Karangan tersebut membahas tentang ragam bahasa ilmiah yang digunakan untuk melaporkan hasil penelitian ilmiah dan memenuhi kriteria bahasa ilmiah seperti lugas, jelas, objektif, dan memenuhi aturan tata bahasa. Karangan itu juga menjelaskan komponen penting dalam penulisan karangan ilmiah seperti masalah, tujuan, metode, dan hasil penelitian.
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
RUMUSAN MASALAH sebagai berikut :
- Bagaimana konsep tentang bahasa ?
- Bagaimana sejarah bahasa Indonesia ?
- Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia ?
- Bagaimana bentuk ragam bahasa Indonesia ?
bersama pak wisnu gtg
pas ini aku tidur di kelas haha --" tp pas menit terakhir aja kok dan tetep nyatet tapi ya gitu catetannya ga kebaca haha
ngerjainnya pas studio haha ~
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
RUMUSAN MASALAH sebagai berikut :
- Bagaimana konsep tentang bahasa ?
- Bagaimana sejarah bahasa Indonesia ?
- Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia ?
- Bagaimana bentuk ragam bahasa Indonesia ?
bersama pak wisnu gtg
pas ini aku tidur di kelas haha --" tp pas menit terakhir aja kok dan tetep nyatet tapi ya gitu catetannya ga kebaca haha
ngerjainnya pas studio haha ~
Apakah mereka wanita-wanita itu masuk neraka karena kafir (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala)?”
Nabi mengatakan,”Tidak!
يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ
“Akan tetapi mereka kufur (durhaka/melawan) kepada suami mereka.”
وَيَكْفُرْنَالْإِحْسَانَ
“dan mereka mengkufuri (mengingkari) kebaikan-kebaikan (jasa-jasa) suami mereka.” (HR. al-Bukhari no. 29)
Sehingga apabila para suami berbuat baik kepada mereka, lalu mereka melihat sesuatu yang tidak berkenan pada diri kamu (para suami), maka mereka akan mengatakan, “Aku tidak melihat kebaikan pada dirimu sama sekali.”
Di dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan salah satu penyebab kaum wanita banyak menghuni neraka yaitu mereka suka kufur, mereka suka berbuat durhaka kepada suami-suami mereka. Maka dari itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menjelaskan betapa besar hak suami yang mesti ditunaikan oleh seorang istri. Dalam sebuah hadits Nabi mengatakan:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Kalaulah aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain maka niscaya aku akan perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suami.” [Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1159), Ibnu Hibban (no. 1291 – al-Mawaarid) dan al-Baihaqi (VII/291), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Hadits ini diriwayatkan juga dari beberapa Shahabat. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1998)]
Tentunya tidak boleh seorang manusia sujud kepada manusia yang lain. Ini menunjukkan betapa besar hak seorang suami atas istri, hak suami yang mesti ditunaikan oleh seorang istri. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berpesan kepada kaum wanita agar tidak mengabaikan dan tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban mereka terhadap suami-suami mereka. Dalam satu hadits ada seorang wanita yang datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk suatu keperluan. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memenuhi keperluannya tersebut. Setelah itu Nabi bertanya kepadanya, “Bagaimana kedudukanmu di sisi suamimu?” yaitu bagaimana muamalah-mu terhadap suamimu? Maka ia menjawab, “Aku senantiasa melayani suamiku semampu yang aku dapat lakukan.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan kepadanya:
انْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ ، فَإِنَّهُ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Perhatikan kedudukanmu di sisi suamimu, karena suamimu itu merupakan surga bagimu ataupun neraka bagimu.” [HR. An-Nasaai dalam As-Sunan Al-Kubro dari Hushain bin Mihshon Radhiyallaahu ’anhu, Shahihut Targhib: 1933]
Maksudnya yaitu bahwa suamimu bisa menjadi penyebab engkau masuk ke dalam surga dan bisa menjadi penyebab engkau masuk ke dalam neraka. Maka dari itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berpesan kepada kita semua khususnya kepada kaum wanita agar melaksanakan hak-hak terutama hak suami. Karena ketika mereka telah berumah-tangga maka tanggung jawab itu telah berpindah dari ibu bapak mereka kepada suami mereka.
