Dokumen tersebut membahas tentang pelaksanaan Tim Nusantara Sehat Batch XV yang mencakup penjelasan tentang kontribusi faktor lingkungan terhadap penyakit, kaitan antara faktor lingkungan dengan berbagai penyakit, pelaksanaan layanan kesehatan lingkungan di Indonesia, indikator kinerja program kesehatan lingkungan, dan pentingnya sanitasi total berbasis masyarakat."
4. 4
Kaitan Faktor Lingkungan dan penyakit
Malaria TB Schisto-
somiasis
Influensa Diare ISPA Kolera DBD
Penggundulan
hutan
+
Perubahan iklim ++ ++ ++ ++ ++ ++
Sanitasi & hygiene
buruk
++ ++ ++ ++
Kelaparan /kurang
gizi
+ + ++ ++
Perumahan tdk
layak
++ ++ + + + ++ ++
Migrasi + + + ++ + ++ ++
Tdk ada akses ke
sarana kes
++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ +
Sumber:: Report on Infectious
Diseases, WHO
Kecil, tidak langsung, bukan
faktor
+ Faktor penting
++ Faktor sangat penting
++ Langsung, faktor sangat
penting
5. PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Indonesia
Sehat
Kab/Kota
Sehat
Kecamatan
Sehat
Desa/Kel
Sehat
Keluarga
Sehat
Sumber : APBN PUSAT, DEKON,
APBD, DAK, CSR/SWASTA
5
PENYEHATAN PANGAN
(TPM: KANTIN SEKOLAH/INSTITUSI ,
SENTRA PANGAN JAJANAN, DAM,
JASABOGA, RM/REST, MAKANAN
JAJANAN)
PENYEHATAN UDARA TANAH &
KAWASAN
FASYANKES, TTU, PASAR SEHAT,
RUMAH , SEKOLAH , GREEN OFFICE,
KAB/KOTA SEHAT,
PELABUHAN/BANDARA SEHAT,
KEDARURATAN KESLING
PENGAMANAN LIMBAH dan RADIASI
PENGAWASAN PENGELOLAAN
LIMBAH FASYANKES, LIMBAH B3
DAN LOGAM BERAT, PEMETAAN
RADIASI PENGION DAN NON
PENGION
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
PERCEPATAN & PEMBANGUNAN SARANA
SANITASI , PENGAMANAN AIR MINUM,
PENILAIAN KUALITAS AIR,
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA
DAERAH SULIT
6. Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan
bidang Kesehatan Lingkungan Tahun 2020-2024
NO INDIKATOR
BASELINE
DATA (2019)
TARGET
2020 2021 2022 2023 2024
1
Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air
besar Sembarangan (SBS)
23,79 40 50 60 70 90
2 Jumlah Kabupaten/Kota Sehat NA 110 220 280 380 420
3
Persentase Sarana Air Minum yang diawasi/diperiksa
kualitas air minumnya sesuai standar
19,93 60 64 68 72 76
4
Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah
medis sesuai standar
33,7 2600 3000 4850 6250 8800
5
Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang
memenuhi syarat sesuai standar
26,41 38 44 50 56 62
6
Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang
dilakukan pengawasan sesuai standar
61,3 55 60 65 70 75
6
8. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor
risiko lingkungan
9. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
melalui upaya preventif,
promotif, dan kuratif yang
dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan
10. Tujuan Khusus
• Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan
kesehatan
• Meningkatnya pengetahuan, kesadaran,
kemampuan, dan perilaku hidup bersih dan sehat
• Keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas
sektor
11. • Setiap Puskesmas wajib
menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan.
• Pelayanan Kesehatan Lingkungan
merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan paripurna yang
diberikan kepada Pasien
Penyelenggaraan
12. 3. Intervensi Kesehatan Lingkungan
Kegiatan
Pelayanan
Kesling
2. Inspeksi
Kesehatan Lingkungan
1. KONSELING
13. (1) Konseling
adalah hubungan komunikasi
antara Tenaga Kesehatan
Lingkungan dengan pasien
yang bertujuan untuk
mengenali dan memecahkan
masalah kesehatan lingkungan
yang dihadapi
14. (1) Konseling
Untuk ?
Pasien
Oleh ?
Tenaga Kesehatan
Lingkungan
Bagaimana ?
Terintegrasi dengan
pelayanan
pengobatan
dan/atau
perawatan
• Media ?
Alat peraga,
percontohan,
media informasi cetak
media elektronik
• Kapan ?
Setiap hari kerja.
15. R. LAB GUDANG DAPUR R.RAPAT
R. ADMINIS
TRASI
Ka.
