Dokumen tersebut membahas tentang gigi tiruan penuh dan reparasi gigi tiruan. Secara khusus membahas dua kasus yaitu gigi tiruan penuh untuk pasien edentulous total dan gigi tiruan yang longgar yang membutuhkan reparasi. Juga membahas diagnosis, rencana perawatan, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari perawatan gigi tiruan penuh."
Dokumen tersebut membahas berbagai teknik perawatan endodontik konvensional dan bedah, mulai dari pulp capping, pulpotomi, pulpektomi, perawatan saluran akar, hingga apeksifikasi. Tujuannya adalah mengontrol infeksi pulpa dan jaringan sekitarnya serta memulihkan kondisi gigi. Teknik-teknik tersebut masing-masing memiliki indikasi, kontraindikasi, dan prosedur yang berbeda-beda.
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dasar dalam melakukan preparasi gigi untuk mahkota dan gigi penyangga, meliputi pemeliharaan struktur gigi, bentuk retensi dan resistensi, daya tahan restorasi, integritas tepi restorasi, serta pemeliharaan jaringan periodonsium. Dibahas pula alat dan urutan yang digunakan dalam preparasi gigi.
Dokumen tersebut membahas tentang gigi tiruan penuh dan reparasi gigi tiruan. Secara khusus membahas dua kasus yaitu gigi tiruan penuh untuk pasien edentulous total dan gigi tiruan yang longgar yang membutuhkan reparasi. Juga membahas diagnosis, rencana perawatan, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari perawatan gigi tiruan penuh."
Dokumen tersebut membahas berbagai teknik perawatan endodontik konvensional dan bedah, mulai dari pulp capping, pulpotomi, pulpektomi, perawatan saluran akar, hingga apeksifikasi. Tujuannya adalah mengontrol infeksi pulpa dan jaringan sekitarnya serta memulihkan kondisi gigi. Teknik-teknik tersebut masing-masing memiliki indikasi, kontraindikasi, dan prosedur yang berbeda-beda.
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dasar dalam melakukan preparasi gigi untuk mahkota dan gigi penyangga, meliputi pemeliharaan struktur gigi, bentuk retensi dan resistensi, daya tahan restorasi, integritas tepi restorasi, serta pemeliharaan jaringan periodonsium. Dibahas pula alat dan urutan yang digunakan dalam preparasi gigi.
Cara mencetak dan pembuatan model rahang fitria rahmah (160110130077)fitriarhmah
Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap tentang cara mencetak dan membuat model rahang, mulai dari persiapan alat dan bahan, posisi operator dan pasien, manipulasi bahan cetak, hingga penyimpanan hasil cetakan. Langkah-langkah pentingnya adalah persiapan alat dan bahan yang tepat, manipulasi bahan cetak secara hati-hati, serta desinfeksi dan penyimpanan hasil cetakan sesuai prosedur standar.
Dokumen tersebut membahas tentang indeks kebersihan rongga mulut yang digunakan untuk menilai kondisi higiene mulut seseorang. Indeks tersebut meliputi penilaian terhadap debris dan kalkulus yang menempel pada gigi. Ada dua jenis indeks yaitu Oral Hygiene Index (OHI) dan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) yang keduanya menggunakan skala nilai 0-3 untuk menentukan skor kebersihan mulut seseor
Oklusal adjustment merupakan penyesuaian kontak harmonis antara gigi atas dan bawah dengan mengasah permukaan gigi. Tindakan ini dapat mengurangi tekanan trauma pada jaringan periodontal dan memperbaiki hubungan fungsional selama kunyahan. Oklusal adjustment hanya dianjurkan jika terdapat gejala trauma oklusal seperti mobilitas gigi atau nyeri saat kunyahan.
Dokumen tersebut membahas mengenai:
1. Pentingnya riwayat kesehatan pasien dalam merencanakan perawatan gigi
2. Teknik pemeriksaan TMJ dan tes vitalitas, perkusi, tekanan
3. Jenis hubungan antara gigi sulung dan permanen
Restorasi gigi sulung dapat dilakukan dengan berbagai bahan seperti amalgam, silikat, resin komposit, GIC, dan stainless steel crown. Preparasi kavitas harus minimal dan sesuai dengan kelas kariesnya serta mempertimbangkan usia dan tingkat kekooperatifan anak."
Dokumen ini membahas hubungan antara maloklusi gigi anterior dengan status psikososial pada remaja. Maloklusi dapat berdampak pada penampilan wajah dan memengaruhi konsep diri serta kepercayaan diri remaja. Berbagai penatalaksanaan seperti alat ortodontik dapat digunakan untuk mengatasi masalah maloklusi dan bermanfaat bagi psikososial remaja.
Dokumen tersebut menjelaskan prosedur pemeriksaan CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Needs) untuk mengevaluasi penyakit periodontal di populasi. CPITN digunakan untuk menilai prevalensi penyakit periodontal, kategori kebutuhan perawatan, dan skor kondisi periodontal berdasarkan kedalaman pocket dan gejala lainnya. Dokumen tersebut menjelaskan tahapan persiapan, posisi pasien dan operator, teknik probing menggunakan probe
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan konstruksi gigi tiruan lengkap, termasuk anatomi dan fisiologi yang relevan, prinsip pembuatan cetakan, dan relasi rahang serta penetapan relasi vertikal.
