SlideShare a Scribd company logo
1 of 98
PEMBEKALAN TIM NUSANTARA SEHAT
BATCH XV
DIREKTORAT KESEHATAN LINGKUNGAN
3 SEPTEMBER 2020
Seberapa besar kontribusi
Kesehatan Lingkungan
pada kejadian penyakit
?
PELAYANAN
KESEHATAN
GENETIK PERILAKU
LINGKUNGAN
STATUS
KESEHATAN
TEORI BLUM
4
Kaitan Faktor Lingkungan dan penyakit
Malaria TB Schisto-
somiasis
Influensa Diare ISPA Kolera DBD
Penggundulan
hutan
+
Perubahan iklim ++ ++ ++ ++ ++ ++
Sanitasi & hygiene
buruk
++ ++ ++ ++
Kelaparan /kurang
gizi
+ + ++ ++
Perumahan tdk
layak
++ ++ + + + ++ ++
Migrasi + + + ++ + ++ ++
Tdk ada akses ke
sarana kes
++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ +
Sumber:: Report on Infectious
Diseases, WHO
Kecil, tidak langsung, bukan
faktor
+ Faktor penting
++ Faktor sangat penting
++ Langsung, faktor sangat
penting
PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Indonesia
Sehat
Kab/Kota
Sehat
Kecamatan
Sehat
Desa/Kel
Sehat
Keluarga
Sehat
Sumber : APBN PUSAT, DEKON,
APBD, DAK, CSR/SWASTA
5
PENYEHATAN PANGAN
(TPM: KANTIN SEKOLAH/INSTITUSI ,
SENTRA PANGAN JAJANAN, DAM,
JASABOGA, RM/REST, MAKANAN
JAJANAN)
PENYEHATAN UDARA TANAH &
KAWASAN
FASYANKES, TTU, PASAR SEHAT,
RUMAH , SEKOLAH , GREEN OFFICE,
KAB/KOTA SEHAT,
PELABUHAN/BANDARA SEHAT,
KEDARURATAN KESLING
PENGAMANAN LIMBAH dan RADIASI
PENGAWASAN PENGELOLAAN
LIMBAH FASYANKES, LIMBAH B3
DAN LOGAM BERAT, PEMETAAN
RADIASI PENGION DAN NON
PENGION
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
PERCEPATAN & PEMBANGUNAN SARANA
SANITASI , PENGAMANAN AIR MINUM,
PENILAIAN KUALITAS AIR,
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA
DAERAH SULIT
Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan
bidang Kesehatan Lingkungan Tahun 2020-2024
NO INDIKATOR
BASELINE
DATA (2019)
TARGET
2020 2021 2022 2023 2024
1
Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air
besar Sembarangan (SBS)
23,79 40 50 60 70 90
2 Jumlah Kabupaten/Kota Sehat NA 110 220 280 380 420
3
Persentase Sarana Air Minum yang diawasi/diperiksa
kualitas air minumnya sesuai standar
19,93 60 64 68 72 76
4
Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah
medis sesuai standar
33,7 2600 3000 4850 6250 8800
5
Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang
memenuhi syarat sesuai standar
26,41 38 44 50 56 62
6
Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang
dilakukan pengawasan sesuai standar
61,3 55 60 65 70 75
6
PELAYANAN
KESEHATAN
LINGKUNGAN
(Permenkes no.13 tahun 2015)
Pelayanan Kesehatan Lingkungan
adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor
risiko lingkungan
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
melalui upaya preventif,
promotif, dan kuratif yang
dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan
Tujuan Khusus
• Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan
kesehatan
• Meningkatnya pengetahuan, kesadaran,
kemampuan, dan perilaku hidup bersih dan sehat
• Keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas
sektor
• Setiap Puskesmas wajib
menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan.
• Pelayanan Kesehatan Lingkungan
merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan paripurna yang
diberikan kepada Pasien
Penyelenggaraan
3. Intervensi Kesehatan Lingkungan
Kegiatan
Pelayanan
Kesling
2. Inspeksi
Kesehatan Lingkungan
1. KONSELING
(1) Konseling
adalah hubungan komunikasi
antara Tenaga Kesehatan
Lingkungan dengan pasien
yang bertujuan untuk
mengenali dan memecahkan
masalah kesehatan lingkungan
yang dihadapi
(1) Konseling
Untuk ?
Pasien
Oleh ?
Tenaga Kesehatan
Lingkungan
Bagaimana ?
Terintegrasi dengan
pelayanan
pengobatan
dan/atau
perawatan
• Media ?
Alat peraga,
percontohan,
media informasi cetak
media elektronik
• Kapan ?
Setiap hari kerja.
R. LAB GUDANG DAPUR R.RAPAT
R. ADMINIS
TRASI
Ka.
PUSKESMAS
RUANG
STERILISA
SI
KM/WC
RUANG
KONSELING
RUANG
KES.GIMUL
R. PERIKSA
UMUM
RUANG
FARMASI
PASIEN KLIEN
R. PENDAFTARAN &
REKAM MEDIK
PINTU MASUK/KELUAR
PUSKESMAS
R. KIA/KB &
IMUNISASI
R. RAWAT PASCA
PERSALINAN
KM/WC
R. PERSALINAN
R. TINDAKAN
ALUR PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DI PUSKESMAS
Dalam Rangka IKL
KOORDINASI DENGAN
PERANGKAT
DESA/KELURAHAN
-Kades/Lurah
-RW/RT
-Kadus
KOORDINASI LINTAS
PROGRAM
- SEKSI/BIDANG LAIN DI PUSKESMAS
- PUSTU
- BIDANG DESA
KOORDINASI
DENGAN LINTAS
SEKTOR
KECAMATAN
Pengamatan Lingkungan,
Perilaku, Konseling, IKL
Penemuan Penderita &
Pemetaan Populasi Berisiko
Memberikan Saran Tindak
Lanjut, Kepada Pasien/Klien
Analisis Risiko
Kesling
Langkah-langkah Konseling
1. Persiapan
a. tempat
b. daftar pertanyaan
c. media informasi dan alat peraga
2. Pelaksanaan
Menggali data/informasi :
1) umum
2) khusus
(2) Inspeksi Kesehatan Lingkungan
adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara
langsung terhadap media lingkungan dalam rangka
pengawasan berdasarkan standar, norma, dan baku mutu
yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan
yang sehat
Pengamatan Fisik Media Lingkungan
AIR
mengamati sarana (jenis
dan kondisi) penyediaan
air minum dan air untuk
keperluan higiene
sanitasi dan mengamati
kualitas air
UDARA
mengamati ketersediaan dan
kondisi kebersihan ventilasi
dan mengukur luas ventilasi
permanen
PANGAN
mengamati kondisi kualitas
media pangan, yang
memenuhi prinsip-prinsip
higiene sanitasi dalam
pengelolaan pangan
SARANA & BANGUNAN
mengamati dan memeriksa kondisi
kualitas bangunan dan sarana pada
rumah/tempat tinggal Pasien
TANAH
mengamati kondisi kualitas
tanah yang berpotensi sebagai
media penularan penyakit
VEKTOR & BINATANG
PEMBAWA PENYAKIT
mengamati adanya
tanda tanda kehidupan
vektor dan binatang
Pembawa
penyakit
Pengukuran Media Lingkungan di
Tempat
Pengukuran media
lingkungan di tempat
dilakukan dengan
menggunakan alat in situ
Untuk mengetahui kualitas
media lingkungan yang
hasilnya langsung diketahui
di lapangan.
Uji Laboratorium
• Apabila hasil pengukuran in situ
memerlukan penegasan lebih
lanjut, dilakukan uji
laboratorium.
• Uji laboratorium dilaksanakan
di laboratorium yang
terakreditasi sesuai
parameternya.
*) Jika Puskesmas mendapatkan sanitarian kit, maka uji laboratorium dilakukan dengan in situ
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Analisis risiko kesehatan lingkungan dilakukan melalui:
a) Identifikasi bahaya
Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan
mutu serta kekuatan bukti yang mendukungnya.
b) Evaluasi dosis respon
Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk menjelaskan bagaimana suatu
kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan yang berdampak terhadap
kesehatan.
c) Pengukuran pemajanan
Perkiraan besaran, frekuensi dan lamanya pemajanan pada manusia oleh suatu bahan melalui semua
jalur dan menghasilkan perkiraan pemajanan.
d) Penetapan Risiko.
Mengintegrasikan daya racun dan pemajanan kedalam “perkiraan batas atas” risiko kesehatan yang
terkandung dalam suatu bahan.
• Waktu pelaksanaan Inspeksi Kesehatan
Lingkungan sebagai tindak lanjut hasil
Konseling sesuai dengan kesepakatan
antara Tenaga Kesehatan Lingkungan
dengan Pasien, yang diupayakan
dilakukan paling lambat 24 (dua puluh
empat) jam setelah Konseling.
Langkah-langkah kegiatan IKL
1. Persiapan :
• Mempelajari hasil konseling
• Membuat janji kunjungan rumah dan lingkungannya dengan pasien dan keluarga
• Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan (form IKL, media penyuluhan, alat pengukuran)
• Melakukan koordinasi dengan perangkat desa atau kelurahan.
2. Pelaksanaan :
• Melakukan pengamatan media lingkungan dan perilaku masyarakat.
• Melakukan pengukuran media lingkungan di tempat, uji laboratorium dan analisis
resiko sesuai kebutuhan
• Melakukan penemuan penderita lainnya.
• Melakukan pemetaan populasi beresiko
• Memberikan saran dan tindak lanjut kepada sasaran (keluarga, pasien dan keluarga
sekitar)
(3)Intervensi Kesehatan Lingkungan
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun sosial
Intervensi Kesehatan Lingkungan dapat berupa:
• komunikasi, informasi, dan edukasi, serta penggerakan/pemberdayaan
masyarakat;
• perbaikan dan pembangunan sarana;
• pengembangan teknologi tepat guna; dan/atau
• rekayasa lingkungan
Sumber daya
SDM
1 Orang Tenaga Kesling
DANA
APBN, APBD, masyarakat sumber lain yang sah
SARANA & PRASANA
ruang Konseling
Laboratorium terintegrasi;
 peralatan yang dibutuhkan dalam Intervensi Kesehatan
Lingkungan; dan
 media komunikasi, informasi, dan edukasi.
Ruang yang digunakan bersama dengan ruangan promosi
kesehatan
PEMANTAUAN DAN
EVALUASI
PERTEMUAN
INTEGRASI LINTAS
PROGRAM
PELAYANAN KESLING
PUSKESMAS:
PELAKSANAAN PENGAWASAN
KUALITAS MEDIA LINGKUNGAN DALAM
RANGKA PROGRAM KESEHATAN
KINERJA
PUSKESMAS DAN
INDIKATOR
PENILAIAN
AKREDITASI
PUSKESMAS
1
• Setiap Pasien yang diberikan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas wajib dicatat
dalam lembar status Kesehatan Lingkungan Pasien
2
• Lembar status Kesehatan Lingkungan Pasien merupakan resume/kesimpulan hasil
Konseling, hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan yang dilakukan terhadap Pasien, dan
Intervensi Kesehatan Lingkungan yang dilakukan.
3
• Puskesmas wajib menyampaikan laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan secara
berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4
• Laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan merupakan bahan pertimbangan untuk
menetapkan kebijakan kesehatan lingkungan dalam skala kabupaten/kota.
5
• Dalam hal Pasien yang diberikan Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah anggota masyarakat yang
bertempat tinggal di luar wilayah Puskesmas, maka Kepala Puskesmas wajib melaporkan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk ditindaklanjuti
Kesimpulan
Mencegah lebih baik
daripada mengobati.
Pelayanan Kesling merupakan upaya pencegahan penyakit.
5 (LIMA) PILAR SANITASI
TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT
30
AKIBAT SANITASI YANG BURUK
Sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman
menjadi penyebab 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia (Ringkasan
Kajian Unicef Indonesia, Oktober 2012)
100.000 anak dibawah usia 3 tahun meninggal karena diare setiap tahunnya
