SlideShare a Scribd company logo
M a najemen
Perpajakan
Tax Planning Atas Struktur
Inbound Investment
Reny Novitasari (2110246943)
Adrian Handa (2110246934)
Inbound investment
investasi yang berasal
dari luar negri
✓ Perusahaan Luar negeri
menanamkan modal di
Indonesia
✓ Perusahaan Luar negeri
mendirikan cabang
atau anak perusahaan
di indonesia
Outbound Investement
melakukan usaha &
investasi di luar Indonesia
✓ Perusahaan dalam
negeri menanamkan
modal atau
✓ mendirikan
cabang/anak
perusahaan di luar
indonesia
2
Anak
Versus
Cabang
3
Perbedaan
Perlakuan Pajak
antara Subsidiary
Company (Anak
Perusahaan)
d e n g a n Branch
( C a b a n g
Perusahaan 4
Anak
Perusah aan
5
1. Anak perusahaan dibentuk atas dasar penyertaan
saham dari induk perusahaan di luar negeri
2. Anak perusahaan berstatus Subjek Pajak
Negeri (SPDN) karena telah memenuhi
Dalam
kriteria
didirikan di Indonesia sesuai pasal 2 ayat (3) Undang
Undang Pajak Penghasilan Penghasilan
3. Penghasilan yang dikenakan pajak di Indonesia
meliputi penghasilan yang berasal dari dalam negeri
maupun dari luar negeri (world wide income)
4. Hubungan antara anak perusahaan di dalam negeri
dengan induk perusahaan di luar negeri bersifat
entetity (entitas legal yang terpisah)
5. Antara anak perusahaan di dalam negeri dengan induk
perusahaan di luar negeri dapat melakakan sama lain,
sebagai konsekuensi dari separate entity antara anak
perusahaan di dalam perusahaan di luar negeri.
1. Branch (Cabang Perusahaan) merupakan kepanjangan
tangan dari Kantor Pusat (Head Office) di luar negeri
2. Cabang negeri di Indonesia berstatus Subjek Pajak
Luar Negeri (SPLN) sesuai pasal 2 ayat (4) Undang
Udang Pajak Penghasilan
3. Penghasilan yang dikenakan pajak di Indonesia
adalah hanya penghasilan yang bersumber dalam
negeri
4. Hubungan antara Cabang Perusahaan di dalam negeri
dengan Kantor Pusat di luar negeri bersifat single
entity (entitas tunggal)
5. Antara Cabung perusahaan di dalam negeri dengan
kantor pusat di luar negeri secara pajak tidak
diperkenankan melakukan transaksi sebagai
konsekwensi dari single entity.
Cabang
Perusah aan
Pengakuan laba
antara Subsidiary
Company (Anak
Perusahaan)
dengan Branch
(Cabang
Perusahaan
6
Pengakuan Laba Anak
Perusahaan
7
▪ Sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri, anak perusahaan luar negeri di Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang berasal dari dalam
negeri maupun dari luar negeri (world wide income)
▪ Pada umummya pajak (PPh Badan) dikenakan atas dasar basis neto, yakni Penghasilan dikurangi dengan biaya-biaya yang diperkenankan
(deductible expense), kecuali pada usaha-usaha tertentu yang pajaknya bersifat final (seperti perusahaan konstruksi, real estate, dll).
▪ Sisa laba setelah Pajak yang dikirim oleh anak perusahaan kepada induk perusahaan di luar negeri dikenakan pajak atas dividen (Pph
Pasal 26) sebesar 20% atau tarif tax treaty.
P e n g a k u a n Laba C a b a n g
Perusahaan
8
▪ Untuk perusahaan yang berstatus Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, definisi penghasilan sebagaimana diatur dalam pasal 5 Undang
Undang Pajak Penghasilan meliputi hal hal sebagai berikut:
1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tesebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai (attributable principle)
2. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan dijalankan atau yang
dilaksanakan oleh BUT di Indonesia (force of attraction princple)
3. Penghasilan dividen. bunga, royalty, sewa, hadiah, maupun penghasilan dari penjualan harta yang diterima atau diperoleh kantor pusat,
sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud (effectively connected
income rules).
▪ Sisa laba setelah pajak yang dikirim ke kantor pusat, dokenakan brach profit tax / pph pasal 26 atar (4) sebesar 20% atau tarif tax treaty. Jika tidak
dikirimkan, tidak dikenai brach profit tax
Tax Planning
pada
Investasi
Asing
14
Faktor-faktor y a n g harus diperhatikan
▪
▪
▪
▪ Sistem perpajakan di negara
tempat investasi
▪ Konsep penghasilan yang dianut
▪ Besarnya tarif PPh Badan
(corporate income tax)
Ada tidaknya witholding tax dan
besarnya tarif withlolding tax
(khususnya dividen)
▪ Ada tidaknya tax holiday atau
tax facilities
Perbedaan perlakuan perpajakan
terhadap subsidiary dan branch
Sistem depresiasi dan
amortisasi
