Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaverius 1 Palembang

PENGARUH BAHAN PENYEDAP MONOSODIUM GLUTAMAT
TERHADAP EMOSI MURID DI SMA XAVERIUS 1 PALEMBANG

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas integratif
mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Teknologi Pengolahan Bahan

Kelas XI IPA 4

1. Theresia Marten (39)
2. Vanny Andriani (41)
3. Waisaka Febri B. (43)
4. William Dwiputra (44)

SMA XAVERIUS 1 PALEMBANG
YAYASAN XAVERIUS PALEMBANG
PALEMBANG
2012

PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
Peneliti juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Katarina Retno Triwidayati,
S.Pd. dan Yohana Tri Retnowati, S.T.P. karena telah membimbing peneliti hingga
selesainya karya ilmiah ini. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada tim kerja,
orangtua, dan teman-teman yang telah mendukung peneliti dalam penulisan karya
ilmiah ini.
Dalam karya ilmiah sederhana ini, peneliti menganalisis bagaimana pengaruh
bahan penyedap Monosodium Glutamat terhadap emosi murid di SMA Xaverius 1.
Demi mendukung karya ilmiah penelitian ini, peneliti juga mengikutsertakan angket
dengan sampel dari murid SMA Xaverius 1 Palembang. Hal ini dilakukan karena
peneliti tertarik dengan topik tersebut.
Dengan adanya karya ilmiah ini, peneliti berharap agar karya ilmiah ini
bermanfaat bagi para pembaca agar dapat menjadi bahan referensi, memperluas
pengetahuan, dan menambah informasi serta bagi peneliti sendiri agar dapat
mengembangkan kemampuan menulis dengan baik dan menjawab rasa ingin tahu
peneliti atas topik. Demi terwujudnya karya ilmiah yang lebih baik di masa
mendatang, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Peneliti mohon maaf apabila ada kesalahan. Sekian.

Palembang, 29 Februari 2012
Tim Peneliti

ABSTRAK

Marten, Theresia, Vanny Andriani, Waisaka Febri. B, dan William Dwiputra. 2012. “Pengaruh
Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaverius
1 Palembang”. Palembang: SMA Xaverius 1

Makan merupakan kebutuhan manusia yang terpenting sehingga harus terpenuhi. Makanan
diolah sedemikian rupa dan ditambah berbagai bumbu agar terasa enak dan nikmat. Salah satu bahan
tambahan makanan yang gemar digunakan manusia adalah Monosodium Glutamat (MSG). MSG
merupakan peningkat cita rasa makanan yang berupa kristal putih halus. Namun dibalik manfaatnya
sebagai peningkat cita rasa, MSG menyimpan dampak berbeda-beda pada kesehatan tiap
konsumennya. Selain terhadap kesehatan, MSG juga berpotensi mempengaruhi emosi konsumennya
namun belum ada pembahasan lebih lanjut mengenainya. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul
“Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaverius 1
Palembang”.
Penelitian ini menggunakan dua jenis penelitian, yaitu penelitian deskriptif dan penelitian
kuantitatif. Pada jenis penelitian secara deskriptif, peneliti menggunakan hasil penelitian peneliti lain
untuk dibuktikan kembali kebenarannya. Peneliti juga mengembangkan dan menggunakan rumus
tertentu melalui pengambilan angket dengan populasi berupa murid SMA Xaverius 1 Palembang yang
berakhir dengan hasil persentase yang dihitung dengan rumusan tertentu.
Berdasarkan penelitian pada hari Rabu tanggal 30 November 2011 dengan sampel murid SMA
Xaverius 1 Palembang, didapatkan bahwa bahan penyedap Monosodium Glutamat tidak berpengaruh
terhadap emosi siswa di SMA Xaverius 1 Palembang. Hasil penelitian ini dapat dibuktikan dengan
hasil angket yang diambil dengan sampel 27,6% dari jumlah seluruh murid di SMA Xaverius 1
Palembang. Dari 451 sampel dari 41 kelas, terdapat 68,74% sampel yang emosinya tidak terpengaruh
oleh Monosodium Glutamat dan 31,26% sampel yang emosinya terpengaruh Monosodium Glutamat.
Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan gagalnya penelitian ini. Seperti terdapatnya faktor
emosi lain selain MSG, yaitu jenis kelamin, usia, perubahan jasmani, perubahan interaksi dan
pandangan lingkungan sekitar, pengalaman traumatik, pola asuh orangtua, temperamen, dan makanan.

DAFTAR ISI

Pernyataan Keaslian Karya .................................................................................... i
Pengesahan ............................................................................................................... ii
Pengantar .................................................................................................................. iii
Abstrak ..................................................................................................................... iv
Abstract..................................................................................................................... v
Daftar Isi ................................................................................................................... vi
Daftar Grafik............................................................................................................ vii
Daftar Lampiran ...................................................................................................... viii
Bab 1 Pembuka
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................... 3
Bab 2 Kajian Pustaka
2.1. Kajian Teori ............................................................................................... 5
2.1.1. Pengertian Emosi .......................................................................... 5
2.1.2. Teori Emosi ................................................................................... 6
2.1.3. Pengertian Monosodium Glutamat ............................................... 8
2.2. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................................ 11
2.3. Hipotesis .................................................................................................... 11
Bab 3 Metodelogi Penelitian
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 13
3.2. Jenis Penelitian .......................................................................................... 13
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................................. 13
3.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 14
3.5. Teknik Analisis Data ................................................................................. 14
Bab 4 Hasil dan Pembahasan ................................................................................. 16
Bab 5 Penutup .......................................................................................................... 22
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 23
Lampiran .................................................................................................................. 26
Tentang Penulis ........................................................................................................ 35

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. ............................................................................................................ 16
Grafik rata-rata tingkat emosi murid kelas X di SMA Xaverius 1 Palembang
Grafik 4.2. ............................................................................................................ 17
Grafik rata-rata tingkat emosi murid kelas XI di SMA Xaverius 1 Palembang
Grafik 4.3. ............................................................................................................ 17
Grafik rata-rata tingkat emosi murid kelas XII di SMA Xaverius 1 Palembang
Grafik 4.4. ............................................................................................................ 18
Grafik persentase pengaruh-tidaknya MSG terhadap emosi

