Dokumen tersebut membahas tentang peraturan perundang-undangan nasional Indonesia, mulai dari kedudukan UUD 1945, tata urutan perundang-undangan, proses penyusunan peraturan, lembaga-lembaga terkait, dan upaya pemberantasan korupsi.
Secara embrionik Konsep negara hukum digagas oleh PLATO dalam bukunya NOMOI yang mengemukakan bahwa Penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan hukum yang baik
Konsep ini kemudian didukung oleh muridnya ARISTOTELES dalam bukunya Politica yang menyatakan bahwa suatu negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasana, pengesahan atau penetapan dan pengundangan.
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
Secara embrionik Konsep negara hukum digagas oleh PLATO dalam bukunya NOMOI yang mengemukakan bahwa Penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan hukum yang baik
Konsep ini kemudian didukung oleh muridnya ARISTOTELES dalam bukunya Politica yang menyatakan bahwa suatu negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasana, pengesahan atau penetapan dan pengundangan.
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. 1. Kedudukan UUD 1945 dalam sistem peraturan
perundang-undangan
Secara hirarkis kedudukan UUD 1945 lebih tinggi
dibandingkan dengan perundan-undangan lainnya. Hal
ini ditetapkan dalam TAP MPRS No. XX/MPRS/1966
tentang memorandum DPR-GR mengenai sumber tertib
hukum RI dan tata urutan perundang-undangan RI.
3. TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN RI
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang (UU)
4. Peraturan Pemerintah(PP)
5. Keputusan presiden (kepres)
6. Peraturan pelaksanaan lainnya
4. TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN RI
Kemudian di ganti dengan TAP MPR NO. III/MPR/2000
tentang sumber tertib hukum RI dan tata urutan perundang-
undangan
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang (UU)
4. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang(Perpu)
5. Peraturan Pemerintah(PP)
6. Keputusan presiden (kepres)
7. Peraturan Daerah (Perda)
5. TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN RI
Kemudian di ganti dengan UU No. 10 Tahun 2004
berdasarkan pasal 7 ayat 1 UU no. 10 tahun 2004,
menjadi :
1. UUD 1945
2. Undang-Undang (UU)
3. Peraturan Pemerintah(PP)
4. Keputusan presiden (kepres)
5. Peraturan Daerah (Perda)
6. Pentingnya Peraturan Perundang-
undangan bagi warga Negara
a. Menjamin hak dan kewajiban warga negara
b. Memberi kepastian hukum
c. Menjamin keadilan dan rasa aman
d. Mewujudkan ketertiban dan ketentraman
e. Mewujudkan kesejahteraan
7. PROSES PENYUSUNAN PERUNDANG-
UNDANGAN NASIOANAL
1. HAKIKAT
CIRI-CIRINYA :
a. DIKELUARKAN OLEH PIHAK BERWENANG
b. ISINYA MENGIKAT SELURUH WARGA NEGARA
c. SIFATNYA NORMATIF
8. LANDASAN FILOSOFI, SOSIOLOGIS DAN
YURIDIS
1. FILOSOFIS, peraturan yang dibuat harus berdaarkan
nilai-nilai filosofis negara, yaitu pancasila
2. SOSIOLOGIS, hukum yang dibuat harus sesuai
dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat
3. YURIDIS, penyusunan peraturan harus mengikuti
prosedur dan aturan tertentu, ada kewenangan yg
membuat, ada kesesuai, mengikuti prosedur, dan
tidak bertentangan dengan undang-undang yg lebih
tinggi.
