Presentasi ini membahas tentang biooptik fisika yang mencakup anatomi dan fisiologi mata, serta penyimpangan penglihatan dan teknik koreksinya. Bagian-bagian mata dijelaskan beserta fungsinya dalam proses penglihatan. Dibahas pula tentang daya akomodasi mata, pembiasan cahaya pada lensa, hubungan antara jarak fokus dengan jarak benda dan bayangan, serta berbagai penyimpangan penglihatan seperti mi
1. Presentasi Biooptik Fisika
Kelompok 2.2
Mega Aprillianti 2012 32 074
Nurmalia Intifada 2012 32 106
Restu RPD 2012 32 043
Sefiaeni Nur Handayani 2012 32128
Universitas Esa Unggul
Fak. Ilmu-ilmu Kesehatan, Jur. Ilmu Gizi
2012-2013
Jumat, 14 Desember 2012
2. Pendahuluan
Dahulu orang beranggapan bahwa benda di sekitar kita dapat terlihat oleh mata kita
karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan ini didukung oleh Plato
dan Euclides.
Pendapat tersebut akhirnya ditentang oleh Aristoteles karena pada kenyataannya kita
tidak bisa melihat dalam kegelapan.
Selanjutnya pada abad pertengahan Alhazan dari Mesir berpendapat bahwa benda-
benda dapat kita lihat karena benda-benda tersebut memancarkan atau
memantulkan cahaya, kemudian cahaya tersebut masuk ke dalam mata kita.
Pendapat terakhir ini sampai sekarang masih diterima kebenarannya.
3. Alat Optik Mata
Bagian-bagian mata:
1. Retina Tempat jatuhnya bayangan benda
2. Iris Pemberi warna pd mata, pengatur besar kecilnya lubang pupil
3. Kornea Menerima rangsang cahaya dan melindungi bagian dalam
4. Pupil Lubang tempat masuknya cahaya yang berfungsi mengatur intensitas cahaya
sehingga tidak silau.
5. Lensa mata (cembung)Bagian yang berfungsi membiaskan sinar yangmasuk.
6. Otot Siliar :yaitu otot yang berada di sekitar lensa mata yang berfungsiuntuk mengatur
ketebalan dan pipih nya lensa mata.
7. Cairan aqueous yang berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga
terfokus ke lensa mata
8. Cairan vitreous:cairan yang mengisi ruang kosong antara lensadan retina yang berfungsi
sebangai penyokong retina dan menjaga bentuk bola mata.Benda di depan mata akan
terlihat bila bayangannya jatuh di retina.Sifat bayangannya nyata, terbalik, diperkecil
4. Daya Akomodasi Mata
Daya akomodasi mata adalah kemampuan lensa mata untuk menyembung ketika melihat
dekat dan memipih ketika melihat jauh.
a. Titik Jauh (Punctum Remotum/PR)
Titik jauh adalah jarak terjauh yang masih dapat dilihat mata dalam keadaanmemipih
(tanpa akomodasi), untuk mata normal PR= ∞ (tak terhingga/infinity.
b. Titik Dekat
Titik dekat adalah jarak terdekat yang masih dapat dilihat mata dalamkeadaan
menyembung (akomodasi maksimum), untuk mata normal PP=25cm.
c. Akomodasi Maksimum
Titik dekat adalah jarak terdekat yang masih dapat dilihat mata dalamkeadaan
menyembung (akomodasi maksimum), untuk mata normal PP=25cm.
d. Tanpa Akomodasi
Tanpa akomodasi adalah keadaan lensa mata yang paling pipih ketikamelihat jauh
5. Korelasi antara jarak titik dekat dengan berbagai usia
Umur (th) Titik dekat (cm)
10 >>>>> 7
20 >>>>> 10
30 >>>>> 14
40 >>>>> 22
50 >>>>> 40
60 >>>>> 200
Jarak terdekat dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak
pada “titik dekat” punktum proksimum. Jarak punktum proksimum terhadap mata
dinyatakan P(dalam meter) maka disebut Ap (akisal proksimum); pada saat ini mata
berakomodasi sekuat- kuatnya (mata berakomodasi maksimum).