▪
▪
▪
▪
▪
▪ Perbedaan perlakuan perpajakan
terhadap perusahaan domestik
dan PMA
▪ Perlakuan perpajakan terhadap
joint operation/consortium
Perlakuan perpajakan terhadap
offshore-service
Perlakuan perpajakan terhadap
turn key project
Sistem kompensasi kerugian
vertikal]
Besarnya DER (Debt Equity
Ratio)
Kebebasan repatriasi modal 15
Faktor-faktor yang harus diperhatikan
▪ Perlakuan perpajakan atas
penjualan saham
Control foreign exchange
▪
▪
▪
▪
Ada tidaknya tax treaty serta
tax facilities yang tercantum
dalam tax treaty yang
bersangkutan
Perlakuan perpajakan terhadap
perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa (associated
enterprise)
Fasilitas fasilitas perpajakan
yang diberikan oleh Pemerintah
terhadap Subsidiay company
dan Branch
✓
✓
✓
▪
▪ Sistem foreign tax credit dan system VAT (Value Added
Tax) Khusus dalam Foreign Direct Investment, beberapa
faktor penting lainnya yang harus diperhatikan dalam
memilih bentuk Subsidiary Company (anak perusahaan)
atau Branch (cabang perusahaan) antara lain adalah :
Apakah jenis asaha yang akan dipilih termasuk dalam
Daftar Negative list BKPM? Jika termasuk dalam Daftar
Negative List BKPM, maka otomatis usaha tersebut tidak
dapat dijalankan
Seberapa besar kepentingan perusahaan di luar negeri
untuk melakukan transaksi dengan yang dibentuk di
Indonesia Semakin banyak transaksi antara perusahaan
di luar negeri dengan perusahaan yang dibentuk di
Indonesta, maka bentuk Subsidiary Company
(pengoperasian perusahaan) akan semakin efektif untuk
dipilih karena hubungan antara induk peruhaan (parent
company) dengan anak perusahaan (subsidiary
company) di Indonesia merupakan entitas yang terpisah
dimana keduanya dapat melakukan transaksi
Fasilitas fasilitas perpajakan yang diberikan oleh
Pemerintah terhadap Subsidiay company dan Branch
Faktor laktor lain yang tak kalah penting untuk
diperhatikan adalah faktor non pajak seperti politik,
keamanan, prasarana penunjang, akses pasar dll
16
Skema Tax Planning Pada Anak
Perusahaan
dilakukan dengan memaksimalkan biaya-biaya
yang dibayarkan kepada induk persahaan (parent
company) di luar negeri (tentunya dengan
memperhatikan kewajaran harga transaksi).
Dengan demikian penghasilan kena pajak host
country menjadi lebih kecil
Pre Tax
• dilakukan dengan menunda pemberian dividen
dari anak perusahaan kepada induk perusahaan
di luar negeri. Pemberian dividen dari anak
perusahaan kepada induk perusahaan di luar
negeri dilakukan pada saat penghasilan kena
pajak induk perusahan di luar negeri kecil.
Post Tax
12
ALTERNATIF
STURKTUR
PE R M O D ALAN
13
Alternatif Struktur Permodalan
14
Suatu perusahaan memerlukan sumber dana yang mencukupi untuk
membiayai seluruh kegiatannya. Sumber dana tersebut dapat berupa hutang dan modal. Komposisi hutang
dan modal lebih didasarkan pada kebutuhan masing- masing perusahaan dan kemampuan finansial
perusahaan tersebut. Sebuah perusahaan perlu mempertimbangkan seberapa besar kegiatan dapat dibiayai
dengan modal dan hutang.
Menurut Martono dan D. Agus Harjito struktur modal dibagi menjadi beberapa pendekatan seperti
pendekatan laba operasi, pendekatan tradisional, pendekatan Modigliani dan Miller.
1. Kedudukan Wajib Pajak Badan dan Badan Usaha Tetap
sebagai Subjek Pajak di Indonesia diatur dalam Pasal 2 ayat
(1) Undang- undang Pajak Penghasilan (UU PPh). Lebih jauh
lagi, Pasal 2 ayat (1a) menyatakan bahwa Bentuk Usaha
Tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan
perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.
Atas posisinya yang “dipersamakan” berdasarkan UU PPh,
terdapat beberapa perbedaan antara pemajakan Wajib Pajak
Badan dalam bentuk Perseroan Terbatas dan Bentuk Usaha
Tetap, yaitu:
Inbound Investment – Kasus Mukamurata, Ltd. (Jepang)
Kategori PerseroanTerbatas Badan UsahaTetap
Tempat pendirian / tempat berkedudukan Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia Tidak didirikan dan Tidak Bertempat Kedudukan di Indonesia namun menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia
Status Subjek Pajak Subjek Pajak Dalam Negeri Dipersamakan dengan Subjek Pajak Dalam Negeri
Objek Pajak Penghasilan sebagaimana tertera dalam PPh Pasal 4 tentang Objek Pajak yang terdiri dari:
a)Penghasilan yang dikenai PPh non-final
b)Penghasilan yang dikenai PPh Final
