Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana faktor-faktor penilaian risiko, kompetensi dan independensi mempengaruhi kualitas hasil audit. Adapun latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah dalam rangka memberikan kontribusi terhadap peningkatan tata kelola Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sebagaimana amanat Presiden Jokowi dalam Harian Kompas pada tanggal 15 Mei 2015.
Kerangka berfikir dari penelitian ini adalah bahwa dalam meningkatkan kualitas hasil audit, maka seorang auditor harus dapat melakukan penilaian risiko yang akan timbul melalui proses identifikasi risiko dan analisis risiko. Selain itu dibutuhkan kompetensi yang mengacu pada indikator-indikator motif, sifat, konsep diri, pegetahuan dan keterampilan. Independensi dalam kaitannya dengan kinerja auditor secara keseluruhan juga merupakan elemen yang turut meningkatkan kualitas hasil audit seorang auditor. Proses kognitif etika auditor akan mempengaruhi independensi auditor. Auditor untuk mempertimbangkan aturan yang secara eksplisit, standar audit dan kode etik professional.
Metode penelitian yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan deduktif yang dimulai dari hipotesis untuk diuji kebenarannya dengan analisa data empiris melalui metode survai berupa penelitian lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang dijabarkan ke dalam beberapa indikator anggota sampel dari populasi yang ditetapkan. Teknik pengambilan data adalah dengan proportioned stratified random sampling, yaitu terhadap 54 responden dari keseluruhan populasi sebanyak 116 auditor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan. Data yang diperoleh merupakan data primer, yaitu berupa pendapat yang dihimpun dengan kuestioner.
Dengan tingkat signifikasi () 5% hasil uji t membuktikan ada pengaruh positif dan significan atas penilaian risiko (thitung=2,422) dan independensi (thitung=2,309) secara parsial terhadap kualitas hasil audit, karena thitung masing-masing lebih besar dari pada ttabel=2,009. Sedangkan hasil uji t membuktikan tidak ada pengaruh atas kompetensi (thitung=1,649) secara parsial terhadap kualitas hasil audit karena thitung lebih kecil dari pada ttabel=2,009. Ini membuktikan pada dasarnya kompetensi tidak dapat meningkatkan kualitas hasil audit, apabila hanya faktor kompetensi saja yang dianggap penting dalam suatu pelaksanaan audit. Selanjutnya berdasarkan hasil uji F, dapat dibuktikan bahwa ketiga variable tersebut secara simultan berpengaruh cukup signifikan karena Fhitung=26,367 lebih besar dari Ftabel=2,790. Besaran koefisien determinasi (adjusted R2) senilai 0,589 yang diperoleh menunjukan bahwa 58,9%, variabilitas kualitas hasil audit dapat dikontribusikan pengaruhnya oleh penilaian risiko, kompetensi dan independensi. Sedangkan 41,1% selebihnya dikontribusikan pengaruhnya terhadap konstruk lain di luar model.
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Standar internasional praktik profesional audit internal (standar)Dr. Zar Rdj
Standar menggunakan istilah-istilah, sebagaimana didefinisikan secara khusus dalam Daftar Istilah. Unuk dapat memahami dan menerapkan Standar secara benar, perlu dipertimbangkan makna khusus istilah pada Daftar Istilah. Lebih lanjut, Standar menggunakan istilah ‘harus’ untuk persyaratan yang mutlak harus dipenuhi, dan istilah ‘semestinya’, untuk kesesuaian yang sangat dianjurkan (kecuali apabila berdasarkan pertimbangan profesional, keadaan yang ada membenarkan perlunya deviasi).
Standar terdiri dari dua kelompok utama: Standar Atribut dan Standar Kinerja. Standar Atribut mengatur atribut organisasi dan individu yang melaksanakan audit internal.
Standar Kinerja mengatur sifat audit internal dan menetapkan kriteria mutu untuk mengukur kinerja jasa audit internal. Standar Atribut dan Standar Kinerja diterapkan pada seluruh jenis jasa audit internal.
Standar Implementasi merinci Standar Atribut dan Standar Kinerja dengan menyajikan persyaratan tertentu untuk setiap jenis jasa audit internal, yaitu dengan kode (A) untuk asurans/Assurance, dan kode (C) untuk konsultansi/Consulting.
Jasa assurance (asurans) merupakan kegiatan penilaian bukti obyektif oleh auditor internal untuk memberikan pendapat atau simpulan mengenai suatu entitas, operasi, fungsi, proses, sistem, atau subyek lainnya. Sifat dan ruang lingkup suatu penugasan asurans ditentukan oleh auditor. Pada umumnya, terdapat tiga pihak yang berperan serta dalam pelaksanaan jasa asurans, yaitu (1) seorang atau sekelompok orang yang terlibat secara langsung dengan entitas, operasi, fungsi, proses, sistem, atau permasalahan lainnya – disebut pemilik proses; (2) seorang atau sekelompok orang yang melakukan penilaian/assessment – disebut auditor internal; (3) seorang atau sekelompok orang yang memanfaaatkan hasil penilaian/assessment – disebut pengguna.
Bab 1 ASP : Karakteristik dan Lingkungan Sektor PublikPutri Yulia
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik itu sendiri memiliki wilayah yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berbeda di dalamnya, akan tetapi juga karena kompleksnya lingkungan yang memengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut.
Manfaat Pemeriksaan Kinerja Terhadap Auditee Badan Pemeriksa Keuangan Republi...Nico Andrianto
Aspek manfaat sebagai dampak dari pelaksanaan rekomendasi merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kinerja. Tulisan ini menguraikan hasil dari penelitian deskriptif melalui metode survei untuk menilai sejauh mana manfaat hasil pemeriksaan kinerja BPK serta mengetahui pengaruh rekomendasi yang diberikan oleh BPK terhadap entitas yang diaudit (auditee). Survei dilakukan terhadap obyek pemeriksaan kinerja BPK yang berasal dari Kementrian/Lembaga, BUMN/BUMD, RSUD, serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dan “entitas lainnya”. Hasil survei
menunjukkan pemeriksaan kinerja BPK bermanfaat untuk meningkatkan kinerja auditee, dimana auditee pemerintah daerah mendapatkan manfaat yang lebih besar dibandingkan pemerintah pusat. Survei juga menunjukkan, semakin tinggi frekuensi pemeriksaan kinerja, semakin baik kualitas rekomendasi yang diberikan memberikan manfaat yang
lebih besar bagi auditee. 90% responden menyatakan, rekomendasi yang diberikan BPK dapat ditindaklanjuti. Beberapa masukan diberikan oleh auditee terkait upaya yang perlu dilakukan oleh BPK untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan dan kualitas rekomendasi untuk meningkatkan pelaksanaan tindak lanjut oleh auditee.
Standar internasional praktik profesional audit internal (standar)Dr. Zar Rdj
Standar menggunakan istilah-istilah, sebagaimana didefinisikan secara khusus dalam Daftar Istilah. Unuk dapat memahami dan menerapkan Standar secara benar, perlu dipertimbangkan makna khusus istilah pada Daftar Istilah. Lebih lanjut, Standar menggunakan istilah ‘harus’ untuk persyaratan yang mutlak harus dipenuhi, dan istilah ‘semestinya’, untuk kesesuaian yang sangat dianjurkan (kecuali apabila berdasarkan pertimbangan profesional, keadaan yang ada membenarkan perlunya deviasi).
Standar terdiri dari dua kelompok utama: Standar Atribut dan Standar Kinerja. Standar Atribut mengatur atribut organisasi dan individu yang melaksanakan audit internal.
Standar Kinerja mengatur sifat audit internal dan menetapkan kriteria mutu untuk mengukur kinerja jasa audit internal. Standar Atribut dan Standar Kinerja diterapkan pada seluruh jenis jasa audit internal.
Standar Implementasi merinci Standar Atribut dan Standar Kinerja dengan menyajikan persyaratan tertentu untuk setiap jenis jasa audit internal, yaitu dengan kode (A) untuk asurans/Assurance, dan kode (C) untuk konsultansi/Consulting.
Jasa assurance (asurans) merupakan kegiatan penilaian bukti obyektif oleh auditor internal untuk memberikan pendapat atau simpulan mengenai suatu entitas, operasi, fungsi, proses, sistem, atau subyek lainnya. Sifat dan ruang lingkup suatu penugasan asurans ditentukan oleh auditor. Pada umumnya, terdapat tiga pihak yang berperan serta dalam pelaksanaan jasa asurans, yaitu (1) seorang atau sekelompok orang yang terlibat secara langsung dengan entitas, operasi, fungsi, proses, sistem, atau permasalahan lainnya – disebut pemilik proses; (2) seorang atau sekelompok orang yang melakukan penilaian/assessment – disebut auditor internal; (3) seorang atau sekelompok orang yang memanfaaatkan hasil penilaian/assessment – disebut pengguna.
Bab 1 ASP : Karakteristik dan Lingkungan Sektor PublikPutri Yulia
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik itu sendiri memiliki wilayah yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berbeda di dalamnya, akan tetapi juga karena kompleksnya lingkungan yang memengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut.
