2. A. REVIEW ANATOMI FISIOLOGI KULIT
Integumen berasal dari bahasa latin
“Integumentum" yang berarti "penutup“
merupakan organ terbesar tubuh, Sistem
organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi terhadap lingkungan
sekitarnya. Terdiri atas : kulit, rambut,
kuku, kelenjar keringat dan produknya
(keringat).
8. Dermis (Korium)
Lapisan ini mengandung pembuluh darah,
akar rambut, ujung syaraf, kelenjar keringat,
dan kelenjar minyak. Reseptor yang terdapat
dalam dermis adalah:
Reseptor sentuhan.
Reseptor suhu atau termoreseptor.
Reseptor tekanan.
Kelenjar yang terdapat dalam dermis ialah:
kelenjar keringat dan kelenjar sebum
9. Subkutan Atau Hipodermis/Subcutis.
Lapisan terdalam yg banyak mengandung sel liposit yg
menghasilkan banyak lemak.
Merupakn jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan
setruktur internal seperti otot dan tulang.
Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan
panas.
Sebagai bantalan terhadap trauma.
Tempat penumpukan energy.
Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.
Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah
dan getah bening.
Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa.
Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang
menghasilkan banyak lemak.
Disebut juga panikulus adiposa yg berfungsi sbg cadangan
makanan.
Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal
10. 1. Adneksa Kulit
Rambut
Kuku
Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit
• Kelenjar Sebasea
• Kelenjar Keringat
11. Fungsi Kulit Secara Umum (Brunner & Suddarth (2002)
1. Sebagai Proteksi
Masuknya benda- benda dari luar (benda asing ,invasi
bacteri)
Melindungi dari trauma yang terus menerus.
Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari
tubuh.
Menyerap berbagai senyawa lipid vitamin A dan D
yang larut lemak.
Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari
sinar Ulta Violet.
Perlindungan kerusakan fisik.
Mencegah dehidrasi.
Menghasilkan bau dan penyamaran.
12. 2. Pengontrol/Pengatur Suhu.
Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar
keringat menjadi aktif dan pembuluh kapiler di
kulit melebar memudahkan proses pembuangan
air dan sisa metabolisme keringat keluar ke
permukaan kulit dengan cara penguapan suhu di
permukaan kulit turun sehingga kita tidak
merasakan panas lagi
Saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat
tidak aktif dan pembuluh kapiler di kulit
menyempit darah tidak membuang sisa
metabolisme dan air penguapan sangat
berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh
13. Apabila suhu meningkat hipotalamus akan melakukan
upaya untuk mempertahankan suhu denga cara
menurunkan produksi panas dan mengeluarkan panas
dengan cara :
Vasodilatasi (Pelebaran Pembuluh Darah)
Berkeringat
Penurunan Pembentukan Panas :
• Menggigil dan termogenesis kimia akan dihambat
• Vasokonstriksi
• Piloereksi
• Radiasi
• Konduksi
• KonveksiI
• Evaporasi
14. 3. Keseimbangan Air
Sratum korneum dapat menyerap air sehingga
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang
berlebihan dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan kelembaban dalam jaringan
subcutan.Air mengalami evaporasi (respirasi
tidak kasat mata) + 600 ml/hari untuk dewasa.
4. Sensibilitas
Penerima rangsangan luar (sensori), Mengindera
suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
15. Kulit dan SintesaVitamin.
Sel-sel kulit mensintesa melanin dan
karotin, yang member warna pada kulit
Kulit yang terpejan oleh sinar ultra violet
akan mengubah substansi untuk
mensintesis vitamin D. Vitamin D
merupakan unsur esensial untuk mencegah
penyakit riketsia, suatu keadaan yang
terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium
serta fosfor dan yang menyebabkan
deformitas tulang (Morton, 1993 dalam
16. Kulit dan Fungsi Respons Imun
Hasil-hasil penelitian terakhir (Nicholoff,
1993 dalam Brunner dan Suddarth, 2002)
menunjukkan bahwa beberapa sel dermal
(sel-sel Langerhans, IL-1 yang
memproduksi keratinosit dan sub
kelompok limfosit-T) merupakan
komponen penting dalam sistem imun.
