Skripsi ini membahas hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan dan aktivitas yang berpengaruh terhadap status gizi siswa. Metode penelitian menggunakan survei dengan sampel 80 siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki status gizi baik berdasarkan indeks BB/U
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada pengolahan sup terang bulan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Secara garis besar dibahas mengenai latar belakang masalah keamanan pangan, tujuan penelitian untuk menentukan titik pengendalian kritis dan batas kritis dalam penerapan HACCP, serta manfaat penelitian bagi instansi dan peneliti
Ny. Es mengalami hipertrigliseridemia dengan kadar trigliserida 189 mg/dL. Audit gizi menunjukkan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat melebihi kebutuhan. Diagnosa gizi meliputi kelebihan asupan makanan dan minuman, perubahan nilai laboratorium terkait lemak, dan pengetahuan yang kurang tentang gizi. Intervensi gizi bertujuan menurunkan trigliserida dan memperbaiki pola makan dengan diet dislipidemia
Pasien wanita berusia 65 tahun didiagnosis mengalami stroke non hemoragik dan komplikasi diabetes serta hipertensi. Diagnosa gizinya adalah kelebihan asupan lemak, gangguan fungsi pankreas untuk menghasilkan insulin, dan peningkatan kadar lipid darah. Intervensi gizi bertujuan menurunkan kadar lipid darah dan gula darah serta membatasi asupan tinggi kolesterol dan natrium.
Intervensi Konsumsi Pangan dan Gizi mendiskusikan 7 jenis intervensi gizi yang umum digunakan untuk menangani masalah gizi, yaitu pemberian makanan tambahan, pendidikan gizi, fortifikasi, makanan formula, subsidi harga, produksi pertanian, dan program terpadu. Dokumen ini juga menjelaskan proses perencanaan intervensi gizi mulai dari diagnosis masalah, penentuan sasaran, tujuan intervensi, hingga evaluasi program.
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada pengolahan sup terang bulan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Secara garis besar dibahas mengenai latar belakang masalah keamanan pangan, tujuan penelitian untuk menentukan titik pengendalian kritis dan batas kritis dalam penerapan HACCP, serta manfaat penelitian bagi instansi dan peneliti
Ny. Es mengalami hipertrigliseridemia dengan kadar trigliserida 189 mg/dL. Audit gizi menunjukkan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat melebihi kebutuhan. Diagnosa gizi meliputi kelebihan asupan makanan dan minuman, perubahan nilai laboratorium terkait lemak, dan pengetahuan yang kurang tentang gizi. Intervensi gizi bertujuan menurunkan trigliserida dan memperbaiki pola makan dengan diet dislipidemia
Pasien wanita berusia 65 tahun didiagnosis mengalami stroke non hemoragik dan komplikasi diabetes serta hipertensi. Diagnosa gizinya adalah kelebihan asupan lemak, gangguan fungsi pankreas untuk menghasilkan insulin, dan peningkatan kadar lipid darah. Intervensi gizi bertujuan menurunkan kadar lipid darah dan gula darah serta membatasi asupan tinggi kolesterol dan natrium.
Intervensi Konsumsi Pangan dan Gizi mendiskusikan 7 jenis intervensi gizi yang umum digunakan untuk menangani masalah gizi, yaitu pemberian makanan tambahan, pendidikan gizi, fortifikasi, makanan formula, subsidi harga, produksi pertanian, dan program terpadu. Dokumen ini juga menjelaskan proses perencanaan intervensi gizi mulai dari diagnosis masalah, penentuan sasaran, tujuan intervensi, hingga evaluasi program.
1. Pasien berusia 46 tahun menderita hepatitis B dengan gejala mual dan wajah pucat.
2. Diagnosa gizi menunjukkan kurangnya asupan zat gizi dan pengetahuan tentang gizi.
3. Rencana intervensi gizi meliputi diet hati III, edukasi gizi seimbang, dan monitoring kondisi serta asupan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang obesitas, termasuk definisi, penyebab, dampak kesehatan, klasifikasi, dan tips mencegah obesitas. Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih besar dari 30 kg/m2. Penyebab obesitas antara lain gaya hidup tidak sehat, faktor genetik, konsumsi obat tertentu, dan penuaan. Obesitas dapat memengaruhi ke
Teks tersebut membahas masalah gizi pada lansia. Beberapa poin utama yang disebutkan adalah: (1) Terjadi perubahan fisiologis pada organ tubuh lansia seperti penurunan massa otot dan peningkatan massa lemak, serta penurunan fungsi sistem pencernaan, hematologi, dan indra rasa, (2) Perubahan tersebut berdampak pada status gizi lansia dan sering menyebabkan masalah gizi seperti kekurangan zat
DietetikDasar memberikan ringkasan singkat tentang kasus saluran pencernaan bagian atas seorang pasien wanita berusia 55 tahun dengan keluhan mual, muntah, dan sulit menelan. Diagnosa sementara adalah esofagitis dan hiperurisemia. Diet yang dianjurkan adalah diet disfagia dan rendah purin untuk mengurangi iritasi saluran pencernaan dan menurunkan asam urat.
Pasien berusia 38 tahun dengan diagnosis sirosis hati mengalami asupan oral inadekuat dan underweight. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan peningkatan SGPT dan penurunan albumin. Diagnosis gizi mencakup asupan oral inadekuat, underweight, dan perubahan data lab terkait sirosis hati. Tujuan diet adalah mencapai status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati dengan meningkatkan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat sesuai kebutu
Dokumen tersebut membahas manajemen sumber daya manusia yang mencakup pengertian, perencanaan tenaga kerja, sistem perekrutan, perhitungan kebutuhan tenaga kerja, manajemen tenaga kerja, produktivitas, dan evaluasi kinerja. Beberapa metode untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dijelaskan seperti Index Staffing Needs, Recommendation Full Time Equivalent, dan Workload Index Staffing Needs.
Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai parameter dan metode pengukuran antropometri untuk menilai status gizi seseorang, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lemak tubuh, dan indeks massa tubuh.
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...Rc Suntown
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester II STIKES Wira Husada Yogyakarta 2011. Dokumen ini menjelaskan tentang pengertian gastritis, penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaan, upaya pencegahan, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis.
1. Pasien berusia 46 tahun menderita hepatitis B dengan gejala mual dan wajah pucat.
2. Diagnosa gizi menunjukkan kurangnya asupan zat gizi dan pengetahuan tentang gizi.
3. Rencana intervensi gizi meliputi diet hati III, edukasi gizi seimbang, dan monitoring kondisi serta asupan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang obesitas, termasuk definisi, penyebab, dampak kesehatan, klasifikasi, dan tips mencegah obesitas. Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih besar dari 30 kg/m2. Penyebab obesitas antara lain gaya hidup tidak sehat, faktor genetik, konsumsi obat tertentu, dan penuaan. Obesitas dapat memengaruhi ke
Teks tersebut membahas masalah gizi pada lansia. Beberapa poin utama yang disebutkan adalah: (1) Terjadi perubahan fisiologis pada organ tubuh lansia seperti penurunan massa otot dan peningkatan massa lemak, serta penurunan fungsi sistem pencernaan, hematologi, dan indra rasa, (2) Perubahan tersebut berdampak pada status gizi lansia dan sering menyebabkan masalah gizi seperti kekurangan zat
DietetikDasar memberikan ringkasan singkat tentang kasus saluran pencernaan bagian atas seorang pasien wanita berusia 55 tahun dengan keluhan mual, muntah, dan sulit menelan. Diagnosa sementara adalah esofagitis dan hiperurisemia. Diet yang dianjurkan adalah diet disfagia dan rendah purin untuk mengurangi iritasi saluran pencernaan dan menurunkan asam urat.
Pasien berusia 38 tahun dengan diagnosis sirosis hati mengalami asupan oral inadekuat dan underweight. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan peningkatan SGPT dan penurunan albumin. Diagnosis gizi mencakup asupan oral inadekuat, underweight, dan perubahan data lab terkait sirosis hati. Tujuan diet adalah mencapai status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati dengan meningkatkan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat sesuai kebutu
Dokumen tersebut membahas manajemen sumber daya manusia yang mencakup pengertian, perencanaan tenaga kerja, sistem perekrutan, perhitungan kebutuhan tenaga kerja, manajemen tenaga kerja, produktivitas, dan evaluasi kinerja. Beberapa metode untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dijelaskan seperti Index Staffing Needs, Recommendation Full Time Equivalent, dan Workload Index Staffing Needs.
Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai parameter dan metode pengukuran antropometri untuk menilai status gizi seseorang, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lemak tubuh, dan indeks massa tubuh.
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...Rc Suntown
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester II STIKES Wira Husada Yogyakarta 2011. Dokumen ini menjelaskan tentang pengertian gastritis, penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaan, upaya pencegahan, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis.
Penelitian ini membahas pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin A pada balita di Puskesmas Tinggede. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin A pada balita. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling dan jumlah sampel sebanyak 42 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memil
Penelitian ini membahas pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin A pada balita di Puskesmas Tinggede. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin A pada balita. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling dan jumlah sampel sebanyak 42 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memil
Penelitian ini membahas pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin A pada balita di Puskesmas Tinggede. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin A pada balita. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling dan jumlah sampel sebanyak 42 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memil
Karya tulis ilmiah ini membahas hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan sikap ibu dalam mengatur menu makan balita di Desa Bukur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap gizi balita. Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap ibu. Saran yang
Gizi dan Metobolisme Zat Gizi adalah mata kuliah yang membahas 3 hal utama: (1) Sejarah dan konsep dasar ilmu gizi, (2) Sistem pencernaan dan metabolisme zat gizi, (3) Penilaian status gizi. Mata kuliah ini bertujuan memberikan pemahaman mengenai kebutuhan gizi yang berbeda pada setiap kelompok umur termasuk ibu hamil dan menyusui.
KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS...Warnet Raha
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kecamatan Katobu Kabupaten Muna tahun 2016. Spesifiknya, penelitian ini ingin mengetahui karakteristik ibu berdasarkan pendidikan dan pekerjaan serta riwayat pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan subjek penelitian sebanyak 54 ibu
Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap kelas III di RSUD Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan desain survei dengan subjek 45 pasien rawat inap kelas III. Variabel yang diteliti adalah tata cara penyajian makanan, jadwal penyajian makanan, lingkungan tempat perawatan, makanan luar rumah sakit, dan mutu makanan. Hasilnya menunjukkan bahwa jadwal
Dokumen ini memberikan penjelasan umum tentang Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) 2017. TKPI ini merupakan pengembangan dari TKPI 2009 dengan melakukan imputasi nilai gizi yang belum tersedia. Dokumen ini juga menjelaskan sistematika pengelompokan, penamaan, pengkodean, dan penulisan zat gizi pada TKPI."