PUSKESMAS
RUANG
STERILISA
SI
KM/WC
RUANG
KONSELING
RUANG
KES.GIMUL
R. PERIKSA
UMUM
RUANG
FARMASI
PASIEN KLIEN
R. PENDAFTARAN &
REKAM MEDIK
PINTU MASUK/KELUAR
PUSKESMAS
R. KIA/KB &
IMUNISASI
R. RAWAT PASCA
PERSALINAN
KM/WC
R. PERSALINAN
R. TINDAKAN
ALUR PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DI PUSKESMAS
16. Dalam Rangka IKL
KOORDINASI DENGAN
PERANGKAT
DESA/KELURAHAN
-Kades/Lurah
-RW/RT
-Kadus
KOORDINASI LINTAS
PROGRAM
- SEKSI/BIDANG LAIN DI PUSKESMAS
- PUSTU
- BIDANG DESA
KOORDINASI
DENGAN LINTAS
SEKTOR
KECAMATAN
Pengamatan Lingkungan,
Perilaku, Konseling, IKL
Penemuan Penderita &
Pemetaan Populasi Berisiko
Memberikan Saran Tindak
Lanjut, Kepada Pasien/Klien
Analisis Risiko
Kesling
18. (2) Inspeksi Kesehatan Lingkungan
adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara
langsung terhadap media lingkungan dalam rangka
pengawasan berdasarkan standar, norma, dan baku mutu
yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan
yang sehat
19. Pengamatan Fisik Media Lingkungan
AIR
mengamati sarana (jenis
dan kondisi) penyediaan
air minum dan air untuk
keperluan higiene
sanitasi dan mengamati
kualitas air
UDARA
mengamati ketersediaan dan
kondisi kebersihan ventilasi
dan mengukur luas ventilasi
permanen
PANGAN
mengamati kondisi kualitas
media pangan, yang
memenuhi prinsip-prinsip
higiene sanitasi dalam
pengelolaan pangan
SARANA & BANGUNAN
mengamati dan memeriksa kondisi
kualitas bangunan dan sarana pada
rumah/tempat tinggal Pasien
TANAH
mengamati kondisi kualitas
tanah yang berpotensi sebagai
media penularan penyakit
VEKTOR & BINATANG
PEMBAWA PENYAKIT
mengamati adanya
tanda tanda kehidupan
vektor dan binatang
Pembawa
penyakit
20. Pengukuran Media Lingkungan di
Tempat
Pengukuran media
lingkungan di tempat
dilakukan dengan
menggunakan alat in situ
Untuk mengetahui kualitas
media lingkungan yang
hasilnya langsung diketahui
di lapangan.
21. Uji Laboratorium
• Apabila hasil pengukuran in situ
memerlukan penegasan lebih
lanjut, dilakukan uji
laboratorium.
• Uji laboratorium dilaksanakan
di laboratorium yang
terakreditasi sesuai
parameternya.
*) Jika Puskesmas mendapatkan sanitarian kit, maka uji laboratorium dilakukan dengan in situ
22. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Analisis risiko kesehatan lingkungan dilakukan melalui:
a) Identifikasi bahaya
Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan
mutu serta kekuatan bukti yang mendukungnya.
b) Evaluasi dosis respon
Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk menjelaskan bagaimana suatu
kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan yang berdampak terhadap
kesehatan.
c) Pengukuran pemajanan
Perkiraan besaran, frekuensi dan lamanya pemajanan pada manusia oleh suatu bahan melalui semua
jalur dan menghasilkan perkiraan pemajanan.
d) Penetapan Risiko.
Mengintegrasikan daya racun dan pemajanan kedalam “perkiraan batas atas” risiko kesehatan yang
terkandung dalam suatu bahan.
23. • Waktu pelaksanaan Inspeksi Kesehatan
Lingkungan sebagai tindak lanjut hasil
Konseling sesuai dengan kesepakatan
antara Tenaga Kesehatan Lingkungan
dengan Pasien, yang diupayakan
dilakukan paling lambat 24 (dua puluh
empat) jam setelah Konseling.
24. Langkah-langkah kegiatan IKL
1. Persiapan :
• Mempelajari hasil konseling
• Membuat janji kunjungan rumah dan lingkungannya dengan pasien dan keluarga
• Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan (form IKL, media penyuluhan, alat pengukuran)
• Melakukan koordinasi dengan perangkat desa atau kelurahan.
2. Pelaksanaan :
• Melakukan pengamatan media lingkungan dan perilaku masyarakat.
• Melakukan pengukuran media lingkungan di tempat, uji laboratorium dan analisis
resiko sesuai kebutuhan
• Melakukan penemuan penderita lainnya.