Dokumen tersebut membahas tentang pulp capping yang merupakan perawatan gigi untuk melindungi pulpa gigi yang terbuka agar dapat mempertahankan vitalitasnya. Ada dua jenis pulp capping yaitu secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), yang melibatkan aplikasi bahan pelindung seperti kalsium hidroksida langsung atau tidak langsung pada pulpa. Tujuannya adalah melindungi pulpa dari iritasi dan memungk
Dokumen tersebut membahas istilah-istilah yang terkait dengan oklusi gigi dan struktur permukaan oklusal gigi seperti tonjol mahkota fungsional dan non fungsional, cusp tip, cusp ridge, triangular ridge, fossa sentral, lingir tepi, alur utama dan alur tambahan.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang beberapa konsep penting dalam manajemen perilaku anak selama perawatan gigi, termasuk definisi behaviour management, klasifikasi perilaku anak, faktor yang mempengaruhi perilaku, teknik pengelolaan tingkah laku dasar dan lanjut, serta klasifikasi tingkat kecemasan. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pendekatan dan strategi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi untuk mendapatkan ker
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis alat skaling manual dan elektrik untuk membersihkan karang gigi, meliputi periodontal probe, hoe scaler, chisel scaler, file scaler, sickle scaler, curet scaler, cavitron scaler, dan ultrasonik scaler. Alat-alat tersebut memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda untuk membersihkan karang gigi di berbagai area mulut.
Pasien laki-laki berusia 9 tahun dengan maloklusi kelas I Angle dan gigitan terbalik gigi 11 dirawat dengan peranti ortodontik lepasan rahang atas dan bawah yang dirancang untuk memberikan dorongan pada gigi 11 agar bergerak ke arah labial. Perawatan berjalan dengan baik dan gigi 11 berhasil dikoreksi ke posisi edge-to-edge setelah 10 minggu. Peranti retensi kemudian digunakan untuk mencegah relaps.
Cara mencetak dan pembuatan model rahang fitria rahmah (160110130077)fitriarhmah
Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap tentang cara mencetak dan membuat model rahang, mulai dari persiapan alat dan bahan, posisi operator dan pasien, manipulasi bahan cetak, hingga penyimpanan hasil cetakan. Langkah-langkah pentingnya adalah persiapan alat dan bahan yang tepat, manipulasi bahan cetak secara hati-hati, serta desinfeksi dan penyimpanan hasil cetakan sesuai prosedur standar.
Dokumen tersebut membahas tentang indeks kebersihan rongga mulut yang digunakan untuk menilai kondisi higiene mulut seseorang. Indeks tersebut meliputi penilaian terhadap debris dan kalkulus yang menempel pada gigi. Ada dua jenis indeks yaitu Oral Hygiene Index (OHI) dan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) yang keduanya menggunakan skala nilai 0-3 untuk menentukan skor kebersihan mulut seseor
Oklusal adjustment merupakan penyesuaian kontak harmonis antara gigi atas dan bawah dengan mengasah permukaan gigi. Tindakan ini dapat mengurangi tekanan trauma pada jaringan periodontal dan memperbaiki hubungan fungsional selama kunyahan. Oklusal adjustment hanya dianjurkan jika terdapat gejala trauma oklusal seperti mobilitas gigi atau nyeri saat kunyahan.
Dokumen tersebut membahas mengenai:
1. Pentingnya riwayat kesehatan pasien dalam merencanakan perawatan gigi
2. Teknik pemeriksaan TMJ dan tes vitalitas, perkusi, tekanan
3. Jenis hubungan antara gigi sulung dan permanen
Restorasi gigi sulung dapat dilakukan dengan berbagai bahan seperti amalgam, silikat, resin komposit, GIC, dan stainless steel crown. Preparasi kavitas harus minimal dan sesuai dengan kelas kariesnya serta mempertimbangkan usia dan tingkat kekooperatifan anak."
Dokumen ini membahas hubungan antara maloklusi gigi anterior dengan status psikososial pada remaja. Maloklusi dapat berdampak pada penampilan wajah dan memengaruhi konsep diri serta kepercayaan diri remaja. Berbagai penatalaksanaan seperti alat ortodontik dapat digunakan untuk mengatasi masalah maloklusi dan bermanfaat bagi psikososial remaja.
Dokumen tersebut menjelaskan prosedur pemeriksaan CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Needs) untuk mengevaluasi penyakit periodontal di populasi. CPITN digunakan untuk menilai prevalensi penyakit periodontal, kategori kebutuhan perawatan, dan skor kondisi periodontal berdasarkan kedalaman pocket dan gejala lainnya. Dokumen tersebut menjelaskan tahapan persiapan, posisi pasien dan operator, teknik probing menggunakan probe
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan konstruksi gigi tiruan lengkap, termasuk anatomi dan fisiologi yang relevan, prinsip pembuatan cetakan, dan relasi rahang serta penetapan relasi vertikal.
Dokumen tersebut membahas tentang pulp capping yang merupakan perawatan gigi untuk melindungi pulpa gigi yang terbuka agar dapat mempertahankan vitalitasnya. Ada dua jenis pulp capping yaitu secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), yang melibatkan aplikasi bahan pelindung seperti kalsium hidroksida langsung atau tidak langsung pada pulpa. Tujuannya adalah melindungi pulpa dari iritasi dan memungk
Dokumen tersebut membahas istilah-istilah yang terkait dengan oklusi gigi dan struktur permukaan oklusal gigi seperti tonjol mahkota fungsional dan non fungsional, cusp tip, cusp ridge, triangular ridge, fossa sentral, lingir tepi, alur utama dan alur tambahan.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang beberapa konsep penting dalam manajemen perilaku anak selama perawatan gigi, termasuk definisi behaviour management, klasifikasi perilaku anak, faktor yang mempengaruhi perilaku, teknik pengelolaan tingkah laku dasar dan lanjut, serta klasifikasi tingkat kecemasan. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pendekatan dan strategi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi untuk mendapatkan ker
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis alat skaling manual dan elektrik untuk membersihkan karang gigi, meliputi periodontal probe, hoe scaler, chisel scaler, file scaler, sickle scaler, curet scaler, cavitron scaler, dan ultrasonik scaler. Alat-alat tersebut memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda untuk membersihkan karang gigi di berbagai area mulut.
