Dokumen tersebut membahas tentang gaya belajar visual. Secara umum, gaya belajar visual adalah gaya belajar yang mengandalkan penglihatan. Murid dengan gaya belajar visual akan lebih mudah memahami pelajaran melalui gambar, contoh, dan demonstrasi daripada penjelasan lisan. Dokumen tersebut juga menjelaskan ciri-ciri gaya belajar visual dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptxloloxmanahati
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian anak berkebutuhan khusus dan kategori kekhususan belajar yang dapat dialami anak, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, autisme, dan lainnya.
2. Juga dibahas strategi pembelajaran yang sesuai bagi setiap kategori kekhususan untuk memfasilitasi proses belajar anak berkebutuhan khusus.
3. Terakhir membahas tentang pengert
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, klasifikasi, penyebab, karakteristik, dan deteksi ketunarunguan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa ketunarunguan dapat disebabkan faktor keturunan, infeksi, atau cedera dan dapat dideteksi melalui tes pendengaran, observasi, wawancara, atau melihat dokumen medis. Karakteristik tunarungu meliputi kesulitan bahasa dan sosial
Dokumen tersebut membahas tentang gaya belajar visual. Secara umum, gaya belajar visual adalah gaya belajar yang mengandalkan penglihatan. Murid dengan gaya belajar visual akan lebih mudah memahami pelajaran melalui gambar, contoh, dan demonstrasi daripada penjelasan lisan. Dokumen tersebut juga menjelaskan ciri-ciri gaya belajar visual dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptxloloxmanahati
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian anak berkebutuhan khusus dan kategori kekhususan belajar yang dapat dialami anak, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, autisme, dan lainnya.
2. Juga dibahas strategi pembelajaran yang sesuai bagi setiap kategori kekhususan untuk memfasilitasi proses belajar anak berkebutuhan khusus.
3. Terakhir membahas tentang pengert
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, klasifikasi, penyebab, karakteristik, dan deteksi ketunarunguan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa ketunarunguan dapat disebabkan faktor keturunan, infeksi, atau cedera dan dapat dideteksi melalui tes pendengaran, observasi, wawancara, atau melihat dokumen medis. Karakteristik tunarungu meliputi kesulitan bahasa dan sosial
Pelayanan kesehatan dan pendidikan luar biasaAgus Candra
Dokumen tersebut membahas layanan kesehatan dan pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB). Dokumen tersebut menjelaskan karakteristik berbagai jenis cacat pada anak seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan lainnya serta peran UKS dan puskesmas dalam memberikan layanan kesehatan dan rehabilitasi bagi anak-anak tersebut.
1. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa, baik faktor internal seperti keturunan, gangguan otak, maupun faktor eksternal seperti kurikulum sekolah atau metode mengajar.
2. Penting untuk memahami karakteristik gaya belajar masing-masing siswa agar proses pembelajaran dapat disesuaikan.
3. Kesulitan belajar perlu dievaluasi secara komprehen
Gangguan perkembangan pada anak dapat berdampak pada perkembangan mental, motorik, sensorik, dan kemampuan fungsionalnya. Data yang dikumpulkan untuk mengetahui gangguan tersebut dapat berasal dari anak, orang terdekat anak, atau orang lain yang mengenal anak. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengoptimalkan potensinya.
Tunarungu adalah kondisi ketika seseorang kehilangan kemampuan mendengar secara sebagian atau seluruhnya, sehingga tidak dapat menggunakan alat pendengaran dalam kehidupan sehari-hari. Tunarungu dapat terjadi sejak lahir atau sebelum belajar berbicara dan membedakan tiga jenis tunarungu berdasarkan penyebabnya: conductive loss, sensorineural loss, dan central auditory processing disorder.
Presentasi ini membahas pengertian dan jenis-jenis anak berkebutuhan khusus seperti tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, autis, down syndrome, dan kemunduran mental. Metode pembelajaran yang tepat untuk anak-anak tersebut juga dijelaskan, seperti aktivitas berat, penguasaan keterampilan, prinsip-prinsip pembelajaran individual, dan peran lingkungan sekolah yang mendukung.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya.
Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus:
1. Tunarungu: Adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran.
2. Tunanetra: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan pada indra penglihatan.
3. Tunadaksa: Merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan.
4. Tunagrahita: Merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retaldasi mental.
5. Tunalaras: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
6. Autis: Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau komunikasi secara normal.
7. Down Syndrome: Merupakan salah satu bagian tunagrahita. Down syndrome adalah kelainan kromosom,yakni terbentuknya kromosom 21.
