Konten ini berisi Tugas Mata Kuliah Filsafat yang membahas bagaimana hubungan antara Filsafat,Ilmu dan juga Agama.
Semoga bermanfaat dan bisa digunakan sebagaimana mestinya. :)
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Â
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHSoga Biliyan Jaya
Â
makalah kali mencoba menjelaskan tentang ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, yang meliputi hakikat ilmu pengetahuandan pengethuan ilmiah, hubungan ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, dan apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Â
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHSoga Biliyan Jaya
Â
makalah kali mencoba menjelaskan tentang ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, yang meliputi hakikat ilmu pengetahuandan pengethuan ilmiah, hubungan ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, dan apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanDedy Wiranto
Â
Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan itulah muncul berbagai pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan atau yang disebut dengan aliran-aliran dalam pendidikan. Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran pendidikan dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu dihadapkan dengan generasi penerus (generasi muda). Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan kontra inilah bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-pemikiran baru tersebut muncul karena pemikiran-pemikiran lama yang mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke masa. Hal ini disebabkan pemikiran dari generasi sebelumnya di jadikan bahan diskusi oleh generasi penerusnya.
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Dalam Islam. Jakarta: Departemen Agama RI.
Aminuddin, dkk. 2005. Islam Pengetahuan dan Teknologi. Bandung: PT. Ghalia Indonesia.
Imtihana, Aida, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi umum. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Faridi. 2002. Agama Jalan Kedamaian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanDedy Wiranto
Â
Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan itulah muncul berbagai pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan atau yang disebut dengan aliran-aliran dalam pendidikan. Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran pendidikan dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu dihadapkan dengan generasi penerus (generasi muda). Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan kontra inilah bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-pemikiran baru tersebut muncul karena pemikiran-pemikiran lama yang mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke masa. Hal ini disebabkan pemikiran dari generasi sebelumnya di jadikan bahan diskusi oleh generasi penerusnya.
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Dalam Islam. Jakarta: Departemen Agama RI.
Aminuddin, dkk. 2005. Islam Pengetahuan dan Teknologi. Bandung: PT. Ghalia Indonesia.
Imtihana, Aida, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi umum. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Faridi. 2002. Agama Jalan Kedamaian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Msdinyrusdiananda
Â
A Manfaat Mahasiswa Belajar Filsafat
B Perkembangan Filsafat
C Logika Berfikir Untuk Mengetahui Kebenaran Ilmiah
D Teori Kebenaran
E Tataran Keilmuan / Pengetahuan : Ontologi,Epistemologi dan Aksiologi
F Filsafat Pancasila
G Karya Ilmiah Filsafat
H Kumpulan Soal dan Jawab
SYSTEMATIC LISTING AND COUNTING IN GRADE 9-12Novi Suryani
Â
Konten ini berisi laporan mata kuliah Matematika Diskrit.
Semoga bermanfaat dan bisa digunakan dengan sebagaimana mestinya :)
NB : Jangan lupa like ya hehehe
Berisi teori tentang Pengelolaan Biaya Pendidikan dan Hasil Wawancara tentan Pengelolaan Biaya Pendidikan di SMA Srijaya Negara Palembang
Semoga bermanfaat :)
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
Â
Filsafat, Ilmu dan Agama
1. FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah
Filsafat Ilmu Semester 5
Program Studi Pendidikan Matematika 2015
Dosen Pembimbing :
Dr.Somakim
Oleh :
Kelompok 7
1. Novi Suryani (06081281520063)
2. Shely Maulinda (06081381520027)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2017
2. Filsafat, Ilmu dan Agama 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Sholawat
teriring salam semoga selalu tercurah kepada suri tauladan kita Rasulullah SAW , beserta
keluarga , sahabat dan pengikutnya yang tetap istiqomah hingga akhir zaman.
Dalam makalah ini penulis mengambil judul âIlmu dan Agamaâ yang berisi materi
tentang pemahaman ilmu dan agama sebagai saran belajar agar mahasiswa lebih aktif dan
kreatif. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa
tenaga dan ide dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tak langsung. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih dengan tulus kepada:
1. Bapak Dr.Somakim selaku dosen pembimbing
2. Orang tua , serta teman-teman kelas Pendidikan Matematika 2015
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan bagi semua pihak yang membacanya di masa
yang akan datang.
