SlideShare a Scribd company logo
BAB II
P E M B A H A S A N
A. Esensi Pendidikan dan Pembangunan serta Titik Temunya
Menurut paham umum kata “pembangunan” lazimnya diasosiasikan
dengan pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan
dengan dibangunnya pabrik-pabrik, jalanan, jembatan sampai kepada
pelabuhan, alat-alat transportasi, komunikasi, dan sejenisnya. Sedangkan hal
mengenai sumber daya manusia tidak secara lansung terlihat sebagai sasaran
pembicaraan.
Padahal banyak bukti yang dialami oleh banyak Negara menunjukkan
bahwa kemajuan di bidang ekonomi dan industri ditandai oleh kenaikan GNP,
lalu kenaikan volume ekspor dan impor sebagai indikatornya, ternyata tidak
otomatis membawa kesejahteraan masyarakatnya.
Kondisi demikian justru menimbulkan gejala penyerta yang negatif,
antara lain: kegoncangan sosial politik, karena kasengsaraan masyarakat,
seperti dialami oleh Negara Pakistan akhir-akhir ini; meningkatnya
pengangguran dan kemelaratan seperti dialami oleh Malaysia dan beberapa
Negara tetangga lainnya.
Gambaran di atas itu menunjukkan bahwa pembangunan dalam arti
yang terbatas pada bidang ekonomi dan industri saja belumlah
menggambarkan esensi yang sebenarnya dari pembangunan, jika kegiatan-
kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yaitu
terpenuhinya hajat hidup dari rakyat banyak material dan spiritual.
Disini terlihat, bahwa esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal
dari manusianya,bukan pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi
sebagaimana telah dikemukakan. Pembangunan berorientasi pada pemenuhan
hajat manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia.
2
Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional
adalah pembangunan manusia Indonesia.
Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia,berorientasi
kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kordratnya sebagai
manusia maka dalam ruang gerak pembangunan, manusia dapat dipandang
sebagai “objek” dan sekaligus juga sebagai “subjek” pembangunan, yaitu
dapatnya dipenuhi hajat hidup manusia sesuai sebutan dapat diartikan bahwa
yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapatnya
dippenuhi hajat hidup, jasmaniah, dan rohaniah, sebagai mkhluk individu,
mahluk social, dann makhluk religious, agar dengan demmikian dapat
meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang
dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtiar ke dalam diri manusia,
berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang
meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap
lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja. Ikhtiar
disebut pendidikan.
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan
segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan
krreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan
sosial/spiritual. Perekayasaan terhadap lingkungan ini lazim disebut
pembangunan
Jika pendidikan dan pembangunan dilihat sebagai suatu garis proses,
maka keduanya merupakan suatu garis yang terletak kontinu yang saling
mengisi.
Proses pendidikan pada satu garis menempatkan manusia sebagai titik
awal, karena pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas untuk pembangunan, yaitu pembangunan yang dapat
memenuhi hajat hidup masyarakat luas serta mengangkat martabat manusia
sebagai mahkluk.
3
Bahwa hasil pendidikan menunjang pembangunan, juga dapat dilihat
korelasinya dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi peserta didik yang
mengalami pendidikan.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang
dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtisar ke dalam diri
manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani
yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap
terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja.
Manusia sebagai sasaran pembangunan wujudnya diubah dari keadaan
yang masih bersifat “potensial” ke keadaan “aktual”.
Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya
seperti kemampuan berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan,
berpendrian, rasa bebas yang bertanggung jawab, kejujuran, toleransi, rendah
hati, tenggang rasa, kemampuan bekerjasama, menerima, melaksanakan
kewajiban sebagai keniscayaan, menghormati hak orang lain dan seterusnya.
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan
segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan
kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial/
spiritual.
1. Pendidikan merupakan usaha dalam diri manusia sedangkan
pembangunan merupakan usaha ke luar dari diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang
pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan
(pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya).
B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan
Pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak
segera dapat dilihat. Ada jarak penantian yang cukup panjang antara
dimulainya proses usaha dengan tercapainya hasil.
4
Namun demikian jika ditilik secara saksama tidaklah dapat dipungkiri
bahwa andil yang diberikan oleh pendidikan pada pembangunan sungguh-
sungguh sangat besar. Jika pembangunan dipandang sebagai sistem makro
maka pendidikan merupakan sebuah komponen atau bagian dari
pembangunan.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada
beberapa segi:
1. Segi sasaran pendidikan
2. Segi lingkungan pendidikan
3. Segi jenjang pendidikan
4. Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan
1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik
agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral
tinggi. Tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia
yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi. Menurut
Prof. DR. Slamet Iman Santoso bahwa tujuan pendidikan menghasilkan
manusia yang baik yang dimanapun dia berada akan memperbaiki
lingkungan tersebut.
2. Segi Lingkungan Pendidikan
Peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem sebagai
berikut :
a. Lingkungan keluarga (Pendidikan informal)
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan
yang baik (habit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kecekatan, kesopanan dan moral serta menanamkan keyakinan-
keyakinan yang penting terutama hal-hal yang bersifat religius yang
merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan.
5
b. Lingkungan sekolah (Pendidikan formal)
Disini peserta didik dibimbing untuk memperoleh bekal yang
telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Bekal tersebut antara lain : bekal dasar
lanjutan (dari SD dan sekolah lanjutan) maupun bekal kerja yang
langsung dapat digunakan aplikatif ( SMK dan Perguruan Tinggi) yang
dipersiapkan secara formal yang berguna sebagai sarana penunjang
pembangunan di berbagai bidang.
c. Lingkungan Masyarakat (Pendidikan non-formal)
Disini peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai
jenis pekerjaan, khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkan
belajar melalui jalur formal. Sistem pendidikan non-formal mengalami
perkembangan yang sangat pesat karena semakin berkembangnya
sektor swasta yang menunjang pembangunan dan juga sebagai upaya
untuk menciptakan kestabilan nasional.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Pendidikan dasar merupakan basic education yang memberikan
bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Artinya
pendidikan tinggi berkualitas, jika pendidikan menengahnya berkualitas,
dan pendidikan menengah berkualitas, jika pendidikan dasarnya
berkualitas.
Jenjang pendidikan terdiri atas 3 jenjang yaitu :
1) Jenjang Pendidikan Dasar (Basic Education / Sekolah Dasar)
2) Jenjang Pendidikan Menengah (Sekolah Menengah)
3) Jenjang Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi)
6
Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah (SM), dan
