SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
 Oleh: Sumaryanti
 sumaryanti@uny.ac.id
 Tunarungu merupakan keadaan atau kondisi
tidak berfungsinya organ pendengaran
seseorang secara normal. Sehingga secara
paedagogis diperlukan adanya pelayanan
pendidikan atau bimbingan khusus. Selain itu
secara fisiologis juga diperlukan latihan dan
olahraga secara khusus. Ketunarunguan
merupakan hambatan pendengaran dimana
alat pendengaran mengalami gangguan. Dan
gangguan ini bisa mengenai pada organ yang
baik secara sebagian maupun menyeluruh.
 Menurut Hallahan, DP da Kauffman. JM (2001:8)
 Ketunarunguan adalah suatu keadaan yang
menunjukkan keadaann yang menunjukkan
adanya rentang ketidakmampuan seseorang
dalam menerima informasi melalui pendengaran,
dari yang mengalami ketidakmampuan taraf
ringan hingga sangat berat (tuli total). Disini juga
sekaligus menunjukkan adanya klasisfikasi
penyandang turarungu, yaitu yang tergolong
kurang dengar (hard of hearing) dan tuli (deaf).
 Seseorang yang tidak mendengar suara
dikatakan turungu, ketunarunguan dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan
kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah
mereka yang indera pendengarannya
mengalami kerusakan tetapi masih dapat
berfungsi untuk mendengar, baik dengan atau
tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing
aid).
 secara paedagogis tunarungu dapat diartikan
sebagai suatu kondisi ketidakmampuan
seseorang dalam mendapatkan informasi
secara lisan, sehingga membutuhkan
bimbingan dan pelayanan khusus dalam
belajarnya disekolah. Pengertian itu lebih
menekankan pada upaya pengembangan
potensi penyandang tunarungu agar dapat
mengembangkan dirinya secara optimal dan
bertanggung jawab dalam kehidupannya
sehari-hari
 Sunaryo Kartadinata (1996:75) mengemukakan faktor-faktor
penyebab ketunarunguan adalah sebagai berikut :
 Pada saat dilahirkan (prenatal)
 Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu
atau mempunyai gen sel pembawa sifat abnorma, misalnya :
dominan gen, resesive gen, dll.
 Karena penyakit: sewaktu ibu mengandung terserang suatu
penyakit terutama yang diderita pada saat kehamilan pada
trisemester pertama, yaiutu pada saat pembentukan ruang
telinga. Penyakit itu antara lain: rubella, moebilli, dll.
 Karena keracunan obat-obatan. Pada saat kehamilan, ibu
meminum obat-obatan terlalu banyak atau ibu seorang
pecandu alkohol atau ibu tidak menghendaki kelahiran
anaknya, ia meminum obat penggugur kandungan sehinga
menyebabkan ketunarunguan pada anak yang
dilahirkannya.
 Pada saat kelahiran (natal)
 Sewaktu ibu melahirkan, ibu mengalami kesulitan
sehingga persalinan dibantu dengan penyedotan
(tang).
 Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya.
 Pada saat setelah kelahiran
 Ketunarunguan yang terjadi karena infeksi, misalnya:
infeksi pada otak (menginitis), difteri, dll.
 Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak.
 Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
alat pendengaran bagian dalam, misalnya: jatuh, dll.
 Samuel A. Kirk seperti yang dikutip oleh Rochmad Wahab
(1993:8), menerangkan sebab-sebab ketunarunguan antara lain
sebagai berikut:
 Sebab ketunarunguan yang terjadi sebelum kelahiran.
 Terjadi pada masa prenatal yaitu ibu sewaktu mengandung
mengalami keracunan sehingga perkembangan anak mengalami
kecacatan.
 Sebab-sebab trauma dan kondisi sewaktu lahir.
 Ini dapat terjadi karena pengalaman trauma pada saat kelahiran,
seperti: penekanan forcep, pendarahan terlalu banyak sehingga
mengakibatkan cedera pada sistem saraf pendengaran.
 Sebab-sebab ketunarunguan sejak lahir.
 Sebab-sebab ketunarunguan pada saat kelahiran dapat terjadi
karena terkena penyakit atau kecelakaan yang menyebabkan
kecacatan pendengaran.
 Tingkat I : Kehilangan kemampuan mendengar
antara 35-54 dB, penderita hanya memerlukan
latihan berbicara dan bantuan alat pendengaran.
 Tingkat II : Kehilangan kemampuan mendengar
antara 55 sampai dengan 69 dB, penderita kadang-
kadang memerlukan penempatan sekolah secara
khusus, dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan
latihan berbicara atau berbahasa secara khusus.
 Tingkat III : Kehilangan kemampuan mendengar
antara 70 sampai dengan 89 dB.
 Tingkat IV : Kehilangan kemampuan mendengar
antara 90 dB ke atas.
 Emon Satrawinata (1997:12)
 Ketunarunguan pada taraf 15-25 dB, yaitu ketunarunguan
taraf ringan, anak tunarungu ini masih dapat belajar
bersama-sama dengan anak normal dengan memakai alat
bantu dengar.
 (yang 26-35) ?
 Ketunarunguan pada taraf 36-50 dB, yaitu ketunarunaguan
taraf sedang. Anak tunarungu ini memerlukan pendidikan
khusus, dengan latihan bicara, membaca ujaran dan latihan
mendengar menggunakan alat bantu dengar .
 Ketunarunguan pada taraf 51-75 dB, yaitu ketunarunguan
taraf berat. Anak tunarungu pada taraf ini dalam
pelajarannya harus di utamakan dalam pelajaran bahasa.
 Ketunarunguan pada taraf 75 dB ke atas, yaitu
ketunarunguan pada taraf sangat besar
 Karakteristik fisik
 Gerakan kaki dan tangannya lincah dan cepat sebab sering
digunakan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya
sebagai bahasa lisan.
 Gerakan matanya cepat dan beringas.
 Kemampuan pernafasan pendek dan terganggu.
 Karakterisitk dalam segi bahasa dan bicara,meliputi:
 Anak tunarungu miskin kosakata
 Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengartikan
ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan
dan kata-kata abstrak.
 Anak tunarungu kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
 Anak tunarungu sulit memahami kalimat-kalimat yang
kompleks atau kalimat-kalimat panjang serta bentuk kiasan-
kiasan.
 Karakteristik dalam kepribadiannya,meliputi:
 Anak tunarungu tidak berpendidikan cenderung murung, penuh
curiga, kejam, tidal simopatik, tidak dapat dipercaya. Cemburu,
egois, ingin membalas dendam dan lain sebagainya.
 Lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan dapat
berpengaruh terdapat ketidakmampuan dan penyesuaian mental
maupun emosi.
 Anak tunarungu menunjukan emosi yang lebih neurotik dan
berkepribadian introvert.
 Karakterisitik emosi dan sosial,meliputi:
 Suka menafsirkan sesuatu secara negatif
 Kurang mampu dalam mengendalikan emosi sehingga
perilakunya cenderung agresif.
 Memiliki perasaan rendah diri dan merasa diasingkan.
 Memiliki rasa cemburu karena tidak di perlakukan secara adil dan
sulit untuk bergaul.
 Anak tunarungu tidak ketinggalan dibandingkan
anak mendengar dalam perkembangan
kematangan bidang motorik seperti, usia waktu
duduk, berjalan dan sebagainya.
 Mereka tidak ketinggalan pula dalam bidang
keterampilan yang berhubungan dengan
kecekatan tangan (manual dextency).
 Mereka secara rata-rata berprestasi di bawah anak
pada umumnya dalam bidang:
 Koordinasi lokomotor yaitu kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan dalam bergerak. Hal
ini biasanya disebabkan oleh adanya kerusakan pada
alat keseimbangan.
 Kecepatan motorik terutama mengenai kecepatan
dalam melaksanakan suatu perbuatan yang agak
kompleks. Hal ini ada hubungan dengan kenyataan
bahwa anak tunarungu mengalami kesukaran
mengenai konsep waktu.
 Simultaneous Movement (gerak serempak) yaitu
kemampuan untuk menggunakan suatu komponen
motorik seperti tangan misalnya untuk gerak tertentu
sedangkan komponen lainnya misalnya kaki untuk
gerakan yang berbeda.

