SlideShare a Scribd company logo
PROPOSAL
PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH DI RT 05 TIWU LEKONG
KELURAHAN PRAPEN KECAMATAN PRAYA LOMBOK
TENGAH TAHUN 2023
OLEH :
MAHNIYAH
NIM : 1420122514
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN
T.A 2021/2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan sistol terukur ≥140
mmHg atau tekanan diastol terukur ≥90 mmHg (WHO, 2019). Menurut data
WHO (2018), di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% mengidap
penyakit hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di
tahun 2021 (Pratama, 2016). Diperkirakan setiap tahun ada 9,4 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasi.
Dari data statistic World Health Organization (WHO) tahun 2015
menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi,
artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang
hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025
akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap
tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Kasus hipertensi di beberapa Provinsi di Indonesia sudah melebihi rata
– rata nasional, dari 33 Provinsi di Indonesia terdapat 8 Provinsi yang kasus
penderita hipertensi melebihi rata – rata nasional yaitu : Sulawesi Selatan
(27%), Sumaetra Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatra
Utara (24%), Sumatera Selatan (24%), Riau (23%) dan Kalimantan Timur
(22%), NTB (33%). Berdasarkan data Dikes Kabupaten/Kota yang diperoleh
Pemprov NTB pada tahun 2020, kasus hipertensi atau penyakit darah tinggi
menduduki posisi pertama dengan jumlah 124.966 kasus. Kemudian disusul
infeksi akut pada saluran pernapasan bagian atas 88.319 kasus (dinkes
NTB,2021). Sedangkan kota Lombok Tengah didapatkan bahwa jumlah
2
penderita hipertensi terbanyak kedua. Untuk jumlah kasus hipertensi
didapatkan data dari puskesmas sebanyak 28 kasus, dengan presentasi
terdiagnosa hipertensi berdasarkan jenis kelamin dan mempunyai usia >18 th
dengan jumlah presentasi laki-laki sebanyak 27,980% dan perempuan 30,686
%. Jumlah total penderita hipertensi sebanyak 58,666 %. Dan yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 266,217% penderita (Dinkes
Praya, 2021).
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan
menyebutkan bahwa biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan
setiap tahunnya yaitu pada tahun 2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017
dan tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%).
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54
tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar
34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang
yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum
obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak
mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan
pengobatan. Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena
penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke
fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain
(12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat
efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes
(2%).
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan
masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang.
Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya.
3
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum
dan paling banyak disandang masyarakat. Hipertensi sekarang jadi masalah
utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini
merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung,
gagal ginjal, diabetes, stroke,” Hipertensi disebut sebagai the silent killer
karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya
menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi
komplikasi.(Kemenkes, 2019)
Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko
seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan
buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang
aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres. (kemenkes,2018)
Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi salah satunya
ialah senam aerobik dengan intensitas ringan sedang dalam hal ini senam
jantung sehat dengan cara berkelompok. Senam jantung sehat adalah senam
yang disusun dengan selalu mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot
besar dan kelenturan sendi, agar dapat memasukkan oksigen sebanyak
mungkin ke dalam tubuh. Senam jantung sehat bertujuan merawat jantung dan
pembuluh darah. Pembuluh darah yang sehat, membuat kerja jantung menjadi
optimal, karena kedua organ tersebut bekerja saling berhubungan (Sarvasty,
2014).
Berdasarkan data-data tersebut, yang menjelaskan pentingnya suatu
aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari guna meningkatkan taraf kesehatan
seseorang, maka peneliti melakukan penelitian kepada masyarakat di RT 05
Kelurahan Prapen Kecamatan Praya mengenai “Pengaruh Senam Jantung
Sehat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di RT 05 Kelurahan
Prapen Kecamatan Leneng Kabupaten Lombok Tengah.”
1.2 Rumusan Masalah
4
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian
ini adalah apakah ada “Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di RT 05 Tiwu Lekong Kelurahan
Prapen Kecamatan Praya Lombok Tengah tahun 2023 ?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Senam
Jnatung Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia di RT 05 Tiwu
Lekong Kelurahan Prapen Kecamatan Praya Tahun 2023.
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tekanan darah pada penderita sebelum dilakukannya
senam jantung sehat.
2. Mengidentifikasi tekanan pada penderita hipertensi setelah
dilakukannya senam jantung sehat.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan senam jantung sehat terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Proses penelitian ini bagi peneliti berguna untuk menambah
pengalaman peneliti dan mengetahui Pengaruh Senam Jantung Sehat
Terhadap Penurunan Tekanan Darah di RT 03 Tiwu Lekong Kelurahan
Prapen Kecamatan Praya Tahun 2023.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi, khususnya mengenai
5
Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Penurunan Tekanan Darah di RT
05 Tiwu Lekong Kelurahan Prapen Kecamatan Praya Tahun 2023 dan
sebagai bahan masukan atau acuan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan peserta didik khususnya pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kesehatan UNIQBHA.
c. Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi Masyarakat Tiwu Lekong RT 05
khususnya dalam mengatasi tingkat kenaikan tekanan darah dimasa yang
akan datang.
1.5 Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu
No Sumber Metode Hasil penelitian Perbedaan
1. Efektifitas
Penggunaan
Model Senam
Jantung
Terhadap
Penurunan
Tekananan
Darah Pasien
Hipertensi /
Egeria Dorina
Sitorus, S.Kep.,
M.Kes, Rosita
Magdalena
Lubis, MA.,
M.Kes / 2019.
Metode yang
digunakan
adalah
pendekatan
kuantitatif
dengan desain
quasi
eksperimenta
l dengan
menggunaka
n uji beda
berpasangan
dan uji beda
independen
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa Ada
perbedaan
tekanan darah
sebelum dan
sesudah
melakukan
senam jantung
sehat pada
pasien
hipertensi.
Dengan hasil
data yang
menunjukkan
pValue 0,008
Perbedaan
dalam titik
fokus ulasan,
terletak pada
responden
yang
kemudian
dibagi dua,
masing-
masing
untuk
kelompok
intervensi
sebanyak 18
responden
dan
6
(<0,05). kelompok
kontrol
sebanyak 6
responden.
Sedangkan
peneliti
menggunakan
30 responden.
2. Senam
Jantung
Efektif
Menurunkan
Hipertensi
Pada Lansia
Hartutik, Erika
DewiNoorratri /
2019
Metode
penelitian
menggunakan
metode Quasy
Eskperiment
dengan
desain
penelitian
yang
digunakan
adalah pre-
postest
control one
group design.
Hasil penelitian
tersebut
menunjukkan
efektivitas
penurunan
tekanan darah
yang cukup
signifikan akibat
diberikan senam
jantung. hasil p
value 0,000< 0,05
yaitu ada
perbedaan
tekanan darah
pada kelompok
perlakuan dan
kelompok kontrol
sesudah diberikan
perlakuan senam
Tehnik
purposive
sampling,
sedangkan
analisa data
menggunakan
uji Wilcoxon.
Sampel
penelitian
sebanyak 22
responden.
Sadangkan
peneliti
Tekhnik time
series design.
Dimana
pengelompokk
an tidak
menggunakan
7
Jantung kelompok
control tetapi
hanya
menggunakan
satu keompok
saja tetapi
pengukuran
dilakukan
secara
berulang
terhadap
individu yang
sama.
3. Pengaruh Senam
Jantung
Terhadap
Penurunan
Tekanan Darah
Pada Lansia
Penderita
Hipertensi Di Upt
Puskesmas
Helvetia Medan
2020 / Refor
Arniati Baeha,
Baskara Lumban
Tobing, Berkat
Jaya Waruwu,
Christopher Abdi
Metode
penelitian ini
yaitu metode
kuantitatif
dengan
desain quasi
experimental
Study without
control grup
Dari hasil data
tersebut dapat
disimpulkan
bahwa ada
Pengaruh Senam
Jantung
Terhadap
Penurunan
Tekanan Darah
Pada Lansia
Penderita
Hipertensi
dengan p-value
sebesar 0,000.
Dari nilai uji p-
value lebih kecil
Penelitian ini
memiliki
persamaan
dalam data
variable yang
akan diteliti.
Akan tetapi
memiliki
sampel sayng
berbeda
dengan
peneliti. Dari
segi tekhnik
juga berbeda.
Peneliti akan
menggunakan
8
Putra Zebua,
Tiarnida
Nababan /2020
dari 0,05
(0,000<0,05).
tekhnik
pengambilan
sampel
menggunakan
non probability
dengan teknik
purposive
sampling.
BAB II
9
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan naiknya tekanan darah sistolik maupun
diastolik secara intermitten atau terus-menerus yang muncul dalam dua tipe
utama yaitu hipertensi esensial yang disebut juga sebagai hipertensi primer
atau idiopatik dan hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat
diidentifikasi seperti disebabkan oleh penyakit ginjal (Williams & Wilkins,
2011). Hipertensi juga dapat diartikan sebagai tekanan darah persiten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di
atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).
Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis yang dapat terjadi karena jantung bekerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Akibatnya hipertensi dapat memicu berbagai komplikasi terhadap
beberapa penyakit lain, seperti penyebab timbulnya penyakit jantung,
stroke dan ginjal. Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering juga disebut
the silent killer (pembunuh diam-diam), sebab seseorang dapat mengidap
hipertensi selama bertahun-tahun tanpa menyadari kerusakan organ vital
yang cukup berat bahkan dapat membawa kematian (Adib, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO)
hipertensi didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana tekanan darah lebih
dari 140/90 mmHg dengan dua kali pengukuran terpisah (Imelda &
Kurniawan, 2013). Definisi menurut Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2014), hipertensi adalah hasil dari dua kali pengukuran tekanan
darah dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang dimana tekanan darah sitolik maupun diastolik mengalami
peningkatan yakni tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
10
darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Hipertensi didefenisikan oleh Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) tahun
2003 sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal, tinggi sampai hipertensi maligna.
Dari berbagai definisi di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah meningkat yakni
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg.
b. Faktor Faktor Penyebab Hipertensi
1. Hipertensi berdasarkan factor penyebab
a) Hipertensi Primer
Hipertensi primer/hipertensi esensial adalah tekanan darah
140/90 mmHg atau lebih pada usia 18 tahun ke atas dengan
penyebab yang tidak diketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau
lebih dengan posisi duduk, kemudian diambil reratanya pada 2 kali
atau lebih kunjungan. Sebanyak 95% penderita hipertensi termasuk
golongan hipertensi primer atau penyebabnya tidak diketahui
(idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya
hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan (Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, 2014).
b) Hipertensi Sekunder
Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial: meningkatnya
tekanan darah dengan penyebab yang spesifik seperti penyakit
arterial, penyakit ginjal, obat tertentu, tumor dan kehamilan
(Baughman & Hackley, 2000).
2. Hipertensi berdasarkan usia
11
a) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan /atau tekanan diastolik sama atau lebih besar
dari 90 mmHg.
b) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan- perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun,
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku,
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenas,
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Nuranif,Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2015)
c. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi baru tekanan darah berdasarkan AHA (American Heart
Association) tahun 2017 yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut AHA
Klasifikas
i
Sistolik
(mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
tensi
Normal
tinggi
< 120
120 –
129
130 –
<80
< 80
80 – 89
12
Hipertensi tingkat 1
(ringan) Hipertensi
tingkat 2 (sedang)
Hipertensi tingkat 3
(berat)
139
≥ 140
≥ 180
≥ 90
≥ 120
Berikut klasifikasi hipertensi menurut WHO yang akan disajikan
dalam tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Klasifikasi hipertensi menurut
World Health Organization (WHO)
Kategori Sistolik
(mmHg)
Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
High normal 130-139 85-89
Grade I Hypertension
(mild)
140-159 90-99
Grade II Hypertension
(Moderate)
160-179 100-109
Grade III Hypertension
(Severe)
≥180 ≥110
Isolated Systolic
Hypertension
≥140 <90
d. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol vasokontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari
13
vasomotor ini, bermula dari syaraf simpatis yang berlanjut ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simptis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem syaraf pusat
simpatis ke ganglia simptis. Pada titik ini, ganglion melepas asetikolin,
yang merangsang serabut syaraf paska ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya non epineprin akan mengakibatkan
vasokontriksi pembuluh darah. Pada saat yang bersamaan dimana sistem
syaraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktifitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin yang menyebabkan
vasokontriksi. Kortek adrenal mensekresi kortisol dan steroid yang dapat
memperkuat vasokontriksor pembuluh darah yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, sehingga menyebabkan pelepasan renin.
Selanjutnya renin menyebabkan pelepasan angiotensin I yang diubah
menjadi angiotensin II suatu konstriktor yang kuat, kemudian merangsang
sekresi aldosterone oleh tubulus ginjal yang mengakibatkan volume
intravaskuler meningkat sehingga dapat menyebabkan hipertensi
(Tjokonegoro, 2004).
e. Tanda dan Gejala Hipertensi
Gejala hipertensi pada umumnya tidak spesifik. Pada hipertensi
primer yang belum mengalami komplikasi, pasien biasanya tidak
mengalami gejala dan hanya mengeluh sakit kepala serta tegangan di
belakang leher. Gejala apabila telah terjadi kerusakan organ target dan
gejala yang timbul biasanya sesuai dengan organ yang terganggu.
Sedangkan pada hipertensi sekunder pada umumnya keluhan mengarah ke
penyakit penyebabnya (Kabo, 2010).
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-
14
satunya gejala. Bila demikian gejala lain baru muncul setelah terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering
ditemukan seperti sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa
berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing
(Mansjoer et al, 2001).
f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat
dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor)
seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko
yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga
atau aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar
kalium rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan
(Suhadak, 2010).
1. Usia
Usia berpengaruh pada resiko terkena penyakit kardiovaskuler,
dimana usia menyebabkan perubahan di dalam jantung dan pembuluh
darah. Tekanan darah meningkat sesuai dengan usia, karena arteri
secara perlahan kehilangan keelatisannya. Dengan meningkatnya usia
maka gejala arteriosklerosis semakin nampak dan ini menunjang
peningkatan tekanan perifer total dan dapat menyebabkan hipertensi.
Namun berdasarkan kelompok umur, grafik rata-rata kenaikan tekanan
darah mengikuti rata-rata kenaikan umur. Pada laki-laki, hipertensi
pada umur > 55 tahun dan perempuan pada umur > 65 tahun. Resiko
wanita meningkat setelah mengalami menopause. Disimpulkan bahwa
prevelensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur
(Kurnia, 2007).
15
2. Jenis Kelamin
Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis
kelamin perempuan dibanding jenis kelamin laki-laki. Hal ini
dikarenakan pada perempuan, tekanan darah meningkat seiring
bertambahnya usia. Pada masa menopause perempuan cenderung
memiliki tekanan darah rendah lebih rendah daripada laki-laki
penyebabnya sebelum menopause, wanita relatif terlindungi dari
penyakit kardiovaskuler oleh hormon estrogen sedangkan kadar
estrogen menurun pada masa menopause.
3. Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat
Kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan
hipertensi, antara lain minum-minuman beralkohol, kurang
berolahraga, dan merokok.
4. Merokok
Merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok
menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil di dalam
paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak,
nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan darah yang lebih tinggi. Tembakau memiliki efek
cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan
kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh
darah. Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan
ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan
darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan
tubuh lainnya.
16
5. Kurangnya aktifitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan
darah
Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik. Hal
tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding
arteri sehingga meningkatkan tekanan perifer yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat
meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan
menyebabkan risiko hipertensi meningkat. Studi epidemiologi
membuktikan bahwa olahraga secara teratur memiliki efek antihipertensi
dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita
hipertensi. Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan
peran obesitas pada hipertensi.
6. Konsumsi garam berlebihan
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam
patogenesis hipertensi. Asupan garam kurang dari 3 gram/hari
menyebabkan prevelensi hipertensi yang rendah sedangkan jika
asupan garam antara 5-15 gram/hari menyebabkan prevelensi
hipertensi meningkat menjadi 15-20 %. Garam mempunyai
peranan dalam patogenesis hipertensi melalui masukan natrium
yang tinggi (Kurnia, 2007).
Selain faktor risiko yang dikemukakan di atas terdapat
beberapa faktor risiko hipertensi menurut Bustan (2007), seperti ras/suku
dimana orang kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi dibandingkan
orang kulit putih, pada daerah kota lebih banyak ditemukan terkena
hipertensi dibandingkan dengan orang desa, letak geografis dimana pada
daerah pantai lebih banyak kejadian hipertensi dari pada daerah
17
pegunungan, kemudian tipe kepribadian orang juga mempengaruhi
kejadian hipertensi, banyak ditemukan hipertensi pada tipe kepribadian A.
g. Komplikasi Hipertensi
Beberapa komplikasi atau efek samping dari hipertensi dapat
terjadi, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, kerusakan
pembuluh darah otak,dan gagal ginjal :
1. Penyakit Jantung Koroner
Penyebabnya terjadi pengapuran pada dinding pembuluh
darah jantung. jika aliran darah pada suatu otot jantung benar-benar
terhenti akan timbul gangguan pada ototjantung yang sering disebut
sebagai serangan jantung. serangan ini dapat berakibat fatal.
2. Gagal Jantung
Tekanan darah tinggi dapat memaksa otot jantung bekerja
lebih berat untuk memompa darah. kegagalan kerja jantung ini
ditandai dengan gejala sesak napas, napas pendek, serta
pembengkakan pada tungkai dan kaki.
3. Kerusakan Pembuluh Darah Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,
apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar
4. Gagal jantung
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system
penyaringan di dalam ginjal akibatnyaginjal tidak mampu membuang
zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah
dan terjadi penumpukan didalam tubuh
5. Lain-lain
Takanan darah tinggi yang tidak terkendali dapat menyebabkan
kerusakan pembuluh darah pada beberapa bagian tubuh, seperti mata
18
Gangguan Jiwa
Penatalaksanaan
Faktor Farmakologis
Non Farmakologis
Kekambuhan
dan tungkai. (Purwati, Salimar, Sri, 1998)
h. Penatalaksanaan Pengobatan Hipertensi
2.2 Tekanan Darah
2.3 Senam Jantung
2.4 Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori
dalam penelitian ini digambarkan dalam skema berikut :
Gambar 2.1 Kerangaka Teori
19
Tidak Patuh
Patuh
Kepatuhan
Penyakit
Terkontrol
Kekambuhan
Meningkat
Sumber : Keliat
Budi (2015)
2.5 Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Variabel
independen adalah variabel bebas, sedangkan variable dependen adalah
variable terikat yang dapat dipengaruhi oleh variabel independent
(Notoadmojo, 2012). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independent
adalah kepatuhan minum obat, dan yang menjadi variabel dependent adalah
kekambuhan gangguan jiwa di Poli Umun Puskesmas Teruwai. Adapun
kerangka konsep pada penelitian ini tergambar pada skema berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
20
Kepatuhan minum obat
Variabel independent Variabel
dependent
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar
variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil
penelitian. Didalam pernyataan ini terkandung variabel – variabel yang akan
diteliti dan hubungan anatar variabel tersebut serta mampu mengarahkan
peneliti untuk menentukan desain penelitian, tehnik menentukan sampel
pengumpulan dan metode analisis data (Dharma, 2011).
Berdasarkan karangka konsep penelitian, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
Ha : Ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kekambuhan klien
gangguan jiwa di Poli Umum Puskesmas Teruwai Tahun 2022.
Kekambuhan klien
gangguan jiwa
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Pengertian desain penelitian adalah rangkaian prosedur dan metode yang
dipakai untuk menganalisis dan menghimpun data untuk menentukan variabel
yang akan menjadi topik penelitian. Selain pengertian tersebut, juga bisa
didefinisikan sebagai strategi yang dilakukan peneliti untuk menghubungkan
setiap elemen penelitian dengan sistematis sehingga dalam menganalisis dan
menentukan fokus penelitian menjadi lebih efektif dan efisien.
Masalah pada sebuah penelitian akan menentukan jenis apa yang cocok
untuk dipilih. Hal tersebut juga menentukan alat dan cara apa yang cocok
digunakan untuk mengatasi masalah dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan desain penelitian deskriptif
analisis yaitu meneliti hubungan antara dua variabel atau sekelompok subjek
(Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Hubungan
Kepatuhan Minum Obat dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Poli
Umum Puskesmas Teruwai Tahun 2022”. Menggunakan pendekatan cross
sectional yaitu pengumpulan data variabel independen dan variabel dependen
dilakukan secara bersamaan atau sekaligus. (Notoatmodjo, 2005).
22
Populasi :
Seluruh pasien yang menderita gangguan jiwa yang berkunjung
dan mengambil obat di Puskesmas Teruwai dari bulan januari samapi agustus tahun
2022 berjumlah 41 orang
Sampel :
Seluruh pasien yang termasuk dalam kriteria inklusi, berjumlah 38 orang dan
mengambil obat di Puskesmas Teruwai
Sampling :
Non Probability Sampling dengan teknik purposive sampling
Desain Penelitian :
Deskriftif analisis dengan pendekatan cross sectional
Pengolahan dan analisis data
Pelaporan dan penulisan
3.2 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan bagian kerja terhadap rancangan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2007).
Gambar 3.1 Kerangka Kerja
Pengumpulan Data
Pengisian kuesioner untuk menilaikepatuhan minum obat :
Tidak pernah – Kedang-kadang – Selalu
Pengisian kuesioner untuk menilaikekambuhan klien gangguan jiwa :