• Melakukan pemetaan populasi beresiko
• Memberikan saran dan tindak lanjut kepada sasaran (keluarga, pasien dan keluarga
sekitar)
25. (3)Intervensi Kesehatan Lingkungan
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun sosial
Intervensi Kesehatan Lingkungan dapat berupa:
• komunikasi, informasi, dan edukasi, serta penggerakan/pemberdayaan
masyarakat;
• perbaikan dan pembangunan sarana;
• pengembangan teknologi tepat guna; dan/atau
• rekayasa lingkungan
26. Sumber daya
SDM
1 Orang Tenaga Kesling
DANA
APBN, APBD, masyarakat sumber lain yang sah
SARANA & PRASANA
ruang Konseling
Laboratorium terintegrasi;
peralatan yang dibutuhkan dalam Intervensi Kesehatan
Lingkungan; dan
media komunikasi, informasi, dan edukasi.
Ruang yang digunakan bersama dengan ruangan promosi
kesehatan
28. 1
• Setiap Pasien yang diberikan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas wajib dicatat
dalam lembar status Kesehatan Lingkungan Pasien
2
• Lembar status Kesehatan Lingkungan Pasien merupakan resume/kesimpulan hasil
Konseling, hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan yang dilakukan terhadap Pasien, dan
Intervensi Kesehatan Lingkungan yang dilakukan.
3
• Puskesmas wajib menyampaikan laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan secara
berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4
• Laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan merupakan bahan pertimbangan untuk
menetapkan kebijakan kesehatan lingkungan dalam skala kabupaten/kota.
5
• Dalam hal Pasien yang diberikan Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah anggota masyarakat yang
bertempat tinggal di luar wilayah Puskesmas, maka Kepala Puskesmas wajib melaporkan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk ditindaklanjuti
31. AKIBAT SANITASI YANG BURUK
Sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman
menjadi penyebab 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia (Ringkasan
Kajian Unicef Indonesia, Oktober 2012)
100.000 anak dibawah usia 3 tahun meninggal karena diare setiap tahunnya
(studi world bank 2007)
gangguan saluran pencernaan yang membuat energi untuk pertumbuhan
teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi penyakit infeksi (Schmidt,
Charles W. “Beyond malnutrition: the role of sanitation in stunted growth.”
Environmental health perspectives, 2014
Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar 56,7 trilyun pertahun akibat
kondisi sanitasi yang buruk (WSP,2008)
Terdapat kaitan yang erat sanitasi buruk dengan anak pendek di Indonesia. 1 dari
3 anak Indonesia menderita tubuh pendek (Riset Kesehatan Dasar, 2013)
36. Prinsip – prinsip stbm
Tanpa subsidi Masyarakat
sebagai
pemimpin
Tidak
menggurui atau
memaksa
Totalitas
37. PROSES PEMICUAN
Perkenalan dan penekanan tidak
membawa subsidi
Transect / melihat tempat kebiasaan
BAB masyarakat
Pemetaan
Analisa bersama masyarakatKomite menyusun strategi bersama masyarakat
untuk menghentikan BAB sembarangan
Monitoring Paska Pemicuan
40. Mengapa buang air besar harus di jamban sehat ?
Prinsipnya tidak menjadi tempat perkembangbiakan serangga dan binatang penular penyakit
(lalat, kecoa, tikus, dan lain-lain) dan memutus rantai penularan penyakit.
43. Mengapa harus CTPS ?
• Risiko penyakit diare dapat
diturunkan 45% jika mencuci tangan
dengan sabun
(WHO, 2007)
Faecal Streptococci mampu
dieliminir 90% dengan cuci tangan
pakai sabun
(Pinfold, 1994)
44. 5 WAKTU PALING PENTING UNTUK CTPS
1. Sebelum makan
2. Sebelum menghidangkan makanan
3. Sebelum memberi makan bayi/Balita
4. Sesudah Buang Air Besar atau Buang Air Kecil.
5. Sesudah memegang hewan
Waktu-waktu penting lainnya adalah:
sebelum menyusui bayi, setelah menyeboki bayi/Balita, setelah
batuk/bersin dan membersihkan hidung, setelah membersihkan
sampah; dan untuk anak-anak: setelah bermain di tanah atau di lantai.
45. Pilar 3 - PAMM RT
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
46.
47.
48.
49.