Suami adalah orang yang paling bertan
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
2. Bahasa Indonesia ragam ilmiah
adalah ragam bahasa yang
digunakan untuk melaporkan atau
mengomunikasikan hasil kegiatan
ilmiah yang dilakukan dalam suatu
penelitian ilmiah .
3. Sifat Bahasa ilmiah (Chaer 2011)
1. Cendekia
Bahasa yang cendekia menandakan bahwa
penulis adalah seorang terpelajar dan
menguasai benar ketatabahasaan Bahasa
Indonesia.
(Suparno, 1994) bahasa yang cendekia diartikan
sebagai bahasa yang mampu mengungkapkan
hasil berpikir logis secara tepat.
(Sugono, 1986) bahasa yang cendekia adalah
bahasa yang mampu membentuk pernyataan
yang tepat dan saksama, serta abstrak.
4. Contoh:
Dengan terus meningkatnya pertumbuhan
investasi, tidak berdampak terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua
sehingga ternyata keadaannya biasa-biasa saja
(kalimat tersebut tidak menunjukan bahasa
yang cendekia), Investasi di Papua terus
tumbuh, tetapi pertumbuhan ekonominya
rendah
5. 2. Lugas dan Jelas
Bahasa Indonesia Keilmuan digunakan untuk
menyampaikan gagasan ilmiah maka dari itu
harus lugas dan tepat. Lugas artinya langsung
mengungkapkan apa yang dimaksudkan oleh
penulis.
Contoh :
Buah merah baik dikomsumsi karena tokcer
untuk pelbagaipenyakit. Seharusnya, buah
merah baik dikomsumsi karena mujarab untuk
menyembuhkan berbagai penyakit
6. 3. Gagasan Sebagai Pangkal Tolak
Bahasa Indonesia keilmuan digunakan dengan
orientasi gagasan. Hal itu berarti penonjolan
diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang
diungkapkan, tidak pada penulis.
7. Contohnya dalam penulisan karya ilmiah harus
diawali dengan pokok persoalan. Kata kerja dalam
kalimat ini harus dalam bentuk pasif yakni berawalan
di-, ter- atau ke-. Kalimat seperti ini mengedepankan
pokok persoalan.
Oleh karena itu, kata seperti penulis, saya atau kami
harus dihilangkan. Dengan gagasan sebagai pangkal
tolak maka akan lahir kalimat pasif. Penggunaan
kalimat aktif dalam penulisan karya ilmiah hanya
diperbolehkan jika dalam bentuk kutipan baik
langsung maupun tidak langsung. Penggunaan
bentuk kalimat pasif dalam karya ilmiah memang
disyaratkan. Hal ini karena bentuk pasif bersifat tidak
menonjolkan penulis, tetapi atas dasar fakta.
8. 4. Formal dan Objektif
Komunikasi Ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi
formal. Hal ini berarti bahwa unsur-unsur bahasa Indonesia
yang digunakan dalam bahasa Indonesia keilmuan adalah
unsur-unsur bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau
resmi.
Selain itu, ciri penanda sekaligus pembeda BIK dengan non
BIK dapat ditelusuri dalam tataran: bentukan kata, diksi,
bentukan kalimat, dan pengembangan paragraf.
9. Ciri-Ciri Bahasa ilmiah
• Bersifat lugas
• Mematuhi kaidah-kaidah gramatika
• Efektivitas kalimat-kalimatnya terpenuhi
• Kosakata yang digunakan baku dan berupa
istilah sesuai bidang keilmuan
• Kalimatnya bebas dari ketaksaan
(ambiguitas)
• Bebas dari makna kias dan figura bahasa
• Mematuhi persyaratan penalaran
• Menerapkan kaidah ejaan yang berlaku
(Chaer, 2011: 4)
10. Lugas
• Mengatakan secara langsung hal yang ingin
diutarakan. Tidak berbelit-belit atau bertele-tele,
dan tidak menggunakan kalimat berbunga-bunga.