8. Kemunduran (Retardasi) Mental: Merupakan keadaan ketika inteligensia individu mengalami kemunduran atau tidak dapat berkembang dengan baik.
Metode pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus:
1. Aktivitas barat untuk anak berkebutuhan khusus
2. Bekali anak dengan keterampilan dan teknologi informasi
3. Prinsip-prinsip umum dalam pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
Prinsip motivasi
Prinsip latar/konteks
Prinsip keterarahan
Prinsip hubungan sosial
Prinsip belajar sambil bekerja
Prinsip individualisasi
Prinsip menemukan
PPT MODUL 5 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxArman Ahmad
Modul ini membahas tentang pendidikan bagi anak tunarungu. Ia menjelaskan definisi tunarungu, klasifikasi dan penyebabnya, dampak terhadap perkembangan anak, serta layanan pendidikan khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak tunarungu.
Dokumen tersebut membahas tentang macam-macam gaya belajar yaitu visual, auditori, dan kinestetik beserta ciri-ciri dan strategi belajar untuk setiap gaya belajar. Dokumen tersebut juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar seseorang.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian belajar, gaya belajar, dan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain definisi belajar sebagai perubahan perilaku akibat pengalaman, tiga gaya belajar utama yaitu visual, auditory, dan kinestetik, serta pendekatan kontekstual yang menghubungkan pembelajaran dengan situasi nyata siswa.
Anak Dengan Hambatan Pengelihatan.pptxssuser4abcb6
Dokumen tersebut membahas tentang definisi tunanetra menurut Persatuan Tunanetra Indonesia, karakteristik fisik dan tingkah laku tunanetra, serta beberapa cara untuk membantu anak tunanetra dalam belajar seperti mengoptimalkan indra lain, menggunakan alat bantu seperti buku Braille, serta komunikasi instruksional dan interpersonal.
Pelayanan kesehatan dan pendidikan luar biasaAgus Candra
Dokumen tersebut membahas layanan kesehatan dan pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB). Dokumen tersebut menjelaskan karakteristik berbagai jenis cacat pada anak seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan lainnya serta peran UKS dan puskesmas dalam memberikan layanan kesehatan dan rehabilitasi bagi anak-anak tersebut.
1. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa, baik faktor internal seperti keturunan, gangguan otak, maupun faktor eksternal seperti kurikulum sekolah atau metode mengajar.
2. Penting untuk memahami karakteristik gaya belajar masing-masing siswa agar proses pembelajaran dapat disesuaikan.
3. Kesulitan belajar perlu dievaluasi secara komprehen
Gangguan perkembangan pada anak dapat berdampak pada perkembangan mental, motorik, sensorik, dan kemampuan fungsionalnya. Data yang dikumpulkan untuk mengetahui gangguan tersebut dapat berasal dari anak, orang terdekat anak, atau orang lain yang mengenal anak. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengoptimalkan potensinya.
Tunarungu adalah kondisi ketika seseorang kehilangan kemampuan mendengar secara sebagian atau seluruhnya, sehingga tidak dapat menggunakan alat pendengaran dalam kehidupan sehari-hari. Tunarungu dapat terjadi sejak lahir atau sebelum belajar berbicara dan membedakan tiga jenis tunarungu berdasarkan penyebabnya: conductive loss, sensorineural loss, dan central auditory processing disorder.
Presentasi ini membahas pengertian dan jenis-jenis anak berkebutuhan khusus seperti tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, autis, down syndrome, dan kemunduran mental. Metode pembelajaran yang tepat untuk anak-anak tersebut juga dijelaskan, seperti aktivitas berat, penguasaan keterampilan, prinsip-prinsip pembelajaran individual, dan peran lingkungan sekolah yang mendukung.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya.
Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus:
1. Tunarungu: Adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran.
2. Tunanetra: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan pada indra penglihatan.
3. Tunadaksa: Merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan.
4. Tunagrahita: Merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retaldasi mental.
5. Tunalaras: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
6. Autis: Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau komunikasi secara normal.
7. Down Syndrome: Merupakan salah satu bagian tunagrahita. Down syndrome adalah kelainan kromosom,yakni terbentuknya kromosom 21.
