Keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri maupun adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. kelurga memiliki fungsi yang penting bagi keberadaan anggota keluarga.
Memfokuskan kepada:
1) Definisi keluarga
2) Ciri-ciri sebuah keluarga
3) Bentuk-bentuk dan corak keluarga
4) Peranan keluarga
5) Perbezaan antara keluarga barat dan tempatan
Keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri maupun adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. kelurga memiliki fungsi yang penting bagi keberadaan anggota keluarga.
Memfokuskan kepada:
1) Definisi keluarga
2) Ciri-ciri sebuah keluarga
3) Bentuk-bentuk dan corak keluarga
4) Peranan keluarga
5) Perbezaan antara keluarga barat dan tempatan
PT PLN (Persero) is an electrical service provider in Indonesia. With a vision to be a "recognized as a growing, superior, and trusted world class company which is relying on Potensi Insani", PT PLN (Persero) is committed to electrify the entire archipelago. We believe that human potential is the greatest asset and our future, so we are investing heavily to get the future leader candidates who will develop PT PLN (Persero) became a World-class company and face the future business challenges.
Career opportunities in PT PLN (Persero) is very large because our business ranges from upstream to downstream, ranging from power plant, transmission to distribution to the customer and other supported services. Please join us.
The 2015 PT PLN (Persero) Open Recruitment Level Bachelor Degree / Diploma IV / Diploma III
Educational Qualifications
Possess Bachelor degree / Diploma IV graduate majoring in:
Electrical Engineering, Powerline, Electricity Power System (Code: S1 / ELE)
Power Low, Electronics, Instrument, Control (Code: S1 / ALE)
Mechanical Engineering (Code: S1 / MES)
Industrial Engineering (Code: S1 / IND)
Diploma III graduate majoring in:
Electrical Engineering, Powerline, Electricity Power System (Code: D.III / ELE)
Power Low, Electronics, Instrument, Control (Code: D.III / ALE)
Mechanical Engineering (Code: D.III / MES)
Civil Engineering (Code: D.III / SIP) (Makassar Only)
Marketing Management, Trade Administration, Business Administration, Office Administration (Code: D.III / MAN)
Qualifications
Not married and willing to not get married during Diklat Prajabatan
Born in 1989 or thereafter for Bachelor degree / Diploma 4 graduate
Born in 1991 or thereafter for Diploma 3 graduate
Minimum GPA 2.75 for S1/ELE, S1/MES, S1/ALE, S1/IND, D.III/ELE, D.III/ALE, D.III/MES, D.III/SIP positions
Minimum GPA 3.00 for D.III/MAN position
Required Documents
Application letter, addressed to: PT PLN (Persero) c.q. Kepala Divisi Pengembangan SDM dan Talenta
Curriculum vitae
Copy of birth certificate (if doesnt have yet, can be submitted on Interview)
Legalized copy of education diploma / Surat Keterangan Lulus
Legalized copy of latest education transcript
Copy of National Identity Card (KTP)
2 pieces 3x4 size recent colour photograph (write your name on back side)
For cross majors program graduate (Diploma III graduate continued to Bachelor degree / Diploma IV) please also submitted: legalized copy of Diploma 3 diploma and transcript
For last semester student who are currently completing the final project / thesis, are encourage to apply with the terms:
Will be graduated no later than November 2015
Attach Surat Keterangan Sedang Mengerjakan Tugas Akhir / Skripsi when applying
During the selection process, if there is a data mismatch, the applicant will be knocked out
Selecti
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
1. MAKALAH
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
‘KELUARGA DAN SOSIALISASI’
Oleh :
AMI SISILIA SARI
54411
Dosen pembimbing :
Serli Marlina,Spd
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pembahasan mengenai keluarga dan sosialisasi yang mana juga membahas tentang
peranan keluarga di dalam lingkungan sosial dan dilakukan dengan mempergunakan
sosiologi sebagai sarana pendekatan. Artinya untuk menjelaskan masalah itu akan
dipergunakan konsep-konsep dasar yang lazim dipergunakan dalam sosiologi.
Pendekatan secara sosiologi bertitik tolak pada pandangan bahwa manusia pribadi
senantiasa mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan sesamanya. Oleh karena
itu pendekatan sosiologi bertitik tolak pada proses interaksi sosial yang merupakan hubungan
saling pengaruh mempengaruhi antara pribadi-pribadi, kelompok-kelompok maupun pribadi
dengan kelompok.