Akhirnya atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Ridho-Nya kepada kita
semua. Dan akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
bersama.
Palembang ,15 Oktober 2017
Penulis
3. Filsafat, Ilmu dan Agama 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
Bab I PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................................................4
Bab II PEMBAHASAN.........................................................................................................5
A. Filsafat.................................................................................................................................5
B. Ilmu .....................................................................................................................................7
C. Agama .................................................................................................................................8
D. Persamaan Filsafat, Ilmu dan Agama ...............................................................................10
E. Perbedaan Filsafat, Ilmu dan Agama.................................................................................11
F. Hubungan antara Filsafat, Ilmu dan Agama......................................................................12
Bab III PENUTUP...............................................................................................................18
A. Kesimpulan .......................................................................................................................18
B. Saran..................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19
4. Filsafat, Ilmu dan Agama 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada yang mengatakan bahwa antara filsafat, ilmu dan agama memiliki
hubungan. Baik filsafat, ilmu dan agama mempunyai tujuan yang sama yaitu
memperoleh kebenaran. Manusia selalu mencari sebab-sebab dari setiap kejadian yang
disaksikannya. Dia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu mungkin terwujud dengan
sendirinya secara kebetulan saja, tanpa sebab.
Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebab-sebab
ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul, dan
menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya â Apakah
alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang benar-benar
membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya, ataukah ia
memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?â
Dalam makalah ini penulis berusaha mencoba menjelaskan secara sederhana
mengenai filsafat, ilmu dan agama. Dimana dalam makalah ini penulis berusaha
memecahkan masalah tentang kedudukan filsafat, ilmu dan agama serta bagaimana
hunungan antara filsafat, ilmu dan agama.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Kedudukan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama ?
2. Bagaimana Hubungan antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Kedudukan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama
2. Untuk mengetahui Hubungan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama
5. Filsafat, Ilmu dan Agama 5
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari,
menghampiri dan menemukan kebenaran, yaitu : ilmu, filsafat dan agama. Ketiga cara ini
mempunyai cara-cara tersendiri dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran.
Ketiga institute termaksud itu mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titk singgung
yang satu terhadap yang lainnya.
A. FILSAFAT
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang
atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa
dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas
dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Pengertian filsafat menurut para tokoh :
ī Pengertian filsafat menurut Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata
tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan
sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan
ī Menurut Plato ( 427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang
ada
ī Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat
menyelidiki sebab dan asas segala benda.
ī Marcus Tullius Cicero (106 â 43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
ī Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan
filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan
menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
6. Filsafat, Ilmu dan Agama 6
Ciri-ciri berfikir filosfi :
ī Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
ī Berfikir secara sistematis.
ī Menyusun suatu skema konsepsi, dan
ī Menyeluruh.
Tiga persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
ī Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
ī Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
ī Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu
adalah:
ī Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam
semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran
materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme
humanistis.
ī Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang
sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan
idealisme objektif.
ī Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi
murupakan hakitat yang asli dan abadi.
ī Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak
(absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
ī Sebagai dasar dalam bertindak.
ī Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
ī Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
ī Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah
7. Filsafat, Ilmu dan Agama 7
B. ILMU
Ilmu berasal dari bahasa Arab: âAlima-yaâlamu-ilman dengan wazan faâila-
yafâulu, yang berarti : mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa inggris
disebut science; dari bahasa latin scientia (pengetahuan) scire (mengetahui). Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Kemudian Anshari (1981: 47-49) telah menghimpun beberapa pengertian ilmu
menurut beberapa ahli sebagai berikut:
1. Mohammad Hatta mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun
menurut kdudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.
2. Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional,
umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
3. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif
dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana.
4. Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa
ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu sistem yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang
sedang dikaji.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu:
1. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan.
2. Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia
yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca
indera manusia.
3. Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan
suatu proposisi dalam bentuk: âjika,âĻ.makaâĻâ.
4. Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah
pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam
8. Filsafat, Ilmu dan Agama 8
dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya
diuji dengan pengalaman praktis.
Dari keterangan para ahli tentang ilmu di atas, dapat menyimpulkan bahwa ilmu adalah
sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik,
rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif (bersusun
timbun).
C. AGAMA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama berarti ajaran, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.
Albert Einsten (1879-1955) seorang ahli pikir bangsa Yahudi
berkewarganegaraan Amerika Serikat, teoritikus terbesar dalam bidang ilmu alam,
pemenang hadiah nobel tahun 1921 untuk sumbangan pada bidang fisika teori, tentang
agama dan ilmu beliau berkata : âIlmu tanpa agama adalah buta, sedangkan agama tanpa
ilmu adalah lumpuhâ.
Istilah agama memiliki pengertian yang sama dengan istilah religion dalam
bahasa Inggris. Bozman (Anshari, 1979) mengemukakan bahwa agama dalam arti luas
merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-aturan dari suatu kekuatan yang lebih
tinggi, dengan jalan melakukan hubungan yang harmonis dengan realitas yang lebih
agung dari dirinya sendiri, yang memerintahkan untuk mengadakan kebaktian,
pengabdian, dan pelayanan yang setia. Pernyataan Einsten ini ada benarnya juga, betapa
pemikiran tradisional dari kelompok rohaniawan dan ulamaâ ortodoks yang kaku,
menjadikan mereka tidak berkembang seperti orang lumpuh. Sedangkan sebaliknya
kaum intelektual sekuler yang sombong, menganggap agama hanya kendala karena
hanya merupakan sekedar pengaturan moral agar manusia senantiasa tertib, menjadikan
mereka sesat ibaratkan orang buta.Jadi agama itu mutlak wajib ada.
Agama memang tidak mudah diberi definisi, karena agama mengambil berbagai
bentuk sesuai dengan pengalaman pribadi masing-masing. Meskipun tidak terdapat
9. Filsafat, Ilmu dan Agama 9
definisi yang universal, namun dapat disimpulkan bahwa sepanjang sejarah manusia
telah menunjukkan rasa "suci", dan agama termasuk dalam kategori "hal yang suci".
Kemajuan spiritual manusia dapat diukur dengan tingginya nilai yang tidak terbatas yang
diberikan kepada obyek yang disembah. Hubungan manusia dengan "yang suci"
menimbulkan kewajiban, baik untuk melaksanakan maupun meninggalkan
sesuatu. Tidak mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama, karena sikap
terhadap agama bersifat batiniah, subjektif, dan individualistis, walaupun nilai-nilai yang
dimiliki oleh agama bersifat universal. Kalau kita membicarakan agama, maka kita akan
dipengaruhi oleh pandangan agama yang kita anut sendiri.
Di dalam setiap agama, paling tidak ditemukan empat ciri khas. Pertama, aspek
kredial, yaitu ajaran tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang harus diyakini. Kedua,
aspek ritual, yaitu ajaran tentang tata-cara berhubungan dengan Tuhan, untuk meminta
perlindungan dan pertolongan-Nya atau untuk menunjukkan kesetiaan dan
penghambaan. Ketiga, aspek moral, yaitu ajaran tentang aturan berperilaku dan bertindak
yang benar dan baik bagi inidividu dalam kehidupan. Keempat, aspek sosial, yaitu ajaran
tentang aturan hidup bermasyarakat.
Pembagian Agama menurut ahmad Abdullah al-masdoosi dapat dikelompokkan menjadi
Empat:
1. Revealed and non-Revealed Religions. Revealed Religion (Agama wahyu) adalah
agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para rasul-Nya, dan kepada
Kitab-kitab-Nya serta pesannya untuk disebarkan kepada segenap ummat manusia.
Sedangkan non-revealed religion adalah agama yang tidak memandang esensial
penyerahan manusia kepada kepada tata aturan ilahi. Menurut al-masdoosi, yang
termasuk revealed religion adalah Yudaisme, Kristen, dan Islam.