8. Kemunduran (Retardasi) Mental: Merupakan keadaan ketika inteligensia individu mengalami kemunduran atau tidak dapat berkembang dengan baik.
Metode pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus:
1. Aktivitas barat untuk anak berkebutuhan khusus
2. Bekali anak dengan keterampilan dan teknologi informasi
3. Prinsip-prinsip umum dalam pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
Prinsip motivasi
Prinsip latar/konteks
Prinsip keterarahan
Prinsip hubungan sosial
Prinsip belajar sambil bekerja
Prinsip individualisasi
Prinsip menemukan
PPT MODUL 5 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxArman Ahmad
Modul ini membahas tentang pendidikan bagi anak tunarungu. Ia menjelaskan definisi tunarungu, klasifikasi dan penyebabnya, dampak terhadap perkembangan anak, serta layanan pendidikan khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak tunarungu.
Dokumen tersebut membahas tentang macam-macam gaya belajar yaitu visual, auditori, dan kinestetik beserta ciri-ciri dan strategi belajar untuk setiap gaya belajar. Dokumen tersebut juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar seseorang.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian belajar, gaya belajar, dan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain definisi belajar sebagai perubahan perilaku akibat pengalaman, tiga gaya belajar utama yaitu visual, auditory, dan kinestetik, serta pendekatan kontekstual yang menghubungkan pembelajaran dengan situasi nyata siswa.
Anak Dengan Hambatan Pengelihatan.pptxssuser4abcb6
Dokumen tersebut membahas tentang definisi tunanetra menurut Persatuan Tunanetra Indonesia, karakteristik fisik dan tingkah laku tunanetra, serta beberapa cara untuk membantu anak tunanetra dalam belajar seperti mengoptimalkan indra lain, menggunakan alat bantu seperti buku Braille, serta komunikasi instruksional dan interpersonal.
Similar to pendidikan jasmani adaptif, aktivitas permainan anak tunarungu (20)
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
2. TUNARUNGU
Kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang
diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian
atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak
dapat menggunakan alat pendengaranya dalam
kehidupan sehari-hari yang membawa dampak
terhadap kehidupannya secara kompleks.
3. CIRI-CIRI TUNARUNGU
a) Dalam segi fisik:
1. Cara berjalannya kaku dan anak membungkuk.
Hal ini disebabkan terutama terhadap alat
pendengaran.
2. Gerakan matanya cepat agak beringas. Hal ini
menunjukkan bahwa ia ingin menangkap keadaan
yang ada di sekelilingnya.
3. Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat atau
kidal. Hal tersebut tampak dalam mengadakan
komunikasi dengan gerak isyarat.
4. Pernafasannya pendek dan agak terganggu.
4. b) Ciri khas dari segi intelegensi
Intelegensi merupakan faktor yang sangat penting dalam
belajar, meskipun disamping itu ada faktor – faktor lain
yang dapat diabaikan. begitu saja seperti kondisi
kesulitan, faktor lingkungan intelegensi merupakan motor
dari perkembangan siswa.
c) Ciri – ciri dari segi sosial
1) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh
keluarga atau masyarakat.
2) Perasaan cemburu dan salah sangka diperlakukan
tidak adil
3) Kurang menguasai irama gaya bahasa.
5. d) Ciri – Ciri khas dari segi emosi
Kekurangan bahasa lisan dan tulisan seringkali
menyebabkan
siswa tuna rungu akan menafsirkan sesuatu
negative atau salah dalam hal pengertiannya. Hal
ini disebabkan karena tekanan pada emosinya
6. e) Psikomotor
1. Cenderung memiliki sikap badan yang kurang baik.
2. Kadangkala, akan memperlihatkan gerak tanpa tujuan.
3. Beberapa individu berpendengaran terbatas berjalan dengan
menyeret kaki. Masalah ini berkaitan dengan
ketidakmampuan mendengar gerak dan merasa aman bila
selalu ada kontak dengan tanah.
4. Perkembangan gerak berpendengaran terbatas terbelakang
kira-kira 1,5 tahun dari yang normal.
5. Kurang bugar daripada yang normal, karena mereka
cenderung duduk. Mereka menggunakan energi psikis dan
jasmani untuk perjuangan berkomunikasi sehari-hari
6. Keseimbangan (statis dan dinamis) dan kelincahan biasanya
kurang pada yang berpendengaran terbatas dengan
komplikasi telinga di dalam.
