SlideShare a Scribd company logo
Kenapa
ya
sifatnya
bisa
sama..?
Pewarisan Sifat
Variasi pada organisme
Diturunkan ke
generasi berikutnya
Gen
Disusun Oleh :
Wina Isnaini
Suci Sri R
Pratiwi Rahmawati
Anggi A
Andriana
Surya
Ikhsan
Menghi-
tung
Gamet
Testcross
(Uji
Silang)
Menghi-
tung
Genotipe
Tautan,
Pindah
Silang, dan
Gagal
Berpisah
Interaksi
Antaralel
Interaksi
Genetik
Menghi-
tung
Fenotipe
L
A
S
T
Gen merupakan faktor
penurunan sifat dari induk
kepada anaknya. Gen terletak
pada kromosom secara teratur
dalam satu deretan dan lurus
berurutan.
 Mengandung Informasi
Genetika
 Dapat Menduplikasi diri
Pada Peristiwa Pembelahan
Sel
 Setiap Gen Memiliki Tugas
dan Fungsi Tertentu
 Sifat Gen di Tentukan Oleh
Kombinasi Basa Nitrogennya
• Rekon, yaitu komponen yang lebih
kecil dari gen dan terdiri atas satu
atau dua pasang nukleotida.
• Muton, yaitu komponen yang
lebih besar dari rekon dan terdiri
atas satu atau dua pasang
nukleotida.
• Sistron, yaitu komponen yang
terdiri atas ratusan nukleotida.
 Berdasarkan sifatnya, gen terbagi menjadi tiga:
 Gen dominan dengan ekspresi kuat yang
dilambangkan dengan huruf besar.
 Gen setengah dominan dengan ekspresi di antara
gen dominan dan resesif.
 Gen resesif dengan ekspresi lemah yang
dilambangkan dengan huruf kecil.
 Berdasarkan perannya, gen terbagi menjadi dua:
 Gen struktural yang mengode protein (enzim)
dengan ekspresi yang dikendalikan gen regulator.
 Gen regulator yang mengatur ekspresi gen
struktural.
Ada
Berapa
Tipe Gen
di dunia
ini?
Fungsi gen:
Sebagai zarah (partikel) tersendiri dalam kromosom.
Membawa informasi genetik dari generasi ke generasi.
Mengatur proses metabolisme dan perkembangan pada
organisme.
Sifat gen:
Mengandung materi genetik dan dapat menduplikasikan diri.
Setiap gen memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Ditentukan oleh kombinasi basa nitrogennya.
Alel adalah pasangan gen yang
terletak dalam lokus yang
bersesuaian pada kromosom
homolog dengan tugas yang sama
atau berlawanan untuk suatu sifat
tertentu. Susunan gen dan alelnya
dalam kromosom homolog disebut
genotipe.
 Alel tunggal, yaitu gen yang hanya
memiliki satu gen sealel sehingga
hanya muncul satu sifat saja. Contoh:
gen A untuk pigmentasi kulit dan gen a
tidak menghasilkan pigmentasi kulit.
 Alel ganda, yaitu gen yang memiliki
lebih dari dua pasang gen sealel dan
menempati lokus yang sama. Pada alel
ini, yang akan muncul adalah beberapa
sifat. Contoh: golongan darah sistem
ABO pada manusia.
Ada tiga kemungkinan genotipe yang dapat ia miliki, yaitu:
 Genotipe homozigot dominan, dengan pasangan alel terdiri atas
dua gen dominan. Contoh: AA
 Genotipe homozigot resesif, dengan pasangan alel terdiri atas dua
gen resesif. Contoh: aa
 Genotipe heterozigot, dengan pasangan alel terdiri atas dua gen
berbeda, yaitu satu dominan dengan satu resesif. Contoh: Aa
Pewarisan Sifat : Genotipe
Pewarisan Sifat : Istilah Pent
Pewarisan Sifat : Istilah Pent
Bapak pendiri Genetika
Gregor Johann Mendel (1822-1884)
Hukum pewarisan Mendel
Percobaan pada tanaman ercis
Percobaan Mendel
Gregor Johann Mendel menyilangkan tanaman ercis (Pisum sativum).
Alasan digunakan tanaman ercis
1. Sifat-sifat yang dapat dibedakan
secara kontras.
2. Dapat melakukan penyerbukan
sendiri (autogami) maupun silang.
3. Mudah dilindungi dari
gangguan
dalam proses fertilisasi.
4. Cepat menghasilkan keturunan.
5. Memiliki keturunan yang banyak.
Tinggi adalah dominan terhadap pendek.
Sifat tinggi diberi simbol T.
Sifat pendek diberi simbol t.
Gen T berpasangan dengan gen t.
Heterozigot dinyatakan dengan huruf gen dominan terlebih
dahulu misalnya Tt.
Sifat fenotipe merupakan sifat yang tampak dari luar.
Sifat yang muncul adalah sifat dominan, yaitu sifat tinggi.
P (induk) : Tanaman tinggi >< Tanaman
pendek
Genotipe : TT >< tt
Gamet : T t
F1 : Tt
Fenotipe : 100% tanaman tinggi
Eksperimen Mendel yang pertama
F1 >< F1
P (induk) : Tinggi >< Tinggi
Genotipe : Tt >< Tt
Gamet : T t T t
Genotipe F2 : TT : Tt : tt
Fenotipe F2 : Tinggi : Pendek
: 3 : 1
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi
pada karakter.
Hukum Segregasi secara Bebas
(Independent Segregation) / Hukum I Mendel.
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari induk
jantan dan satu dari induk betina.
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel
dominan akan terekspresikan. Alel resesif yang tidak
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang
dibentuk.
HUKUM MENDEL
Persilangan
1. Persilangan Monohibrid Persilangan dengan satu sifat beda
1) Persilangan Monohibrid Dominan Penuh
P (induk) : Bunga merah >< Bunga putih
Genotipe : MM >< mm
F1 : Mm, Mm, Mm, Mm
Fenotipe : 100% tanaman merah
Warna putih tidak muncul pada F1 (merah dominan terhadap putih).
M m
M MM
(Merah)
Mm
(Merah)
m Mm
(Merah)
mm
(Putih)
F1 (Mm) disilangkan dengan sesamanya
P (induk) : Bunga merah >< Bunga merah
Genotipe : Mm >< Mm
Persilangan Monohibrid Dominan Tidak Penuh
Intermediet  sifat yang berada di antara sifat dominan
dan resesif akibat adanya dominansi tidak sempurna.
P (induk) : Merah >< Putih
Genotipe : MM >< mm
Macam gamet : M m
Genotipe F1 : Mm
Fenotipe F1 : Merah muda
F1 >< F1 Mm >< Mm
Fenotipe : Merah muda >< Merah muda
Genotipe F1 : Mm Mm
Macam gamet : M & m M & m
Genotipe F2 : MM : Mm : mm
Fenotipe F2 : Merah : Merah muda : Putih
1 : 2 : 1
Persilangan Dihibrid
Induk (P) : TTHH >< tthh
Fenotipe : Tinggi, halus Pendek, kisut
Gamet : TH th
F1 : TtHh
Tinggi, halus
F1 >< F1 : TtHh >< TtHh
Tinggi, halus Tinggi, halus
Gamet : TH TH
Th Th
tH tH
th th
Persilangan dengan dua sifat beda.
TTHH
TTHh
TtHH
TtHh
TTHh
TThh
TtHh
Tthh
TtHH
TtHh
ttHH
ttHh
TtHh
Tthh
ttHh
tthh
Tinggi halus
Tinggi halus
Tinggi halus
Tinggi halus
Tinggi halus
Tinggi kisut
Tinggi halus
Tinggi kisut
Tinggi halus
Tinggi halus
Pendek halus
Pendek halus
Tinggi halus
Tinggi kisut
Pendek halus
Pendek kisut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16
Hasil F2:
Hasil Persilangan Dihibrid
Berlaku hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel
yang dikenal juga sebagai Hukum Kedua Mendel.
Tinggi kisut dan pendek halus merupakan genotipe yang tidak dimiliki oleh
kedua induk. Sifat ini muncul akibat persatuan genotipe kedua induk yang
homozigot.
Tinggi halus: 9 Pendek halus: 3 Tinggi kisut: 3 Pendek kisut: 1
Hukum berpasangan secara bebas
Hukum II Mendel
1. Setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain.
2. Hukum Mendel 2 ini juga tidak berlaku untuk persilangan
monohibrid. Melainkan persilangan pada dihibrid atau polihibrid.
{
Contoh lain persilangan dihibrid
Jelaskan persilangan
dihibrid pada gambar di
samping ini
Testcross (uji silang)
Testcross adalah persilangan antara suatu individu yang tidak diketahui
genotipnya dengan induk yang genotipnya homozigot resesif. Testcross
dapat dilakukan dengan individu yang bukan induknya , dengan syarat
genotifnya diketahui homozigot resesif .
Tujuan Testcross
1. Jika hasil keturunannya mununjukkan fenotipe dominan, apakah
bergenotipe homozigot atau heterozigot. Misal, Jika hasil
keturunannya menunjukkan hasil yang sama 100% maka genotipe
individu tersebut adalah dominan homozigot. Sedangkan jika sifat
keturunan yang berbeda-beda maka genotipe individu tersebut
adalah dominan heterozigot.
2. Mengetahui berapa macam gamet yang dihasilkan oleh suatu
individu yang genotipe nya di pertanyakan.
Contoh penyilangan
Testcross pada
Monohibrid antara biji
bulat yang diuji silang
dengan induk resesif
menghasilkan 50 % biji
bulat dan 50% biji
keriput, biji bulat
merupakan
heterozigot, tetapi jika
100 % biji bulat maka biji
bulat tersebut
merupakan homozigot
Testcross monohibrid
Testcross pada
Persilangan Dihibrid
Tanaman yang diuji
(dicari Genotipe)
Tinggi, Biji Keriput (Genotipe ?)
Testcross Tinggi, biji keriput X pendek, biji keriput