(studi world bank 2007)
gangguan saluran pencernaan yang membuat energi untuk pertumbuhan
teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi penyakit infeksi (Schmidt,
Charles W. “Beyond malnutrition: the role of sanitation in stunted growth.”
Environmental health perspectives, 2014
Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar 56,7 trilyun pertahun akibat
kondisi sanitasi yang buruk (WSP,2008)
Terdapat kaitan yang erat sanitasi buruk dengan anak pendek di Indonesia. 1 dari
3 anak Indonesia menderita tubuh pendek (Riset Kesehatan Dasar, 2013)
32
KAB/KOTA
YANG
MEMENUHI
KUALITAS
KESLING
NUSANTARA
SEHAT
GOAL KINERJA HSPGOAL KESEHATAN LINGKUNGAN
DESA
SEHAT
KELUARGA
DAN
MASYARAKAT
SEHAT
Alur Penularan Penyakit & Blocking
Sumber Media Penularan Target
Manusia
Limbah
Sampah
Tinja
Tanah
Lalat/
serangga
Cairan
Tangan
Makanan &
Minuman
PENCIPTAAN
LINGKUNGAN
YANG KONDUSIF
PENINGKATAN
KEBUTUHAN
PENINGKATAN
PENYEDIAAN
Pemicuan
perubahan
perilaku
Pemasaran
sanitasi
Regulasi,
Advokasi,
Fasilitasi
Strategi STBM
35
Prinsip – prinsip stbm
Tanpa subsidi Masyarakat
sebagai
pemimpin
Tidak
menggurui atau
memaksa
Totalitas
PROSES PEMICUAN
Perkenalan dan penekanan tidak
membawa subsidi
Transect / melihat tempat kebiasaan
BAB masyarakat
Pemetaan
Analisa bersama masyarakatKomite menyusun strategi bersama masyarakat
untuk menghentikan BAB sembarangan
Monitoring Paska Pemicuan
Lima Pilar STBM
Stop BABS
CTPS
PAMMRT
Pengelolaan
Sampah
Pengelolaan
limbah
Pilar 1 – stop BABS
Mengapa buang air besar harus di jamban sehat ?
Prinsipnya tidak menjadi tempat perkembangbiakan serangga dan binatang penular penyakit
(lalat, kecoa, tikus, dan lain-lain) dan memutus rantai penularan penyakit.
Pilar 2 - CTPS
Mengapa harus CTPS ?
• Risiko penyakit diare dapat
diturunkan 45% jika mencuci tangan
dengan sabun
(WHO, 2007)
 Faecal Streptococci mampu
dieliminir 90% dengan cuci tangan
pakai sabun
(Pinfold, 1994)
5 WAKTU PALING PENTING UNTUK CTPS
1. Sebelum makan
2. Sebelum menghidangkan makanan
3. Sebelum memberi makan bayi/Balita
4. Sesudah Buang Air Besar atau Buang Air Kecil.
5. Sesudah memegang hewan
Waktu-waktu penting lainnya adalah:
sebelum menyusui bayi, setelah menyeboki bayi/Balita, setelah
batuk/bersin dan membersihkan hidung, setelah membersihkan
sampah; dan untuk anak-anak: setelah bermain di tanah atau di lantai.
Pilar 3 - PAMM RT
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
Bagaimana Mengolah Air Minum?
Pengolahan air untuk minum pengolahan air minum di rumah
tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan kualitas air
minum. Cara pengolahan yang disarankan, yaitu:
• Filtrasi (keramik filter)
• Desinfeksi (khlorin cair/tablet/UV/SODIS/Merebus)
HIGIENE SANITASI PANGAN
di tingkat RUMAH TANGGA
Mengapa Higiene Sanitasi penting ?
• Menurut Organisasi Kesehatan Dunia :
• Lebih Dari 200 Penyakit Ditularkan Melalui Makanan
- Makanan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit mulai dari Diare sampai
Kanker
- Beberapa penyakit ini bahkan dapat menyebabkan infeksi atau keracunan
sepanjang hidup
- 5 Milyar penyakit Diare terjadi terhadap anak usia 5 tahun setiap tahunnya
Pengendalian terhadap Faktor
Pemilihan bahan makanan yang baik
Personal higiene, (bersih, tidak sakit, menggunakan
penutup kepala, celemek)
Bersih, jauh dari sampah, tidak ada genangan air
Alat harus dicuci bersih dengan air mengalir dan
menggunakan sabun
• Pemilihan Bahan
• Penyimpanan Bahan
• Pengolahan
• Penyimpanan Makanan Matang
• Pengangkutan Makanan
• Penyajian Makanan
6 Tahap Higiene Sanitasi Pangan
Pemilihan bahan
No Bahan Pangan Pemilihan
A. Bahan pangan mentah
1. Daging,susu, telur, ikan, udang dan
olahannya, buah dan sayur
Harus dalam keadaan baik, segar dan tidak rusak
atau berubah bentuk, warna dan rasa
2. Jenis tepung dan biji-bijian Harus dalam keadaan baik, tidak berubah warna, dan
tidak berjamur
3. Pangan fermentasi (ragi) Harus dalam keadaan baik, tercium aroma fermentasi,
tidak berubah warna, rasa serta tidak bernoda dan
tidak berjamur
B. Bahan pangan olahan
1. Bahan pangan olahan kemasan Harus mempunyai label dan merk, terdaftar, kemasan
tidak rusak, tidak menggelembung, dan belum
kadaluwarsa
2. Bahan pangan olahan non
kemasan
Tidak basi, tidak busuk, tidak rusak, tidak berubah
warna dan tidak berjamur
Penyimpanan Bahan
Makanan
 Terhindar dari kemungkinan kontaminasi bakteri, vektor pembawa
penyakit dan hewan lainnya, bahan berbahaya dan racun
 Bahan pangan yang diterima/dibeli lebih awal digunakan lebih
dahulu
 Tempat penyimpanan harus bersih dan tertutup sehingga terlindung
dari vektor penyakit
Pengolahan Pangan
Pengolahan Pangan yang Baik dan Sehat
 Tempat pengolahan/dapur bersih, pencahayaan cukup, ventilasi
memenuhi syarat, lantai tidak licin mudah dibersihkan, bebas dari
vektor pembawa penyakit dan hewan lainnya
 Peralatan harus tara pangan (aman dan tidak berbahaya bagi
kesehatan), bersih tidak rusak/retak, talenan dari bahan selain
kayu
 Bahan pangan sebelum dipotong, dicuci dengan air bersih yang
mengalir.
• Bahan pangan yang dimasak harus matang sempurna
 Pengolah makanan berbadan sehat
Simpan pangan yang sudah siap saji :
 Pada Tempat Yang Tidak, Tercemar Debu
(Tertutup),
 Tidak Dapat Dijangkau Tikus, Serangga Dan
Binatang Pengganggu Lainnya.
 Pangan Yang Sudah Matang
Tidak Boleh Kontak Langsung
Dengan Tangan.
Penyimpanan Makanan Matang
Pengangkutan Makanan
Makanan siap saji lebih rawan,
terhadap pencemaran sehingga perlu perlakuan ekstra hati-hati
Prinsip :
 Setiap makanan mempunyai wadah masing – masing
 Isi makanan tidak terlalu penuh untuk menghindari pemanasan [akan cepat basi)
 Wadah harus utuh, kuat, ukuran memadai dan terbuat dari bahan anti karat/ bocor
 Selama perjalanan wadah harus tetap tertutup
 Kendaraan pengangkut khusus untuk makanan dan tidak dipakai utk keperluan lain
Penyajian Makanan
Hal – hal yang harus diperhatikan :
1. Tempat Penyajian
2. Waktu Penyajian
3. Cara Penyajian
4. Prinsip Penyajian
Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai
proses pengolahan,menjadi matang, sampai disajikan dan
dimakan tidak boleh lebih dari 4 jam, segera dihangatkan
kembali terutama makanan yang berprotein tinggi.
Penyajian Makanan
Prinsip Wadah :
Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan
diusahakan tertutup
Tujuannya :
1. Makanan tidak terkontaminasi silang
2. Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
3. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat
kerawanan makanan
 Menjaga kebersihan pribadi (mandi, gosok gigi)
 Membiasakan membersihkan hidung, kuku, telinga secara teratur
 Menjaga kebersihan kulit
 Memakai celemek , tutup kepala, tidak pakai perhiasan
 Tangan harus selalu dijaga kebersihannya
 Buang air besar/kecil di toilet/WC
 Menghindari kebiasaan yang tidak sehat
Kebersihan Diri Pengolah Makanan
PILAR 4
PENGAMANAN SAMPAH
Potret pengelolaan sampah
yang terabaikan
Siapa penghasil SAMPAH ?
• Sampah rumah tangga adalah sampah
yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga, tidak termasuk
tinja dan sampah spesifik (UU no
18/2012)
• Sampah rumah tangga terdiri dari
sampah organik yang mudah terurai
seperti sisa sayuran, sampah dapur dan
sampah non organik yang sulit terurai
seperti plastik, botol, kaleng.
Setiap aktifitas manusia
pasti menghasilkan
buangan atau sampah yang
jumlah dan volumenya
sebanding dengan tingkat
konsumsi terhadap barang
atau material yang
digunakan sehari – hari.
Pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara
dibakar berkontribusi dalam terjadinya
perubahan iklim
Hasil Riskesdas 2013 pengelolaan sampah
rumah tangga di Indonesia :
• dibakar (50,1%)
• ditimbun dalam tanah (3,9 %)
• dibuang ke kali/parit/laut (10,4)
• dibuang sembarangan (9,7%) dan
• masih rendahnya yang diangkut
petugas (24,9%)
• dibuat kompos (0,9 %)
Pengelolaan Sampah
Undang-undang no. 18 tahun 2008
pengelolaan sampah didefinisikan sebagai
kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah.
• Kegiatan pengurangan meliputi
pembatasan timbulan sampah, pendaur
ulang sampah dan/atau pemanfaatan
kembali sampah.
• Kegiatan penanganan meliputi
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, pemrosesan akhir sampah
Pencegahan
Pengurangan
Penggunaan
Daur Ulang
Pemulihan
Buang
STBM dalam Penanganan Sampah
RESIDU
PEMILAHAN,
PEWADAHAN & 3R
Kertas dll
Organik
Bahan
Beracun
Berbahaya
Gelas dll
PENAMPUNGAN
SEMENTARA/PENGOLAHAN
RESIDU
PENGANGKUTAN
TPARUMAH
TANGGA
69
STBM
PEMROSESAN
AKHIR
PENGUMPULAN
TPS
TPST 3 R
SPA
Bank
Sampah
Reuse:
• Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya
• Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang
• Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
• Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan (Bank Sampah,
Sedekah Sampah, dll.)
Reduce:
• Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
• Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
besar
• Kurangi penggunaan bahan sekali pakai misal : membawa tas belanja untuk mengurangi
penggunaan kantong plastik, menggunakan rantang (membeli makanan matang) untuk
mengurangi sampah dari styrofoam, plastik, kertas sebagai wadah makanan
3R di rumah tangga
Recycle :
• sampah organik (yang mudah membusuk) diolah menjadi kompos.
Hasil pengukuran sampah di TPST Bantar Gebang ditemukan bahwa komposisi sampah
organik sebesar 67%, sampah an-organik 32,8% dan 2%nya bentuk lain (Penelitian TL-
UI, Jakarta 2010)
• besi bekas diolah kembali menjadi barang-barang seni dari besi, dll
• Plastik diolah menjadi bijih plastik
• Menjadi barang kerajinan
• Plastik diolah menjadi minyak solar
3R dirumah tangga
PILAR 5
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH
TANGGA
Apa yang dimaksud limbah cair rumah tangga?
Limbah cair rumah tangga adalah Limbah berbentuk cair sebagai hasil
buangan dari kegiatan perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan
dan perkantoran. Limbah cair rumah tangga di bagi menjadi 2 yaitu :
• Limbah jamban (black water) yang berasal dari kotoran manusia, seperti
tinja dan air seni
• Limbah non jamban (grey water) yang berasal dari hasil cuci-mencuci,
mandi dan hasil memasak/dapur.
