1. Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna. Morfem dapat berupa kata dasar, imbuhan, klitika, dan partikel.
2. Morfem dapat dibedakan menjadi morfem bebas yang dapat berdiri sendiri dan morfem terikat yang membutuhkan morfem lain untuk membentuk kata.
3. Jenis-jenis morfem meliputi morfem dasar, imbuhan, segmental, suprasegmental, leksikal, gramatikal, dan morfem nol
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi, dan Balita .
Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang, yang dapat menyebabkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari.
Presentasi bahasa indonesia kalimat efektifzazinul ummah
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Kalimat efektif sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu terjamin.
1. 1. Pengertian Morfem
Morfem adalah bentuk terkecil yang dapat membedaka makna dan atau mempunyai makna.
Wujud morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel dan kata dasar (misalnya –an, -lah, kah, bawa). Sebagai kesatuan pembeda makna, semua contoh wujud morfem tersebut
merupakan bentuk terkecil dalam arti tidak dapat lagi dibagi menjadi kesatuan bentuk yang
lebih kecil.
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan
menghubungkan morfem itu dengan kata mempunyai makna/arti leksikal. Jika penghubungan
itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah
morfem.
Contoh : morfem –an, -di, me-, ter, -lah jika digabungkan dengan kata makan, dapat
membentuk kata-kata baru; makaan, dimakan, memakan, termakan, makanlah, kata-kata itu
mempunyai makna baru dan berbeda dengan kata makan.
Jika ditinjau dari segi bentuknya, kata dasar tergolong sebagai morfem karena wujudnya
hanya sebagai satu morfem. Kata dasar bawa, rumah, main, tidak dapat diurai lagi menjadi
bentuk yang lebih kecil. Sebaliknya, kata terbawa, dirumahkan, dipermainkan, adalah katakata kompleks yang dapat diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.
Menurut bentuk dan maknanya,
1. Morfem bebas, yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus
dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong morfem bebas.
2. Morfem terikat, yaitu morfem tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna. Makna
morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem lainnya.
Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran)
tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu unsur-unsur kecil seperti klitika, partikel,
dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem
terikat.
A. Pengertian Morfologi
Istilah morfologi merupakan serapan dari bahasa Inggris morphology. Morfologi itu adalah
cabang linguistik yang mempelajari bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar, 1981:52).
Penyebutan “bagian-bagian kata secara gramatikal” itu penting karena terdapat pula bagianbagian kata secara fonemis (lih. Verhaar, 1981:52). Contohnya adalah fonem /i/ dalam kata
menduduki dan mencari. Fonem /i/ dalam menduduki adalah morfem, sedangkan dalam
mencari merupakan fonem. Hal ini terjadi karena /i/ pada kata menduduki mempunyai
makna, sedangkan dalam mencari tidak.
B. Bahan dan Objek Penelitian Morfologi: Kata dan Morfem
Bahan penelitian morfologi adalah kata, sedangkan objek penelitiannya adalah morfem
(morpheme). Perlu dicatat bahwa bila diperhatikan secara morfemis, kata ada yang terdiri atas
satu morfem dan ada yang terdiri atas dua atau lebih morfem. Kata jenis pertama disebut kata
2. monomorfemis, sedangkan yang kedua disebut kata polimorfemis. Contohnya adalah kata
lari dan dan tersenyum. Kata lari merupakan kata monomorfemis karena hanya terdiri atas
satu morfem, yaitu {lari}, sedangkan kata tersenyum merupakan kata polimorfemis karena
terdiri atas dua morfem, yaitu {ter-} dan {senyum}. Kata yang menjadi bahan penelitian
morfologi, terutama adalah kata polimorfemis (polymorphemic words).
Morfem adalah satuan gramatikal yang terkecil (Verhaar, 1981:2). Disebut sebagai “satuan
gramatikal terkecil” karena setiap morfem mempunyai makna. Sebagai satuan gramatikal
terkecil, morfem itu tidak lagi mempunyai unsur gramatikal yang lebih kecil lagi. Morfem
memang dimungkinkan memiliki unsur-unsur yang lebih kecil lagi, tetapi unsur-unsur yang
dimaksud bukanlah unsur morfem, melainkan fonem. Jadi, morfem dapat terdiri atas satu fonem, misalnya fonem -i dalam kata memukuli, mengamati, mengangkati, dan sebagainya,
atau lebih dari satu fonem, misalnya -kan dalam mencarikan, memukulkan, mengangkatkan,
dan sebagainya.
C. Deretan Paradigma
Morfem dapat ditentukan lewat deretan paradigma. Deretan paradigma adalah deretan katakata yang berhubungan bentuk dan maknanya (lih. Ramlan, 2001:34). Kata membelikan, misalnya, terdiri atas satu morfem atau lebih perlu dideretkan dengan kata-kata lain yang
berhubungan bentuk dan maknanya. Demikianlah, di samping membelikan, terdapat pula kata
dibelikan, belikan, dan pembelian di satu pihak dan membawakan, dibawakan, bawakan, dan
pembawaan serta membuatkan, dibuatkan, buatkan, dan pembuatan, seperti tampak dalam
deretan berikut.
(a)
(b)
(c)
(1) membelikan membawakan
membuatkan
meN-kan
(2) dibelikan
dibawakan
dibuatkan
di-kan
(3) belikan
bawakan
buatkan
-kan
(4) pembelian pembawaan pembuatan peN-an
beli bawa buat
Dari deretan tersebut, dapat diketahui bahwa kata membelikan terdiri atas tiga morfem, yaitu
{meN-}, {-kan}, dan {beli}.