Tinjauan Pengetahuan dan Sikap Pedagang Makanan Jajanan Dalam Pemilihan Bahan...SabilaAnnisa
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang tinjauan pengetahuan dan sikap pedagang makanan jajanan dalam pemilihan bahan makanan di SDN Abadijaya 06 Kota Depok tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap pedagang makanan jajanan terkait pemilihan bahan makanan yang aman dan sehat. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan dan sikap pedagang makanan jajanan masih perlu diting
Pelajar zaman sekarang cenderung kurang rajin mencatat pelajaran guru di kelas dan lebih memilih mengambil gambar tulisan guru di papan tulis menggunakan gadget. Hal ini berdampak negatif pada pemahaman pelajaran dan prestasi belajar siswa. Guru mengingatkan pentingnya mencatat secara manual untuk memaksimalkan proses pembelajaran dan pengingatan di otak.
This document provides an overview of viruses and their structure and life cycle. It discusses:
1. The history of virus discovery and early research showing that viruses are smaller than bacteria and can pass through filters.
2. The basic structure of viruses, which typically includes a protein capsid enclosing nucleic acids, and some viruses having an outer envelope.
3. The virus life cycle, which generally involves adsorption to a host cell, penetration, replication of viral components, assembly of new virus particles, and release through budding or cell lysis.
The document discusses the human movement and framework systems. It describes how motion systems in the body allow for movement through muscles and bones. It then explains the different types of bones in the human body based on their shapes, including pipe bones, flat bones, and small bones. Finally, it discusses joints and how bones connect to each other, including immovable and movable joint types.
Fire ants, (solenopsis invicta), dry and store pieces of insect for later use...Vivi Yunisa
The document discusses how fire ant colonies store food. It found that fire ants collect insect prey and transform it into small dried pieces (jerky) in their nest. The ants transport solid food pieces in their mandibles but take liquid foods into their crop and distribute it through trophallaxis. This separation of solid and liquid food streams in their collection and storage may be evolutionarily advantageous.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rintisan sekolah bertaraf internasional (rsbi) banda aceh
1. 1
HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN
STATUS GIZI PADA SISWA SMA NEGERI 2 RINTISAN
SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)
BANDA ACEH
Skripsi
diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan
memenuhi syarat – syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Vivi Yunisa Harahap
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2012
2. 2
HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN
STATUS GIZI PADA SISWA SMA NEGERI 2 RINTISAN
SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)
BANDA ACEH
Skripsi
Oleh
Nama : Vivi Yunisa Harahap
NIM : 0806103010072
Program Studi : Pendidikan Biologi
disetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Khairil, M.Si. Yuli Heirina Hamid, S.Pd, M.Si.
NIP. 195806291986031002 NIP. 197307121997032001
diketahui,
Dekan, Ketua Program Studi,
Prof. Dr. H. M. Yusuf Aziz, M.Pd. Dra. Asiah M.D., M.P.
NIP. 195712311984031011 NIP. 196704031991022001
3. 3
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi oleh Vivi Yunisa Harahap ini telah di pertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 17 Oktober 2012.
Dewan Penguji
1. Ketua Dr. Khairil, M.Si
NIP. 195806291986031002
2. Anggota Yuli Heirina Hamid, S.Pd, M.Si
NIP. 197307121997032001
3. Anggota Dra. Asiah M.D., M.P.
NIP. 196704031991022001
4. Anggota Wardiah S.Pd, M.Bio.
NIP. 198011062006042003
4. 4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Konsumsi
Makanan Dengan Status Gizi Pada Siswa SMA Negeri 2 Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) Banda Aceh”. Shalawat beriring salam senantiasa
penulis sanjungkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan
sendi – sendi kehidupan sebagai bekal kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelak.
Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih
yang kepada:
1. Bapak Dr. Khairil, M.Si sebagai pembimbing utama dan Ibu Yuli Heirina Hamid,
S.Pd, M.Si sebagai pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk membimbing serta mengarahkan penulis sehingga terselesaikannya
penulisan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala.
4. Bapak/Ibu staf pengajar Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Syiah
Kuala
5. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh yang telah memberi izin pada
saat pengambilan data.
5. 5
6. Kedua Orang Tua tercinta yang penulis sayangi, yang tiada henti-hentinya
memberikan kasih sayang, motivasi dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat, teman – teman dan mahasiswa biologi khususnya angkatan 2008 yang
selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri karena tidak satupun
terjadi jika tidak atas kehendak – Nya. Segala usaha telah dilakukan untuk
menyempurnakan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mohon maaf apabila
masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna perbaikan di masa datang.
Banda Aceh, Oktober 2012
Penulis
6. 6
ABSTRAK
Kata kunci: pola konsumsi makanan, status gizi
Penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status
Gizi pada Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh” telah dilaksanakan pada tanggal
23 Mei sampai dengan 1 Juni 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan pola konsumsi makanan dengan aktifitas yang berpengaruh terhadap
keadaan tubuh atau status gizi siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh. Jenis
penelitian adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif. Populasi penelitian
adalah siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh kelas X dan kelas XI berjumlah 389
siswa dan sebanyak 80 siswa dijadikan sebagai sampel. Penentuan sampel dilakukan
secara proportional random sampling. Metode yang digunakan adalah metode
survey konsumsi pangan yang bersifat kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan
dengan angket dan wawancara. Data dianalisis dengan Z – Skor dan menggunakan
korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan pola
konsumsi makanan dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U, 46 siswa (90,2%)
berstatus gizi baik, 4 siswa (7,8%) berstatus gizi lebih dan 1 siswa (2%) berstatus
gizi kurang, indeks TB/U, 49 siswa (96,1%) berstatus gizi normal, 1 siswa (2%)
berstatus gizi pendek dan sangat pendek, sedangkan indeks BB/TB, 46 siswa
(90,2%) berstatus gizi gemuk, dan 5 siswa (9,8%) berstatus gizi normal. Pada uji – t
dengan taraf signifikan α = 0,05, hubungan pola konsumsi makanan dengan status
gizi berdasarkan indeks BB/U adalah thitung -0,06182 < t tabel 1,67, indeks TB/U adalah
t hitung 0,59706 < t tabel 1,67, dan indeks BB/TB adalah t hitung -0,00883< t tabel 1,67.
Dari ketiga indeks tersebut, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang
bermakna antara pola konsumsi dengan status gizi pada siswa SMA Negeri 2RSBI
Banda Aceh, ditolak.
7. 7
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
1.5 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 5
1.6 Definisi Istilah .............................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1 Pola Konsumsi Makanan ............................................................ 8
2.2 Pola Konsumsi Makanan Siswa .................................................. 9
2.3 Pengertian Status Gizi Pada Siswa ............................................. 10
2.4 Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang Dianjurkan ....................... 13
2.5 Metode Penilaian Konsumsi Makanan ....................................... 14
2.5.1 Metode Ingatan 24 Jam (24-hours recall method) ............ 14
2.5.2 Metode Frekuensi Konsumsi Pangan (Food
Frequency Method) ........................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 16
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 16
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian................. 18
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................. 19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh ...... 23
4.2 Pola Konsumsi Makanan Siswa SMA Negeri 2 RSBI
Banda Aceh ................................................................................ 24
4.3 Angka Kecukupan Gizi (AKG) . ................................................ 31
4.4 Status Gizi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh ................. 34
4.5 Hubungan Pola Konsumsi Makanan (Kecukupan Gizi)
dengan Status Gizi ...................................................................... 37
4.6 Tinjauan Hipotesis ...................................................................... 41
8. 8
4.7 Hasil Wawancara dengan Siswa SMA Negeri 2 RSBI
Banda Aceh ................................................................................. 41
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ..................................................................................... 43
5.2 Saran ........................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 45
LAMPIRAN .................................................................................................. 47
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 90
9. 9
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Jumlah Porsi Makanan yang Dianjurkan pada Usia 15-18 Tahun ............... 10
2.2 Angka Kecukupan Gizi (Energi) Rata-Rata yang Dianjurkan (per
Orang per Hari) pada Kelompok Remaja .................................................... 14
3.1 Pembagian Sampel Tiap Kelas .................................................................... 18
3.2 Interpretasi Nilai r ........................................................................................ 22
4.1 Distribusi Responden Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Berdasarkan Kelompok Umur ..................................................................... 23
4.2 Distribusi Responden Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................................................... 24
4.3 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Pokok yang
Dikonsumsi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh ................................. 24
4.4 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lauk Hewani yang
Dikonsumsi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh ................................. 25
4.5 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lauk Nabati yang
Dikonsumsi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh ................................. 26
4.6 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lauk Hewani yang
Dikonsumsi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh ................................ 26
4.7 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah – Buahan
yang Dikonsumsi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh ....................... 27
4.8 Distribusi Frekuensi Konsumsi Susu pada Siswa SMA Negeri 2
RSBI Banda Aceh ....................................................................................... 28
4.9 Distribusi Tingkat Kecukupan Gizi pada Siswa SMA Negeri 2
RSBI Banda Aceh ....................................................................................... 31
4.10 Distribusi Status Gizi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U) ......................... 34
4.11 Distribusi Status Gizi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
10. 10
Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Umur (TB/U) ......................... 35
4.12 Distribusi Status Gizi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/TB) ........................ 35
4.13 Distribusi Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi
Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh Berdasarkan Indeks
Berat Badan Menurut Umur (BB/U) ........................................................... 37
4.14 Distribusi Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi
Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh Berdasarkan Indeks
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) ........................................................ 38
4.15 Distribusi Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi
Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh Berdasarkan Berat Badan
Menurut Tinggi Badan (BB/TB) ................................................................. 40
11. 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara .........................................................................................47
2. Contoh Angket Penelitian ...................................................................................48
3. Formulir Metode Frekuensi Makanan ................................................................50
4. Perhitungan Jumlah Kalori dari Menu Makanan Siswa
SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh .....................................................................51
5. Tingkat Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang Dikonsumsi Siswa
SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh Selama 10 Hari .............................................54
6. Tingkat Interpretasi Hasil Tingkat Konsumsi Responden
Berdasarkan Menu Makanan Siswa SMA Negeri 2 RSBI
Banda Aceh .........................................................................................................57
7. Penilaian Antropometri Status Gizi Diukur dengan Z – Score atau
Skor Simpang Baku (SSB) untuk Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB ................59
8. Daftar Perhitungan Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan
Status Gizi Pada Siswa SMA Negeri2 RSBI Banda Aceh Berdasarkan
Indeks BB/U .......................................................................................................63
9. Daftar Perhitungan Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan
Status Gizi Pada Siswa SMA Negeri2 RSBI Banda Aceh Berdasarkan
Indeks TB/U .....................................................................................................67
10. Daftar Perhitungan Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan
Status Gizi Pada Siswa SMA Negeri2 RSBI Banda Aceh Berdasarkan
Indeks BB/TB ................................................................................................71
11. Cara Menggunakan Timbangan Berat Badan dan Tinggi Badan. .......................75
12. Foto Hasil Penelitian ............................................................................................76
13. Tabel Angka Kecukupan Gizi Bagi Orang Indonesia ..........................................77
14. Kategori Status Gizi Baku Rujukan WHO – NCHS ............................................78
15. Tabel Harga Kritik dari r Product – Moment ......................................................84
12. 12
16. Tabel Distribusi t ................................................................................................85
17. Surat Keputusan Penunjuk Dosen Pembimbing .................................................86
18. Surat Izin Mengadakan Penelitian Dari Fakultas .................................................87
19. Surat Izin Mengadakan Penelitian Dari Dinas Pendidikan ..................................88
20. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ...............................................89
13. 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah gizi merupakan masalah yang paling penting dalam kesehatan
masyarakat. Masalah gizi pada anak sekolah menengah merupakan kelompok remaja
dan perlu mendapatkan perhatian khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi saat
dewasa. Percepatan pertumbuhan yang terjadi pada remaja diiringi oleh
bertambahnya aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik.