(Ttbb atau TTbb ?) ( ttbb)
Keturunan yang
dihasilkan (kemung-
kinannya)
Hasil 1
1. tinggi, biji keriput (Ttbb) = 1 bagian (50%)
2. pendek,biji keriput (ttbb) = 1 bagian (50%)
Hasil 2
Semua (100%) keturunan adalah tinggi
biji keriput ( Ttbb )
Backcross adalah menyilangkan kembali keturunan dengan salah satu
induknya.
Tujuan Backcross adalah untuk mendapatkan kembali individu yang
bergalur murni (yang bergenotipe homozigot resesif atau homozigot
dominan
Backcross menghasilkan progeni, yaitu keturunan yang berasal dari
sumber yang sama.
CONTOH
Penyilangan Resiprok adalah persilangan ulang dengan jenis kelamin
yang dipertukarkan. Misalnya pada perkawinan monohibrid tanaman
jantannya berbiji bulat, sedangkan tanaman betinanya berbiji keriput,
maka perkawinan resiproknya adalah tanaman jantannya berbiji
keriput dan tanaman wanitanya berbiji bulat. Persilangan ini tidak
akan mempengaruhi hasil persilangan mendel. Karena gen-gen yang
dipilih Mendel adalah gen-gen yang tidak tertaut kelamin.
Jumlah macam gamet yang dihasilkan oleh individu dapat dihitung
menggunakan rumus 2n, dengan n adalah jumlah pasangan alel heterozigot
yang bebas memisah. Macam gamet dapat diketahui dengan menggunakan
diagram anak garpu.
Langkah mencari gamet :
• Alel homozigot dituliskan secara terpisah, sedangkan alel homozigot
dituliskan salah satu saja.
• Garis penghubung untuk alel heterozigot dibuat bercabang sedangkan alel
homozigot dibuat lurus
Contoh
Individu bergenotipe AaBbCC memiliki jumlah pasangan 2 alel
heterozigot, yaitu Aa dan Bb. Jumlah macam gamet adalah 22 atau 4
jenis. Macam gamet dapat ditentukan dengan diagram anak garpu
(Bracket) sbb.
A
a
B
b
B
b
C
C
C
C
ABC
AbC
aBC
abC
Hukum I dan II Mendel pada persilangan monohibrid heterozigot akan menghasilkan
perbandingan fenotip 3 : 1, sedangkan persilangan dihibrid heterozigot menghasilkan
perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1.
Pada kenyataannya, kebanyakan sifat yang diturunkan dari induk (orang tua) kepada
keturunannya (anak) tidak dapat dianalisis dengan cara Mendel yang sederhana.
Misalnya persilangan monohibrid yang menghasilkan perbandingan fenotip 1:2:1 dan
persilangan dihibrid yang menghasilkan perbandingan 12 : 3 : 1, 9 : 7, atau 15 : 1.
Semua hasil tersebut tidak sesuai dengan hukum Mendel. Akan tetapi, jika diperhatikan
angka-angka yang dihasilkan merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Oleh
karenanya peristiwa ini disebut penyimpangan semu hukum Mendel. Penyimpangan ini
terjadi karena interaksi antar alel dan genetik.
Hukum mendel I dan II dengan satu sifat beda menghasilkan
perbandingan fenotip 3 : 1 dan perbandingan genotip
1 : 2 : 1
Pada kenyataannya, kebanyakan sifat yang diturunkan dari
induk kepada anaknya tidak dapat dianalisis dengan cara
Mendel yang sederhana
Interaksi alel dan pengaruh dari gen-gen lain serta keadaan
lingkungan dapat merubah fenotip. Namun dalam hal ini,
hukum Mendel (I dan II) masih dapat dioperasikan
Pada dominansi tidak sempurna, alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif
sepenuhnya. Akibatnya, individu yang heterozigot memiliki sifat yang
setengah dominan dan setengah resesif. Misalnya, tanaman bunga Snapdragoti
(Antirrhinum) merah disilangkan dengan tanaman Snapdragoti putih. Ternyata
menghasilkan anakan dengan bunga merah muda. Hasil persilangan sesama
tanaman berbunga merah muda menghasilkan rasio keturunan % merah, ^
merah muda, dan ^ putih. Demikian pula hasil uji silang (testcross)
menunjukkan hasil 50% merah muda dan 50% putih, sedangkan persilangan
balik (backcross) menghasilkan 50% merah dan 50% merah muda. Perhatikan
diagram persilangan dominansi tidak sempurna berikut.
Alel – alel yang tidak memiliki hubungan dominan dan resesif.
Suatu gen memiliki lebih dari dua alel.
Terbentuk akibat terjadinya mutasi pada gen yang sama.
Setiap alel mampu dalam derajat tertentu berekspresi bila
dalam kondisi heterozigot.
Dua alel suatu gen yang menghasilkan hasil hibrid yang
berbeda, dengan alel yang satu tidak dipengaruhi oleh alel lain.
CONTOH :
1. GOLONGAN DARAH SISTEM ABO
2. WARNA KULIT SAPI
3. WARNA BULU AYAM
DUA ALEL SUATU GEN YANG MENGHASILKAN HASIL
HIBRID YANG BERBEDA, DENGAN ALEL YANG SATU
TIDAK DIPENGARUHI OLEH ALEL LAIN
CONTOH :
1. GOLONGAN DARAH SISTEM ABO
2. WARNA KULIT SAPI
3. WARNA BULU AYAM
SAPI MERAH SAPI PUTIH
SAPI ROAN
PADA LOKUS YANG SAMA DAPAT DITEMPATI OLEH LEBIH
DARI SATU ALEL
TERJADINYA MUTASI MENIMBULKAN BANYAK VARIASI
ALEL. CONTOH : 1. WARNA RAMBUT KELINCI
2. GOLONGAN DARAH ABO, SISTEM MN, DAN
RHESUS
3. WARNA MATA MERAH
Drosophila sp.
SISTEM-SISTEM GENETIK YANG SELAMA INI
DIKENAL DIBATASI HANYA SAMPAI PADA SATU
PASANG ALEL
JUMLAH ALEL MAKSIMUM PADA SUATU LOKUS GEN
YANG DIPUNYAI SETIAP INDIVIDU ADALAH DUA,
YANG MASING-MASING BERADA PADA KROMOSOM
HOMOLOG
JIKA TERDAPAT LEBIH DARI DUA ALEL DALAM
SUATU LOKUS DISEBUT ALEL GANDA
Alel Ganda Pada Bulu Kelin
Interaksi Alel — Alel ganda
Alel ganda pada kelinci
yang mempengaruhi
warna bulu
Bab 5 Pola-Pola Hereditas
GEN WARNA BULU UTUH DIEKSPRESIKAN SETIAP
SAAT TERJADI PERSILANGAN
GEN WARNA BULU DITENTUKAN OLEH BEBERAPA
SERI ALEL GANDA
TERDAPAT 4 KOMBINASI GEN, YAITU C-C, C-cCH, C-
cH, c-c
GEN C DOMINAN TERHADAP GEN RESEIF c UNTUK
ALBINO
WARNA RAMBUT
PADA TUBUH PUTIH,
KECUALI PADA UJUNG-
UJUNG KEEMPAT KAKI,
TELINGA, HIDUNG DAN
EKOR YANG
BERWARNA HITAM
JENIS KELINCI INI
DISEBUT HIMALAYA
GEN cH DOMINAN
TERHADAP GEN c
(ALBINO) NAMUN
RESESIF TERHADAP
GEN WARNA LENGKAP
WARNA RAMBUT ABU-
ABU PERAK KARENA
KEHILANGAN PIGMEN
KUNING
DISEBUT WARNA
CHINCILLA
GEN cch RESESIF
TERHADAP RAMBUT
WARNA LENGKAP,
TETAPI DOMINAN
TERHADAP HIMALAYA
DAN ALBINO
FENOTIPE DAN GENOTIPE WARNA KULIT KELINCI
FENOTIP GENOTIP
WARNA ABU-ABU CC, Ccch,Cch,Cc
CHINCILLA
(ABU-ABU PERAK)
cchcch,
ABU-ABU MUDA cchch, cchc
HIMALAYA
(KAKI HITAM)
chch, chc
ALBINO cc
Phenotype
(blood
group)
Genotypes
antigens
on red
blood
cells
plasma
antibodies
A IAIA, IAIO A anti-B
B IBIB, IBIO B anti-A
AB IAIB A and B none
O IOIO none
anti-A and
anti-B
KETERANGAN:
GOLONGAN DARAH M : ANTIGEN M, ALEL LM
GOLONGAN DARAH N : ANTIGEN N, ALEL LN
GOLONGAN DARAH MN : ANTIGEN MN, ALEL LMLN
Genotip Lalat Warna mata
w+w+ Merah tua (lalat normal)
Wcolwcol Merah nyata
wsatwsat satsuma
wcowco Koral (karang)
wwww Anggur
wchwch Buah talok (“cherry”)
wewe Eosin
wblwbl Darah
wawa Aprikot
wbfwbf Kulit penggosok (“buff”)
Ww Putih
Merupakan alel yang dapat
menyebabkan kematian
bagi individu yang
memilikinya.
Kematian yang terjadi pada individu tersebut disebabkan karena tugas gen
aslinya adalah untuk menumbuhkan karakter atau bagian tubuh yang sangat
penting.
Adanya Gen Letal yang menyebabkan pertumbuhkan bagian tubuh terganggu
sehingga menyebabkan individu itu mati (pada masa embrio atau sampai beberapa
waktu sesudah dilahirkan (Subletal)).
Alel letal terjadi pada kejadian HOMOZIGOT.
Keadaan HETEROZIGOT menyebabkan Subletal atau hidup sehat sampai
dewasa.
Alel yang dalam keadaan homozigot resesif menyebabkan
kematian.
Pada keadaan ini individu Heterozigot dapat hidup normat dan
tidak menampakkan kelainan.
Contoh :
1. Tanaman Hijau (Gg) disilangkan dengan sesamanya menghasilkan
Tanaman Hijau (GG dan Gg) dan Tanaman Albino (gg) yang mati
dengan perbandingan 3 : 1
2. Sapi Dexter (Dd) disilangkan dengan Sapi Dexter (Dd)
menghasilkan Sapi Kerry (DD) normal, Sapi Dexter (Dd), dan
Sapi Bulldog (dd) mati, dengan perbandingan 1 : 2 : 1
3. Mexian Hairles
4. Manx Cat
SAPI DEXTER
SAPI KERRY
MEXICAN
HAIRLESS
MANX CAT
Alel yang dalam keadaan Homozigot Dominan dapat
menyebabkan kematian.
Individu dalam keadaan Heterozigot dapat mengalami Subletal
atau dapat hidup sehat hingga dewasa.
Contoh :
Ayam berjambul (Crcr) disilangkan dengan sesamanya
menghasilkan ayam dengan genotipe CRCR dan mati, Ayam
berjambul CRcr, dan Ayam normal crcr, dengan perbandingan