2. Agama Missionary dan Agama non-missionary, Sir TW. Arnold memasukkan
budhisme, Kristen, dan Islam pada golongan agama missionary, sedangkan
Yudaisme, Brahmanisme, dan Zoroasterianissme dimasukkan pada golongan non-
missionary. Adapun menurut al-masdoosi, baik agama Nasrani maupun Budhisme,
ditinjau dari segi ajarannya yang asli, bukanlah tergolong agama missionary,
sebagaimana juga agama lainnya (selain Islam). Menurutnya hanya Islam-lah ajaran
yang asli merupakan agama missionary. Namun dalam perkembanganya ternyata
bahwa baik agama Nasrani maupun Budhisme menjadai agama missionary.
10. Filsafat, Ilmu dan Agama 10
3. Geoghraphical-racial and universal, Ditinjau dari segi rasial dan geografikal,
agama-agama di dunia dapat dikelompokkan menjadi tiga: (1). Semitik; ialah agama
Yahudi, agama Nasrani dan agama Islam; (2). Arya; ialah Hinduisme, Jainisme,
Sikhisme, dan Zoroasterianisme; (3). Non semitik Monggolian; ialah
Confusianisme, Taoisme, dan Sinthoisme.
4. Agama Samawi dan Agama Non-Samawi, Agama merupakan satu sistem credo
(tata keimanan) dan sistem ritus (tata peribadatan), juga suatu sistem norma (tata
kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan
manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata
peribatan.
Ditinjau dari segi sumbernya, maka agama dapat dibedakan menjadi dua:
1. Agama samawi, seperti agama langit, agama wahyu, agama profetis, revealed
religion, Di>n al-Samawy
2. Agama Budaya; adalah agama bumi, agama filsafat, agama raâyu, non-revealed
religion, natural religion, Di>n al-T}abiâi>, Di>n al-Ard}.
3. Menyangkut konsep kebenaran, ada dua hal yang tidak bisa dipisahkan, yaitu:
sumber otoritas atau justifikasi dan metode untuk memperolehnya. Kebenaran
agama sumber otoritasanya adalah wahyu dari Tuhan. Oleh karenanya, konsep
kebenaran dalam pemahaman agama selalu dirujukan kepada apa yang dikatakan
wahyu. Adapun justifikasi sebuah kebenaran ilmiah terletak pada prosedur dan hasil
pengujian, bukan pada keyakinan metafisis seperti kebenaran wahyu. Sejalan dengan
pendapat ini, Muhammad al-Husaini ismail mengatakan, bahwa Permasalahan-
permasalahan yang menyangkut agama telah menjadi âpermasalahan muthlakâ,
bukan âpermasalahan relatifâ.
D. PERSAMAAN FILSAFAT,ILMU DAN AGAMA
Agama ,filsafat dan ilmu sebenarnya memiliki kesamaan, yaitu bahwa keduanya
mengejar suatu hal yang dalam bahasa Inggris disebut Ultimater yaitu hal-hal yang
sangat penting mengenai masalah kehidupan, dan bukan suatu hal yang remeh. Orang
yang memegang filsafat dan agama tentunya sama-sama menjunjung tinggi apa yang
dianggapnya penting dalam kehidupan.
11. Filsafat, Ilmu dan Agama 11
Persamaan :
1. Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-
lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.
2. Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
3. Ketiganya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
4. Ketiganya mempunyai metode dan sistem.Ketiganya hendak memberikan penjelasan
tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
E. PERBEDAAN FILSAFAT,ILMU DAN AGAMA
1. Obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu
yang ada (realita). Sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat
khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing
secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam
disiplin tertentu.
2. Obyek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari
pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek
formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan
penyatuan diri dengan realita.
3. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi,
kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial
and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan
kegunaan filsafat timbul dari nilainnya.
4. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan
secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
5. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhar, yang mutlak, dan mendalam sampai
mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak
begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).
12. Filsafat, Ilmu dan Agama 12
6. Filsafat dan ilmu bersumber pada kekuatan akal, sedangkan agama bersumber pada
wahyu.
7. Filsafat didahului oleh keraguan, ilmu didahului oleh keingintahuan, sedangkan
agama diawali oleh keyakinan.
F. HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA
Sudah diuraikan di atas bahwa yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran.
