sistem aksioma Sheffer merupakan sebuah penyederhanaan bagi sistem aksioma logika dalam Principia. Namun itu belum cukup sederhana. Misalnya, Jean George Pierre Nicod , matematikawan Perancis, berhasil mereduksi sistem aljabar logika Sheffer itu menjadi sistem formal dengan hanya menggunakan tiga 5
  • 6. buah aksioma saja. Bahkan pada akhirnya dia kemudian dapat mereduksi sistemnya sendiri menjadi sistem logika simbolik berbasis sebuah aksioma tunggal dengan satu simbol saja yaitu NAND alias NOT-AND, di mana x NAND y ditulis sebagai x|y. Namun sayangnya aksioma tunggal ini sangatlah panjang, melibatkan lima variabel dan sama sekali tidak lah intuitif karena menggunakan operasi NAND. ((a|(b|c))|((e|(e|e))|((d|b)|((a|d)|(a|d))))) Melihat kompleksnya aksioma tunggal itu, maka tentu saja orang akan berusaha menyederhanakannya lebih lanjut. Misalnya, pada tahun 1931, Jan Lukasiewicz (1878-1956) berhasil mengurangi jumlah variabel dalam rumus Nicod menjadi empat dalam aksioma tunggal ((P|(Q|R))|((S|(S|S))|((S|Q)|((P|S)|(P|S))))) Walaupun lebih sederhana, tetap saja tidak intuitif seperti halnya aksioma-aksioma geometri Euklides. Untuk mengurangi jumlah variabel menjadi tiga, tampaknya, dibutuhkan bantuan komputer seperti yang akan diceritakan nanti pada blog yang kemudian. 6
  • 7. Blog 4 : Menyederhanakan Aksioma Aljabar Logika Perjalanan sejarah menunjukkan bahwa setelah aljabar proposisi logika Boole berhasil direduksi menjadi sistem 6 aksioma dan 2 operasi primitif dalam Principia Mathematica, reduksi ini terus berlanjut hingga ditemukannya sistem formal logika Jean Nicod dengan 1 aksioma 1 operasi. Namun sayangnya aksioma Nicod itu sangatlah panjang dan sangat sulit dipahami. Walaupun begitu sejarah juga menunjukkan bahwa ternyata ada jalan-jalan lain untuk menyederhanakan aljabar logika. Memang, perumusan aksiomatik Russell - Whitehead dengan notasi linier lebih jelas dari pada sistemnya Frege yang menggunakan notasi 2-dimensi atau planar. Namun sayangnya, kedua penulis Principia Mathematica ini justru mengembalikan simbolisasi linier atau satu dimensi dalam penelitian matematika logika dan mereka pun telah menghilangkan perumusan pernyataan aljabar logika, sebagai persamaan, seperti yang ditemukan oleh Boole, menjadi sebuah rangkaian pernyataan JIKA MAKA. Walaupun aksioma-aksioma Principia dituliskan dalam rangkaian JIKA MAKA, sebenarnya konsep operasional dasarnya adalah ATAU dan TIDAK. Dimana JIKA a MAKA b atau a->b dirumuskan sebagai TIDAK(a) ATAU b atau a' + b. Itulah sebabnya terjadilah upaya-upaya penyederhanaan dengan menggunakan persamaan-persamaan dengan notasi a + b untuk a ATAU b dan notasi a' untuk TIDAK(a) sebagai aksioma-aksioma. Misalnya, pada tahun 1933 Edward Vermilye Huntington (1874-1952), matematikawan Amerika, membuat sistem aksiomatik dengan 3 aksioma 2 simbol (+ dan ') sebagai berikut 7