Tidak setuju – Setuju
Data primer : diperoleh langsung dari responden
dengan menggunakan kuesioner
Data sekunder : dokumentasi poli
umum Puskesmas Teruwai
23
3.3 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah defenisi untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel
tersebut diberi batasan yang bermanfaat untuk mengarah kepada pengukuran
atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrument (Notoadmojo, 2012).
Tabel 3.1 Depenisi Operasional
Variabel Defenisi operasional Indikator Kriteria
Objektif
Skala
Independent
Kepatuhan pasien
berarti pasien
meminum obatyang
tepat pada waktu
yang tepat, pada
dosis yangtepat,
pada jadwal yang
tepat, dan pada
kondisi yang tepat
(sepertisetelah
makan). Serta tanpa
menunda- nunda
minum obat dalam
rangka mencapai
kesembuhan yang
optimal.
Kepatuhan
minum obat
Tidak Patuh:
Jika skor nilai
median ≤5
Patuh: Jika skor
nilai median >5
Nilai 0 jika
Tidak
Nilai 1 jika
Ya
Nominal
24
Dependent
Apabila penderita
gangguan jiwa yang
sudah pernah berobat
lengkap tapi
sekarang kondisinya
memperlihatkan
tingkah laku atau
tanda dan gejala
yang sama dengan
gangguan jiwa yang
sudah dialami
sebelumnya, seperti
gelisah, sering
melamun, sering
bicara sendiri,
menarik diri, kurang
perawatan diri, sulit
tidur, bahkan samapi
mengamuk dan
menyerang
Kekambuhan
klien
gangguan jiwa
Jarang:
Jika klien
memperlihatkan
tanda dan gejala
kekambuhan
seperti sebelumnya
(score ≤ 2
kali selama 1
tahun)
Sering:
Jika klien
memperlihatkan
tanda dan gejala
kekambuhan
seperti sebelumnya
(score > 2
kali selama 1
tahun)
Sesui
dengan
kekambuhan
yang di isi
oleh
responden
(keluarga
pasien)
Guttman
25
3.4 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan keseluruh sumber data (orang, kelompok,
lembaga, organisasi, dll) dalam suatu penelitian yang menjadi objek.
(Kasjono, 2016). Maka populasi yang digunakan penelitian ini adalah
seluruh pasien yang menderita gangguan jiwa yang berkunjung dan
mengambil obat di Puskesmas Teruwai dari bulan januari samapi agustus
tahun 2022 berjumlah 41 orang. (Sumber : Medical Record Poli Umum
dan Registrasi Obat Pasien Gangguan Jiwa Puskesmas Teruwai).
b. Sampel
Sampel adalah elemen kecil dari populasi yang secara nyata diteliti
juga mewakili populasi itu sendiri (Sugiyono, 2016). Pengambilan sampel
menggunakan Non Probability Sampling dengan teknik purposive
sampling. Cara ini digunakan oleh peneliti dikarenakan memiliki ciri
khusus yang ditujukan untuk analisis data. Akan tetapi, penargetan dipilih
didasarkan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti dan tidak diberikan
peluang pada yang lain untuk bisa menjadi responden dan ikut memberikan
partisipasinya pada survei. (Sugiyono, 2016).
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus slovin
yakni sebanyak 38 responden dari populasi.
N = N
1 + N (d)²
N = 41
1 + 41 (0,05)²
= 41
1 + 41 (0,0025)
= 41
1 + 0,1025
= 4
1,1025
26
= 37,188 di bulatkan menjadi 38 Responden
Yang menjadi responden atau yang akan mengisi kuesioner adalah keluarga
klien atau saudara klien.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri subjek penelitian yang sudah ditetapkan oleh
peneliti sehingga dapat dijadikan sampel penelitian. (Nursalam, 2014)
dengan kriteria pada penelitian yaitu :
a) Keluarga pasien yang mengambil obat jiwa di Puskesmas Teruwai
b) Keluarga pasien yang bersedia menjadi responden
c) Keluarga pasien yang bisa baca tulis
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi
karena beberapa faktor. (Nursalam, 2017) dalam penelitian ini adalah :
a) Pasien epilepsy
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Rencana penelitian akan dilakukan di Poli Umum Puskesmas Teruwai.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari penyusunan proposal dan pengambilan
data di Puskesmas Teruwai bulan September 2022 dan rencana penyusunan
laporan akhir penelitian sekitar bulan desember 2022.
3.6 Pengumpulan Data
a. Jenis dan Sumber Data (Primer/Sekunder)
1. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden dengan
menggunakan kuesioner yang diajukan kepada keluarga pasien
gangguan jiwa yang berkunjung atau penaggung jawab mengambilkan
obat di Poli Umum Puskesmas Teruwai.
27
2. Data Skunder
Data sekunder merupakan informasi yang diperoleh dengan
penggunaan dokumen ataupun umumnya diistilahkan dengan data yang
tidak langsung. (Sugiyono, 2018). Data sekunder untuk riset ini
ditemukan di data Puskesmas Teruwai dan hasil wawancara salah satu
perawat di poli umum Puskesmas Teruwai.
3. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah peralatan bantuan dalam
mengumpulkan informasi yang diperlukan. Dalam penelitian ini,
instrumen digunakan adalah kuesioner. Menurut (Masturoh, 2018)
kuesioner merupakan teknik mengumpulkan informasi yang isinya
pertanyaan dan pernyataan peneliti lalu selanjutnya diberikan kepada
responden agar diisi.
a) Kuesioner Kepatuhan Klien Minum Obat
Instrumen pada kepatuhan klien minum obat, peneliti akan
menggunakan kuesioner kepatuhan klien minum obat dari penelitian
sebelumnya yaitu penelitian dari Muhammad Ali (2014). Kuesioner
kepatuhan klien minum obat terdiri dari 15 pertanyaan positif dan
negatif. Dimana setiap pertanyaan terdiri dari 9 pertanyaan postif dan
6 pertanyaan negatif yang menggambarkan tentang kepatuhan klien
minum obat. Dengan menggunakan kuesioner dengan Skala Guttman.
Menurut Sugiyono (2016) yaitu skala yang dimanfaatkan agar
menjawab dengan baik dan tepat dari sikap benar dan salah, pernah–
tidak pernah, ya-tidak. Untuk jawaban benar atau ya diberi skor 1
sedangkan untuk tidak atau negatif diberi skor 0.
Skala guttman mempunyai tingkatan yang dijadikan sebagai tolak
ukur atau nilai dari positif sampai negative
Tabel 3.2 skoring skala kepatuhan minum obat
28
Alternatif Jawaban Positif Negatif
Ya 1 0
Tidak 0 1
Adapun cara yang digunakan untuk mengukur indikator penilaian
yaitu dengan mengambil nilai median dari jumlah pertanyaan
sebanyak 10 pertanyaan. Jadi, dikatakan kepatuhan klien minum obat
tidak patuh jika menjawab ≤5, patuh jika menjawab >5
b) Kuesioner Kekambuhan
Instrumen pada kekambuhan, peneliti menggunakan kuesioner
kekambuhan, peneliti menggunakan kuesioner kekambuhan klien
gangguan jiwa dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian
Muhammad Ali (2014). Kuesioner kekambuhan terdiri dari 1
pertanyaan. Dimana pertanyaan tersebut menggambarkan tentang
kekambuhan pada klien gangguan jiwa dan berapa kali pasien
mengalami kekambuhan dengan menggunakan kuesioner dengan
skala guttman. Menurut Sugiyono (2016) yaitu skala yang
dimanfaatkan agar memberi jawaban yang tepat dan baik dari sikap
benar dan salah, pernah–tidak pernah, ya-tidak. Untuk jawaban benar
atau ya diberi skor 1 sedangkan untuk tidak atau negatif diberi skor 0.
Skala guttman mempunyai tingkatan yang dijadikan sebagai tolak
ukur atau nilai dari positif sampai negative
Tabel 3.3 skoring skala kekambuhan
Alternatif jawaban Positif Negatif
Ya 1 0
Tidak 0 1
29
Adapun cara yang digunakan untuk mengukur indikator penilaian
yaitu dengan menentukan berapa kali klien mengalami kekambuhan.
Jadi, dikatakan sering apabila klien memperlihatkan tanda dan gejala
kekambuhan seperti sebelumya >2 kali dalam 1 tahun, dikatakan
jarang apabila klien memperlihatkan tanda dan gejala kekambuhan
seperti sebelumya ≤2 kali selama 1 tahun.
c) Uji Validitas
Uji validitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
apakah kuesioner tersebut valid atau tidak pada suatu alat penelitian.
(Dahlan, 2013).
Hasil uji validitas kuesioner dilaksanakan melalui komputer.
Keputusan tersebut didasarkan pada p-value dengan signifikansi
<0,05 (5%) sehingga struktur proposisi dimensi variabel dapat
diandalkan dengan nilai significancy >0.05 (5%) dinilai tidal valid.
d) Reabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menggambarkan derajat kehandalan
suatu alat ukur (instrumen) dan mempertahankan konsistensinya
walaupun gejala yang sama diukur berkali-kali. Uji reliabilitas
tercermin dari nilai cronbach's alpha.
Jika nilainya > 0,60, maka struktur pernyataan yang berdimensi
variabel adalah reliabel. (Arikunto, 2010). Hasil dari uji reabilitas
pada kuesioner kepatuhan klien minum obat 0,782 dan terbukti
reliabel dengan hasil >0,60. (Kautsar, 2015).
3.7 Pengolahan Data
Menurut Sugiyono (2015) Penanganan informasi penelitian dilakukan
secara fisik dengan menyelesaikan lembar persepsi yang diberikan.
Penanganan data kemudian ditangani dengan memanfaatkan program SPSS
dengan tahapan yang menyertainya:
30
a. Editing
Pengeditan adalah pemeriksaan data yang telah dikumpulkan.
Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk tidak
memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Pada penelitian ini,
peneliti memeriksa kelengkapan data yang telah terkumpul, meliputi
karakteristik responden, hasil jawaban kuesioner kepatuhan klien minum
obat dan kuesioner kekambuhan klien gangguan jiwa. Apabila masih belum
terisi atau tidak sesuai dengan petunjuk pengisian kuesioner maka
responden akan diminta untuk melengkapi kembali.
b. Coding
Pengkodingan merupakan aktivitas berubah data yang awalnya
berbentuk abjad lalu diubah jadi bentuk angka/bilangan.
1. Data Klien
a) Jenis Kelamin
Laki-laki : diberi kode 1
Perempuan : diberi kode 2
b) Umur
Remaja Akhir (17-25 tahun) : diberi kode 1
Dewasa Awal (16-35 tahun) : diberi kode 2
Dewasa Akhir (36-45 tahun) : diberi kode 3
Lansia Awal (46-55 tahun) : diberi kode 4
Lansia Akhir (56-65 tahun) : diberi kode 5
c) Status
Menikah : diberi kode 1
Belum menikah : diberi kode 2
Duda/Janda : diberi kode 3
2. Data Responden/Keluarga yang merawat pasien
a) Hubungan dengan pasien
Orang Tua : diberi kode 1
31
Anak : diberi kode 2
Kakak : diberi kode 3
Adik : diberi kode 4
Lainnya : diberi kode 5
b) Jenis Kelamin
Laki-laki : diberi kode 1
Perempuan : diberi kode 2
c) umur
Remaja Akhir (17-25 tahun) : diberi kode 1
Dewasa Awal (16-35 tahun) : diberi kode 2
Dewasa Akhir (36-45 tahun) : diberi kode 3
Lansia Awal (46-55 tahun) : diberi kode 4
Lansia Akhir (56-65 tahun) : diberi kode 5
d) Tingkat Pendidikan
SD/Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah : diberi kode 1
SLTP : diberi kode 2
SLTA : diberi kode 3
Diploma : diberi kode 4
Perguruan tinggi : diberi kode 5
e) Pekerjaan Keluarga
PNS : diberi kode 1
Petani : diberi kode 2
Karyanswasta : diberi kode 3
Wiraswasta : diberi kode 4
Lainnya : diberi kode 5
f) Sudah berapa lama pasien/anggota keluarga mengalami sakit
< 5 tahun : diberi kode 1
> 5 tahun : diberi kode 2
32
g) Pengeluaran untuk pasien dalam 1 bulan :
Rp. 50.000 s/d Rp. 100.000 : diberi kode 1
Rp. 100.000 s/d Rp. 250.00 : diberi kode 2
Rp. 250.000 s/d Rp. 500.000 : diberi kode 3
Lebih dari Rp. 500.000 : diberi kode 4
3. Data Variabel
a) Kepatuhan Klien Minum Obat
Tidak patuh (<5) : diberi kode 1
Patuh (>5) : diberi kode 2
b) Kekambuhan
Jarang (<2) : diberi kode 1
Sering (>2) : diberikan kode 2, 3
c. Processing
Pengolahan adalah proses setelah semua kuesioner diisi secara lengkap
dan benar serta jawaban responden atas kuesioner tersebut telah dikodekan
ke dalam aplikasi pengolah data di komputer.
d. Cleansing
Pembersihan data memeriksa kembali apakah data yang dimasukkan
sudah benar atau terjadi kesalahan saat memasukkan data.
3.8 Analisa Data
Analisis data adalah aktivitas yang mengikuti pengumpulan data dari
semua responden atau sumber lain (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini,
data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan teknik statistik.
Proses pemasukan data dan pengolahan data menggunakan software komputer
Microsoft Excel dan program SPSS. Dalam penelitian ini menggunakan
analisa data univariat dan bivariat, yaitu :
a. Analisa Univariat
Merupakan proses pengolahan data dengan bentuk grafik atau tabel
(Nursalam, 2014). Analisa ini digunakan untuk menghitung distribusi dari
33
frekuensi sehingga diketahui gambaran dari karakteristik responden.
Variabel responden yang termasuk dalam kategorik berupa pertanyaan
seperti apa hubungan responden dengan klien, jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan, pekerjaan keluarga, berapa lama pasien/anggota keluarga
mengalami sakit dan pengeluaran untuk pasien dalam 1 bulan berapa.
Sedangkan variabel berbentuk numerik pada penelitian ini adalah
kepatuhan klien minum obat dan kekambuhan. (Nototadmodjo, 2010)