1 : 2 : 1
Interaksi Alel — Alel letal
Alel letal resesif
pada tumbuhan
Alel letal dominan
pada ayam
berjambul
Bab 5 Pola-Pola Hereditas
CONTOH
 Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap b.
Ingat, gen A mengandung pigmen antosianin, gen a tidak
mengandung gen antosianin, gen B lingkungan basa, dan gen
b lingkungan asam.
 Warna merah dihasilkan dari pigmen antosianin dalam
lingkungan asam, sehingga bunga yang berwarna merah
disimbolkan dengan AAbb/Aabb. Jika di dalam plasma tidak
terdapat pigmen antosianin, maka akan terbentuk warna putih
tanpa adanya pengaruh dari lingkungan, sehingga bunga yang
berwarna putih disimbolkan dengan aaBB/aaBb/aabb.
 Ketika bunga warna merah (AAbb) dan bunga warna putih
(aaBB) disilangkan, gen dominan A tidak bertemu dengan gen
dominan A yang lain, begitu juga dengan gen dominan B.
Akibatnya, sifat gen dominan tersebut akan tersembunyi dan F1
menghasilkan warna ungu. Nah, kalau warna ungu ini berasal
dari pigmen antosianin yang berada pada lingkungan yang
bersifat basa.
Epistasis-hipostasis merupakan peristiwa ketika gen yang bersifat
dominan akan menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya.
Gen yang menutupi disebut epistasis, sedangkan gen yang ditutupi
disebut hipostasis.
Epistasis Dominan : Terdapat Gen Dominan yang bersifat Epistasis
(menutupi gen) terhadap gen lain yang tidak se-Alel.
Epistasis Resesif : Terdapat Gen Resesif yang bersifat Epistasis
(menutupi gen) terhadap gen lain yang tidak se-Alel.
Epistasis Dominan Rangkap : Terdapat dua gen Epistasis Gen Dominan
dan pasangan gen I epistasis terhadap pasangan II epistasis yang bukan
alel nya dan Gen Resesif dari pasangan Gen II juga epistasis terhadap
pasangan gen I.
9 : 3 : 4
Komplementer (epistasis resesif rangkap) adalah interaksi antar gen
dominan dengan sifat yang berbeda yang saling melengkapi, sehingga
memunculkan fenotip tertentu. Apabila salah satu gen tidak muncul, maka
sifat yang dimaksud pun tidak akan muncul. Contoh komplementer dapat
ditemukan pada kasus persilangan bunga Lathyrus odoratus yang terdiri dari
gen:
C = membentuk pigmen warna
c = tidak membentuk pigmen warna
P = membentuk enzim pengaktif
p = tidak membentuk enzim pengaktif
Polimeri merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling
menambah). Polimeri terjadi akibat interaksi antara dua gen atau lebih,
sehingga disebut juga sifat gen ganda. Ingat, alel ganda berbeda dengan gen
ganda. Pada alel ganda suatu sifat (karakter) disebabkan oleh kerja satu gen
dengan banyak alel, sedangkan gen ganda dapat menumbuhkan suatu sifat
akibat banyaknya gen yang bekerja sama secara kumulatif. Contoh polimeri
terdapat pada percobaan yang dilakukan oleh H. Nilsson-Ehle (l913)
terhadap biji gandum. Hasil persilangan gandum berbiji merah dengan
gandum berbiji putih akan menghasilkan F1 100% gandum berbiji merah,
tetapi warna merah yang dihasilkan tidak sama dengan warna pada
induknya. Hasil perkawinan sesama F1 akan menghasilkan keturunan F2
dengan perbandingan fenotip merah : putih = 15 : 1. Perhatikan diagram
berikut.
Interaksi genetik terjadi bila dua atau lebih gen mengekspresikan
protein enzim yang mengkatalis langkah-langkah dalam suatu jalur
bersama.
Jalur metabolisme sederhana yang melibatkan enzim yang diekspresikan dari gen
Dalam jalur yang paling sederhana sekalipun biasanya diperlukan
beberapa gen untuk merinci enzim yang terlibat. Setiap metabolit (A,
B, C) dihasilkan oleh kerja katalis berbagai enzim (ex) yang ditentukan
oleh berbagai gen tipe normal (gx).
Interaksi genetik menyebabkan terjadinya peristiwa atavisme,
polimeri, kriptomeri, epistasis dan hipostasis, serta komplementer.
Interaksi ini menyebabkan dihasilkannya rasio yang tidak sesuai
dengan hukum Mendel, namun menunjukkan adanya suatu variasi.
Setiap kromosom mengandung gen
yang tersimpan di tempat khusus yang
disebut lokus. Gen-gen ini dapat
berada pada kromosom yang sama
atau kromosom yang berbeda. Nah,
gen-gen yang berada dalam satu
kromosom homolog yang sama dan
letaknya saling berdekatan ini yang
disebut sebagai pautan gen (gene
linkage).
Akibat letaknya yang saling berdekatan, gen-gen tersebut akan tetap bersama sampai
saat pembentukan gamet (sel kelamin). Pautan dari dua macam gen atau lebih akan
menghasilkan jumlah gamet yang lebih sedikit dibandingkan dengan gen-gen yang
tidak berpautan. Oleh karena itu, keturunan yang dihasilkan akan memiliki
perbandingan fenotip dan genotip yang lebih sedikit pula. Contoh
Persilangan ercis bunga
ungu pollen lonjong (PPLL)
dengan ercis bunga
merah pollen bulat (ppll)
akan menghasilkan
keturunan pertamanya
(F1) yaitu ercis bunga
ungu pollen lonjong (PpLl).
Ketika dilakukan
persilangan kembali pada
antar sesama F1, maka
akan menghasilkan
keturunan (F2) dengan
perbandingan fenotip 3 :
1. Hal ini disebabkan
karena adanya pautan
antara gen P dengan gen
L, serta alelnya yaitu gen
p dengan gen l.
Akibatnya, pada F2 hanya
terbentuk dua macam
gamet, yaitu PL dan pl.
Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa pertukaran
segmen kromatid yang bukan saudaranya (non-sister
chromatids) dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa
pindah silang terjadi saat pembelahan meiosis I, yaitu pada
akhir profase I atau awal metafase I. Pada saat itu, satu
buah kromatid akan membelah menjadi dua. Peristiwa pindah
silang umumnya terjadi pada organisme seperti manusia,
tumbuhan, dan juga hewan.
Peristiwa pindah silang akan menghasilkan keturunan dengan sifat
yang baru. Hal ini disebabkan karena adanya rekombinasi gen, yaitu
penggabungan dari sebagian gen induk jantan dengan sebagian gen
induk betina pada saat proses fertilisasi (pembuahan), sehingga
menghasilkan susunan pasangan gen yang berbeda dari gen-gen
induknya. Kita bisa menghitung nilai persentase rekombinasi dari
hasil terjadinya pindah silang. Caranya, dengan menggunakan rumus
di bawah ini,
CONTOH SOAL
Hasil persilangan antara mangga besar manis (BbMm) dengan mangga
kecil asam (bbmm) memperoleh hasil sebagai berikut:
Besar asam = 150
Besar manis = 750
Kecil manis = 100
Kecil asam = 500
Tentukan nilai pindah silangnya?
Pembahasan:
Diketahui bahwa mangga besar manis dan mangga kecil asam adalah
parental, sedangkan mangga besar asam dan mangga kecil manis
merupakan rekombinan. Jadi, nilai pindah silangnya adalah
Pada pembelahan meiosis, kromosom-kromosom yang telah
mengganda akan ditarik menuju kutub sel oleh benang-benang
spindel yang menempel pada sentromer. Dalam keadaan normal,
kromosom-kromosom tersebut akan berpisah dan menuju ke kutub
sel yang berlawanan. Akan tetapi, terdapat suatu kasus di mana
kromosom mengalami gagal berpisah, sehingga semua kromosom
hanya akan tertarik ke salah satu kutub sel saja. Akibatnya, gamet
yang terbentuk akan mengalami penambahan atau pengurangan
jumlah kromosom.
Gagal Berpisah pada Pembelahan 1 Meiosis
Gagal Berpisah pada Pembelahan 2 Meiosis
 Aneuploidi
Aneuploidi adalah peristiwa perubahan jumlah kromosom yang hanya
terjadi pada pasangan kromosom tertentu. Perubahan jumlah
kromosom ini dapat berupa penambahan jumlah kromosom atau
pengurangan jumlah kromosom. Aneuploidi dibedakan menjadi
beberapa macam berdasarkan perubahan jumlah kromosomnya, di
antaranya monosomi (2n-1), nulisomi (2n-2), trisomi (2n+1), dan
tetrasomi (2n+2). Contoh aneuploidi yang umum terjadi pada manusia
adalah kasus trisomi 13 atau sindrom Patau.
 Euploidi
Euploidi adalah peristiwa perubahan jumlah kromosom yang terjadi
pada seluruh pasangan kromosom. Hal ini menyebabkan jumlah
kromosom individu dengan kasus euploidi akan senilai dengan
kelipatan kromosom haploidnya. Berdasarkan jumlah kelipatan
kromosomnya, euploidi dibedakan menjadi triploid (3n), tetraploid (4n),
pentaploid (5n), dan seterusnya.
Pola Hereditas