9. Pedomana Penyusunan UU
a. Berdasarkan peraturan perundang undangan
b. Hanya peraturan tertentu yg menjadi dasar yuridis
c. Peraturan dapat di ubah/dicaabut oleh peraturan yg
sederajat/lebih tinggi
d. Peraturan yg baru mengganti peraturan yg lama
e. Peraturan yg lebih tinggi mengenyampingkan
peraturan yg lebih rendah
f. Peraturan yg khusus mengenyampingkan peraturan
umum
g. Setiap peraturan materi berbeda
10. Proses Penyusunan Peraturan
Perundang undangan
a. Proses Penyusunan UUD 1945
b. Proses penyusunan UU
c. Proses penyusunan pengganti UU
d. Proses pembuatan PP
e. Proses penyusunan Kepres
f. Proses penyusunan Perda
11. PIHAK2 YG TERLIBAT DLM PENYUSUNAN
PERUNDANG UNDANGAN
NO JENIS
PERATURAN
PIHAK YG TERLIBAT KETERANGAN
1 UUD 1945 ANGGOTA PPKI
ANGGOTA MPR (DPR & DPD)
MASYARAKAT
UMUM ATAU
2 UU DPR & SEKJEN
PRESIDEN & WAKIL
MENTERI TERKAIT
SESNEG
YG TERGABUNG
DLM BERBAGAI
ORGANISASI
DAPAT SECARA
3 PERPU PRESIDEN & WAKIL
MENTERI TERKAIT
SESNEG
PERSETUJUAN DPR
TIDAK
LANGSUNG DLM
PENYUSUNAN
PERATURAN
4 PP PRESIDEN & WAKIL
MENTERI TERKAIT
SESNEG
PERUNDANG-
UNDANGAN.
13. KETAATAN TERHADAP PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
FAKTOR SUATU PERATURAN TIDAK
MENGAKOMODASI KEPENTINGAN MASYARAKAT
1. Adanya pihak lain yg berkepentingan
2. Kurang kepedulian dan kemampuan pihak penyusun
peraturan dlm mengakomodasi kepentingan
masyrakat
3. Tertinggalnya suatu materi atau isi suatu peraturan
dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat.
4. Kurangnya informasi masyrakat mengenai peraturan
perundang-undangan
14. Sikap Kritis dlm Mencermati
Peraturan
1. Masyarakat menyampaikan usul/aspirasi
kepentingan masyrakat
2. Masyrakat turut mengawasi peraturan itu apabila
sudah berjalan
3. Masyarakat mengajukan pengujian secara materi
15. Sikap Patuh Terhadap Peraturan
1. Melaksanakan setiap peraturan
2. Menjalankan tugas dan kewajiban sesuai
aturan
3. Mendukung setiap upaya perbaikan
4. Melaporankan kepada pihak berwenang
jika ada pelanggaran peraturan
5. Menjadi saksi jika diperlukan dalam
pengadilan.
16. KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME
1. Pengertian
bahasa latin-corruptio : busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok.
KORUPSI adalah perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau kelompok orang dengan cara
melanggar hukum sehingga merugikan keuangan
negara.
17. KOLUSI adalah pemufakatan atau
kerjasama melawan hukum antara
penyelenggara negara atau penyelenggara
negara dengan pihak lain yang merugikan
orang lain.
NEPOTISME adalah perbuatan
penyelenggara negara melawan hukum yang
menguntungkan kepentingan keluarganya.
18. Faktor-faktor terjadinya Korupsi
a. Kurang transparan dlm pengambilan kebijakan
b. Birokrasi yg rumit
c. Lemahnya hukum
d. Kurang partisipasi masyarakat terhadap kontrol
pemerintah
e. Kurang sosialisasi tentang bahayanya korupsi
f. Lemahnya iman
g. Pendapatan yang kecil
19. 2. BENTUK DAN DAMPAK NEGATIF
a. Penyalahgunaan dalam
pembangunan
b. Penyalahgunaan di bidang
pelayanan publik
c. Penyalahgunaan di bidang
pemberdayaan SDM
20. Ciri Khas Korupsi
1) Melibatkan lebih dari satu orang
2) Korupsi terjadi tidak hanya terjadi di pemerintahan,
tetapi terjadi juga terjadi di organisasi usaha swasta
3) Korupsi berupa menerima sogok, uang kopi, salam
tempel, uang pelancar, baik dalam bentuk uang atau
benda
4) Umumnya serba rahasa, kecuali sudah membudaya
5) Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan
timbal balik
21. 6) Mengandung penipuan kepada
masyarakat
7) Melanggar norma tugas dan
pertanggung jawaban
8) Di swasta bentuk korupsi dapat
berbentuk pemberian informasi
kepada pihak lain dengan tujuan
mendapatkan imbalan.