Mengapa limbah cair perlu dikelola
 Limbah cair harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila
tidak akan dapat menjadi tempat perindukan vektor/serangga
pembawa penyakit.
 Limbah cair akan menarik binatang-binatang yang dikenal dalam
aspek kesehatan dapat menyebarluaskan penyakit, seperti misal
lalat, kecoa , tikus.
 Penyakit-penyakit yang berkaitan erat dengan sampah yang tidak
dikelola dengan benar antara lain : demam berdarah, disentri,
thypus, dan lain-lain
Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
• Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban.
Namun, jika pada kawasan permukiman sudah tersedia sarana IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) dengan sistem perpipaan atau tangki septik yang sesuai
standar dilengkapi dengan bidang resapan, air limbah jamban dan non jamban
dapat diolah secara tercampur.
• Tidak boleh menjadi tempat perindukan lalat, nyamuk, kecoa, tikus.
• Tidak boleh menimbulkan bau.
• Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan.
• Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.
Skema Sistem
Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Komunal (perpipaan) Komunal
Kemana limbah cair harus dibuang
• Limbah cair harus dibuang pada sarana pengolahan air limbah (SPAL) yang
dapat dibuat oleh masing-masing rumah tangga.
• Limbah cair rumah tangga yang berasal dari cucian, buangan dapur, kamar
mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke Saluran Pembuangan Air
Limbah (SPAL) dengan menggunakan sumur resapan dan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga. Sedangkan limbah cair yang berupa
tinja dan air seni disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan bidang
resapan.
Dapat digabung jika tangki septik
sudah menggunakan teknologi
yang dapat mengolah limbah
grey water dan black water
SARANA PENGELOLAAN AIR LIMBAH (Grey Water)
Sumber: ilmuGeografi.com
Saluran air limbah agar tetap berfungsi dengan
baik setiap saat perlu dibersihkan dari sampah,
lakukan perbaikan bila ada saluran yang pecah
atau retak.
Menggunakan air limbah untuk menyiram
tanaman dapat meningkatkan manfaat air
limbah.
Mengusir tikus dari tempat pembuangan air
limbah dapat menghindari penyakit yang
disebarkan oleh tikus seperti pes dan
leptospirosis.
PEMELIHARAAN
Seperti apa pembuangan air limbah di rumah kita ?
• Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat
mengalirkan air limbah dari sumbernya (dapur, kamar mandi) ke
tempat penampungan air limbah dengan lancar tanpa mencemari
lingkungan dan tidak dapat dijangkau serangga dan tikus.
• Rumah yang membuang air limbahnya di atas tanah terbuka tanpa
adanya saluran pembuangan limbah. Akibatnya menjadi kotor,
becek, menyebarkan bau tidak sedap dan dapat menjadi tempat
berkembang biak serangga terutama nyamuk.
• Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar dan
menggenang serta meresap ke tanah. Bila jarak terlalu dekat
dengan sumur maka dapat mencemari sumur.
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
Jenis Limbah Fasyankes Berdasarkan Karakteristiknya
Limbah
domestik
80%
Limbah
infeksius &
patologi
15%
Limbah kimia
& farmasi
3%
Limbah tajam
1%
Termometer &
tabung rusak
1%
Limbah domestik Limbah infeksius & patologi
Limbah medis terdiri dari berbagai jenis yang memerlukan metode
pengolahan yang berbeda (Kepmenkes nomor 1204 tahun 2004)
Infeksius
Patologis
Tajam
Sitotoksik
Farmasi
BahanKimia
Logamberat
Kemasan
bertekanan
Radioaktif
Limbah Medis Terdiri dari Berbagai Jenis
Undang-Undang No 32/2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Undang-Undang No 36/2009 tentang
Kesehatan
Peraturan Pemerintah No. 101/2014 tentang
Pengelolaan Liimbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
Peraturan Pemerintah No. 66/2014 tentang
Kesehatan Lingkungan
Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. P-56/2015
tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah bahan
Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Peraturan Menteri
Kesehatan No. 7/2019
tentang Kesehatan
Lingkungan rumah Sakit
Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. P-68/2015
tentang Baku Mutu Limbah
Cair Domestik
Peraturan Menteri
Kesehatan No. 24/2016
tentang Persyaratan Teknis
bangunan dan Prasarana
Rumah Sakit
Undang-Undang No 44/2009 tentang
Rumah Sakit
REGULASI TERKAIT ……
Alur Pengelolaan Limbah medis
Pengolahan/Penimbunan/Pemanfaatan
Pengangkutan/Pengumpulan
Penyimpanan
Pewadahan
Pemilahan
Pengurangan
 Menghindari penggunaan material yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun apabila terdapat pilihan
yang lain;
 Melakukan tata kelola yang baik (good house keeping)
setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau
pencemaran terhadap lingkungan;
 Melakukan pemisahan aliran limbah (waste stream)
menurut jenis, kelompok, dan/atau karakteristik limbah;
 Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia
dan bahan farmasi untuk menghindari terjadinya
penumpukan dan kedaluwarsa; dan
 Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap
peralatan sesuai jadwal.
PENGURANGAN CONTOH PENGURANGAN
Pemilahan dan Pewadahan
 Pemilahan dilakukan mulai dari sumber oleh
penghasil limbah (mis: perawat). Di setiap
sumber/ ruangan ditempatkan wadah yang
sesuai dengan limbah yang dihasilkan.
 Wadah dinamai sesuai kategori/ kelompok
limbah dan diberikan kantong plastik sesuai
warna.
 Jarum suntik bisa disediakan safety box di
tempat dilakukan tindakan. Setelah menyuntik,
suntik langsung dimasukan ke dalam safety box
tanpa menutup kembali.
 Jarum suntik juga bisa menggunakan needle
cutter atau needle destroyer untuk memisahkan
siringe dengan spoitnya.
MERAH
KUNING
KUNING
UNGU
COKLAT
CONTOH
WADAH
Limbah Medis Limbah Tajam
INTERNAL
EKSTERNAL
PT. EDELWEIS
TRANSPORTASI
HALWA
• Pengumpulan limbah minimum setiap hari atau sesuai
kebutuhan.
• Setelah limbah diambil dari sumbernya. Harus segera
dilakukan pengantian kantong/wadah.
• Limbah diangkut sebelum penuh (3/4 dari volume
limbah)
• Tidak dianjurkan pelakukan pemadatan/ penekanan
pada saat pengumpulan limbah untuk menghindari risiko
tertusuk
• Kantong limbah tidak boleh diikat model “telinga kelinci”
atau menggunakan selotipe/sejenisnya.
Untuk pengangkutan:
1. Dari penghasil ke Depo
2. Dari penghasil ke pengolah
Di dalam Provinsi, Kabupaten/Kota
• Pengangkutan dilakukan oleh jasa transporter yang
berizin.
• Pengangkutan yang dilakukan oleh penghasil limbah
bisa menggunakan kendaraan roda 3, sesuai
ketentuan yang berlaku.
PENGANGKUTAN
• Paling lama:
• 2 hari, pada suhu > 0oC
• 90 hari, pada suhu < 0oC
Patologis
Infeksius
Tajam
• Paling lama:
• 90 hari, yang dihasilkan
• > 50 kg per hari atau lebih;
• 180 hari, yang dihasilkan
• < 50 kg per hari
Kimia
Farmasi
Sitotoksik
Tabung bertekanan
Logam berat
Permen LHK P.56 tahun 2015:
PENYIMPANAN SEMENTARA
PENGOLAHAN LIMBAH
PADAT MEDIS
Teknologi
Pengolahan
Termal
Insinerasi
Non
Insinerasi
Non Termal
Disinfeksi
Kimia
Solidifikasi/
Stabilisasi
• Microwave
• Autoclave
• Hydroclave
• Enkapsulasi
• Inertisasi
PENGUBURAN (DEEP BURIAL)
 Lokasi dan Fasilitas penguburan limbah medis wajib memiliki
persetujuan dari Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
 Limbah medis yang dapat dilakukan penguburan yaitu:
• limbah patologis
• limbah benda tajam
92
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan No. P.56/Menlhk-
Sekjen/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
B3 dari FASYANKES
IDENTIFIKASIPERMASALAHANKESLING DI DAERAHTANGGAPDARURAT(RAPIDENVIRONMENTAL
HEALTHASSESSMENT/REHA)
A. DATAUMUM:
1. Data yang menggambarkan kejadian kedaruratan, diskripsi kedaruratan yang menggambarkan besaran atau skala
kejadian, & waktu kejadian,
2. Lokasi kejadian menggambarkan tempat kejadian di desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
3. Letak geografis: pegunungan, pantai, pulau atau yang lainnya.
4. Jumlah penduduk yang terancam, jumlah jiwa, dan kepala keluarga.
B. Data kondisi sanitasi dankesehatan lingkungan
1. Tempat Pengungsian
2. Sumber Air Bersih
3. Pembuangan kotoran
4. Pembuangan limbah
5. Vektor
6. Pengelolaan makanan
7. Potensi yangada : Jumlahtenagasanitarian& Potensi alam/ sumber air bersihyg ada
8. Logistik kedaruratankesehatan lingkungan
KAPAN REHA DILAKUKAN ????
Pelaksanaan RHA dilakukan sesaat setelah terjadinya bencana/keadaan darurat. Sedangkan
need assessment dilakukan secara terus menerus sesuai dengan kondisi yang ada termasuk
pasca bencana. Untuk selanjutnya dilakukan mekanisme survailans kesehatan secara rutin
untuk mengetahui dan memonitor kondisi/masalah kesehatan serta untuk memberikan
rekomendasi upaya tindak lanjutnya. Penilaian cepat masalah kesehatan lingkungan sekurang-
kurangnya dilakukan pada setiap tingkat desa/kelurahan dan selanjutnya dilakukan
rekapitulasi tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi.
1. Mengidentifikasiancamanpenyakitmenular utama,
2. Membuat outline kebutuhanbidang Kesling
3. Membuat rencanaprioritas penanggulangannya
KELUARANREHA:
KomposisiTim :
1. Epidemiologis
2. Sanitarian
3. Medis/paramedis
4. Petugas logistik/administrasi
1. Jumlah korban luka / meninggal berdasarkan tempat tinggal, jenis kelamin dan umur.
2. Jumlah rumah yang rusak ringan/sedang/berat berdasarkan tempat/desa.
3. Perilaku penduduk sebagai akibat bencana (jenis pengungsian, pola makan, buang hajat, dan lainlain ).
4. Kondisi sanitasi berdasarkan tempat
5. Kondisi sistem pelayanan kesehatan seperti kantor dinas kesehatan setempat, rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu, peralatan dan petugasnya, terutama kaitan pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan
6. Kondisi sistem transportasi dan komunikasi
7. Data tentang situasi penyakit menular sebelum terjadi bencana termasuk data KLB, penyakit tertentu yang
diperkirakan menjadi ancaman terhadap masyarakat yang mengalami bencana
8. Data surveilans rutin dan riwayat KLB
9. Data program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan kesehatan lingkungan.
10. Kebutuhan logistik sanitasi lingkungan
DAFTAR ASSESSMENT:
Terima Kasih
Impacts of thermal extremes