DAFTAR LAMPIRAN

Grafik 6.1. Hasil angket murid X1 ...................................................................... 26
Grafik 6.10. Hasil angket murid X10 .................................................................. 27
Grafik 6.15. Hasil angket murid XI IPA 1 ........................................................... 28
Grafik 6.22. Hasil angket murid XI IPS 1 ........................................................... 29
Grafik 6.28. Hasil angket murid XII IPA 1 ......................................................... 30
Grafik 6.36. Hasil angket murid XII IPS 1 .......................................................... 31
Soal angket ........................................................................................................... 33
Skor dan hasil angket ........................................................................................... 34

BAB 1
PEMBUKA

1. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup di dunia membutuhkan makanan, tak terkecuali manusia.
Untuk melakukan dan mendukung aktivitas kesehariannya, manusia mengasup
makanan. Hal ini membuktikan bahwa makan adalah kebutuhan manusia terpenting
sehingga harus terpenuhi agar dapat tetap hidup. Setiap bahan makanan yang diasup
memiliki kandungan gizi yang berbeda-beda, sehingga makanan yang dikonsumsi
juga memiliki dampak dan efek tersendiri bagi konsumennya. Dengan mengetahui
efek dari masing-masing makanan, konsumen bisa menentukan makanan mana yang
tepat untuk diasup dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia makanan dapat didefinisikan sebagai proses
masuknya makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya
(http://kamusbahasaindonesia.org/makan/mirip#ixzz1ciaWnmz5, diunduh pada 4
November 2011). Selain itu makanan juga dapat didefinisikan sebagai bahan yang
berasal dari tumbuhan atau hewan yang terdiri dari nutrisi tubuh penting, seperti
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Makanan dikonsumsi untuk
menghasilkan energi, merangsang pertumbuhan, serta yang paling penting yaitu
mempertahankan hidup (Dangour, http://www.answers.com/topic/food#ixzz1ci
kK1J8p, diunduh pada 4 November 2011).
Makanan diolah sedemikian rupa dan ditambah berbagai bumbu agar terasa
enak dan nikmat. Zat tambahan yang digunakan pun sangat bervariasi, mulai dari
yang alami seperti bawang, lada, dan garam hingga yang buatan seperti aspartam,
sakarin, dan siklamat. Salah satu zat yang sering ditambahkan adalah Monosodium
Glutamat atau MSG. MSG merupakan zat aditif yang termasuk Bahan Tambahan
Makanan (BTM) berupa kristal putih yang digunakan sebagai pelengkap bumbu
masak karena memiliki cita rasa yang kuat serta merupakan turunan kimia L-
Glutarnicacidmonosodium salt (Fatimah, http://www.scribd.com/doc/26623327/
Monosodium-Glutamat-Msg, diunduh pada 18 November 2011).

Semasa hidupnya, organ pencernaan manusia diperkirakan mengolah makanan
sebanyak 100 ton, termasuk didalamnya Bahan Tambahan Makanan (BTM). Bahan
Tambahan Makanan yang diasup tubuh meliputi bahan penyedap, pemanis, pewarna,
pengental, anti bakteri, pemutih, pengeras, dan pengatur keasaman makanan. Para
produsen mengungkapkan alasan mereka menggunakan BTM ini untuk memperbaiki
nilai gizi produk, memelihara kesegaran produk, serta yang terpenting adalah
meningkatkan daya tarik produk (www.susukolostrum.com dikutip http://
kamissore.blogspot.com/2010/10/tingkat-bahaya-penggunaan-bahan.html, diunduh
pada 21 Januari 2012).
MSG pada makanan dapat merangsang produksi cairan makanan sehingga
daya cerna makanan lebih baik, sumber tenaga bagi usus halus dapal mengabsorpsi
nutrisi makanan, unsur perantara metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak serta
meningkatkan citarasa makanan (Lestari dikutip http://duniaveteriner.com/2009/12
/mengenal-bahaya-msg-monosodium-glutamat-terhadap-kesehatan-masyarakat/print,
diunduh pada 21 Januari 2012). Namun di balik manfaatnya yang begitu besar
terhadap produk, MSG juga menyimpan bahaya kesehatan terhadap konsumennya.
Hal ini terbukti dengan penelitian pada tahun 1960-an yang mengatakan bahwa MSG
menyebabkan sidrom restoran China (Chinese Restaurant Syndrome) yang berujung
pada penyakit kronis serta kematian.
Ditemukan juga pada beberapa spesies hewan, MSG dapat merusak pusat
pengolahan impuls syaraf, meningkatkan ekskresi insulin sehingga cenderung
menderita obesitas dan diabetes, dan mengganggu metabolisme lipid dan akitivitas
enzim anti-oksidan di jaringan pembuluh darah sehingga beresiko hipertensi. Pada
manusia, individu tertentu yang mengasup MSG dapat meningkatkan kadar Natrium
(Na) pada tubuh yang tentunya berbahaya, terutama pada lanjut usia pengidap
penyakit jantung, hipertensi, dan ginjal. Selain itu, terhadap konsumen yang alergi
MSG dapat menimbulkan rasa panas dan nyeri, kaku otot, sakit kepala, mual,
berdebar-debar, dan muntah (http://www.scribd.com/doc/26623327/Monosodium-
Glutamat-Msg, diunduh pada 18 November 2011).
Selain dampak pada kesehatan, MSG juga diduga berpotensi mempengaruhi
emosi konsumennya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, emosi merupakan
luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat; keadaan dan

reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, dan
kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif; seperti marah (http://kamusbahasa
indonesia.org/emosi, diunduh pada 16 November 2011). Selain itu, emosi menurut
Chaplin dikutip http://www.pengertiandefinisi.com/2011/11/pengertian-emosi.html
(diunduh pada 18 November 2011) menyatakan,”Emosi adalah sebagai suatu
keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang
disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.” Crow&Crow dikutip
http://www.pengertiandefinisi.com/2011/11/pengertian-emosi.html (diunduh pada 18
November 2011) mendefinisikan emosi sebagai pengalaman afektif yang disertai
dengan penyesuaian fisiologi pada individu dengan menunjukkan reaksi (tindakan).
Menurut salah satu peneliti emosi terkemuka di dunia, Paul Ekman, manusia
memiliki enam jenis emosi dasar, yaitu takut (fear), marah (anger), sedih (sadness),
bahagia (happines), jijik (disgust), dan terkejut (surprise). Keenam jenis emosi dasar
inilah yang nantinya berpadu dan membentuk emosi yang dirasakan manusia (Majid,
http://www.psikoterapis.com/?en_seberapa-banyak-emosi-yang-dimiliki-manusia-
,229, diunduh pada 22 Januari 2012). Selain itu juga terdapat delapan faktor
penyebab emosi, antara lain pola asuh orangtua, pengalaman traumatik, suasana hati,
jenis kelamin, usia, perubahan jasmani, perubahan interaksi dengan sekitar, dan
perubahan pandangan lingkungan serta makanan (Astuti dikutip Junaidi,
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_26.
html, diunduh pada 22 Januari 2012). Namun belum ada pembahasan lebih lanjut
mengenai pengaruh makanan terutama bahan tambahan makanan terhadap emosi
seseorang.
Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Pengaruh Bahan Penyedap
Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaverius 1 Palembang”. Hal
ini bertujuan membahas lebih lanjut pengaruh bahan tambahan makanan khususnya
MSG dengan emosi konsumennya.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut “Bagaimana pengaruh bahan penyedap Monosodium Glutamat
terhadap emosi murid di SMA Xaverius 1 Palembang?

3. Tujuan Penelitian
Karya ilmiah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh bahan penyedap
Monosodium Glutamat terhadap emosi murid di SMA Xaverius 1 Palembang.

4. Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah
4.1. bagi peneliti
4.1.1. demi menjawab rasa ingin tahu peneliti,
4.1.2. mengembangkan kemampuan bernalar,
4.1.3. mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
4.1.4. mengembangkan kemampuan merangkai kata,
4.1.5. memperluas pengetahuan peneliti.
4.2. bagi pembaca
4.2.1.menjadi bahan referensi,
4.2.2. memperluas pengetahuan,
4.2.3. menambah informasi,
4.2.4. sebagai referensi bagi peneliti yang membahas bidang yang
sama.

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Teori
1.1. Pengertian Emosi
1.1.1. Emosi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, emosi merupakan luapan
perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat;
keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti
kegembiraan, kesedihan, keharuan, dan kecintaan); keberanian
yang bersifat subjektif; seperti marah (http://kamusbahasa
indonesia.org/emosi, diunduh pada 16 November 2011).
Kutipan di atas bermakna emosi merupakan luapan perasaan
yang disertai reaksi psikologis dan fisiologis. Hal ini dapat
digambarkan sebagai contoh saat seseorang menonton film komedi,
maka Ia akan tertawa. Sehingga dapat disimpulkan reaksi
psikologis yang ditimbulkan adalah Ia merasa gembira dengan
reaksi fisiologis berupa tawa.
1.1.2. Emosi menurut Daniel Goleman
Selain itu, seorang ahli psikologis asal California, Daniel
Goleman (2002: 411) dikutip Utama (http://ilmupsikologi.word
press.com/2009/12/27/pengertian-emosi/, diunduh pada 16
November 2011). Mengemukakan bahwa emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran yang khas dan juga sebagai suatu
keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Menurutnya, emosi juga pada dasarnya
merupakan dorongan seseorang untuk bertindak.
Peneliti setuju dengan peryataan Daniel Goleman yang
menyatakan bahwa emosi merupakan suatu perasaan yang khas
yang disertakan keadaan biologis dan psikologis, seperti yang
ditulis pada Kamus Besar Bahasa Indonesia.

1.1.3. Emosi menurut Dictionary of Psychology
Chaplin dikutip http://www.pengertiandefinisi.com/2011/11/
pengertian-emosi.html (diunduh pada 18 November 2011)
menyatakan, ”Emosi adalah sebagai suatu keadaan yang terangsang
dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari,
yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.”. Sedangkan
menurut Crow&Crow dikutip http://www.pengertiandefinisi.
com/2011/11/pengertian-emosi.html (diunduh pada 18 November
2011) emosi merupakan pengalaman afektif yang disertai dengan
penyesuaian fisiologi pada individu dengan menunjukkan reaksi
(tindakan).
Emosi yang dimaksudkan oleh Chaplin dan Crow&Crow ini
merupakan keadaan dimana terjadinya perubahan fisiologi pada
individu yang disadarinya dan lebih mendalam sifatnya.
1.2. Teori Emosi
1.2.1. Emosi menurut Teori Dua Faktor Scachter-Singer
Teori yang dikemukakan Stanley Schachter dan Jerome Singer
tahun 1962 ini berorientasi pada rangsangan yang didapat, seperti
senang apabila rangsangan yang diterima menyenangkan dan takut
apabila rangsangan yang diterima membahayakan. Menurut
Berkowitz, pikiran dapat menentukan pembentukan emosi
seseorang setelah munculnya reaksi saraf, relatif primitif, dan
emosional (Siregar, www.psktti-ui.com/reni/.../Bella%20
Ananda%20Putri%20Siregar.doc, diunduh pada 18 November
2011).
Kutipan di atas dapat dimaknai emosi didasari oleh
rangsangan. Contohnya, saat seseorang melihat beruang, Ia akan
merasa ketakutan. Menurut prosesnya, yang pertama adalah reaksi
saraf. Reaksi saraf yang diterima adalah melihat beruang. Yang
kedua adalah relatif primitif, orang akan berpikir beruang itu
membahayakan. Yang terakhir adalah emosional, hal ini dapat
ditandai dengan gemetar, jantung berdetak cepat, ataupun berteriak.