D. Morfem, Morf, dan Alomorf
Morfem berwujud abstrak (Verhaar, 1981:57). Keabstrakan morfem itu, misalnya, kelihatan
jelas dalam pranalisasi (yang dilambangkan dengan N kapital) dalam prefiks {meN-}. Dalam
pemakaian, lambang N kapital itu berubah menjadi /mәŋ-/ (misalnya dalam kata
menggunakan /mәŋgunakan/), /mәm-/ (misalnya dalam kata membeli /mәmbәli/), /mәŋә-/
(misalnya dalam kata mengecat /mœNœcat/), /mәñ-/ (misalnya dalam kata mencari
/mәñcari/), /mәn-/ (misalnya dalam kata menangis /mәnaNis/), dan /mә-/ (misalnya dalam
kata melarang /mœlaraN/). Dari pemakaian morfem {meN-} itu dapat diketahui bahwa
morfem bersifat abstrak. Morfem harus dikenali lewat realisasi (atau pemakaian) konkretnya.
3. Realisasi konkret itu disebut alomorf. Misalnya realisasi konkret morfem {meN-} adalah
/mәŋ-/, /mәm-/, /mәŋә-/, /mәñ-/, /mәn-/, dan /mә-/.
Morf adalah salah satu bentuk alomorfemis dari suatu morfem yang dipilih untuk mewakili
bentuk konkret morfem. Hanya, bentuk yang dipilih itu dianggap mewakili secara konkret
morfem yang bersangkutan (lih. Verhaar, 1981:57).
E. Jenis-jenis Morfem
Morfem-morfem dapat diklasifikasikan berdasarkan (a) kemungkinannya sebagai kata, (b)
kedudukannya dalam pembentukan kata, (c) banyaknya alomorf, (d) proses morfemis, (e)
jenis fonem yang menyusunnya, dan (f) macam maknanya. Berikut ini hasil klasifikasi itu
masing-masing dipaparkan.
1. Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Menurut kemungkinannya sebagai kata, morfem-morfem dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu morfem bebas (free morpheme) dan morfem terikat (bound morpheme). Morfem
bebas ialah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata, sedangkan morfem terikat adalah
morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata, tetapi selalu dirangkaikan dengan satu
morfem atau lebih yang lain menjadi satu kata. Yang termasuk morfem bebas misalnya
{orang}, {mata}, {datang}, dan {tidur}, sedangkan yang termasuk morfem terikat misalnya
{ber-}, {meng-}, {di-}, {temu}, {juang}, dan {ajar}.
2. Morfem Dasar dan Morfem Imbuhan
Menurut kedudukannya dalam pembentukan kata, morfem-morfem dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu morfem dasar dan morfem imbuhan. Morfem dasar adalah morfem yang
dileburi morfem lain dalam pembentukan kata. Menurut Verhaar (1996:99), morfem dasar ini
terdiri atas tiga jenis, yaitu:
a. morfem pangkal adalah morfem dasar yang bebas, contohnya adalah {do} dalam undo dan
{hak} dalam berhak;
b. morfem akar adalah morfem dasar yang berbentuk terikat. Agar menjadi bentuk bebas,
morfem ini akan harus mengalami pengimbuhan. Misalnya infinitif verbal Latin amare
„mencintai‟ memiliki akar {am-} dan akar {am-} itu selamanya membutuhkan imbuhan (misalnya imbuhan “infinitif aktif” {-are} dalam kata amare) untuk menjadi bentuk bebas, artinya, {am-} plus klitik tidak akan menghasilkan bentuk bebas, dan pemajemukan dengan
{am-} juga tidak mungkin.
c. bentuk pradasar ialah bentuk yang membutuhkan pengimbuhan, pengklitikan, atau pemajemukan untuk menjadi bentuk bebas. Misalnya, morfem {:ajar} berupa pradasar (yang
dalam hal ini pradasar itu dilambangkan titik dua (:) di depan bentuk yang bersangkutan).
Morfem itu dapat menjadi bebas melalui pengimbuhan (misalnya dalam mengajar, belajar,
dan sebagainya), dapat juga melalui pengklitikan (misalnya dalam kami ajar, saya ajar, dan
lain-lain yang serupa), dan dapat juga dengan pemajemukan (misalnya dalam kurang ajar).
Morfem imbuhan adalah morfem yang dalam pembentukan kata berfungsi sebagai imbuhan.
Yang perlu diketahui adalah semua morfem imbuhan merupakan morfem terikat (Verhaar,
4. 1981:53). Morfem imbuhan itu tidak dapat menjadi dasar atau asal dalam pembentukan kata.
Misalnya, morfem {ber-} dan {ke-an} dalam kata berkesudahan merupakan morfem
imbuhan.
Morfem imbuhan dapat berupa afiks dan klitik. Afiks adalah morfem imbuhan yang dapat
diimbuhkan di awal (yang disebut prefiks atau awalan), tengah (yang dinamai infiks atau
sisipan), akhir (yang dinamai sufiks atau akhiran), serta awal dan akhir (yang dinamai konfiks
atau imbuhan gabung) morfem dasar. Dalam kata membeli, gerigi, mainan, dan keadaan,
misalnya, morfem {meN-}, {-er}, {-an}, dan {ke-an} merupakan morfem imbuhan yang
berupa afiks.
Klitik adalah morfem imbuhan yang diimbuhkan di awal atau akhir morfem dasar. Klitik
yang diimbuhkan di awal morfem dasar disebut proklitik, sedangkan yang diimbuhkan di
akhir morfem dasar dinamai enklitik. Dalam kata kubawa dan bukuku, misalnya, morfem
{ku-} dan {-ku} merupakan imbuhan yang berupa klitik.
3. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Khusus dalam hal morfem terikat, entah imbuhan, akar, atau pradasar, dapat berupa morfem
utuh (continous morpheme) dan morfem terbagi (discontinous morpheme). Morfem utuh
terdapat bila bentuknya tidak diantarai oleh unsur lain, dan morfem terbagi terdapat apabila
bentuknya dibagi menjadi dua atau lebih bagian yang berjauhan (Verhaar, 1981:53). Morfem
{ber-}, {memper-}, dan {diper-}, misalnya, merupakan morfem utuh, sedangkan morfem
{ke-an}, {ber-an}, dan {ber-kan}, misalnya, merupakan morfem terbagi.
4. Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental
Morfem dapat dibedakan menjadi morfem segmental dan morfem suprasegmental. Morfem
segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem segmental. Morfem segmental itu misalnya
morfem {ke-an}, {-in-}, dan {sambung} dalam kata kesinambungan. Morfem suprasegmental adalah morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental. Morfem
suprasegmental itu dapat disebut pula dengan istilah morfem nonsegmental. Morfem suprasegmental itu dapat dijumpai dalam bahasa-bahasa nada, misalnya bahasa Ngbaka, bahasa
Sudan di Congo Utara. Menurut Nida (yang dikutip Kentjono, 2005:147), verba dalam
bahasa Ngbaka selalu disertai penunjuk kala yang berupa morfem suprasegmental:
No.
1
2
3
Kala kini
à
wà
sà
Kala lampau
Ä
Wä
Sä
Kala nanti
â
wâ
sâ
Imperatif
Á
wÁ
sÁ
makna
menaruh
membersihkan
memanggil
5. Morfem Leksikal dan Morfem Gramatikal
Morfem dapat pula dibedakan menjadi morfem leksikal dan morfem gramatikal. Morfem
leksikal adalah morfem yang memiliki makna leksikal, seperti misalnya {meja}, {kursi}, {jalan}, dan sebagainya. Morfem yang memiliki makna gramatikal disebut morfem gramatikal,
misalnya {ber-}, {-i}, dan sebagainya.
6. Morfem Zero
5. Selain jenis-jenis morfem yang dipaparkan di atas, masih ada satu jenis morfem lagi, yaitu
morfem zero. Morfem zero itu dapat disebut pula morfem nol. Simbol morfemis morfem
zero atau nol itu adalah {ø}. Morfem zero adalah morfem yang tidak diwujudkan dengan
fonem. Contohnya adalah pemluralan dalam bahasa Inggris sheep [tunggal]: sheep [plural].
Struktur morfemis bentuk tunggalnya adalah monomorfemis sheep dan bentuk pluralnya adalah {sheep} + {[morfem plural] ø} (Verhaar, 1996:102).
E. Proses Morfemis
Proses morfemis adalah proses pembentukan kata dengan pengubahan morfem dasar tertentu
yang berstatus morfem leksikal dengan alat pembentuk yang juga berstatus morfem, tetapi
dengan kecenderungan bermakna gramatikal dan bersifat terikat. Morfem-morfem yang
dipakai untuk proses itu adalah afiks (affix), klitik (clitic), modifikasi internal (internal
modification), reduplikasi (reduplication), dan komposisi (compound).
1. Afiks
Afiks adalah morfem terikat yang apabila ditambahkan atau dilekatkan pada morfem dasar
akan mengubah makna gramatikal morfem dasar (lih. Kridalaksana, 2001:3). Berdasarkan
letaknya dalam kata, afiks dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu:
a. prefiks (prefix) adalah afiks yang diletakkan di awal morfem dasar, misalnya ber-, me-, di, ter-, se-, dan sebagainya;
b. infiks (infix) adalah afiks yang ditempatkan di tengah morfem dasar, misalnya -in-, -em-,
dan sebagainya;
c. interfiks (interfix) adalah afiks yang muncul di antara dua morfem dasar, misalnya -odalam jawanologi, galvologi, dan tipologi;
d. sufiks (suffix) adalah afiks yang diletakkan di akhir morfem dasar, misalnya -s, -al, -an,
dan sebagainya;
e. konfiks (confix) atau sirkumfiks (circumfix) adalah gabungan dua afiks yang sebagian diletakkan di awal dan sebagian yang lain di akhir morfem dasar, misalnya ke-an, ber-kan, peran, dan sebagainya; dan
f. transfiks (transfix) adalah afiks terbagi yang muncul tersebar di dalam morfem dasar, misalnya dalam bahasa Arab, a-a-a, a-i-a, a-u-a „persona ketiga, jantan, perfektum‟ muncul
dalam morfem dasar k-t-b, sy-r-b, h-s-n menjadi kataba ia menulis‟, syariba „ia minum‟,
hasuna „ia bagus‟ (Kridalaksana, 2001:218; Bauer, 1988:24).
2. Klitik
Klitik tidak sama dengan afiks. Klitik juga merupakan morfem terikat, tetapi tidak memiliki
perilaku seperti afiks. Perilaku klitik adalah:
a. dapat dilekatkan pada bermacam-macam jenis kata (lih. Verhaar, 1981:62), tetapi tidak
menjadi penentu ciri khas dari jenis kata tertentu;
6. b. memilik makna leksikal (Ramlan, 2001:57);
c. apabila dilekatkan pada morfem dasar, tidak pernah mengalami perubahan bentuk;
d. dapat menduduki fungsi sintaktis tertentu di dalam frasa atau kalimat;
e. tidak mengubah golongan kata yang dilekati;
Berdasarkan letaknya di dalam kata, klitik dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu proklitik
(proclitic) dan enklitik (enclitic). Proklitik adalah klitik yang ditambahkan pada awal kata,
misalnya ku- dan kau- pada kuambil dan kauambil, sedangkan enklitik adalah klitik yang
diletakkan di akhir kata, misalnya -mu dan -ku dalam bukumu dan bukuku.
3. Modifikasi Internal
Modifikasi internal menyangkut perubahan internal di dalam kata. Perubahan internal itu
biasanya berupa perubahan vokal sehingga modifikasi internal biasa pula disebut modifikasi
vokal (vowel modification). Perubahan vokal yang dimaksud tentu saja yang mengubah
makna kata. Bandingkanlah perubahan vokal dalam kata mondar-mandir dan sing – sang –
sung. Perubahan vokal dalam mondar-mandir tidak mengubah apa-apa karena dalam bahasa
Indonesia tidak dijumpai mondar atau mandir sehingga perubahan vokal dalam mondarmandir itu bukanlah morfem, tetapi dalam sing – sang – sung, perubahan vokal itu mengubah
makna sehingga perubahan vokal dalam sing – sang – sung itu dapat disebut morfem, ialah
morfem terikat.