50. Bagaimana Mengolah Air Minum?
Pengolahan air untuk minum pengolahan air minum di rumah
tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan kualitas air
minum. Cara pengolahan yang disarankan, yaitu:
• Filtrasi (keramik filter)
• Desinfeksi (khlorin cair/tablet/UV/SODIS/Merebus)
52. Mengapa Higiene Sanitasi penting ?
• Menurut Organisasi Kesehatan Dunia :
• Lebih Dari 200 Penyakit Ditularkan Melalui Makanan
- Makanan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit mulai dari Diare sampai
Kanker
- Beberapa penyakit ini bahkan dapat menyebabkan infeksi atau keracunan
sepanjang hidup
- 5 Milyar penyakit Diare terjadi terhadap anak usia 5 tahun setiap tahunnya
53. Pengendalian terhadap Faktor
Pemilihan bahan makanan yang baik
Personal higiene, (bersih, tidak sakit, menggunakan
penutup kepala, celemek)
Bersih, jauh dari sampah, tidak ada genangan air
Alat harus dicuci bersih dengan air mengalir dan
menggunakan sabun
54. • Pemilihan Bahan
• Penyimpanan Bahan
• Pengolahan
• Penyimpanan Makanan Matang
• Pengangkutan Makanan
• Penyajian Makanan
6 Tahap Higiene Sanitasi Pangan
55. Pemilihan bahan
No Bahan Pangan Pemilihan
A. Bahan pangan mentah
1. Daging,susu, telur, ikan, udang dan
olahannya, buah dan sayur
Harus dalam keadaan baik, segar dan tidak rusak
atau berubah bentuk, warna dan rasa
2. Jenis tepung dan biji-bijian Harus dalam keadaan baik, tidak berubah warna, dan
tidak berjamur
3. Pangan fermentasi (ragi) Harus dalam keadaan baik, tercium aroma fermentasi,
tidak berubah warna, rasa serta tidak bernoda dan
tidak berjamur
B. Bahan pangan olahan
1. Bahan pangan olahan kemasan Harus mempunyai label dan merk, terdaftar, kemasan
tidak rusak, tidak menggelembung, dan belum
kadaluwarsa
2. Bahan pangan olahan non
kemasan
Tidak basi, tidak busuk, tidak rusak, tidak berubah
warna dan tidak berjamur
56. Penyimpanan Bahan
Makanan
Terhindar dari kemungkinan kontaminasi bakteri, vektor pembawa
penyakit dan hewan lainnya, bahan berbahaya dan racun
Bahan pangan yang diterima/dibeli lebih awal digunakan lebih
dahulu
Tempat penyimpanan harus bersih dan tertutup sehingga terlindung
dari vektor penyakit
57. Pengolahan Pangan
Pengolahan Pangan yang Baik dan Sehat
Tempat pengolahan/dapur bersih, pencahayaan cukup, ventilasi
memenuhi syarat, lantai tidak licin mudah dibersihkan, bebas dari
vektor pembawa penyakit dan hewan lainnya
Peralatan harus tara pangan (aman dan tidak berbahaya bagi
kesehatan), bersih tidak rusak/retak, talenan dari bahan selain
kayu
Bahan pangan sebelum dipotong, dicuci dengan air bersih yang
mengalir.
• Bahan pangan yang dimasak harus matang sempurna
Pengolah makanan berbadan sehat
58. Simpan pangan yang sudah siap saji :
Pada Tempat Yang Tidak, Tercemar Debu
(Tertutup),
Tidak Dapat Dijangkau Tikus, Serangga Dan
Binatang Pengganggu Lainnya.
Pangan Yang Sudah Matang
Tidak Boleh Kontak Langsung
Dengan Tangan.
Penyimpanan Makanan Matang
59. Pengangkutan Makanan
Makanan siap saji lebih rawan,
terhadap pencemaran sehingga perlu perlakuan ekstra hati-hati
Prinsip :
Setiap makanan mempunyai wadah masing – masing
Isi makanan tidak terlalu penuh untuk menghindari pemanasan [akan cepat basi)
Wadah harus utuh, kuat, ukuran memadai dan terbuat dari bahan anti karat/ bocor
Selama perjalanan wadah harus tetap tertutup
Kendaraan pengangkut khusus untuk makanan dan tidak dipakai utk keperluan lain
60. Penyajian Makanan
Hal – hal yang harus diperhatikan :
1. Tempat Penyajian
2. Waktu Penyajian
3. Cara Penyajian
4. Prinsip Penyajian
Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai
proses pengolahan,menjadi matang, sampai disajikan dan
dimakan tidak boleh lebih dari 4 jam, segera dihangatkan
kembali terutama makanan yang berprotein tinggi.
61. Penyajian Makanan
Prinsip Wadah :
Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan
diusahakan tertutup
Tujuannya :
1. Makanan tidak terkontaminasi silang
2. Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
3. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat
kerawanan makanan
62. Menjaga kebersihan pribadi (mandi, gosok gigi)
Membiasakan membersihkan hidung, kuku, telinga secara teratur
Menjaga kebersihan kulit
Memakai celemek , tutup kepala, tidak pakai perhiasan
Tangan harus selalu dijaga kebersihannya
Buang air besar/kecil di toilet/WC
Menghindari kebiasaan yang tidak sehat
Kebersihan Diri Pengolah Makanan
65. Siapa penghasil SAMPAH ?
• Sampah rumah tangga adalah sampah
yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga, tidak termasuk
tinja dan sampah spesifik (UU no
18/2012)
• Sampah rumah tangga terdiri dari
sampah organik yang mudah terurai
seperti sisa sayuran, sampah dapur dan
sampah non organik yang sulit terurai
seperti plastik, botol, kaleng.