More Related Content

What's hot

POLA HEREDITAS (BIOLOGI SMA)
POLA HEREDITAS (BIOLOGI SMA)POLA HEREDITAS (BIOLOGI SMA)
POLA HEREDITAS (BIOLOGI SMA)
REVINA SRI UTAMI,S.Pd
 
Bab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPA
Bab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPABab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPA
Bab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPATezzara Clara Sutjipto
 
Pola pola-hereditas XII IPA
Pola pola-hereditas XII IPAPola pola-hereditas XII IPA
Pola pola-hereditas XII IPA
Husain Anker
 
Pola Pola Hereditas Ismail
Pola Pola Hereditas IsmailPola Pola Hereditas Ismail
Pola Pola Hereditas Ismail
ismail fizh
 
Biologi XII SMA - Semu Mendel
Biologi XII SMA - Semu MendelBiologi XII SMA - Semu Mendel
Biologi XII SMA - Semu Mendel
Hanifah Nisrina C
 
Buku Hereditas
Buku HereditasBuku Hereditas
Buku Hereditas
Sa'datul Ummah
 
Peluang Dalam Pewarisan Sifat
Peluang Dalam Pewarisan SifatPeluang Dalam Pewarisan Sifat
Peluang Dalam Pewarisan Sifat
tundungmemolo
 
Bab 4 hukum hereditas, penerapan - Kelas 3 SMA
Bab 4   hukum hereditas, penerapan - Kelas 3 SMABab 4   hukum hereditas, penerapan - Kelas 3 SMA
Bab 4 hukum hereditas, penerapan - Kelas 3 SMA
State Uiversity Of Medan (UNIMED)
 
Skl 33. penyimpangan semu hukum mendel
Skl 33. penyimpangan semu hukum mendelSkl 33. penyimpangan semu hukum mendel
Skl 33. penyimpangan semu hukum mendel
Herfen Suryati
 
Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)
Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)
Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)
AlImamIslamicSchool
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Hariyatunnisa Ahmad
 
Genetika Mendel
Genetika MendelGenetika Mendel
Genetika Mendelahmaddzul
 
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen LetalGagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
Muhamad Dzaki Albiruni
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Penyimpangan Semu Hukum MendelPenyimpangan Semu Hukum Mendel
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
evarahma70
 
Pola Hereditas
Pola HereditasPola Hereditas
Pola Hereditas
Da Idaa
 
Hukum mendel dan pewarisan sifat
Hukum mendel dan pewarisan sifat Hukum mendel dan pewarisan sifat
Hukum mendel dan pewarisan sifat Riana Suprapti
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifat Pewarisan sifat
Pewarisan sifat
Ajeng Rizki Rahmawati
 

What's hot (20)

POLA HEREDITAS (BIOLOGI SMA)
POLA HEREDITAS (BIOLOGI SMA)POLA HEREDITAS (BIOLOGI SMA)
POLA HEREDITAS (BIOLOGI SMA)
 
Bab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPA
Bab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPABab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPA
Bab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPA
 
Pola pola-hereditas XII IPA
Pola pola-hereditas XII IPAPola pola-hereditas XII IPA
Pola pola-hereditas XII IPA
 
Pola Pola Hereditas Ismail
Pola Pola Hereditas IsmailPola Pola Hereditas Ismail
Pola Pola Hereditas Ismail
 
Biologi XII SMA - Semu Mendel
Biologi XII SMA - Semu MendelBiologi XII SMA - Semu Mendel
Biologi XII SMA - Semu Mendel
 
hereditas
hereditashereditas
hereditas
 
Buku Hereditas
Buku HereditasBuku Hereditas
Buku Hereditas
 
Hereditas
HereditasHereditas
Hereditas
 
Peluang Dalam Pewarisan Sifat
Peluang Dalam Pewarisan SifatPeluang Dalam Pewarisan Sifat
Peluang Dalam Pewarisan Sifat
 
Bab 4 hukum hereditas, penerapan - Kelas 3 SMA
Bab 4   hukum hereditas, penerapan - Kelas 3 SMABab 4   hukum hereditas, penerapan - Kelas 3 SMA
Bab 4 hukum hereditas, penerapan - Kelas 3 SMA
 
Skl 33. penyimpangan semu hukum mendel
Skl 33. penyimpangan semu hukum mendelSkl 33. penyimpangan semu hukum mendel
Skl 33. penyimpangan semu hukum mendel
 
Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)
Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)
Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
 
Genetika Mendel
Genetika MendelGenetika Mendel
Genetika Mendel
 
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen LetalGagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
Gagal Berpisah, Pindah Silang dan Gen Letal
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Penyimpangan Semu Hukum MendelPenyimpangan Semu Hukum Mendel
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
 
Pola Hereditas
Pola HereditasPola Hereditas
Pola Hereditas
 
Hukum mendel dan pewarisan sifat
Hukum mendel dan pewarisan sifat Hukum mendel dan pewarisan sifat
Hukum mendel dan pewarisan sifat
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifat Pewarisan sifat
Pewarisan sifat
 

Similar to Pola Hereditas

Biologi pertumbuhan
Biologi pertumbuhanBiologi pertumbuhan
Biologi pertumbuhan
Aswin Ndraha
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
anik amaliya
 
