Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Bunuh Diri Sebagai Bentuk Jihad Dalam Hukum Pidana Islam
1. BUNUH DIRI SEBAGAI BENTUK JIHAD
DALAM PRESPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM
(STUDY ANALISIS PEMIKIRAN IMAM SAMUDRA
DALAM BUKU AKU MELAWAN TERORIS)
Shohibul Ibad
072211030
JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH
IAIN WALISONGO SEMARANG
2012
2. LATAR BELAKANG
Salah satu ajaran agama Islam yang langsung ditunjukkan Allah
melalui al-Qur’an adalah ajaran tentang jihad. Selanjutnya, ajaran ini
cukup banyak mendapat respons dari hadits Rasulullah dan ijtihad
para ulama. Dalam ilmu fiqh, ajaran jihad mendapat perhatian khusus
dari para fuqaha, hampir dalam setiap buku-buku fiqih ditemukan
pembahasan jihad secara rinci.
Jihad seperti dua mata pisau, jika diterapkan secara benar maka
dampak positif yang sangat besar akan di perolehnya. Jihad yang
disalahpahami mengakibatkan Islam dipandang sebagai agama
peperangan, bukan agama perdamaian.
Kenyataannya sekarang berbagai kasus anarkisme hingga terorisme
yang dilakukan oleh sebagian kelompok orang Islam yang melakukan
penyerangan dengan ikut mengorbankan diri ke dalam aksinya
tersebut. Hal ini dilakukan atas nama agama (Islam) dengan
pembenaran aksinya dari anjuran untuk melakukan jihad. Salah
satunya adalah jihad yang dipahami oleh Imam Samudra / Abdul Aziz.
3. LATAR BELAKANG
Dalam penelitian ini sebagai objek penelitian adalah pemikiran jihad
dari Imam Samudera melalui bukunya “Aku Melawan Teroris”.
Dikarenakan dalam menjelaskan konsepsi jihad dalam Islam, jihad di
artikan sebagai perang, dan menganggap boleh melakukan tindakan
pengorbanan nyawa (bunuh diri) untuk dapat membunuh orang-orang
kafir sebagai wujud dari penerapan jihad.
Bagaimana hukum bunuh diri yang digunakan alasan dalam berjihad
dilihat dalam perspektif hukum pidana Islam berdasarkan sumber-
sumber hukum pidana Islam dan juga untuk mengetahui apakah jihad
dengan jalan aksi bunuh diri ini sesuai dengan kriteria jihad yang
dibenarkan oleh syariat Islam. Oleh karena itu, penyusun berupaya
melakukan penelitian ini sehingga karya ini diberi judul :
“BUNUH DIRI SEBAGAI BENTUK JIHAD DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PIDANA ISLAM (STUDY ANALISIS PEMIKIRAN IMAM SAMUDERA DALAM
BUKU AKU MELAWAN TERORIS)”.
4. 1.Bagaimana pemahaman Imam
Samudera tentang alasan bunuh diri
sebagai bentuk jihad?
2. Bagaimana tinjauan hukum pidana
Islam terhadap bentuk tindakan
bunuh diri sebagai jihad?
5. Metode yang digunakan adalah metode penelitian
kepustakaan (Library Research).
Sumber data yang digunakan adalah Pertama,
sumber data primer yaitu buku karya Abdul Aziz
yang berjudul “Imam Samudra: Aku Melawan
Teroris” Kedua, Sumber data sekunder yaitu data
yang diperoleh lewat pihak lain, literatur yang
membahas tentang jihad, bunuh diri dan hukum
Islam. Selain itu data penunjang didapatkan dari
internet guna memahami pristiwa aktual yang
terjadi.
6. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik Studi Kepustakaan (library research) yaitu
Dilakukan dengan mencari, mencatat,
menginventarisasi, menganalisis, dan mempelajari
data-data yang berupa bahan-bahan pustaka.
Metode analisis data yang digunakan adalah
deskriptif, aplikasinya pemikiran Imam Samudra
direkonstruksi dan dipaparkan kembali apa adanya.
Analisis Interpretasi, dimaksudkan untuk menyelami
dan mengungkap arti yang dimaksud. Content
analysis dengan menganalisis ilmiah isi data yang
membahas tentan bunuh diri sebagai bentuk jihad
dalam hukum pidana Islam.
7. Hasil Penelitian
Hasil studi penelitian menyimpulkan dua temuan.
Pertama, pemahaman Imam Samudra tentang alasan
tindakan bunuh diri sebagai bentuk dari jihad
dilatarbelakangi oleh jihad yang diprioritaskan hanya sebagai
perang. Puncak pelaksanaannya dilakukan dengan tindakan
intimidasi dan teror melalui serangan mengorbankan nyawa
(bunuh diri) di Indonesia dan Bali khususnya. Dalam jihad
hal ini bertentangan dengan hukum pelaksanaan jihad dan
konsep wilayah jihad perang.
8. Kedua, Dalam ketentuan hukum pidana Islam dilakukan
dengan jalan qiyas untuk menyamakan kasus penyerangan
dengan bunuh diri dengan pemberontakan (al-baghyu).
Al-Aslunya adalah al-Baghyu dengan ketentuan surat al-
Hujuraat ayat 9. Al-far’u adalah penyerangan dengan
bunuh diri dengan menggunakan perantara manusia yang
ikut meninggal dalam penyerangannya. Hukum asl dari
pertanggungjawaban pidana yang dilakukannya adalah ada
dua. Pertama, sebelum mughalabah (aksi pemberontakan)
maka hukumannya sesuai dengan ketentuan jarimah yang
dilakukan pelaku dan kedua, pada saat terjadinya
mughalabah maka hukuman untuk jarimah
pemberontakan adalah diperangi dan ditumpas dengan
segala akibat yang timbul. Illat yaitu perbuatan itu
membawa dampak yang sama berupa mengganggu
stabilitas keamanan masyarakat.