Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, klasifikasi, penyebab, karakteristik, dan deteksi ketunarunguan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa ketunarunguan dapat disebabkan faktor keturunan, infeksi, atau cedera dan dapat dideteksi melalui tes pendengaran, observasi, wawancara, atau melihat dokumen medis. Karakteristik tunarungu meliputi kesulitan bahasa dan sosial
Dokumen tersebut menjelaskan aktiviti pengamatan pendengaran untuk membezakan perkataan "kelapa" dan "kepala". Guru mengajar murid lagu dan mengulanginya dengan menukar perkataan, kemudian menunjukkan gambar dan kad perkataan serta menguji pemahaman murid secara lisan dan individu. Dokumen kedua membincangkan definisi pendengaran dan pengamatan pendengaran serta kelemahan-kelemahan yang berkaitan.
Dokumen tersebut membahas tentang empat jenis cacat pendengaran - cacat pendengaran penerimaan, cacat pendengaran pengamatan, cacat pendengaran pusat, dan cacat pendengaran psikogenik - serta tanda-tanda bahwa seorang anak mungkin mengalami masalah pendengaran seperti kurang memberikan perhatian di kelas, suka berkhayal, dan pencapaian pelajaran yang lemah terutama subjek bahasa.
Dokumen tersebut membahas mengenai masalah pendengaran, definisi dan mekanisme pendengaran, ciri-ciri masalah pendengaran, pengesanan kecacatan pendengaran, punca masalah pendengaran, jenis masalah pendengaran, dan langkah awal membantu kanak-kanak yang mengalami masalah pendengaran.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Kursus Asas Pendidikan Khas (Masalah Pendengaran) membahas tentang definisi masalah pendengaran, fungsi telinga, anatomi telinga, jenis masalah pendengaran, alat bantu pendengaran, implan koklea, dan metode pengajaran untuk siswa dengan masalah pendengaran. Dokumen ini memberikan gambaran menyeluruh tentang masalah pendengaran dan cara untuk membantu siswa yang
Dokumen tersebut membahas tentang masalah pendengaran, termasuk definisi, jenis, ciri-ciri, dan pendekatan pendidikan untuk siswa dengan masalah pendengaran. Jenis masalah pendengaran dibedakan menjadi konduktif, sensori-neural, dan campuran, sedangkan pendekatan pengajaran mencakup pendekatan lisan, isyarat pertuturan, dan komunikasi seluruh.
Dokumen tersebut menjelaskan aktiviti pengamatan pendengaran untuk membezakan perkataan "kelapa" dan "kepala". Guru mengajar murid lagu dan mengulanginya dengan menukar perkataan, kemudian menunjukkan gambar dan kad perkataan serta menguji pemahaman murid secara lisan dan individu. Dokumen kedua membincangkan definisi pendengaran dan pengamatan pendengaran serta kelemahan-kelemahan yang berkaitan.
Dokumen tersebut membahas tentang empat jenis cacat pendengaran - cacat pendengaran penerimaan, cacat pendengaran pengamatan, cacat pendengaran pusat, dan cacat pendengaran psikogenik - serta tanda-tanda bahwa seorang anak mungkin mengalami masalah pendengaran seperti kurang memberikan perhatian di kelas, suka berkhayal, dan pencapaian pelajaran yang lemah terutama subjek bahasa.
Dokumen tersebut membahas mengenai masalah pendengaran, definisi dan mekanisme pendengaran, ciri-ciri masalah pendengaran, pengesanan kecacatan pendengaran, punca masalah pendengaran, jenis masalah pendengaran, dan langkah awal membantu kanak-kanak yang mengalami masalah pendengaran.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Kursus Asas Pendidikan Khas (Masalah Pendengaran) membahas tentang definisi masalah pendengaran, fungsi telinga, anatomi telinga, jenis masalah pendengaran, alat bantu pendengaran, implan koklea, dan metode pengajaran untuk siswa dengan masalah pendengaran. Dokumen ini memberikan gambaran menyeluruh tentang masalah pendengaran dan cara untuk membantu siswa yang
Dokumen tersebut membahas tentang masalah pendengaran, termasuk definisi, jenis, ciri-ciri, dan pendekatan pendidikan untuk siswa dengan masalah pendengaran. Jenis masalah pendengaran dibedakan menjadi konduktif, sensori-neural, dan campuran, sedangkan pendekatan pengajaran mencakup pendekatan lisan, isyarat pertuturan, dan komunikasi seluruh.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pendidikan untuk anak tunarungu (ATR), yang mencakup sistem pendidikan segregasi di Sekolah Luar Biasa (SLB), sistem pendidikan integrasi di sekolah umum, fasilitas pendidikan khusus untuk ATR, dan peran orang tua dalam pendidikan ATR.