pendidikan tinggi (PT) memberikan bekal kepada para peserta didik
secara berkesinambungan.
Dengan basic education pada pendidikan dasar juga diartikan
bahwa pendidikan dasar memberikan bekal dasar kepada warga Negara
yang tidak sempat melanjutkan pendidikan untuk dapat melibatkan diri ke
dalam gerak pembangunan. Pendidikan pada tingkat menengah
memberikan dua macam bekal yaitu membekali peserta didik yang ingin
melanjutkan ke pendidikan tinggi (SMA) dan bekal kerja bagi peserta
didik yang tidak melanjutkan sekolah (SMTA). Pendidikan tinggi (PT)
memberikan bekal kerja keahlian menurut bidang tertentu.
4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain :
bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, dan
komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain.
Pembangunan sektor kehidupan dapat diartikan sebagai aktifitas,
pembinaan, pengembangan dan pengisian bidang-bidang kerja tersebut
agar dapat memenuhi hajat hidup warga Negara suatu bangsa sehingga
tetap jaya dalam kancah kehidupan antara bangsa-bangsa di dunia.
Uraian tentang sumbangan pendidikan pada pembangunan seperti
dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Pada langkah pertama, pendidikan menyiapkan manusia
sebagai sumber daya pembangunan. Kemudian manusia
selaku sumber daya pembangunan membangun
lingkungannya.
b) Pada instansi terakhir, manusialah yang menjadi kunci
pembangunan. Kesuksesan pembangunannya sangat
tergantung kepada manusianya.
c) Pendidik memegang peranan penting karena merekalah yang
menciptakan manusia pencipta pembangunan.
7
C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Pada bagian ini akan dikemukakan dua hal, yaitu :
1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun.
2. Wujud pembangunan sistem pendidikan
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun?
Adalah logis jika sistem pendidikan yang merupakan sarana bagi
manusia untuk mengantarkan dirinya menuju kepada kesempurnaan itu
juga perlu disempurnakan.
Sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk
menemukan jawaban atas teka-teki mengenai dirinya, juga selalu
disempurnakan.
Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai
persoalan nasional karena pendidikan berhubungan dengan masa depan
bangsa.
Sistem pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan
manusia. Manusia cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada
kesempurnaan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk
sistem pendidikan. Selain itu, pengalaman manusia juga berkembang.
Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai sarana yang
menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka teki mengenai
dirinya, juga selalu disempurnakan.
a. Menurut L. Geveld : Setiap pendidikan selalu berurusan
dengan manusia karena hanya manusia yang dapat dididik dan
harus selalu dididik.
b. Menurut Drijarkara : Manusia digambarkan sebagai makhluk
yang selalu meng-ada artinya manusia itu adalah makhluk yang
selalu mencari yang belum ada karena sasaran yang ada sudah
8
dibosani. Mencari dan mengadakan yang belum ada berarti
berkreasi.
c. Menurut Max Scheller : Manusia digambarkan sebagai hewan
yang sakit.
Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya
manusia yang dapat dididik dan harus selalu dididik (demikian menurut
Langeveld). Pengalaman manusia akan mengalami perkembangan, itulah
sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar
manusia untuk menemukan jawaban atas teka-teki mengenai diriya, juga
selalu disempurnakan.
Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai
persoalan nasional kerena pendidikan berhubungan dengan masa depan
bangsa. Jika masyarakat Indonesia (menurut rencana pembangunan) pada
Pelita VI berubah dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, tentunya
pola pikir dan perilaku yang dilandasi oleh situasi dan kondisi di mana
manusia disibukkan dengan kegiatan industri.
Kriteria “kualitas manusia” tentu berubah sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang berkembang. Misalnya soal pendidikan dasar (basic
education) minimal bagi warga Negara berubah dari 6 tahun menjadi 9
tahun. Penghargaan masyarakat terhadap waktu juga berubah, dan
seterusnya.
Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu
sistem pendidikan harus berubah. Jika tidak, maka pendidikan sebagai an
agent of social change (agen perubahan sosial) tidak berfungsi sebagimana
mestinya. Strukturnya, kurikulumnya, pengelolaannya, tenaga
kependidikannya mau tidak mau harus disesuaikan dengan tuntunan baru
tersebut.
9
2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu
sama lain bertalian erat, yaitu :
a. Aspek filosofis dan keilmuan
b. Aspek yuridis atau perundang-undangan
c. Struktur
d. Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan,
orientasi
a. Hubungan antar Aspek-aspek
Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi
butir-butir yang lain. karena memberikan arah serta mewadahi butir-
butir yang lain. artinya, struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain
yang lain itu harus mengacu kepada aspek filosofis, aspek keilmuan,
dan aspek yuridis. Oleh karena itu, perubahan apa pun yang terjadi
pada struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain tersebut harus tetap
berada di dalam wadah filosofis dan yuridis.
Meskipun aspek filosofis itu menjadi landasan tetapi tidak harus
diartikan bahwa setiap menjadi perubahan filosofis dan yuridis harus
diikuti dengan aspek-aspek yang lain itu secara total. Contohnya
Undang-Undang Pendidikan No. 12 Tahun 1954 diubah menjadi
Undang-Undang Pendidikan No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tetapi struktur pendidikan tetap saja seperti yang
lalu yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Hal yang sama tetap berlangsung meskipun falsafah pendidikan
zaman penjajahan berubah sejak mulai kita merdeka dengan falsafah
pancasila.
10
b. Aspek Filosofis Keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan.
Rumusan tujuan pendidikan nasional yang tentunya memberikan
peluang bagi pengembanga hakikat manusia yang kodrati yang berarti
pula bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu
pararel dengan jiwa Pancasila.
Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu paralel
dengan jiwa Pancasila. Filsafat Pancasila ini menggantikan secara total
falsafah pendidikan penjajah. Penjajah memfungsikan pendidikan
sebagai sarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil tetapi
bersifat bergantung dan loyal kepada penjajah.
Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara “teori”
dengan “praktek”, demikian kata J. H. Gunning, “Theorie zonder
praktijk is voor genieen, praktijk zonder theorie is voor gekken en
schurken”. Teori tanpa praktek hanya cocok bagi orang-orang pintar,
sedangkan praktek tanpa teori hanya terdapat para orang gila.
Iklim seperti ini jelas berbeda dengan sistem pendidikan dari
bangsa yang merdeka, yang arah dan tujuannya adalah mewujudkan
manusia-manusia yang cakap dan terampil, bersifat dinamis, kreatif,
dan inovatif serta mandiri tetapi penuh tenggang rasa.
Kecuali filsafat, segi keilmuan juga memberikan sumbangan
penting terhadap sistem pendidikan. Dalam usaha mencapai tujuan
yang telah dirumuskan oleh filsafat itu, sistem pendidikan memerlukan
tunjangan dari teori keilmuan.
c. Aspek Yuridis
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan hukum
pendidikan sifatnya relatif tetap. Hal ini dimungkinkan oleh karena
UUD 1945 isinya ringkas sehingga sifatnya lugas.
11
Beberapa pasal melandasi pendidikan, baik yang sifatnya
eksplisit (pasal 31 ayat (1) dan (2); pasal 32) maupun yang inplisit
(pasal 27 ayat (1) dan (2); pasal 34)). Pasal-pasal tersebut yang sifat
masih sangat global dijabarkan lebih rinci ke dalam bentuk UU
Pendidikan. Berdasarkan UU Pendidikan inilah sistem pendidikan