6. Jarak terjauh bagi benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak
pada titik jauh/punktum remotum. Jarak punktum remotum terhadap mata dinyatakan r
(dalam meter) maka disebut Ar (Aksial Proksimum); pada saat ini mata tidak
berakomodasi/lepas akomodasi. Selisih A dengan Ar disebut lebar akomodasi, dapat
dinyatakan :
Ac = Ap – Ar
Ac =lebar akomodasi yaitu perbedaan antara akomodasi maksimal dengan lepas
akomodasi maksimal.
Secara empiris A = 0,0028 (80 th – L) dioptri L = umur dalam tahun
Bertambah jauhnya titik dekat akibat umur disebut mata presbiop. Presbiop ini bukan
merupakan cacat penglihatan. Ada satu dari sekian jumlah orang tidak mempunyai lensa
mata. Mata demikian disebut mata afasia.
7. Lensa Serfis
Lensa sferis penting sekali dalam biooptik. Kacamata bantu yang kita gunakan biasanya
merupakan jenis lensa ini. Sferis adalah bentuk bola. Jadi lensa sferis adalah lensa yang
memiliki bentuk irisanbola baik cembung pada bagian luar maupun cembung pada bagian
dalam.
Macam-macam lensa serfis :
a. Lensa konveks/lensa cembung/lensa positif/lensa konvergen (mengumpulkan berkas
sinar), yang terdiri atas:
- Lensa bikonveks (cembung ganda)
- Lensa plankonveks (cembung datar)
-Konkafkonveks (cembung cekung)
b. Lensa konkaf/lensa cekung/lensas negatif/lensa divergen (menyebarkan berkas sinar),
yang terdiri atas:
- Lensa bikonkaf (cekung ganda)
- Lensa plankonkaf (cekung datar)
- Konvekskonkaf (cekung cembung)
8.
9. Pembiasan cahaya pada lensa sferis
Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan cahaya jika media yang dilalui oleh
cahaya berlainan. Pembiasan cahaya pada lensa sferis memiliki kaidah sebagai
berikut:
1. Sinar sejajar sumbu utama (dari jarak tak terhingga) dibiaskan melalui titik focus
lensa
2. Sinar melalui titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar melalui pusat lensa tidak dibiaskan Ilustrasi penerapan kaidah di atas pada
lensa cembung dan lensa cekung adalah sebagai berikut:
10. Sifat bayangan pada lensa cembung adalah nyata dan terbalik, sedangkan
sifat bayangan pada lensa cekung adalah maya (semu) dan tegak.
Perhatikan juga bahwa berkas cahaya pada lensa cembung konvergen
(mengumpul), sedangkan pada lensa cekung divergen (menyebar).
11. Hubungan antara jarak fokus, jarak benda dan jarak bayangan
Hubungan antara jarak fokus, jarak benda dan jarak bayangan diformulasikan sebagai
berikut:
Keterangan:
F = jarak fokus
S = jarak benda
S’ = jarak bayangan
Contoh:
Sebuah benda diletakkan 2 meter di depan lensa positif dengan jarak fokus 10 cm.
Dengan demikian berapakah jarak bayangan yang dihasilkan?
12. Penyelesaaian:
Diketahui:
S=2m
f = 10 cm = 0,1 m
Ditanyakan : S’ …?
Jawab:
1/f = 1/S + 1/S’
1/S’ = 1/f – 1/S
= 1/0,1 – 1 /2 m
= 1/0,1 x 20/20 – 1/2 m
= 20/2 – 1 /2 m
= 19/2 m
S’ = 2/19 m = 0,11 m
13. Penyimpangan Penglihatan dan Teknik Koreksi
Mata yang mempunyai titik jauh terhingga akan memberi bayangan benda secara tajam
pada selaput retina disebut mata emetropia (mata normal).
Sedangkan mata yang mempunyai titik jauh yang bukan tak terhingga disebut mata
ametropia.
Mata Ametropia mempunyai dua bentuk:
•Miopia (Penglihatan Dekat)
•Hipermetropia (Penglihatan Jauh)
14. Miopia
Rabun Jauh(Miopia)
Rabun jauh adalah mata yang tidak dapat melihat benda dengan jelas pada jarak jauh.