22. Dampak negatif korupsi
a. Memperlambatnya pembangunan
ekonomi, sehingga tertinggalnya
pembangunan ekonomi yang
dilakukan
b. Pembangunan yang tidak merata
c. Menjatuhkan wibawa pemerintah
23. Pencegahan dan pemberantasan
KORUPSI
PREVENTIF – dengan menanamkan
kesadaran
REPRESIF – dengan menangkap,
mengadili, dan menghukum koruptor
dan mengembalikan uang negara
untuk kepentingan rakyat.
24. Acuan Upaya Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi
a. Meningkatkan penegakan sistem hukum yang
berlaku tentang korupsi denga lembaga antikorupsi
b. Membudayakan transparansi dlm seleksi PNS
c. Meningkatkan partisipasi dan kontrol masyarakat
d. Mengenalkan pengetahuan tentang korupsi sejak
dini dalam pendidikan
25. ANTI KORUPSI DAN INSTRUMENNYA
PENGERTIAN
Sikap tidak melakukan korupsi dan melawan segala
bentuk korupsi.
INSTRUMEN
9 Desember sebagai hari pemberantasan korupsi
dan diharapkan dapat mengingatkan seluruh bangsa
indonesia untuk melawan korupsi secara bersama-
sama.
26. 5 FORMULA PEMBERANTASAN KKN
1. Presiden membuat cetak biru restrukturisasi
organisasi dan manajemen semua lembaga
pemerintahan
2. Membuat uraian tugas dari cetak biru yang ada
3. Pemerintah membuat sistem penggajian PNS, TNI,
POLRI sesuai dengan keahlian, kepangkatan dan
tanggung jawab.
4. Pemerintah perlu menaikkan gaji PNS dan
TNI/POLRI agar memadai
5. Menjatuhkan hukuman yang seberat-beratnya
apabila PNS, TNI/POLRI melakukan Korupsi
27. Aturan Hukum Anti Korupsi
1) UU No. 30 Tahun 2002 tentatang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
2) UU No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang
bersih dan bebas dari KKN
3) UU No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi
4) UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No. 31
Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
5) UU No. 25 Tahun 2003 tentang perubahan atas UU No. 15
Tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang
6) PP No. 77 Tahun 2000 tentang tata cara pelaksanaan peran
serta masyarakat dan pemberian penghargaan dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
7) PP No. 109 Tahun 2000 tentang kedudukan keuangan kepala
daerah dan wakil kepala daerah.
28. LEMBAGA ANTIKORUPSI
1) Tim Taspikor (Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)
2) KPK
3) Kepolisian
4) Kejaksaan
5) Lembaga nonpemerintah (LSM)
Pemberantasan Korupsi saat ini ditangani oleh KPK
dengan bekerjasana bersama lembaga lain.
29. KPK sendiri dibentuk pada taun 2003
berdasarkan UU No. 30 Tahun 2002.
Visi KPK “MEWUJUDKAN
INDONESIA YANG BEBAS KORUPSI”
Misi KPK “PENGGERAK PERUBAHAN
UNTUK MEWUJUDKAN BANGSA
YANG ANTIKORUPSI”
30. Tugas KPK
Koordinasi dengan instansi lain dalam pemberantasan
korupsi
Supervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan korupsi
Melakukan penyelidikan, penyidikan dan menuntut
pelaku korupsi
Melakukan tindakan pencegahan tindak korupsi
Melakukan monitoring terhadap penyelenggara
pemerintahan negara.
31. Wewenang KPk
Mengkoordinasi
Menetapkan sistem pelaporan pemberantasan korupsi
Meminta informasi
Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
Meminta laporaninstansi terkait