disusun dan dilaksanakan.
Kemajuan zaman menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru,
khususnya kebutuhan akan penyempurnaan sistem pendidikan yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru tersebut. Jelasnya
sistem pendidikan perlu disempurnakan, dan tugas ini hanya dapat
dilakukan dengan mendasarkan diri pada Undang-Undang Pendidikan.
1) Isi UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SPN) lebih komprehensif, dalam arti bahwa UU
No. 2 Tahun 1989 ini mencakup semua jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan.
2) Sifat UU RI No. 2 Tahun 1989 lebih fleksibel dp. UU No.
4/1950 dan UU No. 22/61. Fleksibilitas ini terlihat dalam
hal-hal seperti :
- Masih memberi peluang untuk dilengkapi dengan
peraturan-peraturan pemerintah dan keputusan menteri
- Adanya badan pertimbangan pendidikan nasional
- Adanya tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, dan keluarga dalam menyelenggarakan
pendidikan sehingga pendidikan dapat mengarah
kepada keserasian pemenuhan tujuan negara di satu
pihak dan kepentingan rakyat banyak di pihak yang lain
pada masa mendatang.
3) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tidak hanya bersifat
mengatur (seperti UU Pendidikan yang lalu), tetapi juga
memiliki kekuatan hukum yang bersifat memaksa
4) UU No. 2 Tahun 1989 lebih memperhatikan prospek masa
depan.
12
d. Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada
upaya pembenahan struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan
jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang
yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik.
Dalam prakteknya, pembangunan pola struktur tidak dapat
dipisahkan dari aspek filosofis. Pada zaman penjajahan Belanda
misalnya, sekolah taman kanak-kanak belum dianggap sebagai suatu
kebutuhan. Jenjang pendidikan formal yang terendah adalah sekolah
rakyat/sekolah desa (volk school) 3 tahun. Dalam hal demikian sekolah
desa tidak berfungsi sebagai pendidikan dasar (basic education) yang
memberikan bekal dasar kepada setiap warga Negara untuk berperan
serta dalam pembangunan, tetapi sekadar untuk konsumsi politik etis
dan menyiapkan tenaga buruh yang sekedar dapat membaca dan
menulis guna melancarkan roda pemerintah penjajah.
Terjadinya perubahan struktur dalam sistem pendidikan kita
dapat disebut, antara lain: Pendidikan guru pada zaman penjajahan
Belanda dikenal apa yang disebut CVO (Cursusnvoor Volk-Onderwijs)
dengan lama studi 2 tahun sesudah sekolah rakyat (SR) 5 tahun,
Normal School yang lama studinya 4 tahun sesudah SR 5 tahun, setara
dengan SGB (Sekolah Guru Bawah).
e. Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan
kurikuler berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan dimaksud
mungkin mengenai materinya, orientasinya, pendekatannya ataupun
metodenya.
Kurikulum dalam sistem pendidikan persekolahan di Negara kita
telah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan dalam
perjalanannya.
13
Pada zaman penjajahan Belanda karena sederhananya tujuan
yang ingin dicapai, maka kurikulum pada SR (Sekolah Rakyat)
misalnya dikenal dengan apa yang disebut 3R’s. Pada zaman
penjajahan Jepang pelajaran diwarnai iklim militeristis (upacara
penghormatan Hinomaru, Taiso (sekarang SKJ), latihan kemiliteran,
Kingrohasi (kerja bakti), menyanyikan nyanyian-nyanyian perjuangan
dan pelajaran bahasa dan tulisan Jepang). Sedangkan pelajaran-
pelajaran yang lain dinomorduakan.
Pada era orde lama materi pelajaran tujuh bahan zaman orde
lama dan pokok indoktrinasi (tahun 1950-1960-an) menempati posisi
penting dalam kurikulum, terutama kurikulum pendidikan tinggi.
Dengan terjadinya tragedi nasional pada tahun 1965, maka pada era
orde baru, mulai tahún 1966, materi tujuh bahan pokok ditiadakan dan
materi Pendidikan Moral Pancasila menjadi materi pokok dalam
kurikulum pada semua jenjang pendidikan.
Kurikulum pada pra-universitas secara keseluruhan dibenahi
sehingga lahir kurikulum 1968. Tetapi kurikulum ini belum dianggap
memberikan rambu-rambu yang jelas, baik orientasinya maupun
pendekatan kurikulumnya. Usaha selanjutnya menghasilkan kurikulum
1975/1976 yang berorientasi pada hasil (product oriented) dengan
metode PPSI (Prosedur Kurikulum Pengembangan Sistem
Instruksional). Tetapi Karena pengalaman antara tahun 1976 sampai
dengan tahun 1980 menunjukkan bahwa apa yang dikehendaki tidak
tercapai sampai dengan tahun 1980 menunjukkan bahwa apa yang
dikehendaki tidak tercapai, maka upaya penyempurnaan kurikulum
selanjutnya meghasilkan kurikulum 1984. Model ini memadukan dua
orientasi yaitu product oriented dengan process oriented, yang
ditunjang dengan pendekatan CBSA. Kemudian menjelang tahun 1990
dilengkapi dengan muatan lokal dalam kurikulum, yang berlatar
belakang pada tuntutan sosial kultural dari derap pembanguan.
14
D. Pembangunan Nasional
1. Batasan
Sumitro Djojohadikusuma menyatakan, “Pembangunan ekonomi
berarti suatu proses perubahan struktural dalam perimbangan-perimbangan
ekonomi yang terdapat dalam masyarakat.” Pembangunan ekonomi berarti
suatu proses perubahan struktural produksi (pendapatan nasional). Struktur
penduduk dan mata pencaharian (lapangan pekerjaan) dan struktur lalu
lintas barang, jasa dan modal dalam hubungan internasional. Apabila
konsep ini diterapkan untuk pengertian pembangunan Negara-kebangsaan,
maka pembangunan berarti suatu proses perubahan struktural kehidupan
bernegara kebangsaan, yang tercakup didalam struktural politik dan
pertahanan keamanan, struktur ekonomi, serta struktur tata masyarakat dan
budaya.
2. Tujuan (Masyarakat Masa Depan)
Pembangunan nasional Indonesia pada akhirnya harus bertujuan
mencapai negara kesatuan yang berkedaulatan rakyat serta adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.
Pembangunan nasional Indonesia harus bertujuan mencapai Negara
kesatuan yang berkedaulatan rakyat serta adil dan makmur berdasarkan
pancasila, yang mampu :
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
b. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
3. Strategi Pelaksanaan
Tujuan akhir pembangunan nasional Indonesia dilakukan dengan
jalan melaksanakan serangkaian pembangunan. Rangkaian upaya
pembangunan tersebut dibagi dalam tahap-tahap pembangunan jangka
15
panjang selama 25 tahun dan tahap pembangunan jangka pendek yang
berlangsung selama 5 tahun. Strategi dasar pembangunan nasional
Indonesia selama kurang lebih 30 tahun yang bertumpu pada
pembangunan ekonomi yang terkait dengan pembangunan dibidang
lainnya.
4. Karakteristik
Pembangunan nasional merupakan :
a. Bentuk pengamalan Pancasila
b. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya
c. Dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap
dan berlanjut
d. Pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat
e. Trilogi pembangunan yaitu : pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan
stabilitas sosial
5. Asas
Terdiri dari :
a. Kemampuan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. Manfaat
c. Adil dan merata
d. Keseimbangan, keserasian, keselarasan dalam perikehidupan
e. Mandiri
f. Hukum
g. IPTEK
6. Kedudukan Pembangunan Pendidikan
Mencakup tujuh bidang, yaitu :
a. Bidang ekonomi
b. Bidan kesejahteraan rakyat, pendidikan dan kebudayaan
16
c. Bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
d. Bidang IPTEK
e. Bidang hukum
f. Bidang politik
g. Bidang pertahanan dan keagamaan
E. Peranan Pembangunan Nasional
1. Payung pembangunan pendidikan nasional yang berfungsi menjadi salah
satu pembatas lingkungan pembangunan pendidikan nasional, dan
parameter atau tolak ukur kontribusi keberhasilan fungsi pembangunan
pendidikan nasional terhadap pembangunan nasional.
2. Sumber yang memberikan masukan pada pembangunan pendidikan
nasional berupa hasil-hasil pembangunan seperti informasi, energi
(tenaga), bahan-bahan, dan lain-lain.
17