4. Reduplikasi
Reduplikasi, yang biasanya dilambangkan dengan {R}, juga merupakan morfem, yaitu
morfem terikat, karena mengubah makna gramatikal kata. Menurut Ramlan (2001:69-76), reduplikasi dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu:
a. reduplikasi seluruh, ialah reduplikasi seluruh morfem dasar, tanpa perubahan fonem dan
tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, misalnya sepeda dalam sepeda-sepeda
dan buku dalam buku-buku;
b. reduplikasi sebagian, ialah reduplikasi sebagian dari morfem dasarnya, misalnya pertama
menjadi pertama-tama dan berapa menjadi beberapa;
c. reduplikasi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, ialah reduplikasi yang
terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung
satu fungsi, misalnya anak menjadi anak-anakan, hitam menjadi kehitam-hitaman; dan
d. reduplikasi dengan perubahan fonem, misalnya gerak menjadi gerak-gerik, serba menjadi
serba-serbi,dan sebagainya.
5. Komposisi
Komposisi adalah perangkaian bersama-sama dua morfem untuk menghasilkan satu kata.
Kata yang dihasilkan lewat proses komposisi disebut kompositum atau kata majemuk.
Menurut Kridalaksana (1989:109-110), kompositum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
7. a. ketaktersisipan; artinya, di antara komponen-komponen kompositum tidak dapat disisipi
apa pun. Bulan warna adalah kompositum karena tidak dapat disisipi apa pun, sedangkan alat
negara merupakan frasa karena dapat disisipi partikel dari menjadi alat dari negara.
b. ketakterluasan; artinya, komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat
diafiksasikan atau dimodifikasikan. Perluasan bagi kompositum hanya mungkin untuk semua
komponennya sekaligus. Misalnya kompositum kereta api dapat dimodifikasikan menjadi
perkeretaapian.
c. ketakterbalikan; artinya, komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan. Gabungan
seperti bapak ibu, pulang pergi, dan lebih kurang bukanlah kompositum, melainkan frasa koordinatif karena dapat dibalikkan (gabungan kata semacam itu memberi kesempatan kepada
penutur untuk memilih mana yang akan didahulukan). Konstruksi seperti arif bijaksana,
hutan belantara, bujuk rayu bukanlah frasa, melainkan kompositum.
G. Derivasi dan Infleksi
Derivasi adalah perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis
yang lain, sedangkan infleksi adalah perubahan morfemis dengan mempertahankan identitas
leksikal dari kata yang bersangkutan. Contoh untuk infleksi adalah perubahan morfemis dari
pemuda menjadi pemuda-pemuda dan untuk derivasi misalnya perubahan gunting menjadi
menggunting. Perubahan dari pemuda menjadi pemuda-pemuda tidak mengubah identitas
leksikal morfem dasar pemuda. Artinya, baik pemuda maupun pemuda-pemuda sama-sama
merupakan nomina dan perbedaan antarkeduanya hanyalah pada maknanya: pemuda
bermakna ‟tunggal‟, sedangkan pemuda-pemuda bermakna ‟jamak‟
Berbeda halnya dengan perubahan morfem dasar gunting menjadi menggunting. Ternyata,
penambahan {meN-} pada gunting menjadi menggunting mengubah identitas gunting yang
semula nomina menjadi verba.
H. Produktivitas
Morfem ada yang produktif dan tidak produktif. Morfem dikatakan produktif apabila dapat
diterapkan pada konstituen yang tidak lazim, atau belum pernah, mengalaminya dan
dikatakan tidak produktif apabila tidak dapat diterapkan pada konstituen yang belum pernah
mengalaminya. Misalnya, morfem {meN-} merupakan morfem imbuhan yang produktif karena dapat melekat pada morfem dasar yang belum pernah dilekati seperti dunia menjadi mendunia.
LEKSEM
Kata dan Leksem menurut Mark Aronoff
Posted on February 20, 2012 by iwardany
Standard
8. KATA DAN LEKSEM
KIDS MAKE NUTRITIOUS SNACK
Pada kalimat di atas, kata make memiliki makna yang masih samar, karena kata tersebut
memiliki dua makna yaitu „prepare‟ dan „be useful‟. Makna pertama tampak lebih masuk
akal. Dari contoh di atas terlihat satu kata dapat diambil lebih dari satu interpretasi. Pada
makalah ini akan lebih jauh ditelaah mengenai kata secara detail.
1.
Definisi Kata
Kata telah didefinisikan dengan berbagai cara. Secara garis besarnya dapat dilihat dari tiga
sisi yaitu secara sintaksis, fonologis dan morfologis.
1.1 Sintaksis
Dilihat dari sintaksis, kata memiliki 2 definisi
1. Unit terkecil dari sintaksis (“The smallest unit of syntax”)
2. Unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri (“The smallest unit of language
that can stand alone”)
Definisi pertama, kata merupakan unit terkecil dari sintaksis. Gabungan beberapa kata
dengan aturan tertentu akan membentuk kalimat. Pada bahasa Inggris, definisi ini memiliki
kelemahan saat berjumpa dengan penanda jamak. Contoh pada kalimat di bawah ini :
(1) Harry coughs every time he steps outside.
Umumnya, orang setuju bahwa kalimat di atas, terdiri dari kata Harry, every, outside.
Sedangkan –s bukanlah kata. Tapi untuk beberapa orang, beranggapan bahwa –s merupakan
unit terkecil juga dan memiliki aturan tertentu dalam posisi kalimat, di mana kata cough
berurutan dengan -s, tidak bisa menjadi s-cough.
Definisi kedua, kata merupakan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri. Seperti
pada kalimat di bawah ini, Tomorrow merupakan bentuk bebas.
(2) When are you going to the store?
Tomorrow.
Bentuk bebas (free forms) adalah kemampuan kata yang dapat berdiri sendiri. Sebaliknya
bentuk terikat (bounds forms) untuk kata yang tidak mampu berdiri sendiri, contohnya
afiksasi.
Definisi kedua ini juga memiliki kelemahan, di mana tidak semua bentuk bebas dapat berdiri
sendiri. Dapat dilihat pada kalimat
(3) Whose book is this? *My.
