1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian anak berkebutuhan khusus dan kategori kekhususan belajar yang dapat dialami anak, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, autisme, dan lainnya.
2. Juga dibahas strategi pembelajaran yang sesuai bagi setiap kategori kekhususan untuk memfasilitasi proses belajar anak berkebutuhan khusus.
3. Terakhir membahas tentang pengert
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada AnakLukman Izyan
Terkadang sering kita temui adanya stigma negatif terhadap seorang anak terkait potensi akademis. Seringkali penilaian tanpa didasari alasan yang tepat. Sedangkan pada kenyataannya, seringkali kemampuan akademik seorang anak dipengaruhi oleh gannguan belajar yang tengah/telah dihadapi olehnya. Sehingga pendeteksian dini gangguan belajar pada anak sangatlah penting.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya.
Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus:
1. Tunarungu: Adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran.
2. Tunanetra: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan pada indra penglihatan.
3. Tunadaksa: Merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan.
4. Tunagrahita: Merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retaldasi mental.
5. Tunalaras: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
6. Autis: Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau komunikasi secara normal.
7. Down Syndrome: Merupakan salah satu bagian tunagrahita. Down syndrome adalah kelainan kromosom,yakni terbentuknya kromosom 21.
8. Kemunduran (Retardasi) Mental: Merupakan keadaan ketika inteligensia individu mengalami kemunduran atau tidak dapat berkembang dengan baik.
Metode pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus:
1. Aktivitas barat untuk anak berkebutuhan khusus
2. Bekali anak dengan keterampilan dan teknologi informasi
3. Prinsip-prinsip umum dalam pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
Prinsip motivasi
Prinsip latar/konteks
Prinsip keterarahan
Prinsip hubungan sosial
Prinsip belajar sambil bekerja
Prinsip individualisasi
Prinsip menemukan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya.
Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus:
1. Tunarungu: Adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran.
2. Tunanetra: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan pada indra penglihatan.
3. Tunadaksa: Merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan.
4. Tunagrahita: Merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retaldasi mental.
5. Tunalaras: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
6. Autis: Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau komunikasi secara normal.
7. Down Syndrome: Merupakan salah satu bagian tunagrahita. Down syndrome adalah kelainan kromosom,yakni terbentuknya kromosom 21.
8. Kemunduran (Retardasi) Mental: Merupakan keadaan ketika inteligensia individu mengalami kemunduran atau tidak dapat berkembang dengan baik.
Metode pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus:
1. Aktivitas barat untuk anak berkebutuhan khusus
2. Bekali anak dengan keterampilan dan teknologi informasi
3. Prinsip-prinsip umum dalam pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
Prinsip motivasi
Prinsip latar/konteks
Prinsip keterarahan
Prinsip hubungan sosial
Prinsip belajar sambil bekerja
Prinsip individualisasi
Prinsip menemukan
Guru adalah pemeran utama dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun tugas guru tidak hanya sekedar mentransfer atau menyampaikan materi saat proses pembelajaran. Guru dituntut untuk bertanggung jawab atas pelayanan peserta didik. Hal itu karena pelayanan peserta didik satu sama lain berbeda-beda dan tergantung dari peserta didik tersebut.
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada AnakLukman Izyan
Terkadang sering kita temui adanya stigma negatif terhadap seorang anak terkait potensi akademis. Seringkali penilaian tanpa didasari alasan yang tepat. Sedangkan pada kenyataannya, seringkali kemampuan akademik seorang anak dipengaruhi oleh gannguan belajar yang tengah/telah dihadapi olehnya. Sehingga pendeteksian dini gangguan belajar pada anak sangatlah penting.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya.
Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus:
1. Tunarungu: Adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran.
2. Tunanetra: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan pada indra penglihatan.
3. Tunadaksa: Merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan.
4. Tunagrahita: Merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retaldasi mental.
5. Tunalaras: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
6. Autis: Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau komunikasi secara normal.
7. Down Syndrome: Merupakan salah satu bagian tunagrahita. Down syndrome adalah kelainan kromosom,yakni terbentuknya kromosom 21.
8. Kemunduran (Retardasi) Mental: Merupakan keadaan ketika inteligensia individu mengalami kemunduran atau tidak dapat berkembang dengan baik.
Metode pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus:
1. Aktivitas barat untuk anak berkebutuhan khusus
2. Bekali anak dengan keterampilan dan teknologi informasi
3. Prinsip-prinsip umum dalam pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
Prinsip motivasi
Prinsip latar/konteks
Prinsip keterarahan
Prinsip hubungan sosial
Prinsip belajar sambil bekerja
Prinsip individualisasi
Prinsip menemukan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya.
Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus:
1. Tunarungu: Adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran.
2. Tunanetra: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan pada indra penglihatan.
3. Tunadaksa: Merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan.
4. Tunagrahita: Merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retaldasi mental.
5. Tunalaras: Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
6. Autis: Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau komunikasi secara normal.
7. Down Syndrome: Merupakan salah satu bagian tunagrahita. Down syndrome adalah kelainan kromosom,yakni terbentuknya kromosom 21.
8. Kemunduran (Retardasi) Mental: Merupakan keadaan ketika inteligensia individu mengalami kemunduran atau tidak dapat berkembang dengan baik.
Metode pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus:
1. Aktivitas barat untuk anak berkebutuhan khusus
2. Bekali anak dengan keterampilan dan teknologi informasi
3. Prinsip-prinsip umum dalam pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
Prinsip motivasi
Prinsip latar/konteks
Prinsip keterarahan
Prinsip hubungan sosial
Prinsip belajar sambil bekerja
Prinsip individualisasi
Prinsip menemukan
Guru adalah pemeran utama dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun tugas guru tidak hanya sekedar mentransfer atau menyampaikan materi saat proses pembelajaran. Guru dituntut untuk bertanggung jawab atas pelayanan peserta didik. Hal itu karena pelayanan peserta didik satu sama lain berbeda-beda dan tergantung dari peserta didik tersebut.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
2. PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN KEBUTUHAN DALAM BELAJAR
RINI NATALINA SITANGGANG
7223342005
MARIA FINSENSIA SIHALOHO
7223142020
IMMANUEL H SIBURIAN
7183342006
KARINA LOLO LIMBONG
7222442002
MELBA DAMANIK
7223142021
JERSY ARISANA SIMARMATA
7223142027
DOSEN PENGAMPU: Drs. DAITIN TARIGAN M.pd
3. PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan
khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan
pendidikan yang lebih intens. Kebutuhan mungkin disebabkan oleh kelainan
atau memang bawaan dari lahir atau karena masalah tekanan ekonomi,
politik, sosial, emosi, dan perilaku yang menyimpang. Disebut berkebutuhan
khusus karena anak tersebut memiliki kelainan dan keberbedaan dengan
anak normal pada umumnya.
4. PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
MENURUT BEBERAPA AHLI
• Menurut Suran dan Rizzo (1979) Anak Berkebutuhan Khusus ABK atau
Anak Luar Biasa ALB adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam
beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya.
• Menurut Ramadhan (2013) ABK adalah peserta didik yang memiliki
perbedaan dengan rata-rata anak seusianya atau anak-anak pada
umumnya.
Jadi dapat kami simpulkan dari pemaparan di atas, ABK dapat diartikan
sebagai peserta didik yang memiliki kekhususan dan kebutuhan yang
berbeda dengan peserta didik normal lainnya. Kekhususan yang berbeda
tersebut meliputi fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional.
Sehingga setiap kekhususan yang di alami anak berkebutuhan khusus
membutuhkan penanganan dan pembelajaran yang berbeda pula.
5. KATEGORI KEKHUSUSAN BELAJAR
Anak dengan kesulitan belajar khusus atau Specific Learning
Disabilities adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan
pada satu atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan
mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
70/2009 Pasal 3 ayat 1 , Penggolongan PDBK dibagi menjadi:
Hambatan Penglihatan. Hambatan penglihatan pada anak disebut
dengan istilah tunanetra. Anak yang tergolong tunanetra tidak
dapat atau kurang dapat melihat. Karakteristiknya:
Sering menabrak ketika bergerak, Kesulitan membaca huruf pada buku
bacaan atau tulisan pada papan tulis, kesulitan menulis pada garis lurus,
Memegang buku dekat dengan muka ketika membaca, Sering mengeluh
kepala pusing, dan lain lainnya.
6. Hambatan Pendengaran. Hambatan pendengaran dikenal dengan
istilah tunarungu. Anak yang memiliki hambatan pendengaran tidak
dapat atau kurang dapat mendengar. Kesulitan untuk mendengarkan,
kebayakan diikuti dengan kesulitan untuk berbicara, sehingga anak-
anak yang mengalami gangguan pendengaran kebanyakan juga
mengalami gangguan bicara.