Termasuk dalam hal ini adalah penghasilan yang diterima dari Induk Perusahaan di luar negeri (world-
wide income).
Penghasilan yang menjadi Objek Pajak adalah:
a)Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang dimiliki atau
dikuasai;
b)Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa
di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan oleh BUT di Indonesia (force of
attraction income)
c)Penghasilan dalam Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat (effectively
connected income). Pada dasarnya, penghasilan pasif yang diperoleh oleh Kantor Pusat.
Bukan Objek Pajak Penghasilan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh termasuk dividen yang dibayarkan
dari laba ditahan atas kepemilikan saham diatas 25% oleh WP Badan.
Pembayaran royalti, imbalan sehubungan dengan jasa manajemen, dan bunga yang
diterima atau diperoleh dari Kantor Pusat (kecuali yang berkenaan dengan usaha
perbankan).
Biaya yang diperbolehkan (deductible expense) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan termasuk beban royalti, imbalan jasa
manajemen, dan bunga kepada Induk
Perusahaan di luar negeri (sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku) di Indonesia.
Biaya yang berkenaan dengan penghasilan (Biaya 3M), biaya administrasi kantor pusat
sepanjang berkaitan dengan usaha atau kegiatanBUT.
Bukan biaya yang diperbolehkan (non- deductibleexpense) Biaya-biaya sebagaimana tertulis dalam UU PPh Pasal 9. Biaya-biaya sebagaimana tertulis dalam UU PPh Pasal 9 dan pembayaran kepada kantor
pusat (beban royalty, imbalan jasa manajemen, dan bunga).
Tarif Pajak Tarif PPh Badan 25% termasuk pengurangan tarif sebesar 50% apabila peredaran bruto kurang
dari Rp 50 miliar (UU PPh Pasal 31E)
Tarif PPh Badan 25% dan pajak sebesar 20% sesuai PPh Pasal 26 (branch profit tax) atau
sesuai tarif yang berlaku dalam P3B.
Berdasarkan keterangan diatas, maka pemajakan
untuk Wajib Pajak dalam bentuk PT lebih
menguntungkan karena biaya yang boleh diakui
secara perpajakan lebih banyak dan pengenaan
tarif PPh Badan tanpa harus membayar branch
profit tax. Oleh karena itu, lebih baik Mukamurata,
Ltd. melakukan mendirikan perusahaan dalam
bentuk PT.
2. Penanaman dana dalam bentuk modal atau pinjaman
dapat memberikan implikasi perpajakan yang berbeda
sebagaimana berikut:
Modal Pinjaman
Imbalan atas modal dinamakan sebagai dividen. Imbalan atas modal dinamakan sebagai bunga.
Pembayaran biaya dividen tidak boleh
dibebankan
Pembayaran biaya bunga boleh dibebankan sebagai biaya
sebagai biaya untuk keperluan menghitung PPh Badan untuk keperluan menghitung PPh Badan
Pendirian Dalam Bentuk PT
Apabila Mukamurata Ltd memutuskan untuk mendirikan perusahaannya dalam bentuk PT
sehingga dia menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri di Indonesia, maka kepadanya berlaku
ketentuan perbandingan antara utang dan modal (devt to equity ratio). Berdasarkan PMK
No.169/PMK.010/2015, besarnya perbandingan utang dan modal yang paling tinggi ditetapkan
adalah sebesar 4:1. Oleh karena itu, PT Mukamurata Indonesia harus berhati-hati untuk
menetapkan jumlah modal dibandingkan dengan pinjaman yang diberikan oleh induk
perusahaan agar tidak melebihi 4:1. Jika melebihi perbandingan diatas, untuk keperluan
penghitungan PPh Badan hanya boleh memperhitungkan biaya bunga sebagai beban untuk
mengurangi perhitungan Penghasilan Kena Pajak (deductible expense) sebesar kewajaran ratio
4:1. Sisanya tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya pengurang.
Pembayaran deviden ke induk perusahaan di Jepang terutang PPh Pasal 26 dengan tarif
sebesar 20% atau tarif yang berlaku sesuai dengan P3B. berdasarkan P3B Indonesia – Jepang ,
tariff yang berlaku untuk pembayaran deviden adalah 10-15%.
Pendirian Dalam Bentuk BUT
Disisi lain ketentuan mengenai perbandingan antara utang dan modal hanya
berlaku untuk wajib pajak badan, sehingga apabila Mukamurata memilih untuk
mendirikan perusahaannya dalam bentuk BUT maka tidak ada pembatasan
bahwa utang terhadap modal harus memenuhi 4:1. Akan tetapi pada dasarnya
BUT tidak boleh membiayakan pembayaran biaya bunga kepada kantor pusat
sebagai biaya pengurang penghasilan kena pajak. Disisi lain pembayaran deviden
kepada kantor pusat bukan objek pajak yang dikenai tarif PPh pasal 26 di
Indonesia.
SEKIAN D A N
TERIMA KASIH
23