Manfaat Pemeriksaan Kinerja Terhadap Auditee Badan Pemeriksa Keuangan Republi...Nico Andrianto
Aspek manfaat sebagai dampak dari pelaksanaan rekomendasi merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kinerja. Tulisan ini menguraikan hasil dari penelitian deskriptif melalui metode survei untuk menilai sejauh mana manfaat hasil pemeriksaan kinerja BPK serta mengetahui pengaruh rekomendasi yang diberikan oleh BPK terhadap entitas yang diaudit (auditee). Survei dilakukan terhadap obyek pemeriksaan kinerja BPK yang berasal dari Kementrian/Lembaga, BUMN/BUMD, RSUD, serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dan “entitas lainnya”. Hasil survei
menunjukkan pemeriksaan kinerja BPK bermanfaat untuk meningkatkan kinerja auditee, dimana auditee pemerintah daerah mendapatkan manfaat yang lebih besar dibandingkan pemerintah pusat. Survei juga menunjukkan, semakin tinggi frekuensi pemeriksaan kinerja, semakin baik kualitas rekomendasi yang diberikan memberikan manfaat yang
lebih besar bagi auditee. 90% responden menyatakan, rekomendasi yang diberikan BPK dapat ditindaklanjuti. Beberapa masukan diberikan oleh auditee terkait upaya yang perlu dilakukan oleh BPK untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan dan kualitas rekomendasi untuk meningkatkan pelaksanaan tindak lanjut oleh auditee.
Model Risk Control Matrix Mujiastono1 , Dody Mardiansyah2 , Gustian WiwahaBesarArdhiNugraha
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan model Matriks Risiko dan Pengendalian pada
contoh kegiatan patroli laut. Model Matriks Risiko dan Pengendalian dapat digunakan sebagai
pedoman perencanaan audit dan pengendalian internal di unit Patroli Laut. Metode yang digunakan
dalam mengumpulkan data adalah wawancara, observasi, dan analisis data. Panduan yang digunakan
untuk penilaian risiko menggunakan model BPKP (2010) dan AS / NZS 4360: 2004. Hasil dari
penelitian ini adalah model Matriks Risiko dan Pengendalian di unit patroli laut. Penelitian ini
diperoleh dari tiga tahapan. Pertama, identifikasi kegiatan dan risiko pada unit patroli laut. Kedua,
identifikasi dan penilaian risiko kegiatan. Ketiga, melakukan analisis dampak dan kemungkinannya
di setiap kegiatan untuk menghasilkan Matriks Risiko dan Pengendalian dari peta prioritas risiko
pada unit patroli laut.
14. si-pi, adi nurpermana, hapzi ali, internal control over financial reporti...Adi Permana
Menanggapi forum di atas saya akan menginplementasikan dengan contoh pada suatu perusahaan yang ada di indonesia. Dalam hal ini saya akan menganalisis penerapan, evaluasi dan efektifitas ICFR pada PT. PR. Pembahasan akan dibagi dalam beberapa sub bab yaitu: 1) Metodologi Top Down Risk Based, yang bertujuan untuk menganalisis apakah praktik dalam implementasi ICFR di PT. PR sudah mengacu pada metode Top Down Risk Based yang disarankan oleh PCAOB, 2) Kerangka Pengendalian Internal, yang bertujuan untuk menganalisis kesesuaian kerangka pengendalian internal pada PT. PR dengan pedomannya, 3) Dokumentasi ICFR, bertujuan untuk memastikan bahwa semua kegiatan dokumentasi sudah berjalan efektif, 4) Pelaksanaan Tiga Lini Pertahanan, bertujuan untuk menganalisis implementasi konsep tiga lini pertahanan dalam ICFR, 5) Evaluasi ICFR, bertujuan menganalis proses evaluasi ICFR dan efektifitasnya, 6) Pernyataan efektifitas ICFR, bertujuan menganalisis efektifitas ICFR di PT. PR.
Program secondment (detasering) bagi organisasi asal dan tuan rumah dia terdapat tiga temuan yang strategis antara lain:
1. How do secondments affect the different parties?
a. Benefits to secondees
meningkatkan pengetahuan dan motivasi
meningkatkan keterlibatan pekerjaan menuju tujuan organsiasi yang sama
b. Career Development
mentransfer informasi terkini
memperoleh pengalaman kerja dengan ragam lingkungan
c. General/Specifik Skills Development
media berbagi pengetahuan dan pengalaman
mengembangkan jalur karir
d. Knowledge Increment
meningkatkan kepercayaan diri
mempelajari peran baru yang berbeda
e. Motivation and Engagement
memotivasi berlajar lebih giat
mendorong pertumbuhan antar pegawai
f. Network Development
menciptakan hubungan dan koneksi
membawa pengalaman dan wawasan
2. Benefits to the host organizations
a. Diverse Skills coming from Secondees
mengembangkan kemampuan kolektorat
memperoleh informasi langsung kebutuhan organisasi
b. Expertise Borrowing
membawa keahlian pegawai ke organisasi tuan rumah
memacu kedua belah pihak (organisasi) melakukan evaluasi untuk mengembangan pengetahuan dan peningkatan kualitas
3. Benefits to the home organizations
a. Kowledge transfer
solusi pemecahan transfer knowledge yang sulit
alternatif dalam menggabungkan pengetahuan baru
b. Relationships/Collaborations
berkembangnya hubungan kelembagaan
memberikan peluang berharga bagi pegawai
Aturan pALING LENGKAP Manajemen ASN_pns _sESUAI_NSPK_SLIDE SHARE.pdfDr. Zar Rdj
IMPELEMENTASI MANAJEMEN APARATUR SIPIL NEGARA BERDASARKAN NPSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) MELALUI 18 ELEMEN PENGUKURAN DARI
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN ASN
PENGADAAN ASN
PENGANGKATAN ASNSEP
PANGKAT
MUTASI
JABATAN
PENGEMBANGAN KARIER ASN
POLA KARIER
PENGGAJIAN, TUNJANGAN, DAN FASILITAS
PENGHARGAAN
JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA
PERLINDUNGAN
PENILAIAN KINERJA
CUTI
KODE ETIK
DISIPLIN
PEMBERHENTIAN
PENSIUN
ANGKA KREDIT
STANDAR KOMPETENSI JABATAN
WASDAL IMPLEMENTASI NSPK MANAJEMEN ASN DI INSTANSI PEMERINTAH
Dengan siklus perubahan yang begitu radikal dan gelombang digitalisasi yang melipatgandakan kecepatan secara eksponensial, maka kehidupan manusia di berbagai bidang mengalami goncangan, Dunia mengalami perubahan di mana perkembangan teknologi tidak lagi mengikuti pertumbuhan linear namun pertumbuhan eksponensial. Perubahan ini memungkinkan invansi teknologi yang transformatif menjadi lebih cepat dibandingkan proses inovasi yang sudah ada sehingga menimbulkan tantangan drastis bagi dunia bisnis, pemerintah dan perilaku masyarakat.
Oleh karena itu dalam mengatasi disrupsi segala aspek diperlukan Fungsi Audit Internal yang Agile atau lincah yang dapat mempersiapkan dalam membangun kemungkinan ada gangguan fenomena disrupsi dalam siklus perencanaan dan penilaian risiko dan Fungsi Auditor Internal yang Adaptif, fleksibel dalam menciptakan mekanisme proses dan pelaporan
Sebagai Auditor Internal, apakah kita sudah siap….?
Prinsip yang harus dimiliki Audit Internal saat ini antara lain:
1. Agility (Kelincahan)
2. Real-time risks & controls monitoring (Pemantauan risiko & kontrol waktu nyata)
3. Dynamic risk assessments (Penilaian risiko dinamis)
4. Effective leveraging of data & advanced technology (Memanfaatkan data & teknologi canggih secara efektif)
Perilaku Kerja Inovatif Memediasi Pengaruh Integritas, Kompetensi Dan Leader...Dr. Zar Rdj
1. Indikator kualitas laporan hasil audit pada variabel efektivitas kerja memiliki nilai terendah di 3.06 (kategori cukup). Ini terjadi kemungkinan karena auditor dalam melaksanakan audit kurang memahami bisnis proses yang ada pada auditan sehingga tingkat responsifitas auditor dalam membaca kebutuhan auditan kurang maksimal, dimana auditor lebih fokus kepada aspek kepatuhan saja. Maka disarankan agar auditor dapat mengeskplorasi lebih secara holistik proses bisnis yang dimiliki auditan serta perlu didukungnya peran lebih dari manajemen terhadap auditor untuk dapat terlibat dalam berbagai rangkaian proses bisnis auditan, sehingga auditor dapat memberikan informasi secara oversight, insight dan foresight.
2. Indikator sikap bijaksana & tanggung jawab pada variabel integritas memiliki nilai terendah 2.67 (kategori tidak baik). Ini terjadi kemungkinan karena banyaknya pertimbangan yang dimiliki auditor dalam mengungkap permasalahan secara seksama dan kurangnya tanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang diberikan. Maka disarankan agar auditor dapat memiliki sumber yang cukup sebelum menentukan keputusan serta diperlukannya dukungan dari manajemen atas sikap independen auditor dalam menjalankan tugas.
3. Indikator keahlian khusus pada variabel kompetensi memiliki nilai terendah di 2.67 (kategori tidak baik). Ini terjadi kemungkinan karena kepemilikan auditor terhadap kampuan atau keterampilan yang dimiliki secara pribadi atau spesifik masih berlum merata sebaranya di masing-masing tim audit. Maka disarankan agar auditor secara inisiatif memiliki keahlian khusus yang biasanya dibutuhkan dalam penugasan serta perlu dilakukannya training needs analysis oleh manajemen, sehingga pembangunan kompetensi auditor sejalan dengan kebutuhan yang diperlukan.
4. Indikator perhatian terhadap bawahan pada variabel leadership memiliki nilai terendah di 3.06 (kategori cukup). Ini terjadi kemungkinan dimana perhatian terhadap penyelesaian tugas, tingkat kesejahteraan, bagaimana pola mendiskusikan masalah dan tanggapan atas keluhan yang dirasakan auditor masih belum memadai. Maka disarankan perlunya peran dan keterlibatan nyata dari manajemen terhadap auditor dalam penyelesaian tugas, peningkatan kesejahteraan dan penjaminan karir atas sikap indenpensi yang dilakukan dalam menerima tugas.