Pasien laki-laki berusia 9 tahun dengan maloklusi kelas I Angle dan gigitan terbalik gigi 11 dirawat dengan peranti ortodontik lepasan rahang atas dan bawah yang dirancang untuk memberikan dorongan pada gigi 11 agar bergerak ke arah labial. Perawatan berjalan dengan baik dan gigi 11 berhasil dikoreksi ke posisi edge-to-edge setelah 10 minggu. Peranti retensi kemudian digunakan untuk mencegah relaps.
Pasien wanita berusia 30 tahun datang dengan keluhan gusi membesar selama setahun terakhir. Pemeriksaan menemukan pembesaran gingiva di gigi anterior rahang bawah dengan indeks gingiva 2 dan pseudo pocket 6 mm. Pasien juga mengalami crowding gigi anterior rahang bawah.
Angular cheilitis merupakan penyakit peradangan pada sudut bibir yang menyerang pasien berusia 61 tahun dengan diabetes melitus dan kehilangan banyak gigi. Pasien mengalami nyeri dan lesi di sudut bibir kiri dan kanan. Diagnosa angular cheilitis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis. Penatalaksanaan meliputi asepsis, obat antiinflamasi topikal, dan edukasi kesehatan mulut.
Preventive periodontics merupakan program pencegahan penyakit periodontal yang dilakukan bersama antara dokter gigi, perawat gigi, dan pasien untuk mempertahankan gigi asli dengan mencegah timbul dan menyebar nya gingivitis dan penyakit periodontal lainnya melalui kontrol plak, instruksi kebersihan mulut, dan evaluasi kesehatan gusi secara berkala.
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, pasien mengalami keluhan gigi palsu longgar akibat resorpsi jaringan pendukung yang berlanjut selama 8 tahun pemakaian gigi palsu dan penyakit osteoporosis yang dimiliki pasien. Perawatan pendahuluan perlu dilakukan untuk mengobati cheilitis di sudut mulut sebelum pembuatan gigi palsu baru.
Laporan ini membahas hasil pemeriksaan periodonsia terhadap seorang pasien yang mengeluhkan gigi depan bawahnya yang goyang. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan hasil radiografi, pasien didiagnosis menderita periodontitis kronis. Prognosis yang diberikan cukup buruk mengingat kondisi kebersihan mulut pasien yang sedang. Rencana perawatan mencakup tahap preliminer, fase etiotropik, evaluasi, dan terapi bed
Makalah ini membahas tentang membantu menyikat gigi pasien. Secara garis besar, makalah ini menjelaskan pengertian dan tujuan menyikat gigi, prinsip dan prosedur yang harus dilakukan dalam membantu pasien menyikat gigi, serta hal-hal yang perlu diperhatikan.
Standar operasional prosedur layanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas Kepulauan Seribu Selatan mencakup anamnesa, pemeriksaan, diagnosis, dan rencana perawatan yang meliputi tumpatan gigi sementara dan permanen, perawatan pulpa, serta pencabutan gigi sulung. Dokumen ini menjelaskan prosedur-prosedur medik yang dilakukan untuk menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas tersebut.
Laporan kasus alveolektomi pasien bernama Triras Hardiyanto yang datang untuk membuat gigi palsu karena giginya sudah ompong. Dilakukan reduksi tulang pada rahang atas dan bawah pasien menggunakan teknik alveolektomi untuk memperbaiki kontur ridge sebelum pembuatan gigi palsu. Prosedur berjalan lancar dan prognosis pasien baik.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
1. PENATALAKSANAAN PEMBUATAN GIGITIRUAN PENUH
PADA PASIEN EDENTULOUS: LAPORAN KASUS
PENDAHULUAN
Harapan seorang dokter gigi adalah agar pasiennya tetap memiliki gigi-
geligi asli yang berfungsi dengan baik sepanjang hidupnya. Meskipun demikian,
baik dalam waktu dekat atau lama, beberapa pasien lansia akan membutuhkan
pembuatan gigitiruan untuk menggantikan gigi aslinya yang sudah rusak ataupun
sudah tidak ada sama sekali atau yang biasa disebut dengan kondisi edentulous.1
Edentulous adalah kondisi di mana tidak ada gigi, tanpa gigi asli dalam mulut,
seperti saat lahir atau setelah pencabutan semua gigi.2
Penting untuk diperhatikan bahwa kehilangan gigi, dapat menimbulkan
kondisi patologi yang tidak dirasakan pasien secara langsung. Bagaimanapun
juga, seiring berjalannya waktu, kondisi patologis seperti ini dapat timbul dan
menyebabkan perubahan yang merugikan pada jaringan tulang residual, mukosa
oral, sendi temporomandibula, otot-otot pengunyahan, dan sistem persarafan.3
Oleh karena itu, untuk menghindari dampak dari tidak menggantikan gigi
yang hilang yang telah disebutkan tadi, biasanya dibuat suatu alat tiruan sebagai
pengganti gigi yang hilang. Untuk pasien dengan kondisi edentulous, salah
satunya adalah dengan memakai gigitiruan penuh.
Gigitiruan penuh didefinisikan sebagai suatu protesa dental yang
menggantikan keseluruhan gigi-geligi dan berhubungan dengan struktur rahang
atas dan rahang bawah. Secara garis besar, gigi tiruan penuh dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu gigitiruan penuh lepasan dan gigi
tiruan penuh cekat. Gigi tiruan penuh tersebut harus dapat berfungsi
mengembalikan estetik, mastikasi, dan fonetik4,5 sehingga diharapkan dapat
memperbaiki rasa percaya diri, aktivitas sosial pasien, dan kualitas hidup pasien.5
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi-mulut adalah 23,4% dan
1,6% penduduk telah kehilangan seluruh gigi aslinya. Dari jumlah itu yang
1
2. menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi adalah hanya
sebesar 29,6%.6
Dari data di atas terlihat bahwa masih sedikit penduduk Indonesia yang
merawat giginya, dalam hal ini mengganti gigi asli yang telah hilang dengan
gigitiruan sehingga dapat mengembalikan fungsi gigi-geligi sebagaimana
mestinya. Salah satunya adalah dengan memakai gigitiruan penuh lepasan, yang
akan dibahas oleh penulis melalui karya tulis ini.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan penatalaksanaan gigitiruan
penuh pada pasien edentulous.