More Related Content

What's hot

#6 kebijakan yankes di remote area pembekalan ns 2020
#6 kebijakan yankes di remote area pembekalan ns 2020#6 kebijakan yankes di remote area pembekalan ns 2020
#6 kebijakan yankes di remote area pembekalan ns 2020datasubditPuskesmas
 
0. pengantar materi program gizi
0. pengantar materi program gizi0. pengantar materi program gizi
0. pengantar materi program giziBidangTFBBPKCiloto
 
komunikasi efektif ns batch 17
komunikasi efektif ns batch 17komunikasi efektif ns batch 17
komunikasi efektif ns batch 17BidangTFBBPKCiloto
 
Sub bahasan 4 intervensi masalah
Sub bahasan 4 intervensi masalahSub bahasan 4 intervensi masalah
Sub bahasan 4 intervensi masalahedosgandos
 
PIS - PK untuk kadinkes
PIS - PK untuk kadinkesPIS - PK untuk kadinkes
PIS - PK untuk kadinkesErwinsyah Blue
 
Kesehatan dasar basic six atau 6 program pokok puskesmas yaitu
Kesehatan dasar basic six atau 6 program pokok puskesmas yaituKesehatan dasar basic six atau 6 program pokok puskesmas yaitu
Kesehatan dasar basic six atau 6 program pokok puskesmas yaituheri damanik
 
Kebijakan penurunan aki akb dinas kesehatan provinsi sulawesi barat 27 11_2016
Kebijakan penurunan aki akb dinas kesehatan provinsi sulawesi barat 27 11_2016Kebijakan penurunan aki akb dinas kesehatan provinsi sulawesi barat 27 11_2016
Kebijakan penurunan aki akb dinas kesehatan provinsi sulawesi barat 27 11_2016Muh Saleh
 
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan - PMK 43/2016
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan - PMK 43/2016Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan - PMK 43/2016
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan - PMK 43/2016Dinkes Kab Lebak
 
Selasa 27 april am4 pedoman promkes pusk dlm penanggulangan covid-19
Selasa 27 april am4 pedoman promkes pusk dlm penanggulangan covid-19Selasa 27 april am4 pedoman promkes pusk dlm penanggulangan covid-19
Selasa 27 april am4 pedoman promkes pusk dlm penanggulangan covid-19BidangTFBBPKCiloto
 
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKStrategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKDokter Tekno
 
Deteksi dini fr ns 2020 ok
Deteksi dini fr ns 2020 okDeteksi dini fr ns 2020 ok
Deteksi dini fr ns 2020 okLilyBanonah
 
Buku panduan pelaksanaan pispk masa pandemi covid 19 serta adaptasi kebiasaan...
Buku panduan pelaksanaan pispk masa pandemi covid 19 serta adaptasi kebiasaan...Buku panduan pelaksanaan pispk masa pandemi covid 19 serta adaptasi kebiasaan...
Buku panduan pelaksanaan pispk masa pandemi covid 19 serta adaptasi kebiasaan...Tini Wartini
 
Promosi Kesehatan di era pandemi
Promosi Kesehatan di era pandemiPromosi Kesehatan di era pandemi
Promosi Kesehatan di era pandemiSubditPSDPPromkes
 
Bahan Tayang Etnografi Kesehatan
Bahan Tayang Etnografi KesehatanBahan Tayang Etnografi Kesehatan
Bahan Tayang Etnografi KesehatanTini Wartini
 

What's hot (20)

#6 kebijakan yankes di remote area pembekalan ns 2020
#6 kebijakan yankes di remote area pembekalan ns 2020#6 kebijakan yankes di remote area pembekalan ns 2020
#6 kebijakan yankes di remote area pembekalan ns 2020
 
0. pengantar materi program gizi
0. pengantar materi program gizi0. pengantar materi program gizi
0. pengantar materi program gizi
 
Bahan ajar ks batch 17
Bahan ajar ks batch 17Bahan ajar ks batch 17
Bahan ajar ks batch 17
 
4. program kespro (1)
4. program kespro (1)4. program kespro (1)
4. program kespro (1)
 
komunikasi efektif ns batch 17
komunikasi efektif ns batch 17komunikasi efektif ns batch 17
komunikasi efektif ns batch 17
 
Program kesling 28042021
Program kesling 28042021Program kesling 28042021
Program kesling 28042021
 
1. program matneo (1)
1. program matneo (1)1. program matneo (1)
1. program matneo (1)
 
Sub bahasan 4 intervensi masalah
Sub bahasan 4 intervensi masalahSub bahasan 4 intervensi masalah
Sub bahasan 4 intervensi masalah
 
Program kesling
Program kesling Program kesling
Program kesling
 
PIS - PK untuk kadinkes
PIS - PK untuk kadinkesPIS - PK untuk kadinkes
PIS - PK untuk kadinkes
 
Kesehatan dasar basic six atau 6 program pokok puskesmas yaitu
Kesehatan dasar basic six atau 6 program pokok puskesmas yaituKesehatan dasar basic six atau 6 program pokok puskesmas yaitu
Kesehatan dasar basic six atau 6 program pokok puskesmas yaitu
 
Kebijakan penurunan aki akb dinas kesehatan provinsi sulawesi barat 27 11_2016
Kebijakan penurunan aki akb dinas kesehatan provinsi sulawesi barat 27 11_2016Kebijakan penurunan aki akb dinas kesehatan provinsi sulawesi barat 27 11_2016
Kebijakan penurunan aki akb dinas kesehatan provinsi sulawesi barat 27 11_2016
 
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan - PMK 43/2016
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan - PMK 43/2016Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan - PMK 43/2016
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan - PMK 43/2016
 
Selasa 27 april am4 pedoman promkes pusk dlm penanggulangan covid-19
Selasa 27 april am4 pedoman promkes pusk dlm penanggulangan covid-19Selasa 27 april am4 pedoman promkes pusk dlm penanggulangan covid-19
Selasa 27 april am4 pedoman promkes pusk dlm penanggulangan covid-19
 
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKStrategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
 
Deteksi dini fr ns 2020 ok
Deteksi dini fr ns 2020 okDeteksi dini fr ns 2020 ok
Deteksi dini fr ns 2020 ok
 
Buku panduan pelaksanaan pispk masa pandemi covid 19 serta adaptasi kebiasaan...
Buku panduan pelaksanaan pispk masa pandemi covid 19 serta adaptasi kebiasaan...Buku panduan pelaksanaan pispk masa pandemi covid 19 serta adaptasi kebiasaan...
Buku panduan pelaksanaan pispk masa pandemi covid 19 serta adaptasi kebiasaan...
 