 Mempunyai sifat egosentris yang lebih besar
daripada anak mendengar. Sifat egosentris
meliputi:
 Mereka sukar menempatkan diri pada cara
berpikir dan perasaan orang lain, dan kurang
menyadari atau peduli terhadap dampak
perilakunya terhadap orang lain.
 Dalam tindakannya dikuasai perasaan dan
pikiran secara berlebihan.
 Sukar menyesuaikan diri.
 Memiliki sifat implusif, yaitu tindakan tidak
didasarkan pada perencanaan yang hati-hati dan
jelas, serta tanpa mengantisipasi akibat yang
mungkin ditimbulkan oleh perbuatannya. Apa
yang diinginkan biasanya harus segera terpenuhi,
sehingga sulit bagi mereka untuk merencanakan
atau menunda suatu pemuasan kebutuhan dalam
jangka waktu yang panjang.
 Memiliki sifat kaku (rigdity) menunjuk pada sikap
kaku atau kurang luwes dalam memandang dunia
dan tugas-tugas. Pikiran dan perasaan mereka
terbatas pada hal-hal konkret saja.
 Memiliki sifat marah atau mudah tersinggung,
seorang anak tunarungu karena kemiskinan
bahasanya tidak dapat menjelaskan maksudnya
dengan baik dan sebaliknya kurang dapat
memahami apa yang dikatakan orang lain.
Keadaan ini tentu dapat menyebabkan
kekecewaan, ketegangan, dan frustasi yang dapat
mengakibatkan suatu ledakan kemarahan.
Umumnya perasaan yang diekspresikan keluar
secara aktif dan agresif, lebih mudah diidentifikasi
pendidik karena perilaku itu mengganggu. Selain
itu perasaan frustasi dapat ditunjukkan juga dalam
sikap malu-malu, ragu-ragu dan menarik diri.
 Memiliki perasaan ragu-ragu dan khawatir,
anak tunarungu kurang dapat menguasai
dunia sekitarnya tanpa pendengaran. Hal ini
membawa perasaan ragu-ragu dan keragu-
raguan menimbulkan rasa takut dan
kekhawatiran.
 Anak tunarungu mempunyai sifat
ketergantungan pada orang lain atau keadaan
yang sudah mereka kenal, mereka cenderung
mencari bantuan dan cepat putus asa.
 Memiliki sifat polos, sederhana, seolah-olah tanpa
banyak permasalahan. Anak tunarungu sering tidak
menguasai satu ungkapan sehingga mereka langsung
saja mengatakan apa dimaksudkannya. Hal ini
berbeda dengan orang mendengar yang terkadang
mempergunakan beberapa ungkapan untuk
mengatakan sebuah maksud.
 Anak tunarungu sering berada dalam keadaan ekstrim
tanpa banyak nuansa. Mereka kurang dapat
menguasai perasaan misalnya, sedih, senang, antara
sedih dan sangat senang sepertinya tidak ada bedanya.
 Kemiskinan dalam bidang fantasi. Gambaran fantasi
anak tunarungu terlalu melekat pada keadaan tertentu
dan berdasarkan pengalaman nyatanya
 postur tubuh ternyata banyak yang memiliki
kelainan postural pada tulang belakang (
skoliosis, lardosis)
 Salah satu kekurangan postur tubuh yang
paling nyata adalah perut menonjol, yang
dapat dikaitkan dengan obesitas dan /
atau kurangnya kekuatan otot perut (Rimmer
JH, 1993:105) .
 masalah pengembangan refleks vestibular
dan ekuilibrium yang terlambat atau tertunda
sehingga keseimbangan terganggu
 Penundaan dalam pengembangan reflex selalu
menghasilkan keterlambatan dalam
penampilan motorik ( Haley S.1986:17 ).
 Ada hasil penelitian terbaru, yang berkenaan
dengan fungsi jantung dan paru-paru orang-
orang dengan ketunagrahitaan ketika mereka
berusia 20 tahunan, mereka sering memiliki
fungsi jantung dan paru-paru lebih tua 20
sampai 30 tahunan www.specialolympics.org.
 Sentuhan program pengembangan aktivitas
jasmani bagi tunagrahita yang seperti apa yang
akan mengembangkan kualitas diri anak
tunagrahita tersebut?
 Anak tunagrahita sering disebut anak dengan
retardasi mental. Menurut WHO 1992, retardasi
mental adalah suatu keadaan perkembangan
mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang
ditandai terutama oleh adanya hendaya
(impairment) keterampilan selama masa
perkembangan sehingga berpengaruh pada semua
tingkat inteligensia yaitu kemampuan kognitif,
bahasa, motorik, dan sosial, sedangkan menurut
DSM IV 1994, retardasi mental merupakan
gangguan yang ditandai oleh fungsi intelektual di
bawah rata-rata (IQ kurang dari 70) yang bermula
sebelum usia 18 tahun disertai hendaya fungsi
adaptif (Lumbantobing, 1997).
 Menurut Kennedy (1994), secara umum anak
tunagrahita mengalami keterbatasan dalam
perilaku sosial, konsep diri, proses belajar,
koordinasi motorik, keterampilan
berkomunikasi, dan kemampuan dalam
mengikuti instruksi. Sementara menurut
Robinson (1993), anak tunagrahita mengalami
kesulitan untuk mengolah informasi,
menyimpan, dan menggunakan kembali
informasi yang sebelumnya sudah disimpan,
rentang perhatian sempit, dan kesulitan dalam