17. Kulit Dan Homeostasis
Reseptor panas dan dingin terletak dalam kulit. Saat suhu tubuh
meningkat, hypothalamus mengirimkan sinyal saraf menuju
kelenjar keringat dan menyebakan pelepasan air ± 1-2 liter perjam
untuk mendinginkan tubuh.
Hipothalamus juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah di
kulit membuat lebih banyak darah mengalir ke area tersebut dan
menebabkan panas terlepa dri permukaan kulit.
Saat suhu tubuh menurun, kelenjar keringat mengkerut dan
produksi keringat berkurang. Jika suhu tubuh terus menerus
berkurang, tuuh akan menjaga thermiogenesis, dengan cara
meningkatkan laju metabolisme dan dengan menggigil.
Alat ekskresi.
Kehilangan air lewat kulit berlangsung 2 cara ; penguapan dan
berkeringat.
Pengaturan suhu/homeostasis
18. Kulit dan Penerimaan Rangsang
Reseptor sensoris dalam kulit adalah
untuk nyeri, tekanan (sentuhan) dan suhu.
Paling dalam di kulit terdapat badan
Meissner, yang secara khusus berada di
ujung jari dan bibir sangat sensitive
terhadap sentuhan.
Badan Pacini menanggapi tekanan.
Reseptor suhu lebih banyak untuk dingin
ketimbang untuk panas.
19.
20. Kulit Dan Selektif Permeable
Kulit selektif terhadap larutan yang larut dalam lemak
seperti vitamin A, D, E, and K juga hormone steroid seperti
estrogen.
Zat-zat ini memasuki aliran darah melalui jaringan kapiler
dalam kulit.
Jalur ini juga dapat digunakan untuk memasukan sejumlah
obat-obatan seperti estrogen, scopolamine (mabuk),
nitroglycerin (masalah jantung), dan nikotin (untuk
menghentikan kebiasaan merokok).
22. B. PENGKAJIAN UMUM GANGGUAN SISTEM
INTEGUMEN
Teknik pengkajian penting untuk mengevaluasi
integumen yang mencakup :
Kaji integritas kulit dan membrane mukosa,
turgor & keadaan umum kulit (jaundice, kering).
Kaji warna kulit, pruritus, kering, odor.
Kaji adanya luka, bekas operasi/skar, drain,
dekubitus, dsb.
Kaji resiko terjadinya luka tekan dan ulkus
Palpasi adanya nyeri, edema & penurunan suhu.
Kaji riwayat pengobatan dan test diagnostik
terkait sistem integument.
23. C. PEMERIKSAAN FISIK SISTEM INTEGUMEN
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan
untuk mendapatkan data objektif dari riwayat
keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya
dilakukan bersamaan dengan wawancara.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui
pengamatan.
24. Teknik Pemeriksaan Fisik Inspeksi Pd Sistem Integumen yaitu :
a. Warna/Adanya Perubahan Pigmentasi
Warna kulit di setiap bagian seharusnya sama, kecuali jika
ada peningkatan vaskularisasi. Variasi normal warna kulit
antara lain:
Variasi Normal Deskripsi
Tahi lalat Kecoklatan – coklat tua, bisa datar atau sedikit
menonjol.
Stretch mark (striae) Keputihan atau pink, dapat
disebabkan karena berat yang berlebih atau kehamilan.
Freckles (bintik-bintik di tubuh) Datar dimanapun bagian
tubuh.
Vitiligo Area kulit tak terpigmentasi, prevalensi lebih pada
orang kulit gelap.
Tanda lahir umumnya datar, warnanya bisa kecoklatan,
25. b. Adanya Lesi
Lesi pada kulit dideskripsikan dengan warnanya, bentuk, ukuran dan penampilan umum.