1.2.2. Emosi menurut Teori James Lange
James Lange mengemukakan bahwa emosi merupakan
perubahan fisiologis dan psikologis akibat adanya perubahan
sistem otot pada suatu peristiwa. Terdapat 3 proses terjadinya
emosi, yaitu mempresepsikan situasi lingkungan, memberikan
reaksi pada situasi, dan mempersiapkan aktivitas yang
mengakibatkan munculnya emosi (Siregar dikutip www.psktti-
ui.com/reni/.../Bella%20Ananda%20Putri%20Siregar.doc, diunduh
pada 18 November 2011).
Dari Teori James Lange ini dapat disimpulkan bahwa emosi
merupakan perubahan fisiologis dan psikologis. Seperti Teori Dua
Faktor Scachter-Singer, teori ini juga memiliki 3 tahap munculnya
emosi. Teori ini dapat dijabarkan dengan contoh yang sama dengan
Teori Dua Faktor Scachter-Singer. Tahapan yang dilakukan sebagai
berikut, pertama orang akan mempresepsikan situasi lingkungan
yaitu melihat beruang yang mungkin membahayakan. Selanjutnya
adalah memberikan reaksi pada situasi, seperti gemetaran dan
jantung berdetak cepat. Terakhir, mempersiapkan aktivitas yang
mengakibatkan munculnya emosi, seperti menentukan apakah lebih
baik berlari ataukah berteriak.
1.2.3. Teori “Emergency” Cannon
Teori yang dikemukakan oleh Walter B. Cannon ini
menyatakan bahwa emosi berfungsi mempersiapkan seseorang
untuk mengatasi keadaan sehingga dapat bertahan hidup. Ia
beranggapan bahwa organ tubuh bukan satu-satunya faktor yang
menentukan suasana emosional (Siregar dikutip www.psktti-
ui.com/reni/.../Bella%20Ananda%20Putri%20Siregar.doc, diunduh
pada 18 November 2011).
Dari teori ini dapat disimpulkan emosi membantu seseorang
untuk bertahan hidup. Seseorang yang takut melihat beruang, akan
mencoba bertahan hidup. Ia akan berpikir bertahan hidup setelah
stimulus akan ketakutannya (emosi) terangsang ke otak.
1.2.4. Teori pembagian emosi menurut Goleman

Menurut Goleman, emosi rendah adalah kemampuan
seseorang untuk mengendalikan emosinya lewat kesabaran,
memikirkan akibatnya sebelum bertindak, dapat menyadari
perasaan diri sendiri dan orang lain, dan mahir berkomunikasi.
Selanjutnya, emosi sedang merupakan kemampuan seseorang
untuk memikirkan akibat tindakannya namun tetap
memprioritaskan kepentingannya, kurang mahir dalam
mengendalikan emosi, kurang peka terhadap emosi diri sendiri dan
orang lain, dan kurang mampu berkomunikasi dengan baik. Emosi
tinggi adalah cara seseorang untuk bertindak tanpa memikirkan
akibatnya, tidak dapat mengendalikan emosi dengan baik, tidak
peka terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain, serta tidak
mampu berkomunikasi dengan baik (http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/17665/4/Chapter%20II.pdf, diunduh pada 9
Februari 2012).

1.3. Pengertian Monosodium Glutamat (MSG)
Glutamat merupakan salah satu asam amino yang non esensial penyusun
protein dalam tubuh. Ada dua bentuk asam glutamat pada tubuh, glutamat
alami terikat dan glutamat alami bebas. Glutamat alami terikat merupakan
glutamat tak berasa yang berikatan denganasam amino lainnya sehingga dapat
membentuk protein. Glutamat alami terikat ini dibuat oleh tubuh, meliputi
otak, ginjal, hati, dan lainnya, untuk memainkan peran penting dalam
metabolisme makanan dan digunakan sebagai sumber energi utama bagi usus.
Sedangkan glutamat alami bebas merupakan glutamat yang memiliki rasa umami dan
terkandung pada makanan nabati maupun hewani yang dikonsumsi. Fungsi dari
glutamat alami bebas ini adalah memberikan rasa nikmat dan kelezatan pada makanan,
seperti keju dan tomat matang (http://indonesia.
glutamate.org/media/pdfs/Glutamat dan_Gizi.pdf, diunduh pada 7 Januari
2012).
Glutamat secara keseluruhan memiliki peran fisiologis yang penting
pada tubuh, seperti sebagai reseptor pada lidah dan lambung, penstimulan
otak untuk memproduksi enzim pencernaan pada lambung dan pankreas

sehingga proses metabolisme menjadi lebih lancar, dan pada otak glutamat
berperan sebagai pembawa pesan antar sel syaraf atau neurotransmitter.
Selain itu, glutamat juga terbukti dapat meningkatkan kerja usus halus dalam
pengabsorpsian nutrisi makanan dan sebagai perantara metabolisme protein,
karbohidrat, dan lemak (Hamdani, http://catatankimia.com/catatan/efek-msg-
terhadap-kesehatan.html, diunduh pada 8 Januari 2012).
Walaupun glutamat sendiri telah diproduksi tubuh secara alami dan telah
diasup tubuh melalui makanan, manusia tetap menggunakan Monosodium Glutamat
(MSG) sebagai bahan makanan tambahan berupa zat aditif yang dapat menguatkan
cita rasa dan aroma makanan dan menghilangkan rasa tidak enak yang terdapat pada
bahan makanan (Igis, http://indonesia.glutamate.
org/media/Keamanan_monosodium_glutamat.asp, diunduh pada 7 Januari 2012).
Monosodium Glutamat merupakan suatu zat aditif berupa kristal putih yang
digunakan sebagai pelengkap bumbu masak karena memiliki cita rasa yang
kuat serta merupakan turunan kimia L-Glutarnicacidmonosodium salt. Rumus
struktur dari Monosodium Glutamat adalah

Disebutkan pada Jurnal Chemistry Senses, MSG mulai dikenal tahun
1960an. Seorang profesor Kimia Fisis di Fakultas Sains Imperial Universitas
Tokyo, Kikunae Ikeda pada tahun 1908 menemukan kunci kelezatan MSG ini,
yaitu umami yang dalam bahasa Jepang dapat diartikan sebagai lezat yang
berfungsi melengkapi 4 rasa sebelumnya, yaitu manis, asam, asin, dan pahit.
Sebelumnya juga diberitakan bahwa pada tahun 1866, Ritthausen berhasil
mengisolasi asam glutamat dari gluten (protein gandum) dengan mengubahnya ke
dalam bentuk Monosodium Glutamat namun masih belum tahu kegunaannya
(http://www.scribd.com/doc/26623327/Monosodium-Glutamat- Msg, diunduh pada
18 November 2011).
Pada beberapa spesies hewan, MSG dapat merusak pusat pengolahan
impuls syaraf, meningkatkan ekskresi insulin sehingga sampel cenderung menderita