menyelesaikan masalah.
 Aktivitas jasmani didefinisikan sebagai
gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
 Aktivitas jasmani adalah gerakan anggota
tubuh yang menggunakan energi lebih dari
yang digunakan ketika sedang beristirahat
 Contoh aktivitas fisik yaitu berjalan, berlari,
menari, berenang, yoga, bersepeda, senam,
lempar tangkap bola, dsb
 Aktivitas jasmani untuk anak tunagrahita
tentunya dirancang dengan mempertimbangan
kondisi dan karekteristik anak tunagrahita.
Aktivitas fisik/gerak diarahkan dengan upaya
untuk pencegahan, korektif, dan
pengembangan serta peningkatan kualitas
fisik untuk aktualisasi diri.
 menjadikan sarana murah dan efektif untuk
mendorong kesehatan yang positif dan
kesejahteraan, inklusi sosial dan pembangunan
komunitas bagi anak tunagrahita.
 Olahraga dan aktivitas fisik yang dirancang
dengan menyenangkan, pada batas
kemampuan, tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit, aktivitas bervariasi dengan
melibatkan sensomotorik, dan bersifat rekreatif
akan sangat bermanfaat bagi anak tunagrahita.
 Mengembangkan latihan rutin yang meliputi
aktivitas aerobik, latihan kekuatan, dan latihan
peregangan, keseimbangan, pengelolaan
seluruh tubuh dan meningkatkan fungsi
keterampilan gerak akan sangat bermanfaat
bagi anak tunagrahita.
 Mengingat bahwa anak tunagrahita dengan
kondisi yang sangat beragam tentunya
program aktivitas geraknya dilakukan secara
individual.
 Namun demikian aktivitas gerak yang
dilakukan bisa jadi jenis gerakannya sama
tetapi dengan tujuan yang berbeda, menurut
kebutuhan.
 Penyimpangan postur tubuh,
 Pemgembangan equilibrium,
 Pemgembangan vestibular,
 Peningkatan keterampilan locomotor dan non
lokomotor, pengembangan keterampilan
manipulatif dan kebugaran jasmani,
Neck, back, and shoulder flattener
Peregangan terlentang (supine
stretch)
Penyimpangan postur tubuh
Breaking Chins
Meluruskan leher
di depan cermin
Duduk memutar badan
(Windmill sitting)
Penyimpangan postur tubuh
Menyilang kaki (leg crossover)
Mengeliat (Mad Cat)
Penyimpangan postur tubuh
Chin – up / pull-up
Abdominal Curl
Penyimpangan postur tubuh
Menekuk lutut ke dada (Knee - chest curl)
Sejajar dengan tangga
(horizontal ladder)
Penyimpangan postur tubuh
Memilin dan peregangan (tense and stretch)
Pemgembangan Equilibrium
Menggunakan salahsatu sisi
bola melengkung atau datar dari
perangkat multifungsi yang
mengintegrasikan keseimbangan
kedalam setiapaspek kebugaran,
kinerja olahraga, atau rehabilitasi.
Pemgembangan Equilibrium
•Alat karet dengan bentuk kacang. Posisi anak dengan telungkup kedua tangan
dan kaki ditekuk.
Pemgembangan Equilibrium
Alat berbentuk selinder
Papan Goyang, dengan alas
yang berbentuk setengah
lingkaran, sehingga alat ini
menjadi labil kalau digerakan.
Pemgembangan Equilibrium
Papan keseimbangan, dengan tingkat
ketinggian yang bisa distel
Pemgembangan Vestibular
Matras miring, Bergulung
dengan kemiringan
Piring putar, anak diminta untuk
masuk ke dalam piring dengan
posisi meringkuk
Pemgembangan Locomotor
dan Non Lokomotor
Pola dasar dari gerak locomotor dan non
lokomotor sangat dibutuhkan sebelum seorang
anak dapat dengan baik melakukan gerakan-
gerakan dalam sebuah permainan,
pertandingan, kegiatan rekreasi, aktivitas OR,
dan gerakan-gerakan dalam aktivitas mereka
sehari-hari. Bentuk-bentuk aktivitas lokomotor
dan non lokomotor sebagian sudah berada pada
latihan korektif maupun latihan untuk
keseimbangan.
Pola dasar dari gerak locomotor dan non
lokomotor sangat dibutuhkan sebelum
seorang anak dapat dengan baik melakukan
gerakan-gerakan dalam sebuah permainan,
pertandingan, kegiatan rekreasi, aktivitas
OR, dan gerakan-gerakan dalam aktivitas
mereka sehari-hari. Bentuk-bentuk aktivitas
lokomotor dan non lokomotor sebagian
sudah berada pada latihan korektif maupun
latihan untuk keseimbangan.
Aktivitas pada bagian ini memberikan
kesempatan pada anak untuk mempratekkan
berbagai macam variasi dalam variabel waktu,
tempat, kekuatan, dan bagaimana mengikuti
gerakan tubuh mereka.
Aktivitas keterampilan manipulatif
Gerak manipulatif yaitu gerakan yang sudah berkaitan
dengan memanipulasi obyek atau mengendalikan tubuh
secara bersama. Aktivitas pada bagian ini memberi
kesempatan pada anak untuk mengembangkan dasar
keterampilan pengontrolan tubuh, yang biasanya sudah
banyak menggunakan gerakan tangan dan kaki, dan juga
bagian tubuh lainnya, contoh gerakannya yaitu memukul,
melempar, menendang, menggiring, memantulkan,
Terimakasih