2
3. LAPORAN KASUS
Seorang wanita berusia 52 tahun datang ke Bagian Prostodonsia Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Universitas Hasanuddin dengan keluhan utama yakni sulit
mengunyah dan merasa kurang percaya diri karena telah kehilangan seluruh
giginya.
Gambar 1 Profil muka pasien
Gambar 2. Keadaan intraoral pasien
Anamnesis
Dari hasil anamnesis, diperoleh informasi bahwa pasien ingin dibuatkan
gigi palsu karena susah mengunyah makanan akibat kehilangan seluruh giginya.
Pasien juga mengeluhkan tidak percaya diri karena giginya sudah tidak ada.
Kesehatan umum baik dan pasien tidak memiliki gangguan sistemik. Gigi 43
merupakan gigi pasien yang paling terakhir dicabut yaitu pada bulan November
2012. Pasien belum pernah menggunakan gigitiruan.
3
4. Pemeriksaan Klinis
a) Pemeriksaan Ekstra Oral
Dari hasil pemeriksaan ekstraoral, diperoleh:
Profil muka pasien : Normal
Bentuk wajah : Persegi
Mata : Simetris
Hidung : Simetris
Telinga : Simetris
Bibir : Simetris
Kelenjar limfe
o Kiri : Lunak, tidak sakit
o Kanan : Lunak, tidak sakit
Sendi : Tidak ada kelainan
Kebiasaan buruk :-
b) Pemeriksaan Intra Oral
Dari hasil pemeriksaan ekstraoral, diperoleh:
Kebersihan mulut : Baik
Frekuensi karies :-
Perawatan sebelumnya : ekstraksi 43
Edentulous rahang atas dan rahang bawah.
Kedalaman vestibulum pada rahang atas dan rahang bawah
sedang kecuali daerah posterior kanan dan kiri rahang bawah
rendah
Frenulum pada rahang atas dan rahang bawah sedang.
Bentuk ridge tulang alveolar pada rahang atas tapper dan rahang
bawah berbentuk square.
Palatum berbentuk U, tidak terdapat torus pada palatum dan
mandibula.
Pasien memiliki lidah yang tipis dan lebar
Konsistensi saliva pasien kental
4
5. c) Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien.
d) Rencana Perawatan
Pembuatan gigitiruan penuh lepasan akrilik.
e) Desain Gigitiruan
Gambar 3 Desain gigitiruan penuh
PENATALAKSANAAN
1. Kunjungan I
a) Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan pengisian kartu status prostodonsia
yang terdiri dari data demografi pasien, pemeriksaan subjektif dan objektif,
diagnosis, rencana perawatan, dan alternatif rencana perawatan. Setelah
diinformasikan kepada pasien tentang diagnosis yakni edentulous rahang atas dan
rahang bawah serta rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigi
tiruan penuh lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah.
Pasien juga diberitahu tentang waktu kunjungan yang akan dilakukan dan biaya
perawatan. Setelah informasi ini diberikan dan pasien setuju, pasien diminta
menandatangani informed consent.
5
6. b) Membuat Cetakan Pendahuluan
Setelah informed consent ditandatangani oleh pasien, tahap selanjutnya
adalah pencetakan pendahuluan dengan menggunakan edentulous perforated
stock tray. Sebelum pencetakan, sendok cetak dicobakan terlebih dahulu yang
mana yang paling sesuai dengan ukuran rahang pasien. Pasien menggunakan
sendok cetak sediaan nomor 2 dengan bahan cetak irreversible hydrocolloid
(alginat).
Gambar 4 Sendok cetak edentulous sediaan nomor dua
Setelah selesai, cetakan tersebut dicor sebanyak dua kali dengan gips stone
(Blue Dental Plaster, Korea) sehingga diperoleh model studi dan model kerja.
Model studi disimpan paling tidak hingga kasus selesai sedangkan model kerja
untuk membuat sendok cetak individual.
Gambar 5 Hasil cetakan pendahuluan
6
7. c) Membuat Sendok Cetak Individual
Pada model kerja digambarkan batas antara jaringan bergerak dengan
tidak bergerak lalu batas-batas sendok cetak individual ditentukan ±2 mm lebih
pendek dari batas jaringan bergerak-tidak bergerak agar tersedia ruang yang
cukup untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi. Sendok cetak individual ini
dibuat dari shellac baseplate (Hiflex shellac base plate, Prevest Denpro Limited,
India) yang dilunakkan dengan cara dipanaskan di atas lampu spritus, lalu
ditekan-tekan di atas model kerja hingga bentuknya sesuai. Kelebihan shellac
dipotong dengan menggunakan gunting dan pisau malam saat masih dalam
keadaan lunak sesuai dengan batas yang telah digambar. Selanjutnya dibuat
pegangan dan lubang-lubang pada sendok cetak individual. Lubang-lubang ini
untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih sehingga mengurangi tekanan
sewaktu mencetak.
2. Kunjungan II
a) Mencoba Sendok Cetak Individual ke Pasien
Sendok cetak individual mencakup semua semua daerah kecuali frenulum,
baik rahang atas maupun rahang bawah. Tidak boleh ada undercut yang dapat
menghalangi pada saat nanti dilakukan pencetakan fisiologis.
b) Border Moulding
Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah tanpa ada
retensi saat dilepas-pasang, tahap berikutnya yakni border moulding dengan
menggunakan greenstick compound (Peri compound border moulding impression
material, GC Corporation, Jepang) yang dipanaskan. Setelah greenstick
dipanaskan di atas lampu spirtus, rendam sebentar ke dalam air selama beberapa
detik agar pasien tidak merasakan panas dari greenstick yang sudah dilunakkan
dan agar greenstick tidak terlalu cair. Greenstick ditambahkan sedikit demi sedikit
pada tepi luar sendok cetak individual.