Dalam masyarakat luas terdapat berbagai lembaga-lembaga (pranata-pranata) seperti
lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga agama, dan lembaga
lainnya. Dwi dan Bagong (2004:227), keluarga adalah lembaga sosial dasar darimana semua
lembaga atau pranata sosialnya berkembang. Di masyarakat manapun di dunia, keluarga
merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan
dalam kehidupan individu. Keluarga dapat digolongkan ke dalam kelompok penting, selain
2. karena para anggotanya saling mengadakan kontak langsung juga karena adanya keintiman
dari para anggotanya.
Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima untuk
menyesuaikan beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina anggota-anggotanya
untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di mana ia berada.
Bila semua anggota sudah mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di mana ia tinggal,
maka kehidupan masyarakat akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman dan
tenteram.
Dengan demikian, keluarga pun berfungsi sebagai pusat sosialisasi pertama dalam
kehidupan setiap individu sebelum memasuki dunia masyarakat yang lebih luas. Tentunya
proses sosialisasi dalam keluarga adalah sesuatu yang sifatnya sangat penting dalam
mendukung proses-proses sosial yang akan terjadi pada individu (anggota keluarga) tersebut.
Untuk melihat bagaimana proses sosialisasi yang terjadi dalam keluarga, maka akan dibahas
pada bab berikutnya.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, disini kami merumuskan beberapa masalah yaitu:
1. Apakah pengertian keluarga?
2. apakah Fungsi keluarga?
3. Bagaimana bentuk sosialisasi dalam keluarga?
4. bagaimana peranan keluarga dalam proses sosialisasi?
C. Batasan masalah
1. Pengertian keluarga
2. Fungsi keluarga
3. Bentik sosialisasi dalam keluarga
4. Peranan keluarga dalam proses sosialisasi
3. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
‘KELUARGA DAN SOSIALISASI’
A. PENGERTIAN KELUARGA
Di dalam pasal 1 UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa perkawinan
adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seoarang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga yang bahadia dan sejahtera, berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Anak yang lahir dari perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak
serta tanggung jawab kedua orang tuanya. Memelihara dan mendidiknya, dengan sebaik-
baiknya. Kewajiban kedua orang tua mendidik anak ini terus berlanjut sampai ia dikawinkan
atau dapat berdiri sendiri. Dari definisi tersebut dapat dirumuskan intisari pengertian
keluarga, yaitu sebagai berikut,
1. Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak,
2. Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah,
perkawinan dan / atau adopsi,
3. Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab
4. Fungsi keluarga adalah memelihara, merawat, dan melindungi anak dalam rangka
sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial. Dengan demikian
terlihat betapa besar tanggung jawab orang tua terhadap anak. Bagi seorang anak, keluarga
merupakan persekutuan hidup pada lingkungan keluarga tempat di mana ia menjadi diri
pribadi atau diri sendiri. Keluarga juga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses
belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya. Di samping
itu, keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti kepada
Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang tertinggi. Dengan demikian jelaslah bahwa orang
yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan
anak adalah orang tua.
Jadi Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan yang mana keluarga merupakan wadah yang sangat penting di
antara individu dan group, dan merupakan kelompok social yang pertama dimana anak-anak
menjadi anggotanya, dan keluarga lah yang pertama-tama menjadi tempat untuk mengadakan
sosialisasi kehidupan anak-anak
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam
keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan
lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga,
sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar
diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.
B. FUNGSI DAN PEMBAGIAN KELUARGA
4. Keluarga merupakan institusi sosial yang bersifat universal dan multifungsional.
Fugnsi pengawasan, sosial, pendidikan, keagamaan, perlindungan, dan rekreasi dilakukan
oleh keluarga terhadap anggota-anggotanya. Oleh karena proses industrialisasi, urbanisasi
dan sekularisasi maka keluarga dalam masyarakat modern kehilangan sebagian dari fungsi-
fungsi tersebut di atas Meskipun perubahan masyarakat telah mendominasi, namun fungsi
utama keluarga tetap melekat, yaitu melindungi, memelihara, sosialisasi, dan memberikan
suasana kemesraan bagi anggotanya.
Menurut Vembriarto (1990) ada tiga macam fungsi yang tetap melekat sebagai ciri hakiki
keluarga, yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi biologis
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua ialah melahirkan
anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun fungsi ini juga
mengalami perubahan, keluarga sekarang cenderung menyukai jumlah anak yang sedikit.