  • 8. (Komutativitas) x + y = y + x (Asosiativitas) (x + y) + z = x + (y + z) (Huntington) (x' + y)' + (x' + y')' = x Sistem ini berhasil menurunkan semua identitas logis dalam Aljabar Boole. Tak lama kemudian muridnya, Herbert Ellis Robbins (1915-2001) mencoba menyederhanakan sistem aksioma Huntington menjadi sistem 3 aksioma berikut (Komutativitas) x + y = y + x (Asosiativitas) (x + y) + z = x + (y + z) (Robbins) ( (x + y)' + (x + y')')' = x Namun sayang, Robbins tidak bisa membuktikan bahwa aljabar yang dibangun dengan tiga aksioma ini adalah identik dengan aljabar Boole. Bahkan banyak matematikawan telah mencoba membuktikan secara manual bahwa aljabar Robbins identik dengan aljabar Boole, namun semuanya berujung pada kegagalan. Baru pada tahun 1996, sebelum Robbins meninggal dunia, akhirnya dugaannya itu dibuktikan benar oleh William McCune dengan bantuan komputer . 8
  • 9. Blog 5 : Mengkomputerkan untuk Menyelesaikan Seorang pakar komputer, Winkler , kemudian pada tahun 1992 menemukan bahwa jika kita menambahkan pada sistem aksioma Robbins sebuah persyaratan tentang adanya dua elemen aljabar C dan D sehingga (C + D)' = (D)', maka aljabar Robbins identik dengan aljabar Boole. Dia membuktikan pernyataannya itu dengan menggunakan program komputer di lab Argonne. Pada tahun 1996 William McCune dengan menggunakan sebuah perangkat lunak yang bernama EQP berhasil menemukan eksistensi kedua elemen itu dalam aljabar Robbins setelah menjalankan komputernya selama lebih dari lima hari waktu mesin. Ini berarti tiga aksioma Robbins itu bisa seolah-olah merupakan merupakan basis yang terkecil bagi Aljabar Boole. Namun sebenarnya ada seorang matematikawan, Meredith, menemukan sebuah pasangan aksioma (Meredith1) (x' + y)' + x = x (Meredith2) (x' + y)' + (z + y) = y + (z + x) sebagai basis terkecil bagi aljabar Boole. 9
  • 10. Namun, dengan software Mathematica ciptaannya, Stephen Wolfram menemukan adanya 25 buah rumus yang mungkin digunakan sebagai aksioma tunggal yang hanya melibatkan 3 variabel dan 7 operasi jauh lebih sederhana dari aksioma tunggal Jean Nicod. Namun McCune, ahli komputer yang berhasil membuktikan bahwa aljabar Robbins identik dengan aljabar Boole, menemukan sebuah aksioma tunggal saja (McCune 1) (((x+y)'+z)'+(x+(z'+(z+u)')')')' = z yang terdiri hanya terdiri dari 6 operasi ATAU, 7 operasi TIDAK dan 4 variabel. Ini lebih sederhana dari sistem aksioma Robbins yang menggunakan 9 operasi +, 4 operasi ' dan 3 variabel. Bahkan dia akhirnya bisa membenarkan dugaan Wolfram itu melalui pembuktiannya secara komputasional dan menunjukkan salah satu dari 25 identitas logis Wolfram adalah sebuah aksioma tunggal lain dengan notasi NAND di mana a NAND b ditulis a|b sebagai berikut (McCune 1') (x|((y|x)|x))|(y|(z|x)) = y Namun, mengingat sifat simetri dualitas aljabar Boole, a|b dalam aksioma ini dapat dibaca juga sebagai a NOR b atau (a + b)' , sehingga aksioma ini dapat dituliskan sebagai (McCune 1') ((x+((y+x)'+x)')'+(y+(z+x)')')' = y yang terdiri dari 6 operasi dan 3 variabel. Rumus ini lebih sederhana dari aksioma yang ditemukan McCune terdahulu. Jadi rumus ini merupakan aksioma tersederhana yang ditemukan oleh komputer. Namun, sebagai sebuah aksioma, dia sangatlah sulit untuk diinterpretasikan secara intuitif. Karena itu kita harus mencari jalur non-komputer untuk menyederhanakan hasil komputer ini lebih lanjut seperti yang akan diceritakan dalam blog berikut ini. 10