Ketika sendok cetak individual yang sudah diletakkan green stick
compound berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan
7
8. fisiologis. Pada rahang atas membuka mulut dan menggerakkan rahang bawah ke
kanan dan ke kiri serta ke depan untuk membentuk hamular notch dan sayap
bukalis. Selanjutnya untuk daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik
ke luar, ke belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk daerah sayap labial, bibir
ditarik ke depan dan ke bawah serta penarikan bibir atas ke depan untuk daerah
frenulum labialis. Untuk membentuk daerah posterior palatum durum yang
merupakan batas antara palatum molle dan palatum durum pasien diinstruksikan
untuk mengucapkan “ah”.
Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual dan daerah
buccal shelf, maka setelah green stick dilunakkan, dan sendok cetak telah
difiksasi, pasien diminta untuk membuka mulut kemudian menutup mulut untuk
mengaktifkan otot masseter. Kemudian, untuk membentuk daerah distolingual dan
postmylohyoid maka pasien diinstruksikan untuk menggerakkan lidah ke kiri dan
ke kanan serta ke posterior palatum durum. Frenulum lingual dibentuk dengan
menginstruksikan kepada pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian
anterior palatum dan ke bibir atas. Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk
dengan memberikan instruksi yang sama dengan instruksi border moulding
rahang atas.
Gambar 6 Hasil border moulding pada sendok cetak individual
8
9. c) Membuat Cetakan Fisiologis
Tahap berikutnya yakni membuat cetakan dengan menggunakan bahan
elastomer (polyvinylsiloxane). Bahan elastomer (Exaflex Hydrophilic Vinyl
Polysiloxane Impression Material Regular Type, GC America Inc., Jepang) ini
bersifat hidrofobik sehingga harus dalam lingkungan yang kering agar bisa
tercetak dengan baik. Oleh karenanya, sebelum pencetakan, mukosa yang akan
dicetak dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan tampon. Pasien
diinstruksikan untuk tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke belakang. Saat
mencetak rahang atas sendok cetak ditekan ke atas dan ke belakang. Sedangkan
untuk rahang bawah, ditekan ke arah depan dan bawah. Hasilnya dapat dilihat
pada gambar 7.
Gambar 7 Hasil cetakan fisiologis dengan bahan silikon yaitu polyvinyl siloxane (exaflex)
Setelah selesai mencetak, cetakan negatif tadi dicor dengan menggunakan
gips stone sehingga diperoleh model positif cetakan fisiologis (Gambar 8).
Kemudian model positif tersebut diserahkan ke tekniker untuk pembuatan basis
dan galengan gigit.
9
10. Gambar 8 Model kerja dari hasil pencetakan fisiologis
3. Kunjungan III
Pada kunjungan ini, pasien dicobakan basis gigi tiruan dan galengan gigit
atau bite rim rahang atas dan rahang bawah. Basis dan bite rim terbuat dari
baseplate wax. Bite rim harus dibuat sesuai dengan lengkung rahang. Periksa
kestabilan basis dengan melihat ketebalan dan kerapatan basis rahang atas dan
bawah.
Gambar 9 Basis dan bite rim
Tahap selanjutnya adalah melakukan kesejajaran pada bite rim atas.
Dimulai dengan membuat garis nasoauricular atau garis camper dengan cara
menarik benang mulai dari bawah hidung pasien ke bagian atas tragus telinga
pasien untuk membantu menilai kesejajaran. Lalu, masukkan bite rim rahang atas
ke dalam mulut dan sejajarkan bite rim rahang atas dengan garis camper dengan
bantuan fox plane guide.
10
11. Pada saat melakukan kesejajaran pada bite rim rahang atas, beberapa hal
yang harus diperhatikan seperti penentuan tinggi bite rim rahang atas dan garis
servikal yang berjarak 2 mm dari low lip line bibir atas pada saat pasien
tersenyum, penyesuaian labial fullness, dan penentuan kesejajaran galengan gigit
rahang atas anterior dan posterior terhadap garis camper. Bite rim disesuaikan
sehingga bite rim bawah berimpit rapat dengan rim atas pada saat beroklusi.
Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan penentuan dimensi vertikal.
Gambar 10 Kesejajaran galengan gigit yang terlihat dari fox plane terhadap garis camper
Penentuan dimensi pada kasus dengan pasien edentulous, dimulai dengan
menentukan dimensi vertikal istirahat tanpa menggunakan bite rim atas dan
bawah. Pasien diminta untuk mengucapkan huruf ”M”, dan dalam posisi istirahat
dimensi vertikal diukur. Dimensi vertikal oklusi diperoleh dari dimensi vertikal
saat istirahat dikurangi dengan free way space sehingga diperoleh dimensi vertikal
oklusi. Kemudian, bite rim atas dan bawah dimasukkan kembali ke dalam mulut,
lalu pasien diminta menelan dan mengigit dalam oklusi sentris, kemudian
dilakukan pengukuran dimensi vertikal oklusi kembali. Bite rim bawah dikurangi,
hingga diperoleh dimensi vertikal oklusi yang telah ditetapkan.
Tahap selanjutnya yakni melakukan penentuan posisi distal yakni sandaran
dental unit diatur agar pasien berada pada posisi supinasi. Dari sini mandibula
berada pada posisi yang paling distal. Kemudian tentukan garis median dan garis
11
12. kaninus. Fiksasi bite rim rahang atas dengan rahang bawah dengan menancapkan
paper klip yang telah dipanaskan. Kemudian, bite rim atas dan bawah yang sudah
terfiksasi tersebut dikeluarkan bersamaan dengan cara pasien diinstruksikan
membuka mulut selebar mungkin. Lalu, bite rim atas dan bawah dimasukkan pada
model kerja. Bila telah sesuai bite rim atas dan bawah ditanam pada artikulator.