GENETIKA DAN EVOLUSI.pdf
GENETIKA DAN EVOLUSI.pdfGENETIKA DAN EVOLUSI.pdf
GENETIKA DAN EVOLUSI.pdf
WinengRohmah
 
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptxBab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
NairaParsa
 
Bio bab 5 hereditas
Bio bab 5 hereditasBio bab 5 hereditas
Bio bab 5 hereditas
Habibie El Ramadhani
 
Laporan monohibrida
Laporan monohibridaLaporan monohibrida
Laporan monohibrida
Rizki Putrii
 
pewarisan-sifat ipa biologi 9 smpn negeri ppt
pewarisan-sifat ipa biologi 9 smpn negeri pptpewarisan-sifat ipa biologi 9 smpn negeri ppt
pewarisan-sifat ipa biologi 9 smpn negeri ppt
WukirAsh
 
4._Pertemuan_4_(Genetika_dan_Hereditas)_.pptx
4._Pertemuan_4_(Genetika_dan_Hereditas)_.pptx4._Pertemuan_4_(Genetika_dan_Hereditas)_.pptx
4._Pertemuan_4_(Genetika_dan_Hereditas)_.pptx
1023LeoniRannuMangir
 
GENETIKA DAN EVOLUSI PROVIDED BY PIY WIDIASTARI
GENETIKA DAN EVOLUSI PROVIDED BY PIY WIDIASTARIGENETIKA DAN EVOLUSI PROVIDED BY PIY WIDIASTARI
GENETIKA DAN EVOLUSI PROVIDED BY PIY WIDIASTARI
priankapwuoft2023
 
Pewarisan Sifat
Pewarisan SifatPewarisan Sifat
Pewarisan SifatIsma Jihan
 
Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2farharahma
 
Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2farharahma
 
GENETIKA DAN EVOLUSI.pptx
GENETIKA DAN EVOLUSI.pptxGENETIKA DAN EVOLUSI.pptx
GENETIKA DAN EVOLUSI.pptx
KhalifahRizqiyah
 
Genetika Dasar.ppt
Genetika Dasar.pptGenetika Dasar.ppt
Genetika Dasar.ppt
ssuserbda8a2
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
Nur Muhammad Romdhoni
 
Buku xii bab 4 (Pewarisan Sifat)
Buku xii bab 4 (Pewarisan Sifat)Buku xii bab 4 (Pewarisan Sifat)
Buku xii bab 4 (Pewarisan Sifat)
Muhamad Toha
 
PERSILANGAN MONOHIBRIDA.pptx
PERSILANGAN MONOHIBRIDA.pptxPERSILANGAN MONOHIBRIDA.pptx
PERSILANGAN MONOHIBRIDA.pptx
TaufikMunkinaza
 
Pewarisan Sifat.pdf
Pewarisan Sifat.pdfPewarisan Sifat.pdf
Pewarisan Sifat.pdf
RetnoEvriyunita
 
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptxBAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
XIISMANSADAIPS
 
GENETIKA KELAS 9 SMP
GENETIKA KELAS 9 SMPGENETIKA KELAS 9 SMP
GENETIKA KELAS 9 SMP
Awanda Gita
 

Similar to Pola Hereditas (20)

Biologi pertumbuhan
Biologi pertumbuhanBiologi pertumbuhan
Biologi pertumbuhan
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
 
GENETIKA DAN EVOLUSI.pdf
GENETIKA DAN EVOLUSI.pdfGENETIKA DAN EVOLUSI.pdf
GENETIKA DAN EVOLUSI.pdf
 
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptxBab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
 
Bio bab 5 hereditas
Bio bab 5 hereditasBio bab 5 hereditas
Bio bab 5 hereditas
 
Laporan monohibrida
Laporan monohibridaLaporan monohibrida
Laporan monohibrida
 
pewarisan-sifat ipa biologi 9 smpn negeri ppt
pewarisan-sifat ipa biologi 9 smpn negeri pptpewarisan-sifat ipa biologi 9 smpn negeri ppt
pewarisan-sifat ipa biologi 9 smpn negeri ppt
 
4._Pertemuan_4_(Genetika_dan_Hereditas)_.pptx
4._Pertemuan_4_(Genetika_dan_Hereditas)_.pptx4._Pertemuan_4_(Genetika_dan_Hereditas)_.pptx
4._Pertemuan_4_(Genetika_dan_Hereditas)_.pptx
 
GENETIKA DAN EVOLUSI PROVIDED BY PIY WIDIASTARI
GENETIKA DAN EVOLUSI PROVIDED BY PIY WIDIASTARIGENETIKA DAN EVOLUSI PROVIDED BY PIY WIDIASTARI
GENETIKA DAN EVOLUSI PROVIDED BY PIY WIDIASTARI
 
Pewarisan Sifat
Pewarisan SifatPewarisan Sifat
Pewarisan Sifat
 
Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2
 
Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2
 
GENETIKA DAN EVOLUSI.pptx
GENETIKA DAN EVOLUSI.pptxGENETIKA DAN EVOLUSI.pptx
GENETIKA DAN EVOLUSI.pptx
 
Genetika Dasar.ppt
Genetika Dasar.pptGenetika Dasar.ppt
Genetika Dasar.ppt
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
 
Buku xii bab 4 (Pewarisan Sifat)
Buku xii bab 4 (Pewarisan Sifat)Buku xii bab 4 (Pewarisan Sifat)
Buku xii bab 4 (Pewarisan Sifat)
 
PERSILANGAN MONOHIBRIDA.pptx
PERSILANGAN MONOHIBRIDA.pptxPERSILANGAN MONOHIBRIDA.pptx
PERSILANGAN MONOHIBRIDA.pptx
 
Pewarisan Sifat.pdf
Pewarisan Sifat.pdfPewarisan Sifat.pdf
Pewarisan Sifat.pdf
 
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptxBAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
 
GENETIKA KELAS 9 SMP
GENETIKA KELAS 9 SMPGENETIKA KELAS 9 SMP
GENETIKA KELAS 9 SMP
 

Recently uploaded

Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 

Recently uploaded (8)

Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 

Pola Hereditas

  • 2. Pewarisan Sifat Variasi pada organisme Diturunkan ke generasi berikutnya Gen Disusun Oleh : Wina Isnaini Suci Sri R Pratiwi Rahmawati Anggi A Andriana Surya Ikhsan
  • 4. Gen merupakan faktor penurunan sifat dari induk kepada anaknya. Gen terletak pada kromosom secara teratur dalam satu deretan dan lurus berurutan.
  • 5.  Mengandung Informasi Genetika  Dapat Menduplikasi diri Pada Peristiwa Pembelahan Sel  Setiap Gen Memiliki Tugas dan Fungsi Tertentu  Sifat Gen di Tentukan Oleh Kombinasi Basa Nitrogennya
  • 6. • Rekon, yaitu komponen yang lebih kecil dari gen dan terdiri atas satu atau dua pasang nukleotida. • Muton, yaitu komponen yang lebih besar dari rekon dan terdiri atas satu atau dua pasang nukleotida. • Sistron, yaitu komponen yang terdiri atas ratusan nukleotida.
  • 7.  Berdasarkan sifatnya, gen terbagi menjadi tiga:  Gen dominan dengan ekspresi kuat yang dilambangkan dengan huruf besar.  Gen setengah dominan dengan ekspresi di antara gen dominan dan resesif.  Gen resesif dengan ekspresi lemah yang dilambangkan dengan huruf kecil.  Berdasarkan perannya, gen terbagi menjadi dua:  Gen struktural yang mengode protein (enzim) dengan ekspresi yang dikendalikan gen regulator.  Gen regulator yang mengatur ekspresi gen struktural. Ada Berapa Tipe Gen di dunia ini?
  • 8. Fungsi gen: Sebagai zarah (partikel) tersendiri dalam kromosom. Membawa informasi genetik dari generasi ke generasi. Mengatur proses metabolisme dan perkembangan pada organisme. Sifat gen: Mengandung materi genetik dan dapat menduplikasikan diri. Setiap gen memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ditentukan oleh kombinasi basa nitrogennya.
  • 9. Alel adalah pasangan gen yang terletak dalam lokus yang bersesuaian pada kromosom homolog dengan tugas yang sama atau berlawanan untuk suatu sifat tertentu. Susunan gen dan alelnya dalam kromosom homolog disebut genotipe.
  • 10.  Alel tunggal, yaitu gen yang hanya memiliki satu gen sealel sehingga hanya muncul satu sifat saja. Contoh: gen A untuk pigmentasi kulit dan gen a tidak menghasilkan pigmentasi kulit.  Alel ganda, yaitu gen yang memiliki lebih dari dua pasang gen sealel dan menempati lokus yang sama. Pada alel ini, yang akan muncul adalah beberapa sifat. Contoh: golongan darah sistem ABO pada manusia.
  • 11.
  • 12. Ada tiga kemungkinan genotipe yang dapat ia miliki, yaitu:  Genotipe homozigot dominan, dengan pasangan alel terdiri atas dua gen dominan. Contoh: AA  Genotipe homozigot resesif, dengan pasangan alel terdiri atas dua gen resesif. Contoh: aa  Genotipe heterozigot, dengan pasangan alel terdiri atas dua gen berbeda, yaitu satu dominan dengan satu resesif. Contoh: Aa Pewarisan Sifat : Genotipe
  • 13. Pewarisan Sifat : Istilah Pent
  • 14. Pewarisan Sifat : Istilah Pent
  • 15. Bapak pendiri Genetika Gregor Johann Mendel (1822-1884) Hukum pewarisan Mendel Percobaan pada tanaman ercis
  • 16. Percobaan Mendel Gregor Johann Mendel menyilangkan tanaman ercis (Pisum sativum). Alasan digunakan tanaman ercis 1. Sifat-sifat yang dapat dibedakan secara kontras. 2. Dapat melakukan penyerbukan sendiri (autogami) maupun silang. 3. Mudah dilindungi dari gangguan dalam proses fertilisasi. 4. Cepat menghasilkan keturunan. 5. Memiliki keturunan yang banyak.
  • 17. Tinggi adalah dominan terhadap pendek. Sifat tinggi diberi simbol T. Sifat pendek diberi simbol t. Gen T berpasangan dengan gen t. Heterozigot dinyatakan dengan huruf gen dominan terlebih dahulu misalnya Tt. Sifat fenotipe merupakan sifat yang tampak dari luar. Sifat yang muncul adalah sifat dominan, yaitu sifat tinggi.
  • 18. P (induk) : Tanaman tinggi >< Tanaman pendek Genotipe : TT >< tt Gamet : T t F1 : Tt Fenotipe : 100% tanaman tinggi Eksperimen Mendel yang pertama F1 >< F1 P (induk) : Tinggi >< Tinggi Genotipe : Tt >< Tt Gamet : T t T t Genotipe F2 : TT : Tt : tt Fenotipe F2 : Tinggi : Pendek : 3 : 1
  • 19. 1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Hukum Segregasi secara Bebas (Independent Segregation) / Hukum I Mendel. 2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari induk jantan dan satu dari induk betina. 3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Alel resesif yang tidak terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk. HUKUM MENDEL
  • 20. Persilangan 1. Persilangan Monohibrid Persilangan dengan satu sifat beda 1) Persilangan Monohibrid Dominan Penuh P (induk) : Bunga merah >< Bunga putih Genotipe : MM >< mm F1 : Mm, Mm, Mm, Mm Fenotipe : 100% tanaman merah Warna putih tidak muncul pada F1 (merah dominan terhadap putih).
  • 21. M m M MM (Merah) Mm (Merah) m Mm (Merah) mm (Putih) F1 (Mm) disilangkan dengan sesamanya P (induk) : Bunga merah >< Bunga merah Genotipe : Mm >< Mm
  • 22. Persilangan Monohibrid Dominan Tidak Penuh Intermediet  sifat yang berada di antara sifat dominan dan resesif akibat adanya dominansi tidak sempurna. P (induk) : Merah >< Putih Genotipe : MM >< mm Macam gamet : M m Genotipe F1 : Mm Fenotipe F1 : Merah muda F1 >< F1 Mm >< Mm Fenotipe : Merah muda >< Merah muda Genotipe F1 : Mm Mm Macam gamet : M & m M & m Genotipe F2 : MM : Mm : mm Fenotipe F2 : Merah : Merah muda : Putih 1 : 2 : 1
  • 23. Persilangan Dihibrid Induk (P) : TTHH >< tthh Fenotipe : Tinggi, halus Pendek, kisut Gamet : TH th F1 : TtHh Tinggi, halus F1 >< F1 : TtHh >< TtHh Tinggi, halus Tinggi, halus Gamet : TH TH Th Th tH tH th th Persilangan dengan dua sifat beda.
  • 24. TTHH TTHh TtHH TtHh TTHh TThh TtHh Tthh TtHH TtHh ttHH ttHh TtHh Tthh ttHh tthh Tinggi halus Tinggi halus Tinggi halus Tinggi halus Tinggi halus Tinggi kisut Tinggi halus Tinggi kisut Tinggi halus Tinggi halus Pendek halus Pendek halus Tinggi halus Tinggi kisut Pendek halus Pendek kisut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16 Hasil F2: Hasil Persilangan Dihibrid Berlaku hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel yang dikenal juga sebagai Hukum Kedua Mendel. Tinggi kisut dan pendek halus merupakan genotipe yang tidak dimiliki oleh kedua induk. Sifat ini muncul akibat persatuan genotipe kedua induk yang homozigot. Tinggi halus: 9 Pendek halus: 3 Tinggi kisut: 3 Pendek kisut: 1
  • 25. Hukum berpasangan secara bebas Hukum II Mendel 1. Setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain. 2. Hukum Mendel 2 ini juga tidak berlaku untuk persilangan monohibrid. Melainkan persilangan pada dihibrid atau polihibrid.
  • 26. { Contoh lain persilangan dihibrid Jelaskan persilangan dihibrid pada gambar di samping ini
  • 27. Testcross (uji silang) Testcross adalah persilangan antara suatu individu yang tidak diketahui genotipnya dengan induk yang genotipnya homozigot resesif. Testcross dapat dilakukan dengan individu yang bukan induknya , dengan syarat genotifnya diketahui homozigot resesif . Tujuan Testcross 1. Jika hasil keturunannya mununjukkan fenotipe dominan, apakah bergenotipe homozigot atau heterozigot. Misal, Jika hasil keturunannya menunjukkan hasil yang sama 100% maka genotipe individu tersebut adalah dominan homozigot. Sedangkan jika sifat keturunan yang berbeda-beda maka genotipe individu tersebut adalah dominan heterozigot. 2. Mengetahui berapa macam gamet yang dihasilkan oleh suatu individu yang genotipe nya di pertanyakan.
  • 28. Contoh penyilangan Testcross pada Monohibrid antara biji bulat yang diuji silang dengan induk resesif menghasilkan 50 % biji bulat dan 50% biji keriput, biji bulat merupakan heterozigot, tetapi jika 100 % biji bulat maka biji bulat tersebut merupakan homozigot Testcross monohibrid
  • 29. Testcross pada Persilangan Dihibrid Tanaman yang diuji (dicari Genotipe) Tinggi, Biji Keriput (Genotipe ?) Testcross Tinggi, biji keriput X pendek, biji keriput (Ttbb atau TTbb ?) ( ttbb) Keturunan yang dihasilkan (kemung- kinannya) Hasil 1 1. tinggi, biji keriput (Ttbb) = 1 bagian (50%) 2. pendek,biji keriput (ttbb) = 1 bagian (50%) Hasil 2 Semua (100%) keturunan adalah tinggi biji keriput ( Ttbb )