The document provides information about learning disabilities and strategies to support students with disabilities. It discusses the objectives of disability support services including psychological testing, accommodations, and study skills support. It then focuses on specific learning disabilities like dyslexia, dyscalculia, and dysgraphia. For each disability, it defines the condition, discusses underlying causes and symptoms, and provides strategies to help students.
PPT MODUL 5 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxArman Ahmad
Modul ini membahas tentang pendidikan bagi anak tunarungu. Ia menjelaskan definisi tunarungu, klasifikasi dan penyebabnya, dampak terhadap perkembangan anak, serta layanan pendidikan khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak tunarungu.
PDF MODUL 5 PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pdfArman Ahmad
Modul ini membahas pendidikan bagi anak tunarungu. Tujuannya adalah menjelaskan definisi, klasifikasi, penyebab, dan cara pencegahan tunarungu serta dampaknya terhadap perkembangan anak dan gangguan komunikasi. Anak tunarungu perlu mendapat layanan pendidikan khusus di sekolah khusus, sekolah reguler, atau pendidikan inklusi.
PPT_kelompok 4_ Modul 5_ ABK_Finish.pptxrocktorock
Berdasarkan dokumen tersebut, dokumen tersebut membahas tentang pendidikan anak tunarungu dan anak dengan gangguan komunikasi. Dibahas mengenai definisi, klasifikasi, penyebab, dampak, serta kebutuhan khusus anak tunarungu dan anak dengan gangguan komunikasi. Termasuk layanan pendidikan khusus apa saja yang dibutuhkan untuk menunjang perkembangan anak tersebut.
Dokumen ini membahas tentang masalah pendengaran pada anak-anak, termasuk definisi masalah pendengaran, jenis-jenis kehilangan pendengaran seperti konduktif, sensori-neural, dan campuran, serta punca masalah pendengaran seperti faktor genetik dan infeksi. Dokumen ini juga menjelaskan pendekatan pengajaran dan pembelajaran bagi pelajar yang mengalami masalah pendengaran.
Terdapat beberapa halangan pendengaran dalam komunikasi seperti suasana sekitar yang bising, masalah kesihatan, dan prasangka. Namun, halangan ini dapat diatasi dengan mendengar secara aktif, memahami pandangan orang lain, dan memberikan maklumbalas yang membantu. Suara juga memainkan peranan dalam komunikasi kerana ia dapat menunjukkan emosi dan makna yang ingin disampaikan.
MODUL I KONSEP DASAR ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN
MODUL II ORGAN BICARA DAN FONETIK
MODUL III MATERI, PENDEKATAN, DAN MEDIA PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN
MODUL IV LATIHAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN
MODUL V ASESMEN DAN PROSEDUR INTERVENSI ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pendidikan untuk anak tunarungu (ATR), yang mencakup sistem pendidikan segregasi di Sekolah Luar Biasa (SLB), sistem pendidikan integrasi di sekolah umum, fasilitas pendidikan khusus untuk ATR, dan peran orang tua dalam pendidikan ATR.
The document provides information about learning disabilities and strategies to support students with disabilities. It discusses the objectives of disability support services including psychological testing, accommodations, and study skills support. It then focuses on specific learning disabilities like dyslexia, dyscalculia, and dysgraphia. For each disability, it defines the condition, discusses underlying causes and symptoms, and provides strategies to help students.
PPT MODUL 5 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxArman Ahmad
Modul ini membahas tentang pendidikan bagi anak tunarungu. Ia menjelaskan definisi tunarungu, klasifikasi dan penyebabnya, dampak terhadap perkembangan anak, serta layanan pendidikan khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak tunarungu.
PDF MODUL 5 PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pdfArman Ahmad
Modul ini membahas pendidikan bagi anak tunarungu. Tujuannya adalah menjelaskan definisi, klasifikasi, penyebab, dan cara pencegahan tunarungu serta dampaknya terhadap perkembangan anak dan gangguan komunikasi. Anak tunarungu perlu mendapat layanan pendidikan khusus di sekolah khusus, sekolah reguler, atau pendidikan inklusi.