5. Indikator idea exploration pada variabel perilaku kerja inovatif memiliki nilai terendah di 2.05 (kategori tidak baik). Ini terjadi kemungkinan dimana auditor belum maksimal dalam memberikan informasi foresight atas sebuah kesempatan atau masalah yang akan dihadapi auditan. Maka disarankan agar auditor dapat memiliki inovasi lebih atau alternatif lain dalam mencari cara mengembangkan output yang berkaitan dengan kinerjanya.
Buku Saku Perilaku Kerja Inovatif dan Efektivitas Kerja Internal AuditDr. Zar Rdj
Novelty pada penelitian ini dengan menghasilkan bukti-bukti empiris sebagai berikut:
1. Integritas, kompetensi dan leadership berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja dan peran perilaku kerja inovatif dalam memediasi integritas, kompetensi dan leadership berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja.
2. Integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku kerja inovatif dan peran perilaku kerja inovatif dalam memediasi integritas juga tidak berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja.
3. Faktor terbesar yang berpengaruh langsung terhadap efektivitas kerja adalah perilaku kerja inovatif dengan indikator tertingginya yaitu idea generation
4. Faktor terbesar yang berpengaruh langsung terhadap perilaku kerja inovatif adalah leadership dengan indikator tertingginya yaitu perhatian terhadap tugas.
5. Faktor terbesar yang berpengaruh tidak langsung terhadap efektivitas kerja adalah leadership yang dimediasi oleh perilaku kerja inovatif dengan indikator tertingginya yaitu perhatian terhadap tugas.
Sistem manajemen kinerja pns permenpan 8 tahun 2021Dr. Zar Rdj
KINERJA INDIVIDU: Getting employees involved in the planning process will help them understand the goals of the rganization, what needs to be done, why it needs to be done, and how well it should be done
SKP ADALAH SASARAN KINERJA PEGAWAI BERBASIS HASIL
SKP disusun berjenjang berdasarkan penyelarasan dan
memiliki IKI serta target yang SMART
SKP disusun berjenjang berdasarkan penyelarasan dan
memiliki IKI serta target
Change it today birokrasi is modern modelDr. Zar Rdj
ORGANISASI PADA MASA DATANG akan menciptakan suatu kombinasi dari gejala-gejala adaptasi, pemecahan persoalan, sistem temporer, aneka ragam spesialisasi, evaluasi staf yang fleksibel, TIDAK DIDASARKAN PADA NORMA HIRARKI VERTIKAL ATAS PERBEDAAN POSISI-POSISI DAN PANGKATNYA.
Pentingnya pengendalian risiko bagi organsiasi menghadapi revolusi global dar...Dr. Zar Rdj
Semakin Cepat Kita Mendeteksi Risiko maka Semakin Cepat Kita Mengetahui Starategi Penanganannya
Semakin Cepat Kita Menyiapkan Obat maka Semakin Cepat Kita Mengambil Tindakan Perbaikan
Mewujudkan birokrasi di era disrupsi dan tatanan normal baruDr. Zar Rdj
Mewujudkan Sistem Kerja dan Manajemen SDM yang Efektif, Efisien, Transparan, dan Akuntabel Berbasis IT
TATANAN BARU BIROKRASI
Paradigm
• Dynamic
• Network
• Collaborative
Institution and Process
• Digital Organization
• Flexible Arrangement
Personnel
• Millennials
• Baby Boomers
Three lines model updated, IIA update model tiga lapis pertahanan risikoDr. Zar Rdj
UPDATE The Three Lines Model membantu organisasi mengidentifikasi struktur dan proses yang terbaik membantu mencapai tujuan dan memudahkan pemerintahan kuat dan manajemen risiko.
• Mengadopsi pendekatan berdasarkan prinsip dan menyesuaikan model untuk sesuai dengan tujuan organisasi dan keadaan.
• Fokus pada konsekuensi manajemen risiko membuat untuk mencapai tujuan dan menciptakan nilai, serta pada masalah "pertahanan" dan melindungi nilai.
• Memahami dengan jelas peran dan tanggung jawab yang diwakili dalam model dan hubungan antara mereka.
• Tindakan implementasi untuk memastikan aktivitas dan tujuan disesuaikan dengan kepentingan prioritas dari stakeholders.
Dua model pengukuran dampak ekonomi proyek infrastruktur publikDr. Zar Rdj
METODE COMPUTABLE GENERAL EQUILIBRUM (CGE)
• Baik secara teoritis maupun studi empiris terdahulu membuktikan bahwa infrastruktur, khususnya infrastruktur trasportasi memiliki dampak positif pada pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, ketimpangan, serta meningkatkan kualitas hidup
• Namun dampak investasi infrastruktur transportasi yang berbeda perlu untuk dianilisis.
• Hasil simulai menggunakan CGE menunjukkan bahwa investasi pada jalan dan jembatan memberikan dampak pada riil PDB, konsumsi rumah tangga, serta pendapatan pajak lebih tinggi dari infrastruktur transportasi lainnya.
• Investasi pada jalan dan jembatan juga relatif memberikan dampak lebih pada peningkatan tenaga kerja serta penurunan kemiskinan.
• Untuk perdagangan, investasi jalan dan jembatan memberikan dampak pada ekspor lebih tinggi dibanding infrastruktur lainnya. Di sisi lain, investasi pada Bendungan/Rel Kereta/Bandara relatif memberikan dampak lebih tinggi daripada investasi jalan dan jembatan.
METODE RANTAI HASIL
• Digunakan untuk mengidentifikasi ultimate outcome dari proyek
• Bahan penyusunan dokumen monitoring dan evaluasi sebelum dan sesudah proyek dibangun
• Ketika telah dimanfaatkan oleh pengguna, evaluasi dampak perlu dilakukan menggunakan metode yang lebih robust misalnya:
– randomized experiment
– causal inference
– instrumental variable
– different-in-different
– regression discontinuity
– dll.
Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...Dr. Zar Rdj
TUJUAN
1. Mengurangi tumpang tindih kegiatan (efektivitas dan efisiensi)
2. Meningkatkan konvergensi kegiatan pembangunan antar K/L (Lintas K/L)
3. Mengurangi cost of bureaucracy karena satu program bisa digunakan oleh beberapa UKE I
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaDr. Zar Rdj
TUJUAN
1. Implementasi kebijakan money follow program;
2. Memperkuat penerapan anggaran berbasis kinerja;
3. Meningkatkan konvergensi program dan kegiatan antar Kementerian/Lembaga
4. Keselarasan rumusan program dan kegiatan antara dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran;
5. Informasi kinerja yang mudah dipahami oleh publik;
6. Mendorong K/L menerapkan value for money dalam proses perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaannya;
7. Sinkronisasi Rumusan Program Belanja K/L dengan Belanja Daerah.
8. Menyelaraskan Visi Misi Presiden, Fokus Pembangunan (arahan Presiden), serta 7 Agenda
9. Pembangunan, Tusi K/L dan Daerah;
10. Rumusan nomenklatur Program, Kegiatan, Keluaran (Output) yang mencerminkan “real work” (konkret)
MANFAAT
1. Adanya hubungan yang jelas antara program, kegiatan, output dan outcome.
2. Meningkatkan Sinergi antar Unit Kerja Eselon I atau antar K/L dalam mencapai sasaran pembangunan.
3. Meningkatkan efisiensi belanja
4. Integrasi Sistem IT perencanaan dan penganggaran.
5. Efisieni organisasi
Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...Dr. Zar Rdj
https://itjen.dephub.go.id/2019/12/11/bravo-kemenhub-lompatan-besar-zona-integritas-di-tahun-2019-dalam-mengakselerasi-implementasi-reformasi-birokrasi/
DYNAMIC GOVERNANCE 2025: Pencapaian Tujuan dan Sasaran Pembangunan Semakin baik yang ditandai dengan:
1. tidak ada korupsi;
2. tidak ada pelanggaran;
3. APBN dan APBD baik;
4. semua program selesai dengan baik
5. semua perizinan selesai dengan cepat dan tepat;
6. komunikasi dengan publik baik;
7. penggunaan waktu (jam kerja) efektif dan produktif;
8. penerapan reward dan punishment secara konsisten dan berkelanjutan;
9. hasil pembangunan nyata (propertumbuhan, prolapangan kerja, dan propengurangan kemiskinan)
ZONA INTEGRITAS adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan public
WILAYAH BEBAS dari KORUPSI (WBK) adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar kriteria dalam manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja.
WILAYAH BIROKRASI BERSIH & MELAYANI (WBBM) adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar kriteria manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.
Proses audit jarak jauh selama dan setelah corona virus disease 2019 covid 19Dr. Zar Rdj
Berkembangnya COVID-19 serta adanya pembatasan perjalanan di seluruh dunia, bersamaan dengan adanya kebutuhan untuk melakukan audit sesuai dengan peraturan/ hukum atau adanya keperluan mendesak untuk melakukan audit telah memunculkan kembali pembicaraan serta perhatian terhadap upaya audit internal untuk menemukan alternatif lain sebagai pengganti proses audit tradisional - yang menggunakan metode tatap muka – untuk sesegera mungkin diimplementasikan. Proses audit jarak jauh mungkin merupakan alternatif terbaik yang dapat dilaksanakan, hal ini terutama karena sebagian besar perusahaan telah membatasi perjalanan hanya untuk fungsi-fungsi bisnis yang kritis, dan banyak negara di dunia telah melakukan penutupan sementara perbatasannya.
Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (...Dr. Zar Rdj
Pada tahun 2025, Pencapaian Tujuan dan Sasaran Pembangunan Semakin baik yang ditandai dengan:
1. tidak ada korupsi;
2. tidak ada pelanggaran;
3. APBN dan APBD baik;
4. semua program selesai dengan baik;
5. semua perizinan selesai dengan cepat dan tepat;
6. komunikasi dengan publik baik;
7. penggunaan waktu (jam kerja) efektif dan produktif;
penerapan reward dan punishment secara konsisten dan berkelanjutan;
8. hasil pembangunan nyata (propertumbuhan, prolapangan kerja, dan propengurangan kemiskinan)
Value based internal auditing - Nilai Dasar Internal AuditDr. Zar Rdj
Nilai dasar Internal Audit
Metodologi di mana auditor internal melakukan layanan audit internal yang berwawasan ke depan untuk menawarkan pemahaman dan secara aktif mencari inovasi untuk meningkatkan organisasi, berupaya melakukan hal ini dari perspektif klien audit.
Audit berbasis nilai adalah tempat profesi audit internal menuju. Tidak banyak fungsi audit internal yang belum terlihat, tetapi merupakan tren yang muncul. Elemen kunci dari audit berbasis nilai ditunjukkan dalam diagram di dimaksd, kemudian diperluas pada komentar terkini.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Pengaruh penilaian risiko, kompetensi dan independensi terhadap kualitas hasiil audit
1. Pengaruh Penilaian Risiko, Kompetensi Dan Independensi
Terhadap Kualitas Hasil Audit
(Studi Empiris Pada Inspektorat Jenderal
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia)
Maizar Radjin
Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi
Universitas Pancasila
ABSTRACT
The purpose of this research is to know how factors risk assessment, competency and
independency influences the quality of audit result. As for reasoning of doing this research in order to
contribute improvement of the governance internal audit apparatus, as the mandate of President
Jokowi in Kompas on May 15, 2015.
The framework of this research is in enhancing the quality of audit result, then an auditor
should be able to do a risk assessment that will arise through the process of risk identification and risk
analysis. In addition it takes competency refer to the motif of indicators, the nature, the concept of self,
knowledge and skills. Independency in relation to the performance of the auditor as a whole is also an
element that also improves the quality of audit results an auditor. Cognitive processes of ethical the
auditor will affect the independence of the auditor. The auditor to consider rulings explicitly, audit
standards and the professional code of ethics.
Research method applied is research approach stars from the hypothesis to be tested the truth
with empirical data analysis through the survey method in the form of field research by disseminating a
questionnaire which is divided into a few indicators members of the population defined. Retrieval data
is with proportioned stratified random sampling to 54 respondents from the overall population as 116
auditor at General of Inspectorate of Ministry Transportation. Data obtained is that is in the form of
opinions mustered by questionnaire.
With the level of significance () 5% t test results prove there's a positive influence and
significant risk assessment (tcount=2,422) and independency (tcount=2,309) partially to the quality of
the audit results, because each tcount bigger than ttabel = 2,009. While the results of the test t proves there
is no influence over competency (tcount= 1,649) partially to the quality of audit results because tcount is
smaller than on ttabel=2,009. This proves the competency basically cannot improve the quality of audit
results, when only the competency factors alone are considered important within an implementation
audit. Furthermore based on test results of F, can be proved that these three variables simultaneously
take effect quite significant because Fcount=26,367 bigger than Ftabel=2,838. Determination of coefficient
magnitudes (adjusted R2
)=0,589 indicates that 58,9%, of quality audit results can be contributed
influence by construct of risk assessment, competency and independency. While 41.1% contributed
influence by other outside model of construct
Keywords: Quality of Audit Results, Risk Assessment, Competency, Independency
2. 1. Pendahuluan
Perwujudan reformasi birokrasi dimulai dengan melakukan pembenahan tata kelola
pemerintahan. Penyelenggaran pemerintahan yang efektif merupakan kebutuhan yang sangat
mendesak. Pendekatannya difokuskan pada memberikan pelayanan masyarakat dan
melaksanakan program pemerintahan yang telah ditetapkan.
Masyarakat kini menuntut terciptanya aparatur pemerintahan yang bersih dan
berwibawa dalam menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk itu pemerintah perlu untuk terus memperbaiki tata kelola pemerintahan yang baik dalam
upaya mewujudkan good governance dan clean governance.
Terdapat beberapa isu yang dituliskan dalam harian kabar Kompas terkait Kapabilitas
Aparatur Pengawas Intern Pemerintah (APIP), Pertama yang ditulis Kompas pada tanggal 15
Mei 2015 dengan judul Presiden Jokowi ingin tata kapabilitas APIP ditingkatkan, peryataan
Presiden ini berdasarkan hasil audit yang dilakukan Auditor Internal BPKP melalui metode
Internal Audit Capability Model (IACM) mengungkapkan APIP yang berada di level satu
masih 85 (delapan puluh lima) persen, level dua berkisar 14 (empat belas) persen dan level 3
(tiga) satu persen, dari kriteria tersebut dapat disimpulkan hasil audit APIP mayoritas hanya
dilakukan dengan membandingkan kriteria dengan kondisi yang ada, akan tetapi APIP belum
mampu memberikan kontribusi lebih terkait hasil audit yang dapat memberikan nilai tambah
terkait efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi. Kedua yang ditulis oleh
Kompas pada tangga 26 Maret 2015 bahwa inspektorat belum paripurna cegah korupsi, hal
tersebut di buktikan dengan kasus yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
bahwa sepanjang 2009 s.d 2014 dari 439 kasus yang ditangani oleh KPK sekitar 45,33%
penyimpangan yang terjadi melibatkan Penyelenggaraan Pemerintah.
Menurut Effendi (2005), ada tiga pilar pokok yang mendukung kemampuan suatu
bangsa dalam melaksanakan good governance, yakni: pemerintah (the state), civil society
(masyarakat adab, masyarakat madani, masyarakat sipil), dan pasar atau dunia usaha.
Di sisi pemerintah misalnya, peran pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal
dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik menjadi semakin diharapkan.
Pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal merupakan suatu kegiatan penilaian yang
independen di dalam organisasi pemerintah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Pengawasan tersebut adalah pengawasan yang harus merespons secara nyata permasalahan dan
perubahan yang terjadi sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hasil pengawasan.
Di samping fungsi pengawasan, auditor internal juga berperan sebagai katalisator yaitu
harus mampu memberikan nilai tambah dan berperan aktif dalam membangun sistem yang
dijalankan oleh organisasi. Ini bukanlah hal yang mudah, sehingga auditor internal dituntun
untuk memiliki kompetensi dibidangnya.
Penelitian U.S. Office of Personnel Management, dalam Suderadjat (2010) menyatakan
bahwa hanya dengan pegawai yang tepat yang ditempatkan dalam jabatannya dan
memperoleh pelatihan, peralatan, struktur, insentif dan akuntabilitas untuk bekerja secara
efektif, maka sangat mungkin organisasi tersebut akan berhasil. Sehingga kompetensi sumber
daya manusia dalam hal ini auditor internal sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
Kompetensi yang baik haruslah didukung dengan faktor Independensi yang tinggi,
artiya sikap mental dengan adanya kejujuran dalam diri auditor untuk mempertimbangkan
3. fakta dan adanya pertimbangan yang objektif, tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Selain kompetensi dan indepedensi, bagi auditor internal penilaian risiko audit juga
sangat mendukung kualitas hasil audit. Penilaian risiko audit didasarkan pada hasil identifikasi,
analisis, dan assessment terhadap risiko material dan berpotensi yang menghambat suatu
kegiatan. Auditor internal mempunyai peran dalam memastikan manajemen untuk mengelola
risiko organisasi secara optimal, sehingga risiko yang dikelola secara optimal akan
memaksimalkan terwujudnya good governance.
Keberhasilan kinerja auditor dapat diukur dari kualitas audit yang dihasilkan. Oleh
karena, penilaian risiko audit, kompetensi, dan independensi sangat berpengaruh terhadap
kualitas hasil audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Parasayu (2014) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hasil audit internal yang menunjukkan bahwa obyektivitas, pengalaman
kerja, integritas, dan etika audit sangat mempengaruhi kualitas hasil audit internal, sedangkan
independensi dan pengetahuan tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit internal.
Febrina (2011) telah melakukan penelitian terkait penerapan audit berbasis risiko
membukktikan bahwa pelaksanaan audit berbasis risiko akan meningkatkan kualitas hasil audit
karena membuat lingkup pekerjaan yang lebih efektif, efisien dan hanya di pusatkan pada area
berisiko tinggi.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh
Parasayu (2014) dan Febrina (2011). Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada
penggantian variable dengan variable penilaian risiko audit, kompetensi, dan independensi
terhadap kualitas hasil audit. Alasan locus dilakukannya penelitian di Kementerian
Perhubungan dengan pertimbangan bahwa tata kelola APIP Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan masih beradal dalam level 2 (dua) dengan kategori Infrastructure yang artinya
APIP hanya mampu menjamin bahwa prosedur kerja yang dijalankan auditee telah sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan APIP telah mampu mendeteksi terjadinya korupsi, akan
tetapi APIP belum mampu menilai efisiensi, efektivitas, ekonomis suatu kegiatan dan mampu
memberikan konsultansi pada tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern atau
berada dalam level 3 (tiga) dengan keriteria Integrated.