Data World Health Organization (WHO) (2003), saat ini populasi remaja di
dunia telah mencapai 1.200 juta jiwa atau sekitar 19% dari total populasi dunia. Di
Indonesia persentase populasi remaja bahkan lebih tinggi yaitu mencapai 21% dari
total populasi penduduk atau sekitar 44 juta jiwa.
Kelompok remaja perlu mengkonsumsi makanan yang banyak. Apabila
konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan dan
kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya dapat menghambat
pertumbuhannya (Notoatmodjo, 2007 : 232).
Dalam masa pertumbuhan, remaja memerlukan banyak konsumsi makanan
yang bergizi. Seiring dengan perkembangan zaman dewasa ini, berdampak terhadap
ketersediaan makanan yang tersedia dalam bentuk cepat saji sehingga terdapat
hubungan erat antara makanan dengan kesehatan manusia yang akan berdampak
terhadap pola konsumsi makanan dan pertumbuhan. Dalam hal ini, masalah
14. 14
kesehatan pada kelompok remaja berusia 15 – 18 tahun menjadi usia yang sangat
dini terhadap masalah gizi remaja.
Kelompok remaja menunjukan fase pertumbuhan yang pesat yang disebut
adolescence growth spurt, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang relatif besar
jumlahnya (Pudjiadi , 2005 : 44). Kelompok umur siswa merupakan masa remaja
yang berusia 15 – 18 tahun termasuk golongan rawan gizi. Ada 3 alasan mengapa
remaja dikatakan rawan gizi. Pertama, remaja mengalami percepatan pertumbuhan
dan perkembangan sehingga tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih
banyak. Kedua, adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan sehingga
masukan energi dan zat gizi harus disesuaikan. Ketiga, adanya kehamilan,
keikutsertaan dalam olah raga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan
energi dan zat gizi (Arisman, 2008 : 77).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan remaja, pada dasarnya
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri remaja yang dapat berupa
emosi/kejiwaan yang memiliki sifat kebiasaan. Sementara, faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar diri remaja, seperti ketersediaan bahan pangan yang ada
di sekitarnya serta kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat daya beli
manusia terhadap bahan pangan.
Suhendro (2003 : 12) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya permasalahan gizi pada anak usia sekolah menengah, antara
lain sosial ekonomi yang mempengaruhi pola konsumsi, dimana anak yang berasal
dari keluarga ekonomi tinggi, cenderung mengkonsumsi makanan yang berkadar
15. 15
lemak tinggi. Permasalahan gizi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan
energi dengan energi yang digunakan. Selain itu faktor yang mempengaruhi
permasalahan gizi adalah umur, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, faktor
lingkungan, aktivitas fisik, kebiasaan makan dan faktor neuropsikologik serta faktor
genetik. Kebiasaan makan remaja sangat berpengaruh terhadap status gizinya.
Hardinsyah dan Martianto (1989 : 20) menyebutkan bahwa status gizi adalah
keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh asupan makanan dan penggunaan
zat-zat gizi yang diukur dari berat badan dan tinggi badan dengan perhitungan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB), sehingga konsumsi makanan berpengaruh
pada status gizi seseorang. Status gizi baik atau gizi optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan umum pada
tingkat setinggi mungkin.
Para siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh, rata-rata berusia 15 – 18 tahun
yang tergolong kelompok remaja. Aktifitas yang dijalankan siswa SMA Negeri 2
RSBI Banda Aceh adalah belajar formal di sekolah. Pada pagi hari dari jam 07.30 –
13.10, siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh belajar seperti pada umunya,
sedangkan dari jam 14.15 – 16.35 wib merupakan jam pelajaran tambahan. Melihat
jam pelajaran yang banyak, sehingga pola konsumsi makanan harus sesuai dengan
aktifitas yang akan dijalani oleh siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap status gizi bagi remaja di usia mereka yaitu 15 – 18
tahun. Namun, pola konsumsi makanan siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh,
16. 16
dalam memenuhi kebutuhan akan gizi masih kurang, hal itu dilihat dari kondisi fisik
mereka yang mempunyai tubuh yang berbadan gemuk, kurus, tinggi dan pendek.
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pola Konsumsi Makanan
dengan Status Gizi pada Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan
sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan pola konsumsi makanan dengan status
gizi pada siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola konsumsi
makanan dengan aktifitas yang berpengaruh terhadap keadaan tubuh atau status gizi
pada siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada penulis dalam
hubungan pola konsumsi dengan status gizi.
17. 17
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi
kepada para siswa tentang pola konsumsi makanan yang baik.
b. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini dapat memperbaiki pola konsumsi
makanan yang sesuai bagi seluruh aktifitas di sekolah.
1.5 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan pola konsumsi
makanan dengan status gizi pada siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh.
1.6 Definisi Istilah
1. Pola konsumsi makanan adalah susunan makanan yang merupakan suatu
kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan
rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi /dimakan penduduk dalam
jangka waktu tertentu (PERSAGI, 2009 : 107). Pola konsumsi makanan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pola konsumsi makanan yang dilakukan
siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh.
2. Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh asupan
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Penilaian status gizi diukur dengan
menggunakan antropometri berat badan berdasarkan umur (BB/U), tinggi badan
berdasarkan umur (TB/U) dan berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB)
berdasarkan standar baku WHO NCHS (Hardinsyah dan Martianto, 1989 : 20).
Status gizi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengukuran dari berat
18. 18
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) yang akan dilakukan terhadap siswa SMA Negeri
2 RSBI Banda Aceh.
3. Berat Badan
a. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu indikator yang menggambarkan tentang massa
tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan – perubahan yang
mendadak, misalnya menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah
makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter indikator yang
sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
seimbang antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan
berkembang mengikuti pertambahan umur.
b. Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan (Supariasa, 2001 : 58).
4. Tinggi badan
Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan indikator yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur (Supariasa, 2001 : 58).
5. Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial
yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk
19. 19
mencegah defisiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
aktifitas, berat badan, tinggi badan, genetika dan keadaan fisiologis, seperti hamil
atau menyusui (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010 : 117). Angka
Kecukupan Gizi yang dimaksud dalam penelitian adalah cara pemenuhan gizi
yang diukur dari umur, tinggi badan, dan berat badan siswa SMA Negeri 2 RSBI
Banda Aceh.
20. 20
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pola Konsumsi Makanan
Dalam kehidupan sehari-hari, pangan mempunyai peranan penting bagi
manusia. Peran pokok pangan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup,
melindungi dan menjaga kesehatan, serta berguna untuk mendapatkan energi yang
cukup untuk bekerja secara produktif. Konsumsi pangan harus disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing individu (Hariyadi, 2001 : 94).
Pola konsumsi makanan adalah susunan makanan yang merupakan suatu
kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan
rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi atau dimakan penduduk dalam
jangka tertentu (PERSAGI, 2009 : 107).
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan
yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahanya. Makan
makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena tidak ada satu
jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk
tumbuh kembang menjadi sehat dan produktif. Makanan anekaragam menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.Di
masyarakat, pola konsumsi makanan disebut dengan kebiasaan makan yang ada pada
masyarakat dimana seseorang akan hidup.
21. 21
Santoso (2004 : 25) menyebutkan bahwa, pola konsumsi makan di suatu
daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau kondisi
setempat yaitu:
a. Faktor yang berhubungan dengan persediaan bahan makanan termasuk faktor
geografi, kesuburan tanah berkaitan dengan produksi bahan makanan, daya
perairan, kemajuan teknologi, transportasi, distribusi dan persediaan pangan di
suatu daerah.
b. Faktor sosio-ekonomi dan kebiasaan yang berhubungan dengan konsumen yang
memegang peranan penting dalam pola konsumsi penduduk.
c. Bantuan atau subsidi terhadap bahan-bahan tertentu.
Meningkatnya aktifitas, kehidupan sosial dan kesibukan para siswa dalam
menjalankan aktifitasnya akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola
konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan
sama sekali tidak makan siang.
2.2 Pola Konsumsi Makanan Siswa
Pola konsumsi makanan siswa merupakan salah satu faktor penting yang turut
menentukan potensi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Anak sekolah terutama
pada masa remaja tergolong pada masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik
maupun mental serta peka terhadap rangsangan dari luar. Jumlah atau porsi makanan
sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja menurut Sediaoetama (2004 : 32) yang
disajikan pada Tabel 2.1:
22. 22
Tabel 2.1 Jumlah Porsi Makanan yang Dianjurkan pada Usia 15-18 Tahun
Makan pagi Makan siang Makan malam
06.00-07.00 WIB 13.00-14.00 WIB 20.00 WIB
Nasi 1 porsi 100 gr beras Nasi 2 porsi 200 gr beras Nasi 1 porsi 100 gr beras
Telur 1 butir 50 gr Daging 1 porsi 50 gr Daging 1 porsi 50 gr
Susu sapi 200 gr Tempe 1 porsi 50 gr Tahu 1 porsi 100 gr
Sayur 1 porsi 100 gr Sayur 1 porsi 100 gr
Buah 1 porsi 75 gr Buah 1 porsi 100 gr
Susu skim 1 porsi 20 gr
Sumber: Sediaoetama (2004 : 30)
Menurut Suhardjo (1986 : 35), Pola konsumsi makanan dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu kebiasaan, sosial budaya, agama, taraf ekonomi, pendidikan dan
lingkungan alam.
Pola konsumsi makanan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada
kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut.
Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan
berat badan.
