salah satu kebutuhan manusia menurut maslow dalam piramidanya adlaha aman nyaman. seseorang akan merasakan nyaman dan tenang jika hidupnya sedikit tekanan atau dia mampu mengendalikan emosinya
Terdapat 4 model promosi kesehatan yang banyak digunakan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. 4 model promosi kesehatan itu antara lain :
1. Model Kepercayaan Kesehatan (Helath Belief Model)
2. Model Transteoritik (Transtheoritical Model)
3. Teori Aksi Beralasan (Theory of Reasoned Action)
4. Stres dan Koping (Stress and Coping)
Dari keempat model diatas, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga untuk pemilihan model promosi kesehatan perlu beberapa pertimbangan yang harus dikaji terlebih dahulu. Materi berikut menjabarkan tentang keempat model beserta dengan kelebihan dan kekurangannya.
salah satu kebutuhan manusia menurut maslow dalam piramidanya adlaha aman nyaman. seseorang akan merasakan nyaman dan tenang jika hidupnya sedikit tekanan atau dia mampu mengendalikan emosinya
Terdapat 4 model promosi kesehatan yang banyak digunakan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. 4 model promosi kesehatan itu antara lain :
1. Model Kepercayaan Kesehatan (Helath Belief Model)
2. Model Transteoritik (Transtheoritical Model)
3. Teori Aksi Beralasan (Theory of Reasoned Action)
4. Stres dan Koping (Stress and Coping)
Dari keempat model diatas, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga untuk pemilihan model promosi kesehatan perlu beberapa pertimbangan yang harus dikaji terlebih dahulu. Materi berikut menjabarkan tentang keempat model beserta dengan kelebihan dan kekurangannya.
DEFINISI
•Hilangnya kesinambungan substansi tulang dengan atau tanpa pergeseran fragmen-fragmen fraktur.
•Terputusnya hubungan/kontinuitas jaringan tulang.
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasienWarung Bidan
JENIS-JENIS PEMBERIAN POSISI TUBUH PADA PASIEN
Untuk mencegah abnormalitas postur tersebut dapat dilakukan dengan pengaturan posisi pasien, selain itu persiapan seperti mengkaji kekuatan otot, mobilitas sendi pasien, adanya paralisis atau paresis, hipotensi ortostastik, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan untuk mengikuti instruksi juga penting dilakukan.
Selengkapnya:
http://warungbidan.blogspot.com/2017/09/jenis-jenis-pemberian-posisi-tubuh-pada.html
EVAKUASI & TRANSPORTASI PADA PASIEN GAWAT DARURATSugeng Ners
Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih amandengan cara-cara yang sederhana di lakukan di daerah-daerah yang sulit dijangkau dimulai setelahkeadaan darurat. Penolong harus melakukan evakuasi dan perawatan darurat selama perjalanan. Evakuasi merupakan suatu tindakanpemi ndahan korban dari lokasi kejadian /bencana ke lokasi yg lebih aman pada situasi yg berbahaya,perlu tindakan yang tepat, cepat dan waspada/ cermat
1. MOBILISASI & IMOBILISASI
Mobilisasi adalah kebutuhan manusia untuk melakukan
aktivitas karena aktivitas dilakukan secara bebas dari satu
tempat ke tempat lain. (Suratun, Heryati, Manurung, dan
Raenah, 2008).
Tubuh dapat mengalami ketidakmampuan untuk bergerak
secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment
(gangguan pada alat/organ tubuh) yang bersifat fisik atau
mental, disebut juga dengan gangguan mobilisasi
(imobilisasi).
2. GAnGGuAn MOBILISASI
Menurut NANDA gangguan mobilisasi fisik
(Imobilisasi) adalah kondisi dimana seseorang
mengalami atau beresiko mengalami
keterbatasan fisik.
(kim et all 1995)
3. GanGGuan Mobilisasi
Imobilisasi terdiri dari dua jenis :
a) Imobilisasi parsial (sebagian) penderita yang
mengalami fraktur tulang pada kaki (pada kasus)
b) Imobilisasi keseluruhan penderita yang
mengalami ketidaksadaran diri
4. Penatalaksanaan Pasien
Fraktur ke teMPat tidur
Sebelum memindahkan klien, perawat perlu mengkaji:
(Sumarwati., et al, 2006)
kemampuan fisik klien
kemampuan memahami instruksi
derajat kenyamanan atau ketidaknyamanan saat bergerak
berat badan klien
adanya hipotensi ortostatik (saat berdiri), dan
kemampuan perawat memindahkan klien
Selain iyu, perawat juga harus menjelaskan kepada klien
mengenai prosedur dan gambaran yang diharapkan.
5. prosedur pemindahan pasien ke
brankar
Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap
tempat tidur.
Dua atau tiga orang perawat menghadap ke tempat tidur / pasien.
Silangkan tangan pasien ke depan dada.
Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan anda ke bawah tubuh
pasien.
Perawat 1 meletakkan tangan dibawah leher/bahu dan bawah pinggang;
perawat 2 meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien;
perawat 3 meletakkan tangan dibawah pinggul dan kaki.
Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan pindahkan ke
brankar.
Atur posisi pasien, dan pasang pengaman
Tinggikan tingkat tempat tidur, sehingga sedikit lebih tinggi dari
brankar.
6. Cont’d
Pastikan rem terkunci pada kedua tempat tidur dan brankar.
Lepaskan bantal dari tempat tidur dan letakkan di brankar.
Bantu pasien miring menjauhi brankar, lalu pasang sliding board dibawah
tubuh pasien.
Bantu pasien kembali ke posisi telentang diatas sliding board dan
silangkan lengan di dada.
Perawat mengatur satu kaki di depan dengan lutut dan pinggul sedikit
fleksi, pertahankan body align dengan punggung tetap lurus.
Pada hitungan ketiga, dua perawat pada sisi brankar secara lembut
menarik sliding board ke arah mereka.
Miringkan pasien dan angkat sliding board.
Atur pasien ke tengah brankar.
Pastikan pasien merasa nyaman dan pasang rel pengaman brankar
(Brunner & Sudarth, 2000).
7. Catatan buat yg presentasi
Menurut gue langkah2 itu gausa dijelasin waktu presentasi
karna bakalan makan waktu banget (di skip aja ntar)
8. RefeRensi
Brooker, Christine. (2001). Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner & Sudarth. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Potter, PA. & Perry, A.G. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4, Vol 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Sumarwati M. dkk. (2006). Buku Praktikum PKKDM I dan II. Editor: Hanny
Handiyani. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI
Suratun. dkk. (2008). Klien Gangguan Muskoloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC
Editor's Notes
Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah yang terjadi tiba-tiba saat berubah posisi dari telentang ke posisi duduk atau tegak.