Kecenderungan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut, :
1. perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota
2. makin sulitnya fasilitas perumahan
3. banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material keluarga
4. banyak anak dipandang sebagai penghambat tercapai kemesraan dalam Keluarga
5. meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat berkurangnya kesuburan kandungan
6. menipisnya pengaruh ajaran agama yang menekankan agar keluarga mempunyai banyak
anak
7. makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja di luar rumah
8. makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan alat-alat kontrasepsi.
b. Fungsi afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan afeksi-afeksi kemesraan.
Hubungan afektif ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar
perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan,
kebiasaan, identifikasi, persamaan pendangan mengenai nilai-nilai. Dasar cinta kasih dan
hubungan afektif ini merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak. Dalam
masyarakat yang makin impersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat membutuhkan
hubungan afeksi yang secara khusus hanya terdapat dalam kehidupan keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalammembentuk kepribadian anak.
Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap,
keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam proses perkembangan pribadinya.
Apabila kita perhatikan kecenderungan yang membawa proses perkembangan zaman dari
waktu ke waktu maka perlu ada adaptasi lembaga-lembaga kehidupan (termasuk keluarga)
agar tetap mampu mempertahankan peranan dan fungsi, khususnya di zaman yang kian
modern, sekularistis dan materialistis ini. Perubahan sosial yang datang bertubi-tubi rupanya
telah membawa pengaruh perubahan orientasi kehidupan keluarga dari keluarga tradisional
mengarah pada keluarga modern. Keluarga tradisional pada umumnya masih merupakan
5. kesatuan produksi,sedangkan keluarga modern cenderung berorientasi pada kesatuan
konsumsi. Proses perubahan ekonomi pada masyarakat industri telah mengubah sifat
keluarga, dari institusi pedesaan yang agraris menuju ke institusi perkotaan yang bernuansa
industrialis.
Dengan demikian peranan anggota-anggota keluarga juga mengalami perubahan.
Fungsi produksi hilang, keluarga menjadi kesatuan konsumsi semata-mata. Keluarga di kota
tidak lagi melakukan fungsi produksi langsung. Anggota-anggota keluarga bekerja di luar
untuk mendapatkan upah atau gaji, sebagai sarana untuk mencukupi kebutuhankebutuhan
hidupnya (makanan, pakaian, dan lain-lain). Pergeseran fungsi produksi keluarga itu tampak
pada tumbuh kembangnya industri pakaian jadi, alat-alat rumah tangga, makanan, toko
makanan, restoran, supermarket, dan sebagainya.
Oleh karena itu di sini juga akan dipaparkan fungsi-fungsi keluarga yang mengalami
pergeseran sebagai akibat pengaruh dari gencarnya perubahan sosial yang melingkupi
aktivitas-aktivitasnya.
1. Fungsi Keagamaan
Fungsi ini untuk membangun insan yang agamis yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa . Fungsi ini dimungkinkan untuk dijalankan oleh setiap keluarga karena pada
kenyataannya di samping agama sudah menjadi pegangan hidup bangsa Indonesia juga
adalah sebagai landasan idiil Negara kita pada sila pertama. Contoh : Iman, taqwa, kejujuran,
tenggang rasa, rajin, kesholehan , ketaatan, suka membantu, disiplin, sopan santun,
kesabaran, kasih sayang, tanggung jawab terhadap anak.
2. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi ini merupakan fungsi pelestarian budaya bangsa melalui keluarga dimana dari fungsi
ini mencerminkan tingkah laku suatu bangsa. Contoh : gotong royong, sopan santun,
kerukunan, kepedulian, kebersamaan, toleransi, kebangsaan, dan sebagainya.
3. Fungsi Cinta Kasih
Fungsi ini merupakan suatu perwujudan bahwa pada hakekatnya manusia haruslah mencintai
dan mengasihi sesame anggota keluarga dan kemudian untuk mengasihi masyarakat dimana
mereka berada. Contoh : empati, akrab, adil, pemaaf,, setia, pengorbanan, suka menolong,
tanggung jawab.
4. Fungsi Perlindungan
Fungsi ini harus diciptakan rasa aman dan nyaman dalam lingkungan keluarga. Contoh :
aman, pemaaf, tanggap, tabah.