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat untuk menganalisis hubungan antara 2 variabel yang
diduga berkorelasi (Nototadmodjo, 2010). Analisa bivariat pada penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan klien minum obat
dengan kekambuhan klien gangguan jiwa. Penelitian ini menggunakan
skala nominal dan ordinal, sehingga menggunakan Statistik Non
Parametric. (Norfai, 2021). Dalam statistik non parametric, data yang akan
dianalisis tidak harus terdistribusi normal. Maka dari itu, pada penelitian ini
tidak dilakukan uji normalitas. (Sugiyono, 2016). Uji statistik pada
penelitian ini yaitu dengan menggunakan Chi Square test, Peneliti ingin
mengetahui hubungan kepatuhan klien minum obat dengan kekambuhan
klien gangguan jiwa. Variabel kekambuhan termasuk skala ordinal dan
varaibel kepatuhan minum obat termasuk skala nominal. (Sugiyono, 2016).
3.9 Etika Penelitian
Prinsip-prinsip etika di mana penelitian ini dilakukan dirancang untuk
melindungi responden dari berbagai kekhawatiran dan pengaruh yang timbul
dari kegiatan penelitian (Nursalam, 2014) yaitu.
a. Informed Consent (Pernyataan Persetujuan)
Informed consent adalah suatu kesepakatan baik peneliti dan
responden penelitian dengan memberikan formulir persetujuan. Informed
consent diberikan kepada responden sebelum melakukan penelitian dengan
memberikan formulir persetujuan untuk menjadi responden. Maksud dari
34
informed consent adalah agar responden memahami maksud dan tujuan
penelitian, jika responden tidak menghendaki demikian peneliti harus
tunduk dan hormat pada hak-hak responden.
b. Anonymity (Tanpa Nama)
Anonimitas merupakan aktivitas dalam penjagaan rahasia dan peneliti
tidak diperbolehkan untuk memperlihatkan identitas responden, maka
dalam kuesioner responden cuma dimintai agar memberi tanda berupa
huruf awal nama contohnya saja (M).
c. Beneficience (Manfaat)
Di sebuah riset harusnya memberikan dampak baik bagi subjek
sehingga dapat mencegah peningkatan kecemasan dengan berbagai cara
jika mereka mengetahui tingkat kecemasan yang mereka alami. Risiko
penelitian ini sangat rendah karena dalam penelitian ini pertanyaan yang
diajukan hanya berupa angket dan tidak dilakukan perlakuan atau uji coba.
d. Confidentially (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden diberikan penjaminan oleh peneliti,
dan hanya beberapa kelompok data yang dilaporkan sebagai hasil
penelitian yang tidak memuat data yang dibutuhkan peneliti, tidak akan
disajikan dalam hasil dan kuesioner yang digunakan. peneliti untuk
mengukur kecemasan melalui responden akan dihilangkan setelah hasil
disajikan.
35
1
1
1
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim Ayub Sani. 2011. Keperawatan jiwa edisi 1. Penerbit
Nusa.Tanggerang Ibrahim Ayub Sani. 2011. Keperawatan jiwa edisi 2.
Penerbit Nusa.Tanggerang
Ireine Kaunang. 2015. Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 2. Mei
2015 http://download.portalgaruda.org
Junaidi iskandar. 2014. Cara Mengetahui Penyimpangan Jiwa Dan Perilaku
Tidak Normal Lainya. Yogyakarta
Kamila lestari, dhian ririn, herawati. Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa Diwilayah Kerja Puskesmas
Banjar Baru. Dari http://2558-5120-1.SM.pdf
Kaunang irene, kanine Asrom, kallo vanri. Hubungan kepatuhan minum obat
dengan prevalensi kekambuhan pada pasien skizofrenia yang berobat
jalan di poliklinik jiwa rumah sakit prof. Dr. Iratumbuysang manado
[online 2015]: volume 2 nomor 2. Dari
http://gtgtgy7h8h8hgtfrdry7h.pdf
Kaunang, 2015, Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Prevalensi
Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Yang Berobat Jalan Di Poli
Klinik Jiwa Rs Manado
Keliat Budi Ana, Akemat, Helena Novi, Hurhaeni Heni. 2015. Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas, Jakarta: EGC
Kusuma Farida, Hartono Yudi. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Lia Minarni, Jaka S. Sudagijono.2015. Jurnal Experientia Volume 3, Nomor 2
Oktober 2015
Magura , 2011, Faktor Associated With Medication Adherence Among
Psychiatric Outpatients At Substance Abuse Risk
Nasir Abdul, Muhith Abdul. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Notoatmodjo soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Keperawatan Teknik
analisis data. Jakarta: Salemba Medika
Saputra, 2012, Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi Obat Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan Jiwa
Poli Rawat Jalan Rsjd Surakarta
Souza, 2013, Bipolar Disordier And Medicaton: Adrence, Patients Knowledge
And Serum Monitoring Of Lithium Carbonate
Suprayitno,H. 2010. Merawat klien gangguan jiwa.
http://ganafamily.blogspot.com/2010/12/gangguan-
jiwa.html.[7april2015]
Videbeck, Sheila.2008 Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Yosep Iyus. 2008. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
https://regional.kompas.com/read/2011/11/14/14390742/~Regional~Indonesia
%20Timur
Aji, W. M. H. (2019). Asuhan Keperawatan Orang Dengan Gangguan Jiwa
Halusinasi Dengar Dalam Mengontrol Halusinasi.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Barry Guze, S. R. (2017). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.
Kasjono, Heru, K. (2016). Intisari Epidemologi. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press.
Kautsar. (2015). Uji Validitas dan Reliabilitas HamiltonAnxiety Rating Scale
Terhadap Kecemasan dan Produktivitas Pekerja Visual Inspection PT.
Widatra Bhakti. Senatek.
Lubis, N. L. (2016). Depresi. Jakarta: Kencana.
Mariani. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan Penyakit
Skizofrenia di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi
Sulawesi Selatan. 1–18.
Muslim. (2018). Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic
Medication) (Edisi Ketiga). Jakarta: EGC.
Norfai. (2021). Statistika Non-Parametrik Untuk Bidang Kesehatan (Teoritis,
Sistematis dan Aplikatif). Klaten: Penerbit Lakeisha.
Notosoedirjo. (2018). Kesehatan Mental. Malang: UMM Press.
Nototadmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. jakarta: rineka
Cipta. Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika. Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
.
Pebrianti, D. K. (2021). Penyuluhan Kesehatan tentang Faktor Penyebab
Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK),
3(3), 235. https://doi.org/10.36565/jak.v3i3.160
Pujiningsih, E. (2021). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Guapedia.
Putra, F. A., Widiyono, & Sukmonowati, W. (2019). Hubungan Kepatuhan
Minum Obat dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia.
Jurnal Keperawatan Universitas Sahid Surakarta, 3(2), 58–66.
Retrieved from
http://www.tjyybjb.ac.cn/CN/article/downloadArticleFile.do?attachTyp
e=PD F&id=9987
Refnandes, R., & Almaya, Z. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia. 17(1).
RI, D. (2008). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Rilla Sovitriana. (2019). Dinamika Psikologis Kasus Penderita Skizofrenia.
Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Sari, Y. P. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya
Kekmabuhan Pada Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Dareh. Perinthis’ Health Journal, Vol. 5 No., 1–11.
Siahaan. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan.
Simanjuntak. (2017). Penanganan Penderita Skizofrenia Secara Holistik di
Badan Pelayana Kesehatan Jiwa Nangroe Aceh Darussalam. USU
Medan.
Siswanto. (2018). Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Kemeneterian
Kesehatan RI.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Videback, S. L. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wardani. (2009). Pengalaman Keluarga Menghadapi Ketidakpatuhan Anggota
Keluarga Dengan Skizofrenia Dalam Mengikuti Regimen Terapeutik :
Pengobatan. FIK UI.
Yunatan Iko Wicaksono. (2016). Gejala Gangguan Jiwa dan Pemeriksaan
Psikiatri Dalam Praktek Klinis (edition 1). Malang: Medi Nusa Cretive
(MNC).
LAMPIRAN
Lampiran 1
LEMBAR PERNYATAAN PENELITI
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswi Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu Lommbok Tengah.
Nama : Sunnah
NIM : 1420121017EX
Akan mengadakan penelitian tentang “Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan
Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Poli Umum Puskesmas Teruwai Tahun
2022”. Untuk itu saya memohon kesediaannya menjadi responden dalam penelitian
saya. Segala hal yang bersifat rahasia akan dirahasiakan dan digunakan hanya untuk
penelitian ini.
Dengan surat permohonan ini disampaikan, atas kesediaannya sebagai responden
saya ucapkan terimakasih.
Teruwai, Desember
2022
Sunnah
Lampiran 2
Kode Responden:
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Klien/Inisial :
Nama responden/Inisial :
Hubungan dengan Klien :
Umur :
Alamat :
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan maksud dari
pengumpulan data untuk penelitian tentang “Hubungan Kepatuhan Minum Obat
dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Poli Umum Puskesmas Teruwai
Tahun 2022”. Untuk itu secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi
responden penelitian tersebut. Adapun bentuk kesediaan saya adalah bersedia mengisi
kuesioner. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh
kesadaran tanpa paksaan.
Teruwai, Desember
2022
Responden
( )
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa
di Poli Umum Puskesmas Teruwai Tahun 2022
1. DATA DEMOGRAFI
Petunjuk : Berilah checklist (√) pada data demografi dibawah sesuai biodata.
A. KARAKTERISTIK KLIEN
1) Inisial :
2) Umur
Remaja Akhir (17-25 tahun) : ( )
Dewasa Awal (26-35 tahun) : ( )
Dewasa Akhir (36-45 tahun) : ( )
Lansia Awal (46-55 tahun) : ( )
Lansia Akhir (56- >65 tahun) : ( )
3) Jenis Kelami
Laki-laki : ( )
Perempuan : ( )
4) Status
Menikah : ( )
Belum menikah : ( )
Duda/Janda : ( )
5) Alamat :
B. RESPONDEN
1) Inisial :
2) Hubungan dengan Klien
Orang Tua : ( )
Tgl:
Kode:
Anak : ( )
Kakak : ( )
Adik : ( )
Lainnya : ( )
3) Umur
Remaja Akhir (17-25 tahun) : ( )
Dewasa Awal (16-35 tahun) : ( )
Dewasa Akhir (36-45 tahun) : ( )
Lansia Awal (46-55 tahun) : ( )
Lansia Akhir (56-65 tahun) : ( )
4) Jenis Kelamin
Laki-laki : ( )
Perempuan : ( )
5) Pendidikan
SD/Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah : ( )
SLTP : ( )
SLTA : ( )
Diploma : ( )
Perguruan Tinggi : ( )
6) Pekerjaan :
PNS : ( )
Petani : ( )
Karyanswasta : ( )
Wiraswasta : ( )
Lainnya : ( )
7) Sudah berapa lama pasien/anggota keluarga mengalami sakit
< 5 tahun : diberi kode 1
> 5 tahun : diberi kode 2
8) Pengeluaran untuk pasien dalam 1 bulan
Rp. 50.000 s/d Rp. 100.000 : ( )
Rp. 100.000 s/d Rp. 250.000 : ( )
Rp. 250.000 s/d Rp. 500.000 : ( )
Lebih dari Rp. 500.000 : ( )
Lampiran 4
II. KUESIONER KEPATUHAN MINUM OBAT
Petunjuk : Berilah checklist (√) pada jawaban yang pasien rasa paling benar.
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Klien meminum obat secara teratur tanpa di
ingatkan oleh keluarga
2. Klien meminum obat sesuai dengan dosis yang
diberikan dari puskesmas
3. Klien tidak menghentikan obat yang dikonsumsi
sebelum waktunya
4. Klien mengetahui jadwal minum obat secara
mandiri
5. Klien merasa jenuh atau bosan minum obat
6. Keluarga mengingatkan klien dalam minum obat
7. Keluarga mendampingi klien saat kontrol ke
puskesmas
8. Keluarga diberi informasi secara detail tentang cara
minum obat dan jadwal kontrol ulang
9. Keluarga tidak mengajak klien untuk melakukan
kontrol ulang
10. Dukungan keluarga terhadap pengobatan klien
sangat besar
11. Ketidakpatuhan minum obat pada klien karena
kurangnya pengawasan dirumah
12. Klien minum obat secara teratur karena dibantu
adanya pemberian label pada setiap kemasan obat
13. Klien malas kontrol karena jarak puskesmas dengan
rumah klien jauh
14. Kesembuhan klien tidak diharapkan oleh keluarga
klien
15. Klien/keluarga klien tidak mengambil obatnya
karena tidak punya uang
Lampiran 5
III. KUESIONER KEKAMBUHAN
Petunjuk pengisian :Berilah tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan.
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Jika klien menunjukan tanda dan gejala
kekambuhan seperti :
a. Gelisah
b. Sering melamun
c. Sering bicara sendiri
d. Menarik diri
e.Kurang perawatan diri
f. Sulit tidur
g. Mengamuk dan menyerang
1. Jika Ya, dalam satu tahun ini berapa kali pasien mengalami kekambuhan?
a. ( ) 1 kali
b. ( ) 2 kali
c. ( ) Lebih dari 2 kali

