1. 14 Februari 2009
Peta Penyakit di Indonesia
Ditulis oleh Sibungsu dan telah dikomentari sebanyak 83 buah
Departemen Kesehatan Republik Indonesia patut bangga, terutama menterinya yang seorang perempuan, Siti Fadilah
Supari, karena telah rampungnya Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang menelan biaya Rp. 120 milyar. Riset yang
melibatkan 502 orang peneliti dan 5.619 tenaga pencacah ini dianggap menghasilkan data lengkap mengenai kondisi
kesehatan di Indonesia. Data ini berisi prevalensi (jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu kurun
waktu di suatu wilayah – kamus KBBI) hampir semua penyakit di 33 provinsi dan 440 kabupaten/kota di Indonesia.
Dalam Riskesdas ini, samplingnya mencapai 536.096 rumah tangga dengan 2.107.887 anggota keluarga. Dari jumlah
tersebut, yang diwawancarai sebanyak 279.000 orang dari 280.000 rumah tangga. Selain mendata lewat pengisian
kuesioner, pengumpulan data juga dilakukan melalui pemeriksaan darah, urine dan tekanan darah. Tetapi
pemeriksaan tersebut tidak dilakukan kepada semua responden.
Salah satu hasil riset kesehatan dasar ini adalah diperolehnya gambaran tentang penyakit yang bakal mendominasi di
masa mendatang. Penyakit tidak menular seperti hipertensi, menempati prevalensi tertinggi secara nasional dengan
angka 31,7%, disusul penyakit sendi (30,3%) dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut – ISPA (25,5%). Diare hanya 9%.
Sementara itu, penyakit-penyakit yang tergolong berat seperti hepatitis, jantung, diabetes, dan tumor masih kecil.
Prevalensi jantung hanya 7,2%, stroke 6,0%, diabetes melitus 1,1% dan tumor 4,3%.
Fenomena menarik lainnya, hipertensi memiliki prevalensi lebih tinggi dari jantung. Prevalensi hipertensi nasonal ratarata 31,7%. Yang tertinggi dimiliki Jawa Timur (37,4%), sedangkan yang terendah di Papua Barat. Sumatera Barat
yang selama ini warganya mengkonsumsi makanan bersantan, punya prevalensi 31,2%.
Prevalensi penyakit jantung sebesar 7,2%. Namun bila dilihat per provinsi, Sumatera Barat memiliki prevalensi
11,6%, NAD 12,6%, Sulawesi Selatan 9,4%, dan Sulawesi Tengah 11,8%. Sedangkan Jakarta hanya 8,1%. Angka ini
cukup mengejutkan karena selama ini penyakit jantung dianggap sebagai penyebab utama kematian.