Karakteristik menurut UNESCO:
Tidak menyadari adanya bunyi atau suara, Tidak dapat melihat ke
sumber suara, Terlihat mendekatkan telinga pada sumber suara
Sulit untuk berbicara atau berbicara dengan kata yang tidak jelas
dengan suara keras, Sulit untuk mengungkapkan perasaan dengan
tepat,dan lain lainnya
7. Hambatan Gerak. Istilah lain dari hambatan gerak dikenal dengan
tunadaksa. Anak yang memiliki hambatan gerak biasanya kurang
dapat menggunakan tangan dan kakinya untuk bergerak.
Tingkat hambatan:
Ringan: memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik,
kualitas gerakan motorik dapat meningkat melalui terapi
Sedang: memiliki keterbatasan motorik, mengalami gangguan
koordinasi sensorik
Berat: memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik, tidak
mampu mengontrol gerakan fisik
Karakteristik: Sulit menggerakan tubuh, Sulit untuk berpindah dari
suatu posisi ke posisi lain, Sulit meraih/mengambil benda di tempat
yang tinggi, Gerakan tubuh kaku dan layu, Sering terjatuh
8. Hambatan Intelektual. Berbagai istilah yang sering digunakan untuk
hambatan intelektual yaitu retardasi mental, cacat mental, gangguan
intelektual atau tuna grahita. Anak yang biasanya mengalami
perkembangan yang lambat secara fisik, memiliki kemampuan
inteligensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai
dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku.
Karakteristik: Perilaku tidak sesuai dengan usia (kekanak-kanakan),
Sulit memahami hal yang abstrak, Sulit mengingat atau daya ingat
lemah, Sulit mengikuti instruksi panjang/rumit, Membutuhkan
pengulangan dalam belajar, dan lain lainnya.
9. Kecerdasan Istimewa. Anak yang memiliki kecerdasan istimewa
disebut juga cerdas istimewa bakat istimewa (gifted and talented).
Anak tersebut biasanya memiliki kelebihan dan keistimewaan dalam
hal kecerdasan, kreativitas, kemampuan berpikir secara kritis dan
memiliki kemampuan mengekspresikan diri dalam beberapa bahasa,
namun mereka cenderung mengalami kesulitan dalam belajar dan
kesulitan dalam berprilaku yang berdampak pada tampilan nilai
akademis, konsep diri, dan cara bersosialisasi.
Karakteristik: Cepat mengerti instruksi, Cepat memahami
konsep/penjelasan, Cepat mengerjakan tugas, Menunjukan keterlibatan
yang tinggi, Punya komitmen, Kreatif dan inovatif, Memiliki skor
intelegensi diatas 130 (Bagi anak cerdas istimewa), Mudah bosan bila
pelajaran diulang,Memiliki kemampuan untuk memimpin kelompoknya,
dan lain lainnya.
10. Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar memiliki arti yaitu hambatan
dalam satu atau lebih proses psikologi dasar yang melibatkan
pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tertulis, yang
termanifestasikan dalam suatu kemampuan yang tidak sempurna
untuk mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja,
atau melakukan perhitungan matematika.
Karakteristik: Kesulitan dalam mengekspresikan diri, Kesulitan
dalam menulis/membaca, Kesulitan dalam memahami arah dan kikuk
dalam bergerak, Menunjukan gangguan orientasi arah ruang (kanan-
kiri, atas-bawah, depan-belakang), Keterlambatan perkembangan
konsep (ukuran, bentuk, operasi aritmatika).
11. Lambat Belajar. Anak lamban belajar termasuk anak yang mengalami
kelemahan kognitif (cognitive impairment). Mereka membutuhkan
waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya. Anak dengan
kelemahan kognitif membutuhkan pengulangan tambahan untuk
mempelajari keterampilan atau ilmu baru, tetapi masih dapat belajar
dan berpartisipasi di sekolah umum dengan bantuan dan modifikasi
tertentu
Karakteristik: IQ di antara 70-90, Proses belajar lambat sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama, Nilai pada seluruh mata
pelajaran rendah
12. AUTIS. Autis yaitu anak yang memiliki gangguan perkembangan yang
secara signifikan mempengaruhi kemampuan komunikasi verbal dan
non-verbal serta interaksi sosialnya. Autisme atau autism spectrum
disorder (ASD) adalah gangguan fungsi otak dan saraf serius dan
kompleks yang memengaruhi perilaku dan proses berpikir manusia.
Gangguan ini memengaruhi kemampuan seseorang dalam
berkomunikasi, bersoliasisasi, berperilaku, dan belajar.