Memiliki titik dekat PP = 25 cm, tetapi titik jauhnya terletak pada jarak tertentu, yaitu PR <
∞. Bayangan jatuh didepan retina.
15. Hipermetropia (rabun dekat)
adalah mata yang tidak dapat melihat pada jarak dekat PP > 25, tetapi normal
melihat jauh PR = ∞ (tak terhingga /infinity), halini disebabkan lensa mata
terlalu pipih, atau jarak lensa ke retina terlalu dekat
16. Astigmatisme
Astigmatisme adalah kondisi yang ditandai dengan pembiasan cahaya tidak difokuskan
pada satu titik, melainkan pada satu bidang. Hal ini disebabkan oleh elemen optis mata
yang tidak sferis melainkan oval (sumbu yang saling tegak lurus memiliki panjang
berbeda). Koreksi pada kelainan ini adalah dengan menggunakan lensa silindris.
17. presbiopia (mata tua)
Pada mata presbiopia bermasalah untuk melihat jauh dan dekat. untuk
itu penderita dianjurkan memakai kaca mata bivokal (kacamata
berfungsi rangkap).
18. Ketajaman Mata (visus)
Ketajaman penglihatan atau visus adalah kemampuan mata untuk
melihat 2 titik terpisah sebagai 2 titik terpisah pada sudut pandangan
tertentu. Jika dari 2 titik terpisah masing-masing ditarik garis lurus
menuju mata kita maka 2 garis yang dihasilkan akan membentuk sudut
pada mata kita yang disebut dengan sudut pandangan.
Sudut pandangan terkecil yang masih bisa membedakan bahwa 2 titik
terpisah sehingga tetap terlihat terpisah, dinamakan minum separable
(1/600)
19. Tanggap Warna
Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap warna
tersebut belum diketahui secara jelas. Dengan menggunakan pengamatan Skotopik
pada intensitas cahaya yang lemah, tidak ada respon terhadap warna tetapi dengan
menggunakan pengamatan Fotopik dapat melihat warna namun tidak bisa membedakan
warna pada objek yang letaknya jauh dari pusat medan penglihatan.
Teori Tanggap Warna
Kone berbeda dengan rod dalam beberapa hal yaitu kone memberikan jawaban vang
selektif
terhadap warna, kurang sensitif terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak
dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal Lamanov, Young
Helmholtz berpendapat ada tiga tipe kone yang tanggap terhadap tiga warna pokok yaitu:
Biru, Hijau, Dan Merah.
20. •Kone biru
Mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya antara 400 dan 500
milimikron. Ini berarti kone biru dapat menerima cahaya, ungu, biru dan hijau.
•Kone hijau
Berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekuensi antara 450 dan 650
milimikron. Ini berarti kone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning, orange dan
merah.
•Kone merah
Dapat mendeteksi seluruh gelombang cahaya tetapi respon terhadap cahaya orange
kemerahan sangat kuat daripada warna-warna lainnya.
21. Buta Warna
Buta warna adalah suatu kondisi ketika sel-sel retina tidak mampu merespon warna
dengan semestinya. sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami kelemahan atau
kerusakan permanen.
a. Klasifikasi Buta Warna
•Trikromasi
Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel
sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-
orang.
Ada tiga klasifikasi pada Trikromasi:
-Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah.
-Deuteromalin, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita.
-Trinomali, kondisi di mana warna biru sulit di kenali penderita.
22. •Dikromasi
Keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:
-Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecarahan warna
merah atau perpaduannya kurang.
-Denteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau.
-Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.
•Monokromasi
Monokromasi sebenarnya sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum.
Kondisi ini ditandai oelh retina mata mengalami kerusakan total dalam respon warna.
Hanya warna hitam dan putih yang mampu diterima retina.
b. Penyebab Buta Warna
Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik di bawah oleh kromoson X
pada perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anak. Ketika seseorang
mengalami buta warna, mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan pigmen
yang dibutuhkan untuk mata berfungsi dengan normal.