2. Grand Theory, Literatur Teori, Kerangka Pemikiran dan Rumusan Hipotesis
2.1 Grand Theory
2.1.1 Iceberg Theory
Saat ini banyak pengungkapan kecurangan yang hanya terlihat di ujung tetapi tidak mampu
mengungkapkan kecurangan yang lebih fundamental dan strategis. Fenomena tersebut dapat
digambarkan dalam Iceberg Theory (teori gunung es) yang pertama kali diketemukan oleh Heinrich
pada tahun 1931 yang kemudian diperbaharui oleh Frank E. Bird tahun 1974 menyatakan bahwa
perbandingan antara bagian yang nampak dipermukaan dengan yang tidak nampak dipermukaan adalah
1 : 5 hingga 1 : 50. Artinya pelaksanaan pengawasan selama ini hanya melihat bagian kecil saja dan
tidak menyadari kerugian lain yang bisa 50 kali bersarnya dari pada yang disadari.
2.1.2 Fraud Triangle Theory
Mengantisipasi kecurangan yang sistematis dan fundamental sebagaimana yang tergambar
dalam iceberg theory, seorang auditor harus bisa mengidentifikasi permasalahan yang lebih strategis
dan sistematis penyebab terjadinya kecurangan. Teori yang pertama kali diperkenalkan oleh Cressey
pada tahun 1953 yang dikenal dengan Fraud Triangle Theory (segitiga kecurangan) menyebutkan ada
4. tiga hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya kecurangan, yaitu pressure (dorongan), opportunity
(peluang), dan rationalization (rasionalisasi).
2.1.3 Risk Based Audit
Risk Based Audit diawali melalui proses perencanaan audit dari identifikasi tujuan audit
selama setahun kedepan dikaitkan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan untuk menentukan
fokus dan prioritas pelaksanaan audit Rencana audit disusun untuk memenuhi tujuan audit yang telah
ditetapkan yakni untuk menilai efektivitas dan efisiensi performance, risk management dan kecukupan
dan efektivitas internal control.
2.1.4 Agency Theory
Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal (principal)
yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan wewenang pada manajer untuk mengelola
perusahaan. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemilik (principal) dan manajer
(agent) sulit tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (conflict of interest).
2.2 Literatur Teori
2.2.1 Kualitas Hasil Audit
Kualitas auditor memiliki peranan yang sangat penting dalam menghasilkan audit yang
berkualitas sehingga dapat mengurangi penyimpangan yang dilakukan lembaga pemerintah. Pada
dasarnya, tidak ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas hasil audit itu. Hal itu
menyebabkan tidak terdapatnya pemahaman secara umum mengenai faktor-faktor dalam penyusunan
kualitas audit dan sering terjadi konflik peran antara berbagai pengguna laporan audit (Alim dkk: 2007).
Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas hasil audit secara obyektif
dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan, kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit
dipahami dan kabur, sehingga sering kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya.
Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas jasa dengan cara yang
berbeda-beda.
Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan
melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya (De Angelo: 1871
dalam Alim dkk: 2007). Menurut Rosnidah (2010), kualitas audit adalah pelaksanaa audit yang
dilakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi
pelanggaran yang dilakukan klien. Dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil audit internal merupakan
kemungkinan yang dilakukan auditor pada saat mengaudit laporan keuangan dapat menemukan
pelanggaran dalam sistem akuntansi serta melaporkan ke dalam laporan keuangan auditan, dimana
dalam melaksanakan tugas tersebut auditor berpedoman pada standar dan kode etik profesi yang
relevan.
2.2.2 Penilaian Resiko
Menurut Tampubolon (2006) definisi penilaian risiko adalah suatu proses estimasi score
risiko dari auditable unit dalam perusahaan. Penilaian Risiko digunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur dan menentukan prioritas dari risiko agar sebagian besar sumber daya difokuskan pada area
auditable unit dengan score risiko tinggi. Tujuan utamanya untuk menentukan prioritas risiko masing-
masing auditable unit, frekuensi, intensitas dan waktu audit.
Definisi penilaian risiko (risk assesment) dalam buku pegangan bagi anggota IIA sebagai
berikut: “Risk assesment is a systematic process for assesing and integrating professional judgment
about probable adverse condition and/or events”. Maksudnya penilaian risiko adalah suatu proses
yang sistematik untuk menilai dan mengintegrasikan pertimbangan profesional mengenai
kemungkinan kondisi yang jelek. Proses penilaian risiko seharusnya dapat memberikan suatu cara
untuk mengorganisir dan mengintegrasikan pertimbangan profesional dalam pengembangan jadwal
pelaksanaan audit.
Dari definisi tersebut, bahwa internal audit harus melaksanakan perencanaan audit dengan
seksama yang mempertimbangkan faktor-faktor risiko pada suatu unit yang akan diperiksa
berdasarkan pertimbangan profesional, sebagaimana diatur dalam Standard Professional Internal
Auditor point 280, yaitu dalam setiap penugasan audit, baik yang dilandasi dengan pengetahuannya
5. yang diperoleh dari proses pendidikan yang terus menerus maupun berdasarkan pengalaman audit
pada masa-masa yang lalu.
2.2.3 Kompetensi
Kompetensi sangat berguna untuk membantu organisasi menciptakan budaya kinerja tinggi.
Kompetensi sangat diperlukan dalam setiap proses sumber daya manusia, seleksi karyawan, manajemen
kinerja, perencanaan, dan sebagainya. Kompetensi menurut Wibowo (2011: 324) adalah suatu
kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.
Dengan demikian, kompetensi menunjukan keterampilan dan pengetahuan yang dicirikan oleh
profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting yang menunjukan bahwa
seseorang unggul di bidang tersebut.
Kompetensi merupakan terminologi yang sering didengar dan diucapkan banyak orang. Akan
tetapi sering kali persepsi, pemahaman, dan makna terminology itu tidak sama. Perbedaan persepsi atas
makna kompetensi itu merupakan hal yang wajar dan tetap sah-sah saja karena memang masing-masing
belum memahami makna aslinya. Perbedaan persepsi tersebut menjadi problematis ketika kompetensi
itu diterapkan dalam desain instrument dan aplikasi manajemen sumber daya manusia.
Oleh karena itu, perlu pemahaman yang komprehensif tentang kompetensi. Pengertian
kompetensi dalam organisasi publik maupun privat sangat diperlukan terutama untuk menjawab
tuntutan organisasi, di mana adanya perubahan yang sangat cepat, perkembangan masalah yang sangat
kompleks dan dinamis serta ketidakpastian masa depan dalam kehidupan masyarakat. Menurut Gordon
sebagaimana dikutip oleh Sutrisno (2010), beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi
sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.
b. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu.
c. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melaksanakan tugas atau
pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
d. Nilai (value) yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu
dalam diri seseorang.
e. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu
rangsangan yang datang dari luar.
f. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
2.2.4 Independensi
Terdapat banyak definisi mengenai independensi telah dikemukakan oleh para pakar
akuntansi. Umumnya definisi tersebut berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan sudut pandang masing-masing pakar yang pada gilirannya mengakibatkan perbedaan
cakupan makna independensi.
Independensi menurut Arens dkk (2003) dapat diartikan mengambil sudut pandang yang tidak
bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam
penampilan. Independen dalam fakta (independent in fact) bila auditor benar-benar mampu
mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan
(independen in appearance) adalah hasil dari interprestasi lain atas independensi ini. Akan tetapi
independensi dapat diartikan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain,
tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif yang tidak memihak dalam diri
auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002).
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
2.3.1 Pengaruh Penilaian Risiko Terhadap Kualitas Hasil Audit
Penilaian risiko adalah suatu proses yang sistematik untuk menilai dan mengintegrasikan
pertimbangan profesional mengenai kemungkinan kondisi yang jelek. Sehingga auditor internal udit
internal harus melaksanakan perencanaan audit dengan seksama yang mempertimbangkan faktor-faktor
risiko pada suatu unit yang akan diperiksa berdasarkan pertimbangan professional. Semakin baik
pengendalian resiko yang digunakan dalam perencanaan audit maka semakin kecil resiko yang akan
6. terjadi dimasa mendatang, sebalikya pengendalian risiko yang tidak tepat akan memperbesar risiko
dimasa mendatang. Tjun (2009) menyatakan Kompetensi Auditor berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas audit sedangkan Penilaian Risiko dan Independensi Auditor tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit.
2.3.2 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit
Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor
harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam menganalisa
permasalahan. Penelitian Khomsiyah dan Sofie (2014) berkesimpulan bahwa seluruh variabel, yaitu
kompetensi, independensi, tekanan waktu, dan etika menunjukan asil signifikan, yaitu kompetensi,
independensi, tekanan waktu, dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
2.3.3 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Hasil Audit
Independensi merupakan suatu tindakan baik sikap perbuatan atau mental auditor dalam
sepanjang pelaksanaan audit dimana auditor dapat memposisiskan dirinya dengan auditee nya secara
tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil
auditnya. Penelitan Arumsari ( 2014) menyimpulkan bahwa Independensi auditor berpengaruh positif
pada kinerja auditor. Sikap independensi auditor yang tinggi akan menghasilkan kinerja auditor yang
ebih baik, sehingga mampu mengakibatkan kualitas audit semakin meningkat pula.