Demikian pula ilmu. Agama juga mengajarkan kebenaran. Kebenaran dalam filsafat dan
ilmu adalah "kebenaran akal", sedangkan kebenaran menurut agama adalah "kebenaran
wahyu". Kita tidak akan berusaha mencari mana yang benar atau lebih benar di antara
ketiganya, akan tetapi kita akan melihat apakah ketiganya dapat hidup berdampingan
secara damai. Meskipun filsafat dan ilmu mencari kebenaran dengan akal, hasil yang
diperoleh baik oleh filsafat maupun ilmu juga bermacam-macam. Hal ini dapat dilihat
pada aliran yang berbeda-beda, baik di dalam filsafat maupun di dalam ilmu. Demikian
pula terdapat bermacam-macam agama yang masing-masing mengajarkan kebenaran.
Bagaimana mencari hubungan antara ilmu, filsafat dan agama akan diperlihatkan sebagai
berikut:
Perhatikan ilustrasi ini. Jika seseorang melihat sesuatu kemudian
mengatakan tentang sesuatu tersebut, dikatakan ia telah mempunyai
pengetahuan mengenai sesuatu. Pengetahuan adalah sesuatu yang
tergambar di dalam pikiran kita. Misalnya, ia melihat manusia, kemudian
mengatakan itu adalah manusia. Ini berarti ia telah mempunyai
pengetahuan tentang manusia. Jika ia meneruskan bertanya lebih lanjut
mengenai pengetahuan tentang manusia, misalnya: dari mana asalnya,
bagaimana susunannya, ke mana tujuannya, dan sebagainya, akan
diperoleh jawaban yang lebih terperinci mengenai manusia tersebut. Jika
titik beratnya ditekankan kepada susunan tubuh manusia, jawabannya akan
berupa ilmu tentang manusia dilihat dari susunan tubuhnya atau
antropologi fisik. Jika ditekankan pada hasil karya manusia atau
kebudayaannnya, jawabannya akan berupa ilmu manusia dilihat dari
kebudayaannya atau antropologi budaya. Jika ditekankan pada hubungan
antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, jawabannya akan
13. Filsafat, Ilmu dan Agama 13
berupa ilmu manusia dilihat dari hubungan sosialnya atau antropologi
sosial.
Dari contoh di atas nampak bahwa pengetahuan yang telah disusun atau
disistematisasi lebih lanjut dan telah dibuktikan serta diakui kebenarannya adalah ilmu.
Dalam hal di atas, ilmu tentang manusia. Selanjutnya, jika seseorang masih bertanya
terus mengenai apa manusia itu atau apa hakikat manusia itu, maka jawabannya akan
berupa suatu "filsafat". Dalam hal ini yang dikemukakan bukan lagi susunan tubuhnya,
kebudayaannya dan hubungannya dengan sesama manusia, akan tetapi hakikat manusia
yang ada di balik tubuh, kebudayaan dan hubungan tadi. Alm. Anton Bakker, dosen
Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada menggunakan istilah "antropologi metafisik"
untuk memberi nama kepada macam filsafat ini. Jawaban yang dikemukan bermacam-
macam antara lain:
ī Monisme, yang berpendapat manusia terdiri dari satu asas. Jenis asas ini juga
bermacam-macam, misalnya jiwa, materi, atom, dan sebagainya. Hal ini
menimbulkan aliran spiritualisme, materialisme, atomisme.
ī Dualisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri atas dua asas yang masing-
masing tidak berhubungan satu sama lain, misalnya jiwa-raga. Antara jiwa dan
raga tidak terdapat hubungan.
ī Triadisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri atas tiga asas, misalnya
badan, jiwa dan roh.
ī Pluralisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri dari banyak asas, misalnya
api, udara, air dan tanah.