More Related Content

What's hot

Strategi menulis artikel untuk jurnal ilmiah nasional
Strategi menulis artikel untuk jurnal ilmiah nasionalStrategi menulis artikel untuk jurnal ilmiah nasional
Strategi menulis artikel untuk jurnal ilmiah nasional
Dhika Tr
 
Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran
yuni dwinovika
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikan
Siwi Danar
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
PutriAgilya
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Abulkhair Abdullah
 
1.1.1 latar belakang sosio kultural
1.1.1 latar belakang sosio kultural1.1.1 latar belakang sosio kultural
1.1.1 latar belakang sosio kultural
RereReni
 
Makalah berfikir ilmiah
Makalah berfikir ilmiahMakalah berfikir ilmiah
Makalah berfikir ilmiah
Sendal Jepit
 
Aliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikanAliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikan
Olivia Tifani
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Hariyatunnisa Ahmad
 
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
Nurfaizatul Jannah
 
Makalah Globalisasi
Makalah GlobalisasiMakalah Globalisasi
Makalah Globalisasi
Rizki Puji
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaBuyung Iskandar
 
Filsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan AgamaFilsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan Agama
Novi Suryani
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMas Yono
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatIrma Puji Lestari
 
Permasalahan pendidikan dan penanggulangannya
Permasalahan pendidikan dan penanggulangannyaPermasalahan pendidikan dan penanggulangannya
Permasalahan pendidikan dan penanggulangannya
Vissta L'Kim D'vhirly
 
Hakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi PerkembanganHakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi Perkembangan
Hariyatunnisa Ahmad
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Novita Widianingsih
 

What's hot (20)

Strategi menulis artikel untuk jurnal ilmiah nasional
Strategi menulis artikel untuk jurnal ilmiah nasionalStrategi menulis artikel untuk jurnal ilmiah nasional
Strategi menulis artikel untuk jurnal ilmiah nasional
 
Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikan
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
1.1.1 latar belakang sosio kultural
1.1.1 latar belakang sosio kultural1.1.1 latar belakang sosio kultural
1.1.1 latar belakang sosio kultural
 
Makalah berfikir ilmiah
Makalah berfikir ilmiahMakalah berfikir ilmiah
Makalah berfikir ilmiah
 
Aliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikanAliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikan
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
 
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
 
Makalah Globalisasi
Makalah GlobalisasiMakalah Globalisasi
Makalah Globalisasi
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agama
 
Filsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan AgamaFilsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan Agama
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
 
Permasalahan pendidikan dan penanggulangannya
Permasalahan pendidikan dan penanggulangannyaPermasalahan pendidikan dan penanggulangannya
Permasalahan pendidikan dan penanggulangannya
 
Hakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi PerkembanganHakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi Perkembangan
 
Makalah ppd kelp 2
Makalah ppd kelp 2Makalah ppd kelp 2
Makalah ppd kelp 2
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
 

Similar to Pendidikan dan Pembangunan

ppt kel 7 inovasi pendidikan.pptx
ppt kel 7 inovasi pendidikan.pptxppt kel 7 inovasi pendidikan.pptx
ppt kel 7 inovasi pendidikan.pptx
halimyusri
 
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KELOMPOK LIMA II.pptx
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KELOMPOK LIMA II.pptxPEMBANGUNAN PENDIDIKAN KELOMPOK LIMA II.pptx
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KELOMPOK LIMA II.pptx
sujimantoro1
 
Manajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanManajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanEdwarn Abazel
 