Setiap aktifitas manusia
pasti menghasilkan
buangan atau sampah yang
jumlah dan volumenya
sebanding dengan tingkat
konsumsi terhadap barang
atau material yang
digunakan sehari – hari.
66.
67. Pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara
dibakar berkontribusi dalam terjadinya
perubahan iklim
Hasil Riskesdas 2013 pengelolaan sampah
rumah tangga di Indonesia :
• dibakar (50,1%)
• ditimbun dalam tanah (3,9 %)
• dibuang ke kali/parit/laut (10,4)
• dibuang sembarangan (9,7%) dan
• masih rendahnya yang diangkut
petugas (24,9%)
• dibuat kompos (0,9 %)
68. Pengelolaan Sampah
Undang-undang no. 18 tahun 2008
pengelolaan sampah didefinisikan sebagai
kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah.
• Kegiatan pengurangan meliputi
pembatasan timbulan sampah, pendaur
ulang sampah dan/atau pemanfaatan
kembali sampah.
• Kegiatan penanganan meliputi
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, pemrosesan akhir sampah
Pencegahan
Pengurangan
Penggunaan
Daur Ulang
Pemulihan
Buang
69. STBM dalam Penanganan Sampah
RESIDU
PEMILAHAN,
PEWADAHAN & 3R
Kertas dll
Organik
Bahan
Beracun
Berbahaya
Gelas dll
PENAMPUNGAN
SEMENTARA/PENGOLAHAN
RESIDU
PENGANGKUTAN
TPARUMAH
TANGGA
69
STBM
PEMROSESAN
AKHIR
PENGUMPULAN
TPS
TPST 3 R
SPA
Bank
Sampah
70.
71. Reuse:
• Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya
• Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang
• Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
• Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan (Bank Sampah,
Sedekah Sampah, dll.)
Reduce:
• Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
• Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
besar
• Kurangi penggunaan bahan sekali pakai misal : membawa tas belanja untuk mengurangi
penggunaan kantong plastik, menggunakan rantang (membeli makanan matang) untuk
mengurangi sampah dari styrofoam, plastik, kertas sebagai wadah makanan
3R di rumah tangga
72. Recycle :
• sampah organik (yang mudah membusuk) diolah menjadi kompos.
Hasil pengukuran sampah di TPST Bantar Gebang ditemukan bahwa komposisi sampah
organik sebesar 67%, sampah an-organik 32,8% dan 2%nya bentuk lain (Penelitian TL-
UI, Jakarta 2010)
• besi bekas diolah kembali menjadi barang-barang seni dari besi, dll
• Plastik diolah menjadi bijih plastik
• Menjadi barang kerajinan
• Plastik diolah menjadi minyak solar
3R dirumah tangga
74. Apa yang dimaksud limbah cair rumah tangga?
Limbah cair rumah tangga adalah Limbah berbentuk cair sebagai hasil
buangan dari kegiatan perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan
dan perkantoran. Limbah cair rumah tangga di bagi menjadi 2 yaitu :
• Limbah jamban (black water) yang berasal dari kotoran manusia, seperti
tinja dan air seni
• Limbah non jamban (grey water) yang berasal dari hasil cuci-mencuci,
mandi dan hasil memasak/dapur.
75. Mengapa limbah cair perlu dikelola
Limbah cair harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila
tidak akan dapat menjadi tempat perindukan vektor/serangga
pembawa penyakit.
Limbah cair akan menarik binatang-binatang yang dikenal dalam
aspek kesehatan dapat menyebarluaskan penyakit, seperti misal
lalat, kecoa , tikus.
Penyakit-penyakit yang berkaitan erat dengan sampah yang tidak
dikelola dengan benar antara lain : demam berdarah, disentri,
thypus, dan lain-lain
76. Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
• Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban.
Namun, jika pada kawasan permukiman sudah tersedia sarana IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) dengan sistem perpipaan atau tangki septik yang sesuai
standar dilengkapi dengan bidang resapan, air limbah jamban dan non jamban
dapat diolah secara tercampur.
• Tidak boleh menjadi tempat perindukan lalat, nyamuk, kecoa, tikus.
• Tidak boleh menimbulkan bau.
• Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan.
• Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.
78. Kemana limbah cair harus dibuang
• Limbah cair harus dibuang pada sarana pengolahan air limbah (SPAL) yang
dapat dibuat oleh masing-masing rumah tangga.