My merupakan kata, tapi ternyata kata ini tidak dapat berdiri sendiri dan harus didampingi
oleh nomina. Pada konteks di atas, penutur bisa menggunakan kata mine.
9. Kelemahan lain, tidak semua afiksasi merupakan bentuk terikat, pada drama musik Camelot,
Queen Guenevera menyanyikan bait lagu
(4) The time for every frivolous whim, proper or im….
When all the world is brimming with fun, wholesome or unPrefix im- digunakan untuk berirama dengan whim, lalu un- digunakan dengan fun. Ini
merupakan kata yang ditujukan untuk memperindah lagu. Kata im- dan un- menjadi bagian
penting dan pada bait ini menandakan afiksasi bisa berubah menjadi kata.
Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa definisi kata tidaklah mudah untuk didefinisikan
karena setiap definisi memiliki problematikanya sendiri. Hal ini menyebabkan teori mengenai
bentuk bebas dan terikat pada kenyataannya tidak selalu tepat.
1.2 Fonologis
Dilihat dari fonologis, kata merupakan domain penekanan bunyi suku kata secara segmental.
Tiap bahasa memiliki ciri penekanan yang berbeda-beda. Pada bahasa Arab, penekanan
terletak pada tiga suku kata terakhir. Pada bahasa Prancis, penekanan selalu pada suku kata
terakhir. Penekanan ini tidak berlaku umum. Perkecualian bisa dilihat pada klitika (dari
bahasa Yunani klinein „to lean‟), kata gramatikal yang tidak dapat berdiri sendiri secara
fonologis dan harus didampingi oleh kata lain dalam stuktur prosodis. Contohnya pada
bahasa Yunani modern
(5) a. o ánθopos
b. o ánθopòs mas
„the person‟
„ our person‟
Pada 5.a, penekanan terletak pada suku kata ketiga hingga terakhir. Tapi ketika diikuti oleh
klitika mas, maka terjadi pergeseran suku kata ke empat hingga terakhir, sehingga 5.b
terdengar sebagai satu kata. Dari contoh di atas, dapat diihat bahwa urutan kata ditambah
klitika menjadi satu kata merupakan contoh penekanan suku kata.
1.3 Morfologis
Dilihat dari morfologis, kata di sebut juga grammatical word atau morphosyntactic word,
yang umumnya ditujukan untuk menggambarkan berbagai macam bentuk kata yang dapat
terjadi dari satu kata yang dipengaruhi oleh konteks kalimat. Contohnya pada kata rabbit dan
rabbits. Kedua kata ini mengggunakan kata yang sama, tapi secara gramatikal keduanya
merupakan bentuk yang berbeda. Rabbit merupakan tunggal, sedangkan rabbits merupakan
jamak. Untuk kata yang hanya memiliki satu bentuk, seperti and, into dan lovely, tetap
termasuk kata gramatikal.
2.
Uji Empiris Kata
10. Uji ini untuk membantu kita dalam menentukan apakah sesuatu itu merupakan kata atau
tidak. Uji ini terdiri dari urutan elemen, kesatuan (non-separability and integrity),
penekanan bunyi suku kata.
2.1 Urutan Elemen
Uji pertama adalah urutan elemen dalam kata. Misalnya pada kata unbreakable, kita tidak
bisa mengatakan dengan breakableun atau unablebreak. Aturan ini juga berlaku pada
kalimat, misalnya “I like what I get”, “I get what I like”, masih bisa diterima, tapi tidak
berlaku untuk “get like I what I”. Uji urutan elemen tidak berlaku pada bahasa Latin, dimana
urutan elemen berlaku bebas.
2.2 Kesatuan
Uji kedua adalah kesatuan, tidak dapat dipisahkan. Contoh jelasnya pada kata majemuk
doghouse, greenhouse. Kata majemuk berbeda dengan frasa. Untuk membedakan kata
majemuk dengan frasa, frasa masih dapat dipecah dengan memasukan kata lainnya,
sedangkan kata majemuk merupakan satu kesatuan.
Greenhouse memiliki makna „warm glassed-in structure for growing plants‟. Jika dilakukan
perubahan seperti pada 6.a dan 6.b maka makna di atas menjadi hilang.
(6) a. a green and blue house
a greener house
b. a very green house
a very green house
Pada kata doghouse, greehouse direfleksikan dalam satu kata, tapi hal ini tidak berlaku pada
deer tick yang tetap tertulis menjadi dua kata. Walaupun tertulis dua kata, tetap merupakan
satu kesatuan karena jika dilakukan perubahan maka makna awalnya menjadi hilang.
2.3 Penekanan bunyi
Mengenai uji penekanan bunyi suku kata, dapat dilihat pada contoh berikut :
(7) a. We ate two hot dogs each
b. The hot dogs ran for the lake
Pada 7.a penekanan terjadi pada kata hot, sedangkan pada 7.b kata hot dan dogs ditekan
keduanya atau pada kata dogs saja, hot dogs bukan hot children, atau canines.
Pada kata majemuk, umumnya ditekankan pada komponen pertama, sedangkan frasa pada
komponen terakhir.
11. Pada uji penekanan suku kata ini, kita perlu berhati-hati dalam melakukan diagnosa, karena
munculnya perkecualian seperti pada kata majemuk kitchen sink dan apple pie yang
dituliskan seperti frasa.
3.
Tipe Kata
Kata bisa diidentifikasi secara mudah dengan pemisahan spasi. Dari sisi Linguistik, kata bisa
dilihat dari beberapa perspektif yaitu kata fonologis, kata gramatikal dan leksem.
3.1 Fonologis
Kata fonologis didefiniskan serangkaian bunyi yang menjadi unit dari proses fonologis,
khusus dalam hal penekanan suku kata atau dialek (“a string of sound that behaves as a unit
for certain kinds of phonological processes, especially stress or accent”).