More Related Content

Similar to materi tunarungu dan pembelajaran untuk guru

Definisi pend khas
Definisi pend khasDefinisi pend khas
Definisi pend khasSky Light
 
Siswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan KhususSiswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan KhususWahyuindratmoko
 
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademik
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademikanak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademik
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademikEkta Lifiana
 
PPT_kelompok 4_ Modul 5_ ABK_Finish.pptx
PPT_kelompok 4_ Modul 5_ ABK_Finish.pptxPPT_kelompok 4_ Modul 5_ ABK_Finish.pptx
PPT_kelompok 4_ Modul 5_ ABK_Finish.pptxrocktorock
 
Hasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak TunarunguHasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak TunarunguArina Latifah
 
mengenal ragam anak berkebutuhan khusus.pptx
mengenal ragam anak berkebutuhan khusus.pptxmengenal ragam anak berkebutuhan khusus.pptx
mengenal ragam anak berkebutuhan khusus.pptxDevyHestiwana1
 
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4Andri Hantoro
 
Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)
Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)
Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)KORAN PEDULI DOT COM
 
Pwer point bu khoriroh
Pwer point bu khorirohPwer point bu khoriroh
Pwer point bu khorirohRinatun4e
 
54403496 jurnal
54403496 jurnal54403496 jurnal
54403496 jurnalsuthasha
 
3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)john law
 
Bahasa kanakkanak-autisme
Bahasa kanakkanak-autismeBahasa kanakkanak-autisme
Bahasa kanakkanak-autismepearlisland
 
