Pertemuan 11 Karakteristik Ekologi Zona Intertidal.ppt
1.
2. Zona intertidal/litoral/pasang surut
merupakan area yang berada di sepanjang
garis pantai dan dipengaruhi oleh periode
pasang surut air laut.
3. Laut merupakan bagian dari ekosistem
perairan yang memiliki ciri-ciri antara lain:
bersifat continental (seluas benua), luas dan
dalam, asin, memiliki arus dan gelombang,
pasang-surut, dan dihuni oleh organisme
baik plankton, neuston maupun bentos.
Laut digambarkan dalam istilah zona atau
daerah: (1) daerah litoral, atau daerah
pasang surut, berbatasan dengan daratan,
(2) daerah neritik, merupakan derah laut
dangkal, daerah ini dapat ditembus cahaya
matahari sampai ke dasar. Kedalamannya
sampai 200 m. (3) daerah batial, merupakan
daerah remang-remang, kedalamannya
4. Zona intertidal memiliki luas yang sangat
terbatas, meliputi wilayah yang terbuka
pada saat surut tertinggi dan terendam
air pada saat pasang tertinggi atau
separuh waktu berupa ekosistem
terrestrial dan separuhnya berupa
ekosistem akuatik.
Walaupun wilayahnya sempit, daerah
intertidal memiliki variasi faktor
lingkungan terbesar dibanding dengan
ekosistem lainnya, dan variasi ini dapat
5.
6.
7. Pasang Naik- Pasang Surut. Pasang-Surut
adalah naik dan turunnya permukaan air
laut secara periodik selama interval
waktu tertentu.
8. Pasang-surut merupakan faktor
lingkungan paling penting yang
mempengaruhi kehidupan di zona
intertidal, pengaruh pasang-surut
terhadap organisme dan komunitas zona
intertidal paling jelas adalah kondisi yang
menyebabkan daerah intertidal terkena
udara terbuka secara periodik dengan
kisaran parameter fisik yang cukup lebar.
Organisme intertidal perlu kemampuan
adaptasi agar dapat menempati daerah
ini.
9. Perbedaan waktu relatif antara lamanya
suatu daerah tertentu di intertidal
berada diudara terbuka dengan lamanya
terendam air. Lamanya terkena udara
terbuka merupakan hal yang sangat
penting karena pada saat itulah
organisme laut akan berada pada kisaran
suhu terbesar dan kemungkinan
mengalami kekeringan.
Pengaruh pasang-surut yang lain adalah
karena biasanya terjadi secara periodic
maka pasang-surut cenderung
membentuk irama tertentu dalam
10. Suhu. Suhu di daerah intertidal biasanya
mempunyai kisaran yang luas selama periode
yang berbeda baik secara harian maupun
musiman dan dapat melebihi kisaran toleransi
organisme.
Jika pasang-surut terjadi pada kisaran suhu udara
maksimum (siang hari yang panas) maka batas
letal dapat terlampaui, atau jika tidak terjadi
kematian maka akan menurunkan daya tahan
tubuh organisme sehingga tidak dapat
menjalankan aktivitas seperti biasa dan akan
mati karena sebab-sebab sekunder.
Ombak/Gelombang. Pada pantai berpasir dan
berlumpur kegiatan ombak dapat membongkar
substrat sehingga mempengaruhi bentuk zona.
Terpaan ombak dapat menjadi pembatas bagi
organisme yang tidak dapat menahan terpaan
11. Salinitas. Perubahan salinitas di daerah
intertidal dapat melalui dua cara:
Zona intertidal terbuka pada saat surut, dan
kalau hal ini terjadi pada saat hujan lebat
maka salinitas akan turun. Apabila
penurunan ini melewati batas toleransi bagi
organisme (sebagian besar organisme
intertidal stenohalin dan osmokonformer)
maka organisme dapat mati.
Pada daerah intertidal pantai berbatu yang
memiliki banyak cekungan, daerah ini dapat
digenangi air tawar yang masuk ketika hujan
deras sehingga menurunkan salinitas, atau
memperlihatkan kenaikan salinitas jika
12. Substrat Dasar. Substrat dasar zona
intertidal memiliki variasi yang berbeda
dan dapat berupa pasir, lumpur maupun
berbatu.
Substrat dasar ini menyebabkan
perbedaan struktur komunitas flora dan
fauna yang berbeda.
13. Secara umum kita dapat membagi tipe-tipe
pantai berdasarkan material/substrat
penyusun dasar perairan, antara lain: tipe
pantai berbatu, berpasir, dan berlumpur.
Pantai berbatu atau rocky shore
merupakan salah satu jenis pantai
yang tersusun oleh batuan induk yang keras
seperti batuan beku atau sedimen yang
keras atau secara umum tersusun oleh
bebatuan. Keadaan ini berlawanan dengan
penampilan pantai berpasir dan pantai
berlumpur yang hampir tandus.
Dari semua pantai, pantai ini memiliki
berbagai organisme dengan keragaman
14. Pantai berbatu menyediakan habitat
untuk tumbuhan dan hewan.
Habitat ini berperan sebagai substrat,
tempat mencari makan, tempat
persembunyian serta tempat
berinteraksinya berbagai macam
organisme khususnya yang memiliki
hubungan rantai makanan. Daerah
intertidal khususnya pantai berbatu
meruapakan zona yang penting untuk
manusia dan organisme lain.
Daerah ini banyak dihuni hewan
coelenterata, moluska, crustaceae dan
15.