Kemudian model dan artikulator dikirim ke tekniker untuk penyusunan gigi
anterior, disertai instruksi mengenai pemilihan gigi artifisial.
4. Kunjungan IV
Pada kunjungan ini, model telah ditanam pada artikulator dan penyusunan
gigi anterior rahang atas dan bawah telah selesai sehingga pasien dapat melakukan
try-in untuk mengetahui kesesuaian susunan gigi-geligi.
Try-in gigi anterior dimulai dengan pemeriksaan susunan gigi anterior
terlebih dahulu dengan melihat kesesuaian susunan gigi, bentuk gigi, ukuran gigi
dan posisi gigi pada model dengan keadaan dalam mulut pasien dan oklusi dalam
mulut pasien jangan sampai ada yang terlihat “open”. Kemudian periksa ketepatan
garis median, posisi distal, stabilitas, retensi, serta fonetik dengan meminta pasien
mengucapkan huruf “f” atau “s”.
Gambar 11 Try-in gigi anterior pada pasien
5. Kunjungan V
Pada kunjungan ini, penyusunan gigi posterior rahang atas dan bawah
telah selesai sehingga pasien dapat melakukan try-in dan penyesuaian susunan
gigitiruan rahang atas dan bawah baik bagian anterior maupun posterior secara
keseluruhan.
12
13. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat try-in penyusunan gigi
yaitu :
1. Kesesuaian susunan, bentuk, ukuran, dan posisi gigi di dalam mulut pasien.
2. Pemeriksaan oklusi dengan bantuan articulating paper. Hubungan gigi atas
dan bawah harus interdigitasi dengan baik.
3. Pemeriksaan basis gigi tiruan rahang bawah terhadap gerakan fungsional
lidah, sayap lingual sebaiknya tidak menghalangi gerakan lidah
4. Pemeriksaan stabilitas, retensi, basis gigi tiruan rahang atas.
5. Pemeriksaan estetis dengan melihat garis kaninus.
6. Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan
huruf S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak
ada gangguan.
Setelah semuanya telah sesuai, pasien diminta untuk bercermin. Apabila
pasien telah puas dan tidak ada keluhan, maka basis malam gigi tiruan sebagian
tersebut dikirim ke tekniker untuk packing gigi tiruan.
6. Kunjungan VI
Pada kunjungan ini pasien melakukan try-in gigitiruan yang telah jadi,
dengan kata lain bahan malam telah diganti dengan resin akrilik. Cobakan
gigitiruan ke dalam mulut pasien dan perhatikan:
a) Retensi
Pemeriksaan retensi dengan cara menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa
lepas atau tidak.
b) Oklusi
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan bantuan lembar articulating paper,
bagian yang kontak prematur atau daerah yang tertekan berat harus dikikis
gigi tiruannya
13
14. c) Stabilitas
Diperiksa saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan,
maka protesa dapat dipolis.
Gambar 12 Try-in Gigitiruan Penuh
Selain itu, periksa juga adaptasi basis dan tepi gigi tiruan, posisi distal,
dimensi vertikal, fonetik, estetik, dan keadaan jaringan pendukung gigi tiruan juga
diperiksa. Pastikan tidak ada gusi yang menerima tekanan yang besar. Hal ini
akan nampak jika terlihat gusi yang berwarna pucat yang diakibatkan oleh
tekanan dari gigitiruan. Perhatikan juga pipi dan bibir pasien jangan ada yang
kendur. Bila setelah bercermin pasien merasa puas dengan gigitiruannya serta
tidak ada keluhan, maka try-in sudah selesai dan sudah dapat dilakukan insersi
gigitiruan untuk kemudian dilakukan kontrol seminggu kemudian (Gambar 12).
Selanjutnya, pasien diajarkan cara memasang dan melepas gigi tiruannya.
Pasien juga diberikan instruksi penggunaan dan pemeliharaan protesa, seperti :
Bersihkan gigitiruan dengan sikat dan sabun sehabis makan.
Protesa direndam dalam air bersih suhu kamar sewaktu dilepas
14
15. Pada malam hari, sebelum tidur, lepaskan gigi tiruan agar jaringan otot-otot
dibawahnya dapat beristirahat. Sikat bersih dan rendam di dalam air
Sebagai latihan, pertama-tama sebaiknya makan makanan yang lunak atau
makanan yang mudah dimakan. Apabila tidak ada keluhan, maka boleh
makan makanan biasa.
Biasakan mengunyah makanan pada kedua sisi rahang secara bersamaan.
Hindari makanan yang keras, makanan dan minum yang lengkat ataupun
yang terlalu panas.
Apabila ada rasa tidak nyaman atau sakit, gangguan bicara, gigitiruan tidak
stabil, ataupun terjadi kerusakan pada gigitiruan dianjurkan untuk
menghubungi operator.
7. Kunjungan VII
Kontrol pertama
Seminggu setelah insersi dilakukan kontrol pada gigi tiruan tersebut
(gambar 16). Dari pemeriksaan terlihat ulkus pada posterior kanan rahang atas
sehingga dilakukan pengurangan secukupnya pada bagian dalam dari gigitiruan
pada daerah tersebut. Setelah itu dilakukan pemeriksaan keadaan jaringan
pendukung, fungsi mastikasi dan fonetik, retensi, stabilitas, dan oklusi. Apabila
semuanya sudah diperiksa dan tidak ada keluhan lagi dari pasien, beri instruksi
yang sama pada saat insersi sebelumnya. Setelah itu pasien dibolehkan pulang.
Gambar 13 Kontrol setelah satu minggu
15
16. PEMBAHASAN
Pemeriksaan
Pasien pada kasus ini adalah wanita berusia 52 tahun, datang ke Rumah
Sakit Gigi dan Mulut drg. Halimah dg. Sikati Universitas Hasanuddin untuk
dibuatkan gigitiruan karena seluruh gigi pada kedua rahang sudah tidak ada. Dari
anamnesis yang dilakukan, pasien mengatakan belum pernah memakai gigitiruan
sebelumnya. Tindakan membiarkan kondisi tanpa gigi dalam jangka waktu yang
lama memiliki beberapa kelemahan utama yakni terjadinya resorpsi.1 Pernyataan
ini dibuktikan dari kasus ini, yakni rendahnya lingir mandibula pasien.