Cacat pendengaran
Cacat pendengaranCacat pendengaran
Cacat pendengaranadisyazwan
 
Anak Berkebutuhan Khusus Qq1
Anak Berkebutuhan Khusus Qq1Anak Berkebutuhan Khusus Qq1
Anak Berkebutuhan Khusus Qq1d3di
 
PABK MODUL 5 NEW.pptx
PABK MODUL 5 NEW.pptxPABK MODUL 5 NEW.pptx
PABK MODUL 5 NEW.pptxLelaMartilaya
 
KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI
KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI
KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI Tengku Fatin Najwa
 

Similar to materi tunarungu dan pembelajaran untuk guru (20)

Siswa swn
Siswa swnSiswa swn
Siswa swn
 
Definisi pend khas
Definisi pend khasDefinisi pend khas
Definisi pend khas
 
Siswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan KhususSiswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan Khusus
 
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademik
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademikanak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademik
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademik
 
PPT_kelompok 4_ Modul 5_ ABK_Finish.pptx
PPT_kelompok 4_ Modul 5_ ABK_Finish.pptxPPT_kelompok 4_ Modul 5_ ABK_Finish.pptx
PPT_kelompok 4_ Modul 5_ ABK_Finish.pptx
 
Artikel konseptual abk
Artikel konseptual abkArtikel konseptual abk
Artikel konseptual abk
 
Hasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak TunarunguHasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak Tunarungu
 
mengenal ragam anak berkebutuhan khusus.pptx
mengenal ragam anak berkebutuhan khusus.pptxmengenal ragam anak berkebutuhan khusus.pptx
mengenal ragam anak berkebutuhan khusus.pptx
 
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4
 
Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)
Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)
Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)
 
Pwer point bu khoriroh
Pwer point bu khorirohPwer point bu khoriroh
Pwer point bu khoriroh
 
54403496 jurnal
54403496 jurnal54403496 jurnal
54403496 jurnal
 
3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)
 
Bahasa kanakkanak-autisme
Bahasa kanakkanak-autismeBahasa kanakkanak-autisme
Bahasa kanakkanak-autisme
 
Cacat pendengaran
Cacat pendengaranCacat pendengaran
Cacat pendengaran
 
Anak Berkebutuhan Khusus Qq1
Anak Berkebutuhan Khusus Qq1Anak Berkebutuhan Khusus Qq1
Anak Berkebutuhan Khusus Qq1
 
PABK MODUL 5 NEW.pptx
PABK MODUL 5 NEW.pptxPABK MODUL 5 NEW.pptx
PABK MODUL 5 NEW.pptx
 
Kelompok lima.pptx
Kelompok lima.pptxKelompok lima.pptx
Kelompok lima.pptx
 
KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI
KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI
KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI
 