5. Fungsi Reproduksi
Fungsi ini adalah suatu fungsi yang hakiki karena manusia harus dapat melanjutkan
keturunannya dan yang diharapkan adalah keturunan yang berkualitas.
6. Fungsi Sosialisai dan Pendidikan
Fungsi yang dipersiapkan sebagai generasi yang lebih baik dengan diperkenalkan Bina
Keluarga Balita.
7. Fungsi Ekonomi
Upaya yang dilakukan dalam memberikan suatu kegiatan yang bersifat ekonomis yang sangat
produktif untuk, meningkatkan kesejahtera an keluarga dan sebagai wahana pendidikan
pada keluarga . Contoh : hemat, teliti, disiplin, peduli, ulet,
8. Fungsi Pelestarian Lingkungan
6. Upaya untuk melestarikan lingkungan hidup yang sejuk dan penuh keindahan yang tidak
terlepas dari keberhasilan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk.
Bentuk keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat da ri bagaimana keputusan diambil, yaitu
berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
Berdasarkan lokasi
1. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk
memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar
kediamanan kaum kerabat istri;
2. Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
3. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus
tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
4. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di
sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat
kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);
5. Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum
kerabat suami maupun istri;
6. Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap
di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;
7. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing
hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum
kerabatnya sendiri .
Berdasarkan pola otoritas
1. Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya
ayah)
2. Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan
tertua, umumnya ibu)
3. Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
C. SOSIALISASI DALAM KELUARGA
Dalam lingkungan keluarga kita mengenal dua macam pola sosialisasi, yaitu pertama,
cara represif (repressive socialization) yang mengutamakan adanya ketaatan anak pada orang
tua, Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman
terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan
materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua.
Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah,
penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga
sebagai significant other.
7. Kedua, cara partisipasi (participatory socialization) yang mengutamakan adanya
partisipasi dari anak. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di
mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat
simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada
interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan
keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
1. Sosialisasi represif (repressive socialization) antara lain:
a. Menghukum perilaku yang keliru,
b. Hukuman dan imbalan material
c. Kepatuhan anak.
2. Sosialisasi partisipasi (participatory socialization) antara lain:
a. Otonomi anak
b. Komunikasi sebagai interaksi
c. Komunikasi verbal.
Keseluruhan sistem belajar mengajar berbagai bentuk sosialisasi dalam keluarga bisa
disebut sistem pendidikan keluarga. Sistem pendidikan keluarga dilaksanakan melalui pola
asuh yaitu suatu pola untuk menjaga,merawat, dan membesarkan anak. Pola ini tentu saja
tidak dimaksudkan pola mengasuh anak yang dilakukan oleh perawat atau baby sitter, seperti
yang sering dilakukan oleh kalangan keluarga elit/kaya di kota-kota besar.
Pola mengasuh anak di dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh sistem nilai, norma,
dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat tempat keluarga itu tinggal. Jadi, kepribadian
dan pola perilaku yang terdapat pada berbagai masyarakat suku bangsa sangat beragam
coraknya.
Dalam hal ini beberapa aspek tujuan sosialisasi yang dilaksanakan oleh keluarga
untuk masyarakat modern seperti mengajarkan bermacam-macam keterampilan, telah diambil
alih oleh lembaga sekolah atau institusi sosial yang lain.
Pada umumnya, keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak di mana masing-masing
anggota keluarga tersebut saling mempengaruhi,saling membutuhkan, semua
mengembangkan hubungan intensif antar anggota keluarga. Anak membutuhkan pakaian,
makanan dan bimbingan dari orang tua dan orang tua membutuhkan rasa kebahagiaan dengan
kelahiran anak. Ketika anak tumbuh dewasa maka dibutuhkan tenaga dan pikirannya untuk
membantu orang tua, lebih-lebih bila orang tua makin tidak berdaya karena usia yang sudah
lanjut.
8. Orang tua mempunyai peranan pertama dan utama bagi anak-anaknya selama anak
belum dewasa dan mampu berdiri sendiri. Untuk membawa anak kepada kedewasaan, maka
orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak suka mengimitasi kepada orang yang
lebih tua atau orang tuanya. Dengan lingkungan pergaulan antara orang tua terhadap anak dan
anak itu sendiri dengan anggota keluarga yang lain maka sang anak telah dihadapkan pada
suatu kehidupan interaktif yang telah membekalinya kemampuan-kemampuan dasar untuk
bertahan hidup baik dari segi fisik maupun nonfisiknya.