obesitas dan diabetes, dan mengganggu metabolisme lipid dan akitivitas enzim anti-
oksidan di jaringan pembuluh darah sehingga beresiko hipertensi. Pada manusia, individu
tertentu yang mengkonsumsi MSG dapat meningkatkan kadar Natrium (Na) dalam
tubuhnya yang tentu berbahaya, terutama pada lanjut usia pengidap penyakit
jantung, hipertensi, dan ginjal. Selain itu, terhadap konsumen yang alergi MSG
dapat menimbulkan rasa panas dan nyeri, kaku otot, sakit kepala, mual, berdebar-
debar, dan muntah (http://www.scribd.com/doc/26623327/Monosodium-Glutamat-
Msg, diunduh pada 18 November 2011).
Perkembangan penelitian terbaru, Amerika Serikat mengganggap MSG sebagai
bahan makanan umum, seperti halnya garam, merica, cuka, dan ragi. Pada tahun
1987, the Joint Expert Comittee on Food Additives (JECFA) dari United Nations Food
and Agriculture Organization (FAO) memutuskan untuk tidak membatasi jumlah
penggunaan MSG sebagai bahan tambahan
(http://indonesia.glutamate.org/media/Keamanan_monosodium_glutamat.asp,
diunduh pada 7 Januari 2012). Keputusan ini diambil JECFA setelah melakukan
penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa beberapa spesies dari sampel tidak
merasakan efek karsinogenik pada kesehatan akibat penambahan MSG. Hal ini
dikarenakan terjadinya efek berbeda-beda pada tiap konsumen MSG (Igis,
http://indonesia.glutamate.org/abstracts/Evaluasi_ Keselamatan_Monosodium
Glutamate.asp, diunduh pada 7 Januari 2012).
Pernyataan dari JECFA di atas diperkuat lagi oleh European Communities
Scientific Committe for Foods pada tahun 1991 yang menyebutkan bahwa bayi
dalam kandungan juga dapat memetabolisme glutamat sama baiknya dengan orang
dewasa (Judarwanto, http://koranindone
siasehat.wordpress.com/2010/07/29/chinese-restaurant-syndrome-bukan-
disebabkan-msg-karena-alergi-makanan-atau-hipersensitifitas-makanan/, diunduh
pada 7 Januari 2012).
Dari kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Monosodium Glutamat
merupakan bahan tambahan makanan yang dibentuk dari isolasi asam glutamat
yang pada dasarnya telah dibentuk dan dikonsumsi secara alami oleh tubuh. Namun
dalam penggunaannya harus terkontrol dengan baik karena efek dari Monosodium
Glutamat sendiri terhadap tiap individu berbeda- beda.

2. Kajian Penelitian yang Relevan
2.1. Penelitian Mutiara Salsabila di kota Pontianak, Kalimatan Barat dengan
judul ”Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) secara Oral
terhadap Kenaikan Bobot Badan yang Mengindikasikan Obesitas pada
Mencit (Mus musculus) serta Implementasinya dalam Pembelajaran pada
Submateri Zat Aditif Makanan Siswa Kelas XI SMA”
(http://elfindrabiomania.blogspot.com/2010/10/pengaruh-pemberian-
monosodium-glutamate.html, diunduh pada 18 November 2011).
Hasil penelitian Mutiara Salsabila adalah apabila terjadi kenaikan berat
badan mencit sebesar 10-20% dari berat badan normal, maka dapat
dikategorikan sebagai obesitas.
2.2. Penelitian Bella Ananda Putri Siregar dari Universitas Al Azhar Indonesia
di kota Jakarta dengan judul “Perkembangan Emosi” (www.psktti-
ui.com/reni/.../Bella%20Ananda%20Putri%20Siregar.doc, diunduh pada
18 November 2011).
Hasil Penelitian Bella Ananda Putri Siregar adalah emosi merupakan
ekspresi perasaan yang mempengaruhi psikologis dan fisik, sehingga
orang yang mampu mengatasi frustasinya, mampu memotivasi diri dan
mampu mengendalikan diri.

3. Hipotesis
Dari penelitian keterkaitan Monosodium Glutamat terhadap Emosi murid SMA
Xaverius 1 Palembang ini, terdapat 2 keyakinan yaitu gagal maupun berhasil.
Peneliti beranggapan penelitian ini akan berhasil karena peneliti telah merencanakan
proses penelitian dengan cara mengambil angket dengan sampel murid SMA
Xaverius 1 Palembang dengan matang. Hasil penelitian dapat berupa kandungan
MSG terbukti dapat mempengaruhi emosi konsumennya. Seperti murid yang pola
makannya tidak terkontrol dengan baik akan lebih emosian. Namun di samping itu,
penelitian ini juga berkemungkinan akan gagal, dengan hasil penelitian berupa
kandungan MSG tidak terbukti dapat mempengaruhi emosi konsumennya.

BAB 3
METODELOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Penelitian pengaruh bahan penyedap Monosodium Glutamat terhadap emosi
murid di SMA Xaverius 1 Palembang menggunakan dua jenis penelitian, yaitu
penelitian deskriptif dan penelitian kuantitatif. Pada jenis penelitian secara deskriptif,
peneliti menggunakan hasil penelitian peneliti lain untuk dibuktikan kembali
kebenarannya. Peneliti juga mengembangkan dan menggunakan rumus tertentu
melalui pengambilan angket dengan populasi berupa murid SMA Xaverius 1
Palembang yang berakhir dengan hasil persentase yang dihitung dengan rumusan
tertentu.

2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu dan tempat penelitian dengan cara pengambilan angket dari sampel
murid SMA Xaverius 1 Palembang
1.1. waktu : Rabu, 30 November 2011
1.2. pukul : 06.55 sampai dengan 12.50 WIB
1.3. tempat : ruang kelas SMA Xaverius 1 Palembang.

3. Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil peneliti adalah murid SMA Xaverius 1 Palembang
dengan pengambilan sampel 11 murid per kelasnya. Berikut perhitungannya

Jumlah murid kelas X = 557 orang
Jumlah murid kelas XI = 535 orang
Jumlah murid kelas XII = 541 orang +
Total = 1633 orang

Persentase sampel minimal 27,6 % dari total populasi.

27,6% x jumlah seluruh murid SMA Xaverius 1
27,6% x 1633 orang = 451 orang

Banyak kelas di SMA Xaverius 1 Palembang 41 kelas.