2.3 Pengertian Status Gizi Pada Siswa
Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh asupan
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Penilaian status gizi diukur dengan
menggunakan antropometri berat badan berdasarkan umur (BB/U), tinggi badan
berdasarkan umur (TB/U) dan berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB)
berdasarkan standar baku WHO NCHS (Hardinsyah dan Martianto, 1989 : 20).
Mulia (2010 : 20) menjelaskan bahwa, keadaan gizi dapat berupa gizi kurang,
gizi baik atau normal maupun gizi lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat
menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi. Bila kekurangan dalam
batas yang sudah ditentukan, dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya
lebih ringan atau menurunkan kemampuan fungsional, misalnya kekurangan
zat besi dapat menurunkan prestasi belajar, dan turunnya daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal mutlak
23. 23
diperlukan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari makanan dalam
jumlah sesuai dengan yang dianjurkan setiap hari. Untuk dapat memenuhi
kebutuhan akan zat gizi, diperlukan konsumsi makanan yang seimbang baik
jumlah maupun kualitasnya. Faktor gaya hidup dan pola makan yang terlanjur
salah merupakan penyebab defisiensi unsur gizi tertentu yang sering terjadi.
Selain itu, polusi, stres berkepanjangan, sakit keras, baru sembuh dari sakit
dan minuman keras adalah faktor lain yang mempengaruhi penyerapan zat
gizi dalam tubuh.
Status gizi menurut Soekirman (2000 : 36) menyatakan, pada umumnya
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Penyebab langsung, yaitu makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita
oleh siswa. Siswa yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang
penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya. Begitu juga
sebaliknya siswa yang makan tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya pasti lemah
dan pada akhirnya mempengaruhi status gizinya.
2. Penyebab tidak langsung, yaitu ketahanan pangan di keluarga, terkait dengan
ketersediaan pangan (baik dari hasil produksi sendiri maupun dari pasar atau
sumber lain), harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi
dan kesehatan.
Penilaian status gizi seseorang dapat dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut: (Ali, 2008 : 2)
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan
berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak
disertai dengan penentuan umur yang tepat.
24. 24
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.
Berat badan dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur)
atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat
pengukuran dilakukan, dalam penggunaannya memberikan gambaran massa tubuh.
Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran,
hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk
Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), atau juga indeks Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status
gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi
untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh.
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas SDM dan
kualitas hidup, sehingga program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu
25. 25
gizi konsumsi pangan, hal ini dapat memperbaiki status gizi masyarakat. Peningkatan
status gizi diarahkan pada peningkatan intelektualitas, produktivitas kerja, prestasi
belajar dan prestasi olah raga serta penurunan angka gizi salah, baik gizi kurang
maupun gizi lebih (Hariyadi, 2001 : 95).
2.4 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh
setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Penentuan
kebutuhan zat gizi didasarkan pada angka kecukupan gizi (AKG). AKG adalah
banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan
mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi. AKG
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, akifitas, berat badan, tinggi badan, genetika
dan keadaan fisiologis, seperti hamil atau menyusui (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2010 : 117).
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan
menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Patokan berat badan didasarkan pada
berat badan yang mewakili sebagian penduduk yang sehat. Dalam penggunaannya
bila terdapat penyimpangan berat badan rata-rata kelompok penduduk yang diteliti,
maka perlu disesuaikan dengan berat badan tersebut. Dengan demikian, perlu
disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang digunakan sebagai standar guna
mencapai status gizi. AKG rata-rata yang dianjurkan untuk remaja kelompok 15 – 18
tahun.
26. 26
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi (AKG) Rata-Rata yang Dianjurkan (per
Orang per Hari) pada Kelompok Remaja
Jenis Kelamin Umur (thn) Berat Badan (kg) Energi
Laki – laki 13 – 15 46 2400 Kkal
16 – 19 55 2600 Kkal
Perempuan 13 – 15 48 2350 Kkal
16 – 19 50 2200 Kkal
(Sumber: Depkes, 2010 : 146)
2.5 Metode Penilaian Konsumsi Makanan
Asupan makan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi
seseorang. Untuk menilai status gizi individu dapat dilakukan melalui penilaian
konsumsi pangan individu. Penilaian konsumsi pangan dilakukan untuk mengetahui
jumlah pangan dan kebiasaan makan dan menghitung jumlah yang dimakan baik
dalam jangka panjang maupun jangka pendek, dari informasi tersebut dapat dihitung
konsumsi gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
DKBM adalah memuat susunan kandungan zat – zat gizi berbagai jenis bahan
makanan atau makanan (Supariasa, 2001 : 107).
Untuk mendapatkan informasi terhadap kejadian yang telah lalu yang harus
digali dari subjek penelitian, metode konsumsi makanan yang dipakai adalah metode
ingatan 24 jam (24-hour food recall) dan metode frekuensi konsumsi pangan (food
frequency).
2.5.1 Metode Ingatan 24 Jam (24-hours recall method)
Dalam metode ingatan 24 jam digunakan untuk mengetahui kuantitas
makanan yang dikonsumsi selama satu hari dengan menggunakan formulir food
recall 24 jam. Pada metode ini responden disuruh menceritakan semua yang dimakan
27. 27
dan diminum selama 24 jam yang lalu, dimulai dari sejak bangun tidur pagi sampai
tidur malam harinya. Metode ingatan 24 jam, jika dilakukan satu hari tidak dapat
menggambarkan informasi rata-rata konsumsi. Sebaiknya dilakukan minimal 2x24
dengan selang waktu 2 hari selama per sepuluh hari.
Menurut Sanjur dalam Supariasa (2001 : 94) mengemukakan bahwa beberapa
penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut,
dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi
yang lebih besar tentang intake harian individu.
2.5.2 Metode Frekuensi Konsumsi Pangan (Food Frequency Method)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi
konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti
hari, minggu, bulan atau tahun (Supariasa, 2001 : 98).
28. 28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif yaitu
melihat pola konsumsi makanan dan status gizi siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda
Aceh.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh pada
bulan Maret sampai bulan September 2012.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
kelas X dan kelas XI yang berjumlah 389 orang.
Sampel dalam penelitian diambil secara acak. Untuk menentukan besar
sampel ditentukan dengan menggunakan rumus:
(Notoatmodjo, 2005 : 92)
Keterangan : n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
dengan ketepatan 0,1
29. 29
Perhitungan :
n = 80 orang
Berdasarkan rumus di atas, sampel penelitian adalah 80 orang.
Selanjutnya, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional
random sampling pada setiap kelas X berjumlah 152 siswa dan kelas XI berjumlah
246 siswa. Setelah didapatkan sampel secara proporsional, pengambilam sampel dari
setiap strata dilakukan dengan cara random dan memperhatikan proporsi pada
masing-masing kelas, yaitu:
(Soepeno, 2002: 90)
Keterangan: Spl = banyaknya sampel yang diambil tiap tingkatan kelas
n = jumlah sampel dalam tingkatan kelas
N = jumlah populasi
Js = jumlah sampel yang diinginkan
Maka jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kelas yaitu:
1. Kelas X :
2. Kelas XI :
Berdasarkan jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kelas, adapun
pengambilan sampel siswa untuk tiap kelas X dari kelas X1 sampai kelas X6 masing-
30. 30
masing sebanyak 5 siswa, sedangkan kelas XI dari kelas XI IPA 1 sampai XI IPA 6
dan XI IPS 1 sampai XI IPS 2 masing-masing sebanyak 5 sampai 6 siswa.
Adapun cara pengambilan sampel tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1,
Tabel 3.1 Pembagian Sampel Tiap Kelas
Kelas Populasi Siswa Tiap Kelas Sampel
X1 24 5
X2 25 5
X3 24 5
X4 26 5
X5 26 5
X6 27 6
XI IPA 1 22 5
XI IPA 2 28 5
XI IPA 3 29 6
XI IPA 4 30 6
XI IPA 5 29 6
XI IPA 6 28 6
XI IPS 1 34 5
XI IPS 2 30 5
XI IPS 3 26 5
(Sumber: Data Primer yang diolah, 28 Februari 2012)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui metode survey konsumsi
pangan yang bersifat kuantitatif dengan metode recall 24 jam, metode frekuensi
makanan (food frequency), wawancara, dokumentasi dan observasi.
1. Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang terdiri dari 10
pertanyaan yang diajukan kepada siswa kelas X dan kelas XI
2. Formulir food recall 24 jam diberikan kepada remaja siswa untuk mengetahui
menu makanan yang dikonsumsi siswa selama per sepuluh hari
3. Food frequency, digunakan untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi
makanan selama per sepuluh hari selang 2 kali sehari
31. 31
4. Observasi dilakukan dengan melihat pola konsumsi siswa dari menu makanan
5. Dokumentasi dilakukan untuk mengambil data siswa berupa data BB dan TB
melalui pengukuran dan penimbangan badan secara langsung.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
1. Pedoman wawancara, yang berisi data identitas diri siswa dan pertanyaan tentang
pola konsumsi makanan
2. Formulir food recall 24 jam
3. Formulir food frequency
4. Timbangan injak untuk menimbang berat badan
5. Microtoise untuk mengukur tinggi badan
3.5 Teknik Analisis Data
1. Bahan makanan yang dikonsumsi dari menu makanan siswa dianalisis dengan
menggunakan DKBM (Lampiran 13).
2. Setelah data energi dari menu makanan diperoleh, kemudian dihitung AKG dari
siswa dengan mengunakan rumus:
Keterangan: BB Aktual = berat badan aktual berdasarkan hasil
penimbangan (kg)
BB Standar = berat badan acuan yang tertera pada tabel
angka kecukupan gizi (kg)
AKG = Angka kecukupan gizi yang dianjurkan
Energi(kalori) = energi standar berdasarkan angka
kecukupan gizi
(Supariasa, 2001 : 114)
32. 32
3. Setelah data AKG siswa diperoleh, selanjutnya data tersebut dibandingkan dengan
pencapaian AKG yang dianjurkan, dengan klasifikasi sebagai berikut:
Baik : > 100% AKG
Sedang : 80 – 99% AKG
Kurang : 70 – 80% AKG
Defisit : < 70% AKG
(Supariasa, 2001 : 114)
4. Kriteria penilaian antropometri status gizi di ukur dengan menggunakan Z – Score
atau Skor Simpang Baku (SSB) untuk indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Cara
menghitung SSB dipakai rumus :
Skor Baku Rujukan =
Keterangan : NIS : Nilai Individual Subjek
NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan
(Djuamadias, Abunain, 1990)
Kategori sesuai dengan klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U, dibagi
menjadi :
a. Gizi Buruk : bila Z – Skor terletak < -3 SD
b. Gizi Kurang : bila Z – Skor terletak - 3 s/d <-2 SD
c. Gizi Baik : bila Z – Skor terletak - 2 s/d +2 SD
d. Gizi Lebih : bila Z – Skor terletak > +2 SD
Kategori sesuai dengan klasifikasi status gizi berdasarkan indeks TB/U, dibagi
menjadi:
33. 33
a. Sangat Pendek : bila Z – Skor terletak < -3 SD
b. Pendek : bila Z – Skor terletak - 3 s/d <-2 SD
c. Normal : bila Z – Skor terletak - 2 s/d +2 SD
d. Tinggi : bila Z – Skor terletak > +2 SD
Kategori sesuai dengan klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/TB, dibagi
menjadi:
a. Sangat Kurus : bila Z – Skor terletak < -3 SD
b. Kurus : bila Z – Skor terletak - 3 s/d <-2 SD
c. Normal : bila Z – Skor terletak - 2 s/d +2 SD
d. Gemuk : bila Z – Skor terletak > +2 SD
Sumber: Depkes, 2004:210.
5. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi linier untuk
mencari hubungan linier variabel-variabel, yaitu hubungan X terhadap Y,
digunakan rumus regresi linier menurut Sudjana (2005: 312) yaitu:
Dengan :
dan
Keterangan : = Pola konsumsi
X = Status Gizi
n = Jumlah sampel
a = Nilai konstan
b = Koefisien arah regresi
6. Pengolahan data dalam penelitian ini, menggunakan uji korelasi product moment,
yaitu:
34. 34
Keterangan: r = nilai koefisien korelasi
n = banyaknya jumlah sampel
X = nilai variabel pola konsumsi makanan
Y = nilai variabel status gizi
7. Dari hasil korelasi yang diperoleh ditentukan besarnya pengaruh tingkat konsumsi
terhadap status gizi, maka digunakan rumus koefisien penentu menurut Syamsuddin
(2005 : 61), yaitu:
Untuk mengetahui tingkat korelasi digunakan tabel interpretasi nilai r, yaitu:
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengxan 0,600 Agak rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tidak berkorelasi)
(Sumber : Arikunto, 2010:319)
8. Untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji – t (Sudjana, 2005:
380) dengan rumus:
Keterangan: t : uji-t
r : koefisien korelasi
n : jumlah sampel
Untuk menerima atau menolak hipotesis digunakan taraf signifikan (α = 0,05) dan
dk = n – 2 dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika thitung ≥ ttabel, maka Ha diterima. Sebaliknya jika thitung < ttabel, maka Ha ditolak.
35. 35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.6 Gambaran Umum Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
4.1.1 Umur Siswa
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai umur responden
berusia 15 – 18 tahun. Berikut dapat dilihat jumlah responden menurut umur pada
Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Responden Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Berdasarkan Kelompok Umur
No Kelompok umur Jumlah Persentase (%)
1 15 8 10.0
2 16 32 40.0
3 17 37 46.2
4 18 3 3.8
Jumlah 80 100
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.1, didapatkan bahwa kelompok umur responden
terbanyak adalah pada usia 17 tahun yaitu sebanyak 37 orang (46,2%), sedangkan
yang aling sedikit terdapat pada usia 18 tahun yaitu 3 orang (3,8%).
4.1.2. Jenis Kelamin Siswa
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai jenis kelamin responden
berusia 15 – 18 tahun. Berikut dapat dilihat jumlah responden menurut jenis kelamin
pada Tabel 4.2:
36. 36
Tabel 4.2 Distribusi Responden Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki - Laki 28 35.0
2 Perempuan 52 65.0
Jumlah 80 100.0
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.2, mayoritas jenis kelamin responden terbanyak adalah
perempuan yaitu sebanyak 53 orang (65%), sedangkan laki – laki sebanyak 28 orang
(35%).
4.2. Pola Konsumsi Makanan Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
4.2.1 Frekuensi Pola Konsumsi Makanan dan Jenis Makanan Siswa SMA
Negeri 2 Banda Aceh
4.2.1.1 Makanan Pokok
Frekuensi makanan dan jenis makanan pokok yang dikonsumsi oleh Siswa
SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh pada penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4.3:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Pokok yang
Dikonsumsi siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Frekuensi
Jenis 4- 1- Jum
No
makanan >1x/hari 1x/hari 6x/minggu 3x/minggu 1x/bulan lah
n % n % n % n % n %
1 Nasi 80 100 0 0 0 0 0 0 0 0 80
2 Jagung 0 0 0 0 0 0 8 0 72 90 80
3 Bubur 0 0 0 0 0 0 27 33,75 53 66,25 80
4 Mie 0 0 1 1,25 7 8,75 38 47,5 34 42,5 80
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
37. 37
Berdasarkan Tabel 4.3, frekuensi makan untuk nasi seluruh siswa (100%)
mengonsumsi >1x/hari, sedangkan paling sedikit adalah frekuensi makan mie yaitu
1x/hari yaitu 1 orang (1,25%).
4.2.1.2 Lauk Hewani
Frekuensi makan dan jenis makanan lauk hewani yang dikonsumsi siswa
SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh pada penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4.4:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lauk Hewani yang
Dikonsumsi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Frekuensi
Jenis 4- 1- Jum
No
makanan >1x/hari 1x/hari 6x/minggu 3x/minggu 1x/bulan lah
n % n % n % n % n %
1 Daging/ayam 0 0 6 7,5 17 21,25 55 68,75 2 2,5 80
2 Ikan 0 0 12 15 13 16,25 54 67,5 1 1,25 80
3 Telur 0 0 15 18,75 10 12,5 55 68,75 0 0 80
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.4, frekuensi makan lauk hewani pada siswa SMA
Negeri 2 RSBI Banda Aceh paling banyak adalah daging/ayam dan telur dengan
frekuensi 1-3x/minggu sebanyak 55 orang (68,75%), sedangkan yang paling sedikit
ikan dengan frekuensi 1x/bulan sebanyak 1 orang (1,25%).
4.2.1.3 Lauk Nabati
Frekuensi makan dan jenis makanan lauk nabati yang dikonsumsi siswa SMA
Negeri 2 RSBI Banda Aceh pada penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4.5:
38. 38
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lauk Nabati yang
Dikonsumsi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Frekuensi
Jenis 4- 1- Jum
No
makanan >1x/hari 1x/hari 6x/minggu 3x/minggu 1x/bulan lah
n % n % n % n % N %
1 Tahu 0 0 0 0 1 1,25 44 55 35 43,8 80
2 Tempe 0 0 1 1,25 5 6,25 64 80 10 12,5 80
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.5, frekuensi makan lauk nabati pada siswa SMA Negeri
2 RSBI Banda Aceh paling banyak adalah tempe dengan frekuensi 1-3x/minggu
sebanyak 64 orang (80%), sedangkan yang paling sedikit juga tempe pada frekuensi
1x/hari dan 4-6x/minggu sebanyak 1 orang (1,25%).
4.2.1.4 Sayur-Sayuran
Frekuensi makan dan jenis makanan sayur – sayuran yang dikonsumsi siswa
SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh pada penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4.6:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lauk Hewani yang
Dikonsumsi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Frekuensi
Jenis 4- 1-
No Jumlah
makanan >1x/hari 1x/hari 6x/minggu 3x/minggu 1x/bulan
n % n % n % n % n %
1 Kangkung 0 0 0 0 32 40 27 33,75 21 26,3 80
2 Bayam 0 0 0 0 16 20 32 40 32 40 80
daun
0 0 0 0 11 13,75 42 52,5 27 33,8 80
3 Singkong
4 Sawi 0 0 0 0 0 0 1 1,25 9 11,3 80
5 Sayur sop 0 0 0 0 8 10 28 35 44 55 80
Sayur
6 0 0 0 0 6 7,5 20 25 54 67,5 80
lodeh
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.6, frekuensi makan sayur-sayuran pada siswa SMA
Negeri 2 RSBI Banda Aceh paling banyak adalah sayur lodeh dengan frekuensi
39. 39
1x/bulan sebanyak 54 orang (67,5%), sedangkan yang paling sedikit sawi dengan
frekuensi 1-3x/minggu sebanyak 1 orang (1,25%).
4.2.1.5 Buah – Buahan
Frekuensi makan dan jenis makanan buah – buahan yang dikonsumsi siswa
SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh pada penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4.7:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah - Buahan
yang Dikonsumsi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Frekuensi
Jenis 4- 1-
No Jumlah
makanan >1x/hari 1x/hari 6x/minggu 3x/minggu 1x/bulan
n % n % n % n % n %
1 Pisang 0 0 0 0 4 5 70 87,5 6 7,5 80
2 Jeruk 0 0 0 0 6 7,5 61 76,25 13 16,3 80
3 Apel 0 0 0 0 4 5 28 35 48 60 80
4 Pepaya 0 0 0 0 1 1,25 27 33,75 52 65 80
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.7, frekuensi makan buah – buahan pada siswa SMA
Negeri 2 RSBI Banda Aceh paling banyak adalah pisang dengan frekuensi 1-
3x/minggu sebanyak 70 orang (87,5%), sedangkan yang paling sedikit pepaya
dengan frekuensi 4-6x/minggu sebanyak 1 orang (1,25%).
4.2.1.6 Susu
Frekuensi konsumsi susu pada siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh dari
penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4.8:
40. 40
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Konsumsi Susu pada Siswa SMA Negeri 2
RSBI Banda Aceh
Jumlah
No Frekuensi Konsumsi Susu
n Persentase (%)
1 >1x/hari 0 0
2 1x/hari 8 10
3 4-6x/minggu 12 15
4 1-3x/minggu 31 38,75
5 1x/bulan 29 36,3
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.8, frekuensi konsumsi susu pada siswa SMA Negeri 2
RSBI Banda Aceh paling banyak pada frekuensi 1-3x/minggu sebanyak 31 orang
(38,75%), sedangkan yang paling sedikit pada frekuensi 1x/hari sebanyak 8 orang
(10%).
Dari hasil penelitian terhadap jenis dan frekuensi makanan, dapat diketahui
bahwa, pada umumnya jenis makanan pokok yang dikonsumsi oleh siswa SMA
Negeri 2 RSBI Banda Aceh adalah nasi dengan frekuensi konsumsi makanan
>1x/hari dalam sehari. Biasanya dengan jadwal makan 3x sehari yaitu pada pukul
07.00 WIB, siang hari pukul 13.30 WIB dan malam hari pukul 20.30 WIB. Hal ini
dapat diketahui dari hasil recall selama 10 hari di mana pada setiap kali
mengonsumsi makanan utama, siswa selalu mengonsumsi nasi sebagai makanan
pokok (sumber energi) seperti yang disebutkan Irianto (2004 : 22) bahwa zat
makanan sebagai sumber energi utama adalah karbohidrat dan lemak yang berasal
dari nasi sebagai makanan pokok. Menurut Almatsier (2001 : 286), bahwa makanan
pokok seperti nasi, jagung, ubi, serta hasil olahannya seperti mie dan sebagainya
berfungsi untuk memberi rasa kenyang .
