1. D I S A M P A I K A N D A L A M R A K O N T E K P E N U R U N A N A K I D A N A K B
M E L A L U I P E N I N G K A T A N U K B M D E S A S I A G A A K T I F
D I K A B U P A T E N G A R U T
G A R U T , 2 7 – 2 9 A G U S T U S 2 0 1 3
O L E H : K E P A L A B I D A N G P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
5. 0-7 hr
9 Bulan
Heb B /
(HB) O
-BCG
-Polio 1
-DPT/HB/Hib 1
-Polio 2
-DPT/HB/Hib 2
-Polio 3
-DPT/HB/Hib 3
-Polio 4
CAMPA
K
1 Bulan
2 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
7. Imunisasi Dasar Lengkap
& booster pertama
1 SD 2 SD 3 SD
-DT
-Campak
- Td
BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
8. 3 TAHUN
5 TAHUN
10 TAHUN
25 TAHUN
Status TT1 s.d TT5 :
Dihitung Sejak Imunisasi
Dasar Pada Bayi
DPT 1
DPT 2
DT KLS 1 SD
Td KLS 2 SD
Td KLS 3 SD
X
TT WUS
10. Latar Belakang
Pneumonia menyebabkan kematian terbesar pada anak
23% pneumonia yang serius pada anak disebabkan oleh
Haemophillus Influenzae tipe b (Hib). Penyebab lain adalah
pneumococcus, staphilococcus, streptococcus, virus, dan
jamur
Hib dan streptococcus pneumonia juga menyebabkan
meningitis yg dpt menimbulkan kecacatan dan kematian
pada anak
Meningitis radang pada selaput otak dan korda spinalis
(bagian dari sistem saraf pusat)
Gejala: demam, kaku kuduk, penurunan kesadaran dan
kejang.
11. Strategi Pelaksanaan
RJP Program imunisasi 2010-2014 (cMYP), menetapkan
bahwa introduksi vaksin DPT-HB-Hib dilaksanakan bertahap
Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib dan Campak Lanjutan
dilaksanakan sesuai tahapan introduksi DPT-HB-Hib
Tahap pertama dimulai Juli 2013 di 4 provinsi, yaituJawa
Barat, DI Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Barat
Tahap kedua pada Maret 2014 di 10 provinsi, yaitu DKI
Jakarta, Banten, Jateng, Jatim, Sumut, Sumsel, Babel,
Jambi, Lampung, dan Sulsel
Tahap ketiga pada Juli 2015, di seluruh provinsi
12. Sasaran dan Jadual Pemberian
Sasaran
Imunisasi dasar : Bayi
Imunisasi lanjutan : Batita
Jadual Pemberian (imunisasi dasar)
Umur Jenis Imunisasi
0 bulan
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
Hepatitis B 0
BCG, Polio 1
DPT-HB-Hib 1, Polio 2
DPT-HB-Hib 2, Polio 3
DPT-HB-Hib 3, Polio 4
Campak
13. Sasaran dan Jadual Pemberian
Jadual Pemberian (imunisasi lanjutan)
Umur Jenis Imunisasi Interval minimun setelah
imunisasi dasar
18 bulan (1,5 tahun)
24 bulan (2 tahun)
DPT-HB-Hib
Campak
12 bulan dari DPT-HB-Hib 3
6 bulan dari Campak dosis
pertama
14. Universal Child Immunization (UCI)
Tahun 2013
Suatu keadaan tercapainya imunisasi
dasar lengkap pada minimal >85 % dari
semua bayi (usia dibawah satu tahun)
UCI Desa adalah suatu keadaan dimana
≥95% dari jumlah desa/kelurahan yang
ada sudah mendapat imunisasi dasar
lengkap
14
18. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)
atau adverse events following
immunization (AEFI) :
Suatu kejadian sakit dan kematian yang
terjadi setelah menerima imunisasi yang
diduga disebabkan oleh imunisasi
Terjadi dalam masa 1 bulan setelah
imunisasi (dapat lebih lama, 6 bln (?);
Amerika : untuk kepentingan santunan
waktu tidak terbatas)
Definisi KIPI
19. Reaksi terhadap vaksin
Reaksi simpang (adverse event) :
efek farmakologi
efek samping (side effect)
interaksi obat
intoleransi
idiosinkrasi
alergi
Terjadi karena
Potensi vaksin
Kepekaan sesorang terhadap
unsur vaksin (genetik)
Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin:
•Kesalahan teknik pembuatan, pengadaan & distribusi,
serta penyimpanan vaksin
•Kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi
•Kejadian yang timbul secara kebetulan (koinsiden)
20. Angka kejadian – KIPI-rate =
“can it” causality
Anafilaksis : 1-3 kasus/ 1 juta dosis
KIPI Polio berat : 1 – 2 kasus/4 juta dosis
KIPI hepatitis B : demam ringan – sedang 1 / 14
dosis; dewasa 1 kasus/100 dosis
KIPI campak : demam : 1/6 dosis, ruam kulit ringan
1/20 dosis, kejang pasca-demam 1/3000 dosis, reaksi
alergi serius 1/1 juta dosis.