27,6% x jumlah seluruh murid SMA Xaverius 1
Banyak kelas

4. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data secara angket. Angket yang
digunakan berdasarkan buku yang disadur oleh peneliti lalu diolah dengan rumusan
tertentu.
Angket berisi 14 pertanyaan yang berkaitan dengan topik karya ilmiah, yaitu
pengaruh MSG terhadap emosi dengan skor maksimal tiga tiap soalnya. Pertanyaan
pada dua soal pertama bertujuan untuk mengetahui frekuensi konsumsi MSG sampel.
Sedangkan pada soal selanjutnya bertujuan untuk mengukur emosi sampel. Sebagai
tolak ukur, peneliti menyadur pertanyaan dari buku psikologi Tes Kecerdasan Emosi.
Hasil angket terlebih dahulu dihitung skor per angketnya. Selanjutnya angket
akan diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi menurut frekuensi konsumsi MSG,
yaitu jarang, sedikit, lumayan banyak, dan banyak serta tiga klasifikasi menurut
tingkat emosi sampel, yaitu emosi rendah, emosi sedang, dan emosi tinggi. Semua
data dari angket yang diklasifikasi tersebut akan dihubungkan dengan teori yang ada
sehingga didapatkan hasil penelitian.

5. Teknik Analisis Data
Peneliti menganalisis data dokumen berupa angket menggunakan rumusan
statistika. Rumusan statistika yang digunakan berupa penghitungan rataan,

persentase, dan pembuatan berbagai macam grafik. Selain itu, peneliti juga
menggunakan buku psikologi Tes Kecerdasan Emosi sebagai tolak ukur. Disebutkan
bahwa terdapat tiga tingkatan emosi yaitu emosi rendah dengan rentang nilai 12-19,
emosi sedang dengan rentang nilai 20-27, dan emosi tinggi dengan rentang nilai 28-
36.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
Berdasarkan penelitian pada hari Rabu tanggal 30 November 2011 dengan sampel
murid SMA Xaverius 1 Palembang, didapatkan bahwa bahan penyedap Monosodium
Glutamat tidak berpengaruh terhadap emosi siswa di SMA Xaverius 1 Palembang.
Hasil penelitian ini dapat dibuktikan dengan hasil angket yang diambil dengan
sampel 27,6% dari jumlah seluruh murid di SMA Xaverius 1 Palembang. Berikut
grafiknya

Grafik Rata-rata Tingkat Emosi Siswa Kelas X
35

30

25
Tingkat Emosi

20
Jarang
15 Sedikit
Lumayan Banyak
10
Banyak
5

0
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14

Kelas

Grafik 4.1.Rata-rata tingkat emosi murid kelas X di SMA Xaverius 1 Palembang

Grafik Rata-rata Tingkat Emosi Siswa Kelas XI
35

30
Tingkat Emosi

25

20
Jarang
15
Sedikit
10
Lumayan Banyak
5 Banyak
0
XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI
IPA IPA IPA IPA IPA IPA IPA IPS IPS IPS IPS IPS IPS
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6
Kelas

Grafik 4.2.Rata-rata tingkat emosi siswa kelas XI di SMA Xaverius 1 Palembang

Grafik Rata-rata Tingkat Emosi Siswa Kelas XII
35

30
Tingkat Emosi

25

20

15 Jarang
Sedikit
10
Lumayan Banyak
5 Banyak
0
XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII
IPA IPA IPA IPA IPA IPA IPA IPA IPS IPS IPS IPS IPS IPS
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6
Kelas

Grafik 4.3.Rata-rata tingkat emosi siswa kelas XII di SMA Xaverius 1 Palembang

Dari grafik dapat dilihat murid yang mengkonsumsi MSG dengan frekuensi
lumayan banyak dan beremosi rendah sebanyak 38 sampel. Sedangkan murid yang
mengkonsumsi MSG dengan frekuensi banyak dan beremosi tinggi sebanyak 5
sampel. Yang terakhir, murid yang mengkonsumsi MSG dengan frekuensi sedikit
dan jarang dan beremosi rendah sebanyak 98 sampel. Sehingga didapatkan
perhitungan sebagai berikut

31.26%

68.74%

Emosi terpengaruh MSG
Emosi tidak terpengaruh MSG

Grafik 4.4. Persentase pengaruh-tidaknya MSG terhadap emosi

Dari perhitungan di atas, maka didapatkan hanya 31,26% dari sampel yang
terpengaruh emosinya akibat konsumsi Monosodium Glutamat dan sisanya 68,74%
dari sampel tidak terpengaruh. Dikarenakan persentase sampel yang terpengaruh
emosinya oleh MSG lebih kecil dari persentase sampel yang tidak terpengaruh
emosinya, maka didapatkan bahwa Monosodium Glutamat tidak berpengaruh atas
emosi konsumennya.
Penelitian ini juga membuktikan keputusan the Joint Expert Comittee on Food
Additives (JECFA) dari United Nations Food and Agriculture Organization (FAO)
yang menetapkan bahwa efek MSG pada tiap konsumen berbeda-beda
(http://indonesia.glutamate.org/media/Keamanan_monosodium_glutamat.asp,
diunduh pada 7 Januari 2012). Pada grafik hal ini terlihat pada tiap individu yang

mengkonsumsi MSG dengan frekuensi yang berbeda-beda akan memiliki tingkatan
emosi yang berbeda-beda pula.
Pada grafik, rentang angka 12-19 menunjukkan bahwa emosi konsumen
tergolong rendah, angka 20-27 menunjukkan bahwa emosi konsumen tergolong
sedang, sedangkan rentang angka 28-36 menunjukkan bahwa emosi konsumen
tergolong tinggi. Sehingga dapat disimpulkan pula bahwa rata-rata emosi murid
SMA Xaverius 1 Palembang adalah emosi sedang. Hal ini dapat dibuktikan oleh
Grafik 4.1., Grafik 4.2., dan Grafik 4.3. yang menunjukkan emosi murid SMA
Xaverius 1 Palembang terletak pada rentang angka 20-25.