• Limbah cair rumah tangga yang berasal dari cucian, buangan dapur, kamar
mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke Saluran Pembuangan Air
Limbah (SPAL) dengan menggunakan sumur resapan dan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga. Sedangkan limbah cair yang berupa
tinja dan air seni disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan bidang
resapan.
Dapat digabung jika tangki septik
sudah menggunakan teknologi
yang dapat mengolah limbah
grey water dan black water
80. Saluran air limbah agar tetap berfungsi dengan
baik setiap saat perlu dibersihkan dari sampah,
lakukan perbaikan bila ada saluran yang pecah
atau retak.
Menggunakan air limbah untuk menyiram
tanaman dapat meningkatkan manfaat air
limbah.
Mengusir tikus dari tempat pembuangan air
limbah dapat menghindari penyakit yang
disebarkan oleh tikus seperti pes dan
leptospirosis.
PEMELIHARAAN
81. Seperti apa pembuangan air limbah di rumah kita ?
• Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat
mengalirkan air limbah dari sumbernya (dapur, kamar mandi) ke
tempat penampungan air limbah dengan lancar tanpa mencemari
lingkungan dan tidak dapat dijangkau serangga dan tikus.
• Rumah yang membuang air limbahnya di atas tanah terbuka tanpa
adanya saluran pembuangan limbah. Akibatnya menjadi kotor,
becek, menyebarkan bau tidak sedap dan dapat menjadi tempat
berkembang biak serangga terutama nyamuk.
• Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar dan
menggenang serta meresap ke tanah. Bila jarak terlalu dekat
dengan sumur maka dapat mencemari sumur.
84. Limbah medis terdiri dari berbagai jenis yang memerlukan metode
pengolahan yang berbeda (Kepmenkes nomor 1204 tahun 2004)
Infeksius
Patologis
Tajam
Sitotoksik
Farmasi
BahanKimia
Logamberat
Kemasan
bertekanan
Radioaktif
Limbah Medis Terdiri dari Berbagai Jenis
85. Undang-Undang No 32/2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Undang-Undang No 36/2009 tentang
Kesehatan
Peraturan Pemerintah No. 101/2014 tentang
Pengelolaan Liimbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
Peraturan Pemerintah No. 66/2014 tentang
Kesehatan Lingkungan
Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. P-56/2015
tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah bahan
Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Peraturan Menteri
Kesehatan No. 7/2019
tentang Kesehatan
Lingkungan rumah Sakit
Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. P-68/2015
tentang Baku Mutu Limbah
Cair Domestik
Peraturan Menteri
Kesehatan No. 24/2016
tentang Persyaratan Teknis
bangunan dan Prasarana
Rumah Sakit
Undang-Undang No 44/2009 tentang
Rumah Sakit
REGULASI TERKAIT ……
87. Menghindari penggunaan material yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun apabila terdapat pilihan
yang lain;
Melakukan tata kelola yang baik (good house keeping)
setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau
pencemaran terhadap lingkungan;
Melakukan pemisahan aliran limbah (waste stream)
menurut jenis, kelompok, dan/atau karakteristik limbah;
Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia
dan bahan farmasi untuk menghindari terjadinya
penumpukan dan kedaluwarsa; dan
Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap
peralatan sesuai jadwal.
PENGURANGAN CONTOH PENGURANGAN
88. Pemilahan dan Pewadahan
Pemilahan dilakukan mulai dari sumber oleh
penghasil limbah (mis: perawat). Di setiap
sumber/ ruangan ditempatkan wadah yang
sesuai dengan limbah yang dihasilkan.
Wadah dinamai sesuai kategori/ kelompok
limbah dan diberikan kantong plastik sesuai
warna.
Jarum suntik bisa disediakan safety box di
tempat dilakukan tindakan. Setelah menyuntik,
suntik langsung dimasukan ke dalam safety box
tanpa menutup kembali.
Jarum suntik juga bisa menggunakan needle
cutter atau needle destroyer untuk memisahkan
siringe dengan spoitnya.
MERAH
KUNING
KUNING
UNGU
COKLAT
CONTOH
WADAH
Limbah Medis Limbah Tajam
89. INTERNAL
EKSTERNAL
PT. EDELWEIS
TRANSPORTASI
HALWA
• Pengumpulan limbah minimum setiap hari atau sesuai
kebutuhan.
• Setelah limbah diambil dari sumbernya. Harus segera
dilakukan pengantian kantong/wadah.
• Limbah diangkut sebelum penuh (3/4 dari volume
limbah)
• Tidak dianjurkan pelakukan pemadatan/ penekanan
pada saat pengumpulan limbah untuk menghindari risiko
tertusuk
• Kantong limbah tidak boleh diikat model “telinga kelinci”
atau menggunakan selotipe/sejenisnya.