Demikianlah disebutkan beberapa contoh mengenai bentuk jawaban yang berupa
filsafat. Dari contoh tersebut, filsafat adalah pendalaman lebih lanjut dari ilmu (Hasil
pengkajian filsafat selanjutnya menjadi dasar bagi eksistensi ilmu). Di sinilah batas
kemampuan akal manusia. Dengan akalnya ia tidak akan dapat menjawab pertanyaan
yang lebih dalam lagi mengenai manusia. Dengan akalnya, manusia hanya mampu
memberi jawaban dalam batas-batas tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Immanuel
Kant dalam Kritiknya terhadap rasio yang murni, yaitu manusia hanya dapat mengenal
fenomena belaka, sedang bagaimana nomena-nya ia tidak tahu. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka yang dapat menjawab pertanyaan lebih lanjut mengenai manusia adalah
agama; misalnya, tentang pengalaman apa yang akan dijalani setelah seseorang
14. Filsafat, Ilmu dan Agama 14
meninggal dunia. Jadi, sesungguhnya filsafat tidak hendak menyaingi agama. Filsafat
tidak hendak menambahkan suatu kepercayaan baru.
Selanjutnya, filsafat dan ilmu juga dapat mempunyai hubungan yang baik dengan
agama. Filsafat dan ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama
kepada manusia. Filsafat membantu agama dalam mengartikan (menginterpretasikan)
teks-teks sucinya. Filsafat membantu dalam memastikan arti objektif tulisan wahyu.
Filsafat menyediakan metode-metode pemikiran untuk teologi. Filsafat membantu agama
dalam menghadapi masalah-masalah baru. Misalnya, mengusahakan mendapat anak
dengan in vitro fertilization ("bayi tabung") dapat dibenarkan bagi orang Kristen atau
tidak? Padahal Kitab Suci diam seribu bahasa tentang bayi tabung. Filsafatlah, dalam hal
ini etika, yang dapat merumuskan permasalahan etis sedemikian rupa sehingga agama
dapat menjawabnya berdasarkan prinsip-prinsip moralitasnya sendiri. Sebaliknya, agama
dapat membantu memberi jawaban terhadap problem yang tidak dapat dijangkau dan
dijawab oleh ilmu dan filsafat. Meskipun demikian, tidak juga berarti bahwa agama
adalah di luar rasio, agama adalah tidak rasional. Agama bahkan mendorong agar
manusia memiliki sikap hidup yang rasional: bagaimana manusia menjadi manusia yang
dinamis, yang senantiasa bergerak, yang tak cepat puas dengan perolehan yang sudah ada
di tangannya, untuk lebih mengerti kebenaran, untuk lebih mencintai kebaikan, dan lebih
berusaha agar cinta Allah kepadanya dapat menjadi dasar cintanya kepada sesama
sehingga bersama-sama manusia yang lain mampu membangun dunia ini.
Selanjutnya filsafat memiliki peran dalam agama.
Pertama. Salah satu masalah yang dihadapi oleh setiap agama wahyu adalah
masalah interpretasi. Maksudnya, teks wahyu yang merupakan Sabda Allah selalu dan
dengan sendirinya terumus dalam bahasa dari dunia. Akan tetapi segenap makna dan arti
bahasa manusia tidak pernah seratus persen pasti. Itulah sebabnya kita begitu sering
mengalami apa yang disebut salah paham. Hal itu juga berlaku bagi bahasa wahana
wahyu. Hampir pada setiap kalimat ada kemungkinan salah tafsir. Oleh karena itu para
penganut agama yang sama pun sering masih cukup berbeda dalam pahamnya tentang isi
dan arti wahyu. Dengan kata lain, kita tidak pernah seratus persen merasa pasti bahwa
pengertian kita tentang maksud Allah yang terungkap dalam teks wahyu memang tepat,
memang itulah maksud Allah. Oleh sebab itu, setiap agama wahyu mempunyai cara
untuk menangani masalah itu. Agama Islam, misalnya, mengenai ijma' dan qias. Nah,
15. Filsafat, Ilmu dan Agama 15
dalam usaha manusia seperti itu, untuk memahami wahyu Allah secara tepat, untuk
mencapai kata sepakat tentang arti salah satu bagian wahyu, filsafat dapat saja
membantu. Karena jelas bahwa jawaban atas pertanyaan itu harus diberikan dengan
memakai nalar (pertanyaan tentang arti wahyu tidak dapat dipecahkan dengan mencari
jawabannya dalam wahyu saja, karena dengan demikian pertanyaan yang sama akan
muncul kembali, dan seterusnya). Karena filsafat adalah seni pemakaian nalar secara
tepat dan bertanggungjawab, filsafat dapat membantu agama dalam memastikan arti
wahyunya.