Ketinggian bagian anterior mandibula berkurang empat kali lebih cepat
dibandingkan maksila. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh resorpsi tulang
alveolar mandibula.1,7 Lingir sisa atau biasa juga disebut sisa tulang alveolar,
residual ridge, atau edentulous ridge adalah bagian tulang alveolar yang masih
ada setelah alveoli tertutup atau menghilang dari prosessus alveolaris beberapa
waktu setelah pencabutan gigi. Lingir dan jaringan mulut lainnya bersama-sama
menahan komponen vertikal dari gaya kunyahm yang merupakan bagian dari
dukungan (support) gigitiruan.8
Sebagaimana yang telah disinggung tadi, pasien tidak pernah
menggunakan gigitiruan sampai gigi-geliginya sudah benar-benar tidak ada lagi.
Selama bertahun-tahun, otot terus-menerus menyesuaikan diri dengan perubahan
yang telah terjadi dan umumnya sudah menjadi lemah.7 Akibat-akibat lainnya
yang dapat terjadi adalah pembesaran lidah, perkembangan gerakan mandibula
yang tidak beraturan, dan hilangnya tanda-tanda alami yang membantu pembuatan
desain gigitiruan.1
Kondisi kesehatan umum pasien dan jaringan mulutnya baik sehingga
memungkinkan untuk dilakukan perawatan gigitiruan penuh. Viskositas saliva
pasien kental. Saliva yang kental dan dalam jumlah yang cukup diperlukan untuk
retensi gigitiruan karena akan menjadi tipis dengan adanya tekanan intraoral
normal. Bukti terakhir menunjukkan bahwa penuaan itu sendiri tidak
menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Meskipun demikian, banyak pasien
16
17. lansia menerima pengobatan atau mengalami penyakit sistemik yang juga
memengaruhi fungsi saliva dan mungkin mengarah pada mulut kering.1
Klasifikasi menurut World Health Organization, seseorang dikatakan lanjut usia
atau lansia yaitu bila berusia 60-74 tahun, tua bila berusia ≥75 tahun, dan
setengah baya bila berusia 45-59 tahun.10
Pencetakan
Pembuatan cetakan pertama pada kasus ini menggunakan sendok cetak
siap pakai dengan bahan irreversibel hydorocoloid (alginat), dan untuk
pencetakan kedua digunakan silikon (vinyl polysiloxane).
Batas-batas cetakan rahang atas meliputi frenulum labialis dan bukalis,
vestibulum labialis dan bukalis, hamular notch, garis getar palatum, residual ridge,
palatum durum, rugae palatine, tuberositas maksliaris, papilla insisivus, fovea
palatina, raphe mid-palatina, dan tepi palatal posterior.4 Batas gigitiruan atas
diperluas ke posterior sampai mencapai garis getar palatum yang merupakan
perbatasan antara palatum durum dan palatum molle. Garis ini merupakan batas
maksimum posterior gigitiruan atas yang penting bagi retensi gigitiruan rahang
atas.11
Sedangkan batas-batas cetakan rahang bawah meliputi retromolar pad,
frenulum lingualis, frenulum bukalis, frenulum labialis, lingir alveolar, vestibulum
bukalis dan labialis, sulkus alveolingual, residual ridge, raphe pterygomandibular,
ruang retromylohyoid, dan torus mandibularis.4 Perluasan pencetakan rahang
bawah diperluas hingga ke retromolar pad Retromolar pad adalah daerah segitiga
pada mukosa tebal yang berada di distal molar terakhir.11 Pad ini bertindak
sebagai pendukung yang membantu menahan pergerakan gigitiruan ke distal.7
Border Moulding
Border moulding adalah pembentukan bahan cetak dengan melakukan
manipulasi terhadap jaringan di atas tepi cetakan untuk mendapatkan kerapatan
tepi.4 Teknik ini membuat flange sendok cetak individual menjadi lebih panjang.