More Related Content

Similar to POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx

PPT TALI MANIS.pptx
PPT TALI MANIS.pptxPPT TALI MANIS.pptx
PPT TALI MANIS.pptx
KikiOlgavianita
 
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
ssuser1aaea51
 
PP Ujian Proposal REKI.pptx
PP Ujian Proposal REKI.pptxPP Ujian Proposal REKI.pptx
PP Ujian Proposal REKI.pptx
MahruriSaputra
 
240 article text-578-1-10-20200401
240 article text-578-1-10-20200401240 article text-578-1-10-20200401
240 article text-578-1-10-20200401
Muflihun24
 
6083 article text-15411-1-10-20190317 (3)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (3)6083 article text-15411-1-10-20190317 (3)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (3)
Muflihun24
 
6083 article text-15411-1-10-20190317 (2)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (2)6083 article text-15411-1-10-20190317 (2)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (2)
Muflihun24
 
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
Muflihun24
 
TUGAS TELAAH jurnal dengan COHORT-1.docx
TUGAS TELAAH jurnal dengan COHORT-1.docxTUGAS TELAAH jurnal dengan COHORT-1.docx
TUGAS TELAAH jurnal dengan COHORT-1.docx
ZullaiqahNurhali2
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011humasditjenppdanpl
 
HIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdfHIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdf
kasmi16
 
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...
harnaniknawangsari
 
Makalah hipertensi
Makalah hipertensiMakalah hipertensi
Makalah hipertensi
Yuksan Nurachman
 
PPT Fathurozak Semprop.PPTX
PPT Fathurozak Semprop.PPTXPPT Fathurozak Semprop.PPTX
PPT Fathurozak Semprop.PPTX
Dion375907
 
25944 73088-2-pb
25944 73088-2-pb25944 73088-2-pb
25944 73088-2-pb
Muflihun24
 
25944 73088-2-pb (1)
25944 73088-2-pb (1)25944 73088-2-pb (1)
25944 73088-2-pb (1)
Muflihun24
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...Sii AQyuu
 
162-Article Text-514-1-10-20210913.pdf
162-Article Text-514-1-10-20210913.pdf162-Article Text-514-1-10-20210913.pdf
162-Article Text-514-1-10-20210913.pdf
Elmitiodatacp
 
459 1123-2-pb (1)
459 1123-2-pb (1)459 1123-2-pb (1)
459 1123-2-pb (1)
Muflihun24
 
Kelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensilKelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensil
nehanehi
 

Similar to POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx (20)

PPT TALI MANIS.pptx
PPT TALI MANIS.pptxPPT TALI MANIS.pptx
PPT TALI MANIS.pptx
 
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
 
coba
cobacoba
coba
 
PP Ujian Proposal REKI.pptx
PP Ujian Proposal REKI.pptxPP Ujian Proposal REKI.pptx
PP Ujian Proposal REKI.pptx
 
240 article text-578-1-10-20200401
240 article text-578-1-10-20200401240 article text-578-1-10-20200401
240 article text-578-1-10-20200401
 
6083 article text-15411-1-10-20190317 (3)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (3)6083 article text-15411-1-10-20190317 (3)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (3)
 
6083 article text-15411-1-10-20190317 (2)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (2)6083 article text-15411-1-10-20190317 (2)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (2)
 
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
 
TUGAS TELAAH jurnal dengan COHORT-1.docx
TUGAS TELAAH jurnal dengan COHORT-1.docxTUGAS TELAAH jurnal dengan COHORT-1.docx
TUGAS TELAAH jurnal dengan COHORT-1.docx
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011
 
HIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdfHIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdf
 
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...
 
Makalah hipertensi
Makalah hipertensiMakalah hipertensi
Makalah hipertensi
 
PPT Fathurozak Semprop.PPTX
PPT Fathurozak Semprop.PPTXPPT Fathurozak Semprop.PPTX
PPT Fathurozak Semprop.PPTX
 
25944 73088-2-pb
25944 73088-2-pb25944 73088-2-pb
25944 73088-2-pb
 
25944 73088-2-pb (1)
25944 73088-2-pb (1)25944 73088-2-pb (1)
25944 73088-2-pb (1)
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
 
162-Article Text-514-1-10-20210913.pdf
162-Article Text-514-1-10-20210913.pdf162-Article Text-514-1-10-20210913.pdf
162-Article Text-514-1-10-20210913.pdf
 
459 1123-2-pb (1)
459 1123-2-pb (1)459 1123-2-pb (1)
459 1123-2-pb (1)
 
Kelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensilKelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensil
 

Recently uploaded

A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
Ekhwan2
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
MiliaSumendap
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
mtsarridho
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
acehirfan
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
Pemdes Wonoyoso
 
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docxCONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
WagKuza
 
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
idoer11
 
Contoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
Contoh Presentasi Akreditasi pada PuskesmasContoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
Contoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
puskesmaswarsa50
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
subbidtekinfo813
 
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdfPulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
MRoyanzainuddin9A
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
MhdFadliansyah1
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
afaturooo
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
renprogarksd3
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
deamardiana1
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 

Recently uploaded (15)

A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
 
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docxCONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
 
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
 
Contoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
Contoh Presentasi Akreditasi pada PuskesmasContoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
Contoh Presentasi Akreditasi pada Puskesmas
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
 
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdfPulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 

POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx

  • 1. PROPOSAL PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DI RT 05 TIWU LEKONG KELURAHAN PRAPEN KECAMATAN PRAYA LOMBOK TENGAH TAHUN 2023 OLEH : MAHNIYAH NIM : 1420122514 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN T.A 2021/2022
  • 2. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan sistol terukur ≥140 mmHg atau tekanan diastol terukur ≥90 mmHg (WHO, 2019). Menurut data WHO (2018), di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% mengidap penyakit hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2021 (Pratama, 2016). Diperkirakan setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. Dari data statistic World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Kasus hipertensi di beberapa Provinsi di Indonesia sudah melebihi rata – rata nasional, dari 33 Provinsi di Indonesia terdapat 8 Provinsi yang kasus penderita hipertensi melebihi rata – rata nasional yaitu : Sulawesi Selatan (27%), Sumaetra Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatra Utara (24%), Sumatera Selatan (24%), Riau (23%) dan Kalimantan Timur (22%), NTB (33%). Berdasarkan data Dikes Kabupaten/Kota yang diperoleh Pemprov NTB pada tahun 2020, kasus hipertensi atau penyakit darah tinggi menduduki posisi pertama dengan jumlah 124.966 kasus. Kemudian disusul infeksi akut pada saluran pernapasan bagian atas 88.319 kasus (dinkes NTB,2021). Sedangkan kota Lombok Tengah didapatkan bahwa jumlah
  • 3. 2 penderita hipertensi terbanyak kedua. Untuk jumlah kasus hipertensi didapatkan data dari puskesmas sebanyak 28 kasus, dengan presentasi terdiagnosa hipertensi berdasarkan jenis kelamin dan mempunyai usia >18 th dengan jumlah presentasi laki-laki sebanyak 27,980% dan perempuan 30,686 %. Jumlah total penderita hipertensi sebanyak 58,666 %. Dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 266,217% penderita (Dinkes Praya, 2021). Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan bahwa biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017 dan tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%). Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya.
  • 4. 3 Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat. Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke,” Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi.(Kemenkes, 2019) Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres. (kemenkes,2018) Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi salah satunya ialah senam aerobik dengan intensitas ringan sedang dalam hal ini senam jantung sehat dengan cara berkelompok. Senam jantung sehat adalah senam yang disusun dengan selalu mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan kelenturan sendi, agar dapat memasukkan oksigen sebanyak mungkin ke dalam tubuh. Senam jantung sehat bertujuan merawat jantung dan pembuluh darah. Pembuluh darah yang sehat, membuat kerja jantung menjadi optimal, karena kedua organ tersebut bekerja saling berhubungan (Sarvasty, 2014). Berdasarkan data-data tersebut, yang menjelaskan pentingnya suatu aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari guna meningkatkan taraf kesehatan seseorang, maka peneliti melakukan penelitian kepada masyarakat di RT 05 Kelurahan Prapen Kecamatan Praya mengenai “Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di RT 05 Kelurahan Prapen Kecamatan Leneng Kabupaten Lombok Tengah.” 1.2 Rumusan Masalah
  • 5. 4 Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada “Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di RT 05 Tiwu Lekong Kelurahan Prapen Kecamatan Praya Lombok Tengah tahun 2023 ? 1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Senam Jnatung Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia di RT 05 Tiwu Lekong Kelurahan Prapen Kecamatan Praya Tahun 2023. b. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tekanan darah pada penderita sebelum dilakukannya senam jantung sehat. 2. Mengidentifikasi tekanan pada penderita hipertensi setelah dilakukannya senam jantung sehat. 3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. 1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti Proses penelitian ini bagi peneliti berguna untuk menambah pengalaman peneliti dan mengetahui Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Penurunan Tekanan Darah di RT 03 Tiwu Lekong Kelurahan Prapen Kecamatan Praya Tahun 2023. b. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menambah informasi, khususnya mengenai
  • 6. 5 Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Penurunan Tekanan Darah di RT 05 Tiwu Lekong Kelurahan Prapen Kecamatan Praya Tahun 2023 dan sebagai bahan masukan atau acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan peserta didik khususnya pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan UNIQBHA. c. Bagi Lahan Penelitian Sebagai bahan masukan bagi Masyarakat Tiwu Lekong RT 05 khususnya dalam mengatasi tingkat kenaikan tekanan darah dimasa yang akan datang. 1.5 Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu No Sumber Metode Hasil penelitian Perbedaan 1. Efektifitas Penggunaan Model Senam Jantung Terhadap Penurunan Tekananan Darah Pasien Hipertensi / Egeria Dorina Sitorus, S.Kep., M.Kes, Rosita Magdalena Lubis, MA., M.Kes / 2019. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain quasi eksperimenta l dengan menggunaka n uji beda berpasangan dan uji beda independen Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan senam jantung sehat pada pasien hipertensi. Dengan hasil data yang menunjukkan pValue 0,008 Perbedaan dalam titik fokus ulasan, terletak pada responden yang kemudian dibagi dua, masing- masing untuk kelompok intervensi sebanyak 18 responden dan
  • 7. 6 (<0,05). kelompok kontrol sebanyak 6 responden. Sedangkan peneliti menggunakan 30 responden. 2. Senam Jantung Efektif Menurunkan Hipertensi Pada Lansia Hartutik, Erika DewiNoorratri / 2019 Metode penelitian menggunakan metode Quasy Eskperiment dengan desain penelitian yang digunakan adalah pre- postest control one group design. Hasil penelitian tersebut menunjukkan efektivitas penurunan tekanan darah yang cukup signifikan akibat diberikan senam jantung. hasil p value 0,000< 0,05 yaitu ada perbedaan tekanan darah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sesudah diberikan perlakuan senam Tehnik purposive sampling, sedangkan analisa data menggunakan uji Wilcoxon. Sampel penelitian sebanyak 22 responden. Sadangkan peneliti Tekhnik time series design. Dimana pengelompokk an tidak menggunakan
  • 8. 7 Jantung kelompok control tetapi hanya menggunakan satu keompok saja tetapi pengukuran dilakukan secara berulang terhadap individu yang sama. 3. Pengaruh Senam Jantung Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Upt Puskesmas Helvetia Medan 2020 / Refor Arniati Baeha, Baskara Lumban Tobing, Berkat Jaya Waruwu, Christopher Abdi Metode penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan desain quasi experimental Study without control grup Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh Senam Jantung Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi dengan p-value sebesar 0,000. Dari nilai uji p- value lebih kecil Penelitian ini memiliki persamaan dalam data variable yang akan diteliti. Akan tetapi memiliki sampel sayng berbeda dengan peneliti. Dari segi tekhnik juga berbeda. Peneliti akan menggunakan
  • 9. 8 Putra Zebua, Tiarnida Nababan /2020 dari 0,05 (0,000<0,05). tekhnik pengambilan sampel menggunakan non probability dengan teknik purposive sampling. BAB II
  • 10. 9 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi merupakan naiknya tekanan darah sistolik maupun diastolik secara intermitten atau terus-menerus yang muncul dalam dua tipe utama yaitu hipertensi esensial yang disebut juga sebagai hipertensi primer atau idiopatik dan hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat diidentifikasi seperti disebabkan oleh penyakit ginjal (Williams & Wilkins, 2011). Hipertensi juga dapat diartikan sebagai tekanan darah persiten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis yang dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Akibatnya hipertensi dapat memicu berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, seperti penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering juga disebut the silent killer (pembunuh diam-diam), sebab seseorang dapat mengidap hipertensi selama bertahun-tahun tanpa menyadari kerusakan organ vital yang cukup berat bahkan dapat membawa kematian (Adib, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) hipertensi didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dengan dua kali pengukuran terpisah (Imelda & Kurniawan, 2013). Definisi menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014), hipertensi adalah hasil dari dua kali pengukuran tekanan darah dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang dimana tekanan darah sitolik maupun diastolik mengalami peningkatan yakni tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
  • 11. 10 darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi didefenisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) tahun 2003 sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal, tinggi sampai hipertensi maligna. Dari berbagai definisi di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah meningkat yakni tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. b. Faktor Faktor Penyebab Hipertensi 1. Hipertensi berdasarkan factor penyebab a) Hipertensi Primer Hipertensi primer/hipertensi esensial adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih pada usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang tidak diketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan posisi duduk, kemudian diambil reratanya pada 2 kali atau lebih kunjungan. Sebanyak 95% penderita hipertensi termasuk golongan hipertensi primer atau penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, 2014). b) Hipertensi Sekunder Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial: meningkatnya tekanan darah dengan penyebab yang spesifik seperti penyakit arterial, penyakit ginjal, obat tertentu, tumor dan kehamilan (Baughman & Hackley, 2000). 2. Hipertensi berdasarkan usia
  • 12. 11 a) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan /atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. b) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan- perubahan pada : 1) Elastisitas dinding aorta menurun, 2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku, 3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, 4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenas, 5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Nuranif,Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2015) c. Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi baru tekanan darah berdasarkan AHA (American Heart Association) tahun 2017 yaitu sebagai berikut : Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut AHA Klasifikas i Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal tensi Normal tinggi < 120 120 – 129 130 – <80 < 80 80 – 89
  • 13. 12 Hipertensi tingkat 1 (ringan) Hipertensi tingkat 2 (sedang) Hipertensi tingkat 3 (berat) 139 ≥ 140 ≥ 180 ≥ 90 ≥ 120 Berikut klasifikasi hipertensi menurut WHO yang akan disajikan dalam tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Klasifikasi hipertensi menurut World Health Organization (WHO) Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Optimal <120 <80 Normal 120-129 80-84 High normal 130-139 85-89 Grade I Hypertension (mild) 140-159 90-99 Grade II Hypertension (Moderate) 160-179 100-109 Grade III Hypertension (Severe) ≥180 ≥110 Isolated Systolic Hypertension ≥140 <90 d. Patofisiologi Hipertensi Mekanisme yang mengontrol vasokontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari
  • 14. 13 vasomotor ini, bermula dari syaraf simpatis yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simptis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem syaraf pusat simpatis ke ganglia simptis. Pada titik ini, ganglion melepas asetikolin, yang merangsang serabut syaraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya non epineprin akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah. Pada saat yang bersamaan dimana sistem syaraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin yang menyebabkan vasokontriksi. Kortek adrenal mensekresi kortisol dan steroid yang dapat memperkuat vasokontriksor pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, sehingga menyebabkan pelepasan renin. Selanjutnya renin menyebabkan pelepasan angiotensin I yang diubah menjadi angiotensin II suatu konstriktor yang kuat, kemudian merangsang sekresi aldosterone oleh tubulus ginjal yang mengakibatkan volume intravaskuler meningkat sehingga dapat menyebabkan hipertensi (Tjokonegoro, 2004). e. Tanda dan Gejala Hipertensi Gejala hipertensi pada umumnya tidak spesifik. Pada hipertensi primer yang belum mengalami komplikasi, pasien biasanya tidak mengalami gejala dan hanya mengeluh sakit kepala serta tegangan di belakang leher. Gejala apabila telah terjadi kerusakan organ target dan gejala yang timbul biasanya sesuai dengan organ yang terganggu. Sedangkan pada hipertensi sekunder pada umumnya keluhan mengarah ke penyakit penyebabnya (Kabo, 2010). Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-
  • 15. 14 satunya gejala. Bila demikian gejala lain baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan seperti sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer et al, 2001). f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga atau aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Suhadak, 2010). 1. Usia Usia berpengaruh pada resiko terkena penyakit kardiovaskuler, dimana usia menyebabkan perubahan di dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah meningkat sesuai dengan usia, karena arteri secara perlahan kehilangan keelatisannya. Dengan meningkatnya usia maka gejala arteriosklerosis semakin nampak dan ini menunjang peningkatan tekanan perifer total dan dapat menyebabkan hipertensi. Namun berdasarkan kelompok umur, grafik rata-rata kenaikan tekanan darah mengikuti rata-rata kenaikan umur. Pada laki-laki, hipertensi pada umur > 55 tahun dan perempuan pada umur > 65 tahun. Resiko wanita meningkat setelah mengalami menopause. Disimpulkan bahwa prevelensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur (Kurnia, 2007).
  • 16. 15 2. Jenis Kelamin Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibanding jenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan, tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia. Pada masa menopause perempuan cenderung memiliki tekanan darah rendah lebih rendah daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause, wanita relatif terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormon estrogen sedangkan kadar estrogen menurun pada masa menopause. 3. Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat Kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi, antara lain minum-minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok. 4. Merokok Merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil di dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah. Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.