Tugasan kumpulan
Tugasan kumpulanTugasan kumpulan
Tugasan kumpulan
 

Recently uploaded

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 

materi tunarungu dan pembelajaran untuk guru

  • 1.  Oleh: Sumaryanti  sumaryanti@uny.ac.id
  • 2.  Tunarungu merupakan keadaan atau kondisi tidak berfungsinya organ pendengaran seseorang secara normal. Sehingga secara paedagogis diperlukan adanya pelayanan pendidikan atau bimbingan khusus. Selain itu secara fisiologis juga diperlukan latihan dan olahraga secara khusus. Ketunarunguan merupakan hambatan pendengaran dimana alat pendengaran mengalami gangguan. Dan gangguan ini bisa mengenai pada organ yang baik secara sebagian maupun menyeluruh.
  • 3.  Menurut Hallahan, DP da Kauffman. JM (2001:8)  Ketunarunguan adalah suatu keadaan yang menunjukkan keadaann yang menunjukkan adanya rentang ketidakmampuan seseorang dalam menerima informasi melalui pendengaran, dari yang mengalami ketidakmampuan taraf ringan hingga sangat berat (tuli total). Disini juga sekaligus menunjukkan adanya klasisfikasi penyandang turarungu, yaitu yang tergolong kurang dengar (hard of hearing) dan tuli (deaf).
  • 4.  Seseorang yang tidak mendengar suara dikatakan turungu, ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aid).
  • 5.  secara paedagogis tunarungu dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan seseorang dalam mendapatkan informasi secara lisan, sehingga membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus dalam belajarnya disekolah. Pengertian itu lebih menekankan pada upaya pengembangan potensi penyandang tunarungu agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal dan bertanggung jawab dalam kehidupannya sehari-hari
  • 6.  Sunaryo Kartadinata (1996:75) mengemukakan faktor-faktor penyebab ketunarunguan adalah sebagai berikut :  Pada saat dilahirkan (prenatal)  Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu atau mempunyai gen sel pembawa sifat abnorma, misalnya : dominan gen, resesive gen, dll.  Karena penyakit: sewaktu ibu mengandung terserang suatu penyakit terutama yang diderita pada saat kehamilan pada trisemester pertama, yaiutu pada saat pembentukan ruang telinga. Penyakit itu antara lain: rubella, moebilli, dll.  Karena keracunan obat-obatan. Pada saat kehamilan, ibu meminum obat-obatan terlalu banyak atau ibu seorang pecandu alkohol atau ibu tidak menghendaki kelahiran anaknya, ia meminum obat penggugur kandungan sehinga menyebabkan ketunarunguan pada anak yang dilahirkannya.
  • 7.  Pada saat kelahiran (natal)  Sewaktu ibu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga persalinan dibantu dengan penyedotan (tang).  Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya.  Pada saat setelah kelahiran  Ketunarunguan yang terjadi karena infeksi, misalnya: infeksi pada otak (menginitis), difteri, dll.  Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak.  Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian dalam, misalnya: jatuh, dll.
  • 8.  Samuel A. Kirk seperti yang dikutip oleh Rochmad Wahab (1993:8), menerangkan sebab-sebab ketunarunguan antara lain sebagai berikut:  Sebab ketunarunguan yang terjadi sebelum kelahiran.  Terjadi pada masa prenatal yaitu ibu sewaktu mengandung mengalami keracunan sehingga perkembangan anak mengalami kecacatan.  Sebab-sebab trauma dan kondisi sewaktu lahir.  Ini dapat terjadi karena pengalaman trauma pada saat kelahiran, seperti: penekanan forcep, pendarahan terlalu banyak sehingga mengakibatkan cedera pada sistem saraf pendengaran.  Sebab-sebab ketunarunguan sejak lahir.  Sebab-sebab ketunarunguan pada saat kelahiran dapat terjadi karena terkena penyakit atau kecelakaan yang menyebabkan kecacatan pendengaran.
  • 9.  Tingkat I : Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB, penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan alat pendengaran.  Tingkat II : Kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai dengan 69 dB, penderita kadang- kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus, dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara atau berbahasa secara khusus.  Tingkat III : Kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai dengan 89 dB.  Tingkat IV : Kehilangan kemampuan mendengar antara 90 dB ke atas.  Emon Satrawinata (1997:12)
  • 10.  Ketunarunguan pada taraf 15-25 dB, yaitu ketunarunguan taraf ringan, anak tunarungu ini masih dapat belajar bersama-sama dengan anak normal dengan memakai alat bantu dengar.  (yang 26-35) ?  Ketunarunguan pada taraf 36-50 dB, yaitu ketunarunaguan taraf sedang. Anak tunarungu ini memerlukan pendidikan khusus, dengan latihan bicara, membaca ujaran dan latihan mendengar menggunakan alat bantu dengar .  Ketunarunguan pada taraf 51-75 dB, yaitu ketunarunguan taraf berat. Anak tunarungu pada taraf ini dalam pelajarannya harus di utamakan dalam pelajaran bahasa.  Ketunarunguan pada taraf 75 dB ke atas, yaitu ketunarunguan pada taraf sangat besar
  • 11.  Karakteristik fisik  Gerakan kaki dan tangannya lincah dan cepat sebab sering digunakan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya sebagai bahasa lisan.  Gerakan matanya cepat dan beringas.  Kemampuan pernafasan pendek dan terganggu.  Karakterisitk dalam segi bahasa dan bicara,meliputi:  Anak tunarungu miskin kosakata  Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan dan kata-kata abstrak.  Anak tunarungu kurang menguasai irama dan gaya bahasa.  Anak tunarungu sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks atau kalimat-kalimat panjang serta bentuk kiasan- kiasan.