Tipe Lesi Kulit Deskripsi
Blister : adanya cairan-vesikel terisi
Bulla Blister : bula lebih dari 1 cm.
Komedo karena dilatasi pori-pori.
Crust (kerak) Eksudat kering yang merusak epitel kulit
Cyst (kista) Semisolid atau masa berisi cairan, enkapsulasi pada lapisan kulit yang lebih
dalam.
Deskuamasi : peluruhan atau hilangnya debris pada permukaan kulit.
Erosi : kehilangan epidermis, dapat dikaitakan dengan vesikel, bulae, atau pustula.
Eksoriasi : erosi epidermal biasanya karena peregangan kulit.
Fissura : retak pada epidermis biasanya sampai ke dermis.
Makula : area datar pada kulit dengan diskolorisasi, diameter kurang dari 5 mm.
Nodul Solid : peningkatan lesi atau masa, diameter 5 mm-5 cm.
Papula Solid : peningkatan lesi dengan diameter kurang dari 5 mm.
Plaque Timbul : lesi datar diameter lebih besar dari 5 mm.
Pustula Papula : berisi eksudat purulen.
Scale Debris : kulit pada permukaan epidermis.
Tumor Masa Padat : diameter lebih besar dari 5 cm, biasanya berlanjut ke dermis.
Ulserasi : kehilangan epidermis, berlanjut sampai dermis atau lebih dalam.
Urticaria berhubungan dengan reaksi makanan.
Vesikel Lesi : terisi sedikit cairan, diameter kurang dari 1 cm.
26. c. Adanya Ruam Munculnya ruam kulit mengindikasikan
adanya infeksi atau reaksi dari obat
d.Kondisi Rambut Kuantitas, kualitas, distribusi rambut
perlu dicatat.
e.Kondisi KukuKuku seharusnya berwarna pink dengan
vaskularisasi yang baik dan dapat dilakukan tes
kapilari refil.
f. Catat Bau Badan dan Adanya Bau Pada Pernapasan
27. 2. Palpasi
Teknik Pemeriksaan Fisik Palpasi Pada
Sistem Integumen adalah :
Palpasi kelembutan permukaan kulit.
Kelembaban
Temperatur
Mobilitas dan Turgor
Nonpitting/Pitting Edema.
28. 3. Perkusi (Tidak Dilakukan Pada
Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen)
4. Auskultasi (Tidak Dilakukan Pada
Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen)
Pendekatan Pengkajian Fisik Dapat
Menggunakan :
1. Head To Toe (Kepala Ke Kaki)
2. ROS (Review Of System/Sistem Tubuh)
29. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG SISTEM INTEGUMEN
1. Biopsi KulitMendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan
mikroskopik dengan cara eksisi dengan scalpel atau alat penusuk
khusus (skin punc) dengan mengambil bagian tengah jaringan.
2. Patch Test : Untuk mengenali substansi yang menimbulkan alergi
pada pasien dibawah plester khusus (exclusive putches)
3. Pengerokan Kulit : Sampel kulit dikerok dari lokasi lesi, jamur,
yang dicurigai.dengan menggunakan skatpel yang sudah dibasahi
dengan minyak sehingga jaringan yang dikerok menempel pada
mata pisau hasil kerokan dipindahkan ke slide kaca ditutup
dengan kaca objek dan dipriksa dengan mikroskop.
4. Pemeriksaan Cahaya Wood (Light Wood) : Menggunakan cahaya
ultra violet gelombang panjang yang disebut black light yang
akan menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang
khas.cahaya akan terlihat jelas pada ruangangelap digunakan
untuk memebedakan lesi epidermis dengan dermis dan
hipopigmentasi dengan hiperpigmentasi.
5. Apus Tzanck : Untuk memeriksa sel-sel kulit yang mengalami
30. Dokumentasi
Semua informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara dan pemeriksaan fisik harus
didokumentasikan dalam catatan pengkajian
keperawatan klien. Pendokumentasia yang
meliputi tahapan perumusan diagnosa
keperawatan tujuan dan rencana intervensi
keperawatan.