Kedua, secara spesifik, filsafat selalu dan sudah memberikan pelayanan itu
kepada ilmu yang mencoba mensistematisasikan, membetulkan dan memastikan ajaran
agama yang berdasarkan wahyu, yaitu ilmu teologi. Maka secara tradisional-dengan
sangat tidak disenangi oleh para filosof-filsafat disebut ancilla theologiae (abdi teologi).
Teologi dengan sendirinya memerlukan paham-paham dan metode-metode tertentu, dan
paham-paham serta metode-metode itu dengan sendirinya diambil dari filsafat.
Misalnya, masalah penentuan Allah dan kebebasan manusia (masalah kehendak bebas)
hanya dapat dibahas dengan memakai cara berpikir filsafat. Hal yang sama juga berlaku
dalam masalah "theodicea", pertanyaan tentang bagaimana Allah yang sekaligus
Mahabaik dan Mahakuasa, dapat membiarkan penderitaan dan dosa berlangsung
(padahal ia tentu dapat mencegahnya). Begitu pula Christologi (teologi kristiani tentang
Yesus Kristus) mempergunakan paham-paham filsafat Yunani dalam usahanya
mempersatukan kepercayaan pada hakekat nahi Yesus Kristus dengan kepercayaan
bahwa Allah hanyalah satu.
Ketiga, filsafat dapat membantu agama dalam menghadapi masalah-masalah
baru, artinya masalah-masalah yang pada waktu wahyu diturunkan belum ada dan tidak
dibicarakan secara langsung dalam wahyu. Itu terutama relevan dalam bidang moralitas.
Misalnya masalah bayi tabung atau pencangkokan ginjal. Bagaimana orang mengambil
sikap terhadap dua kemungkinan itu : Boleh atau tidak? Bagaimana dalam hal ini ia
mendasarkan diri pada agamanya, padahal dalam Kitab Suci agamanya, dua masalah itu
tak pernah dibahas? Jawabannya hanya dapat ditemukan dengan cara menerapkan
prinsip-prinsip etika yang termuat dalam konteks lain dalam Kitab Suci pada masalah
baru itu. Nah, dalam proses itu diperlukan pertimbangan filsafat moral. Filsafat juga
dapat membantu merumuskan pertanyaan-pertanyaan kritis yang menggugah agama,
16. Filsafat, Ilmu dan Agama 16
dengan mengacu pada hasil ilmu pengetahuan dan ideologi-ideologi masa kita, misalnya
pada ajaran evolusi atau pada feminisme.
Keempat, yang dapat diberikan oleh filsafat kepada agama diberikan melalui
fungsi kritisnya. Salah satu tugas filsafat adalah kritik ideologi. Maksudnya adalah
sebagai berikut. Masyarakat terutama masyarakat pasca tradisional, berada di bawah
semburan segala macam pandangan, kepercayaan, agama, aliran, ideologi, dan
keyakinan. Semua pandangan itu memiliki satu kesamaan: Mereka mengatakan kepada
masyarakat bagaimana ia harus hidup, bersikap dan bertindak. Filsafat menganalisa
claim-claim ideologi itu secara kritis, mempertanyakan dasarnya, memperlihatkan
implikasinya, membuka kedok kepentingan yang barangkali ada di belakangnya.
Kritik ideologi itu dibutuhkan agama dalam dua arah. Pertama terhadap
pandangan-pandangan saingan, terutama pandangan-pandangan yang mau merusak sikap
jujur, takwa dan bertanggungjawab. Fisafat tidak sekedar mengutuk apa yang tidak
sesuai dengan pandangan kita sendiri, melainkan mempergunakan argumentasi rasional.
Agama sebaiknya menghadapi ideologi-ideologi saingan tidak secara dogmatis belaka,
jadi hanya karena berpendapat lain, melainkan berdasarkan argumentasi yang obyektif
dan juga dapat dimengerti orang luar. Arah kedua menyangkut agamanya sendiri.