  • 12.  Karakteristik dalam kepribadiannya,meliputi:  Anak tunarungu tidak berpendidikan cenderung murung, penuh curiga, kejam, tidal simopatik, tidak dapat dipercaya. Cemburu, egois, ingin membalas dendam dan lain sebagainya.  Lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan dapat berpengaruh terdapat ketidakmampuan dan penyesuaian mental maupun emosi.  Anak tunarungu menunjukan emosi yang lebih neurotik dan berkepribadian introvert.  Karakterisitik emosi dan sosial,meliputi:  Suka menafsirkan sesuatu secara negatif  Kurang mampu dalam mengendalikan emosi sehingga perilakunya cenderung agresif.  Memiliki perasaan rendah diri dan merasa diasingkan.  Memiliki rasa cemburu karena tidak di perlakukan secara adil dan sulit untuk bergaul.
  • 13.  Anak tunarungu tidak ketinggalan dibandingkan anak mendengar dalam perkembangan kematangan bidang motorik seperti, usia waktu duduk, berjalan dan sebagainya.  Mereka tidak ketinggalan pula dalam bidang keterampilan yang berhubungan dengan kecekatan tangan (manual dextency).  Mereka secara rata-rata berprestasi di bawah anak pada umumnya dalam bidang:
  • 14.  Koordinasi lokomotor yaitu kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dalam bergerak. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya kerusakan pada alat keseimbangan.  Kecepatan motorik terutama mengenai kecepatan dalam melaksanakan suatu perbuatan yang agak kompleks. Hal ini ada hubungan dengan kenyataan bahwa anak tunarungu mengalami kesukaran mengenai konsep waktu.  Simultaneous Movement (gerak serempak) yaitu kemampuan untuk menggunakan suatu komponen motorik seperti tangan misalnya untuk gerak tertentu sedangkan komponen lainnya misalnya kaki untuk gerakan yang berbeda. 
  • 15.  Mempunyai sifat egosentris yang lebih besar daripada anak mendengar. Sifat egosentris meliputi:  Mereka sukar menempatkan diri pada cara berpikir dan perasaan orang lain, dan kurang menyadari atau peduli terhadap dampak perilakunya terhadap orang lain.  Dalam tindakannya dikuasai perasaan dan pikiran secara berlebihan.  Sukar menyesuaikan diri.
  • 16.  Memiliki sifat implusif, yaitu tindakan tidak didasarkan pada perencanaan yang hati-hati dan jelas, serta tanpa mengantisipasi akibat yang mungkin ditimbulkan oleh perbuatannya. Apa yang diinginkan biasanya harus segera terpenuhi, sehingga sulit bagi mereka untuk merencanakan atau menunda suatu pemuasan kebutuhan dalam jangka waktu yang panjang.  Memiliki sifat kaku (rigdity) menunjuk pada sikap kaku atau kurang luwes dalam memandang dunia dan tugas-tugas. Pikiran dan perasaan mereka terbatas pada hal-hal konkret saja.
  • 17.  Memiliki sifat marah atau mudah tersinggung, seorang anak tunarungu karena kemiskinan bahasanya tidak dapat menjelaskan maksudnya dengan baik dan sebaliknya kurang dapat memahami apa yang dikatakan orang lain. Keadaan ini tentu dapat menyebabkan kekecewaan, ketegangan, dan frustasi yang dapat mengakibatkan suatu ledakan kemarahan. Umumnya perasaan yang diekspresikan keluar secara aktif dan agresif, lebih mudah diidentifikasi pendidik karena perilaku itu mengganggu. Selain itu perasaan frustasi dapat ditunjukkan juga dalam sikap malu-malu, ragu-ragu dan menarik diri.
  • 18.  Memiliki perasaan ragu-ragu dan khawatir, anak tunarungu kurang dapat menguasai dunia sekitarnya tanpa pendengaran. Hal ini membawa perasaan ragu-ragu dan keragu- raguan menimbulkan rasa takut dan kekhawatiran.  Anak tunarungu mempunyai sifat ketergantungan pada orang lain atau keadaan yang sudah mereka kenal, mereka cenderung mencari bantuan dan cepat putus asa.
  • 19.  Memiliki sifat polos, sederhana, seolah-olah tanpa banyak permasalahan. Anak tunarungu sering tidak menguasai satu ungkapan sehingga mereka langsung saja mengatakan apa dimaksudkannya. Hal ini berbeda dengan orang mendengar yang terkadang mempergunakan beberapa ungkapan untuk mengatakan sebuah maksud.  Anak tunarungu sering berada dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa. Mereka kurang dapat menguasai perasaan misalnya, sedih, senang, antara sedih dan sangat senang sepertinya tidak ada bedanya.  Kemiskinan dalam bidang fantasi. Gambaran fantasi anak tunarungu terlalu melekat pada keadaan tertentu dan berdasarkan pengalaman nyatanya
  • 20.
  • 21.
  • 22.
  • 23.  postur tubuh ternyata banyak yang memiliki kelainan postural pada tulang belakang ( skoliosis, lardosis)  Salah satu kekurangan postur tubuh yang paling nyata adalah perut menonjol, yang dapat dikaitkan dengan obesitas dan / atau kurangnya kekuatan otot perut (Rimmer JH, 1993:105) .  masalah pengembangan refleks vestibular dan ekuilibrium yang terlambat atau tertunda sehingga keseimbangan terganggu
  • 24.  Penundaan dalam pengembangan reflex selalu menghasilkan keterlambatan dalam penampilan motorik ( Haley S.1986:17 ).  Ada hasil penelitian terbaru, yang berkenaan dengan fungsi jantung dan paru-paru orang- orang dengan ketunagrahitaan ketika mereka berusia 20 tahunan, mereka sering memiliki fungsi jantung dan paru-paru lebih tua 20 sampai 30 tahunan www.specialolympics.org.
  • 25.  Sentuhan program pengembangan aktivitas jasmani bagi tunagrahita yang seperti apa yang akan mengembangkan kualitas diri anak tunagrahita tersebut?