  • 11. Blog 6: Ikhtisar Simplifikasi Logika Rangkaian blog Reductio ad Absurdum mengisahkan kisah pencarian sistem aksioma aljabar logika Boole yang tersederhana: baik oleh manusia semata, maupun dengan bantuan komputer. Berikut ini adalah ringkasan blog-blog yang telah diposting sebelum ini. Tujuan dari ringkasan ini adalah memetakan perjalanan sejarah manusia untuk mengaksiomakan logika seekonomis mungkin. Untuk bisa membandingkan berbagai aksioma yang secara signifikan maka saya di sini akan menyeragamkan perumusan aksioma tunggal itu dengan menggunakan simbolisasi Sheffer yang mendefinisikan operasi-operasi aljabar lain dengan satu operasi logika dasar yang menggabungkan TIDAK dengan DAN atau ATAU menjadi TIDAN alias NAND atau TATAU alias NOR yang disimbolkan oleh |. Merumuskan Aksioma Logika Dalam blog Reductio ad Absurdum bagian 1 dan bagian 2 diceritakan bagaimana logika yang ditemukan oleh Aristoteles dialjabarkan oleh George Boole dan kemudian aljabar Boole diaksiomakan berujung pada sistem aksioma Principia Mathematica yang merupakan linierisasi sistem simbolisasi planar Gotlobb Frege. Dalam aksiomatisasi linier logika ini Russel-Whitehead mengambil dua operasi logika, yaitu TIDAK dan ATAU, sebagai operasi fundamental. Akan tetapi dalam perumusan aksioma-aksiomanya, Russel dan Whitehead menggunakan operasi gabungan JIKA x MAKA y yang didefinisikannya sebagai TIDAK(x) ATAU y. Menyederhanakan Aksioma Logika Dalam blog Reductio ad Absurdum bagian 3 ditunjukkan bagaimana usaha manusia untuk menyederhanakan aljabar Boole. Dimulai dengan Sheffer, matematikawan 11
  • 12. Amerika Serikat, yang menyederhanakan aksioma logika Russell - Whitehead, keduanya filsuf Inggris, dalam buku mereka Principia Mathematica. Lalu matematikawan Perancis, Jean Nicod, pada tahun 1917 menurunkan semua Aksioma Sheffer dari sebuah aksioma tunggal dengan 5 variabel dan 11 operasi. Tigabelas tahun kemudian, matematikawan Polandia Jan Lukasiewicz pada tahun 1931 menyederhanakan aksioma Nicod menjadi sebuah aksioma yang mengandung 4 variabel dan 11 operasi | atau NOR. Kebuntuan Usaha Manusia Dalam blog Reductio ad Absurdum bagian 4 dikisahkan bagaimana manusia mengalami kebuntuan untuk menyederhanakan aljabar Boole dengan hanya menggunakan operasi ATAU dan TIDAK. Pada tahun 1933 Huntington menyederhanakan aksiomatisasi aljabar logika dengan menggunakan dua operasi fundamental yaitu ATAU dan TIDAK dengan tiga aksioma yaitu komutativitas, asosiativitas dan sebuah identitas logika yang kemudian disebut sebagai aksioma Huntington. Muridnya pada tahun yang sama mengusulkan untuk mengganti aksioma Huntington dengan sebuah aksioma yang lebih sederhana yaitu aksioma Robbins. Namun sayang dia tak bisa membuktikan bahwa sistem aksioma baru itu merupakan basis bagi aljabar logika Boole. Selama puluhan tahun, berbagai matematikawan dan logikawan berusaha untuk membuktikan kebenaran dugaan Robbins tersebut, namun selalu berujung pada kegagalan. Baru pada tahun 1996 William McCune berhasil membuktikan kebenaran dugaan Robbins itu dengan bantuan komputer. Komputer Menuntaskan Penyederhanaan Dalam blog Reductio ad Absurdum bagian 5 dikisahkan bagaimana komputer berhasil menuntaskan upaya penyederhanaan aljabar Boole. Misalnya William McCune 12