More Related Content

What's hot

Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,
Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,
Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,Annisa Galih Sarasati
 
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain PengujianPengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
wafa khairani
 
Instrumen keuangan,kas,dan piutang
Instrumen keuangan,kas,dan piutangInstrumen keuangan,kas,dan piutang
Instrumen keuangan,kas,dan piutangRahmatia Azzindani
 
Prosedur audit kas dan setara kas
Prosedur audit kas dan setara kasProsedur audit kas dan setara kas
Prosedur audit kas dan setara kasahmad rasyidin
 
Pajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan UmumPajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan Umum
DharaniKassapa
 
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fixPpt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Perum Perumnas
 
Hubungan kantor pusat dan cabang dan penggabungan badan usaha
Hubungan kantor pusat dan cabang dan penggabungan badan usahaHubungan kantor pusat dan cabang dan penggabungan badan usaha
Hubungan kantor pusat dan cabang dan penggabungan badan usahaAjeng Pipit
 
Akuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDAAkuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDA
Mahyuni Bjm
 
Akuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilanAkuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilan
sellyhood
 
Ch05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - INDCh05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - INDMaiya Maiya
 
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAAN
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAANANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAAN
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAAN
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
Modul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalModul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskal
YABES HULU
 
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khusus
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khususHubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khusus
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khusus
DIAN WAHYU KARTIKA CANIAGO
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Mahyuni Bjm
 
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiPengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Muhammad Rafi Kambara
 
Persediaan akuntansi perpajakan
Persediaan akuntansi perpajakanPersediaan akuntansi perpajakan
Persediaan akuntansi perpajakansulkhi
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti auditSyafdinal Ncap
 
Rangkuman Materi Akuntansi Keuangan Menengah Kas dan Piutang (Cash and Receiv...
Rangkuman Materi Akuntansi Keuangan Menengah Kas dan Piutang (Cash and Receiv...Rangkuman Materi Akuntansi Keuangan Menengah Kas dan Piutang (Cash and Receiv...
Rangkuman Materi Akuntansi Keuangan Menengah Kas dan Piutang (Cash and Receiv...
Muhammad Rafi Kambara
 
NPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPNPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPAriza Ekky
 

What's hot (20)

Perbedaan Agen dan cabang
Perbedaan Agen dan cabangPerbedaan Agen dan cabang
Perbedaan Agen dan cabang
 
Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,
Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,
Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,
 
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain PengujianPengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
 
Instrumen keuangan,kas,dan piutang
Instrumen keuangan,kas,dan piutangInstrumen keuangan,kas,dan piutang
Instrumen keuangan,kas,dan piutang
 