PPT_kelompok 4_ Modul 5_ ABK_Finish.pptxrocktorock
Berdasarkan dokumen tersebut, dokumen tersebut membahas tentang pendidikan anak tunarungu dan anak dengan gangguan komunikasi. Dibahas mengenai definisi, klasifikasi, penyebab, dampak, serta kebutuhan khusus anak tunarungu dan anak dengan gangguan komunikasi. Termasuk layanan pendidikan khusus apa saja yang dibutuhkan untuk menunjang perkembangan anak tersebut.
Dokumen ini membahas tentang masalah pendengaran pada anak-anak, termasuk definisi masalah pendengaran, jenis-jenis kehilangan pendengaran seperti konduktif, sensori-neural, dan campuran, serta punca masalah pendengaran seperti faktor genetik dan infeksi. Dokumen ini juga menjelaskan pendekatan pengajaran dan pembelajaran bagi pelajar yang mengalami masalah pendengaran.
Terdapat beberapa halangan pendengaran dalam komunikasi seperti suasana sekitar yang bising, masalah kesihatan, dan prasangka. Namun, halangan ini dapat diatasi dengan mendengar secara aktif, memahami pandangan orang lain, dan memberikan maklumbalas yang membantu. Suara juga memainkan peranan dalam komunikasi kerana ia dapat menunjukkan emosi dan makna yang ingin disampaikan.
MODUL I KONSEP DASAR ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN
MODUL II ORGAN BICARA DAN FONETIK
MODUL III MATERI, PENDEKATAN, DAN MEDIA PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN
MODUL IV LATIHAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN
MODUL V ASESMEN DAN PROSEDUR INTERVENSI ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN
Pelayanan kesehatan dan pendidikan luar biasaAgus Candra
Dokumen tersebut membahas layanan kesehatan dan pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB). Dokumen tersebut menjelaskan karakteristik berbagai jenis cacat pada anak seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan lainnya serta peran UKS dan puskesmas dalam memberikan layanan kesehatan dan rehabilitasi bagi anak-anak tersebut.
Dokumen tersebut memberikan definisi tunanetra secara legal dan edukasional. Secara legal, tunanetra didefinisikan berdasarkan ketajaman penglihatan dan medan pandang menurut WHO dan undang-undang Amerika Serikat. Sedangkan secara edukasional, tunanetra didefinisikan berdasarkan kemampuan membaca dan kebutuhan bantuan pembelajaran. Dokumen ini juga membedakan tunanetra berat dan ringan.
The document provides information on basic sentence patterns in English, including the components of a basic sentence, subjects, predicates, and types of verbs. It discusses subjects, predicates, and the three types of verbs - linking verbs, intransitive verbs, and transitive verbs. Examples are given for each sentence pattern and practice identifying subjects and verbs. The document also covers complements, adjuncts, pronouns, and some additional examples of sentences using linking verbs.
1. Hakekat ATR
1. Pengertian ATR
2. Klasifikasi Ketunarunguan
3. Penyebab Keturunguan
4. Karakteristik ATR
5. Deteksi Ketunarunguan
Pengertian Tunarungu
Suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat
menangkap berbagai perangsang terutama melalui indra pendengaran (Dwijosumarto)
Pengertian ATR
Adalah seorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar akibat
tidak berfungsinya alat pendengaran sehingga ia tidak dapat menggunakan alat
pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari
Klasifikasi ATR dibagi atas 2 gol. besar
• Orang tuli adalah seseorang yg mengalami kehilangan kemampuan mendengar shg
menghambat proses informasi bhs melalui pendengaran baik memakai atau tidak
ABM
• Orang kurang dengar adalah seseorang yg mengalami kehilangan sebagian
kemampuan mendengar akan tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan
pemakakaian ABM memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi
bhs melalui pendengaran
Klasifikasi ATR menurut Samuel A.Kirk
0 dB
Menunjukkan pendengaran normal
0 – 26 dB Menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran normal
27 – 40 dB Mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh.