Sosiologi keluarga tidak berkhayal akan dapat menerangkan secara memuaskan
hubungan bio;logis atau kejiwaan antar anggota keluarga. Setiap pendekatan mempunyai
kebenarannya sendiri. Pendekatan sosiologis memusatkan diri terhadap keluarga sebagai
suatu lembaga social, kualitas interaksi keluarga yang aneh dan khusus secara social. System
kekeluargaan mengacu pada sifat-sifat kekuasaan dan kewibawaan, yang sama sekali bukan
merupakan kategori biologis. Nilai-nilai yang berhubungan dengan keluarga, atau hak dan
kewajiban setiap anggota keluarga, seperti ayah dan anak perempuan, bukanlah kategori
psikologis, tetapi kesemuanya itu merupakan cirri khas sosiologi sebagai sebuah cabang ilmu,
D. PERANAN KELUARGA DALAM PROSES SOSIALISASI
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses
sosialisasi individu atau seseorang. Kondisi-kondisi yang menyebabkan pentingnya peranan
keluarga dalam proses sosialisasi anak, ialah:
a. Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota-anggotanya berinteraksi face to face
secara tetap. Dalam kelompok yang demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan
seksama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih
mudah terjadi.
b. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena merupakan buah cinta
kasih hubungan suami isteri. Anak merupakan perluasan biologis dan sosial orang tuanya.
Motivasi kuat ini melahirkan hubungan emosional antara orang tua dengan anak. Penelitian-
penelitian membuktikan bahwa hubungan emosional lebih berarti dan efektif daripada
hubungan intelektual dalam proses sosialisasi.
c. Oleh karena hubungan sosial di dalam keluarga itu bersifat relatif tetap, maka orang tua
memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.
Dalam keluarga, orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik anaknya agar anak
tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar melalui penanaman
disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak. Oleh karena itu, orang tua
sangat berperan untuk:
9. 1. Selalu dekat dengan anak-anaknya,
2. Memberi pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa
tertekan,
3. Mendorong agar anak dapat membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan
tidak pantas dan sebagainya,
4. Ibu dan ayah dapat membawakan peran sebagai orang tua yang baik serta menghindarkan
perbuatan dan perlakuan buruk serta keliru di hadapan anak-anaknya, dan
5. Menasihati anak-anaknya jika melakukan kesalahan serta menunjukkan dan mengarahkan
mereka ke jalan yang benar.
Apabila terjadi suatu kondisi yang berlainan dengan hal di atas, maka anak-anak akan
mengalami kekecewaan. kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1. Orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya, terlalu sibuk dengan kepentingan-
kepentingannya, sehingga anak merasa diabaikan, hubungan anak dengan orang tua menjadi
jauh, padahal anak sangat memerlukan kasih sayang mereka, dan
2. Orang tua terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak sehingga sang anak
menjadi tertekan jiwanya.
Sosialisasi dari orangtua sangatlah penting bagi anak, karena anak masih terlalu muda
dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri ke arah
kematangan. J. Clausen mendiskripsikan tentang upaya yang dilakukan orangtua dalam
rangka sosialisasi dan perkembangan sosial yang dicapai anak, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Sosialisasi dan Perkembangan Anak
Kegiatan Orangtua
Pencapaian Perkembangan
Perilaku Anak
1. Memberikan makanan dan memelihara
kesehatan fisik anak
2. Melatih dan menyalurkan kebutuhan fisiologis:
toilet training (melatih membuang air
besar/kecil), menyapih dan memberikan
makanan padat.
3. Mengajar dan melatih keterampilan berbahasa,
persepsi, fisik, merawat diri dan keamanan diri.
4.Mengenalkan lingkungan kepada anak:
keluarga, sanak keluarga, tetangga dan
masyarakat sekitar.
5. Mengajarkan tentang budaya, nilai-nilai
1. Mengembangkan sikap percaya
terhadap orang lain (development of
trust).
2. Membantu mengendalikan dorongan
biologis dan belajar untuk
menyalurkannya pada tempat yang
diterima masyarakat.
3. Belajar mengenal objek-objek, belajar
berbahasa, berjalan, mengatasi
hambatan, berpakaian, dan makan.