Pada sebagian siswa, ada yang tidak makan pagi atau sarapan pagi yang
merupakan kebiasaan siswa. Padahal sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang.
41. 41
Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, memahami
pelajaran, sehingga prestasi belajar lebih baik .
Sumber energi lain yang dikonsumsi siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
adalah jagung, bubur dan mie. Namun frekuensi konsumsi makanan ketiga jenis
makanan tersebut sedikit karena hanya sebagai makanan selingan. Seperti pada Tabel
4.3 dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi jagung pada siswa paling banyak
adalah 1x/bulan, bubur dengan frekuensi paling banyak 1x/bulan dan mie dengan
frekuensi 1-3x/minggu.
Untuk jenis makanan lauk hewani yang paling banyak dikonsumsi siswa
adalah daging/ayam dan telur dengan frekuensi 1-3x/minggu. Artinya daging atau
ayam telah dikonsumsi setiap kali makan. Pada umumnya daging atau ayam
disajikan dengan cara digoreng atau dibuat rendang. Hal ini dikarenakan lauk hewani
dapat memberi rasa nikmat seperti yang dikutip dalam Almatsier (2001 : 287) bahwa
lauk hewani dapat memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok yang pada
umumnya mempunyai rasa netral, lebih terasa enak. Untuk konsumsi ikan dan telur
paling banyak pada frekuensi 1-3x/minggu. Hal ini dengan alasan, pemberian telur
merupakan alternatif pengganti lauk, jika siswa tidak menyukai lauk yang disajikan
di rumah oleh orang tua.
Jenis makanan lauk nabati yang dikonsumsi siswa adalah tahu dan tempe.
Namun sebagian besar siswa paling banyak mengkonsumsi tahu dan tempe dengan
frekuensi 1-3x/minggu. Hal ini disebabkan, di kantin tempat sekolah mereka menjual
tahu dan tempe goreng sebagai makanan yang paling banyak digemari di saat siswa
lapar.
42. 42
Jenis makanan berupa sayur – sayuran hijau yang dikonsumsi siswa adalah
kangkung, bayam, daun singkong, sawi, sayur sop dan sayur lodeh. Terdapat
sebagian anak yang jarang mengkonsumsi sayur dengan alasan tidak suka.
Berdasarkan Tabel 4.6, frekuensi siswa mengkonsumsi sayur kangkung paling
banyak pada frekuensi 4-6x/minggu, sayur bayam pada frekuensi 1-3x/minggu dan
1x/bulan, daun singkong paling banyak pada frekuensi 1-3x/minggu, sawi paling
banyak pada frekuensi 1x/bulan, sayur sop paling banyak pada frekuensi 1x/bulan,
dan terakhir sayur lodeh paling banyak pada frekuensi 1x/bulan.
Untuk buah – buahan, jenis buah yang paling sering dikonsumsi siswa adalah
pisang, jeruk, apel dan papaya. Ada juga siswa yang tidak suka dengan buah
dikarenakan siswa tidak suka dan orang tua yang tidak menyajikan buah – buahan di
rumah sehingga siswa tidak membiasakan diri untuk makan buah. Pada dasarnya,
buah – buahan sangat bagus bagi pencernaan makanan, hal tersebut diungkapkan
oleh Gunawan (1999 : 71) bahwa kandungan serat dan air pada buah berfungsi
membersihkan kotoran dari dalam saluran usus besar. Namun, siswa lebih suka
memilih untuk mengkonsumsi makanan jajananan di luar rumah dibandingkan buah
– buahan. Berdasarkan Tabel 4.7, frekuensi makan buah pisang dan jeruk pada
frekuensi 1-3x/minggu, sedangkan apel dan pepaya yang paling banyak di konsumsi
pada frekuensi 1x/bulan.
Dalam hal konsumsi susu, pada umumnya dikonsumsi pada frekuensi 1-
3x/minggu. Biasanya susu dikonsumsi pada pagi hari sebelum berangkat sekolah,
siang hari dengan makanan selingan dan malam hari sebelum tidur. Hal ini
43. 43
dikarenakan pada usia siswa yaitu 15 – 18 tahun memerlukan zat pembangun
tambahan lebih banyak seperti makanan pokok.
4.3 Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Tingkat kecukupan gizi pada siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh pada
penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Kecukupan Gizi pada Siswa SMA Negeri 2 RSBI
Banda Aceh
Jumlah
No Tingkat Kecukupan Gizi
n Persentase (%)
1 Baik 8 10.0
2 Kurang 8 10.0
3 Sedang 13 16.2
4 Defisit 51 63.8
Jumlah 80 100.0
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.9, tingkat kecukupan energi paling banyak pada siswa
SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh dengan kategori defisit sebanyak 51 orang
(63,8%), sedangkan kecukupan energi paling sedikit dengan kategori baik dan
kategori kurang sebanyak 8 orang (10%).
Dari data di atas dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan gizi pada
umumnya berada pada kategori defisit dengan tingkat konsumsi gizi rata – rata
1619,2 kalori (Lampiran 6). Tingkat kecukupan gizi setiap siswa berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena ada sebagian siswa yang membawa
bekal dari rumah dan sebagiannya menyukai mengkonsumsi makanan lain di
bandingkan dengan makanan yang dibawa dari rumah.
44. 44
Dari data penelitian recall, dapat dilihat bahwa menu makanan untuk makan
pagi berpola tiga makanan pokok yaitu nasi, lauk yaitu telur, ayam dan tempe serta
susu. Sedangkan untuk menu makan siang dan makan malam berpola empat sehat,
yaitu terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, dan buah. Menurut Almatsier dalam Maulida
(2007 : 28), “Pola menu makan empat sehat lima sempurna adalah pola menu
seimbang yang disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh”. Sedangkan konsumsi makanan selingan setiap hari dikonsumsi pada
siang atau malam hari untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga diantara makan
pagi dan siang. Menurut Santoso dan Ranti (2004 : 29),”Makanan selingan berguna
sebagai penambah zat gizi, terutama energi yang kurang diperoleh dari menu makan
utama”. Dengan demikian pemberian makanan selingan juga penting untuk
menunjang terpenuhinya kebutuhan energi dari menu makanan utama.
Menurut Gunawan (1999 : 20), “pola makan masa kini cenderung tinggi
lemak jenuh dan hidrat arang olahan, tetapi rendah hidrat arang utuh dan
lemak tak jenuh ganda. Sumber hidrat arang yang lebih banyak dikonsumsi
adalah nasi putih dan gula pasir, juga produk tepung putih seperti roti dan kue
– kue, yang kualitas gizinya rendah akibat proses pengolahan yang
berkepanjangan. Sedangkan hidrat arang yang kualitas gizinya masih utuh
seperti kentang, beras merah, atau jagung umumnya dijadikan makanan
selingan atau hampir tidak digemari. Buah atau sayuran yang juga termasuk
sumber hidrat arang utuh lebih sering ditempatkan sebagai makanan
sampingan, yang seringkali tidak sempat dimakan karena perut sudah
terlanjur kenyang. Selanjutnya protein yang hanya dianjurkan separuh dari
total asupan hidrat arang justru sering dikonsumsi lebih dari takaran”.
Dalam memelihara kesehatan tubuh dan terpenuhinya kebutuhan energi,
makanan yang dimakan harus berpedoman pada empat sehat lima sempurna dan
memenuhi nilai gizi yang berdampak pada status gizi siswa. Dari hal tersebut dapat
dikemukakan bahwa usia 15 – 18 tahun diperlukan makanan yang bergizi untuk
aktifitas sehari – hari dan sekaligus memelihara kesehatan karena pada fase – fase
45. 45
tersebut siswa sedang mengalami masa pertumbuhan yang membutuhkan banyak
energi.
Kebutuhan energi seseorang yang dikonsumsi berasal dari makanan sangat
dibutuhkan untuk melakukan aktifitas dalam kehidupan sehari – hari untuk menutupi
pengeluaran energi seseorang yang mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan
aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan
pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan.
Apabila seseorang kekurangan energi yang berlangsung lama maka akan
mengakibatkan penurunan berat badan dan jika berlanjut akan mengakibatkan
keadaan gizi kurang. Pada usia 15 – 18 tahun, kekurangan konsumsi energi dapat
menurunkan produktivitas kerja para siswa.
Kelebihan energi akan mengakibatkan kelebihan berat badan atau kegemukan.
kegemukan biasanya disebabkan oleh terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat,
lemak maupun protein, juga karena kurang bergerak. Kegemukan dapat
menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh, dan merupakan risiko untuk menderita
penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner,
penyakit kanker dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier dalam
Matondang, 2007:10).
Dilihat dari rata – rata kalori yang dikonsumsi siswa selama 10 hari tersebut
belum memenuhi AKG yang dianjurkan (Lampiran 5). Hal ini di kemukakan
Karyadi (2005 : 10), untuk laki-laki berumur 13 – 15 tahun adalah 2400 kalori, laki –
laki berumur 16 – 19 tahun adalah 2600 kalori, sedangkan AKG yang dianjurkan
untuk perempuan berumur 13 – 15 tahun adalah 2350 kalori, sedangkan perempuan
46. 46
yang berumur 16 – 19 tahun adalah 2200 kalori per hari, dengan demikian
kecukupan kalori yang dikonsumsi siswa belum mencukupi dan hanya sebagian yang
memenuhi pola makan empat sehat lima sempurna.
Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit yang memenuhi
pencapaian persentase yang baik sedangkan yang lain masih jauh di bawah
pencapaian (defisit) persentase AKG yang dianjurkan. Kebutuhan akan energi dapat
terjadi karena beberapa hal. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada
berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan aktivitas
fisik serta iklim setempat (Tirtawinata, 2006 : 320). Dengan demikian, secara
keseluruhan interpretasi tingkat konsumsi kecukupan gizi makanan siswa SMA
Negeri 2 RSBI Banda Aceh belum sesuai dengan AKG yang di anjurkan.
4.4 Status Gizi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
4.4.1. Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB
Status gizi siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh berdasarkan indeks BB/U,
TB/U dan BB/TB dapat dilihat pada Tabel 4.10:
Tabel 4.10 Distribusi Status Gizi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Jumlah
No Status Gizi (BB/U)
N Persentase (%)
1 Gizi Baik 72 90.0
2 Gizi Kurang 4 5.0
3 Gizi Lebih 4 5.0
Jumlah 80 100
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
47. 47
Berdasarkan Tabel 4.10, indeks BB/U yang paling banyak dengan status gizi
baik sebanyak 72 orang (90%), sedangkan yang paling sedikit dengan status gizi
kurang dan lebih masing – masing sebanyak 4 orang (5%).