Pada saat mengucapkan kata calendar, morphology atau hot dogs mungkin kita tidak berfikir
apakah kata itu merupakan bagian dari kata fonologis atau gramatikal. Tapi ada saat di mana
kita perlu memperhatikan hal tersebut. Contohnya pada kalimat bahasa Inggris The hot dogs
ran for the lake. Kalimat ini memiliki 7 kata, tapi saat diucapkan, hanya 4 kata yang diberi
penekanan yaitu hot, dogs, ran, lake, sedangkan pada kata The dan for tidak mengalami
penekanan. Pada kata for the lake, dituliskan dalam 3 kata tapi secara pengucapan ketiga kata
tersebut dirangkaikan sebagai satu kata fonologis. Umumnya preposisi tidak mengalami
penekanan, tapi pada kondisi tertentu dicontohkan dalam 8.b, kata the dapat juga mengalami
penekanan.
(8) A : I saw Jennifer Lopez on Fifth Avenue Last Night
B : Not the Jennifer Lopez?
Kata fonologis juga dapat diperhatikan pada klitika. Klitika selalu mendampingi kata lainnya
yang disebut host. Jika mendahului host disebut proklitik, sedangkan jika mengikuti host
disebut enklitik. Contoh pada Mary’s here, kata Mary’s diucapkan sebagai satu kata
fonologis tidak dengan dua kata yaitu Mary is.
3.2 Morfologis
Dari sisi morfologis, terbagi dua tipe kata yaitu kata content (content word), dan kata fungsi
(function word). Lebih detailnya dapat dilihat di tabel berikut ini :
Definisi
Jenis Kata
Kata content
Memiliki makna yang merupakan
referensi dari objek, kejadian, konsep
abstrak sebagai lambang dari karakter
dari lingkungan sosial tertentu, budaya,
dan dialek, dan menyampaikan
informasi mengenai perasaan dan
tingkah lalu penutur bahasa.
Nomina : baby, bargain,Verba: sleep,
publicizeAjektiva: peaceful
Kata fungsi
Memiliki makna tersendiri, dan
berfungsi sebagai pelekat.
Pronoun : I, himDeterminer : the,
anKonjungsi : and, thenVerba : am,
12. quickAdverb: readily, carefully
Sifat kata
was, shouldAdverb : very, not
Terbuka
Preposisi : in, by
Tertutup
(9)
Paris
In the
The spring
Pada contoh no 9, saat membacanya pertama kali, kita akan membacanya sebagai kalimat
“Paris in the spring”. Tapi jika dilihat lagi, kalimat sebenarnya adalah “Paris in the the
spring”. Hal ini merupakan contoh aspek keinginan mempengaruhi persepsi, karena kita
otomatis menginginkan membaca kata the sebanyak satu kali. Kuncinya adalah pengulangan
kata fungsi – the- karena kita sudah terbiasa menggunakannya seperti itu.
(10)a. Likewise, if we took the function words out of speech, it would be hard to figure out
what was going on.
b. took function words speech hard figure going on
Bandingkan 10.a dan 10.b, saat kita menghilangkan kata fungsi, maka makna kalimat
menjadi tidak jelas. Sehingga kata fungsi berguna untuk melekatkan kata agar memiliki
makna yang jelas.
Kata fungsi bisa dianalogikan seperti paku payung. Misalnya di dinding tergantung kalendar
dengan penancap talinya adalah paku payung. Saat melihat kalendar tersebut, kita akan lebih
fokus melihat isi kalendarnya. Tapi jika paku payung tersebut dilepas, maka kalendar tersebut
akan jatuh. Pada contoh 10.b, menandakan bahwa jika kata fungsi dihilangkan, kita akan sulit
menangkap makna dari kalimat tersebut.
Dari sisi sifatnya, kata content lebih terbuka, karena kata-kata baru dapat dimasukkan ke jenis
kata ini secara langsung seperti kata modem dan cell phones. Sedangkan kata fungsi,
memiliki sifat tertutup, tidak mudah untuk merubah kata-kata yang sudah masuk dalam
lingkup ini. Misalnya saat ahli linguist menyarankan untuk merubah bentuk jamak they
menjadi tey.
3.3 Leksem
Selanjutnya, tipe kata terakhir disebut sebagai leksem. Definisi leksem adalah
(1) kata dengan bunyi dan makna tertentu (“a word with a spesific sound and a spesifc
meaning”).
(2) Objek abstrak, bukan kata tunggal, melainkan sekumpulan dari kata gramatikal (“an
abstract object, not a single concrete word, but a set of grammatical words”)
13. Definisi leksem pertama bisa dilihat dari no 11 di bawah ini :
(11) a. DOG1 : [noun], a canine
b. DOG2 : [noun], a hooked or U-shaped device user for gripping heaving objects
c. DOG3 : [verb], to follow closely and persistently
Pada contoh 11, kita dapat lihat untuk kata DOG memiliki tiga makna yang berbeda
walaupun pada 11.a dan 11.c memiliki relasi makna, tapi tidak ada keterkaitan dengan 11.b.
Dari sisi relasi makna, hubungan antara 11.a dan 11.c disebut homofon/homonim, yaitu kata
yang memiliki bunyi yang sama tapi dengan makna yang berbeda. Ketiga kata di atas karena
memiliki makna yang berbeda walaupun memiliki bunyi yang sama, maka masing-masing
disebut sebagai leksem yang berbeda pula.
Ahli morfologis menuliskan leksem dengan huruf besar. Untuk leksem yang tercatat pada
kamus disebut citation form. Citation form umumnya ditulis dalam bentuk nomina tunggal.
Sedangkan citation form untuk kata kerja, tiap negara berbeda, dalam bahasa Inggris ditulis
dalam bentuk infinitive tanpa “to”. Sedangkan dalam bahasa Prancis dalam bentuk infinitive.
Definisi leksem kedua bisa dijelaskan pada no 12 berikut ini:
(12) a. I look
b. She looks
c. We looked
d. They were looking
Pada contoh 12, kita lihat kata look ditulis dalam bentuk berbeda, bisa disebut memiliki kata
gramatikal yang berbeda, tergantung konteks kalimat. Tapi jika dilihat dari aspek makna,
semua kalimat pada no 12 memiliki makna yang sama. Bisa dikatakan kalimat pada no 12
memiliki leksem yang sama walaupun dengan berbagai bentuk. Sehingga dari contoh di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa leksem bisa terdiri dari sekumpulan variasi bentuk leksem.