Kebijakan pis pk
Kebijakan pis pkKebijakan pis pk
Kebijakan pis pk
 
Promosi Kesehatan di era pandemi
Promosi Kesehatan di era pandemiPromosi Kesehatan di era pandemi
Promosi Kesehatan di era pandemi
 
Bahan Tayang Etnografi Kesehatan
Bahan Tayang Etnografi KesehatanBahan Tayang Etnografi Kesehatan
Bahan Tayang Etnografi Kesehatan
 

Similar to PEMBEKALAN TIM NUSANTARA

Materi 1 Yankesling.pdf
Materi 1 Yankesling.pdfMateri 1 Yankesling.pdf
Materi 1 Yankesling.pdfandinento
 
01 Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.pptx
01 Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.pptx01 Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.pptx
01 Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.pptxHIMPUNANAHLIKESEHATA
 
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.docKAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.dockeslingkembangan
 
Materi Yankesling FORTUNE 27 29 NOV 2022_Bu Fatma.ppt
Materi Yankesling FORTUNE 27 29 NOV 2022_Bu Fatma.pptMateri Yankesling FORTUNE 27 29 NOV 2022_Bu Fatma.ppt
Materi Yankesling FORTUNE 27 29 NOV 2022_Bu Fatma.pptnhovand1
 
CURENT ISSUE OF PUBLIC HEALTH KESMAS.pptx
CURENT ISSUE OF PUBLIC HEALTH KESMAS.pptxCURENT ISSUE OF PUBLIC HEALTH KESMAS.pptx
CURENT ISSUE OF PUBLIC HEALTH KESMAS.pptxririnnoviyantii
 
materi 1 ADKL.pptx
materi 1 ADKL.pptxmateri 1 ADKL.pptx
materi 1 ADKL.pptxdini890779
 
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-2.pptx
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-2.pptxPPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-2.pptx
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-2.pptxahmadsyaifudin46
 
Prospek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkunganProspek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkunganAyuw Damayanti
 
Sesi-Masa depan kesehatan masyarakat_BS-1 (1) (1).pptx
Sesi-Masa depan kesehatan masyarakat_BS-1 (1) (1).pptxSesi-Masa depan kesehatan masyarakat_BS-1 (1) (1).pptx
Sesi-Masa depan kesehatan masyarakat_BS-1 (1) (1).pptxbalqisnurmauli
 
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi Bencana
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi BencanaPelayanan Kesehatan pada Kondisi Bencana
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi BencanaDhenok Citra Panyuluh
 
Dampak terhadap kesehatan masyarakat
Dampak terhadap kesehatan masyarakatDampak terhadap kesehatan masyarakat
Dampak terhadap kesehatan masyarakatsepthree
 
Pengantar IKM.pptx
Pengantar IKM.pptxPengantar IKM.pptx
Pengantar IKM.pptxafgun2
 
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthAnggita Dewi
 
Penerapan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
Penerapan Promosi dan Pendidikan KesehatanPenerapan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
Penerapan Promosi dan Pendidikan KesehatanMuhammad Idham Rahman
 

Similar to PEMBEKALAN TIM NUSANTARA (20)

Program kesling (1)
Program kesling (1)Program kesling (1)
Program kesling (1)
 
Materi 1 Yankesling.pdf
Materi 1 Yankesling.pdfMateri 1 Yankesling.pdf
Materi 1 Yankesling.pdf
 
01 Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.pptx
01 Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.pptx01 Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.pptx
01 Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.pptx
 
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.docKAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
 
Panduan upaya kesling 2020
Panduan upaya kesling 2020Panduan upaya kesling 2020
Panduan upaya kesling 2020
 
Materi Yankesling FORTUNE 27 29 NOV 2022_Bu Fatma.ppt
Materi Yankesling FORTUNE 27 29 NOV 2022_Bu Fatma.pptMateri Yankesling FORTUNE 27 29 NOV 2022_Bu Fatma.ppt
Materi Yankesling FORTUNE 27 29 NOV 2022_Bu Fatma.ppt
 
puskesmas
puskesmaspuskesmas
puskesmas
 
1.KAK klinik sanitasi.doc
1.KAK klinik sanitasi.doc1.KAK klinik sanitasi.doc
1.KAK klinik sanitasi.doc
 
CURENT ISSUE OF PUBLIC HEALTH KESMAS.pptx
CURENT ISSUE OF PUBLIC HEALTH KESMAS.pptxCURENT ISSUE OF PUBLIC HEALTH KESMAS.pptx
CURENT ISSUE OF PUBLIC HEALTH KESMAS.pptx
 
Karim klompok
Karim klompokKarim klompok
Karim klompok
 
materi 1 ADKL.pptx
materi 1 ADKL.pptxmateri 1 ADKL.pptx
materi 1 ADKL.pptx
 
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-2.pptx
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-2.pptxPPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-2.pptx
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-2.pptx
 
Prospek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkunganProspek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkungan
 
Sesi-Masa depan kesehatan masyarakat_BS-1 (1) (1).pptx
Sesi-Masa depan kesehatan masyarakat_BS-1 (1) (1).pptxSesi-Masa depan kesehatan masyarakat_BS-1 (1) (1).pptx
Sesi-Masa depan kesehatan masyarakat_BS-1 (1) (1).pptx
 
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi Bencana
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi BencanaPelayanan Kesehatan pada Kondisi Bencana
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi Bencana
 
Dampak terhadap kesehatan masyarakat
Dampak terhadap kesehatan masyarakatDampak terhadap kesehatan masyarakat
Dampak terhadap kesehatan masyarakat
 
Pengantar IKM.pptx
Pengantar IKM.pptxPengantar IKM.pptx
Pengantar IKM.pptx
 
Adkl ehia
Adkl ehiaAdkl ehia
Adkl ehia
 
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
 
Penerapan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
Penerapan Promosi dan Pendidikan KesehatanPenerapan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
Penerapan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
 