Prosedur audit kas dan setara kas
Prosedur audit kas dan setara kasProsedur audit kas dan setara kas
Prosedur audit kas dan setara kas
 
Pajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan UmumPajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan Umum
 
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fixPpt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
 
Hubungan kantor pusat dan cabang dan penggabungan badan usaha
Hubungan kantor pusat dan cabang dan penggabungan badan usahaHubungan kantor pusat dan cabang dan penggabungan badan usaha
Hubungan kantor pusat dan cabang dan penggabungan badan usaha
 
Akuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDAAkuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDA
 
Akuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilanAkuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilan
 
Ch05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - INDCh05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - IND
 
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAAN
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAANANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAAN
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAAN
 
Modul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalModul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskal
 
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khusus
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khususHubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khusus
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khusus
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
 
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiPengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
 
Persediaan akuntansi perpajakan
Persediaan akuntansi perpajakanPersediaan akuntansi perpajakan
Persediaan akuntansi perpajakan
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
 
Rangkuman Materi Akuntansi Keuangan Menengah Kas dan Piutang (Cash and Receiv...
Rangkuman Materi Akuntansi Keuangan Menengah Kas dan Piutang (Cash and Receiv...Rangkuman Materi Akuntansi Keuangan Menengah Kas dan Piutang (Cash and Receiv...
Rangkuman Materi Akuntansi Keuangan Menengah Kas dan Piutang (Cash and Receiv...
 
NPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPNPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKP
 

Similar to PPT MPJK MATERI 5.pptx

Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki ArdoniPajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Riki Ardoni
 
PPh PASAL 24
PPh PASAL 24PPh PASAL 24
makalah pajak (pph 24)
makalah pajak (pph 24)makalah pajak (pph 24)
makalah pajak (pph 24)
Eka Esti
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
NathaniaAprillya
 
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaMateri Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
IkbalAdytiaNst
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Ilham Sousuke
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isi
anisa_13
 
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912dewimita
 
Objek PPh.pdf
Objek PPh.pdfObjek PPh.pdf
Objek PPh.pdf
Ratih Kumala
 
PPh Pasal 26
PPh Pasal  26PPh Pasal  26
PPh Pasal 26
Muhammad Fajar
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
AprizalOmpusunggu
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
abifarizka
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
JancokKoe1
 
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANGMEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG
Meysi Resyanti
 
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI TangerangAKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
Habibie Reza
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
Riki Ardoni
 
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
BillyReihan
 
Tax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran UsahaTax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran Usahapuspa
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak Internasional
Ilham Sousuke
 

Similar to PPT MPJK MATERI 5.pptx (20)

Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki ArdoniPajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
 
PPh PASAL 24
PPh PASAL 24PPh PASAL 24
PPh PASAL 24
 
makalah pajak (pph 24)
makalah pajak (pph 24)makalah pajak (pph 24)
makalah pajak (pph 24)
 
Pajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umumPajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umum
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
 
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaMateri Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isi
 
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912
 
Objek PPh.pdf
Objek PPh.pdfObjek PPh.pdf
Objek PPh.pdf
 
PPh Pasal 26
PPh Pasal  26PPh Pasal  26
PPh Pasal 26
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANGMEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG
 
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI TangerangAKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
 
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
 
Tax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran UsahaTax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran Usaha
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak Internasional
 

Recently uploaded

Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdfAnnisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
annisaqatrunnadam5
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
PutuRatihSiswinarti1
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 

Recently uploaded (20)

Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdfAnnisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 