Filsafat dapat mempertanyakan, apakah sesuatu yang oleh penganut agama dikatakan
sebagai termuat dalam wahyu Allah, memang termasuk wahyu itu. Jadi, filsafat dapat
menjadi alat untuk membebaskan ajaran agama dari unsur-unsur ideologis yang
menuntut sesuatu yang sebenarnya tidak termuat dalam wahyu, melainkan hanya
berdasarkan sebuah interpretasi subyektif. Maka filsafat membantu pembaharuan agama.
Berhadapan dengan tantangan-tantangan zaman, agama tidak sekedar menyesuaikan
dirinya, melainkan menggali jawabannya dengan berpaling kembali kepada apa yang
sebenarnya diwahyukan oleh Allah. Dengan cara menyadari keadaan serta kedudukan
masing-masing, maka antara ilmu dan filsafat serta agama dapat terjalin hubungan yang
harmonis dan saling mendukung. Karena, semakin jelas pula bahwa seringkali
pertanyaan, fakta atau realita yang dihadapi seseorang adalah hal yang sama, namun
dapat dijawab secara berbeda sesuai dengan proporsi yang dimiliki masing-masing
bidang kajian, baik itu ilmu, filsafat maupun agama. Ketiganya dapat saling menunjang
dalam menyelesaikan persoalan yang timbul dalam kehidupan.
17. Filsafat, Ilmu dan Agama 17
Sesungguhnya kaum Ionian telah membuat pemisahan antara filsafat dan
ilmu. Namun dalam kenyataannya, sekarang filsafat memiliki arti yang sangat terbatas.
Hal ini terjadi karena filsafat telah menjadi korban kesuksesannya sendiri. Bermula dari
penyelidikan tentang cara kerja alam semesta, cabang penyelidikan tersebut segera
memberikan hasil yang positif, tetapi kemudian bidang tersebut dialihkan dari filsafat
lalu dinamakan sebagai ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan anak dari filsafat.
Begitu pula agama, mutlak harus ada dan diseimbangkan dengan ilmu. Karena di dalam
kemajuan ilmu, seseorang berkiblat kepada moral, dan moral yang di tata secara hakiki
adalah agama.
18. Filsafat, Ilmu dan Agama 18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun antara filsafat, ilmu,
dan agama memiliki perbedaan, tetapi ada titik persamaanya yaitu ketiganya mencari
sebuah kebenaran dan memberikan sebuah jawaban bagi permasalahan-permasalahan
kehidupan. Sehingga antara filsafat, ilmu dan agama memiliki relevansi sebagai berikut:
1. Filsafat, ilmu, dan agama sama-sama mencari kebenaran. Sebagai contoh pengetahuan
tentang manusia.
2. Filsafat dan ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada
manusia. Filsafat membantu agama dalam mengartikan (menginterpretasikan) teks-
teks sucinya. Contoh tentang bayi tabung.
3. Sebaliknya, agama dapat membantu memberi jawaban terhadap problem yang tidak
dapat dijangkau dan dijawab oleh ilmu dan filsafat.
Dengan demikian antara filsafat, ilmu dan agama tidak ada pertentangan jika
didudukkan dalam proporsi dan bidangnya masing-masing.
B. SARAN
Berdasarkan hal di atas penulis mengajak pembaca untuk bisa lebih mendalami
lagi ketiga bidang kajian ini, filsafat, ilmu, dan agama. Sehingga, mampu menjawab
setiap permasalahan dengan bijak dan benar.
19. Filsafat, Ilmu dan Agama 19
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat dan Agama,.Surabaya: Bina Imu, Cet.7, 1987.
Bakhtiar, Amsal, Filsasat Ilmu,. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004.
Gie, The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu,. Yogyakarta: Liberty, 2004.
Ismaâil, Muhammad al-Husain, Kebenaran Mutlak,. Jakarta: SAHARA, 2006
Qadir, Ilmu Pengetahuan dan Metodenya,. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1938.
Soedewo, Ilmu pengetahuan dan Agama,. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007.
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer ,.Jakarta:PustakaSinar
Harapan, 2003.