Membutuhkan tempat dudukyang strategis letaknya dan
memerlukan terapi bicara. (TR ringan)
41 – 55 dB Mengerti bahasa percakapan, tidak dpt mengikuti diskusi,
membutuhkan ABM dan terapi bicara. (T.R sedang)
56 – 70 dB Hanya bisa mendengar suara dr jarak yg dekat, masih mempunyai
sisa pendengaran unt belajar bahasa dan bicara
dgnmemnggunakan ABM dgn cara khusus (T.R agak berat)
71 – 90 dB Hanya bisa mendengar bunyi yg sangat dekat, kadang-kadang
dianggap tuli membutuhkan PLB intensif dan ABM dan laihan
bicara secara khusus (T.R berat)
91 db ke Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara & getaran.banyak
atas
bergantung pdpenglihtan drpd pendengaran unt proses menerima
informasi. Dianggap tuli (T.R berat sekali)
Ketunarunguan berdasarkan anatomis-fisiologis
• Tunarungu hantaran (konduksi), ialah ketunarunguan yg disebabkan kerusakan atau
tidak berfungsinya alat-alat penghantar getaran suara pd telinga bag. tengah (malleus,
incus, stapes, gendang telinga)
• Tunarungu syaraf (sensorial) ialah tunarungu yg disebabkan oleh kerusakan atau tidak
berfungsinya alat-alat pendengaran bagian dalam (syaraf pendengaran)
• Tunarungu campuran, ialah kelainan pendegaran yg disebabkan oleh kerusakan pd
penghantar suara dan pd syaraf pendengaran
2. Penyebab ketunarunguan
• Keturunan
• Campak jerman dari fihak ibu
• Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran
• Radang selaput otak (meningitis)
• Otitis media (radang pada telinga bag. Tengah)
• Penyakit anak-anak, radang dan luka
Penyebab ketunarunguan berasal dlm diri anak
a. Faktor keturunan dr salah satu atau kedua orang tua yg mengalami ketunarunguan
(30-60%)
b. Ibu yg mengandung menderita campak jerman (rubella) pd masakandungan tiga bulan
pertama
c. Ibu yg mengandung menderita keracunan darah (toxamia) yg menyebabkan kerusakan
placenta.jika menyerang atau alat pendengaran mk bayi bisa lahir tunarungu
Penyebab ketunarunguan berasal luar diri anak
a. Anak mengalami infeksi pd saat kelahiran. Mis:terkena Herpes Implex, jika infeksi
menyerang alat kelamin ibu dpt menular saat anak dilahirkan.
b. Meningitis (radang selaput otak)
c. Otitis Media (radang telinga bagian tengah).akibat radang menimbulkan nanah yg
mengganggu hantaran bunyi sampai ke syaraf pendengaran
d. Penyakit atau kecelakaan, yg menakibatkan kerusakan alat-alat pendengaran bag.
Tengah dan dalam
Karakteristik ATR dlm segi inteligensi
• Inteligensi ATR sama seperti anak normal, ada yg tinggi, rata-rata dan rendah
• Pd umumnya ATR memiliki inteligensi normal, akan tetapi krn perkembangan
inteligensi dipengaruhi oleh perkembangan bhs, mk ATR menampakkan inteligensi
yg rendah krn kesulitan memahami bhs
• Rendahnya prestasi ATR bukan krn intelektualnya yg rendah tetapi krn inteligensinya
tkd mendapat kesempatan berkembang secara maksimal
Karakteristik ATR dlm segi emosi dan sosial
a. Egosentrisme melebihi org normal, hal ini terjadi krn daerah pengamatan ATR hanya
terbatas dr apa yg dilihatnya. Lingkungan sekitar tdk mampu ditangkap dgn
pendengrannya. Akibatnya hanya sedikit dunia luar yg mampu dimasukkan anak ke
dlm dirinya.
b. Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yg lebih luas, krn pendengarannya
terganggu dan miskin akan bahasa ATR tdk mampu menguasai dan menyatukan
situasi
c. Ketergantungan pd org lain, krn tunarungu mereka lebih bergantung pd org-org yg
telah mereka kenal dgn baik
d. Perhatian lebih sukar dialihkan, kesempitan berbahasa menyebabkan kesempitan
berfikir, alam pikiran ATR terpaku pd hal-hal yg konkrit. Jika perhatiannya tertuju pd
sesuatu sukar melepaskannya
e. Bersifat polos dan sederhana, ATR hampir tdk menguasai ungkapan dgn baik,
sehingga ia akan mengatakan langsung apag dimaksudkannya
f. Lebih mudah marah dan cepat tersinggung, krn ATR sukar mengekpresikan
maksudnya kpd org lain dan sukar menangkap ungkapan org lain menyebabkan
mereka mudah curiga dan cepat tersinggung
3. Karakteristik dlm segi bahasa dan bicara
• Perkembangan bhs dan bicara pd ATR sampai hanya pd masa meraban. Pd masa
meniru ATR terbatas pd peniruan yg sifatnya visual, yaitu gerak dan isyarat.