Lingkungan dan Lembaga Pendidikan
Lingkungan dan Lembaga PendidikanLingkungan dan Lembaga Pendidikan
Lingkungan dan Lembaga Pendidikan
Hoshi Hikaru
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
Septian Muna Barakati
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
Warnet Raha
 
P.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhaniP.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhaninilarahmadhani
 
Konsep lingkungan pendidikan kel 4.pptx
Konsep lingkungan pendidikan kel 4.pptxKonsep lingkungan pendidikan kel 4.pptx
Konsep lingkungan pendidikan kel 4.pptx
HasanAgil
 
RESUME MAKALAH FILSAFAT KEL.5.pdf
RESUME MAKALAH FILSAFAT KEL.5.pdfRESUME MAKALAH FILSAFAT KEL.5.pdf
RESUME MAKALAH FILSAFAT KEL.5.pdf
Ulfa Izzah
 
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia DiniMakalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Soga Biliyan Jaya
 
Bab 8,9,10,yulia fitriyani
Bab 8,9,10,yulia fitriyaniBab 8,9,10,yulia fitriyani
Bab 8,9,10,yulia fitriyaniyani12345
 
Pendemokrasian
PendemokrasianPendemokrasian
Pendemokrasian
siti rahman
 
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...Ummu Nihayah
 
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_WahibManajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
wahib
 
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_WahibManajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
wahib
 
Tugas topik 5
Tugas topik 5Tugas topik 5
Tugas topik 5
Madumithawulan
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan
Erik Kuswanto
 
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-pentingRevisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Nailal Annisa
 
Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan
Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan PendidikanPengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan
Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan
Hariyatunnisa Ahmad
 

Similar to Pendidikan dan Pembangunan (20)

ppt kel 7 inovasi pendidikan.pptx
ppt kel 7 inovasi pendidikan.pptxppt kel 7 inovasi pendidikan.pptx
ppt kel 7 inovasi pendidikan.pptx
 
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KELOMPOK LIMA II.pptx
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KELOMPOK LIMA II.pptxPEMBANGUNAN PENDIDIKAN KELOMPOK LIMA II.pptx
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KELOMPOK LIMA II.pptx
 
Manajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanManajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikan
 
Lingkungan dan Lembaga Pendidikan
Lingkungan dan Lembaga PendidikanLingkungan dan Lembaga Pendidikan
Lingkungan dan Lembaga Pendidikan
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
P.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhaniP.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhani
 
Konsep lingkungan pendidikan kel 4.pptx
Konsep lingkungan pendidikan kel 4.pptxKonsep lingkungan pendidikan kel 4.pptx
Konsep lingkungan pendidikan kel 4.pptx
 
RESUME MAKALAH FILSAFAT KEL.5.pdf
RESUME MAKALAH FILSAFAT KEL.5.pdfRESUME MAKALAH FILSAFAT KEL.5.pdf
RESUME MAKALAH FILSAFAT KEL.5.pdf
 
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia DiniMakalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
 
Bab 8,9,10,yulia fitriyani
Bab 8,9,10,yulia fitriyaniBab 8,9,10,yulia fitriyani
Bab 8,9,10,yulia fitriyani
 
Pendemokrasian
PendemokrasianPendemokrasian
Pendemokrasian
 
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
 
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_WahibManajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
 
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_WahibManajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
 
Tugas topik 5
Tugas topik 5Tugas topik 5
Tugas topik 5
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan
 
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-pentingRevisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
 
Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan
Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan PendidikanPengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan
Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan
 

More from Hariyatunnisa Ahmad

Model Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di JepangModel Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di Jepang
Hariyatunnisa Ahmad
 
Media Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 DimensiMedia Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 Dimensi
Hariyatunnisa Ahmad
 
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanMini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Hariyatunnisa Ahmad
 
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hariyatunnisa Ahmad
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
Hariyatunnisa Ahmad
 
Sastra Anak
Sastra AnakSastra Anak
Sastra Anak
Hariyatunnisa Ahmad
 
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemPerangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Hariyatunnisa Ahmad
 
Pembuktian Fonem
Pembuktian FonemPembuktian Fonem
Pembuktian Fonem
Hariyatunnisa Ahmad
 
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar DewantaraPemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Hariyatunnisa Ahmad
 
Filsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan PancasilaFilsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan Pancasila
Hariyatunnisa Ahmad
 
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeFilsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Hariyatunnisa Ahmad
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
Hariyatunnisa Ahmad
 
Membaca
MembacaMembaca
Duga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak DiriDuga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak Diri
Hariyatunnisa Ahmad
 
Menyimak
MenyimakMenyimak
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Hariyatunnisa Ahmad
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Hariyatunnisa Ahmad
 
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Hariyatunnisa Ahmad
 
Konsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen KelasKonsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen Kelas
Hariyatunnisa Ahmad
 
Analisis Butir Soal
Analisis Butir SoalAnalisis Butir Soal
Analisis Butir Soal
Hariyatunnisa Ahmad
 

More from Hariyatunnisa Ahmad (20)

Model Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di JepangModel Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di Jepang
 
Media Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 DimensiMedia Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 Dimensi
 
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanMini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
 
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
 
Sastra Anak
Sastra AnakSastra Anak
Sastra Anak
 
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemPerangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
 
Pembuktian Fonem
Pembuktian FonemPembuktian Fonem
Pembuktian Fonem
 
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar DewantaraPemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
 
Filsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan PancasilaFilsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan Pancasila
 
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeFilsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan Esensialisme
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Membaca
MembacaMembaca
Membaca
 
Duga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak DiriDuga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak Diri
 
Menyimak
MenyimakMenyimak
Menyimak
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
 
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
 
Konsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen KelasKonsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen Kelas
 
Analisis Butir Soal
Analisis Butir SoalAnalisis Butir Soal
Analisis Butir Soal
 

Recently uploaded

LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 

Recently uploaded (20)

LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 

Pendidikan dan Pembangunan

  • 1. BAB II P E M B A H A S A N A. Esensi Pendidikan dan Pembangunan serta Titik Temunya Menurut paham umum kata “pembangunan” lazimnya diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan dibangunnya pabrik-pabrik, jalanan, jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat transportasi, komunikasi, dan sejenisnya. Sedangkan hal mengenai sumber daya manusia tidak secara lansung terlihat sebagai sasaran pembicaraan. Padahal banyak bukti yang dialami oleh banyak Negara menunjukkan bahwa kemajuan di bidang ekonomi dan industri ditandai oleh kenaikan GNP, lalu kenaikan volume ekspor dan impor sebagai indikatornya, ternyata tidak otomatis membawa kesejahteraan masyarakatnya. Kondisi demikian justru menimbulkan gejala penyerta yang negatif, antara lain: kegoncangan sosial politik, karena kasengsaraan masyarakat, seperti dialami oleh Negara Pakistan akhir-akhir ini; meningkatnya pengangguran dan kemelaratan seperti dialami oleh Malaysia dan beberapa Negara tetangga lainnya. Gambaran di atas itu menunjukkan bahwa pembangunan dalam arti yang terbatas pada bidang ekonomi dan industri saja belumlah menggambarkan esensi yang sebenarnya dari pembangunan, jika kegiatan- kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yaitu terpenuhinya hajat hidup dari rakyat banyak material dan spiritual. Disini terlihat, bahwa esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya,bukan pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi sebagaimana telah dikemukakan. Pembangunan berorientasi pada pemenuhan hajat manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. 2
  • 2. Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia,berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kordratnya sebagai manusia maka dalam ruang gerak pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “objek” dan sekaligus juga sebagai “subjek” pembangunan, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup manusia sesuai sebutan dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapatnya dippenuhi hajat hidup, jasmaniah, dan rohaniah, sebagai mkhluk individu, mahluk social, dann makhluk religious, agar dengan demmikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk. Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtiar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja. Ikhtiar disebut pendidikan. Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan krreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial/spiritual. Perekayasaan terhadap lingkungan ini lazim disebut pembangunan Jika pendidikan dan pembangunan dilihat sebagai suatu garis proses, maka keduanya merupakan suatu garis yang terletak kontinu yang saling mengisi. Proses pendidikan pada satu garis menempatkan manusia sebagai titik awal, karena pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan, yaitu pembangunan yang dapat memenuhi hajat hidup masyarakat luas serta mengangkat martabat manusia sebagai mahkluk. 3
  • 3. Bahwa hasil pendidikan menunjang pembangunan, juga dapat dilihat korelasinya dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi peserta didik yang mengalami pendidikan. Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtisar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja. Manusia sebagai sasaran pembangunan wujudnya diubah dari keadaan yang masih bersifat “potensial” ke keadaan “aktual”. Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya seperti kemampuan berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendrian, rasa bebas yang bertanggung jawab, kejujuran, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerjasama, menerima, melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, menghormati hak orang lain dan seterusnya. Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial/ spiritual. 1. Pendidikan merupakan usaha dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha ke luar dari diri manusia. 2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya). B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan Pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak segera dapat dilihat. Ada jarak penantian yang cukup panjang antara dimulainya proses usaha dengan tercapainya hasil. 4
  • 4. Namun demikian jika ditilik secara saksama tidaklah dapat dipungkiri bahwa andil yang diberikan oleh pendidikan pada pembangunan sungguh- sungguh sangat besar. Jika pembangunan dipandang sebagai sistem makro maka pendidikan merupakan sebuah komponen atau bagian dari pembangunan. Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada beberapa segi: 1. Segi sasaran pendidikan 2. Segi lingkungan pendidikan 3. Segi jenjang pendidikan 4. Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan 1. Segi Sasaran Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi. Menurut Prof. DR. Slamet Iman Santoso bahwa tujuan pendidikan menghasilkan manusia yang baik yang dimanapun dia berada akan memperbaiki lingkungan tersebut. 2. Segi Lingkungan Pendidikan Peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem sebagai berikut : a. Lingkungan keluarga (Pendidikan informal) Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan dan moral serta menanamkan keyakinan- keyakinan yang penting terutama hal-hal yang bersifat religius yang merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan. 5
  • 5. b. Lingkungan sekolah (Pendidikan formal) Disini peserta didik dibimbing untuk memperoleh bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Bekal tersebut antara lain : bekal dasar lanjutan (dari SD dan sekolah lanjutan) maupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan aplikatif ( SMK dan Perguruan Tinggi) yang dipersiapkan secara formal yang berguna sebagai sarana penunjang pembangunan di berbagai bidang. c. Lingkungan Masyarakat (Pendidikan non-formal) Disini peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan, khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkan belajar melalui jalur formal. Sistem pendidikan non-formal mengalami perkembangan yang sangat pesat karena semakin berkembangnya sektor swasta yang menunjang pembangunan dan juga sebagai upaya untuk menciptakan kestabilan nasional. 3. Segi Jenjang Pendidikan Pendidikan dasar merupakan basic education yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas, jika pendidikan menengahnya berkualitas, dan pendidikan menengah berkualitas, jika pendidikan dasarnya berkualitas. Jenjang pendidikan terdiri atas 3 jenjang yaitu : 1) Jenjang Pendidikan Dasar (Basic Education / Sekolah Dasar) 2) Jenjang Pendidikan Menengah (Sekolah Menengah) 3) Jenjang Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi) 6