7. e) Kognitif
1. Kebanyakan berintelegent normal dalam prestasi
sekolah disebabkan masalah komunikasi. Kemampuan
memahami abstrak biasanya terpengaruh.
2. Kekurangan dalam berkomunikasi merupakan
tantangan terbesar
3. Kemampuan bahasa dari yang berpendengaran
terbatas sering meningkat dengan menggunakan alat
pendengar yang memperkeras suara.
4. Pembaca bibir yang paling kompeten mungkin hanya
dapat menangkap ucapan orang lain sebanyak 25
%.Hanya sedikit ucapan suara dapat dipahami
8. f) Afektif
1. Cenderung kesepian, menutup diri dari dunia luar.
Mereka cenderung berhubungan orang lain yang juga
kehilangan pendengaran.
2. Biasanya pendiam. Mereka jarang sekali tertawa.
3. Cenderung sangat cemas dan takut, sebagian karena
mereka tidak mudah di peringatkan terhadap bahaya.
9. KARAKTERISTIK TUNARUNGU
Karakteristik Tunarungu dalam segi emosi dan social
1. Egosentrisme yang melebihi anak normal.
2. Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih
luas.
3. Ketergantungan terhadap orang lain
4. Perhatian mereka lebih sukar dialihkan.
5. Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana
dan tanpa banyak masalah.
6. Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung.
10. KLASIFIKASI TUNARUNGU
0 db :
Menunjukan pendengaran yang optimal
0 – 26 db :
Menunjukan seseorang masih mempunyai pendengaran yang
optimal
27 – 40 db :
Mempunyai kesulitan mendengar bunyi – bunyi yang jauh,
membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan
memerlukan terapi bicara . ( tergolong tunarungu ringan )
·
11. 41 – 55 db :
Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat
mengikuti diskusi kelas, membutuhkan
alat bantu dengar dan terapi bicara ( tergolong
tunarungu sedang )
·
56 – 70 db :
Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang
dekat, masih punya sisa pendengaran untuk
belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan
alat Bantu dengar serta dengan cara yang
khusus. (tergolong tunarungu berat )
·
12. 71 – 90 db :
Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang –
kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus yang
intensif, membutuhkan alat Bantu dengar dan latihan bicara
secara khusus. ( tergolong tunarungu berat )
91 db :
Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran,
banyak bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran
untuki proses menerima informasi dan yang bersangkutan
diangap tuli (tergolong tunarungu berat sekali )
13. AKTIVITAS PENJAS YANG DAPAT DILAKUKAN
1. Gunakan indera lain untuk instruksional. Berikan
bantuan khusus dalam menggunakan bantuan
visual, seperti papan pengumuman, papan tulis,
pita video, cermin dan demonstrasi. Gunakan
tuntunan tangan untuk menggunakan kemampuan
residual.
2. Bila peserta didik memiliki radangan, hindari
aktivitas dengan kondisi tempat yang suhu banyak
berubah.
3. Hindari suara yang terlalu banyak dalam ruang,
kolam renang atau lapangan permainan.
14. 4. Ajar peserta didik untuk membedakan hubungan ruang
melalui gerak baik pendidikan gerak maupun permainan
terstruktur.
5. Berikan model dari sikap static dan dinamis yang baik.
Gunakan cermin dan alat visual lainnya untuk
mendorong memiliki sikap tubuh yang baik.
6. Langsung bertindak untuk menyiapkan perilaku yang
tidak baik. Karena hal itu tidak akan hilang dengan
sendirinya.
7. Gunakan peserta didik yang normal dan anda sendiri
sebagai model. Gunakan umpan balik audio-visual dan
cermin sebagai teknik. Secara fisik dorong peserta didik
mengangkat kaki dengan secara lembut memukul
kakinya. Perkuat cara berjalan dengan tidak menyeret
kaki.
15. 8. Seluruh rentangan perkembangan aktivitas amat
penting bagi peserta didik ini. Tekankan berjalan, lari,
lompat, di samping keterampilan koordinasi mata-kaki
dan mata tangan, karena kemampuan tersebut
dibutuhkan seumur hidup.
9. Berikan aktivitas untuk kekuatan kardiovaskuler,
kelentukan paling kurang 3 kali per minggu.
Manfaatkan semaksimal mungkin bantuan visual.
10. Hindari aktivitas memanjat seperti tali tangga dan
perkakas. Latihan kelincahan melibatkan benda lain
yang bergerak tidak disarankan.