PPT MPJK MATERI 5.pptx

  • 1. M a najemen Perpajakan Tax Planning Atas Struktur Inbound Investment Reny Novitasari (2110246943) Adrian Handa (2110246934)
  • 2. Inbound investment investasi yang berasal dari luar negri ✓ Perusahaan Luar negeri menanamkan modal di Indonesia ✓ Perusahaan Luar negeri mendirikan cabang atau anak perusahaan di indonesia Outbound Investement melakukan usaha & investasi di luar Indonesia ✓ Perusahaan dalam negeri menanamkan modal atau ✓ mendirikan cabang/anak perusahaan di luar indonesia 2
  • 4. Perbedaan Perlakuan Pajak antara Subsidiary Company (Anak Perusahaan) d e n g a n Branch ( C a b a n g Perusahaan 4
  • 5. Anak Perusah aan 5 1. Anak perusahaan dibentuk atas dasar penyertaan saham dari induk perusahaan di luar negeri 2. Anak perusahaan berstatus Subjek Pajak Negeri (SPDN) karena telah memenuhi Dalam kriteria didirikan di Indonesia sesuai pasal 2 ayat (3) Undang Undang Pajak Penghasilan Penghasilan 3. Penghasilan yang dikenakan pajak di Indonesia meliputi penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri (world wide income) 4. Hubungan antara anak perusahaan di dalam negeri dengan induk perusahaan di luar negeri bersifat entetity (entitas legal yang terpisah) 5. Antara anak perusahaan di dalam negeri dengan induk perusahaan di luar negeri dapat melakakan sama lain, sebagai konsekuensi dari separate entity antara anak perusahaan di dalam perusahaan di luar negeri. 1. Branch (Cabang Perusahaan) merupakan kepanjangan tangan dari Kantor Pusat (Head Office) di luar negeri 2. Cabang negeri di Indonesia berstatus Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN) sesuai pasal 2 ayat (4) Undang Udang Pajak Penghasilan 3. Penghasilan yang dikenakan pajak di Indonesia adalah hanya penghasilan yang bersumber dalam negeri 4. Hubungan antara Cabang Perusahaan di dalam negeri dengan Kantor Pusat di luar negeri bersifat single entity (entitas tunggal) 5. Antara Cabung perusahaan di dalam negeri dengan kantor pusat di luar negeri secara pajak tidak diperkenankan melakukan transaksi sebagai konsekwensi dari single entity. Cabang Perusah aan
  • 6. Pengakuan laba antara Subsidiary Company (Anak Perusahaan) dengan Branch (Cabang Perusahaan 6
  • 7. Pengakuan Laba Anak Perusahaan 7 ▪ Sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri, anak perusahaan luar negeri di Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri (world wide income) ▪ Pada umummya pajak (PPh Badan) dikenakan atas dasar basis neto, yakni Penghasilan dikurangi dengan biaya-biaya yang diperkenankan (deductible expense), kecuali pada usaha-usaha tertentu yang pajaknya bersifat final (seperti perusahaan konstruksi, real estate, dll). ▪ Sisa laba setelah Pajak yang dikirim oleh anak perusahaan kepada induk perusahaan di luar negeri dikenakan pajak atas dividen (Pph Pasal 26) sebesar 20% atau tarif tax treaty.
  • 8. P e n g a k u a n Laba C a b a n g Perusahaan 8 ▪ Untuk perusahaan yang berstatus Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, definisi penghasilan sebagaimana diatur dalam pasal 5 Undang Undang Pajak Penghasilan meliputi hal hal sebagai berikut: 1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tesebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai (attributable principle) 2. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan dijalankan atau yang dilaksanakan oleh BUT di Indonesia (force of attraction princple) 3. Penghasilan dividen. bunga, royalty, sewa, hadiah, maupun penghasilan dari penjualan harta yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud (effectively connected income rules). ▪ Sisa laba setelah pajak yang dikirim ke kantor pusat, dokenakan brach profit tax / pph pasal 26 atar (4) sebesar 20% atau tarif tax treaty. Jika tidak dikirimkan, tidak dikenai brach profit tax
  • 10. Faktor-faktor y a n g harus diperhatikan ▪ ▪ ▪ ▪ Sistem perpajakan di negara tempat investasi ▪ Konsep penghasilan yang dianut ▪ Besarnya tarif PPh Badan (corporate income tax) Ada tidaknya witholding tax dan besarnya tarif withlolding tax (khususnya dividen) ▪ Ada tidaknya tax holiday atau tax facilities Perbedaan perlakuan perpajakan terhadap subsidiary dan branch Sistem depresiasi dan amortisasi ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ Perbedaan perlakuan perpajakan terhadap perusahaan domestik dan PMA ▪ Perlakuan perpajakan terhadap joint operation/consortium Perlakuan perpajakan terhadap offshore-service Perlakuan perpajakan terhadap turn key project Sistem kompensasi kerugian vertikal] Besarnya DER (Debt Equity Ratio) Kebebasan repatriasi modal 15