  • 17. 16 5. Kurangnya aktifitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tekanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat. Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi. Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. 6. Konsumsi garam berlebihan Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi. Asupan garam kurang dari 3 gram/hari menyebabkan prevelensi hipertensi yang rendah sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram/hari menyebabkan prevelensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 %. Garam mempunyai peranan dalam patogenesis hipertensi melalui masukan natrium yang tinggi (Kurnia, 2007). Selain faktor risiko yang dikemukakan di atas terdapat beberapa faktor risiko hipertensi menurut Bustan (2007), seperti ras/suku dimana orang kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi dibandingkan orang kulit putih, pada daerah kota lebih banyak ditemukan terkena hipertensi dibandingkan dengan orang desa, letak geografis dimana pada daerah pantai lebih banyak kejadian hipertensi dari pada daerah
  • 18. 17 pegunungan, kemudian tipe kepribadian orang juga mempengaruhi kejadian hipertensi, banyak ditemukan hipertensi pada tipe kepribadian A. g. Komplikasi Hipertensi Beberapa komplikasi atau efek samping dari hipertensi dapat terjadi, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, kerusakan pembuluh darah otak,dan gagal ginjal : 1. Penyakit Jantung Koroner Penyebabnya terjadi pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. jika aliran darah pada suatu otot jantung benar-benar terhenti akan timbul gangguan pada ototjantung yang sering disebut sebagai serangan jantung. serangan ini dapat berakibat fatal. 2. Gagal Jantung Tekanan darah tinggi dapat memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah. kegagalan kerja jantung ini ditandai dengan gejala sesak napas, napas pendek, serta pembengkakan pada tungkai dan kaki. 3. Kerusakan Pembuluh Darah Otak Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar 4. Gagal jantung Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan di dalam ginjal akibatnyaginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan didalam tubuh 5. Lain-lain Takanan darah tinggi yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada beberapa bagian tubuh, seperti mata
  • 19. 18 Gangguan Jiwa Penatalaksanaan Faktor Farmakologis Non Farmakologis Kekambuhan dan tungkai. (Purwati, Salimar, Sri, 1998) h. Penatalaksanaan Pengobatan Hipertensi 2.2 Tekanan Darah 2.3 Senam Jantung 2.4 Kerangka Teori Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan dalam skema berikut : Gambar 2.1 Kerangaka Teori
  • 20. 19 Tidak Patuh Patuh Kepatuhan Penyakit Terkontrol Kekambuhan Meningkat Sumber : Keliat Budi (2015) 2.5 Kerangka konsep Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Variabel independen adalah variabel bebas, sedangkan variable dependen adalah variable terikat yang dapat dipengaruhi oleh variabel independent (Notoadmojo, 2012). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah kepatuhan minum obat, dan yang menjadi variabel dependent adalah kekambuhan gangguan jiwa di Poli Umun Puskesmas Teruwai. Adapun kerangka konsep pada penelitian ini tergambar pada skema berikut : Gambar 2.2 Kerangka Konsep
  • 21. 20 Kepatuhan minum obat Variabel independent Variabel dependent 2.6 Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Didalam pernyataan ini terkandung variabel – variabel yang akan diteliti dan hubungan anatar variabel tersebut serta mampu mengarahkan peneliti untuk menentukan desain penelitian, tehnik menentukan sampel pengumpulan dan metode analisis data (Dharma, 2011). Berdasarkan karangka konsep penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ha : Ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kekambuhan klien gangguan jiwa di Poli Umum Puskesmas Teruwai Tahun 2022. Kekambuhan klien gangguan jiwa
  • 22. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pengertian desain penelitian adalah rangkaian prosedur dan metode yang dipakai untuk menganalisis dan menghimpun data untuk menentukan variabel yang akan menjadi topik penelitian. Selain pengertian tersebut, juga bisa didefinisikan sebagai strategi yang dilakukan peneliti untuk menghubungkan setiap elemen penelitian dengan sistematis sehingga dalam menganalisis dan menentukan fokus penelitian menjadi lebih efektif dan efisien. Masalah pada sebuah penelitian akan menentukan jenis apa yang cocok untuk dipilih. Hal tersebut juga menentukan alat dan cara apa yang cocok digunakan untuk mengatasi masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan desain penelitian deskriptif analisis yaitu meneliti hubungan antara dua variabel atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Poli Umum Puskesmas Teruwai Tahun 2022”. Menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data variabel independen dan variabel dependen dilakukan secara bersamaan atau sekaligus. (Notoatmodjo, 2005).
  • 23. 22 Populasi : Seluruh pasien yang menderita gangguan jiwa yang berkunjung dan mengambil obat di Puskesmas Teruwai dari bulan januari samapi agustus tahun 2022 berjumlah 41 orang Sampel : Seluruh pasien yang termasuk dalam kriteria inklusi, berjumlah 38 orang dan mengambil obat di Puskesmas Teruwai Sampling : Non Probability Sampling dengan teknik purposive sampling Desain Penelitian : Deskriftif analisis dengan pendekatan cross sectional Pengolahan dan analisis data Pelaporan dan penulisan 3.2 Kerangka Kerja Penelitian Kerangka kerja merupakan bagian kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2007). Gambar 3.1 Kerangka Kerja Pengumpulan Data Pengisian kuesioner untuk menilaikepatuhan minum obat : Tidak pernah – Kedang-kadang – Selalu Pengisian kuesioner untuk menilaikekambuhan klien gangguan jiwa : Tidak setuju – Setuju Data primer : diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner Data sekunder : dokumentasi poli umum Puskesmas Teruwai
  • 24. 23 3.3 Defenisi Operasional Defenisi operasional adalah defenisi untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan yang bermanfaat untuk mengarah kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument (Notoadmojo, 2012). Tabel 3.1 Depenisi Operasional Variabel Defenisi operasional Indikator Kriteria Objektif Skala Independent Kepatuhan pasien berarti pasien meminum obatyang tepat pada waktu yang tepat, pada dosis yangtepat, pada jadwal yang tepat, dan pada kondisi yang tepat (sepertisetelah makan). Serta tanpa menunda- nunda minum obat dalam rangka mencapai kesembuhan yang optimal. Kepatuhan minum obat Tidak Patuh: Jika skor nilai median ≤5 Patuh: Jika skor nilai median >5 Nilai 0 jika Tidak Nilai 1 jika Ya Nominal
  • 25. 24 Dependent Apabila penderita gangguan jiwa yang sudah pernah berobat lengkap tapi sekarang kondisinya memperlihatkan tingkah laku atau tanda dan gejala yang sama dengan gangguan jiwa yang sudah dialami sebelumnya, seperti gelisah, sering melamun, sering bicara sendiri, menarik diri, kurang perawatan diri, sulit tidur, bahkan samapi mengamuk dan menyerang Kekambuhan klien gangguan jiwa Jarang: Jika klien memperlihatkan tanda dan gejala kekambuhan seperti sebelumnya (score ≤ 2 kali selama 1 tahun) Sering: Jika klien memperlihatkan tanda dan gejala kekambuhan seperti sebelumnya (score > 2 kali selama 1 tahun) Sesui dengan kekambuhan yang di isi oleh responden (keluarga pasien) Guttman
  • 26. 25 3.4 Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi merupakan keseluruh sumber data (orang, kelompok, lembaga, organisasi, dll) dalam suatu penelitian yang menjadi objek. (Kasjono, 2016). Maka populasi yang digunakan penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita gangguan jiwa yang berkunjung dan mengambil obat di Puskesmas Teruwai dari bulan januari samapi agustus tahun 2022 berjumlah 41 orang. (Sumber : Medical Record Poli Umum dan Registrasi Obat Pasien Gangguan Jiwa Puskesmas Teruwai). b. Sampel Sampel adalah elemen kecil dari populasi yang secara nyata diteliti juga mewakili populasi itu sendiri (Sugiyono, 2016). Pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling dengan teknik purposive sampling. Cara ini digunakan oleh peneliti dikarenakan memiliki ciri khusus yang ditujukan untuk analisis data. Akan tetapi, penargetan dipilih didasarkan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti dan tidak diberikan peluang pada yang lain untuk bisa menjadi responden dan ikut memberikan partisipasinya pada survei. (Sugiyono, 2016). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus slovin yakni sebanyak 38 responden dari populasi. N = N 1 + N (d)² N = 41 1 + 41 (0,05)² = 41 1 + 41 (0,0025) = 41 1 + 0,1025 = 4 1,1025
  • 27. 26 = 37,188 di bulatkan menjadi 38 Responden Yang menjadi responden atau yang akan mengisi kuesioner adalah keluarga klien atau saudara klien. 1. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah ciri subjek penelitian yang sudah ditetapkan oleh peneliti sehingga dapat dijadikan sampel penelitian. (Nursalam, 2014) dengan kriteria pada penelitian yaitu : a) Keluarga pasien yang mengambil obat jiwa di Puskesmas Teruwai b) Keluarga pasien yang bersedia menjadi responden c) Keluarga pasien yang bisa baca tulis 2. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena beberapa faktor. (Nursalam, 2017) dalam penelitian ini adalah : a) Pasien epilepsy 3.5 Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Rencana penelitian akan dilakukan di Poli Umum Puskesmas Teruwai. b. Waktu Penelitian Waktu penelitian dimulai dari penyusunan proposal dan pengambilan data di Puskesmas Teruwai bulan September 2022 dan rencana penyusunan laporan akhir penelitian sekitar bulan desember 2022. 3.6 Pengumpulan Data a. Jenis dan Sumber Data (Primer/Sekunder) 1. Data Primer Data primer diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang diajukan kepada keluarga pasien gangguan jiwa yang berkunjung atau penaggung jawab mengambilkan obat di Poli Umum Puskesmas Teruwai.
  • 28. 27 2. Data Skunder Data sekunder merupakan informasi yang diperoleh dengan penggunaan dokumen ataupun umumnya diistilahkan dengan data yang tidak langsung. (Sugiyono, 2018). Data sekunder untuk riset ini ditemukan di data Puskesmas Teruwai dan hasil wawancara salah satu perawat di poli umum Puskesmas Teruwai. 3. Instrument Penelitian Instrument penelitian adalah peralatan bantuan dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan. Dalam penelitian ini, instrumen digunakan adalah kuesioner. Menurut (Masturoh, 2018) kuesioner merupakan teknik mengumpulkan informasi yang isinya pertanyaan dan pernyataan peneliti lalu selanjutnya diberikan kepada responden agar diisi. a) Kuesioner Kepatuhan Klien Minum Obat Instrumen pada kepatuhan klien minum obat, peneliti akan menggunakan kuesioner kepatuhan klien minum obat dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari Muhammad Ali (2014). Kuesioner kepatuhan klien minum obat terdiri dari 15 pertanyaan positif dan negatif. Dimana setiap pertanyaan terdiri dari 9 pertanyaan postif dan 6 pertanyaan negatif yang menggambarkan tentang kepatuhan klien minum obat. Dengan menggunakan kuesioner dengan Skala Guttman. Menurut Sugiyono (2016) yaitu skala yang dimanfaatkan agar menjawab dengan baik dan tepat dari sikap benar dan salah, pernah– tidak pernah, ya-tidak. Untuk jawaban benar atau ya diberi skor 1 sedangkan untuk tidak atau negatif diberi skor 0. Skala guttman mempunyai tingkatan yang dijadikan sebagai tolak ukur atau nilai dari positif sampai negative Tabel 3.2 skoring skala kepatuhan minum obat
  • 29. 28 Alternatif Jawaban Positif Negatif Ya 1 0 Tidak 0 1 Adapun cara yang digunakan untuk mengukur indikator penilaian yaitu dengan mengambil nilai median dari jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Jadi, dikatakan kepatuhan klien minum obat tidak patuh jika menjawab ≤5, patuh jika menjawab >5 b) Kuesioner Kekambuhan Instrumen pada kekambuhan, peneliti menggunakan kuesioner kekambuhan, peneliti menggunakan kuesioner kekambuhan klien gangguan jiwa dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian Muhammad Ali (2014). Kuesioner kekambuhan terdiri dari 1 pertanyaan. Dimana pertanyaan tersebut menggambarkan tentang kekambuhan pada klien gangguan jiwa dan berapa kali pasien mengalami kekambuhan dengan menggunakan kuesioner dengan skala guttman. Menurut Sugiyono (2016) yaitu skala yang dimanfaatkan agar memberi jawaban yang tepat dan baik dari sikap benar dan salah, pernah–tidak pernah, ya-tidak. Untuk jawaban benar atau ya diberi skor 1 sedangkan untuk tidak atau negatif diberi skor 0. Skala guttman mempunyai tingkatan yang dijadikan sebagai tolak ukur atau nilai dari positif sampai negative Tabel 3.3 skoring skala kekambuhan Alternatif jawaban Positif Negatif Ya 1 0 Tidak 0 1
  • 30. 29 Adapun cara yang digunakan untuk mengukur indikator penilaian yaitu dengan menentukan berapa kali klien mengalami kekambuhan. Jadi, dikatakan sering apabila klien memperlihatkan tanda dan gejala kekambuhan seperti sebelumya >2 kali dalam 1 tahun, dikatakan jarang apabila klien memperlihatkan tanda dan gejala kekambuhan seperti sebelumya ≤2 kali selama 1 tahun. c) Uji Validitas Uji validitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut valid atau tidak pada suatu alat penelitian. (Dahlan, 2013). Hasil uji validitas kuesioner dilaksanakan melalui komputer. Keputusan tersebut didasarkan pada p-value dengan signifikansi <0,05 (5%) sehingga struktur proposisi dimensi variabel dapat diandalkan dengan nilai significancy >0.05 (5%) dinilai tidal valid. d) Reabilitas Reabilitas adalah indeks yang menggambarkan derajat kehandalan suatu alat ukur (instrumen) dan mempertahankan konsistensinya walaupun gejala yang sama diukur berkali-kali. Uji reliabilitas tercermin dari nilai cronbach's alpha. Jika nilainya > 0,60, maka struktur pernyataan yang berdimensi variabel adalah reliabel. (Arikunto, 2010). Hasil dari uji reabilitas pada kuesioner kepatuhan klien minum obat 0,782 dan terbukti reliabel dengan hasil >0,60. (Kautsar, 2015). 3.7 Pengolahan Data Menurut Sugiyono (2015) Penanganan informasi penelitian dilakukan secara fisik dengan menyelesaikan lembar persepsi yang diberikan. Penanganan data kemudian ditangani dengan memanfaatkan program SPSS dengan tahapan yang menyertainya:
  • 31. 30 a. Editing Pengeditan adalah pemeriksaan data yang telah dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Pada penelitian ini, peneliti memeriksa kelengkapan data yang telah terkumpul, meliputi karakteristik responden, hasil jawaban kuesioner kepatuhan klien minum obat dan kuesioner kekambuhan klien gangguan jiwa. Apabila masih belum terisi atau tidak sesuai dengan petunjuk pengisian kuesioner maka responden akan diminta untuk melengkapi kembali. b. Coding Pengkodingan merupakan aktivitas berubah data yang awalnya berbentuk abjad lalu diubah jadi bentuk angka/bilangan. 1. Data Klien a) Jenis Kelamin Laki-laki : diberi kode 1 Perempuan : diberi kode 2 b) Umur Remaja Akhir (17-25 tahun) : diberi kode 1 Dewasa Awal (16-35 tahun) : diberi kode 2 Dewasa Akhir (36-45 tahun) : diberi kode 3 Lansia Awal (46-55 tahun) : diberi kode 4 Lansia Akhir (56-65 tahun) : diberi kode 5 c) Status Menikah : diberi kode 1 Belum menikah : diberi kode 2 Duda/Janda : diberi kode 3 2. Data Responden/Keluarga yang merawat pasien a) Hubungan dengan pasien Orang Tua : diberi kode 1