Untuk pengangkutan:
1. Dari penghasil ke Depo
2. Dari penghasil ke pengolah
Di dalam Provinsi, Kabupaten/Kota
• Pengangkutan dilakukan oleh jasa transporter yang
berizin.
• Pengangkutan yang dilakukan oleh penghasil limbah
bisa menggunakan kendaraan roda 3, sesuai
ketentuan yang berlaku.
PENGANGKUTAN
90. • Paling lama:
• 2 hari, pada suhu > 0oC
• 90 hari, pada suhu < 0oC
Patologis
Infeksius
Tajam
• Paling lama:
• 90 hari, yang dihasilkan
• > 50 kg per hari atau lebih;
• 180 hari, yang dihasilkan
• < 50 kg per hari
Kimia
Farmasi
Sitotoksik
Tabung bertekanan
Logam berat
Permen LHK P.56 tahun 2015:
PENYIMPANAN SEMENTARA
92. PENGUBURAN (DEEP BURIAL)
Lokasi dan Fasilitas penguburan limbah medis wajib memiliki
persetujuan dari Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
Limbah medis yang dapat dilakukan penguburan yaitu:
• limbah patologis
• limbah benda tajam
92
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan No. P.56/Menlhk-
Sekjen/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
B3 dari FASYANKES
93. IDENTIFIKASIPERMASALAHANKESLING DI DAERAHTANGGAPDARURAT(RAPIDENVIRONMENTAL
HEALTHASSESSMENT/REHA)
A. DATAUMUM:
1. Data yang menggambarkan kejadian kedaruratan, diskripsi kedaruratan yang menggambarkan besaran atau skala
kejadian, & waktu kejadian,
2. Lokasi kejadian menggambarkan tempat kejadian di desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
3. Letak geografis: pegunungan, pantai, pulau atau yang lainnya.
4. Jumlah penduduk yang terancam, jumlah jiwa, dan kepala keluarga.
94. B. Data kondisi sanitasi dankesehatan lingkungan
1. Tempat Pengungsian
2. Sumber Air Bersih
3. Pembuangan kotoran
4. Pembuangan limbah
5. Vektor
6. Pengelolaan makanan
7. Potensi yangada : Jumlahtenagasanitarian& Potensi alam/ sumber air bersihyg ada
8. Logistik kedaruratankesehatan lingkungan
95. KAPAN REHA DILAKUKAN ????
Pelaksanaan RHA dilakukan sesaat setelah terjadinya bencana/keadaan darurat. Sedangkan
need assessment dilakukan secara terus menerus sesuai dengan kondisi yang ada termasuk
pasca bencana. Untuk selanjutnya dilakukan mekanisme survailans kesehatan secara rutin
untuk mengetahui dan memonitor kondisi/masalah kesehatan serta untuk memberikan
rekomendasi upaya tindak lanjutnya. Penilaian cepat masalah kesehatan lingkungan sekurang-
kurangnya dilakukan pada setiap tingkat desa/kelurahan dan selanjutnya dilakukan
rekapitulasi tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi.
97. 1. Jumlah korban luka / meninggal berdasarkan tempat tinggal, jenis kelamin dan umur.
2. Jumlah rumah yang rusak ringan/sedang/berat berdasarkan tempat/desa.
3. Perilaku penduduk sebagai akibat bencana (jenis pengungsian, pola makan, buang hajat, dan lainlain ).
4. Kondisi sanitasi berdasarkan tempat
5. Kondisi sistem pelayanan kesehatan seperti kantor dinas kesehatan setempat, rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu, peralatan dan petugasnya, terutama kaitan pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan
6. Kondisi sistem transportasi dan komunikasi
7. Data tentang situasi penyakit menular sebelum terjadi bencana termasuk data KLB, penyakit tertentu yang
diperkirakan menjadi ancaman terhadap masyarakat yang mengalami bencana
8. Data surveilans rutin dan riwayat KLB
9. Data program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan kesehatan lingkungan.
10. Kebutuhan logistik sanitasi lingkungan
DAFTAR ASSESSMENT:
Pemilihan Bahan Makanan
Pemilihan Bahan Makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak/berjamur,tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas. Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merk, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.
Penyimpanan Bahan Makanan
Menyimpan Bahan Makanan baik yang dikemas atau tidak dikemas harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.
Pengolahan Makanan
4 Aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :
Tempat Pengolahan Makanan atau Dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewan lainnya.
Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak,tidak gopel danmudah dibersihkan.
Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas. Perlakukan makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran fisik,kimia dan bakteriologis.
Penjamah Makanan/Pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat.
Penyimpanan makanan matang
Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu dingin, sangat dingin, beku mauoun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.
Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus memperhatikan beberapa hal : alat angkut yang digunakan, teknik/cara pengangkutan, lama pengangkutan dan tugas pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kima maupun bakteriologis.