  • 26.  Anak tunagrahita sering disebut anak dengan retardasi mental. Menurut WHO 1992, retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang ditandai terutama oleh adanya hendaya (impairment) keterampilan selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua tingkat inteligensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial, sedangkan menurut DSM IV 1994, retardasi mental merupakan gangguan yang ditandai oleh fungsi intelektual di bawah rata-rata (IQ kurang dari 70) yang bermula sebelum usia 18 tahun disertai hendaya fungsi adaptif (Lumbantobing, 1997).
  • 27.  Menurut Kennedy (1994), secara umum anak tunagrahita mengalami keterbatasan dalam perilaku sosial, konsep diri, proses belajar, koordinasi motorik, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan dalam mengikuti instruksi. Sementara menurut Robinson (1993), anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk mengolah informasi, menyimpan, dan menggunakan kembali informasi yang sebelumnya sudah disimpan, rentang perhatian sempit, dan kesulitan dalam menyelesaikan masalah.
  • 28.  Aktivitas jasmani didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.  Aktivitas jasmani adalah gerakan anggota tubuh yang menggunakan energi lebih dari yang digunakan ketika sedang beristirahat  Contoh aktivitas fisik yaitu berjalan, berlari, menari, berenang, yoga, bersepeda, senam, lempar tangkap bola, dsb
  • 29.  Aktivitas jasmani untuk anak tunagrahita tentunya dirancang dengan mempertimbangan kondisi dan karekteristik anak tunagrahita. Aktivitas fisik/gerak diarahkan dengan upaya untuk pencegahan, korektif, dan pengembangan serta peningkatan kualitas fisik untuk aktualisasi diri.
  • 30.  menjadikan sarana murah dan efektif untuk mendorong kesehatan yang positif dan kesejahteraan, inklusi sosial dan pembangunan komunitas bagi anak tunagrahita.  Olahraga dan aktivitas fisik yang dirancang dengan menyenangkan, pada batas kemampuan, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, aktivitas bervariasi dengan melibatkan sensomotorik, dan bersifat rekreatif akan sangat bermanfaat bagi anak tunagrahita.
  • 31.  Mengembangkan latihan rutin yang meliputi aktivitas aerobik, latihan kekuatan, dan latihan peregangan, keseimbangan, pengelolaan seluruh tubuh dan meningkatkan fungsi keterampilan gerak akan sangat bermanfaat bagi anak tunagrahita.
  • 32.  Mengingat bahwa anak tunagrahita dengan kondisi yang sangat beragam tentunya program aktivitas geraknya dilakukan secara individual.  Namun demikian aktivitas gerak yang dilakukan bisa jadi jenis gerakannya sama tetapi dengan tujuan yang berbeda, menurut kebutuhan.
  • 33.  Penyimpangan postur tubuh,  Pemgembangan equilibrium,  Pemgembangan vestibular,  Peningkatan keterampilan locomotor dan non lokomotor, pengembangan keterampilan manipulatif dan kebugaran jasmani,
  • 34. Neck, back, and shoulder flattener Peregangan terlentang (supine stretch)
  • 35. Penyimpangan postur tubuh Breaking Chins Meluruskan leher di depan cermin Duduk memutar badan (Windmill sitting)
  • 36. Penyimpangan postur tubuh Menyilang kaki (leg crossover) Mengeliat (Mad Cat)
  • 37. Penyimpangan postur tubuh Chin – up / pull-up Abdominal Curl
  • 38. Penyimpangan postur tubuh Menekuk lutut ke dada (Knee - chest curl) Sejajar dengan tangga (horizontal ladder)
  • 39. Penyimpangan postur tubuh Memilin dan peregangan (tense and stretch)
  • 40. Pemgembangan Equilibrium Menggunakan salahsatu sisi bola melengkung atau datar dari perangkat multifungsi yang mengintegrasikan keseimbangan kedalam setiapaspek kebugaran, kinerja olahraga, atau rehabilitasi.
  • 41. Pemgembangan Equilibrium •Alat karet dengan bentuk kacang. Posisi anak dengan telungkup kedua tangan dan kaki ditekuk.
  • 42. Pemgembangan Equilibrium Alat berbentuk selinder Papan Goyang, dengan alas yang berbentuk setengah lingkaran, sehingga alat ini menjadi labil kalau digerakan.
  • 43. Pemgembangan Equilibrium Papan keseimbangan, dengan tingkat ketinggian yang bisa distel
  • 44. Pemgembangan Vestibular Matras miring, Bergulung dengan kemiringan Piring putar, anak diminta untuk masuk ke dalam piring dengan posisi meringkuk
  • 45. Pemgembangan Locomotor dan Non Lokomotor Pola dasar dari gerak locomotor dan non lokomotor sangat dibutuhkan sebelum seorang anak dapat dengan baik melakukan gerakan- gerakan dalam sebuah permainan, pertandingan, kegiatan rekreasi, aktivitas OR, dan gerakan-gerakan dalam aktivitas mereka sehari-hari. Bentuk-bentuk aktivitas lokomotor dan non lokomotor sebagian sudah berada pada latihan korektif maupun latihan untuk keseimbangan.
  • 46. Pola dasar dari gerak locomotor dan non lokomotor sangat dibutuhkan sebelum seorang anak dapat dengan baik melakukan gerakan-gerakan dalam sebuah permainan, pertandingan, kegiatan rekreasi, aktivitas OR, dan gerakan-gerakan dalam aktivitas mereka sehari-hari. Bentuk-bentuk aktivitas lokomotor dan non lokomotor sebagian sudah berada pada latihan korektif maupun latihan untuk keseimbangan.
  • 47. Aktivitas pada bagian ini memberikan kesempatan pada anak untuk mempratekkan berbagai macam variasi dalam variabel waktu, tempat, kekuatan, dan bagaimana mengikuti gerakan tubuh mereka.
  • 48. Aktivitas keterampilan manipulatif Gerak manipulatif yaitu gerakan yang sudah berkaitan dengan memanipulasi obyek atau mengendalikan tubuh secara bersama. Aktivitas pada bagian ini memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan dasar keterampilan pengontrolan tubuh, yang biasanya sudah banyak menggunakan gerakan tangan dan kaki, dan juga bagian tubuh lainnya, contoh gerakannya yaitu memukul, melempar, menendang, menggiring, memantulkan,