4. Mengembangkan pemahaman tentang
tingkah laku sosial, belajar
10. (agama) dan mendorong anak untuk
menerimanya sebagai bagian dirinya.
6. Mengembangkan keterampilan interpersonal,
motif, perasaan, dan perilaku dalam
berhubungan dengan orang lain.
7. Membimbing, mengoreksi, dan membantu anak
untuk merumuskan tujuan dan merencanakan
aktivitasnya.
menyesuaikan perilaku dengan
tuntutan lingkungan.
5.Mengembangkan pemahaman tentang
bauk-buruk, merumuskan tujuan dan
kriteria pilihan dan berperilaku yang
baik.
6.Belajar memahami perspektif
(pandangan) orang lain dan merespons
harapan/ pendapat mereka secara
selektif.
7.Memiliki pemahaman untuk mengatur
diri dan memahami kriteria untuk
menilai penampilan/ perilaku sendiri.
Cara-cara dan sikap-sikap dalam keluarga juga memegang peranan penting dalam
perkembangan sosial anak. Jika orangtua selalu bersikap otoriter, maka anak akan
berkembang menjadi manusia pasif, tak berinisiatif, dan kurang percaya diri. Sedangkan jika
orangtua dalam keluarga bertindak demokratis, maka anak berkembang menjadi tidak takut,
penuh dengan inisiatif, memiliki rasa tanggung jawab, dan percaya diri.
Hariyadi, dkk (2003) menyatakan bahwa pola asuh demokratis dengan suasana yang
diliputi keterbukaan lebih memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan proses
penyesuaian diri secara efektif dibandingkan dengan pola asuh otoriter maupun pola asuh
yang penuh kebebasan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap dan kebiasaan-
kebiasaan orangtua dalam keluarga menjadi sikap dan kebiasaan yang dimiliki anak.
Peranan keluarga bukan saja berupa peranan-peranan yang bersifat intern antara orang
tua dan anak, serta antara yang anak satu dengan anak ang lain. Keluarga juga merupakan
medium untuk menghutahap siap bertindak ( game stage )tahap siap bungkan kehidupan anak
dengan kehidupan di masyarakat, dengan kelompok-kelompok sepermainan, lembaga-
lembaga sosial seperti lembaga agama, sekolah dan masyarakat yang lebih luas.
Disamping keluarga memiliki fungsi politik, keluarga juga memiliki fungsi ekonomi,
yaitu fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses-proses memproduksi dan
mengkonsumsi tentang barang-barang dan jasa. Didalam siklus hubungan intim didalam
keluarga, anak-anak belajar mengenal sikap-sikap dan ketrampilan-ketrampilan yang
diperlukan untuk memainkan peranan dalam kegiatan produksi, konsumsi, barang, dan jasa.
Setiap keluarga mengadopsi pembagian tugas merupakan tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh keluarga. Didalam keluarga juga ditemukan tentang nilai-nilai kerja, penghargaan
tentang kerja dan hubungan antara kerja dan imbalan-imbalan yang dianggap layak.
E. REALITA ATAU MASALAH YANG DI HADAPI DALAM KELUARGA DAN
SOSIALISASI
Pada pembahasan makalah ini sangat jelas betapa keluarga berperan sangat penting
dalam proses sosialisasi, namun pada realitanya di zaman modern sekarang inI, proses
sosialisasi dalam keluarga yang di harap kan dapat melahirkan pribadi yang baik, tidak semua
keluarga bisa memenuhinya,tidak sedikit anak-anak yang berbuat hal-hal negatif akibat
11. kurang perhatian dari keluarga nya terutama orang tua nya yang sibuk dengan pekerjaan
masing-masing, yang menyebab kan waktu untuk berinteraksi dengan anak-anak menjadi
sangat minim, hal ini sering terjadi pada keluarga kalangan atas yang biasa nya ibu nya
seorang wanita karier yang lebih banyak menghabis kan waktu di luar dan tak sedikit anak-
anak nya yang sejak kecil lebih banyak berinteraksi dengan pembantu/babysister, dan
dewasanya lebih banyak bergaul dengan teman-temannya di luar, orang tua hanya menyogok
anak-anak nya dengan uang. Alhasil antara anak dan orang tua tidak dekat, yang semesti nya
orang tua harus tau apa yang di lakukan anak-anak nya sehari-hari serta membantu mencari
jalan keluar apabila si anak dalam masalah, dan memberi ganjaran apabila anak berbuat salah
agar tidak mengulang kembali.