• Kemampuan berbahasa ATR tdk dpt berkembang bila tdk dilatih dan dididik secara
khusus
• ATR tdk dpt berbicara seperti org mendengar, baik suara, irama, dan tekanan suara
terdengar monoton. Hal ini krn mereka sedikit sekali mendpt umban balik unt
mengontrol suara atau ucapannya sendiri melalui pendengaran
Gejala yg nampak pd ATR ringan sampai sedang di SD
• Acuh tak acuh, kebingungan atau penurut
• Menghayal secara berlebihan
• Prestasinya rendah
• Sedikit mengalami gangguan bicara
• Malas
• Nampak bodoh
Deteksi ketunarunguan dgn cara tes
a. Tes dgn alat sederhana, seperti bunyi pintu, tepukan tangan, dan sendok yg
diketukkan pd piring atau gelas dibelakang anak
b. Tes dgn uang logam, caranya dng mengadukan dua uang logam di belakang anak. Tes
ini dpt dipakai unt mengetahui kehilangan pendengaran frekuensi tinggi
c. Tes detik jam, jam dgn merk tertentu dpt dipakai unt mengetes pendengaran. Caranya
dgn mendekatkan jam pd telinga yg di tes dgn sedikit demi sedikit dijauhkan.
d. Tes dgn bisikan, caranya anak ditempatkan diruangan kedap suara dgn punggung
menghadap tester. Anak disuruh mengulang apa ucapan tester pd jarak 6 m. Bila anak
tdk mendengar tester mendekati anak sampai cukup dekat agar anak dpt mengulangi
ucapan tester (jika mendengar pd jarak 6 m termasuk normal, 6-20 feet termasuk
tunarungu ringan sekali, kalau kurang dr 3 feet termasuk kurang dengar)
e. Tes percakapan, anak diajak bercakap-cakap pd jarak 20 feet. Jika anak tdk dpt
menjawab tester semakin mendekat. Jika anak mengalami kesulitan pd jarak 10 feet
perlu di tes dgn audiometer
f. Audiometer adalah alat elektronik unt mengukur kehilangan kemampuan mendengar.
Penggunaanya hrs di ruang yg kedap suara. Pengukuran mulai dr freq 125 Hz dan
intensitas 5 dB. Apabila ia memberikan reaksi pd intensitas 20 dB, mk kehilangan
kemampuan mendengar 20 dB. Tes dpt dilakukan melalui hantaran udara (air
conduktion) dan hantaran tulang (bone conduction)
Deteksi ketunarunguan dengan cara observasi
a. Mendengarkan dan memahami pembicaraan
- acuh terhadap suara
- tdk ada respon thd kata
- respon pd bunyi bkn kata
b. Pembentukan vokal dan suara atau bunyi yg dihasilkan
- monoton
- tdk jelas
- sedikit tertawa
- miskin bunyi atau teriakan
- berteriak dan memekik unt meminta sesuatu
c. Perhatian secara visual dan pemahaman
- visualnya lebih baik
- lebh peka terhadap gerakan isyarat
- mencontoh dan meniru permainan
4. d. Tanda-tanda sosial dan penyesuaian sosial
- permainan verbal kurang ada
- tertarik benda dr pd org
- bingung dlm situasi sosial
- waspada dan curiga
- bereaksi terhadap pujian dan perhatian
e. Tingkah laku
- mengarahkan telinga ke pembicara
- membantu telinga dgn tangan
- perhatian kurang
- tdk segera menyahut jika dipanggil
- tetap bingung sekalipun sdh dijelaskan
- suara bicara aneh, kadang meninggi
f. Tingkahlaku yg menyangkut emosi
- unt minta perhatian dilakukan dgn marah
- keras kepala dan cenderung mengejek
- krn kurang phm sering melakukan penolakan
- mdh tersinggung krn tdk dpt memahami diri sdr
- eksplosif krn kesal thd diri sendiri
Deteksi ketunarunguan dengan cara interview
a. Riwayat anak
b. Riwayat keluarga
c. Riwayat kelahiran
d. Kesehatan
e. Riwayat perkembangan fisik
f. Perkembangan bicara dan bahasa
g. Sosial dan emosi
h. Pendengaran anak
Deteksi ketunarunguan dengan cara melihat dokumen
• Dokter THT unt mengetahui sisa pendengaran anak
• Psikolog unt mengetahui kecerdasan, emosi, bakat, dan minat
• Dokter anak unt mengetahui penyakit yg pernah diderita anak