  • 32. 31 Anak : diberi kode 2 Kakak : diberi kode 3 Adik : diberi kode 4 Lainnya : diberi kode 5 b) Jenis Kelamin Laki-laki : diberi kode 1 Perempuan : diberi kode 2 c) umur Remaja Akhir (17-25 tahun) : diberi kode 1 Dewasa Awal (16-35 tahun) : diberi kode 2 Dewasa Akhir (36-45 tahun) : diberi kode 3 Lansia Awal (46-55 tahun) : diberi kode 4 Lansia Akhir (56-65 tahun) : diberi kode 5 d) Tingkat Pendidikan SD/Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah : diberi kode 1 SLTP : diberi kode 2 SLTA : diberi kode 3 Diploma : diberi kode 4 Perguruan tinggi : diberi kode 5 e) Pekerjaan Keluarga PNS : diberi kode 1 Petani : diberi kode 2 Karyanswasta : diberi kode 3 Wiraswasta : diberi kode 4 Lainnya : diberi kode 5 f) Sudah berapa lama pasien/anggota keluarga mengalami sakit < 5 tahun : diberi kode 1 > 5 tahun : diberi kode 2
  • 33. 32 g) Pengeluaran untuk pasien dalam 1 bulan : Rp. 50.000 s/d Rp. 100.000 : diberi kode 1 Rp. 100.000 s/d Rp. 250.00 : diberi kode 2 Rp. 250.000 s/d Rp. 500.000 : diberi kode 3 Lebih dari Rp. 500.000 : diberi kode 4 3. Data Variabel a) Kepatuhan Klien Minum Obat Tidak patuh (<5) : diberi kode 1 Patuh (>5) : diberi kode 2 b) Kekambuhan Jarang (<2) : diberi kode 1 Sering (>2) : diberikan kode 2, 3 c. Processing Pengolahan adalah proses setelah semua kuesioner diisi secara lengkap dan benar serta jawaban responden atas kuesioner tersebut telah dikodekan ke dalam aplikasi pengolah data di komputer. d. Cleansing Pembersihan data memeriksa kembali apakah data yang dimasukkan sudah benar atau terjadi kesalahan saat memasukkan data. 3.8 Analisa Data Analisis data adalah aktivitas yang mengikuti pengumpulan data dari semua responden atau sumber lain (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini, data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan teknik statistik. Proses pemasukan data dan pengolahan data menggunakan software komputer Microsoft Excel dan program SPSS. Dalam penelitian ini menggunakan analisa data univariat dan bivariat, yaitu : a. Analisa Univariat Merupakan proses pengolahan data dengan bentuk grafik atau tabel (Nursalam, 2014). Analisa ini digunakan untuk menghitung distribusi dari
  • 34. 33 frekuensi sehingga diketahui gambaran dari karakteristik responden. Variabel responden yang termasuk dalam kategorik berupa pertanyaan seperti apa hubungan responden dengan klien, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan keluarga, berapa lama pasien/anggota keluarga mengalami sakit dan pengeluaran untuk pasien dalam 1 bulan berapa. Sedangkan variabel berbentuk numerik pada penelitian ini adalah kepatuhan klien minum obat dan kekambuhan. (Nototadmodjo, 2010) b. Analisa Bivariat Analisa bivariat untuk menganalisis hubungan antara 2 variabel yang diduga berkorelasi (Nototadmodjo, 2010). Analisa bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan klien minum obat dengan kekambuhan klien gangguan jiwa. Penelitian ini menggunakan skala nominal dan ordinal, sehingga menggunakan Statistik Non Parametric. (Norfai, 2021). Dalam statistik non parametric, data yang akan dianalisis tidak harus terdistribusi normal. Maka dari itu, pada penelitian ini tidak dilakukan uji normalitas. (Sugiyono, 2016). Uji statistik pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan Chi Square test, Peneliti ingin mengetahui hubungan kepatuhan klien minum obat dengan kekambuhan klien gangguan jiwa. Variabel kekambuhan termasuk skala ordinal dan varaibel kepatuhan minum obat termasuk skala nominal. (Sugiyono, 2016). 3.9 Etika Penelitian Prinsip-prinsip etika di mana penelitian ini dilakukan dirancang untuk melindungi responden dari berbagai kekhawatiran dan pengaruh yang timbul dari kegiatan penelitian (Nursalam, 2014) yaitu. a. Informed Consent (Pernyataan Persetujuan) Informed consent adalah suatu kesepakatan baik peneliti dan responden penelitian dengan memberikan formulir persetujuan. Informed consent diberikan kepada responden sebelum melakukan penelitian dengan memberikan formulir persetujuan untuk menjadi responden. Maksud dari
  • 35. 34 informed consent adalah agar responden memahami maksud dan tujuan penelitian, jika responden tidak menghendaki demikian peneliti harus tunduk dan hormat pada hak-hak responden. b. Anonymity (Tanpa Nama) Anonimitas merupakan aktivitas dalam penjagaan rahasia dan peneliti tidak diperbolehkan untuk memperlihatkan identitas responden, maka dalam kuesioner responden cuma dimintai agar memberi tanda berupa huruf awal nama contohnya saja (M). c. Beneficience (Manfaat) Di sebuah riset harusnya memberikan dampak baik bagi subjek sehingga dapat mencegah peningkatan kecemasan dengan berbagai cara jika mereka mengetahui tingkat kecemasan yang mereka alami. Risiko penelitian ini sangat rendah karena dalam penelitian ini pertanyaan yang diajukan hanya berupa angket dan tidak dilakukan perlakuan atau uji coba. d. Confidentially (Kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden diberikan penjaminan oleh peneliti, dan hanya beberapa kelompok data yang dilaporkan sebagai hasil penelitian yang tidak memuat data yang dibutuhkan peneliti, tidak akan disajikan dalam hasil dan kuesioner yang digunakan. peneliti untuk mengukur kecemasan melalui responden akan dihilangkan setelah hasil disajikan.
  • 36. 35
  • 37. 1
  • 38. 1
  • 39. 1
  • 40. DAFTAR PUSTAKA Ibrahim Ayub Sani. 2011. Keperawatan jiwa edisi 1. Penerbit Nusa.Tanggerang Ibrahim Ayub Sani. 2011. Keperawatan jiwa edisi 2. Penerbit Nusa.Tanggerang Ireine Kaunang. 2015. Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 2. Mei 2015 http://download.portalgaruda.org Junaidi iskandar. 2014. Cara Mengetahui Penyimpangan Jiwa Dan Perilaku Tidak Normal Lainya. Yogyakarta Kamila lestari, dhian ririn, herawati. Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa Diwilayah Kerja Puskesmas Banjar Baru. Dari http://2558-5120-1.SM.pdf Kaunang irene, kanine Asrom, kallo vanri. Hubungan kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan pada pasien skizofrenia yang berobat jalan di poliklinik jiwa rumah sakit prof. Dr. Iratumbuysang manado [online 2015]: volume 2 nomor 2. Dari http://gtgtgy7h8h8hgtfrdry7h.pdf Kaunang, 2015, Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Prevalensi Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Yang Berobat Jalan Di Poli Klinik Jiwa Rs Manado Keliat Budi Ana, Akemat, Helena Novi, Hurhaeni Heni. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas, Jakarta: EGC Kusuma Farida, Hartono Yudi. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
  • 41. Salemba Medika Lia Minarni, Jaka S. Sudagijono.2015. Jurnal Experientia Volume 3, Nomor 2 Oktober 2015 Magura , 2011, Faktor Associated With Medication Adherence Among Psychiatric Outpatients At Substance Abuse Risk Nasir Abdul, Muhith Abdul. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Keperawatan Teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika Saputra, 2012, Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan Jiwa Poli Rawat Jalan Rsjd Surakarta Souza, 2013, Bipolar Disordier And Medicaton: Adrence, Patients Knowledge And Serum Monitoring Of Lithium Carbonate Suprayitno,H. 2010. Merawat klien gangguan jiwa. http://ganafamily.blogspot.com/2010/12/gangguan- jiwa.html.[7april2015] Videbeck, Sheila.2008 Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Yosep Iyus. 2008. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
  • 42. https://regional.kompas.com/read/2011/11/14/14390742/~Regional~Indonesia %20Timur Aji, W. M. H. (2019). Asuhan Keperawatan Orang Dengan Gangguan Jiwa Halusinasi Dengar Dalam Mengontrol Halusinasi. Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Barry Guze, S. R. (2017). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC. Kasjono, Heru, K. (2016). Intisari Epidemologi. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Kautsar. (2015). Uji Validitas dan Reliabilitas HamiltonAnxiety Rating Scale Terhadap Kecemasan dan Produktivitas Pekerja Visual Inspection PT. Widatra Bhakti. Senatek. Lubis, N. L. (2016). Depresi. Jakarta: Kencana. Mariani. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan Penyakit Skizofrenia di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan. 1–18. Muslim. (2018). Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication) (Edisi Ketiga). Jakarta: EGC. Norfai. (2021). Statistika Non-Parametrik Untuk Bidang Kesehatan (Teoritis, Sistematis dan Aplikatif). Klaten: Penerbit Lakeisha.
  • 43. Notosoedirjo. (2018). Kesehatan Mental. Malang: UMM Press. Nototadmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. jakarta: rineka Cipta. Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. . Pebrianti, D. K. (2021). Penyuluhan Kesehatan tentang Faktor Penyebab Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 3(3), 235. https://doi.org/10.36565/jak.v3i3.160 Pujiningsih, E. (2021). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Guapedia. Putra, F. A., Widiyono, & Sukmonowati, W. (2019). Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Universitas Sahid Surakarta, 3(2), 58–66. Retrieved from http://www.tjyybjb.ac.cn/CN/article/downloadArticleFile.do?attachTyp e=PD F&id=9987 Refnandes, R., & Almaya, Z. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia. 17(1). RI, D. (2008). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Rilla Sovitriana. (2019). Dinamika Psikologis Kasus Penderita Skizofrenia. Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia. Sari, Y. P. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya
  • 44. Kekmabuhan Pada Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Dareh. Perinthis’ Health Journal, Vol. 5 No., 1–11. Siahaan. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan. Simanjuntak. (2017). Penanganan Penderita Skizofrenia Secara Holistik di Badan Pelayana Kesehatan Jiwa Nangroe Aceh Darussalam. USU Medan. Siswanto. (2018). Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Kemeneterian Kesehatan RI. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Videback, S. L. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Wardani. (2009). Pengalaman Keluarga Menghadapi Ketidakpatuhan Anggota Keluarga Dengan Skizofrenia Dalam Mengikuti Regimen Terapeutik : Pengobatan. FIK UI. Yunatan Iko Wicaksono. (2016). Gejala Gangguan Jiwa dan Pemeriksaan Psikiatri Dalam Praktek Klinis (edition 1). Malang: Medi Nusa Cretive (MNC).
  • 46. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu Lommbok Tengah. Nama : Sunnah NIM : 1420121017EX Akan mengadakan penelitian tentang “Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Poli Umum Puskesmas Teruwai Tahun 2022”. Untuk itu saya memohon kesediaannya menjadi responden dalam penelitian saya. Segala hal yang bersifat rahasia akan dirahasiakan dan digunakan hanya untuk penelitian ini. Dengan surat permohonan ini disampaikan, atas kesediaannya sebagai responden saya ucapkan terimakasih. Teruwai, Desember 2022 Sunnah Lampiran 2 Kode Responden:
  • 47. LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Klien/Inisial : Nama responden/Inisial : Hubungan dengan Klien : Umur : Alamat : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan maksud dari pengumpulan data untuk penelitian tentang “Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Poli Umum Puskesmas Teruwai Tahun 2022”. Untuk itu secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi responden penelitian tersebut. Adapun bentuk kesediaan saya adalah bersedia mengisi kuesioner. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan. Teruwai, Desember 2022 Responden ( )
  • 48. Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Poli Umum Puskesmas Teruwai Tahun 2022 1. DATA DEMOGRAFI Petunjuk : Berilah checklist (√) pada data demografi dibawah sesuai biodata. A. KARAKTERISTIK KLIEN 1) Inisial : 2) Umur Remaja Akhir (17-25 tahun) : ( ) Dewasa Awal (26-35 tahun) : ( ) Dewasa Akhir (36-45 tahun) : ( ) Lansia Awal (46-55 tahun) : ( ) Lansia Akhir (56- >65 tahun) : ( ) 3) Jenis Kelami Laki-laki : ( ) Perempuan : ( ) 4) Status Menikah : ( ) Belum menikah : ( ) Duda/Janda : ( ) 5) Alamat : B. RESPONDEN 1) Inisial : 2) Hubungan dengan Klien Orang Tua : ( ) Tgl: Kode:
  • 49. Anak : ( ) Kakak : ( ) Adik : ( ) Lainnya : ( ) 3) Umur Remaja Akhir (17-25 tahun) : ( ) Dewasa Awal (16-35 tahun) : ( ) Dewasa Akhir (36-45 tahun) : ( ) Lansia Awal (46-55 tahun) : ( ) Lansia Akhir (56-65 tahun) : ( ) 4) Jenis Kelamin Laki-laki : ( ) Perempuan : ( ) 5) Pendidikan SD/Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah : ( ) SLTP : ( ) SLTA : ( ) Diploma : ( ) Perguruan Tinggi : ( ) 6) Pekerjaan : PNS : ( ) Petani : ( ) Karyanswasta : ( ) Wiraswasta : ( ) Lainnya : ( ) 7) Sudah berapa lama pasien/anggota keluarga mengalami sakit < 5 tahun : diberi kode 1 > 5 tahun : diberi kode 2 8) Pengeluaran untuk pasien dalam 1 bulan Rp. 50.000 s/d Rp. 100.000 : ( )
  • 50. Rp. 100.000 s/d Rp. 250.000 : ( ) Rp. 250.000 s/d Rp. 500.000 : ( ) Lebih dari Rp. 500.000 : ( ) Lampiran 4 II. KUESIONER KEPATUHAN MINUM OBAT Petunjuk : Berilah checklist (√) pada jawaban yang pasien rasa paling benar. No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Klien meminum obat secara teratur tanpa di ingatkan oleh keluarga 2. Klien meminum obat sesuai dengan dosis yang diberikan dari puskesmas 3. Klien tidak menghentikan obat yang dikonsumsi sebelum waktunya 4. Klien mengetahui jadwal minum obat secara mandiri 5. Klien merasa jenuh atau bosan minum obat 6. Keluarga mengingatkan klien dalam minum obat 7. Keluarga mendampingi klien saat kontrol ke puskesmas 8. Keluarga diberi informasi secara detail tentang cara minum obat dan jadwal kontrol ulang 9. Keluarga tidak mengajak klien untuk melakukan kontrol ulang 10. Dukungan keluarga terhadap pengobatan klien sangat besar 11. Ketidakpatuhan minum obat pada klien karena
  • 51. kurangnya pengawasan dirumah 12. Klien minum obat secara teratur karena dibantu adanya pemberian label pada setiap kemasan obat 13. Klien malas kontrol karena jarak puskesmas dengan rumah klien jauh 14. Kesembuhan klien tidak diharapkan oleh keluarga klien 15. Klien/keluarga klien tidak mengambil obatnya karena tidak punya uang Lampiran 5 III. KUESIONER KEKAMBUHAN Petunjuk pengisian :Berilah tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan. No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Jika klien menunjukan tanda dan gejala kekambuhan seperti : a. Gelisah b. Sering melamun c. Sering bicara sendiri d. Menarik diri e.Kurang perawatan diri f. Sulit tidur
  • 52. g. Mengamuk dan menyerang 1. Jika Ya, dalam satu tahun ini berapa kali pasien mengalami kekambuhan? a. ( ) 1 kali b. ( ) 2 kali c. ( ) Lebih dari 2 kali