2.3.4 Pengaruh Penilaian Risiko, Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Hasil Audit
Faktor yang dapat menentukan laporan hasil audit berupa Penilaian Risiko, Kompetensi dan
Independensi dapat secara simultan mempengaruhi Kualitas Hasil Audit.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.4 Rumusan Hipotesis
Sesuai dengan kerangka pemikiran teoritis, isu masalah yang ada, grand theory dan literature theory
pada pembahasan sebelumnya, maka didapat rumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Ha1 : Penilaian Risiko memiliki pengaruh signifikan terhadap Kualitas Hasi Audit.
b. Ha2 : Kompetensi memiliki pengaruh signifikan terhadap Kualitas Hasi Audit.
c. Ha3 : Independensi memiliki pengaruh signifikan terhadap Kualitas Hasi Audit.
d. Ha4 : Penilaian Risiko, Kompetensi dan Independensi berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap Kualitas Hasil Audit.
3. METODE PENELITIAN
7. 3.1 Model dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan di Jl. Medan Merdeka
Barat No. 8 Jakarta Pusat.
3.3 Sumber dan Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan peneliti secara langsung
dari sumber utamanya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini yaitu dengan metode angket dengan menyebarkan
kuesioner yang akan dijawab oleh responden. Variabel kuesioner berupa pernyataaan yang diukur
dengan skala Likert dari 1 sampai 5.
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah jabatan fungsional auditor pada Kementerian Perhubungan yang
berjumlah 116 orang, dengan klasifikasi:
Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin, yaitu:
n = N
1 + N e2
Dimana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah anggota populasi
e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Batas toleransi kesalahan yang ditetapkan pada penelitian ini adalah 10% dengan pertimbangan
semakin kecil toleransi kesalahan maka semakin akurat sampel dalam menggambarkan populasi.
Sehingga:
n = N
1 + N e2
n = 116
1 + 116 (0,1)2
n = 116
2,16
n = 53,70 = 54 Orang
Jumlah sampel terhadap populasi ditetapkan secara proporsional berjenjang (proportionate
stratified random sampling). Dengan sebaran jumlah sampel sebagai berikut:
ni = Ni x n
N
Dimana:
ni = Jumlah sampel menurut stratum
n = Jumlah sampel seharusnya
Ni = Jumlah populasi menurut stratum
N = Jumlah populasi seluruhnya
Sehingga berdasarkan rumus di atas, sebaran jumlah sampel terhadap tingkatan jabatan auditor
diambil secara sampel proporsional berjenjang (proportionate stratified random sampling
8. 3.6 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variable Dimensi Indikator
Kues-
tioner
Skala Referensi
Penilaian Risiko
Audit
(X1)
Prosedur
Penilaian
Risiko Audit
Identifikasi Risiko
Analisa Risiko Audit
1-7
8-15
Ordinal 1. Tunggal, 2007 Risk Based
Auditing: Konsep dan Kasus.
2. Robert Tampubolon, 2005,
Risk and Sistem: Internal
Auditing Audit Intern
Berbasis Risiko, PT Elex
Media Komputindo Jakarta.
Kompetensi
(X2)
Latar
Belakang
Auditor
Motif
Sifat
Konsep Diri
Pengetahuan
Keterampilan
1-2
3-5
6-8
9
10-11
Ordinal 1. Spencer, Lyle M. And Signe
M. (1993). Competence at
Work: Models for Superior
Performance. New York : John
Wiley & Sons.
2. Putri Lestari Rahayu (2014)
Analisis Pengaruh
Kepemimpinan Dan
Kompetensi Terhadap Kinerja
Pegawai Di Lingkungan
Inspektorat Jenderal,
Kementerian Komunikasi Dan
Informatika, PERBANAS
Independensi
(X3)
Karakteris
tik Auditor
Peraturan/kode etik
norma/kaidah
persepsi
sikap
kepribadian
1-2
3-4
5-6
7-9
10-11
Ordinal Robert Tampubolon 2005, Risk
and System: Internal Auditing,
Audit Intern Berbasis Risiko, PT
ElexMedia Komputindo Jakarta
Kualitas Hasil
Audit
(Y)
Kesesuaia
n
Kualitas
Kesesuaian
Pemeriksaan dengan
Standar Audit
Kualitas laporan
hasil audit
1-6
7-11
Ordinal 1. (Supramono, 2000:59) dikutif
oleh Law Tjun Thun,
Elyzabhet IM, Saty S Jurnal
AKuntansi Vol. 4 2012;
2. Nugraha Agung Eka Putra
2012 Pengaruh Kompetensi,
Tekanan Waktu, Pengalaman
Kerja, Etika dan Independensi
Auditor Terhadap Kualitas
Audit”. UNY
3.7 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
3.7.1 Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Reliabilitas
Pengujian ini bertujuan untuk memastikan kelayakan angket atau kuesioner.
b. Uji Validitas
Uji Validitas ditujukan untuk melihat instrumen penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data dalam penelitian dapat digunakan atau tidak.
9. 3.7.2 Pengujian Gejala Penyimpangan Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji muktikolinearitas yaitu untuk menguji ada tidaknya hubungan sempurna atau hampir
sempurna di antara variabel bebas pada model regresi.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas yaitu untuk menguji ketidaksamaan varians dari residual untuk
semua variabel bebas.
c. Uji Normalitas
Uji normalitas residual dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat
mempunyai distribusi normal.
d. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui lineriatas data yaitu apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak.
3.7.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk memprediksi berubahnya nilai variabel tertentu bila variabel lain
berubah (Sugiyono, 2009:243).
3.7.4 Analisis Korelasi
a. Uji Korelasi Spearman’s Rho
Uji korelasi Spearman’s Rho adalah uji statistik yang ditujukan untuk mengetahui
hubungan antara dua atau lebih variabel.
b. Koefisien Determinasi (R2
)
Analisis Koefisiensi Determinasi (R2
) digunakan untuk melihat seberapa besar variabel
independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yang dinyatakan dalam
persentase. untuk mengetahui persentase perubahan variabel tidak bebas (Y) yang
disebabkan oleh variabel bebas (X).
3.7.5 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan analisis linear berganda dengan bantuan piranti lunak (software)
Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for windows.
Uji hipotesis statistik digunakan untuk mengetahui kebenaran hubungan antara variabel
penelitian.
a. Uji parsial
Uji parsial dilakukan menggunakan Uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi
dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual dan
menganggap dependen yang lain konstan.
b. Uji Simultan
Uji Simultan menggunakan Uji F yaitu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh antara seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1 Hasil Uji Instrumen
a. Uji Validitas Kualitas Hasil Audit (Y), Penilaian Risiko (X1), Kompetensi (X2) dan
Independensi (X3)
Dari total butir pertanyaan yang diuji coba terhadap seluruh variable independen X1, X2, X3
dan Y, semua butir dinyatakan valid karena nilai rhitung lebih tinggi dari rtabel pada taraf
signifikasi 5% yaitu 0,268. Hasil uji validitas variabel Y dapat dilihat dari beberapa tabel
berikut:
11. No. Butir
Pertanyaan
Kuesioner
Nilai rhitung Keterangan
6 0,497 Valid
7 0,500 Valid
8 0,538 Valid
9 0,548 Valid
10 0,691 Valid
11 0,442 Valid
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Variabel Independensi (X3)
No. Butir
Pertanyaan
Kuesioner
Nilai rhitung Keterangan
1 0,513 Valid
2 0,413 Valid
3 0,512 Valid
4 0,487 Valid
5 0,463 Valid
6 0,420 Valid
7 0,464 Valid
8 0,473 Valid
9 0,549 Valid
10 0,454 Valid
11 0,324 Valid
4.2 Hasil Uji Reliabilitas
Menurut Nunnaly (1967) dan Hinkle (2004), apabila angka Cronbach’s Alpha (α) diatas
0,06 maka variabel menunjukkan reliabel.
Tabel 4.5
Hasil Uji Reabilitas
No Variabel Nilai α Kesimpulan
1 Penilaian risiko (X1) 0,786 Andal/reliabel
2 Kompetensi (X2) 0,703 Andal/reliabel
3 Independensi (X3) 0,625 Andal/reliabel
4 Kualitas Hasil Audit (Y) 0,802 Andal/reliabel
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
12. Data tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antara variabel
independent yaitu variabel Penilaian risiko (X1), variabel Kompetensi (X2), dan
variabel Independensi (X3). Hal ini disebabkan nilai VIF ketiga variabel kurang
dari 10, yaitu sebesar 1,891 untuk variabel penilain risiko, sebesar 2,822 untuk
variabel kompetensi dan sebesar 2,792 untuk variabel Independensi. Nilai
tolerance untuk ketiga variabel masing-masing lebih besar dari 0, 1 yaitu sebesar
0,529 untuk variabel penilain risiko, sebesar 0,354 untuk variabel kompetensi dan
sebesar 0,358 untuk variabel Independensi sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Hasil pengolahan data pada gambar diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar dan
tidak membentuk pola yang jelas, di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model
regresi.
c. Uji Normalitas
Gambar 4.8
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
13. Gambar grafik di atas dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar sekitar garis dan
mengikuti garis diagonal, maka model regresi tersebut telah memenuhi uji
normalitas karena telah terdistribusi secara normal.
d. Uji Linearitas
Tabel 4.9
Hasil Uji Linearitas Kualitas Hasil Audit terhadap Penilaian Risiko
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji linearitas penilaian risiko terhadap kualitas audit
adalah signifikansi (linearity) sebesar 0,000 dan signifikansi (deviation from
linearity) sebesar 0,128. Hal ini menunjukkan bahwa antara kedua variabel tersebut
mempunyai hubungan yang linear.
Tabel 4.10
Hasil Uji Linearitas Kualitas Hasil Audit terhadap Kompetensi
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji linearitas kompetensi terhadap kualitas audit
adalah signifikansi (linearity) sebesar 0,000 dan signifikansi (deviation from
linearity) sebesar 0,531. Hal ini menunjukkan bahwa antara kedua variabel tersebut
mempunyai hubungan yang linear.