Tabel 4.11 Distribusi Status Gizi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Umur (TB/U)
Jumlah
No Status Gizi (TB/U)
N Persentase (%)
1 Normal 76 95.0
2 Pendek 2 2.5
3 Sangat Pendek 2 2.5
Jumlah 80 100
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.11, indeks TB/U yang paling banyak dengan status gizi
normal sebanyak 76 orang (95%), sedangkan yang paling sedikit dengan status gizi
pendek dan sangat pendek masing – masing sebanyak 2 orang (2,5%).
Tabel 4.12 Distribusi Status Gizi Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/TB)
Jumlah
No Status Gizi (TB/U)
N Persentase (%)
1 Gemuk 70 87.5
2 Normal 10 12.5
Jumlah 80 100
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.12, indeks BB/TB yang paling banyak dengan status
gizi gemuk sebanyak 70 orang (87,5%), sedangkan yang paling sedikit dengan status
gizi normal sebanyak 10 orang (12,5%).
Dari hasil pengolahan data status gizi dengan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB
seperti yang terdapat dalam Tabel 4.10, pada umumnya status gizi siswa berada
kategori gizi baik yaitu sebanyak 72 orang (90%). Hal ini menunjukkan pertumbuhan
berat badan anak pada usia 15 – 18 tahun telah sesuai dengan umurnya.Siswa dengan
48. 48
kategori gizi kurang dan gizi lebih ditemukan masing – masing sebanyak 4 orang
(5%).
Untuk status gizi anak dengan indeks TB/U pada Tabel 4.11, pada umumnya
siswa berada pada kategori normal yaitu sebanyak 76 orang (95%). Hal ini
menunjukkan pertumbuhan tinggi badan anak sudah sesuai dengan dengan umur.
Namun terdapat siswa dengan status gizi sangat pendek dan pendek yang masing –
masing sebanyak 2 orang (2,5%). Faktor yang menyebabkan masih adanya siswa
dengan kategori sangat pendek dan pendek mungkin dikarenakan jumlah asupan zat
gizi yang tidak cukup. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan relatif
kurang sensitif terhadap defesiensi gizi jangka pendek. Pengaruh defesiensi zat gizi
terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama dan merupakan
gambaran status gizi masa lalunya.
Status gizi dengan indek BB/TB seperti yang terdapat dalam Tabel 4.12, pada
umumnya siswa berada pada kategori gemuk sebanyak 70 orang (87,5%), sedangkan
yang paling sedikit dengan status gizi normal sebanyak 10 orang (12,5%). Hal ini
tidak sesuai dengan perkembangan berat badan dengan hubungannya terhadap
pertambahan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Karena seharusnya berat badan
menurut tinggi badan merefleksikan berat badan dalam hubungan dengan tinggi
badan.
Ada dua faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung misalnya tingkat konsumsi invidu, dan
penyakit infeksi yang mungkin diderita siswa. Sedangkan secara tidak langsung
adalah karena faktor ketahanan pangan dalam keluarga, pola asuh anak, akses atau
49. 49
keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan pelayanan kesehatan yang
baik (Matondang, 2007:17).
4.5. Hubungan Pola Konsumsi Makanan (Kecukupan Gizi) dengan Status Gizi
4.5.1. Hubungan Pola Konsumsi Makanan (Kecukupan Gizi) dengan Status Gizi
BB/U
Status gizi siswa menurut kecukupan gizi (BB/U) dapat dilihat pada Tabel
4.13:
Tabel 4.13 Distribusi Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi
Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh Berdasarkan Indeks Berat
Badan Menurut Umur (BB/U)
Status Gizi BB/U
Kecukupan Jumlah
No Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
Gizi
n % N % n % n %
1 Gizi Baik 1 12.5 7 87.5 0 0 8 100
2 Gizi Sedang 2 15,4 11 84,6 0 0 13 100
3 Gizi Kurang 0 0 8 100 0 0 8 100
4 Gizi Defisit 1 2 46 90,2 4 7,8 51 100
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.13, dari 51 orang siswa yang memiliki tingkat
kecukupan gizi defisit, terdapat 46 siswa (90,2%) yang berstatus gizi baik dan
ditemukan 1 siswa (2%) yang berstatus gizi kurang. Sedangkan dari 13 siswa yang
memiliki tingkat kecukupan gizi kategori gizi sedang, terdapat 11siswa (84,6%) yang
berstatus gizi baik dan ditemukan 2 siswa (15,4 %) yang berstatus gizi kurang. Hal
ini disebabkan kemungkinan pada saat tersebut siswa mengkonsumsi sumber energi
dalam jumlah yang kurang atau terkena penyakit infeksi. Menurut Supariasa
(2001:57), salah satu penyebab langsung masalah gizi pada siswa terjadi oleh karena
faktor makanan dan terkena infeksi penyakit. Berat badan adalah parameter
50. 50
antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, di mana keadaan kesehatan
yang baik dan seimbang antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat
badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya, dalam keadaan yang
abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
Dari hasil perhitungan korelasi pearson (Lampiran 8), dengan 80 orang
sampel didapatkan r = -0,007. Nilai r berada diantara 0,000 sampai dengan 0,200
pada tabel interpretasi r yang berarti korelasi sangat rendah atau tidak berkorelasi.
Koefisien penentu pola konsumsi makanan dengan status gizi menurut indeks BB/U
adalah 0,0049% . Hubungan yang tidak berkorelasi antara pola konsumsi makanan
dengan status gizi siswa menurut indeks BB/U dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain, seperti terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
4.5.2. Hubungan Pola Konsumsi Makanan (Kecukupan Gizi) dengan Status Gizi
TB/U
Status gizi siswa menurut kecukupan gizi (TB/U) dapat dilihat pada Tabel
4.14 berikut:
Tabel 4.14 Distribusi Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi
Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh Berdasarkan Indeks Tinggi
Badan Menurut Umur (TB/U)
Status Gizi TB/U
Kecukupan Jumlah
No Sangat Pendek Pendek Normal
Gizi
n % N % n % n %
1 Gizi Baik 0 0 0 0 8 100 8 100
2 Gizi Sedang 1 7,7 0 0 12 92,3 13 100
3 Gizi Kurang 0 0 1 12,5 7 87,5 8 100
4 Gizi Defisit 1 2 1 2 49 96,1 51 100
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
51. 51
Berdasarkan Tabel 4.14, dari 51 orang siswa yang memiliki tingkat
kecukupan gizi defisit, terdapat 49 siswa (96,1%) yang berstatus gizi normal dan
ditemukan 1 siswa (2%) yang berstatus gizi pendek dan sangat pendek. Sedangkan
dari 13 siswa yang memiliki tingkat kecukupan gizi kategori gizi sedang, terdapat 12
siswa (92,3%) yang berstatus gizi normal dan ditemukan 1 siswa (7,7%) yang
berstatus gizi sangat pendek. Hal ini bisa terjadi dikarenakan postur tubuh siswa yang
sangat pendek kemungkinan disebabkan oleh gangguan pertumbuhan masa lalu
sehingga terhambat untuk mengejar pertumbuhan siswa seusianya. Tinggi badan
merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada
keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertumbuhan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan relatif kurang sensitif terhadap
masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek (Supariasa, 2001:57).
Dari hasil perhitungan korelasi pearson (Lampiran 9), dengan jumlah sampel
80 siswa, didapatkan r = 2,707. Nilai r berada diantara 0,800 sampai dengan 1,00
pada tabel interpretasi r yang berarti korelasi sangat tinggi. Koefisien penentu pola
konsumsi makanan dengan status gizi menurut indeks TB/U adalah 732,7849%.
4.5.3. Hubungan Pola Konsumsi Makanan (Kecukupan Gizi) dengan Status Gizi
BB/TB
Status gizi siswa menurut kecukupan gizi (BB/TB) dapat dilihat pada Tabel
4.15:
52. 52
Tabel 4.15 Distribusi Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi
Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh Berdasarkan Berat Badan
Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Status Gizi BB/TB
Kecukupan Jumlah
No Normal Gemuk
Gizi
n % n % N %
1 Gizi Baik 1 12,5 7 87,5 8 100
2 Gizi Sedang 4 30,8 9 69,2 13 100
3 Gizi Kurang 0 0 8 100 8 100
4 Gizi Defisit 5 9,8 46 90,2 51 100
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.15, dari 51 orang siswa yang memiliki tingkat
kecukupan gizi defisit, terdapat 46 siswa (90,2%) yang berstatus gizi gemuk dan
ditemukan 5 siswa (9,8%) yang berstatus gizi normal. Sedangkan dari 13 siswa yang
memiliki tingkat kecukupan gizi kategori gizi sedang, terdapat 9 siswa (69,2%) yang
berstatus gizi gemuk dan ditemukan 4 siswa (30,8%) yang berstatus gizi normal. Hal
ini bisa terjadi dikarenakan tingkat konsumsi makanan siswa melebihi kebutuhan
atau karena faktor tinggi badan dimana siswa kelihatan gemuk. Berat badan
berkorelasi linear dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan normal perkembangan
berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu.
Dengan demikian berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi
badannya (Soekirman, 2000:60).
Dari hasil perhitungan korelasi pearson (Lampiran 10), dengan jumlah sampel
80 siswa, didapatkan r = -0,001. Nilai r berada diantara 0,000 sampai dengan 0,200
pada tabel interpretasi r yang berarti korelasi sangat rendah atau tidak berkorelasi.
Koefisien penentu pola konsumsi makanan dengan status gizi menurut indeks BB/TB
adalah 0,0001 %.
53. 53
4.6. Tinjauan Terhadap Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan pola konsumsi makanan
dengan status gizi pada siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh.
Pengujian hipotesis terhadap hubungan pola konsumsi dengan status gizi
dengan menggunakan uji t yang dilakukan pada taraf signifikan α = 0,05 dan derajat
kebebasan dk= 60 diperoleh ttabel 1,67. Dengan demikian indeks berdasarkan BB/U,
TB/U dan BB/TB dinyatakan sebagai berikut:
1. thitung yang diperoleh untuk hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi
berdasarkan indeks BB/U lebih kecil dari t tabel (t hitung -0,06182 < t tabel 1,67).
2. t hitung yang diperoleh untuk hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi
berdasarkan indeks TB/U lebih besar besar dari t tabel (t hitung 0,59706 < t tabel 1,67).
3. t hitung yang diperoleh untuk hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi
berdasarkan indeks BB/TB lebih kecil dari t tabel (t hitung -0,00883< t tabel 1,67).