PEMBEKALAN TIM NUSANTARA

  • 1. PEMBEKALAN TIM NUSANTARA SEHAT BATCH XV DIREKTORAT KESEHATAN LINGKUNGAN 3 SEPTEMBER 2020
  • 2. Seberapa besar kontribusi Kesehatan Lingkungan pada kejadian penyakit ?
  • 4. 4 Kaitan Faktor Lingkungan dan penyakit Malaria TB Schisto- somiasis Influensa Diare ISPA Kolera DBD Penggundulan hutan + Perubahan iklim ++ ++ ++ ++ ++ ++ Sanitasi & hygiene buruk ++ ++ ++ ++ Kelaparan /kurang gizi + + ++ ++ Perumahan tdk layak ++ ++ + + + ++ ++ Migrasi + + + ++ + ++ ++ Tdk ada akses ke sarana kes ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ + Sumber:: Report on Infectious Diseases, WHO Kecil, tidak langsung, bukan faktor + Faktor penting ++ Faktor sangat penting ++ Langsung, faktor sangat penting
  • 5. PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN Indonesia Sehat Kab/Kota Sehat Kecamatan Sehat Desa/Kel Sehat Keluarga Sehat Sumber : APBN PUSAT, DEKON, APBD, DAK, CSR/SWASTA 5 PENYEHATAN PANGAN (TPM: KANTIN SEKOLAH/INSTITUSI , SENTRA PANGAN JAJANAN, DAM, JASABOGA, RM/REST, MAKANAN JAJANAN) PENYEHATAN UDARA TANAH & KAWASAN FASYANKES, TTU, PASAR SEHAT, RUMAH , SEKOLAH , GREEN OFFICE, KAB/KOTA SEHAT, PELABUHAN/BANDARA SEHAT, KEDARURATAN KESLING PENGAMANAN LIMBAH dan RADIASI PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES, LIMBAH B3 DAN LOGAM BERAT, PEMETAAN RADIASI PENGION DAN NON PENGION SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT PERCEPATAN & PEMBANGUNAN SARANA SANITASI , PENGAMANAN AIR MINUM, PENILAIAN KUALITAS AIR, IMPLEMENTASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAERAH SULIT
  • 6. Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan bidang Kesehatan Lingkungan Tahun 2020-2024 NO INDIKATOR BASELINE DATA (2019) TARGET 2020 2021 2022 2023 2024 1 Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS) 23,79 40 50 60 70 90 2 Jumlah Kabupaten/Kota Sehat NA 110 220 280 380 420 3 Persentase Sarana Air Minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar 19,93 60 64 68 72 76 4 Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar 33,7 2600 3000 4850 6250 8800 5 Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar 26,41 38 44 50 56 62 6 Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar 61,3 55 60 65 70 75 6
  • 8. Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan
  • 9. Tujuan Umum Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, promotif, dan kuratif yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan
  • 10. Tujuan Khusus • Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatan • Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan, dan perilaku hidup bersih dan sehat • Keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor
  • 11. • Setiap Puskesmas wajib menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Lingkungan. • Pelayanan Kesehatan Lingkungan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan paripurna yang diberikan kepada Pasien Penyelenggaraan
  • 12. 3. Intervensi Kesehatan Lingkungan Kegiatan Pelayanan Kesling 2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan 1. KONSELING
  • 13. (1) Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi
  • 14. (1) Konseling Untuk ? Pasien Oleh ? Tenaga Kesehatan Lingkungan Bagaimana ? Terintegrasi dengan pelayanan pengobatan dan/atau perawatan • Media ? Alat peraga, percontohan, media informasi cetak media elektronik • Kapan ? Setiap hari kerja.
  • 15. R. LAB GUDANG DAPUR R.RAPAT R. ADMINIS TRASI Ka. PUSKESMAS RUANG STERILISA SI KM/WC RUANG KONSELING RUANG KES.GIMUL R. PERIKSA UMUM RUANG FARMASI PASIEN KLIEN R. PENDAFTARAN & REKAM MEDIK PINTU MASUK/KELUAR PUSKESMAS R. KIA/KB & IMUNISASI R. RAWAT PASCA PERSALINAN KM/WC R. PERSALINAN R. TINDAKAN ALUR PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI PUSKESMAS
  • 16. Dalam Rangka IKL KOORDINASI DENGAN PERANGKAT DESA/KELURAHAN -Kades/Lurah -RW/RT -Kadus KOORDINASI LINTAS PROGRAM - SEKSI/BIDANG LAIN DI PUSKESMAS - PUSTU - BIDANG DESA KOORDINASI DENGAN LINTAS SEKTOR KECAMATAN Pengamatan Lingkungan, Perilaku, Konseling, IKL Penemuan Penderita & Pemetaan Populasi Berisiko Memberikan Saran Tindak Lanjut, Kepada Pasien/Klien Analisis Risiko Kesling
  • 17. Langkah-langkah Konseling 1. Persiapan a. tempat b. daftar pertanyaan c. media informasi dan alat peraga 2. Pelaksanaan Menggali data/informasi : 1) umum 2) khusus
  • 18. (2) Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar, norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat
  • 19. Pengamatan Fisik Media Lingkungan AIR mengamati sarana (jenis dan kondisi) penyediaan air minum dan air untuk keperluan higiene sanitasi dan mengamati kualitas air UDARA mengamati ketersediaan dan kondisi kebersihan ventilasi dan mengukur luas ventilasi permanen PANGAN mengamati kondisi kualitas media pangan, yang memenuhi prinsip-prinsip higiene sanitasi dalam pengelolaan pangan SARANA & BANGUNAN mengamati dan memeriksa kondisi kualitas bangunan dan sarana pada rumah/tempat tinggal Pasien TANAH mengamati kondisi kualitas tanah yang berpotensi sebagai media penularan penyakit VEKTOR & BINATANG PEMBAWA PENYAKIT mengamati adanya tanda tanda kehidupan vektor dan binatang Pembawa penyakit
  • 20. Pengukuran Media Lingkungan di Tempat Pengukuran media lingkungan di tempat dilakukan dengan menggunakan alat in situ Untuk mengetahui kualitas media lingkungan yang hasilnya langsung diketahui di lapangan.
  • 21. Uji Laboratorium • Apabila hasil pengukuran in situ memerlukan penegasan lebih lanjut, dilakukan uji laboratorium. • Uji laboratorium dilaksanakan di laboratorium yang terakreditasi sesuai parameternya. *) Jika Puskesmas mendapatkan sanitarian kit, maka uji laboratorium dilakukan dengan in situ
  • 22. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Analisis risiko kesehatan lingkungan dilakukan melalui: a) Identifikasi bahaya Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan mutu serta kekuatan bukti yang mendukungnya. b) Evaluasi dosis respon Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk menjelaskan bagaimana suatu kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan yang berdampak terhadap kesehatan. c) Pengukuran pemajanan Perkiraan besaran, frekuensi dan lamanya pemajanan pada manusia oleh suatu bahan melalui semua jalur dan menghasilkan perkiraan pemajanan. d) Penetapan Risiko. Mengintegrasikan daya racun dan pemajanan kedalam “perkiraan batas atas” risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan.
  • 23. • Waktu pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebagai tindak lanjut hasil Konseling sesuai dengan kesepakatan antara Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan Pasien, yang diupayakan dilakukan paling lambat 24 (dua puluh empat) jam setelah Konseling.
  • 24. Langkah-langkah kegiatan IKL 1. Persiapan : • Mempelajari hasil konseling • Membuat janji kunjungan rumah dan lingkungannya dengan pasien dan keluarga • Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang diperlukan (form IKL, media penyuluhan, alat pengukuran) • Melakukan koordinasi dengan perangkat desa atau kelurahan. 2. Pelaksanaan : • Melakukan pengamatan media lingkungan dan perilaku masyarakat. • Melakukan pengukuran media lingkungan di tempat, uji laboratorium dan analisis resiko sesuai kebutuhan • Melakukan penemuan penderita lainnya. • Melakukan pemetaan populasi beresiko • Memberikan saran dan tindak lanjut kepada sasaran (keluarga, pasien dan keluarga sekitar)
  • 25. (3)Intervensi Kesehatan Lingkungan Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial Intervensi Kesehatan Lingkungan dapat berupa: • komunikasi, informasi, dan edukasi, serta penggerakan/pemberdayaan masyarakat; • perbaikan dan pembangunan sarana; • pengembangan teknologi tepat guna; dan/atau • rekayasa lingkungan
  • 26. Sumber daya SDM 1 Orang Tenaga Kesling DANA APBN, APBD, masyarakat sumber lain yang sah SARANA & PRASANA ruang Konseling Laboratorium terintegrasi;  peralatan yang dibutuhkan dalam Intervensi Kesehatan Lingkungan; dan  media komunikasi, informasi, dan edukasi. Ruang yang digunakan bersama dengan ruangan promosi kesehatan
  • 27. PEMANTAUAN DAN EVALUASI PERTEMUAN INTEGRASI LINTAS PROGRAM PELAYANAN KESLING PUSKESMAS: PELAKSANAAN PENGAWASAN KUALITAS MEDIA LINGKUNGAN DALAM RANGKA PROGRAM KESEHATAN KINERJA PUSKESMAS DAN INDIKATOR PENILAIAN AKREDITASI PUSKESMAS
  • 28. 1 • Setiap Pasien yang diberikan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas wajib dicatat dalam lembar status Kesehatan Lingkungan Pasien 2 • Lembar status Kesehatan Lingkungan Pasien merupakan resume/kesimpulan hasil Konseling, hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan yang dilakukan terhadap Pasien, dan Intervensi Kesehatan Lingkungan yang dilakukan. 3 • Puskesmas wajib menyampaikan laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 4 • Laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan merupakan bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan kesehatan lingkungan dalam skala kabupaten/kota. 5 • Dalam hal Pasien yang diberikan Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah anggota masyarakat yang bertempat tinggal di luar wilayah Puskesmas, maka Kepala Puskesmas wajib melaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk ditindaklanjuti
  • 29. Kesimpulan Mencegah lebih baik daripada mengobati. Pelayanan Kesling merupakan upaya pencegahan penyakit.
  • 30. 5 (LIMA) PILAR SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT 30
  • 31. AKIBAT SANITASI YANG BURUK Sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman menjadi penyebab 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia (Ringkasan Kajian Unicef Indonesia, Oktober 2012) 100.000 anak dibawah usia 3 tahun meninggal karena diare setiap tahunnya (studi world bank 2007) gangguan saluran pencernaan yang membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi penyakit infeksi (Schmidt, Charles W. “Beyond malnutrition: the role of sanitation in stunted growth.” Environmental health perspectives, 2014 Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar 56,7 trilyun pertahun akibat kondisi sanitasi yang buruk (WSP,2008) Terdapat kaitan yang erat sanitasi buruk dengan anak pendek di Indonesia. 1 dari 3 anak Indonesia menderita tubuh pendek (Riset Kesehatan Dasar, 2013)
  • 32. 32 KAB/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS KESLING NUSANTARA SEHAT GOAL KINERJA HSPGOAL KESEHATAN LINGKUNGAN DESA SEHAT KELUARGA DAN MASYARAKAT SEHAT
  • 33.
  • 34. Alur Penularan Penyakit & Blocking Sumber Media Penularan Target Manusia Limbah Sampah Tinja Tanah Lalat/ serangga Cairan Tangan Makanan & Minuman
  • 36. Prinsip – prinsip stbm Tanpa subsidi Masyarakat sebagai pemimpin Tidak menggurui atau memaksa Totalitas
  • 37. PROSES PEMICUAN Perkenalan dan penekanan tidak membawa subsidi Transect / melihat tempat kebiasaan BAB masyarakat Pemetaan Analisa bersama masyarakatKomite menyusun strategi bersama masyarakat untuk menghentikan BAB sembarangan Monitoring Paska Pemicuan
  • 38. Lima Pilar STBM Stop BABS CTPS PAMMRT Pengelolaan Sampah Pengelolaan limbah
  • 39. Pilar 1 – stop BABS
  • 40. Mengapa buang air besar harus di jamban sehat ? Prinsipnya tidak menjadi tempat perkembangbiakan serangga dan binatang penular penyakit (lalat, kecoa, tikus, dan lain-lain) dan memutus rantai penularan penyakit.
  • 41.
  • 42. Pilar 2 - CTPS
  • 43. Mengapa harus CTPS ? • Risiko penyakit diare dapat diturunkan 45% jika mencuci tangan dengan sabun (WHO, 2007)  Faecal Streptococci mampu dieliminir 90% dengan cuci tangan pakai sabun (Pinfold, 1994)
  • 44. 5 WAKTU PALING PENTING UNTUK CTPS 1. Sebelum makan 2. Sebelum menghidangkan makanan 3. Sebelum memberi makan bayi/Balita 4. Sesudah Buang Air Besar atau Buang Air Kecil. 5. Sesudah memegang hewan Waktu-waktu penting lainnya adalah: sebelum menyusui bayi, setelah menyeboki bayi/Balita, setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung, setelah membersihkan sampah; dan untuk anak-anak: setelah bermain di tanah atau di lantai.
  • 45. Pilar 3 - PAMM RT Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
  • 46.
  • 47.
  • 48.
  • 49.
  • 50. Bagaimana Mengolah Air Minum? Pengolahan air untuk minum pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan kualitas air minum. Cara pengolahan yang disarankan, yaitu: • Filtrasi (keramik filter) • Desinfeksi (khlorin cair/tablet/UV/SODIS/Merebus)
  • 51. HIGIENE SANITASI PANGAN di tingkat RUMAH TANGGA
  • 52. Mengapa Higiene Sanitasi penting ? • Menurut Organisasi Kesehatan Dunia : • Lebih Dari 200 Penyakit Ditularkan Melalui Makanan - Makanan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit mulai dari Diare sampai Kanker - Beberapa penyakit ini bahkan dapat menyebabkan infeksi atau keracunan sepanjang hidup - 5 Milyar penyakit Diare terjadi terhadap anak usia 5 tahun setiap tahunnya
  • 53. Pengendalian terhadap Faktor Pemilihan bahan makanan yang baik Personal higiene, (bersih, tidak sakit, menggunakan penutup kepala, celemek) Bersih, jauh dari sampah, tidak ada genangan air Alat harus dicuci bersih dengan air mengalir dan menggunakan sabun
  • 54. • Pemilihan Bahan • Penyimpanan Bahan • Pengolahan • Penyimpanan Makanan Matang • Pengangkutan Makanan • Penyajian Makanan 6 Tahap Higiene Sanitasi Pangan
  • 55. Pemilihan bahan No Bahan Pangan Pemilihan A. Bahan pangan mentah 1. Daging,susu, telur, ikan, udang dan olahannya, buah dan sayur Harus dalam keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa 2. Jenis tepung dan biji-bijian Harus dalam keadaan baik, tidak berubah warna, dan tidak berjamur 3. Pangan fermentasi (ragi) Harus dalam keadaan baik, tercium aroma fermentasi, tidak berubah warna, rasa serta tidak bernoda dan tidak berjamur B. Bahan pangan olahan 1. Bahan pangan olahan kemasan Harus mempunyai label dan merk, terdaftar, kemasan tidak rusak, tidak menggelembung, dan belum kadaluwarsa 2. Bahan pangan olahan non kemasan Tidak basi, tidak busuk, tidak rusak, tidak berubah warna dan tidak berjamur
  • 56. Penyimpanan Bahan Makanan  Terhindar dari kemungkinan kontaminasi bakteri, vektor pembawa penyakit dan hewan lainnya, bahan berbahaya dan racun  Bahan pangan yang diterima/dibeli lebih awal digunakan lebih dahulu  Tempat penyimpanan harus bersih dan tertutup sehingga terlindung dari vektor penyakit
  • 57. Pengolahan Pangan Pengolahan Pangan yang Baik dan Sehat  Tempat pengolahan/dapur bersih, pencahayaan cukup, ventilasi memenuhi syarat, lantai tidak licin mudah dibersihkan, bebas dari vektor pembawa penyakit dan hewan lainnya  Peralatan harus tara pangan (aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan), bersih tidak rusak/retak, talenan dari bahan selain kayu  Bahan pangan sebelum dipotong, dicuci dengan air bersih yang mengalir. • Bahan pangan yang dimasak harus matang sempurna  Pengolah makanan berbadan sehat