  • 30. Backcross adalah menyilangkan kembali keturunan dengan salah satu induknya. Tujuan Backcross adalah untuk mendapatkan kembali individu yang bergalur murni (yang bergenotipe homozigot resesif atau homozigot dominan Backcross menghasilkan progeni, yaitu keturunan yang berasal dari sumber yang sama. CONTOH
  • 31.
  • 32. Penyilangan Resiprok adalah persilangan ulang dengan jenis kelamin yang dipertukarkan. Misalnya pada perkawinan monohibrid tanaman jantannya berbiji bulat, sedangkan tanaman betinanya berbiji keriput, maka perkawinan resiproknya adalah tanaman jantannya berbiji keriput dan tanaman wanitanya berbiji bulat. Persilangan ini tidak akan mempengaruhi hasil persilangan mendel. Karena gen-gen yang dipilih Mendel adalah gen-gen yang tidak tertaut kelamin.
  • 33. Jumlah macam gamet yang dihasilkan oleh individu dapat dihitung menggunakan rumus 2n, dengan n adalah jumlah pasangan alel heterozigot yang bebas memisah. Macam gamet dapat diketahui dengan menggunakan diagram anak garpu. Langkah mencari gamet : • Alel homozigot dituliskan secara terpisah, sedangkan alel homozigot dituliskan salah satu saja. • Garis penghubung untuk alel heterozigot dibuat bercabang sedangkan alel homozigot dibuat lurus Contoh
  • 34. Individu bergenotipe AaBbCC memiliki jumlah pasangan 2 alel heterozigot, yaitu Aa dan Bb. Jumlah macam gamet adalah 22 atau 4 jenis. Macam gamet dapat ditentukan dengan diagram anak garpu (Bracket) sbb. A a B b B b C C C C ABC AbC aBC abC
  • 35.
  • 36.
  • 37. Hukum I dan II Mendel pada persilangan monohibrid heterozigot akan menghasilkan perbandingan fenotip 3 : 1, sedangkan persilangan dihibrid heterozigot menghasilkan perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1. Pada kenyataannya, kebanyakan sifat yang diturunkan dari induk (orang tua) kepada keturunannya (anak) tidak dapat dianalisis dengan cara Mendel yang sederhana. Misalnya persilangan monohibrid yang menghasilkan perbandingan fenotip 1:2:1 dan persilangan dihibrid yang menghasilkan perbandingan 12 : 3 : 1, 9 : 7, atau 15 : 1. Semua hasil tersebut tidak sesuai dengan hukum Mendel. Akan tetapi, jika diperhatikan angka-angka yang dihasilkan merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Oleh karenanya peristiwa ini disebut penyimpangan semu hukum Mendel. Penyimpangan ini terjadi karena interaksi antar alel dan genetik.
  • 38.
  • 39. Hukum mendel I dan II dengan satu sifat beda menghasilkan perbandingan fenotip 3 : 1 dan perbandingan genotip 1 : 2 : 1 Pada kenyataannya, kebanyakan sifat yang diturunkan dari induk kepada anaknya tidak dapat dianalisis dengan cara Mendel yang sederhana Interaksi alel dan pengaruh dari gen-gen lain serta keadaan lingkungan dapat merubah fenotip. Namun dalam hal ini, hukum Mendel (I dan II) masih dapat dioperasikan
  • 40. Pada dominansi tidak sempurna, alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif sepenuhnya. Akibatnya, individu yang heterozigot memiliki sifat yang setengah dominan dan setengah resesif. Misalnya, tanaman bunga Snapdragoti (Antirrhinum) merah disilangkan dengan tanaman Snapdragoti putih. Ternyata menghasilkan anakan dengan bunga merah muda. Hasil persilangan sesama tanaman berbunga merah muda menghasilkan rasio keturunan % merah, ^ merah muda, dan ^ putih. Demikian pula hasil uji silang (testcross) menunjukkan hasil 50% merah muda dan 50% putih, sedangkan persilangan balik (backcross) menghasilkan 50% merah dan 50% merah muda. Perhatikan diagram persilangan dominansi tidak sempurna berikut.
  • 41.
  • 42. Alel – alel yang tidak memiliki hubungan dominan dan resesif. Suatu gen memiliki lebih dari dua alel. Terbentuk akibat terjadinya mutasi pada gen yang sama. Setiap alel mampu dalam derajat tertentu berekspresi bila dalam kondisi heterozigot. Dua alel suatu gen yang menghasilkan hasil hibrid yang berbeda, dengan alel yang satu tidak dipengaruhi oleh alel lain. CONTOH : 1. GOLONGAN DARAH SISTEM ABO 2. WARNA KULIT SAPI 3. WARNA BULU AYAM
  • 43. DUA ALEL SUATU GEN YANG MENGHASILKAN HASIL HIBRID YANG BERBEDA, DENGAN ALEL YANG SATU TIDAK DIPENGARUHI OLEH ALEL LAIN CONTOH : 1. GOLONGAN DARAH SISTEM ABO 2. WARNA KULIT SAPI 3. WARNA BULU AYAM
  • 44. SAPI MERAH SAPI PUTIH SAPI ROAN
  • 45.
  • 46. PADA LOKUS YANG SAMA DAPAT DITEMPATI OLEH LEBIH DARI SATU ALEL TERJADINYA MUTASI MENIMBULKAN BANYAK VARIASI ALEL. CONTOH : 1. WARNA RAMBUT KELINCI 2. GOLONGAN DARAH ABO, SISTEM MN, DAN RHESUS 3. WARNA MATA MERAH Drosophila sp.
  • 47. SISTEM-SISTEM GENETIK YANG SELAMA INI DIKENAL DIBATASI HANYA SAMPAI PADA SATU PASANG ALEL JUMLAH ALEL MAKSIMUM PADA SUATU LOKUS GEN YANG DIPUNYAI SETIAP INDIVIDU ADALAH DUA, YANG MASING-MASING BERADA PADA KROMOSOM HOMOLOG JIKA TERDAPAT LEBIH DARI DUA ALEL DALAM SUATU LOKUS DISEBUT ALEL GANDA
  • 48. Alel Ganda Pada Bulu Kelin
  • 49. Interaksi Alel — Alel ganda Alel ganda pada kelinci yang mempengaruhi warna bulu Bab 5 Pola-Pola Hereditas
  • 50. GEN WARNA BULU UTUH DIEKSPRESIKAN SETIAP SAAT TERJADI PERSILANGAN GEN WARNA BULU DITENTUKAN OLEH BEBERAPA SERI ALEL GANDA TERDAPAT 4 KOMBINASI GEN, YAITU C-C, C-cCH, C- cH, c-c GEN C DOMINAN TERHADAP GEN RESEIF c UNTUK ALBINO
  • 51. WARNA RAMBUT PADA TUBUH PUTIH, KECUALI PADA UJUNG- UJUNG KEEMPAT KAKI, TELINGA, HIDUNG DAN EKOR YANG BERWARNA HITAM JENIS KELINCI INI DISEBUT HIMALAYA GEN cH DOMINAN TERHADAP GEN c (ALBINO) NAMUN RESESIF TERHADAP GEN WARNA LENGKAP
  • 52. WARNA RAMBUT ABU- ABU PERAK KARENA KEHILANGAN PIGMEN KUNING DISEBUT WARNA CHINCILLA GEN cch RESESIF TERHADAP RAMBUT WARNA LENGKAP, TETAPI DOMINAN TERHADAP HIMALAYA DAN ALBINO
  • 53. FENOTIPE DAN GENOTIPE WARNA KULIT KELINCI FENOTIP GENOTIP WARNA ABU-ABU CC, Ccch,Cch,Cc CHINCILLA (ABU-ABU PERAK) cchcch, ABU-ABU MUDA cchch, cchc HIMALAYA (KAKI HITAM) chch, chc ALBINO cc
  • 54. Phenotype (blood group) Genotypes antigens on red blood cells plasma antibodies A IAIA, IAIO A anti-B B IBIB, IBIO B anti-A AB IAIB A and B none O IOIO none anti-A and anti-B
  • 55. KETERANGAN: GOLONGAN DARAH M : ANTIGEN M, ALEL LM GOLONGAN DARAH N : ANTIGEN N, ALEL LN GOLONGAN DARAH MN : ANTIGEN MN, ALEL LMLN
  • 56.
  • 57.
  • 58. Genotip Lalat Warna mata w+w+ Merah tua (lalat normal) Wcolwcol Merah nyata wsatwsat satsuma wcowco Koral (karang) wwww Anggur wchwch Buah talok (“cherry”) wewe Eosin wblwbl Darah wawa Aprikot wbfwbf Kulit penggosok (“buff”) Ww Putih
  • 59. Merupakan alel yang dapat menyebabkan kematian bagi individu yang memilikinya. Kematian yang terjadi pada individu tersebut disebabkan karena tugas gen aslinya adalah untuk menumbuhkan karakter atau bagian tubuh yang sangat penting. Adanya Gen Letal yang menyebabkan pertumbuhkan bagian tubuh terganggu sehingga menyebabkan individu itu mati (pada masa embrio atau sampai beberapa waktu sesudah dilahirkan (Subletal)). Alel letal terjadi pada kejadian HOMOZIGOT. Keadaan HETEROZIGOT menyebabkan Subletal atau hidup sehat sampai dewasa.
  • 60. Alel yang dalam keadaan homozigot resesif menyebabkan kematian. Pada keadaan ini individu Heterozigot dapat hidup normat dan tidak menampakkan kelainan. Contoh : 1. Tanaman Hijau (Gg) disilangkan dengan sesamanya menghasilkan Tanaman Hijau (GG dan Gg) dan Tanaman Albino (gg) yang mati dengan perbandingan 3 : 1 2. Sapi Dexter (Dd) disilangkan dengan Sapi Dexter (Dd) menghasilkan Sapi Kerry (DD) normal, Sapi Dexter (Dd), dan Sapi Bulldog (dd) mati, dengan perbandingan 1 : 2 : 1 3. Mexian Hairles 4. Manx Cat
  • 65. Alel yang dalam keadaan Homozigot Dominan dapat menyebabkan kematian. Individu dalam keadaan Heterozigot dapat mengalami Subletal atau dapat hidup sehat hingga dewasa. Contoh : Ayam berjambul (Crcr) disilangkan dengan sesamanya menghasilkan ayam dengan genotipe CRCR dan mati, Ayam berjambul CRcr, dan Ayam normal crcr, dengan perbandingan 1 : 2 : 1
  • 66.