Berdasarkan data tersebut , maka hipotesis yang menyatakan terdapatnya
hubungan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa SMA Negeri
2 RSBI Banda Aceh ditolak.
4.7. Hasil Wawancara dengan Siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
Hasil wawancara dari beberapa orang menyatakan bahwa susunan menu
makanan yang disajikan oleh orang tua di rumah sudah cukup baik dan sangat sesuai
dengan menu makan empat sehat lima sempurna. Menu makanan yang disajikan di
rumah meliputi makanan pokok yaitu nasi, lauk terdiri lauk hewani dan lauk nabati,
sayur, buah dan susu sebagai pelengkap menu makanan yang sehat. Susu merupakan
54. 54
bahan makanan yang mengandung protein sebagai zat gizi sumber energi. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sediaoetama (2004 : 132), bahwa susu dan
telur termasuk sumber protein hewani berkualitas tinggi yang merupakan sumber
energi. Tidak hanya menu makanan empat sehat lima sempurna yang disajikan di
rumah, namun makanan selingan seperti makanan ringan (snack). Menu makanan
yang disajikan dirumah bervariasi, hal itu dilakukan untuk mendapatkan menu
makanan yang seimbang sehingga tidak merasa jenuh. Dalam pengaturan konsumsi
makanan, siswa tidak selalu makan secara teratur setiap tiga kali sehari sehingga hal
tersebut akan berdampak bagi status gizi siswa, seperti cepat merasa kelelahan di saat
menjalankan aktifitas diakibatkan kekurangan energi, dan badan kurus atau gemuk.
Menurut para siswa, makanan yang baik bagi tubuh mereka yang mencakup
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan zat besi untuk memberikan energi
bagi tubuh di saat mereka beraktifitas di sekolah.
55. 55
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
diperoleh beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
1. Pola konsumsi makanan siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh menurut jenis
makanan hanya sebagian yang memenuhi variasi menu setiap kali makan,
sedangkan frekuensi makan utama sebanyak 3 kali dalam sehari yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayur – sayuran, buah – buahan dan susu sebagai
pelengkap, sementara yang dikonsumsi siswa hanya sebagian yang lengkap tiap
kali makan.
2. Status gizi siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh berdasarkan indeks BB/U,
TB/U dan BB/TB pada umumnya dalam kategori baik, normal dan gemuk, namun
masih ditemukan siswa dengan kategori gizi buruk, sangat pendek, dan pendek.
3. Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U,
TB/U, dan BB/TB diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa SMA Negeri 2 RSBI
Banda Aceh.
5.2. Saran
1. Kepada pihak sekolah, hendaknya memperhatikan jenis makanan yang
dikonsumsi siswa yang mengandung zat gizi dan memberikan pengetahuan
kepada siswa tentang pentingnya mengkonsumsi bekal yang dibawa dari rumah.
56. 56
2. Kepada siswa hendaknya memperhatikan pola konsumsi makanan yang
dikonsumsi setiap hari agar beranekaragam yang sesuai dengan aktifitas di
sekolah.
57. 57
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Arsad Rahim. 2008. Penilaian Status Gizi Anak, (Online),
(http://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/penilaian-status-gizi-anak.doc.,
diakses 6 Juli 2012).
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Arisman. 2008. Buku Ajar Ilmu Gizi (Gizi dalam Daur Kehidupan). Jakarta: EGC.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Departemen Kesehatan RI, 1995. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang,
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.
Djumadias, Abunain . 1990. Aplikasi Antropometri Sebagai Alat Ukur Status Gizi.
Bogor: Puslitbang Gizi.
Gunawan, Andang. 1999. Food Combining (Kombinasi Makanan Serasi Pola Makan
Untuk Langsing dan Sehat). Jakarta: Gramedia
Hariyadi, Purwiyatno. 2001. Pangan dan Gizi; Ilmu Tekonologi, Industri dan
Perdagangan. Bogor: Sagung Seto.
Hardinsyah dan Drajat Martianto. 1989. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein
serta Penilaian Mutu Konsumsi Pangan. Jakarta: Wira.
Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama
Widya.
Karyadi. 2005. Implikasi Gizi Seimbang. Tarsito: Bandung.
Maulida, Cut Dessy. 2007. Hubungan Pola Menu Makanan dengan Kebutuhan
Energi Tubuh Siswa SMAN 2 Modal Bangsa Kecamatan Kuta Baro
Kabuoaten Aceh Besar. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Biologi. Banda Aceh: Unsyiah.
Matondang, Masitah. 2007. Status Gizi dan Pola Makan pada Anak Taman Kanak –
Kanak di Yayasan Muslimat R.A Al-Ittihadiyah Medan Tahun 2007. (pdf).
Skripsi FKM USU, Medan, (Online).
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14668., diakses 8 Januari
2012).
58. 58
Mulia, Agus. 2010. Pengetahuan Gizi, Pola Makan Dan Status Gizi Mahasiswa
Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan Tahun 2010. (pdf).
Skripsi FKM USU, Medan, (Online).
(http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/20338., diakses 16
Januari 2012).
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan
Keluarga. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Pudjiadi, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Gaya Baru.
Santoso, S dan Ranti, L.A, 2004. Kesehatan dan Gizi. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi. Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional
1999/2000. Jakarta.
Soepeno, Bambang. 2002. Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Suhardjo. 1986. Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Jakarta : Bumi Aksara.
Suhendro, 2003. Fast Food Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Obesitas Pada Remaja
Siswa-Siswi SMU di Kota Tangerang Propinsi Banten. Tesis Magister Ilmu-ilmu
Kesehatan Masyarakat Minat Utama Gizi dan Kesehatan, Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada.
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2001. Penilaian Status
Gizi. Jakarta: EGC.
Syamsuddin. 2005. Matematika Kelompok Bisnis dan Manajemen. PT. Grasindo.
Jakarta.
Tirtawinata. 2006. Makanan Dalam Perspektif Al-Quran dan Ilmu Gizi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
WHO. Adolescent nutrition: a neglected dimension. WHO. 2003. (Available at:
http://www.who.int/nut/ado.htm., diakses 10 Februari 2012).
59. 59
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara dengan siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
II. Status Gizi Responden
1. Berat Badan :…………..kg
2. Tinggi Badan : ………….cm
III. Pertanyaan
1. Bagaimana susunan menu makanan yang disajikan oleh orang tua anda di
rumah?
2. Jenis makanan pokok apa saja yang disajikan di rumah anda?
3. Selain makanan pokok, makanan apa saja yang disajikan di rumah anda?
4. Apakah anda merasa senang atau bosan dengan menu makanan yang
disajikan di rumah?
5. Apakah menu makanan yang disajikan di rumah bervariasi?
6. Apakah anda makan nasi secara teratur setiap tiga kali dalam sehari?
7. Selain anda memakan makanan pokok, apakah anda memakan makanan
selingan seperti makanan ringan (snack)?
8. Apakah anda mengetahui bagaimana dampak buruk apabila memakan
makanan secara berlebihan atau sedikit?
9. Bagaimana menurut anda memilih makanan yang baik bagi tubuh anda?
10. Apakah menurut anda, makanan yang sudah anda makan dapat
memberikan energi yang diperlukan untuk aktivitas anda disekolah?
60. 60
Lampiran 2. Contoh Angket Penelitian
ANGKET
Assalamu’alaikum wr. wb
Dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Pola Konsumsi
Makanan dengan Status Gizi pada Siswa SMA Negeri 2 Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) Banda Aceh” untuk menyelesaikan studi pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala, saya membutuhkan
data tentang pola konsumsi makanan utama dari siswa SMA Negeri 2 RSBI Banda
Aceh
Sehubungan dengan maksud tersebut, saya sangat mengharapkan kesediaan
saudara/i untuk meluangkan waktu mengisi angket yang saya berikan secara jujur
sesuai petunjuk pengisian angket.
Atas bantuan dan kesediaan saudara/i mengisi angket ini saya mengucapkan
terimakasih.
Petunjuk Pengisian Angket
1. Isilah identitas anda pada bagian identitas responden
2. Isilah tabel formulir pangan 24 jam dengan jenis dan nama makanan yang
anda konsumsi pada waktu makan pagi, makan siang dan makan malam, serta
jumlah yang anda konsumsi
61. 61
FORMULIR RECALL 24 JAM
Hari ke- :
Tanggal :
I. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
II. Tabel formulir ingatan pangan 24 jam dengan jenis makanan yang
dikonsumsi pada waktu makan pagi, makan siang, dan makan malam
Bahan Makanan
Waktu Makan
Nama Makanan Banyaknya
(Jam) Bahan Makanan
URT gram
Pagi
(pukul 07.00)
Siang
(pukul 13.30)
Malam
(pukul 20.30)
URT = UKURAN RUMAH TANGGA
bh = buah bsr = besar 1 sdm tepung beras, tepung sagu = 6 gram
bks = bungkus gls = gelas 1 sdm terigu, maizena, hunkwe = 5 gram
btr = butir sdt = sendok teh 1 sdm minyak goring, margarine= 10 gram
kcl = kecil sdg = sedang 1 sdm = 10 ml
bj = biji ptg = potong 1 gls = 240 ml
btg = batang sdm = sendok makan 1 ckr = 240 ml
pk = pack ckr = cangkir 1 gls nasi = 140 gram = 70 gram
beras
KET. BESAR PORSI: 1 ptg sdg daging (5 x 5 x 2 cm) = 50 gram
1 ptg sdg pisang (3 x 15 cm) = 50 gram 1 ptg sdg ikan (6 x 5 x 2 cm) = 50 gram
1 sdm gula pasir = 10 gram 1 bj bsr tahu (6 x 6 x 2,5 cm) = 100 gram
1 sdm tepung susu = 5 gram 1 ptg papaya (15 x 15 cm) = 100 gram
62. 62
Lampiran 3. Formulir Metode Frekuensi Makanan
FORMULIR METODE FREKUENSI MAKANAN (Food Frequency)
Hari ke- :
Tanggal :
III. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
IV. Tabel Formulir Frekuensi Makanan Selang Waktu 2 Hari Selama
per Sepuluh Hari
Frekuensi Makanan
Nama Makanan >1x/hari 1x/hari 4- 1- 1x/bulan
6x/minggu 3x/minggu
1. makanan pokok
a. nasi
b. jagung
c. bubur
d. mie
2. Lauk Hewani
a. daging ayam
b. ikan
c. telur
3. Lauk Nabati
a. tahu
b. tempe
4. Sayur
a. kangkung
b. daun singkong
c. sawi
d. sayur sop
e. sayur lodeh
5. Buah
a. pisang
b. jeruk
c. apel
d. pepaya
6. susu
(Sumber: Supariasa. 2001: 295)