  • 58. Simpan pangan yang sudah siap saji :  Pada Tempat Yang Tidak, Tercemar Debu (Tertutup),  Tidak Dapat Dijangkau Tikus, Serangga Dan Binatang Pengganggu Lainnya.  Pangan Yang Sudah Matang Tidak Boleh Kontak Langsung Dengan Tangan. Penyimpanan Makanan Matang
  • 59. Pengangkutan Makanan Makanan siap saji lebih rawan, terhadap pencemaran sehingga perlu perlakuan ekstra hati-hati Prinsip :  Setiap makanan mempunyai wadah masing – masing  Isi makanan tidak terlalu penuh untuk menghindari pemanasan [akan cepat basi)  Wadah harus utuh, kuat, ukuran memadai dan terbuat dari bahan anti karat/ bocor  Selama perjalanan wadah harus tetap tertutup  Kendaraan pengangkut khusus untuk makanan dan tidak dipakai utk keperluan lain
  • 60. Penyajian Makanan Hal – hal yang harus diperhatikan : 1. Tempat Penyajian 2. Waktu Penyajian 3. Cara Penyajian 4. Prinsip Penyajian Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan,menjadi matang, sampai disajikan dan dimakan tidak boleh lebih dari 4 jam, segera dihangatkan kembali terutama makanan yang berprotein tinggi.
  • 61. Penyajian Makanan Prinsip Wadah : Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan diusahakan tertutup Tujuannya : 1. Makanan tidak terkontaminasi silang 2. Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan 3. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan
  • 62.  Menjaga kebersihan pribadi (mandi, gosok gigi)  Membiasakan membersihkan hidung, kuku, telinga secara teratur  Menjaga kebersihan kulit  Memakai celemek , tutup kepala, tidak pakai perhiasan  Tangan harus selalu dijaga kebersihannya  Buang air besar/kecil di toilet/WC  Menghindari kebiasaan yang tidak sehat Kebersihan Diri Pengolah Makanan
  • 65. Siapa penghasil SAMPAH ? • Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (UU no 18/2012) • Sampah rumah tangga terdiri dari sampah organik yang mudah terurai seperti sisa sayuran, sampah dapur dan sampah non organik yang sulit terurai seperti plastik, botol, kaleng. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah yang jumlah dan volumenya sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau material yang digunakan sehari – hari.
  • 66.
  • 67. Pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara dibakar berkontribusi dalam terjadinya perubahan iklim Hasil Riskesdas 2013 pengelolaan sampah rumah tangga di Indonesia : • dibakar (50,1%) • ditimbun dalam tanah (3,9 %) • dibuang ke kali/parit/laut (10,4) • dibuang sembarangan (9,7%) dan • masih rendahnya yang diangkut petugas (24,9%) • dibuat kompos (0,9 %)
  • 68. Pengelolaan Sampah Undang-undang no. 18 tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. • Kegiatan pengurangan meliputi pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah. • Kegiatan penanganan meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemrosesan akhir sampah Pencegahan Pengurangan Penggunaan Daur Ulang Pemulihan Buang
  • 69. STBM dalam Penanganan Sampah RESIDU PEMILAHAN, PEWADAHAN & 3R Kertas dll Organik Bahan Beracun Berbahaya Gelas dll PENAMPUNGAN SEMENTARA/PENGOLAHAN RESIDU PENGANGKUTAN TPARUMAH TANGGA 69 STBM PEMROSESAN AKHIR PENGUMPULAN TPS TPST 3 R SPA Bank Sampah
  • 70.
  • 71. Reuse: • Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya • Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang • Gunakan baterai yang dapat di charge kembali • Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan (Bank Sampah, Sedekah Sampah, dll.) Reduce: • Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang • Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar • Kurangi penggunaan bahan sekali pakai misal : membawa tas belanja untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, menggunakan rantang (membeli makanan matang) untuk mengurangi sampah dari styrofoam, plastik, kertas sebagai wadah makanan 3R di rumah tangga
  • 72. Recycle : • sampah organik (yang mudah membusuk) diolah menjadi kompos. Hasil pengukuran sampah di TPST Bantar Gebang ditemukan bahwa komposisi sampah organik sebesar 67%, sampah an-organik 32,8% dan 2%nya bentuk lain (Penelitian TL- UI, Jakarta 2010) • besi bekas diolah kembali menjadi barang-barang seni dari besi, dll • Plastik diolah menjadi bijih plastik • Menjadi barang kerajinan • Plastik diolah menjadi minyak solar 3R dirumah tangga
  • 73. PILAR 5 PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA
  • 74. Apa yang dimaksud limbah cair rumah tangga? Limbah cair rumah tangga adalah Limbah berbentuk cair sebagai hasil buangan dari kegiatan perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Limbah cair rumah tangga di bagi menjadi 2 yaitu : • Limbah jamban (black water) yang berasal dari kotoran manusia, seperti tinja dan air seni • Limbah non jamban (grey water) yang berasal dari hasil cuci-mencuci, mandi dan hasil memasak/dapur.
  • 75. Mengapa limbah cair perlu dikelola  Limbah cair harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila tidak akan dapat menjadi tempat perindukan vektor/serangga pembawa penyakit.  Limbah cair akan menarik binatang-binatang yang dikenal dalam aspek kesehatan dapat menyebarluaskan penyakit, seperti misal lalat, kecoa , tikus.  Penyakit-penyakit yang berkaitan erat dengan sampah yang tidak dikelola dengan benar antara lain : demam berdarah, disentri, thypus, dan lain-lain
  • 76. Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga • Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban. Namun, jika pada kawasan permukiman sudah tersedia sarana IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dengan sistem perpipaan atau tangki septik yang sesuai standar dilengkapi dengan bidang resapan, air limbah jamban dan non jamban dapat diolah secara tercampur. • Tidak boleh menjadi tempat perindukan lalat, nyamuk, kecoa, tikus. • Tidak boleh menimbulkan bau. • Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan. • Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.
  • 77. Skema Sistem Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Komunal (perpipaan) Komunal
  • 78. Kemana limbah cair harus dibuang • Limbah cair harus dibuang pada sarana pengolahan air limbah (SPAL) yang dapat dibuat oleh masing-masing rumah tangga. • Limbah cair rumah tangga yang berasal dari cucian, buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan menggunakan sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Sedangkan limbah cair yang berupa tinja dan air seni disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan bidang resapan. Dapat digabung jika tangki septik sudah menggunakan teknologi yang dapat mengolah limbah grey water dan black water
  • 79. SARANA PENGELOLAAN AIR LIMBAH (Grey Water) Sumber: ilmuGeografi.com
  • 80. Saluran air limbah agar tetap berfungsi dengan baik setiap saat perlu dibersihkan dari sampah, lakukan perbaikan bila ada saluran yang pecah atau retak. Menggunakan air limbah untuk menyiram tanaman dapat meningkatkan manfaat air limbah. Mengusir tikus dari tempat pembuangan air limbah dapat menghindari penyakit yang disebarkan oleh tikus seperti pes dan leptospirosis. PEMELIHARAAN
  • 81. Seperti apa pembuangan air limbah di rumah kita ? • Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat mengalirkan air limbah dari sumbernya (dapur, kamar mandi) ke tempat penampungan air limbah dengan lancar tanpa mencemari lingkungan dan tidak dapat dijangkau serangga dan tikus. • Rumah yang membuang air limbahnya di atas tanah terbuka tanpa adanya saluran pembuangan limbah. Akibatnya menjadi kotor, becek, menyebarkan bau tidak sedap dan dapat menjadi tempat berkembang biak serangga terutama nyamuk. • Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar dan menggenang serta meresap ke tanah. Bila jarak terlalu dekat dengan sumur maka dapat mencemari sumur.
  • 83. Jenis Limbah Fasyankes Berdasarkan Karakteristiknya Limbah domestik 80% Limbah infeksius & patologi 15% Limbah kimia & farmasi 3% Limbah tajam 1% Termometer & tabung rusak 1% Limbah domestik Limbah infeksius & patologi
  • 84. Limbah medis terdiri dari berbagai jenis yang memerlukan metode pengolahan yang berbeda (Kepmenkes nomor 1204 tahun 2004) Infeksius Patologis Tajam Sitotoksik Farmasi BahanKimia Logamberat Kemasan bertekanan Radioaktif Limbah Medis Terdiri dari Berbagai Jenis
  • 85. Undang-Undang No 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang No 36/2009 tentang Kesehatan Peraturan Pemerintah No. 101/2014 tentang Pengelolaan Liimbah Bahan Berbahaya dan Beracun Peraturan Pemerintah No. 66/2014 tentang Kesehatan Lingkungan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P-56/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan No. 7/2019 tentang Kesehatan Lingkungan rumah Sakit Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P-68/2015 tentang Baku Mutu Limbah Cair Domestik Peraturan Menteri Kesehatan No. 24/2016 tentang Persyaratan Teknis bangunan dan Prasarana Rumah Sakit Undang-Undang No 44/2009 tentang Rumah Sakit REGULASI TERKAIT ……
  • 86. Alur Pengelolaan Limbah medis Pengolahan/Penimbunan/Pemanfaatan Pengangkutan/Pengumpulan Penyimpanan Pewadahan Pemilahan Pengurangan
  • 87.  Menghindari penggunaan material yang mengandung bahan berbahaya dan beracun apabila terdapat pilihan yang lain;  Melakukan tata kelola yang baik (good house keeping) setiap bahan atau material yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau pencemaran terhadap lingkungan;  Melakukan pemisahan aliran limbah (waste stream) menurut jenis, kelompok, dan/atau karakteristik limbah;  Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi untuk menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa; dan  Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai jadwal. PENGURANGAN CONTOH PENGURANGAN
  • 88. Pemilahan dan Pewadahan  Pemilahan dilakukan mulai dari sumber oleh penghasil limbah (mis: perawat). Di setiap sumber/ ruangan ditempatkan wadah yang sesuai dengan limbah yang dihasilkan.  Wadah dinamai sesuai kategori/ kelompok limbah dan diberikan kantong plastik sesuai warna.  Jarum suntik bisa disediakan safety box di tempat dilakukan tindakan. Setelah menyuntik, suntik langsung dimasukan ke dalam safety box tanpa menutup kembali.  Jarum suntik juga bisa menggunakan needle cutter atau needle destroyer untuk memisahkan siringe dengan spoitnya. MERAH KUNING KUNING UNGU COKLAT CONTOH WADAH Limbah Medis Limbah Tajam
  • 89. INTERNAL EKSTERNAL PT. EDELWEIS TRANSPORTASI HALWA • Pengumpulan limbah minimum setiap hari atau sesuai kebutuhan. • Setelah limbah diambil dari sumbernya. Harus segera dilakukan pengantian kantong/wadah. • Limbah diangkut sebelum penuh (3/4 dari volume limbah) • Tidak dianjurkan pelakukan pemadatan/ penekanan pada saat pengumpulan limbah untuk menghindari risiko tertusuk • Kantong limbah tidak boleh diikat model “telinga kelinci” atau menggunakan selotipe/sejenisnya. Untuk pengangkutan: 1. Dari penghasil ke Depo 2. Dari penghasil ke pengolah Di dalam Provinsi, Kabupaten/Kota • Pengangkutan dilakukan oleh jasa transporter yang berizin. • Pengangkutan yang dilakukan oleh penghasil limbah bisa menggunakan kendaraan roda 3, sesuai ketentuan yang berlaku. PENGANGKUTAN
  • 90. • Paling lama: • 2 hari, pada suhu > 0oC • 90 hari, pada suhu < 0oC Patologis Infeksius Tajam • Paling lama: • 90 hari, yang dihasilkan • > 50 kg per hari atau lebih; • 180 hari, yang dihasilkan • < 50 kg per hari Kimia Farmasi Sitotoksik Tabung bertekanan Logam berat Permen LHK P.56 tahun 2015: PENYIMPANAN SEMENTARA
  • 91. PENGOLAHAN LIMBAH PADAT MEDIS Teknologi Pengolahan Termal Insinerasi Non Insinerasi Non Termal Disinfeksi Kimia Solidifikasi/ Stabilisasi • Microwave • Autoclave • Hydroclave • Enkapsulasi • Inertisasi
  • 92. PENGUBURAN (DEEP BURIAL)  Lokasi dan Fasilitas penguburan limbah medis wajib memiliki persetujuan dari Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.  Limbah medis yang dapat dilakukan penguburan yaitu: • limbah patologis • limbah benda tajam 92 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.56/Menlhk- Sekjen/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES
  • 93. IDENTIFIKASIPERMASALAHANKESLING DI DAERAHTANGGAPDARURAT(RAPIDENVIRONMENTAL HEALTHASSESSMENT/REHA) A. DATAUMUM: 1. Data yang menggambarkan kejadian kedaruratan, diskripsi kedaruratan yang menggambarkan besaran atau skala kejadian, & waktu kejadian, 2. Lokasi kejadian menggambarkan tempat kejadian di desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, 3. Letak geografis: pegunungan, pantai, pulau atau yang lainnya. 4. Jumlah penduduk yang terancam, jumlah jiwa, dan kepala keluarga.
  • 94. B. Data kondisi sanitasi dankesehatan lingkungan 1. Tempat Pengungsian 2. Sumber Air Bersih 3. Pembuangan kotoran 4. Pembuangan limbah 5. Vektor 6. Pengelolaan makanan 7. Potensi yangada : Jumlahtenagasanitarian& Potensi alam/ sumber air bersihyg ada 8. Logistik kedaruratankesehatan lingkungan
  • 95. KAPAN REHA DILAKUKAN ???? Pelaksanaan RHA dilakukan sesaat setelah terjadinya bencana/keadaan darurat. Sedangkan need assessment dilakukan secara terus menerus sesuai dengan kondisi yang ada termasuk pasca bencana. Untuk selanjutnya dilakukan mekanisme survailans kesehatan secara rutin untuk mengetahui dan memonitor kondisi/masalah kesehatan serta untuk memberikan rekomendasi upaya tindak lanjutnya. Penilaian cepat masalah kesehatan lingkungan sekurang- kurangnya dilakukan pada setiap tingkat desa/kelurahan dan selanjutnya dilakukan rekapitulasi tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi.
  • 96. 1. Mengidentifikasiancamanpenyakitmenular utama, 2. Membuat outline kebutuhanbidang Kesling 3. Membuat rencanaprioritas penanggulangannya KELUARANREHA: KomposisiTim : 1. Epidemiologis 2. Sanitarian 3. Medis/paramedis 4. Petugas logistik/administrasi
  • 97. 1. Jumlah korban luka / meninggal berdasarkan tempat tinggal, jenis kelamin dan umur. 2. Jumlah rumah yang rusak ringan/sedang/berat berdasarkan tempat/desa. 3. Perilaku penduduk sebagai akibat bencana (jenis pengungsian, pola makan, buang hajat, dan lainlain ). 4. Kondisi sanitasi berdasarkan tempat 5. Kondisi sistem pelayanan kesehatan seperti kantor dinas kesehatan setempat, rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, peralatan dan petugasnya, terutama kaitan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan 6. Kondisi sistem transportasi dan komunikasi 7. Data tentang situasi penyakit menular sebelum terjadi bencana termasuk data KLB, penyakit tertentu yang diperkirakan menjadi ancaman terhadap masyarakat yang mengalami bencana 8. Data surveilans rutin dan riwayat KLB 9. Data program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan kesehatan lingkungan. 10. Kebutuhan logistik sanitasi lingkungan DAFTAR ASSESSMENT:
  • 98. Terima Kasih Impacts of thermal extremes