2. Pembahasan
Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan gagalnya penelitian ini, seperti
emosi seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor emosi lainnya selain MSG,
seperti jenis kelamin, usia, perubahan jasmani, perubahan interaksi dan pandangan
lingkungan sekitar, pengalaman traumatik, pola asuh orangtua, temperamen, dan
makanan (Junaidi, http://wawanjunaidi.blogspot.com/2009/10/faktorfaktoryang
mempengaruhi26.html, diunduh pada 2 Februari 2012). Faktor pertama, kedua, dan
ketiga memiliki hubungan timbal balik dalam mempengaruhi emosi seseorang.
Seiring dengan bertambahnya usia dan bertumbuhkembangnya seseorang, tingkat
kematangan emosi seseorang pun ikut meningkat. Hal ini diakibatkan hormon-
hormon tertentu pada gender mulai berfungsi dan mempengaruhi emosi seseorang.
Faktor berikutnya adalah perubahan interaksi dan pandangan lingkungan
sekitar. Adanya interaksi dengan lingkungan sekitar membuat adanya gejolak atau
gangguan emosi dan pandangan dari lingkungan turut mempengaruhi emosional
dalam diri seseorang. Perubahan interaksi yang dimaksud adalah adanya perubahan
seseorang ketika beranjak ke jenjang yang lebih dewasa, interaksi yang dilakukannya
akan berbeda dengan interaksi yang dilakukannya dulu saat anak-anak. Sedangkan
yang dimaksud dengan perubahan pandangan lingkungan adalah sikap dunia luar
yang dianggap sering tidak konsisten oleh individu. Ketidakkonsistenan sikap inilah
yang nantinya akan menyebabkan konflik emosi pada individu tersebut.
Faktor lain yang mempengaruhi emosi seseorang adalah pengalaman traumatik
dan pola asuh orangtua serta temperamen. Bermacam-macam pola asuh orangtua,

mulai dari sikap otoriter, memanjakan, acuh tak acuh, hingga penuh cinta kasih. Pola
asuh yang diterapkan orangtua ini akan mengacu pada pengalaman traumatik
individu yang dididik, seperti individu yang diasuh dengan pola otoriter akan lebih
terkekang haknya sehingga emosi dalam dirinya akan lebih tinggi dan sikap waspada
pada dirinya akan tumbuh sebagai jejak pengalaman traumatik terhadap pola asuh
orangtuanya. Akhirnya, sikap waspada ini akan berkembang dan terus menetap pada
diri individu tersebut dan bergabung dengan temperamen yang merupakan bawaan
genetik membentuk emosi dalam diri individu tersebut (Junaidi, http://wawan-
junaidi.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi26.html, diunduh
pada 2 Februari 2012).
Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi emosi adalah makanan. Menurut
penelitian, makanan yang mengandung nilai gizi karbohidrat, protein, lemak jenuh,
dan vitamin B dapat mempengaruhi emosi seseorang. Pertama, karbohidrat yang
dapat diasup dari padi-padian, kacang-kacangan, sayuran, biji-bijian, susu, dan buah-
buahan dapat membuat konsumennya merasa lebih tenang karena kandungan
serotoninnya (http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Nutrition
&y=cybermed%7C0%7C0%7C6%7C209, diunduh pada 2 Februari 2012). Menurut
Molly Crockett, psikolog dari Universitas Cambridge dalam Jounal Science dikutip
Candra (http://nasional.kompas.com/read/2008/06/06/11464188/kurang.serotonin.
anda.mudah.naik.pitam, diunduh pada 8 Februari 2012), serotonin dapat berfungsi
sebagai target obat-obatan atidepresan dan diyakini dapat membuat respon seseorang
tidak tenang apabila kadarnya kurang dalam otak.
Kedua, kandungan protein pada makanan dapat membuat konsumennya merasa
gembira. Hal ini disebabkan adanya kandungan amino tyrosine yang menghasilkan
norepinephrine dan dopamine (http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail
.aspx?x=Nutrition&y=cybermed%7C0%7C0%7C6%7C209, diunduh pada 2
Februari 2012). Ketiga kandungan ini akan menajamkan mental, meningkatkan
kewaspadaan mental dan suasana hati sehingga pengasup protein akan merasa lebih
gembira. Selain itu amino tyrosine juga dapat mencegah depresi dan rasa cemas serta
kandungan dopaminenya dapat meningkatkan suasana hati dan mood konsumennya
(http://id.hicow.com/kelenjar-gondok/asam-amino/tirosin-2394982.html, diunduh
pada 8 Februari 2012).

Selanjutnya adalah kandungan lemak jenuh pada makanan. Lemak jenuh
diyakini dapat menurunkan mood konsumennya dan mengakibatkan depresi
(http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Nutrition&y=cybermed%
7C0%7C0%7C6%7C209, diunduh pada 2 Februari 2012). Hal ini dibuktikan dengan
hasil penelitian dari Universitas Navarra dan Las Palmas de Gran Canaria yang
menganalisa pola hidup dan pola makan dari 12.000 sukarelawan selama enam
tahun. Dari penelitian ini didapatkan bahwa setelah proses penelitian berakhir,
terdapat 657 sukrelawan terindikasi mengidap depresi. Hal ini diakibatkan adanya
kandungan asam 18-carbon stearic dan asam 16-carbon palmitic yang akan
mengambil cadangan lemak yang ada pada jantung untuk menurunkan kadar depresi
sehingga konsumen terhindar dari penyakit jantung koroner (Enig, http://erabaru.net
/featured-news/48-hot-update/3388-manfaat-lemak-jenuh.html, diunduh pada 9
Februari 2012).
Kandungan gizi berikutnya adalah vitamin B pada makanan. Vitamin B yang
terdiri dari thiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (vitamin B3), asam
pantotenat (vitamin B5), piridoksin (vitamin B6), biotin (vitamin B7), asam folat
(vitamin B9), dan kobalamin (vitamin B12) dapat mengurangi depresi dan memacu
kegesitan konsumennya (http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=
Nutrition&y=cybermed%7C0%7C0%7C6%7C209, diunduh pada 2 Februari 2012).
Hal ini dikarenakan adanya kandungan asam folat, piridoksin, dan kobalamin yang
dapat membantu menghilangkan stress, mengurangi rasa cemas dan depresi
(http://www.koranjitu.com/lifestyle/kuliner/rahasia%20dapur/detail_berita.php?ID=3
506, diunduh pada 9 Januari 2012).

BAB 5
PENUTUP

1. Simpulan
Dari penelitian pengaruh bahan penyedap Monosodium Glutamat terhadap
emosi murid di SMA Xaverius 1 Palembang, maka dapat disimpulkan bahwa MSG
tidak berpengaruh terhadap emosi seseorang. Penelitian ini juga membuktikan
penelitian dari the Joint Expert Comittee on Food Additives (JECFA) yang
menyatakan bahwa MSG memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap tiap
konsumennya adalah benar. Dengan demikian, maka hasil penelitian ini adalah
gagal.