Pada bahasa Inggris terdapat istilah lexical stem, merupakan bentuk leksem yang sering
digunakan untuk membentuk kata baru. Contohnya adalah leksem GO memiliki 5 bentuk
variasi leksem yaitu go, goes, went, gone, dan going. Leksem GO sering digunakan untuk
membentuk kata baru, contohnya church-goer, go betweens bukan church-wenter atau gone
betweens. Pada nomina, lexical stem berbentuk tunggal. Walaupun pada bahasa Latin, lexical
stem bisa terdiri dari beberapa bentuk.
(13) Can- “ sing”
Cano “I sing”
Cantor “singer” , cant- sebagai participial stem, -or sebagai sufiks.
4.
Infleksi vs Derivasi
14. Detail perbedaan antara infleksi dan derivasi dapat dilihat pada tabel berikut ini
Proses
pembentukan
Makna
Konteks
sintaksis
Contoh
Infleksi
Melalui pembentukan secara
morfologis (“involves the formation of
grammatical forms – past, present,
future: single, plural, masculine,
feminine, etc”)
Tidak merubah makna leksikal
Dipengaruhi konteks sintaksis
Derivasi
Melalui pembentukan leksem dari
leksem lainnya (“involves the
creation of one lexeme from
another”)
selects, selected dan selecting
Kata majemuk doghouse,
greenhouse, hot dog , merupakan
gabungan dua leksem menjadi satu
leksem baru.
merubah makna leksikal
Tidak dipengaruhi konteks sintaksis
Makna dan Konteks sintaksis di atas dapat digunakan untuk membedakan suatu kata apakah
termasuk infleksi dan derivasi.
Istilah word formation dan lexeme formation merupakan istilah lain dari derivasi dalam
literatur morfologi. Bagi Mark Aronoff, word formation tidak digunakan karena ahli linguist
juga menggunakannya sebagai istilah infleksi dan derivasi atau morfologi secara umum.
5.
Pendekatan Morfologi : Item-and-Arrangement, Item-and-Process
Pendekatan morfologi yang diperkenalkan oleh Hocket (1954) adalah item-and-arrangement
(IA) dan item-and-process (IP). Pendekatan ini memiliki hubungan dengan teori Bloomfied,
ahli linguist strukturalist dari Amerika (1933).
Detail perbedaan antara IA dan IP dapat dilihat pada tabel berikut ini
Proses
pembentukan
Contoh
IA
Teknik analisis kata dengan cara
menguraikan kata menjadi komponen
morfemnya.
IP
Pendekatan dengan melihat suatu
kata merupakan kata komplek. Kata
komplek ini merupakan hasil proses
operasi dari kata yang lebih
sederhana
Books merupakan hasil penggabungan Books memiliki proses
dari 2 morfem yaitu book dan -s
pembentukan dari leksem BOOK
melalui fungsi „buat jamak‟. Fungsi
ini terdiri dari proses menambahkan
segment /-s/ , segment /-z/ atau /-ez/.
Pada leksem BOOK ditambahkan
segment /-s/
IA dan IP secara matematis adalah setara (equivalent), dengan maksud bahwa suatu kata
yang dapat diekspresikan melalui IA, juga dapat diekspresikan melalui IP. Walaupun ternyata
ada perkecualian mengenai hal tersebut, bisa dibaca pada 5.2 dan 5.3.
15. 5.1 Afiksasi dilihat dari model IP da IA
No 14 merupakan fungsi pembuat pelaku nomina dari kata kerja.
(14) X]V er]N
Contoh : think]V er]N, runn]V er]N, fli]V er]N, hunt]V er]N
IA
Proses
Menguraikan kata nomina tersebut
pembentukan menjadi 2 bagian, bisa dilihat pada
struktur pohon di bawah ini
IP
Fungsi pembentuk leksem bisa dilihat
dari aspek fonologis, sintaksis dan
semantik. Secara fonologis merupakan
penambahan sufiks /ɚ /. Secara
sintaksis, merubah kata kerja menjadi
nomina. Secara semantik, membuat
pelaku verba. Dari ketiga aspek, pada
dasarnya merupakan fungsi
penambahan, pada aspek fonologis
penambahan sufiks /ɚ /, pada sintaksis
penambahan –er, pada semantik,
makna work tetap melekat pada kata
tersebut.
Dari struktur di atas dapat dilihat
detailnya :
Dari struktur di atas dapat dilihat detailnya :
Fungsi pembentuk leksem bisa dilihat dari aspek fonologis, sintaksis dan semantik. Secara
fonologis merupakan penambahan sufiks /ɚ /. Secara sintaksis, merubah kata kerja menjadi
nomina. Secara semantik, membuat pelaku verba. Dari ketiga aspek, pada dasarnya
merupakan fungsi penambahan, pada aspek fonologis penambahan sufiks /ɚ /, pada sintaksis
penambahan –er, pada semantik, makna work tetap melekat pada kata tersebut.
5.2 Non Afiksasi dilihat dari model IP
Pada bahasa Inggris, terdapat perkecualian di mana ada kata-kata yang dapat didekati dengan
model IP tapi sulit untuk didekati dengan model IA. Contohnya sebagai berikut :
(15) Verba
Overflów
Nomina
óverflow
16. Condúct
cónduct
Insért
ínsert
Pada contoh no 15, untuk membedakan verba dan nomina dilakukan dengan pergeseran
penekanan bunyi. Pada Verba, penekanan bunyi ditekankan pada suku kata terakhir,
sedangkan pada nomina ditekankan pada suku kata pertama.