( CDC Vaccine Information Statement 12/16/1998)
21. Kejadian KIPI di Kab. Garut
Tahun 2012 679 kipi non serius, 5 Kipi serius (tidak ada
meninggal akibat antigen DPT-HB)
Tahun 2013 (s.d juli) :
2.834 kipi non serius antigen DPT-HB dan 41 kasus
antigen campak :
a) 2 kasus kipi serius meninggal : Cikajang dan
Bagendit antigen DPT-HB)
b) 1 kasus kipi serius meninggal : Cisurupan antigen
Hb Uniject
22. KIPI yang harus dimonitor
• Semua abses pada tempat suntikan
• Semua kasus limfadenitis BCG
• Semua kematian yang oleh petugas kesehatan atau
masyarakat diperkirakan berhubungan dengan
imunisasi.
• Semua kasus yang memerlukan perawatan rumah
sakit yang oleh petugas kesehatan atau masyarakat
diperkirakan berhubungan dengan imunisasi.
• Insiden medis yang tidak biasa lainnya yang oleh
petugas kesehatan atau masyarakat diperkirakan
berhubungan dengan imunisasi.
24. Reaksi lokal hebat
Sepsis
Abses pada bekas suntikan (infeksi/
steril)
KIPI yang Harus Dilaporkan
5 hari pasca imunisasi
25. Kejang, termasuk kejang demam
DPT 0-2 hari,
campak/MMR (6-12 hari)
Ensefalopati
DPT 0-2 hari,
campak/MMR (6-12 hari)
KIPI yang Harus Dilaporkan
15 hari pasca imunisasi
26. Lumpuh layu (vaccine associated
paralytic poliomyelitis=VAPP)
OPV 4-30 hari,
kontak 4-75 hari
Neuritis brakhialis
tetanus 2-28 hari
Trombositopenia
Campak / MMR 15-35 hari
KIPI yang Harus Dilaporkan
3 bulan pasca imunisasi
27. Limfadenitis BCG
Disseminated BCG-itis
Osteitis/ Osteomielitis BCG
KIPI yang Harus Dilaporkan
1-12 bulan pasca imunisasi BCG
28. Semua kematian
Semua resipien yang dirawat
Semua kejadian yang berat & tidak biasa
(diduga berhubungan dengan imunisasi oleh
petugas atau masyarakat )
KIPI yang Harus Dilaporkan
pasca imunisasi (tanpa batas waktu)
29. Alur Tatalaksana KIPI
pengobatan
pemantauan
KIPI
Penemuan kasus
Pelacakan
Analisis
Tindak
lanjut
Evaluasi
identitas
tunggal/ kelompok
ada kasus lain
klasifikasi
penyebab
komunikasi
perbaikan mutu pelayanan
tatalaksana kasus
Informasi dari
ortu / masyarakat
Petugas kes
Kepala Puskesmas
Pokja KIPI
Puskesmas
Evaluasi
24 jam
30. Identitas
Jenis vaksin
Penanggung jawab
KIPI pada imunisasi terdahulu
Gejala klinis & pengobatan
Hari, tanggal, jam imunisasi
Hari, tanggal, jam KIPI
Saat timbul KIPI
Prognosis : gejala sisa
Kronologis (cara penyelesaian KIPI)
Aspek/ delik hukum
Pencatatan & Pelaporan KIPI
31. TARGETUCI