  • 13. pada tahun 2000 dengan bantuan komputer menemukan aksioma tunggal yang jika disingkat, dengan cara menuliskan NOR atau (x+y)' sebagai (x|y), mengandung 4 variabel, 6 operasi | dan 1 operasi '=' Namun berdasarkan daftar hasil komputasi Stephen Wolfram, yang menggunakan program Mathematica ciptaannya, McCune pada tahun 2000, dengan menggunakan program Otten ciptaannya, akhirnya dapat membuktikan identitas Wolfram itu adalah aksioma tunggal, bagi aljabar Boole, yang mengandung 3 variabel, 6 operasi | dan 1 operasi '='. Namun sayang identitas Wolfram bagi saya tidak mempunyai makna yang intuitif. Kesimpulan sementara Ternyata komputer sangat berguna untuk memecahkan masalah penyederhanaan aksiomatik logika sehingga pada akhirnya menemukan aksioma tersederhana bagi Aljabar Logika Boole. Kenyataan ini seolah mengatakan pada kita bahwa komputer lebih hebat daripada manusia dalam penyelesaian masalah matematika, bukan hanya yang praktis numerik, tetapi juga yang abstrak teoritis non-numerik. Apakah memang betul demikian? Blog-blog berikut akan mencoba menunjukkan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah kebalikannya. Aksioma Robbins ternyata akan menjadi aksioma tunggal jika kita merumuskan aljabar Boole dalam bentuk simbolisasi planar. Aksioma ini bahkan lebih sederhana lagi daripada aksioma Wolfram yang ditemukan komputer. Lebih dari itu, aksioma Robbins ini adalah simbolisasi dari sesuatu yang intuitif: reductio ad absurdum. 13
  • 14. Blog 7 : Menggambar untuk Menyederhanakan Ini cerita lain penyederhanaan aksiomatisasi aljabar Boole tanpa pakai komputer. Seorang matematikawan Inggris, George Spencer-Brown , menulis sebuah buku berjudul "Laws of Form". diterbitkan pada tahun 1969. Dalam buku ini Spencer-Brown telah melakukan langkah revolusioner dalam penulisan simbolisasi matematika. Pertama-tama dia menggunakan kekosongan (void) atau ketiadaan simbol sebagai simbol. Ketiadaan simbol antara dua variabel menunjukkan adanya sebuah operasi yang menggabungkan kedua variabel itu. Sementara itu kekosongan dalam perumusan suatu fungsi disebutkan sebagai mencerminkan suatu konstanta. Jika ketiadaan sebagai antara adalah ATAU maka konstanta ketiadaan adalah SALAH Sementara itu dia juga menggunakan sebuah simbol siku yang disebutnya sebagai "PALANG" atau "CROSS". Jika x berada di dalam palang maka bacaannya adalah TIDAK(x). Seperti halnya kekosongan, PALANG ini mempunyai dua peran: sebagai operasi terhadap variabel yang berada dibawah-kirinya dan sebagai suatu konstanta apabila di kiri bawah PALANG itu kosong. Ketika membaca buku Brown, tentu saja saya bingung setengah mati. Misalnya ketika dia menuliskan dua aksioma bagi ilmu hitung primernya sebagai berikut: 14
  • 15. Dengan notasi piktorial ini dia dapat menyederhanakan penulisan rumus-rumus aljabar logika yang linier menjadi persamaan antara gambar-gambar simbolik yang planar. Dengan notasi planar ini maka hukum asosiasi dan hukum komutasi tidak perlu lagi digambarkan. Untuk memudahkan penulisan kita menggunakan notasi seperti ini (x) untuk "x di dalam PALANG." Dalam notasi baru yang linier ini kita menganggap setiap untaian simbol nilainya tak berubah jika urutannya diacak. Dalam notasi ini kedua aksioma aritmetika dapat dituliskan sebagai (()) = ()() = () Penulisan