2. Saran
Peneliti menyarankan kepada para pembaca untuk tetap memperhatikan
jumlah MSG yang diasup. Walaupun telah dibuktikannya MSG tidak berpengaruh
terhadap emosi maupun kesehatan seseorang, namun masih terdapat kemungkinan
terjadinya efek tertentu karena efek MSG pada tiap individu adalah berbeda-beda.
Juga ditambah lagi dengan kemungkinan ketidakakuratan data angket yang
digunakan sebagai media penelitian oleh peneliti. Di samping memperhatikan jumlah
MSG, juga disarankan pada para pembaca untuk tetap menjaga pola makan dan pola
hidup yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Candra, Asep. 2008. “Kurang Serotonin, Anda Mudah Naik Pitam”.
http://nasional.kompas.com/read/2008/06/06/11464188/kurang.serotonin.
anda.mudah.naik.pitam. Diunduh pada 8 Februari 2012

Dangour, Alan. tt. “Food”. http://www.answers.com/topic/food#ixzz1cikK1J8p.
Diunduh pada 4 November 2011

Enig, Mary. 2009. “Manfaat Lemak Jenuh”. http://erabaru.net/featured-news/48-hot-
update/3388-manfaat-lemak-jenuh.html. Diunduh pada 9 Februari 2012

Fatimah, Dewi, Lailatul Mukarromnah, Melka Nurul Hijaz, dan Nur Khamdiyah.
2007. “Monosodium Glutamat”. http://www.scribd.com/doc/26623327/
Monosodium-Glutamat-Msg. Diunduh pada 18 November 2011

Hamdani, Syarif. tt. “Efek MSG terhadap Kesehatan”. http://catatankimia.com/
catatan/efek-msg-terhadap-kesehatan.html. Diunduh pada 8 Januari 2012

Igis. tt. “Keamanan Monosodium Glutamat”. http://indonesia.glutamate.
org/media/Keamanan_monosodium_glutamat.asp. Diunduh pada 7 Januari 2012

Judarwanto, Widodo. 2010. “Chinese Restaurant Syndrome, Bukan Disebabkan
MSG. Apakah karena Alergi Makanan atau Hipersensitifitas Makanan?”.
http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/07/29/chinese-restaurant-
syndrome-bukan-disebabkan-msg-karena-alergi-makanan-atau-hipersensitifitas-
makanan/. Diunduh pada 7 Januari 2012

Junaidi, Wawan. 2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Peserta Didik”. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi_26.html. Diunduh pada 22 Januari 2012

Majid, Indra. “Seberapa Banyak Emosi yang Dimiliki Manusia?”. http://www.
psikoterapis.com/?en_seberapa-banyak-emosi-yang-dimiliki-manusia-,229.
Diunduh pada 22 Januari 2012

Salsabila, Mutiara. 2010. ”Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate (MSG)
secara Oral terhadap Kenaikan Bobot Badan yang Mengindikasikan Obesitas
pada Mencit (Mus musculus) serta Implementasinya dalam Pembelajaran pada
Submateri Zat Aditif Makanan Siswa Kelas XI SMA”. http://elfindra

biomania.blogspot.com/2010/10/pengaruh-pemberian-monosodium-
glutamate.html. Diunduh pada 18 November 2011

Siregar, Bella Ananda Putri. 2010. “Perkembangan Emosi”. http://www.psktti-
ui.com/reni/.../Bella%20%20Ananda%20Putri%20Siregar.doc. Diunduh pada 18
November 2011

Tim Penerbit. 2006. Tes Kecerdasan Emosi. Batam: Scientific Press

Utama, Arya. 2009. “Pengertian Emosi”. http://ilmupsikologi.wordpress.com/2009
/12/27/pengertian-emosi/. Diunduh pada 16 November 2011

Walker, Ronald dan John R. Lupien. 2000. “Evaluasi Keselamatan Monosodium
Glutamate”. http://indonesia.glutamate.org/abstracts/Evaluasi_Keselamatan_
Monosodium Glutamate.asp. Diunduh pada 7 Januari

2003. “Makanan Mempengaruhi Emosi”. http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl
/cybermed/detail.aspx?x=Nutrition &y=cybermed%7C0%7C0%7C6%7C209.
Diunduh pada 2 Februari 2012

2009. “Mengenal Bahaya MSG (Monosodium Glutamat) terhadap Kesehatan
Masyarakat”. http://duniaveteriner.com/2009/12/mengenal-bahaya-msg-
monosodium-glutamat-terhadap-kesehatan-masyarakat/print. Diunduh pada 21
Januari 2012

2010. “Pertimbangan dalam Memilih Bahan Tambahan Makanan”. http://kamissore.
blogspot.com/2010/10/tingkat-bahaya-penggunaan-bahan.html. Diunduh 21
Januari 2012

2011. “Pengertian Emosi”. http://www.pengertiandefinisi.com/2011/11/pengertian-
emosi.html. Diunduh pada 18 November 2011

2011. “Tirosin L Meningkatkan Mood, Kemampuan Mental, dan Sex Drive”.
http://id.hicow.com/kelenjar-gondok/asam-amino/tirosin-2394982.html.
Diunduh pada 8 Februari 2012

tt. “Emosi”. http://kamusbahasa indonesia.org/emosi. Diunduh pada 16 November
2012

tt. “Glutamat dan Gizi”. http://indonesia.glutamate.org/media/pdfs/ Glutamat
_dan_Gizi.pdf. Diunduh pada 7 Januari 2012

tt. “Makan”. http://kamusbahasaindonesia.org/makan/mirip#ixzz1ciaWnmz5.
Diunduh pada 4 November 2011

tt. “Menurunkan Emosi dan Stress dengan Makan”. http://www.koranjitu.com
/lifestyle/kuliner/rahasia%20dapur/detail_berita.php?ID=3506. Diunduh pada 9
Februari 2012

tt. “Tingkat Kecerdasan Emosi”. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456
789/17665/4/Chapter%20II.pdf. Diunduh pada 9 Februari 2012

Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaverius 1 Palembang

Recommended

Recommended

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Similar to Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaverius 1 Palembang

Similar to Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaverius 1 Palembang (20)

More from Vanny Andriani Huang

More from Vanny Andriani Huang (20)

Recently uploaded

Recently uploaded (17)

Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaverius 1 Palembang