  • 6. Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah (SM), dan pendidikan tinggi (PT) memberikan bekal kepada para peserta didik secara berkesinambungan. Dengan basic education pada pendidikan dasar juga diartikan bahwa pendidikan dasar memberikan bekal dasar kepada warga Negara yang tidak sempat melanjutkan pendidikan untuk dapat melibatkan diri ke dalam gerak pembangunan. Pendidikan pada tingkat menengah memberikan dua macam bekal yaitu membekali peserta didik yang ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi (SMA) dan bekal kerja bagi peserta didik yang tidak melanjutkan sekolah (SMTA). Pendidikan tinggi (PT) memberikan bekal kerja keahlian menurut bidang tertentu. 4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain : bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain. Pembangunan sektor kehidupan dapat diartikan sebagai aktifitas, pembinaan, pengembangan dan pengisian bidang-bidang kerja tersebut agar dapat memenuhi hajat hidup warga Negara suatu bangsa sehingga tetap jaya dalam kancah kehidupan antara bangsa-bangsa di dunia. Uraian tentang sumbangan pendidikan pada pembangunan seperti dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Pada langkah pertama, pendidikan menyiapkan manusia sebagai sumber daya pembangunan. Kemudian manusia selaku sumber daya pembangunan membangun lingkungannya. b) Pada instansi terakhir, manusialah yang menjadi kunci pembangunan. Kesuksesan pembangunannya sangat tergantung kepada manusianya. c) Pendidik memegang peranan penting karena merekalah yang menciptakan manusia pencipta pembangunan. 7
  • 7. C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional Pada bagian ini akan dikemukakan dua hal, yaitu : 1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun. 2. Wujud pembangunan sistem pendidikan 1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun? Adalah logis jika sistem pendidikan yang merupakan sarana bagi manusia untuk mengantarkan dirinya menuju kepada kesempurnaan itu juga perlu disempurnakan. Sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka-teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan. Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Sistem pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada kesempurnaan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk sistem pendidikan. Selain itu, pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan. a. Menurut L. Geveld : Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya manusia yang dapat dididik dan harus selalu dididik. b. Menurut Drijarkara : Manusia digambarkan sebagai makhluk yang selalu meng-ada artinya manusia itu adalah makhluk yang selalu mencari yang belum ada karena sasaran yang ada sudah 8
  • 8. dibosani. Mencari dan mengadakan yang belum ada berarti berkreasi. c. Menurut Max Scheller : Manusia digambarkan sebagai hewan yang sakit. Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya manusia yang dapat dididik dan harus selalu dididik (demikian menurut Langeveld). Pengalaman manusia akan mengalami perkembangan, itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka-teki mengenai diriya, juga selalu disempurnakan. Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional kerena pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Jika masyarakat Indonesia (menurut rencana pembangunan) pada Pelita VI berubah dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, tentunya pola pikir dan perilaku yang dilandasi oleh situasi dan kondisi di mana manusia disibukkan dengan kegiatan industri. Kriteria “kualitas manusia” tentu berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berkembang. Misalnya soal pendidikan dasar (basic education) minimal bagi warga Negara berubah dari 6 tahun menjadi 9 tahun. Penghargaan masyarakat terhadap waktu juga berubah, dan seterusnya. Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu sistem pendidikan harus berubah. Jika tidak, maka pendidikan sebagai an agent of social change (agen perubahan sosial) tidak berfungsi sebagimana mestinya. Strukturnya, kurikulumnya, pengelolaannya, tenaga kependidikannya mau tidak mau harus disesuaikan dengan tuntunan baru tersebut. 9
  • 9. 2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain bertalian erat, yaitu : a. Aspek filosofis dan keilmuan b. Aspek yuridis atau perundang-undangan c. Struktur d. Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan, orientasi a. Hubungan antar Aspek-aspek Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang lain. karena memberikan arah serta mewadahi butir- butir yang lain. artinya, struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain yang lain itu harus mengacu kepada aspek filosofis, aspek keilmuan, dan aspek yuridis. Oleh karena itu, perubahan apa pun yang terjadi pada struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain tersebut harus tetap berada di dalam wadah filosofis dan yuridis. Meskipun aspek filosofis itu menjadi landasan tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap menjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti dengan aspek-aspek yang lain itu secara total. Contohnya Undang-Undang Pendidikan No. 12 Tahun 1954 diubah menjadi Undang-Undang Pendidikan No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tetapi struktur pendidikan tetap saja seperti yang lalu yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal yang sama tetap berlangsung meskipun falsafah pendidikan zaman penjajahan berubah sejak mulai kita merdeka dengan falsafah pancasila. 10
  • 10. b. Aspek Filosofis Keilmuan Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan nasional yang tentunya memberikan peluang bagi pengembanga hakikat manusia yang kodrati yang berarti pula bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu pararel dengan jiwa Pancasila. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu paralel dengan jiwa Pancasila. Filsafat Pancasila ini menggantikan secara total falsafah pendidikan penjajah. Penjajah memfungsikan pendidikan sebagai sarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil tetapi bersifat bergantung dan loyal kepada penjajah. Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara “teori” dengan “praktek”, demikian kata J. H. Gunning, “Theorie zonder praktijk is voor genieen, praktijk zonder theorie is voor gekken en schurken”. Teori tanpa praktek hanya cocok bagi orang-orang pintar, sedangkan praktek tanpa teori hanya terdapat para orang gila. Iklim seperti ini jelas berbeda dengan sistem pendidikan dari bangsa yang merdeka, yang arah dan tujuannya adalah mewujudkan manusia-manusia yang cakap dan terampil, bersifat dinamis, kreatif, dan inovatif serta mandiri tetapi penuh tenggang rasa. Kecuali filsafat, segi keilmuan juga memberikan sumbangan penting terhadap sistem pendidikan. Dalam usaha mencapai tujuan yang telah dirumuskan oleh filsafat itu, sistem pendidikan memerlukan tunjangan dari teori keilmuan. c. Aspek Yuridis Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Hal ini dimungkinkan oleh karena UUD 1945 isinya ringkas sehingga sifatnya lugas. 11