Tabel 4.11
Hasil Uji Linearitas Kualitas Hasil Audit terhadap Independensi
14. Berdasarkan tabel 4.17, hasil uji linearitas independensi terhadap kualitas audit
adalah signifikansi (linearity) sebesar 0,000 dan signifikansi (deviation from
linearity) sebesar 0,794. Hal ini menunjukkan bahwa antara kedua variabel tersebut
mempunyai hubungan yang linear.
4.4 Analisis Korelasi
a. Analisis Korelasi Spearman’s rho
Berdasarkan tabel di atas, nilai probabilitas yang dihasilkan adalah 0,000, yang artinya tiap
variabel memiliki hubungan dengan variabel yang lain.
b. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2
)
Tabel 4.12
Analisis Koefisien Determinasi
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil analisis koefisien determinasi secara
simultan sebagai berikut:
1) Nilai R sebesar 0,589 artinya korelasi antara variabel penilaian risiko, kompetensi,
dan Independensi sebesar 0,589. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan
keeratan yang sangat kuat karena nilai mendekati 1.
2) Nilai R Square menunjukkan koefisien determinasi dan diubah dalam bentuk
persen, nilai R Square yang telah disesuaikan terlihat pada Adjusted R Square. Nilai
Adjusted R Square sebesar 0,589 atau 58,9%. Hal ini berarti persentase sumbangan
pengaruh variabel penilaian risiko, kompetensi, dan Independensi terhadap kualitas
hasil audit sebesar 58,9%, sedangkan sisanya sebesar 41,1% dipengaruhi oleh
faktor lain di luar ketiga variabel tersebut.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .782a
.612 .589 2.28513 1.692
a. Predictors: (Constant), Independensi, Penilaian risiko, Kompetensi
b. Dependent Variable: Kualitas Hasil Audit
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
15. 4.5 Hasil Analisa Regresi Berganda
Tabel 4.13
Analisis Regresi Linier Berganda
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa
1) Nilai konstanta sebesar 3,218. Artinya jika variabel penilaian risiko, kompetensi, dan
Independensi bernilai 0, maka nilai kualitas hasil audit sebesar 3,218.
2) Koefisien regresi variabel penilaian risiko (nilai b1) sebesar 0,214. Artinya jika variabel
penilaian risiko mengalami kenaikan 1 (satu) satuan, maka kualitas hasil audit akan
mengalami peningkatan sebesar 0,214 satuan dengan asumsi variabel kompetensi dan
Independensi konstan.
3) Koefisien regresi variabel kompetensi (nilai b2) sebesar 0,260. Artinya jika variabel
penilaian risiko dan komitmen organiasional konstan, maka setiap kenaikan 1 (satu)
satuan variabel kompetensi akan menaikkan variabel kualitas hasil audit sebesar 0,260.
4) Koefisien regresi variabel Independensi (nilai b3) sebesar 0,394. Artinya jika variabel
penilaian risiko dan kompetensi konstan, maka setiap kenaikan 1 (satu) satuan variabel
Independensi akan menaikkan variabel kualitas hasil audit sebesar 0,394.
5) E = error
4.6 Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis Secara Parsial (t-Test)
Tabel 4.14
Distribusi t
16. Dari tabel tersebut dibuktikan bahwa:
1) Pengaruh Penilaian Risiko terhadap Kualitas Hasil Audit
a) Nilai thitung sebesar 2,422 dan bernilai positif, artinya pengaruh yang terjadi
adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik penilaian resiko yang
digunakan maka akan meningkatkan kualitas hasil audit.
b) Nilai ttabel pada tingkat signifikan 0,025 dengan menggunakan uji 2 sisi dan
derajat kebebasan (df) yaitu n-k-1 atau 54-3-1 = 50, maka diperoleh nilai ttabel
sebesar 2,009.
c) Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel (2,422 > 2,009), maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Secara parsial penilaian risiko berpengaruh
signifikan parsial terhadap kualitas hasil audit.
2) Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Audit
a) Nilai thitung sebesar 1,649 dan bernilai positif, artinya tidak terdapat pengaruh
karena hasil nilai t hitung lebih rendah dibandingkan ttabel (tingkat signifikan
0,025 dengan menggunakan uji 2 sisi dan derajat kebebasan (df) yaitu n-k-1 atau
54-3-1 = 50, maka diperoleh nilai ttabel sebesar 2,009) yaitu thitung < ttabel.
b) Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Secara parsial kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
3) Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Hasil Audit
a) Nilai thitung sebesar 2,309 dan bernilai positif, artinya pengaruh yang terjadi
adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik Independensi maka
akan meningkatkan kualitas hasil audit.
b) Nilai ttabel pada tingkat signifikan 0,025 dengan menggunakan uji 2 sisi dan
derajat kebebasan (df) yaitu n-k-1 atau 54-3-1 = 50, maka diperoleh nilai ttabel
sebesar 2,009.
c) Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel (2,309 > 2,009),
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Secara parsial Independensi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas hasil audit.
b. Uji Hipotesis Secara Simultan (F-Test)
Tabel 4.22
Hasil pengolahan data terhadap uji hipotesis secara simultan didapat nilai F hitung
sebesar 26,307. Nilai F tabel pada tingkat signifikan 0,05 dan df1 = banyaknya
variabel – 1 = 4 – 1 = 3, df2 = n – k – 1 = 54 – 3 – 1 = 50, maka F tabel adalah 2,790.
Diketahui nilai Fhitung > Ftabel yaitu 26,307 > 2,790 sehingga dapat disimpulkan Ho
ditolak dan Ha diterima, Secara simultan variabel penilaian risiko, variabel
kompetensi, dan variabel Independensi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
signifikan terhadap kualitas hasil audit.
17. Selain itu terlihat juga nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05, artinya seluruh variabel
independen yang terdiri dari penilaian risiko, kompetensi, dan Independensi memiliki
pengaruh terhadap kualitas hasil audit secara siginifikan pada tingkat kepercayaan
sebesar 95%.
5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Model penelitian ini menghasilkan pengujian terhadap 4 (empat) hipotesa yang memilki
pengaruh antara beberapa variable independen dan variable dependen, yang diuji secara parsial dan
simultan. Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hasil uji parsial penilaian risko terhadap kualitas hasil audit menyatakan bahwa hipotesis
pertama (Ha1) diterima yang dibuktikan dari hasil uji menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari
ttable. Hal ini mengungkapkan penilaian risiko berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit.
Semakin baik penilaian risiko yang digunakan maka akan meningkatkan kualitas hasil audit. Hal
tersebut juga menunjukan bahwa proses penilaian risiko telah berjalan melalui identifikasi risiko dan
analisa risiko audit dalam proses perencanaan audit terhadap rangking risiko audit universe yang ada.
Hasil uji parsial kompetensi terhadap kualitas hasil audit menyatakan bahwa hipotesis kedua
(Ha2) ditolak yang dibuktikan dari hasil uji yang menunjukkan bahwa nilai thitung lebih kecil dari ttable.
Hal ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil
audit jika hanya faktor kompetensi saja yang digunakan dalam pelaksanaan audit. Hasil ini diperkuat
dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Coo, F, and K. T. Trotman pada tahun 1991 dalam jurnal
The Acounting Review dengan judul The Relationship Between Knowledge Structure and Judgement
for Experienced and Inexperienced Auditor yang menyatakan bahwa kompetensi seorang auditor
dibedakan berdasarkan lamanya waktu kerja. Praktiknya, jika seorang auditor dihadapkan pada bukti
yang baru, dia akan mencari informasi yang ada pada periode sebelumnya yang penting menurutnya.
Auditor yang belum berpengalaman cenderung tidak dapat membedakan jenis informasi penting.
Sebaliknya, auditor yang sudah berpengalaman cenderung mensinergikan informasi yang diperoleh dari
penugasan audit untuk menghasilkan kesimpulan yang efektif dan tepat sasaran. Kompetensi memang
merupakan standar yang harus dipenuhi oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan baik, namun
belum tentu auditor yang memiliki hal tersebut dapat melakukan audit dengan baik jika tidak didukung
dengan faktor lainnya seperti pengalaman kerja, motivasi, dan independensi.
Hasil uji parsial independensi terhadap kualitas hasil audit menyatakan bahwa hipotesis ketiga
(Ha3) diterima yang dibuktikan dari hasil uji yang menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari ttable.
Hal ini berarti faktor independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit. Hal tersebut
juga menunjukkan bahwa indenpensi harus dimiliki seorang auditor internal yang berperan sebagai
quality assurance dalam memberikan jasa konsultansi yang independen.
Hasil uji secara bersama-sama (simultan) antara penilaian risiko, kompetensi, dan independensi
secara simultan berpengaruh cukup signifikan terhadap kualitas hasil audit, dibuktikan dengan hasil
nilai Fhitung lebih besar dari pada Ftabel, hal ini menunjukan bahwa penilaian risiko, kompetensi, dan
independensi mampu menjelaskan variabel kualitas hasil audit dengan tingkat yang cukup baik,
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Penilaian risiko sangat diperlukan
dalam menentukan prioritas kegiitan pengawasan intern yang dituangkan dalam kegiatan tahunan agar
sesuai dengan tujuan organisasi. Kompetensi dan independensi secara bersama-sama juga diperlukan,
karena keduanya bukan memiliki karekteristik yang bebas melainkan saling bergantungan.