Bila yang diangkut/dibawa merupakan makanan siap saji, harus diperhatikan lebih hati-hati karena lebih rawan terhadap pencemaran.
Prinsip :
-Setiap makanan mempunyai wadah masing - masing
-Isi makanan tidak terlalu penuh untuk menghindari kondensasi (akan cepat basi)
-Wadah harus utuh, kuat, ukuran memadai dan terbuat dari bahan anti karat/ bocor
-Pengangkutan dlm waktu lama hrs dg suhu tetap panas (> 60ºC)/ tetap dingin (< 10ºC)
-Selama perjalanan wadah hrs tetap tertutup
-Kendaraan pengangkut khusus utk makanan dan tidak dipakai utk keperluan lain
Penyajian Makanan :
Pangan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih, rapi, menggunakan tutup rambut, celemek. Perlu diperhatikan tangan penyaji tidak boleh kontak langsung dengan pangan yang disajikan.
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir perjalanan makanan
Merupakan makanan siap santap yg laik santap (uji organoleptik dan uji biologis)
Uji organoleptik :
Memeriksa makanan dg cara meneliti dg menggunakan panca indera manusia, yaitu melihat (penampilan), meraba (tekstur), mencium (aroma), mendengar (bunyi, telur), menjilat (rasa)
Uji biologis
Dilakukan pada tamu VVIP (kepala negara/ pemerintahan)
Dilakukan dengan cara memakan sebelum menghidangkan oleh petugas pengawas dan pengusaha
-Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu di atas 60° C.
-Makanan yang disajikan dingin disimpan dalam suhu di bawah 4° C
Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan suhu dibawah 4° C harus dipanaskan kembali sampai 60° C sebelum disajikan
Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat penyajian harus dipertahankan
Tempat Penyajian :
Penyajian oleh jasaboga berbeda dg rumah makan
Perhatikan faktor pengangkutan, pertimbangkan kemacetan lalin, gangguan dlm perjalanan
Di luar jasaboga :
Kantin perusahaan
Ruang makan asrama
Tempat pesta
Gedung pertemuan
Keluarga pemesan
Cara Penyajian :
Penyajian meja (table service)
Penyajian di meja secara bersama
Acara keluarga/ kelompok dg jml terbatas (10-20)
Saung (a la carte)
Penyajian terpisah2 utk tiap jenis makanan
Doos (lunch box)
Penyajian kotak kertas/ plastik yg berisi menu lengkap tmsk air minum & buah
Acara makan siang
Prasmanan (buffet)
Penyajian terpusat utk semua jenis makanan
Makanan dipilih sendiri utk dibawa ke tempat masing2
Nasi bungkus (pack/wrap)
Penyajian makanan dlm dlm satu campuran menu (mix) yg dibungkus dan siap santap
Layanan cepat (fast food)
Penyajian makanan dlm satu rak makanan (food counter) di rumah makan dg cara mengambil sendiri dan membayar sebelum makan
Lesehan
Penyajian makanan dg cara menghidangkan makanan di lantai/ meja rendah dg duduk di lantai (a la jepang/ tradisional)
Menu lengkap disajikan di depan tamu
Prinsip Penyajian :
Prinsip Wadah
Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan diusahakan tertutup terutama wadah yg berada tidak satu level dg wadah lainnya
Tujuan :
Menghindari kontaminasi silang
Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan
Hal – hal yang harus diperhatikan :
Tempat Penyajian
Waktu Penyajian
Cara Penyajian
Prinsip Penyajian
Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan,menjadi matang, sampai disajikan dan dimakan tidak boleh lebih dari 4 jam, segera dihangatkan kembali terutama makanan yang berprotein tinggi. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.
Cara yang lebih efektif dan efisien adalah dengan Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yakni salah satu sistem pengolahan limbah sederhana yang dapat dipakai dalam menangani limbah yang non jamban. Pada SPAL, dibutuhkan dua buah bak, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Pada bak pengumpul, di beri ruang yang berguna sebagai penangkap sampah, pasir dan minyak. Pada ruangan tersebut, disekat dengan menggunakan kasa setebal satu centimeter. Kasa tersebut bertugas menyaring air limbah yang masuk, sehingga hanya air limbah saja yang masuk ke dalam tangki resapan. Pada tangki resapan, terdapat arang dan batu koral yang bertugas menyaring zat pencemar. Cara kerja dari SPAL adalah:
Air yang kotor akan masuk pada bak pengumpul.
Minyak, pasir dan sampah akan tertinggal di dalam sampah dan terperangkap di dasar bak pengumpul dan mengendap.
Air yang bebas dari minyak, sampah, dan pasir akan turun ke dalam tangki resapan.
Di dalam tangki resapan, air akan tersaring oleh batu koral dan arang.
Air yang keluar akan menjadi air yang lebih bersih.