baru memudahkan kita untuk memahami aritmetika primer. Misalkan kita menafsirkan KOSONG sebagai SALAH, maka () atau (KOSONG) = (SALAH) = TIDAK(SALAH) yang tak lain dari pada BENAR. Dalam pembacaan ini, penjajaran ab dibaca dengan a ATAU b. Dengan demikian kedua aksioma aritmetika ini tak lain dari pada TIDAK(BENAR) = SALAH BENAR ATAU BENAR = BENAR Dengan cara penulisan dan pembacaan ini, maka dengan mudah kita melihat bahwa aksioma pertama dan kedua masing-masingnya adalah isi dari Tabel Kebenaran bagi operasi TIDAK dan ATAU. Isi yang lain dari tabel-tabel logika itu tak perlu dituliskan karena secara visual merupakan identitas. Misalnya TIDAK(SALAH)=BENAR atau SALAH ATAU BENAR = BENAR ATAU SALAH = BENAR dalam notasi baru sama-sam dituliskan sebagi () = (), sedang SALAH ATAU SALAH = SALAH dituliskan dengan sangat sederhana 15
  • 16. 16 = Jadi kita tak perlu menghafal 6 buah isi 2 tabel logika, cukup 2 saja yaitu aksioma-aksioma aritmetika primer. Memudahkan bukan? Itulah sebabnya mengapa Spencer-Brown bisa membangun sebuah sistem aljabar 2- aksioma untuk membangun sebuah aljabar yang identik dengan aljabar logika Boole. Kedua aksioma itu adalah Hukum posisi: ( ( a ) a ) = Hukum Transposisi: ( (a c) (b c) ) = ( (a) (b) ) c Secara logika, hukum posisi tak lain dari hukum kontradiksi dan hukum transposisi tak lain dari hukum distribusi. Dengan demikian, Aljabar Brown adalah penyederhanaan aksiomatik Aljabar Logika Boole. Sebuah prestasi yang patut dipuji, namun ternyata langkah Spencer-Brown hanyalah satu langkah menuju penyederhanaan selanjutnya. Louis Kauffman , seorang matematikawan dari Amerika Serikat, kemudian menyederhanakan aljabar Brown itu menjadi cukup berbasis pada satu aksioma saja, yaitu aksioma Huntington. Dia melakukannya dengan cara menuliskan aksioma Huntington itu dalam simbolisasi planar berupa gambar-gambar yang disebutnya sebagai Aljabar Kotak . Dengan cara simbolisasi planar alias notasi gambar ini, seperti halnya Aljabar Brown, Aljabar Kotak dia tidak memerlukan lagi kedua aksioma pertama Huntington tentang komutativitas dan asosiativitas operasi ATAU atau + karena pada bidang tak ada persoalan urutan, yang ada adalah keserempakan. Setelah terbukti oleh komputer bahwa aksioma Huntington adalah sebuah teorema dalam aljabar Robbins, maka dalam aljabar Boole aksioma Robbins
  • 17. menjadi satu-satunya aksioma. Seperti diceritakan terdahulu, sebuah komputer memerlukan waktu selama lima hari mesin untuk membuktikan aljabar Robbins identik dengan Aljabar Boole. Komputer memerlukan 17 dalil pertolongan untuk membuktikan persyaratan Winkler kedua itu dari aksioma Robbins. Sedangkan seorang manusia bernama Louis Kauffman dengan aljabar Kotak hanya memerlukan 14 lemma atau dalil pertolongan. Bahkan belakangan pada tahun 2003 Allen Mann menemukan cukup 8 buah dalil pertolongan untuk membuktikan kondisi Winkler kedua dan dari sini dibuktikan kondisi Winkler pertama yang pada akhirnya membuktikan identitas Huntington dari aksioma Robbins. Sedangkan Huntington sendiri telah membuktikan bahwa semua aksioma aljabar Boolean dapat diturunkan dari aksioma Huntington berikut aksioma-aksioma komutativitas dan asosiativititas. Karena kedua aksioma terakhir