Mematuhi kaidah-
kaidah gramatika
• kalimat-kalimat dan paragraf-paragrafnya sesuai
dengan kaidah-kaidah tata bahasa
Efektivitas kalimat-
kalimatnya
terpenuhi
• pesan-pesan yang dikandung kalimat-kalimat itu
dapat diterima pembaca persis seperti yang
diinginkan penulis
11. Kosakata yang
digunakan baku dan
berupa istilah sesuai
bidang keilmuan
• kosakata baku, dan juga sesuai dengan kaidah pemilihan kata (diksi);
dan istilah- istilah yang digunakan sesuai dengan bidang ilmu yang
ditekuni
Kalimat bebas dari
ambiguitas
• kalimat-kalimat atau paragraf-paragrafnya tidak menimbulkan tafsiran
ganda
Bebas dari makna kias
dan figura bahasa
• kata-kata atau kalimat-kalimat yang digunakan harus bermakna lugas.
Misalnya, kata buaya dalam buaya darat adalah bermakna kias;
tetapi dalam ucapan buaya yang ada di darat tidak bermakna kias,
melainkan bermakna sebenarnya yang disebut makna leksikal
12. Mematuhi
persyaratan
penalaran
• secara semantik kalimat-kalimat bersifat
lugas dan dapat diterima oleh akal
sehat.
Mematuhi kaidah
EYD
• Mematuhi atau menerapkan kaidah-
kaidah ejaan yang berlaku ( Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan atau
EYD)
13. karangan yang ditulis berdasarkan kenyataan ilmiah yang
diperoleh dari berbagai penyelidikan, baik penyelidikan
pustaka, laboratorium, atau lapangan.
(Sastrohutomo dalam Widyamartaya dan Sudiati, 2000)
Karangan ilmiah
14. (1)masalah yang menjadi topik karangan
ilmiah
(2)tujuan penelitian atau penulisan,
(3)metode penelitian yang digunakan,
(4)teori yang dianut,
(5)objek penelitian,
(6)instrumen yang digunakan, dan
(7)hasil penelitian yang diperoleh.
Komponen dalam
karangan ilmiah
15. Karangan ilmiah berdasarkan
bobot
(1) Karya tulis : karangan ilmiah yang dibuat oleh para siswa sekolah
menengah sebagai tugas akhir; isinya mengenai salah satu segi dari
salah satu pelajaran
(2) Makalah : karangan ilmiah yang cukup sederhana. Biasanya dibuat
untuk disajikan pada suatu seminar atau pertemuan ilmiah
lainnya; tebalnya hanya beberapa halaman.
(3) Skripsi : karangan ilmiah yang disusun sebagai tugas akhir dalam
pendidikan Strata Satu (S-1). Isinya lebih ditekankan pada
substansi atau salah satu aspek dari bidang kajian yang ditekuni.
(4) Tesis : karangan ilmiah yang disusun sebagai tugas akhir dalam
pendidikan Strata Dua (S-2). Isinya ditekankan pada
pengembangan dan pendalaman substansi bidang ilmu yang
ditekuni.
(5) Disertasi : karangan ilmiah yang disusun sebagai tugas akhir dalam
jenjang pendidikan Strata Tiga (S-3). Isinya lebih ditekankan pada
aspek filosofis bidang ilmu yang ditekuni.
16. Syarat lain dalam menulis karangan
ilmiah
• memiliki pengetahuan mengenai aspek-aspek
kebahasaan seperti kosakata, tata bahasa,
sintaksis, dan gaya bahasa
• menguasai topik bahasan serta kerangka acuan
atau prinsip ilmiah dengan baik dari topik dan
bidang yang akan ditulis
• memiliki kemampuan penalaran yang baik untuk
menganalisis dan memecahkan masalah
• menguasai dan menerapkan metode dan teknik
pengumpulan dan pengolahan data yang tepat
• menguasai dan menggunakan konvensi
pernaskahan yang berlaku