DESA BELUM
TERCAPAI
TINGKAT PERLINDUNGAN PD3I
Akibat
Rendahnya Cakupan
Issu Permasalahan Utama
KINERJA
PROGRAM
IMUNISASI
BELUM
OPTIMAL
Penyebab
Supervisi
Fasilitasi
belum optimal
Pohon Masalah
Dukungan
Manajerial
Melum
optimal
RR Desa
Belum
Optimal
Vaksin Kurang
dan Dana
Oprasional
kurang
Keterampilan
Petugas
Kurang
32. UCI DESA
Perlindungan Terrhadap
PD3I
Buku Desa di
isi dengan
lengkap
Pengolahan
Data Secara
Rutin
Pelembagaan
PWS di
Puskesmas
Tujuan
Pengawasa dari
Kepala Puskesmas
Sasaran
Peningkatan
Supervisi dan
Fasilitasi
Kegiatan Tingkat
Meningkatkan Kinerja
Program Imunisasi Di
Puskesmas
Pohon Penyelesaian Masalah
Pembinaan Teknis
ke Pengelola dan
Bidan
Pembinaan
Manajerial
33. Survailans Berbasis Masyarakat
Pengamatan dan pencatatan
penyakit yang diselenggarakan
oleh masyarakat (kader) dibantu
oleh tenaga kesehatan dengan
berpedoman pada petunjuk teknis
34. Kegiatan Survailans Berbasis Masyarakat
1. Pengamatan dan pemantauan penyakit (diare, campak,
DBD, ISPA/Pneumonia) serta keadaan kesehatan ibu
dan anak, gizi lingkungan dan perilaku yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan masyarakat
2. Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas
kesehatan untuk respon cepat
3. Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit
dan masalah kesehatan
4. Pelaporan kematian
43. FORM LAPORAN RUTIN
BULANAN/MINGGUAN
LAPORAN LENGKAP
KLB
LAPORAN LENGKAP
KLB
PENYELIDIKAN
EPIDEMIOLOGI KLB
LAPORAN BULANAN/
MINGGUAN KAB/KOTA
LAPORAN
BULANAN/MINGGUAN
KAB/KOTA
LAPORAN BULANAN/
MINGGUAN PUSKESMAS
FORM
LAPORAN
KHUSUS SARS
SURVEILANS
AKTIF RUMAH
SAKIT
ALUR PELAPORAN SURVEILANS
EPIDEMIOLOGI
KEMENKES RI
DINKES PROV. JABAR
DINKES KABUPATEN
MASYARAKA
T
44. PERMASALAHAN
Masih ada Kasus PD3I yang belum terlaporkan.
Masih ada Petugas Kesehatan yang belum
memahami kasus-kasus PD3I.
Masih kurangnya pembinaan program terkait
terhadap petugas kesehatan di bawah.
Masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap
kasus-kasus PD3I.
45. UPAYA YANG
DILAKUKAN
Melakukan Validasi Data Surveilans PD3I.
Melakukan Monitoring Bimbingan Teknis Surveilans
PD3I ke Petugas Puskesmas.
Melaksanakan Pertemuan Analisis Data Surveilans
PD3I.
Memberikan Feedback hasil pemeriksaan kasus PD3I.
Sosialisasi Kegiatan Surveilans PD3I terhadap
Karyawan Baru.
Memberikan konseling/penyuluhan terhadap penderita
dan keluarga penderita kasus PD3I.