Di sisi lain juga banyak terjadi di lingkungan sekitar kita, orang tua mendidik anak
dengan menggunakan kekerasan, tidak dengan kasih sayang dan kelembutan, bahkan
kekerasan dalam rumah tangga yang di lakukan seorang suami kepada isteri nya di hadapan
anak-anak nya, hal ini akan berpengaruh terhadap perilaku anak itu sendiri ketika berinteraksi
dengan lingkungan luar, Si anak cenderung berlaku kasar.
Namun ada juga keluarga yang berhasil sebagai media utama dalam proses sosialisasi,
antar anggota keluarga hubungan nya dekat dan saling mengasihi satu sama lain, serta
memeran kan peranan nya dengan baik dalam proses sosialisasi tersebut sehingga melahirkan
pribadi yang baik, disiplin, bermoral, dan pandai bergaul.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi. Begitu seorang bayi
dilahirkan, ia sudah berhubungan dengan kedua orang tuanya, kakak-kakaknya, dan mungkin
dengan saudara dekat lainnya. Sebagai anggota keluarga yang baru dilahirkan, ia sangat
tergantung pada perlindungan dan bantuan anggota-anggota keluarganya. Proses sosialisasi
awal ini dimulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan mengikuti setiap apa yang
diajarkan oleh orang-orang dekat sekitar lingkungan keluarganya, seperti belajar makan,
berbicara, berjalan, hingga belajar bertindak dan berperilaku.
Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang mensosialisasikan nilai-nilai
atau peran-peran hidup dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para anggotanya.
Dalam keluarga, orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik anaknya agar anak
tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar melalui penanaman
disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak. jadi itu lah sebab nya
keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam proses sosialisasi
12. B. SARAN
Penulis hatur kan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan pengajaran tentang ilmu sosiologi termasuk keluarga dan sosialisasi, dan juga
buat rekan-rekan yang telah membantu dalam enulisan makalah ini, namun penu;lis yakin
dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Siahaan, hatman. 1995. Sosiologi makro. Jakarta : Raja grafindo persada
Simamora, Sahat. 2000. Sosiologi sebagai suatu pengantar. Jakarta: Bina aksara
Goode, William. 1995. Sosiologi keluarga. Jakarta : Bumi aksara
Dwi Narwoko, J. & Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:
Kencana.
Ahmadi abu. 1991. Sosiologi pendidikan.jakarta: Rineka Cipta
http://www.scribd.com/Keluarga-Sebagai-Media-Sosialisasi-Dalam-Pembentukan-Kepribadian.
http://id.wikipedia.org.
http://mauliyes.blogspot.com.
Diposkan oleh Ami Sisilia Sari di 16.23
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Welcom To my site :)
13. Blogger templates
Entradas populares
PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK TK
☆ 1.Pengertian motorik kasar Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik
yang mencakup keterampilan otot-otot besar, gera...
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI ANAK
MAKALAH METODE PENGEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL AUD
‘Karakteristik perkembangan emosi anak’
keluarga dan sosialisasi
MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN ‘KELUARGA DAN SOSIALISASI’
EMPATI PADA ANAK USIA DINI
A. Tahap perkembangan empati AUD Empati sebagai kemampuan untuk manusia
telah tampak sejak awal kehidupan. Potensi ini aka...
14.
SAINS UNTUK AUD
ANAK DAN SAINS Pendidikan sains sejak dini sangat penting di laksananakan
mengingat pengembangan pembelajaran sains menjadikan an...
ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER AUD
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup, bersosialisasi dan bekerjasama, baik da...
GIZI ANAK
1. Pengertian gizi Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang, yaitu :
· Secara klasik : gizi ...
Apakah pembelajaran komputer di usia dini sudah diperlukan saat sekarang?
Manfaat komputer bagi kehidupan kita sehari-hari sangat banyak namun pengaruh
komputer juga ada yang negatif dan positif. Manfaat kompu...
(tanpa judul)
Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu
yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarny...
Daftar Blog Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
15. My Facebook
Ami Sisilia Sari
Buat Lencana Anda
Pengikut
Translate
Select Language▼
Free Music at divine-music.info
Blogger news
Widget-Animasi
Archivo
▼ 2012 (9)
o ► Desember (4)
o ▼ November (5)
Apakah pembelajaran komputer di usia dini sudah di...
keluarga dan sosialisasi
ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER AUD