tidak diperlukan lagi dalam simbolisasi planar, maka ini berarti bahwa Aljabar Robbins adalah ekivalen dengan aljabar logika Boole. Dalam notasi ATAU + dan TIDAK ' aksioma Robbins dapat dituliskan sebagai (Robbins) x = ((x+y)’+(x+y’)’ Dalam notasi NOR atau | aksioma Robbins ini dapat ditulis sebagai x = ((x|y)|(x|(y|y))) yang hanya mempunyai 2 variabel, 4 operasi NOR dan 1 operasi = . Sedangkan aksioma tunggal Wolfram y = (x|((y|x)|x))|(y|(z|x)) yang mengandung 3 variabel, 6 operasi NOR dan 1 operasi =. Dengan demikian dapatlah disimpulkan penalaran manusia ternyata lebih unggul ketimbang penalaran komputer, karena menghasilkan sesuatu yang lebih sederhana. 17
  • 18. Soalnya, penggunaan simbolisasi planar adalah sebuah lompatan intuitif kreatif yang tak dimiliki oleh komputer. Pertanyaannya sekarang: adakah makna intuitif dari aksioma Robbins ini? Inilah yang akan dijawab dalam blog berikut ini. 18
  • 19. Blog 8 : Memaknai Aksioma Robbins: Reductio Ad Absurdum Dalam blog sebelum ini telah ditunjukan bahwa pandangan manusia yang bersifat planar berhasil mereduksi seluruh aljabar Boole menjadi aljabar dengan basis aksioma tunggal Robbins (Robbins) x = ((x+y)’+(x+y’)’ Persoalannya sekarang: apakah makna intuitif dari aksioma Robbins itu? Untuk menjawab pertanyaan itu, marilah kita tuliskan kembali rumus Robbins dalam notasi logika yang lebih luas, di mana disamping ATAU dan TIDAK, kita juga memiliki operasi DAN dan JIKA MAKA. Dalam notasi gambar dimana A’ dilukiskan sebagai “A dalam kotak” dan A+B dilukiskan sebagai “A di luar B”, maka aksioma Robbins dapat dilukiskan sebagai yang sangat sederhana karena hanya mengandung 2 variabel dan 3 operasi ATAU dan 19
  • 20. 4 operasi TIDAK. Aksioma ini jauh lebih sederhana daripada aksioma tunggal Wolfram dalam simbolisasi linier komputer (Wolfram) ((x+((y+x)'+x)')'+(y+(z+x)')')' = y yang terdiri dari 3 variabel, 6 operasi ATAU dan 7 operasi TIDAK. Makna aksioma Robbins itu dapat dipahami jika kita mengingat bahwa A DAN B = TIDAK(TIDAK(A) ATAU TIDAK(B) dan JIKA A MAKA B = A’ + B yang dapat dituliskan dalam bentuk rumus simbolis A & B = (A’ + B’)’ dan A ->B = A’ + B Dengan menggunakan rumus-rumus ini, Mengingat A itu sama dengan TIDAK(TIDAK(A)) atau A’’ , maka aksioma Robbins dapat ditulis sebagai berikut A = ( A’-> B) & ( A’ -> B’) Rumus ini dapat dinyatakan dalam kata-kata sebagai berikut +--------------------------------+ |A BENAR | |jika dan hanya jika | |TIDAK A menimbulkan kontradiksi | |di mana B dan TIDAK B | |sekaligus sama-sama BENAR. | +--------------------------------+ Pernyataan ini adalah apa yang dalam tradisi logika klasik sebagai argumentasi Reductio Ad Absurdum Akhirnya kini dapatlah disimpulkan bahwa seluruh Aljabar Logika Boole dapat dibangun atas sebuah aksioma tunggal yaitu aksioma Robbins yang sebenarnya tak lain dari perumusan prinsip Reductio Ad Absurdum. 20
  • 21. Dalam perspektif ini seluruh logika modern secara aljabar bertumpu pada hanya satu landasan tunggal argumentasi klasik yang sangat intuitif jika dirumuskan dalam perlambangan berbentuk gambar-gambar dimensi dua. Bagi saya, ini adalah sebuah keindahan intelektual yang luar biasa dan mengagumkan. Sependapatkah Anda dengan saya? 21