Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Penilaian karya sastra
1. PENILAIAN KARYA SASTRA
• Kritik sastra adalah pertimbangan baik-buruk,
bernilai seni-tidaknya karya sastra. Berkaitan
dengan memberi nilai.
• Karya sastra: karya seni. Di dalamnya
mengandung penilaian: “seni”. Ini berhubungan
dengan “indah” atau “keindahan”. Atau nilai
“estetis”.
2. • Penilaian yang tepat (terhadap karya sastra)
adalah berdasarkan hakikat dan fungsi karya
sastra. Rene Wellek menyatakan: “Bagaimana
orang menilai dan menentukan nilai sastra?
Seharusnya orang menilai seni sastra seperti
adanya; dan menaksir nilai itu menurut kadar
sastra. Hakikat, fungsi, dan penilaian erat
berhubungan.”
3. • Apakah hakikat dan fungsi karya sastra?
Rene Wellek membatasi seni sastra pada karya
yang bersifat imaginatif, di dalamnya terkandung
juga sifat:
fictionaly: sifat khayalan,
invention: adanya kebaruan (akibat
pengkhayalan),
imagination: adanya daya
mengangankan/membayangkan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru, yang asli,
menghasilkan dunia angan, dan fungsi estetiknya
dominan.
4. • Bagaimanakah karya sastra yang bermutu:
• Jawabnya: Karya sastra yang imajinatif dan yang
seni.
• Artinya:
Karya sastra yang bermutu adalah karya sastra
yang banyak menunjukkan adanya penciptaan-
penciptaan baru (kreativitas) dan keaslian cipta, di
samping itu yang bersifat seni.
5. • Apakah fungsi karya sastra berdasarkan
hakikatnya?
• Rene Wellek mengutip pendapat Horace, bahwa
seni itu bersifat dulce et utile, artinya
menyenangkan dan berguna.
• Menyenangkan artinya “bukan sesuatu yang
menjemu-kan”, “bukan sesuatu keharusan”.
• Berguna/berfaedah searti dengan “bukan
memboroskan waktu”, berguna bukan sebagai
“perintang waktu”, melainkan sesuatu yang patut
mendapat perhatian.
6. • Sifat menyenangkan berkaitan dengan cara
pengungkapan/menceritakan/mengekspresikan
yang berhasil. Maka unsur pokoknya adalah
kandungan maksud sastrawan, yakni seluruh
pengalaman jiwanya. Karena pengungkapannya
berhasil mengakibatkan bersifat seni, yaitu
mengharukan, menimbulkan belas kasihan,
menakutkan, mengerikan, menyenangkan.
Sehingga pembaca menjadi tidak jemu, selalu
dengan ringan, dengan senang hati membacanya.
Seolah pembaca dibius oleh keharuan, rasa belas
kasihan, kemegahan, bahkan kengerian. Pembaca
seperti kena sihir.
7. • Tentu saja yang
mengharukan/menyenangkan/menimbulkan
belas kasihan itu bukan pengalaman biasa,
melainkan pengalaman yang besar, agung,
hebat. Misalnya berupa filsafat yang tinggi,
pandangan hidup yang tinggi, renungan tentang
baik-lebih baik, moralitas rumit. Pengalaman
yang agung itu dapat memperkaya jiwa/batin
pembaca sehingga berguna bagi kehidupannya,
dapat mempertinggi taraf penghidupan dan
kehidupannya.