Dari ketiga variabel bebas tersebut ternyata variabel independensi memiliki pengaruh yang
paling besar terhadap kualitas hasil audit, yang dibuktikan dengan nilai atas hasil uji regresi, dengan
asumsi jika variabel penilaian risiko dan kompetensi konstan. Hal ini juga membuktikan bahwa
independensi merupakan sikap mental yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam menjalankan
18. tugasnya sehingga auditor harus mempertahankan integritas dan obyektifitas dalam audit untuk
mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik.
5.2 Keterbatasan
Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
a. Dalam menyebar kuestioner peneliti tidak dapat menunggu secara langung jawaban para responden,
sehingga dapat dimungkinkan jawaban kustioner yang diisi oleh responden tidak melalui
pemahaman yang mendalam.
b. Jumlah responden yang diteliti hanya sebanyak 53,8% dari jumlah populasi auditor, yaitu 116
auditor internal . Hal ini dilakukan untuk efesiensi waktu mengingat jadwal audit regular dan audit
tematik sangat padat. Namun demikian karena pengambilan sampel dengan random, maka
responden ini dapat mewakili seluruh populasi.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka secara konseptual penelitian ini menghasilkan
implikasi serta saran sebagai berikut:
a. Masih terdapat variabel yang dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di luar variable pada
penelitian ini. Ini dibuktikan dari hasil nilai Adjusted R Square penelitian terhadap sumbangan
pengaruh penilaian risiko, kompetensi, dan independensi terhadap kualitas hasil audit.. Sehingga
faktor selain ketiga variable tersebut dapat diuji oleh peneliti berikutnya. Bagi institusi diharapkan
perlu langkah implementatif yang strategis terhadap upaya peningkatan indenpendensi auditor
terhadap indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peraturan/kode etik,
norma/kaidah, persepsi, sikap dan kepribadian dengan memasukannya dalam program kegiatan
yang ada bagian kepegawaian dan umum Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan. Terhadap
faktor kompetensi langkah implementatif juga perlu dilakukan, peningkatan kompetensi melalui
pendidikan dan pelatihan, akan tetapi peningkatan dengan memberdayakan sumber daya audit
(waktu audit dan auditor) secara optimal juga berpengaruh terhadap kualitas hasil audit, dengan hal
ini pengalaman kerja seorang auditor akan meningkat dari sisi komunikasi audit dan penelahaan
bukti audit secara mendalam.
b. Perlu dilakukan identifikasi kesesuaian minat kompetensi bagi para auditor agar dapat digunakan
sebagai dasar atau acuan dalam merencanakan pendidikan dan pelatihan yang mendukung kinerja
auditor.
c. Independensi dalam melaksanakan penugasan merupakan hal yang sangat penting dan harus terus
dipelihara sehingga kualitas hasil audit dapat terjaga. Kepada institusi pengawas internal,
khususnya Inspektorat Jenderal diharapkan dapat lebih mengimplementasikan kode etik dan standar
audit melalui desain pemberian reward dan punishment.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z, dan Taylor. 2009 Commitmen to Independence by Internal Auditor, The Effect of Role
Ambiguity and Role Conflict. Managerial Auditing Journal. Vol. 24. No.9. pp.889-925.
Alim, M. N., et al. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kulaitas Hasil Audit
dengan Etika Auditor sebagai Variable Moderasi. Simposium Nasional AKuntansi X.
Makassar.
Alvin A, Arens, Randal J Elder, Mark S. Beasley. 2007. Auditing dan Pelaporan Verifikasi. PT
Intermasa.
Amin Widjaja Tunggal 2007 Risk Based Auditing. Jakarta Rineka Cipta.
Arumsari. Lukyta. Adelia. 2004. Pengaruh Profesionalisme Auditor, Independensi Auditor, Etika
Profesi, Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Auditor Pada
Kantor Akuntan Publik di Bali. Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
19. Bowman, Robert G. The Theoritical Rekationship between Systematic Risk dan Financial (Accounting)
Variable. The Journal of Finance, Vol 34 No. 3, June 1979, pp 617-630.
Coo, F, and K. T. Trotman. 1991. The Relationship Between Knowledge Structure and Judgement for
Experienced and Inexperienced Auditor. The Acounting Review. July.
De Angelo,L.E. 1981, Auditor Size and audit quality. Journal of Accounting & Economics.
Deis, D.R, Giroux, G.A. 1992. Determination of Audit Quality in the Public Sector. The Accounting
Review. 67,3, 462-479.
Elfarini. Cristina Eunike. 2007. Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit. FEUN Semarang.
Havidz Mabruri, Jaka Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil
Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwekerto
Harhinto. Teguh. 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit
Studi Empiris pada KAP di Jawa Timur”. Tesis. Maksi Universitas Diponegoro.
Jensen, M. and Meckling, W. 1976, ìTheory of the Firm Managerial Behavior Agency Cost
and Ownership Structureî. Journal of Finance Economics 3 pp. 305-360.
Kompas Harian. 15 Mei 2015. Presiden Jokowi Ingin Tata Kapabilitas APIP Ditingkatkan.
Kompas Harian. 26 Maret 2015. Inspektorat Belum Paripurna Cegah Korupsi.
Kountur, Ronny. 2009. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta. Buana Printing.
Lauw Tjun Tjun, Elyzabet Indrawati Marpaung, Santy Setiawan. 2012. Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi. Vol.4 No.1 Mei 33-56.
Lubis, Tapi Anda Sari. 2004. Persepsi Auditor dan User tentang Independensi Akuntan Sebagai Prilaku
Profesional dan Pengaruhnya Terhadap Opini Audit. Tesis. USU.
Mautz, R.K. dan H.A. Sharaf. 1993. The Philosopy of Auditing. American Accounting Association.
Sarasota. Hal 246.
Lee, Tom, Mary Stone. 1995. Competence and Independence. The Capital Twins Of Auditing?. Jurnal
of Bussiness Finance and Accounting. December.
Ni Luh Putu Tri Angga Wandita, 1 GedeAdi Yuniarta, NyomanAri Surya Darmawan. 2014. Pengaruh
Pengetahuan, Pengalaman Kerja Audit, Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Kerja
Auditor. E-Journal S1 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi. Vol. 2 No. 1.
Nugraha Agung Eka Putra 2012 Pengaruh Kompetensi, Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika dan
Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. UNY.
Nurillah, As Syifa. 2014. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (SAKD), Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem Pengendalian
Intern terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada
SKPD Kota Depok). Universitas Diponegoro.
Priyatno, Duwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta : CV Andi Offset.
Purnawanto, Budi. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Proses (Pola Pikir Baru
Mengelola SDM Pada Era Knowledge Economy. Gramedia Widiasarana.
20. Rahayu Lestari Putri. 2014. Analisis Pengaruh Kepemimpinan Dan Kompetensi Terhadap Kinerja
Pegawai di Lingkungan Inspektorat Jenderal, Kementerian Komunikasi dan Informatika.
PERBANAS.
Republik. Indonesia. Keputusan Menteri Keuangan. Jasa Akuntan Publik. No.423/KMK.06/2002.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Standar dan Kode Etik Audit.
Nomor: PER/05/M/PAN/03/2008.
Republik Indonesia. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawsan Badan Keuangan dan Pembangunan.
2008 Kode Etik dan Standar Audit.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 60. 2008. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 15. 2004. Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani Sagala. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan.
Raja Grafindo Persada.
Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung. CV. Alfabeta.
Rosnidah Ida. 2010. Kualitas Audit, Konsep dan Pelaksanaannya di Indonesia. Cirebon. Swagati
Press.
Sawyer et al. 2005 Sawyer’s Internal Auditing. Buku 1 s.d 3, edisi ke lima,. Salemba Empat.
Spencer, Lyle M. And Signe M. 1993. Competence at Work: Models for Superior Performance. New
York . John Wiley & Sons.
Sutrisno, Edy. 2010 Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Pranana Media Group.
Sutrisno, Edy. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Jakarta. Kencana.
Tahier. Nursevianto. 2009. Pengaruh Penilaian Risiko Audit, Kompetensi, Dan Independensi Terhadap
Kinerja Audit (Riset Empiris pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan), Tesis,
Maksi Universitas Pancasila.
Tampubolon, R. 2006. Risk and Systems Based Internal Auditing (Audit Intern Berbasis Risiko).
Cetakan Kedua. PT Elex Media Komputindo.
The Institute of Internal Auditors (IIA). 2004. Applying COSO’s Enterprise Risk Management -
Integrated Framework, diakses melalui www.theiia.org.
Tugiman Hiro. 1997. Standar Profesional Auditor Internal. Jilid 5, Kanisius. Yogyakarta.
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Rajagrafindo Persada.
Wibowo A. 2012. Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban”. Yogyakarta. Pendidikan
Karakter. Pustaka Pelajar.
21. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Maizar Radjin
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Maret 1982
Pendidikan Terakhir : Sarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN
Pekerjaan : Kepala Sub Bagian Program dan Anggaran
Inspektorat Jenderal Kemehub
Alamat Kantor : Jalan Medan Merdeka Barat No. 8 10110
Telepon : 085678 22 101
Email : maizar_rdj@yahoo.com
maizar_radjin@dephub.go.id
Riwayat Pendidikan:
1. Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA), YPIA (2015)
2. Sertifikasi Pembentukan Auditor Ahli, BPKP (2012)
3. Sarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN (2004)
4. Darunnajah Boarding School Ulujami (2000)
22. LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Artikel ini adalah asli belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana,
magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Pancasila maupun perguruan tinggi lain.
2. Artikel ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak
lain, kecuali arahan Pembimbing.
3. Dalam Artikel ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan
orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah
dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena tesis ini, serta sanksi
lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Jakarta, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
Maizar Radjin