  • 67. Interaksi Alel — Alel letal Alel letal resesif pada tumbuhan Alel letal dominan pada ayam berjambul Bab 5 Pola-Pola Hereditas
  • 68.
  • 70.
  • 71.
  • 72.
  • 73.  Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap b. Ingat, gen A mengandung pigmen antosianin, gen a tidak mengandung gen antosianin, gen B lingkungan basa, dan gen b lingkungan asam.  Warna merah dihasilkan dari pigmen antosianin dalam lingkungan asam, sehingga bunga yang berwarna merah disimbolkan dengan AAbb/Aabb. Jika di dalam plasma tidak terdapat pigmen antosianin, maka akan terbentuk warna putih tanpa adanya pengaruh dari lingkungan, sehingga bunga yang berwarna putih disimbolkan dengan aaBB/aaBb/aabb.  Ketika bunga warna merah (AAbb) dan bunga warna putih (aaBB) disilangkan, gen dominan A tidak bertemu dengan gen dominan A yang lain, begitu juga dengan gen dominan B. Akibatnya, sifat gen dominan tersebut akan tersembunyi dan F1 menghasilkan warna ungu. Nah, kalau warna ungu ini berasal dari pigmen antosianin yang berada pada lingkungan yang bersifat basa.
  • 74. Epistasis-hipostasis merupakan peristiwa ketika gen yang bersifat dominan akan menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis, sedangkan gen yang ditutupi disebut hipostasis. Epistasis Dominan : Terdapat Gen Dominan yang bersifat Epistasis (menutupi gen) terhadap gen lain yang tidak se-Alel. Epistasis Resesif : Terdapat Gen Resesif yang bersifat Epistasis (menutupi gen) terhadap gen lain yang tidak se-Alel. Epistasis Dominan Rangkap : Terdapat dua gen Epistasis Gen Dominan dan pasangan gen I epistasis terhadap pasangan II epistasis yang bukan alel nya dan Gen Resesif dari pasangan Gen II juga epistasis terhadap pasangan gen I.
  • 75.
  • 76. 9 : 3 : 4
  • 77.
  • 78. Komplementer (epistasis resesif rangkap) adalah interaksi antar gen dominan dengan sifat yang berbeda yang saling melengkapi, sehingga memunculkan fenotip tertentu. Apabila salah satu gen tidak muncul, maka sifat yang dimaksud pun tidak akan muncul. Contoh komplementer dapat ditemukan pada kasus persilangan bunga Lathyrus odoratus yang terdiri dari gen: C = membentuk pigmen warna c = tidak membentuk pigmen warna P = membentuk enzim pengaktif p = tidak membentuk enzim pengaktif
  • 79.
  • 80. Polimeri merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling menambah). Polimeri terjadi akibat interaksi antara dua gen atau lebih, sehingga disebut juga sifat gen ganda. Ingat, alel ganda berbeda dengan gen ganda. Pada alel ganda suatu sifat (karakter) disebabkan oleh kerja satu gen dengan banyak alel, sedangkan gen ganda dapat menumbuhkan suatu sifat akibat banyaknya gen yang bekerja sama secara kumulatif. Contoh polimeri terdapat pada percobaan yang dilakukan oleh H. Nilsson-Ehle (l913) terhadap biji gandum. Hasil persilangan gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih akan menghasilkan F1 100% gandum berbiji merah, tetapi warna merah yang dihasilkan tidak sama dengan warna pada induknya. Hasil perkawinan sesama F1 akan menghasilkan keturunan F2 dengan perbandingan fenotip merah : putih = 15 : 1. Perhatikan diagram berikut.
  • 81.
  • 82. Interaksi genetik terjadi bila dua atau lebih gen mengekspresikan protein enzim yang mengkatalis langkah-langkah dalam suatu jalur bersama. Jalur metabolisme sederhana yang melibatkan enzim yang diekspresikan dari gen
  • 83. Dalam jalur yang paling sederhana sekalipun biasanya diperlukan beberapa gen untuk merinci enzim yang terlibat. Setiap metabolit (A, B, C) dihasilkan oleh kerja katalis berbagai enzim (ex) yang ditentukan oleh berbagai gen tipe normal (gx). Interaksi genetik menyebabkan terjadinya peristiwa atavisme, polimeri, kriptomeri, epistasis dan hipostasis, serta komplementer. Interaksi ini menyebabkan dihasilkannya rasio yang tidak sesuai dengan hukum Mendel, namun menunjukkan adanya suatu variasi.
  • 84.
  • 85. Setiap kromosom mengandung gen yang tersimpan di tempat khusus yang disebut lokus. Gen-gen ini dapat berada pada kromosom yang sama atau kromosom yang berbeda. Nah, gen-gen yang berada dalam satu kromosom homolog yang sama dan letaknya saling berdekatan ini yang disebut sebagai pautan gen (gene linkage).
  • 86. Akibat letaknya yang saling berdekatan, gen-gen tersebut akan tetap bersama sampai saat pembentukan gamet (sel kelamin). Pautan dari dua macam gen atau lebih akan menghasilkan jumlah gamet yang lebih sedikit dibandingkan dengan gen-gen yang tidak berpautan. Oleh karena itu, keturunan yang dihasilkan akan memiliki perbandingan fenotip dan genotip yang lebih sedikit pula. Contoh
  • 87. Persilangan ercis bunga ungu pollen lonjong (PPLL) dengan ercis bunga merah pollen bulat (ppll) akan menghasilkan keturunan pertamanya (F1) yaitu ercis bunga ungu pollen lonjong (PpLl). Ketika dilakukan persilangan kembali pada antar sesama F1, maka akan menghasilkan keturunan (F2) dengan perbandingan fenotip 3 : 1. Hal ini disebabkan karena adanya pautan antara gen P dengan gen L, serta alelnya yaitu gen p dengan gen l. Akibatnya, pada F2 hanya terbentuk dua macam gamet, yaitu PL dan pl.
  • 88. Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa pertukaran segmen kromatid yang bukan saudaranya (non-sister chromatids) dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa pindah silang terjadi saat pembelahan meiosis I, yaitu pada akhir profase I atau awal metafase I. Pada saat itu, satu buah kromatid akan membelah menjadi dua. Peristiwa pindah silang umumnya terjadi pada organisme seperti manusia, tumbuhan, dan juga hewan.
  • 89.
  • 90. Peristiwa pindah silang akan menghasilkan keturunan dengan sifat yang baru. Hal ini disebabkan karena adanya rekombinasi gen, yaitu penggabungan dari sebagian gen induk jantan dengan sebagian gen induk betina pada saat proses fertilisasi (pembuahan), sehingga menghasilkan susunan pasangan gen yang berbeda dari gen-gen induknya. Kita bisa menghitung nilai persentase rekombinasi dari hasil terjadinya pindah silang. Caranya, dengan menggunakan rumus di bawah ini, CONTOH SOAL
  • 91. Hasil persilangan antara mangga besar manis (BbMm) dengan mangga kecil asam (bbmm) memperoleh hasil sebagai berikut: Besar asam = 150 Besar manis = 750 Kecil manis = 100 Kecil asam = 500 Tentukan nilai pindah silangnya? Pembahasan: Diketahui bahwa mangga besar manis dan mangga kecil asam adalah parental, sedangkan mangga besar asam dan mangga kecil manis merupakan rekombinan. Jadi, nilai pindah silangnya adalah
  • 92. Pada pembelahan meiosis, kromosom-kromosom yang telah mengganda akan ditarik menuju kutub sel oleh benang-benang spindel yang menempel pada sentromer. Dalam keadaan normal, kromosom-kromosom tersebut akan berpisah dan menuju ke kutub sel yang berlawanan. Akan tetapi, terdapat suatu kasus di mana kromosom mengalami gagal berpisah, sehingga semua kromosom hanya akan tertarik ke salah satu kutub sel saja. Akibatnya, gamet yang terbentuk akan mengalami penambahan atau pengurangan jumlah kromosom. Gagal Berpisah pada Pembelahan 1 Meiosis Gagal Berpisah pada Pembelahan 2 Meiosis
  • 93.  Aneuploidi Aneuploidi adalah peristiwa perubahan jumlah kromosom yang hanya terjadi pada pasangan kromosom tertentu. Perubahan jumlah kromosom ini dapat berupa penambahan jumlah kromosom atau pengurangan jumlah kromosom. Aneuploidi dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan perubahan jumlah kromosomnya, di antaranya monosomi (2n-1), nulisomi (2n-2), trisomi (2n+1), dan tetrasomi (2n+2). Contoh aneuploidi yang umum terjadi pada manusia adalah kasus trisomi 13 atau sindrom Patau.  Euploidi Euploidi adalah peristiwa perubahan jumlah kromosom yang terjadi pada seluruh pasangan kromosom. Hal ini menyebabkan jumlah kromosom individu dengan kasus euploidi akan senilai dengan kelipatan kromosom haploidnya. Berdasarkan jumlah kelipatan kromosomnya, euploidi dibedakan menjadi triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), dan seterusnya.