Editor's Notes

  1. Pemilihan Bahan Makanan Pemilihan Bahan Makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak/berjamur,tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas. Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merk, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.
  2. Penyimpanan Bahan Makanan Menyimpan Bahan Makanan baik yang dikemas atau tidak dikemas harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.
  3. Pengolahan Makanan 4 Aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu : Tempat Pengolahan Makanan atau Dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewan lainnya. Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak,tidak gopel danmudah dibersihkan. Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas. Perlakukan makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran fisik,kimia dan bakteriologis. Penjamah Makanan/Pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat.
  4. Penyimpanan makanan matang Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu dingin, sangat dingin, beku mauoun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.
  5. Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus memperhatikan beberapa hal : alat angkut yang digunakan, teknik/cara pengangkutan, lama pengangkutan dan tugas pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kima maupun bakteriologis. Bila yang diangkut/dibawa merupakan makanan siap saji, harus diperhatikan lebih hati-hati karena lebih rawan terhadap pencemaran. Prinsip : -Setiap makanan mempunyai wadah masing - masing -Isi makanan tidak terlalu penuh untuk menghindari kondensasi (akan cepat basi) -Wadah harus utuh, kuat, ukuran memadai dan terbuat dari bahan anti karat/ bocor -Pengangkutan dlm waktu lama hrs dg suhu tetap panas (> 60ºC)/ tetap dingin (< 10ºC) -Selama perjalanan wadah hrs tetap tertutup -Kendaraan pengangkut khusus utk makanan dan tidak dipakai utk keperluan lain
  6. Penyajian Makanan : Pangan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih, rapi, menggunakan tutup rambut, celemek. Perlu diperhatikan tangan penyaji tidak boleh kontak langsung dengan pangan yang disajikan. Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir perjalanan makanan Merupakan makanan siap santap yg laik santap (uji organoleptik dan uji biologis) Uji organoleptik : Memeriksa makanan dg cara meneliti dg menggunakan panca indera manusia, yaitu melihat (penampilan), meraba (tekstur), mencium (aroma), mendengar (bunyi, telur), menjilat (rasa) Uji biologis Dilakukan pada tamu VVIP (kepala negara/ pemerintahan) Dilakukan dengan cara memakan sebelum menghidangkan oleh petugas pengawas dan pengusaha -Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu di atas 60° C. -Makanan yang disajikan dingin disimpan dalam suhu di bawah 4° C Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan suhu dibawah 4° C harus dipanaskan kembali sampai 60° C sebelum disajikan Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat penyajian harus dipertahankan Tempat Penyajian : Penyajian oleh jasaboga berbeda dg rumah makan Perhatikan faktor pengangkutan, pertimbangkan kemacetan lalin, gangguan dlm perjalanan Di luar jasaboga : Kantin perusahaan Ruang makan asrama Tempat pesta Gedung pertemuan Keluarga pemesan Cara Penyajian : Penyajian meja (table service) Penyajian di meja secara bersama Acara keluarga/ kelompok dg jml terbatas (10-20) Saung (a la carte) Penyajian terpisah2 utk tiap jenis makanan Doos (lunch box) Penyajian kotak kertas/ plastik yg berisi menu lengkap tmsk air minum & buah Acara makan siang Prasmanan (buffet) Penyajian terpusat utk semua jenis makanan Makanan dipilih sendiri utk dibawa ke tempat masing2 Nasi bungkus (pack/wrap) Penyajian makanan dlm dlm satu campuran menu (mix) yg dibungkus dan siap santap Layanan cepat (fast food) Penyajian makanan dlm satu rak makanan (food counter) di rumah makan dg cara mengambil sendiri dan membayar sebelum makan Lesehan Penyajian makanan dg cara menghidangkan makanan di lantai/ meja rendah dg duduk di lantai (a la jepang/ tradisional) Menu lengkap disajikan di depan tamu Prinsip Penyajian : Prinsip Wadah Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan diusahakan tertutup terutama wadah yg berada tidak satu level dg wadah lainnya Tujuan : Menghindari kontaminasi silang Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan Hal – hal yang harus diperhatikan : Tempat Penyajian Waktu Penyajian Cara Penyajian Prinsip Penyajian Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan,menjadi matang, sampai disajikan dan dimakan tidak boleh lebih dari 4 jam, segera dihangatkan kembali terutama makanan yang berprotein tinggi. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.
  7. Cara yang lebih efektif dan efisien adalah dengan Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yakni salah satu sistem pengolahan limbah sederhana yang dapat dipakai dalam menangani limbah yang non jamban. Pada SPAL, dibutuhkan dua buah bak, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Pada bak pengumpul, di beri ruang yang berguna sebagai penangkap sampah, pasir dan minyak. Pada ruangan tersebut, disekat dengan menggunakan kasa setebal satu centimeter. Kasa tersebut bertugas menyaring air limbah yang masuk, sehingga hanya air limbah saja yang masuk ke dalam tangki resapan. Pada tangki resapan, terdapat arang dan batu koral yang bertugas menyaring zat pencemar. Cara kerja dari SPAL adalah: Air yang kotor akan masuk pada bak pengumpul. Minyak, pasir dan sampah akan tertinggal di dalam sampah dan terperangkap di dasar bak pengumpul dan mengendap. Air yang bebas dari minyak, sampah, dan pasir akan turun ke dalam tangki resapan. Di dalam tangki resapan, air akan tersaring oleh batu koral dan arang. Air yang keluar akan menjadi air yang lebih bersih.