  • 11. Faktor-faktor yang harus diperhatikan ▪ Perlakuan perpajakan atas penjualan saham Control foreign exchange ▪ ▪ ▪ ▪ Ada tidaknya tax treaty serta tax facilities yang tercantum dalam tax treaty yang bersangkutan Perlakuan perpajakan terhadap perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa (associated enterprise) Fasilitas fasilitas perpajakan yang diberikan oleh Pemerintah terhadap Subsidiay company dan Branch ✓ ✓ ✓ ▪ ▪ Sistem foreign tax credit dan system VAT (Value Added Tax) Khusus dalam Foreign Direct Investment, beberapa faktor penting lainnya yang harus diperhatikan dalam memilih bentuk Subsidiary Company (anak perusahaan) atau Branch (cabang perusahaan) antara lain adalah : Apakah jenis asaha yang akan dipilih termasuk dalam Daftar Negative list BKPM? Jika termasuk dalam Daftar Negative List BKPM, maka otomatis usaha tersebut tidak dapat dijalankan Seberapa besar kepentingan perusahaan di luar negeri untuk melakukan transaksi dengan yang dibentuk di Indonesia Semakin banyak transaksi antara perusahaan di luar negeri dengan perusahaan yang dibentuk di Indonesta, maka bentuk Subsidiary Company (pengoperasian perusahaan) akan semakin efektif untuk dipilih karena hubungan antara induk peruhaan (parent company) dengan anak perusahaan (subsidiary company) di Indonesia merupakan entitas yang terpisah dimana keduanya dapat melakukan transaksi Fasilitas fasilitas perpajakan yang diberikan oleh Pemerintah terhadap Subsidiay company dan Branch Faktor laktor lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah faktor non pajak seperti politik, keamanan, prasarana penunjang, akses pasar dll 16
  • 12. Skema Tax Planning Pada Anak Perusahaan dilakukan dengan memaksimalkan biaya-biaya yang dibayarkan kepada induk persahaan (parent company) di luar negeri (tentunya dengan memperhatikan kewajaran harga transaksi). Dengan demikian penghasilan kena pajak host country menjadi lebih kecil Pre Tax • dilakukan dengan menunda pemberian dividen dari anak perusahaan kepada induk perusahaan di luar negeri. Pemberian dividen dari anak perusahaan kepada induk perusahaan di luar negeri dilakukan pada saat penghasilan kena pajak induk perusahan di luar negeri kecil. Post Tax 12
  • 14. Alternatif Struktur Permodalan 14 Suatu perusahaan memerlukan sumber dana yang mencukupi untuk membiayai seluruh kegiatannya. Sumber dana tersebut dapat berupa hutang dan modal. Komposisi hutang dan modal lebih didasarkan pada kebutuhan masing- masing perusahaan dan kemampuan finansial perusahaan tersebut. Sebuah perusahaan perlu mempertimbangkan seberapa besar kegiatan dapat dibiayai dengan modal dan hutang. Menurut Martono dan D. Agus Harjito struktur modal dibagi menjadi beberapa pendekatan seperti pendekatan laba operasi, pendekatan tradisional, pendekatan Modigliani dan Miller.
  • 15. 1. Kedudukan Wajib Pajak Badan dan Badan Usaha Tetap sebagai Subjek Pajak di Indonesia diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang- undang Pajak Penghasilan (UU PPh). Lebih jauh lagi, Pasal 2 ayat (1a) menyatakan bahwa Bentuk Usaha Tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan. Atas posisinya yang “dipersamakan” berdasarkan UU PPh, terdapat beberapa perbedaan antara pemajakan Wajib Pajak Badan dalam bentuk Perseroan Terbatas dan Bentuk Usaha Tetap, yaitu: Inbound Investment – Kasus Mukamurata, Ltd. (Jepang)