16. Pantai Berpasir. Pantai berpasir
merupakan lingkungan yang sangat
dinamis, dimana struktur fisik habitatnya
digambarkan dengan adanya interaksi
antara pasir, gelombang, dan pasang
surut air laut.
Pantai berpasir merupakan salah satu
jenis pantai yang dinamis karena
kemampuannya untuk menyerap energy
gelombang. Energy gelombang ini
dikeluarkan melalui pergerakan airnya
yang membawa pasir pantai ke luar
wilayah pantai pada saat gelombang
17. Dua kelompok terbesar dari jenis pantai
berpasir adalah pantai berpasir yang
tersusun atas pasir silica dan pantai
berpasir yang terdiri dari pasir karbonat.
Pasir silica memiliki tingkat kerapatan
jenis yang sedikit lebih rendah (2,66
gram.cm3) dibandingkan pasir karbonat
(2,7 – 2,95 gram.cm3 pada kalsit dan
aragonite).
Adapun kelompok makhluk hidup yang
mendiami habitat ekosistem pantai
berpasir terdiri dari kelompok
invertebrate dan makrofauna bentik.
18.
19. Pantai Berlumpur. Pantai berlumpur
merupakan pantai yang memiliki substrat
yang sangat halus dengan diameter kurang
dari 0.002 mm. Menurut Nybakken (1988)
pantai berlumpur berada pada daerah yang
terlindung dari hempasan gelombang secara
langsung.
Pantai berlumpur dicirikan oleh ukuran
butiran sedimen sangat halus dan memiliki
tingkat bahan organik yang tinggi, pantai ini
pula banyak dipengaruhi oleh pasang surut
yang mengaduk sedimen secara periodik.
Pelumpuran yang terjadi di wilayah pantai
tidak hanya disebabkan oleh energi
lingkungan rendah, akan tetapi bahwa
20. Pantai berlumpur cenderung untuk
mengakumulasi bahan organik, sehingga
cukup banyak makanan yang potensial
bagi organisme pantai ini. Namun,
berlimpahnya partikel organik yang halus
yang mengendap di dataran lumpur juga
mempunyai kemampuan untuk
menyumbat permukaan alat pernafasan.
21.
22. Daya tahan terhadap kehilangan air. Organisme
yang hidup di daerah intertidal harus memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
kehilangan air selama berada di udara terbuka.
Mekanisme sederhana ditunjukkan oleh hewan-
hewan yang bergerak, seperti kepiting, anemon,
Citon, dll. Hewan ini berpindah dari daerah
terbuka di intertidal ke dalam lubang, celah atau
galian yang basah atau bersembunyi dibawah
algae sehingga kehilangan air dapat dihindari.
Mekanisme lain untuk beradaptasi terhadap
kehilangan air adalah melalui adaptasi struktural,
tingkah laku maupun keduanya. Beberapa species
dari teritip, gastropoda (Littorina) dan bivalvia
23. Keseimbangan Panas. Organisme
intertidal memiliki keterbukaan terhadap
perubahan suhu yang ekstrem dan
memperlihatkan adaptasi tingkah laku
dan struktural tubuh untuk menjaga
keseimbangan panas internal. Beberapa
bentuk adaptasi antara lain:
Memperbesar ukuran tubuh: Dengan
memperbesar ukuran tubuh berarti
perbandingan antara luas permukaan
dengan volume tubuh menjadi lebih kecil
sehingga luas daerah tubuh yang
mengalami peningkatan suhu menjadi
24. Memperbanyak ukiran pada cangkang.
Ukiran-ukiran pada cangkang berfungsi
sebagai sirip radiator sehingga
hilangnya panas. Contoh Littorina dan
Tectarius.
Hilangnya panas dapat juga diperbesar
melalui pembentukan warna tertentu
cangkang. Genera Nerita, dan Littorina
memiliki warna lebih terang
dengan kerabatnya yang hidup di daerah
lebih bawah (warna gelap akan menyerap
panas).
Memliki persediaan air tambahan yang
25. Tekanan Mekanik. Setiap organisme
intertidal perlu beradaptasi untuk
mempertahankan diri dari pengaruh
ombak. Gerakan ombak mempunyai
pengaruh yang berbeda pada pantai
berbatu, berpasir dan berlumpur
sehingga memiliki konsekuensi bentuk
adaptasi yang berbeda pada
organismenya. Beberapa bentuk adaptasi
antara lain:
Melekat kuat pada substrat, seperti pada
26. Melekat dengan kuat tetapi tidak
permanen seperti pada Mytillus
melalui cangkang mulutnya yang
putus dan dibentuk kembali.
Mempertebal ukuran cangkang, lebih
tebal dibandingkan kerabatnya yang
hidup di daerah subtidal.
27. Tekanan Salinitas. Zona intertidal
mendapat limpahan air tawar, yang dapat
menimbulkan masalah tekanan osmotik bagi
organisme yang hanya dapat hidup pada air
laut. Kebanyakan organisme intertidal
bersifat osmokonformer, tidak seperti
organisme estuaria. Adaptasi satu-satunya
adalah sama dengan yang dilakukan untuk
melindungi tubuh dari kekeringan yaitu
dengan menutup cangkangnya.
Reproduksi. Kebanyakan organisme
intertidal hidup menetap atau melekat,
sehingga dalam penyebarannya mereka
menghasilkan telur atau larva yang bersifat
planktonik. Reproduksi dapat juga terjadi
Editor's Notes
Stenohalin: organisme pada kisaran toleransi sempit
Osmokonformer: organisme laut yang hidup dengan kemampuan tekanan osmotik internal tubuhnya stabil terlpeas pengaruh dari lingkungan