5.3 Agar Dinka
Agar Dinka merupakan bahasa di Sudan Selatan yang memiliki morfologi yang komplek
dengan adanya perubahan pada kualitas suara, panjang suara (panjang, setengah panjang,
pendek), tekanan (tinggi, rendah, turun), dan konsonan akhir. Bahasa ini diteliti oleh
Andersen (1993). Bahasa termasuk jenis bahasa infleksi. Contoh infleksi dapat dilihat pada
contoh berikut :
(16) Stem dari verba „to throw at‟
Bahasa Agar Dinka ini bisa didekati dengan mode IP dan IA. Tapi khusus IA, model yang
dibuat jauh lebih sulit karena ada faktor non segmental
6. Leksikon
Leksikon berasal dari bahasa Inggris lexicon. Kata lexicon sendiri berasal dari bahasa Yunani
lexikós „pertaining to words‟. Ahli Linguist menggunakan istilah ini untuk merujuk ke kamus
mental, kata atau istilah yang tersimpan di dalam memori pemakai bahasa. Di dalam
Linguist, satu leksikon bisa terdiri dari beberapa definisi.
Leksikon memiliki dua definisi:
1. Daftar unit morfologi yang tidak bisa dibagi lagi atau disebut juga morferm dalam
suatu bahasa (“a list of the indivisible morphological units, or morphemes, in a
language). Definisi dibuat oleh Baudouin de Coutenary
2. Daftar bentuk kata yang tidak beraturan (a list of irregular or arbitrary forms). Definisi
dibuat oleh Bloomfied (1933).
Kedua definisi ini memiliki kesamaan, dalam arti kata yang tidak beraturan juga bisa berarti
kata yang sudah bisa tidak dibagi lagi. Definisi di atas jika ditempatkan pada lingkungan
bahasa yang sempurna bisa saja diterapkan. Tapi dalam kenyataannya, leksikon yang
memiliki morfologi yang komplek, dalam arti masih bisa dibagi lagi menjadi unit-unit yang
17. lebih kecil juga tetap disimpan dalam memori penutur bahasa. Contohnya leksikon
repsentative. Masing-masing morfem re-, present,-ative telah tersimpan di memori penutur
(17) Re- + present + - ative -> RepsentativeN
Asumsi makna berdasarkan rangkaian makna : seseorang yang mewakili sesuatu
Makna sebenarnya : wakil rakyat yang terpilih dan tidak termasuk Senator Amerika.
Pada contoh no 17, tampak bahwa suatu kata bisa memiliki makna yang lebih spesifik, tidak
tergantung dengan rangkaian makna dari morfem-morfem pembentuknya. Sehingga kata ini
perlu disimpan dalam leksikon agar para pemakai bahasa bisa langsung mengerti maknanya.
Contoh lebih jelasnya kata antidisestablishmentarianism terdiri dari anti-, dis, establish, ment, -ary, -an, dan ism dengan makna „opposition to denying special state recognition of a
particular religion‟. Kata ini dipakai oleh politisi Irlandia pada abad 19 pertengahan. Kata
ini bisa dipahami oleh pemakai bahasa jika kata ini telah tersimpan di dalam leksikon, karena
bisa dengan cepat dipahami tanpa perlu ada proses penguraian kata tersebut menjadi morfemmorfem yang lebih kecil. Termasuk dalam hal leksikon, adalah kata komplek berupa kata
majemuk (doghouse), frasa (respect to….., butterflies in my stomach), nama orang ( Audrey
Hepburn, Gulf of Mexico), peribahasa (Don’t count your chickens before they’re hacthed).
Beberapa Linguist menyamakan leksikon dengan grammar sebagai bagian dari morfologi.
Aronoff berpendapat bahwa leksikon sebaiknya dipisahkan dengan mekanisme yang
berhubungan dengan pembentukan dan analisis kata.
FRASE
FRASE (KELOMPOK KATA)
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu jabatan kalimat (tidak melebihi batas
fungsi).
Contoh: Hari ini / siswa SMU / sedang ujian / bahasa Indonesia. /
K S P Pel.
Kalimat di atas terdiri dari empat frase. Dan masing-masing mempunyai fungsi, yakni: keterangan, subjek,
predikat, dan pelengkap. Frase-frase tersebut mempunyai unsur pusat (inti) yakni: hari, siswa, ujian, bahasa;
dan unsur atribut (tambahan), yakni: ini, SMU, sedang, Indonesia.
Jenis-Jenis Frase
Berdasarkan unsur intinya, frase dibedakan menjadi:
1. Frase Endosentris
1. Frase endosentris koordinatif, yaitu frase yang unsur-unsurnya setara atau sederajat.
Misalnya: Ayah dan ibu / sedang pergi.
18. Mereka adalah / suami istri.
Belajar atau bekerja / sama pentingnya
2. Frase endosentris atributif, yaitu frase yang memiliki unsur pusat dan unsur atribut.
Misalnya: Sepatu saya / hilang
Saya / sedang makan
Mereka / akan datang / bulan ini
3. Frase endosentris apositif, yaitu yaitu frase yang memiliki unsur pusat dan unsur aposisi
(keterangan subjek, sebagai bagian dari S dan dapat menggantikan S, jika S tersebut
ditiadakan).
Misalnya: Aminah, anak Pak Lurah, / cantik sekali
Kahfi, teman baruku / pandai sekali
Presiden RI keempat, Gus Dur / hadir dalam acara itu.
2. Frase Eksosentris, yaitu frase yang tidak memiliki unsur pusat.
Misalnya: Anak itu / sedang bermain / di halaman.
Mereka / sedang berkunjung / ke perpustakaan.
Amir / mendekat / pada ibunya.
3. Frase yang diperluas dengan yang, frase seperti ini akan membentuk klausa.
Misalnya: Buku yang tebal itu / kepunyaanku.
Orang yang kemarin datang / pamanku.
Laki-laki yang memakai kaca mata itu / pamanku.
4. Frase Ambigu, yaitu frase yang bermakna ganda
Misalnya: Lukisan ayah / dipajang / di ruang tamu.
19. Siswa SMA terkenal itu / mendapat piala / dari presiden.
Istri gubernur yang sakit itu / bernama Maria.
5. Frase Atributif berimbuhan, yaitu frase yang unsur perluasannya berimbuhan.
Misalnya: Saya tidak berani berjalan melalui tangga berjalan.
Kata tangga dalam frase tangga berjalan merupakan unsur pusat sedangkan berjalan merupakan unsur
perluasan.