Karakteristik: Memiliki aktivitas yang berulang-ulang, Terlambat
dalam perkembangan komunikasi/Bahasa, Rentan terhadap
perubahan lingkungan atau perubahan aktivitas rutin, Tidak ada
kontak mata, Menunjukan respon yang tidak biasa terhadap
pengalaman sensorik, Mengalami hambatan dalam bahasa dan
interaksi sosial, Pada beberapa anak ada yang memiliki kemampuan
khusus yang berkembang sangat baik, dan lain lain.
13. Tunalaras. Tunalaras atau tunasosial dikenal juga dengan istilah
medis sebagai emotional disturbances, behavior disorders,
emotionally handicapped, atau maladjusted children. Anak tunalaras
adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan gangguan dalam
berinteraksi dengan teman sebayanya ataupun masyarakat
sekitarnya. Anak tunalaras juga mempunyai kebiasaan melanggar
norma dan nilai kesusilaan maupun sopan santun yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk sopan santun dalam berbicara
maupun bersosialisasi dengan orang lain.
Hambatan Wicara, Hambatan wicara dapat juga disebut
dengan istilah tunawicara. Tunawicara yaitu mereka yang
menderita gangguan berbicara sehingga tidak dapat
berbicara dengan jelas
14. KEKHUSUSAN BELAJAR DI SLB
Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Anak
berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer
(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK
temporer meliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi
yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana
alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-
anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori
ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and Hiperactivity
Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas
(Gifted), dan lain-lain. Untuk menangani ABK tersebut dalam setting
pendidikan inklusif di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus.
15. Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra . Strategi pembelajaran
pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal
dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang
meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru,
lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran
berjalan dengan efektif dan efesien
2. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat. Strategi pembelajaran yang
sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak
tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
meneentukan strategi pembelajaran adalah : Pembelajaran harus
diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas dan Tidak hanya
mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga
mengembangkan kecerdasan emosional.
16. Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita . Strategi pembelajaran
anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda
dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa.
Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita
antara lain : Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan, Strategi
kooperatif, Strategi modifikasi tingkah laku .
4. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa. Strategi yang bias
diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat
pendidikan, sebagai berikut: Pendidikan integrasi (terpadu), Pendidikan
segresi (terpisah) dan Penataan lingkungan belajar .
5. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras. Untuk memberikan layanan
kepada anak tunalaras, Kauffman mengemukakan model-model
pendekatan sebagai berikut : Model biogenetic, Model behavioral/tingkah
laku, Model psikodinamika dan Model ekologis.
17. Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
6. Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar. Anak
berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan
remedial teaching . Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui
remedial sesuai dengan tingkat kesalahan. Anak berkesulitan belajar
berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis sesuai dengan
urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.
7. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu. Strategi yang biasa
digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif, induktif,
heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan
modifikasi perilaku.
18. KEKHUSUSAN DI SEKOLAH INKLUSIF
Pengertian sekolah inklusi adalah sekolah yang memberi ruang
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) agar mendapatkan
kesempatan yang sama seperti anak sekolah pada umumnya.
Dalam pendidikan inklusif, semua siswa memperoleh dukungan yang sama
dalam proses pembelajaran di kelas. Namun, siswa berkebutuhan khusus
mendapatkan pendampingan dari guru pendamping khusus.Prinsip utama
yang dipegang sekolah inklusif adalah bahwa setiap anak bernilai sama,
diperlakukan dengan hormat, dan memberi ruang untuk belajar yang setara.
Beberapa perbedaan mencolok sekolah inklusi dengan sekolah biasa adalah:
1. Memberi ruang untuk murid berkebutuhan khusus
2. Pengajaran Kolaboratif
3. Memahami tiap anak unik
4. Memandang perbedaan sebagai hal yang “normal”
19. KESIMPULAN
Kesimpulan yang kita dapat dari makalah ini mengenai anak yang
memiliki kebutuhan khusus diartikan sebagai peserta didik yang memiliki
kekhususan dan kebutuhan yang berbeda dengan peserta didik normal
lainnya. Kekhususan yang berbeda tersebut meliputi fisik, mental,
intelektual, sosial maupun emosional. Sehingga setiap kekhususan yang di
alami anak berkebutuhan khusus membutuhkan penanganan dan
pembelajaran yang berbeda pula. Orang tua dan guru sangat berperan
penting dalam perkembangan anak yang memgalami kebutuhan khusus
karena mereka adalah peranan penting dalam memberikan
pengembangan serta metode asuh dan cara megembangkan pola serta
metode pendekatan terhadap anak yang memiliki kebutuhan khusus.