  • 11. Beberapa pasal melandasi pendidikan, baik yang sifatnya eksplisit (pasal 31 ayat (1) dan (2); pasal 32) maupun yang inplisit (pasal 27 ayat (1) dan (2); pasal 34)). Pasal-pasal tersebut yang sifat masih sangat global dijabarkan lebih rinci ke dalam bentuk UU Pendidikan. Berdasarkan UU Pendidikan inilah sistem pendidikan disusun dan dilaksanakan. Kemajuan zaman menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru, khususnya kebutuhan akan penyempurnaan sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru tersebut. Jelasnya sistem pendidikan perlu disempurnakan, dan tugas ini hanya dapat dilakukan dengan mendasarkan diri pada Undang-Undang Pendidikan. 1) Isi UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) lebih komprehensif, dalam arti bahwa UU No. 2 Tahun 1989 ini mencakup semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. 2) Sifat UU RI No. 2 Tahun 1989 lebih fleksibel dp. UU No. 4/1950 dan UU No. 22/61. Fleksibilitas ini terlihat dalam hal-hal seperti : - Masih memberi peluang untuk dilengkapi dengan peraturan-peraturan pemerintah dan keputusan menteri - Adanya badan pertimbangan pendidikan nasional - Adanya tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga dalam menyelenggarakan pendidikan sehingga pendidikan dapat mengarah kepada keserasian pemenuhan tujuan negara di satu pihak dan kepentingan rakyat banyak di pihak yang lain pada masa mendatang. 3) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tidak hanya bersifat mengatur (seperti UU Pendidikan yang lalu), tetapi juga memiliki kekuatan hukum yang bersifat memaksa 4) UU No. 2 Tahun 1989 lebih memperhatikan prospek masa depan. 12
  • 12. d. Aspek Struktur Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik. Dalam prakteknya, pembangunan pola struktur tidak dapat dipisahkan dari aspek filosofis. Pada zaman penjajahan Belanda misalnya, sekolah taman kanak-kanak belum dianggap sebagai suatu kebutuhan. Jenjang pendidikan formal yang terendah adalah sekolah rakyat/sekolah desa (volk school) 3 tahun. Dalam hal demikian sekolah desa tidak berfungsi sebagai pendidikan dasar (basic education) yang memberikan bekal dasar kepada setiap warga Negara untuk berperan serta dalam pembangunan, tetapi sekadar untuk konsumsi politik etis dan menyiapkan tenaga buruh yang sekedar dapat membaca dan menulis guna melancarkan roda pemerintah penjajah. Terjadinya perubahan struktur dalam sistem pendidikan kita dapat disebut, antara lain: Pendidikan guru pada zaman penjajahan Belanda dikenal apa yang disebut CVO (Cursusnvoor Volk-Onderwijs) dengan lama studi 2 tahun sesudah sekolah rakyat (SR) 5 tahun, Normal School yang lama studinya 4 tahun sesudah SR 5 tahun, setara dengan SGB (Sekolah Guru Bawah). e. Aspek Kurikulum Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikuler berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan dimaksud mungkin mengenai materinya, orientasinya, pendekatannya ataupun metodenya. Kurikulum dalam sistem pendidikan persekolahan di Negara kita telah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan dalam perjalanannya. 13
  • 13. Pada zaman penjajahan Belanda karena sederhananya tujuan yang ingin dicapai, maka kurikulum pada SR (Sekolah Rakyat) misalnya dikenal dengan apa yang disebut 3R’s. Pada zaman penjajahan Jepang pelajaran diwarnai iklim militeristis (upacara penghormatan Hinomaru, Taiso (sekarang SKJ), latihan kemiliteran, Kingrohasi (kerja bakti), menyanyikan nyanyian-nyanyian perjuangan dan pelajaran bahasa dan tulisan Jepang). Sedangkan pelajaran- pelajaran yang lain dinomorduakan. Pada era orde lama materi pelajaran tujuh bahan zaman orde lama dan pokok indoktrinasi (tahun 1950-1960-an) menempati posisi penting dalam kurikulum, terutama kurikulum pendidikan tinggi. Dengan terjadinya tragedi nasional pada tahun 1965, maka pada era orde baru, mulai tahún 1966, materi tujuh bahan pokok ditiadakan dan materi Pendidikan Moral Pancasila menjadi materi pokok dalam kurikulum pada semua jenjang pendidikan. Kurikulum pada pra-universitas secara keseluruhan dibenahi sehingga lahir kurikulum 1968. Tetapi kurikulum ini belum dianggap memberikan rambu-rambu yang jelas, baik orientasinya maupun pendekatan kurikulumnya. Usaha selanjutnya menghasilkan kurikulum 1975/1976 yang berorientasi pada hasil (product oriented) dengan metode PPSI (Prosedur Kurikulum Pengembangan Sistem Instruksional). Tetapi Karena pengalaman antara tahun 1976 sampai dengan tahun 1980 menunjukkan bahwa apa yang dikehendaki tidak tercapai sampai dengan tahun 1980 menunjukkan bahwa apa yang dikehendaki tidak tercapai, maka upaya penyempurnaan kurikulum selanjutnya meghasilkan kurikulum 1984. Model ini memadukan dua orientasi yaitu product oriented dengan process oriented, yang ditunjang dengan pendekatan CBSA. Kemudian menjelang tahun 1990 dilengkapi dengan muatan lokal dalam kurikulum, yang berlatar belakang pada tuntutan sosial kultural dari derap pembanguan. 14
  • 14. D. Pembangunan Nasional 1. Batasan Sumitro Djojohadikusuma menyatakan, “Pembangunan ekonomi berarti suatu proses perubahan struktural dalam perimbangan-perimbangan ekonomi yang terdapat dalam masyarakat.” Pembangunan ekonomi berarti suatu proses perubahan struktural produksi (pendapatan nasional). Struktur penduduk dan mata pencaharian (lapangan pekerjaan) dan struktur lalu lintas barang, jasa dan modal dalam hubungan internasional. Apabila konsep ini diterapkan untuk pengertian pembangunan Negara-kebangsaan, maka pembangunan berarti suatu proses perubahan struktural kehidupan bernegara kebangsaan, yang tercakup didalam struktural politik dan pertahanan keamanan, struktur ekonomi, serta struktur tata masyarakat dan budaya. 2. Tujuan (Masyarakat Masa Depan) Pembangunan nasional Indonesia pada akhirnya harus bertujuan mencapai negara kesatuan yang berkedaulatan rakyat serta adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan nasional Indonesia harus bertujuan mencapai Negara kesatuan yang berkedaulatan rakyat serta adil dan makmur berdasarkan pancasila, yang mampu : a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. b. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 3. Strategi Pelaksanaan Tujuan akhir pembangunan nasional Indonesia dilakukan dengan jalan melaksanakan serangkaian pembangunan. Rangkaian upaya pembangunan tersebut dibagi dalam tahap-tahap pembangunan jangka 15
  • 15. panjang selama 25 tahun dan tahap pembangunan jangka pendek yang berlangsung selama 5 tahun. Strategi dasar pembangunan nasional Indonesia selama kurang lebih 30 tahun yang bertumpu pada pembangunan ekonomi yang terkait dengan pembangunan dibidang lainnya. 4. Karakteristik Pembangunan nasional merupakan : a. Bentuk pengamalan Pancasila b. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya c. Dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut d. Pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat e. Trilogi pembangunan yaitu : pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan stabilitas sosial 5. Asas Terdiri dari : a. Kemampuan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa b. Manfaat c. Adil dan merata d. Keseimbangan, keserasian, keselarasan dalam perikehidupan e. Mandiri f. Hukum g. IPTEK 6. Kedudukan Pembangunan Pendidikan Mencakup tujuh bidang, yaitu : a. Bidang ekonomi b. Bidan kesejahteraan rakyat, pendidikan dan kebudayaan 16
  • 16. c. Bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa d. Bidang IPTEK e. Bidang hukum f. Bidang politik g. Bidang pertahanan dan keagamaan E. Peranan Pembangunan Nasional 1. Payung pembangunan pendidikan nasional yang berfungsi menjadi salah satu pembatas lingkungan pembangunan pendidikan nasional, dan parameter atau tolak ukur kontribusi keberhasilan fungsi pembangunan pendidikan nasional terhadap pembangunan nasional. 2. Sumber yang memberikan masukan pada pembangunan pendidikan nasional berupa hasil-hasil pembangunan seperti informasi, energi (tenaga), bahan-bahan, dan lain-lain. 17