  • 16. Kategori PerseroanTerbatas Badan UsahaTetap Tempat pendirian / tempat berkedudukan Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia Tidak didirikan dan Tidak Bertempat Kedudukan di Indonesia namun menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia Status Subjek Pajak Subjek Pajak Dalam Negeri Dipersamakan dengan Subjek Pajak Dalam Negeri Objek Pajak Penghasilan sebagaimana tertera dalam PPh Pasal 4 tentang Objek Pajak yang terdiri dari: a)Penghasilan yang dikenai PPh non-final b)Penghasilan yang dikenai PPh Final Termasuk dalam hal ini adalah penghasilan yang diterima dari Induk Perusahaan di luar negeri (world- wide income). Penghasilan yang menjadi Objek Pajak adalah: a)Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai; b)Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan oleh BUT di Indonesia (force of attraction income) c)Penghasilan dalam Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat (effectively connected income). Pada dasarnya, penghasilan pasif yang diperoleh oleh Kantor Pusat. Bukan Objek Pajak Penghasilan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh termasuk dividen yang dibayarkan dari laba ditahan atas kepemilikan saham diatas 25% oleh WP Badan. Pembayaran royalti, imbalan sehubungan dengan jasa manajemen, dan bunga yang diterima atau diperoleh dari Kantor Pusat (kecuali yang berkenaan dengan usaha perbankan). Biaya yang diperbolehkan (deductible expense) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan termasuk beban royalti, imbalan jasa manajemen, dan bunga kepada Induk Perusahaan di luar negeri (sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku) di Indonesia. Biaya yang berkenaan dengan penghasilan (Biaya 3M), biaya administrasi kantor pusat sepanjang berkaitan dengan usaha atau kegiatanBUT. Bukan biaya yang diperbolehkan (non- deductibleexpense) Biaya-biaya sebagaimana tertulis dalam UU PPh Pasal 9. Biaya-biaya sebagaimana tertulis dalam UU PPh Pasal 9 dan pembayaran kepada kantor pusat (beban royalty, imbalan jasa manajemen, dan bunga). Tarif Pajak Tarif PPh Badan 25% termasuk pengurangan tarif sebesar 50% apabila peredaran bruto kurang dari Rp 50 miliar (UU PPh Pasal 31E) Tarif PPh Badan 25% dan pajak sebesar 20% sesuai PPh Pasal 26 (branch profit tax) atau sesuai tarif yang berlaku dalam P3B.
  • 17. Berdasarkan keterangan diatas, maka pemajakan untuk Wajib Pajak dalam bentuk PT lebih menguntungkan karena biaya yang boleh diakui secara perpajakan lebih banyak dan pengenaan tarif PPh Badan tanpa harus membayar branch profit tax. Oleh karena itu, lebih baik Mukamurata, Ltd. melakukan mendirikan perusahaan dalam bentuk PT.
  • 18. 2. Penanaman dana dalam bentuk modal atau pinjaman dapat memberikan implikasi perpajakan yang berbeda sebagaimana berikut: Modal Pinjaman Imbalan atas modal dinamakan sebagai dividen. Imbalan atas modal dinamakan sebagai bunga. Pembayaran biaya dividen tidak boleh dibebankan Pembayaran biaya bunga boleh dibebankan sebagai biaya sebagai biaya untuk keperluan menghitung PPh Badan untuk keperluan menghitung PPh Badan
  • 19. Pendirian Dalam Bentuk PT Apabila Mukamurata Ltd memutuskan untuk mendirikan perusahaannya dalam bentuk PT sehingga dia menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri di Indonesia, maka kepadanya berlaku ketentuan perbandingan antara utang dan modal (devt to equity ratio). Berdasarkan PMK No.169/PMK.010/2015, besarnya perbandingan utang dan modal yang paling tinggi ditetapkan adalah sebesar 4:1. Oleh karena itu, PT Mukamurata Indonesia harus berhati-hati untuk menetapkan jumlah modal dibandingkan dengan pinjaman yang diberikan oleh induk perusahaan agar tidak melebihi 4:1. Jika melebihi perbandingan diatas, untuk keperluan penghitungan PPh Badan hanya boleh memperhitungkan biaya bunga sebagai beban untuk mengurangi perhitungan Penghasilan Kena Pajak (deductible expense) sebesar kewajaran ratio 4:1. Sisanya tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya pengurang. Pembayaran deviden ke induk perusahaan di Jepang terutang PPh Pasal 26 dengan tarif sebesar 20% atau tarif yang berlaku sesuai dengan P3B. berdasarkan P3B Indonesia – Jepang , tariff yang berlaku untuk pembayaran deviden adalah 10-15%.
  • 20. Pendirian Dalam Bentuk BUT Disisi lain ketentuan mengenai perbandingan antara utang dan modal hanya berlaku untuk wajib pajak badan, sehingga apabila Mukamurata memilih untuk mendirikan perusahaannya dalam bentuk BUT maka tidak ada pembatasan bahwa utang terhadap modal harus memenuhi 4:1. Akan tetapi pada dasarnya BUT tidak boleh membiayakan pembayaran biaya bunga kepada kantor pusat sebagai biaya pengurang penghasilan kena pajak. Disisi lain pembayaran deviden kepada kantor pusat bukan objek pajak yang dikenai tarif PPh pasal 26 di Indonesia.
  • 21. SEKIAN D A N TERIMA KASIH 23