Flange ini sengaja dibuat lebih pendek 2-3 mm dari panjang cetakan akhir yang
17
18. sebenarnya agar nantinya terdapat ruang untuk bahan border molding. Bahan
border molding ini diletakkan kira-kira setebal 3 mm. Apabila bahan berlebihan,
akan menyebabkan panjang flange berlebihan.11
Kasus ini menggunakan green stick compound yang memiliki keuntungan
dan kerugian tersendiri. Keuntungannya adalah apabila cetakan border moulding
harus diulang kembali, bahan cetak ini dapat dilepas dan kemudian dipakai
kembali. Keuntungan lainnya adalah sifat rigiditasnya yang dapat digunakan
untuk memperluas sendok cetak yang tepinya terlalu pendek, lebih dari 3-4 mm
dari panjang akhir yang diinginkan. Rigiditasnya juga tidak akan mengalami
distorsi apabila telah didinginkan di dalam air es. Apabila telah cukup lunak,
kekentalannya cukup untuk bertahan agar tidak berubah bentuk. Kerugiannya
adalah suhunya ketika cukup lunak agak membuat pasien tidak nyaman (49–
600C).11
Pencatatan Hubungan Antar Rahang
Pencatatan hubungan rahang yang tepat sangat penting, karena tekanan
yang tidak seimbang pada bite rim dapat menghasilkan kontak prematur pada
gigitiruan. Bila terdapat kontak prematur pada salah satu area di oklusal, akan
terjadi konsentrasi beban dan tekanan pada mukosa akan meningkat pada area
tersebut.12 Hal ini akan berdampak negatif pada mukosa, lingir sisa, sendi
temporomandibularis, dan sistem neuromuskuler.5
Operator menggunakan basis malam pada kasus. Hal ini sebenarnya
kurang ideal, mengingat bahan malam yang tidak stabil. Bite rim sebaiknya
ditempatkan pada basis yang kaku dan cekat sehingga stabil sewaktu merekam
oklusi. 1,7,9 Basis harus tetap diam di tempat, tidak mudah lepas, dan tidak mudah
bergerak karena akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.13 Selama
registrasi, basis tidak boleh bergeser dan harus melekat cekat pada lingir sisa
seakurat mungkin.9,13 Basis dari malam, yang tidak kaku, cenderung berubah
bentuk selama proses registrasi, sehingga menghalangi penempatan yang akurat,
baik di dalam mulut maupun pada model.7 Penggunaan basis shellac yang
berkontak rapat cukup memiliki kekuatan dan retensi yang memadai jika
18
19. digunakan secara tepat, yakni sering dikeluarkan dari mulut, didinginkan dengan
segera, dan tidak diberikan tekanan oklusal yang besar.1,7
Namun demikian, basis permanen ideal untuk memberikan prospek
registrasi yang akurat dan penentuan pengaturan gigi percobaan.1,9 Pemakaian
basis malam atau basis percobaan yang sudah diproses (disertai bahan fiksasi
sekalipun) tidak akan seakurat pemakaian basis yang nantinya juga akan dipakai
jika gigitiruannya telah selesai. Keuntungan lain pemakaian basis permanen
sebelum registrasi relasi rahang adalah bahwa retensi basisnya dapat diperiksa
sebelum terbebani persyaratan stabilitas. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
membuat basis permanen dan memasang model sebelum registrasi rahang
dilakukan. Basis akan terpasang cekat pada model yang terpasang di artikulator
sama akuratnya jika basis dipasang pada lingir sisa.1
Perubahan hubungan rahang setelah hilangnya gigi akan terjadi melalui
perubahan kedudukan mandibula. Hilangnya dukungan gigi menyebabkan
mandibula bergerak lebih dekat ke maksila dan menduduki posisi yang lebih
protrusif yang dapat dikelirukan sebagai relasi rahang Klas III.7 Hal ini dialami
oleh penulis, dimana pada awalnya pasien ketika diinstruksikan menggigit,
oklusinya seperti Klas III. Namun saat penentuan posisi distal, posisi rahang atas
pasien lebih di belakang sehingga membentuk oklusi normal. Pada keadaan
semacam ini pasien seringkali disalahkan dan dituduh “gigitannya sulit diatur”.
Jika menjumpai hal seperti ini, sebelum registrasi relasi rahang, otot-otot
hendaknya direhabilitasi dahulu dan pasien diinstruksikan untuk relaks.9
Penentuan posisi distal dapat ditentukan dengan menempatkan pasien dalam
posisi supinasi dengan mengupayakan pasien dalam posisi relaks agar aktivitas
otot-otot rahang dapat dikurangi semaksimal mungkin. Kemudian operator
membimbing pasien agar mandibula secara perlahan bergerak pada relasi
sentriknya.7
Pada kasus, operator memilih ukuran free way space sebesar 3 mm. Free
way space adalah perbedaan jarak antara dimensi vertikal oklusi dengan dimensi
vertikal istirahat yang besarnya adalah antara 2-4 mm.7 Namun untuk pasien
yang umurnya lebih tua, disarankan agar free way space dibuat lebih besar yaitu
19
20. 4-5 mm daripada yang digunakan pada perawatan untuk pasien yang lebih
muda.1,9 Bertambahnya free way space pada pasien lansia disebabkan resorpsi
tulang yang menyebabkan turunnya jarak dimensi vertikal oklusal dan dimensi
vertikal fisiologis.7
Pemilihan Gigi
Sebenarnya tidak ada aturan yang terlalu kaku dalam pemilihan warna
mengingat banyaknya variasi pada gigi asli. Pemilihan warna gigi salah satunya
ditentukan oleh usia dan ras. Semakin tua usia, gigi asli menjadi semakin tua
warnanya. Penampilan yang tidak terlalu palsu didapatkan bila pasien berkulit
gelap diberi gigi dengan warna yang lebih gelap, sedangkan pasien berkulit pucat
diberi gigi yang lebih terang.7
Lebar gigi anterior ditentukan dari lebar keseluruhan gigi insisif sentral yang
biasanya sama dengan lebar filtrum bibir atas. Kemudian proyeksikan garis yang
ditarik dari sudut sebelah dalam mata.7
Insersi
Hubungan yang baik antara operator dan pasien dari mulainya perawatan
sampai insersi protesa berupa komunikasi yang efektif akan mengawali
keberhasilan perawatan. Oleh karenanya instruksi secara verbal dan tulisan harus
diberikan oleh operator. Kesulitan dalam memakai dan merawat gigitiruan yang
merupakan pengalaman baru bagi pasien harus dijelaskan saat insersi pertama
kali.5
Ketika operator mencoba melakukan insersi gigitiruan kepada pasien, pasien
terlihat agak kaku dalam berbicara. Memang pada pasien yang memakai
gigitiruan penuh untuk pertama kalinya, ia harus belajar mengakomodasikan
protesa yang „tebal‟ ini sebagai pengganti gigi aslinya. Kebanyakan orang dapat
mengatasi kesulitan ini dan belajar untuk menguasai aktivitas otot yang berubah
yang dibutuhkan dalam pemakaian gigitiruan.1
Menurut pengamatan operator, pasien cukup memiliki keterampilan dalam
mengendalikan gigitiruannya dengan bibir, pipi, dan lidah. Kemampuan ini
20
21. tergantung pada umur biologis pasien. Pada umumnya semakin tua pasien,
periode belajarnya lebih lama dan lebih sulit. Keterampilan ini dapat meningkat
sehingga gigitiruan yang oleh dokter giginya terlihat longgar, dari sudut pasien
dirasakan sangat memuaskan.7
Instruksi perawatan berupa penyikatan gigitiruan tidak disarankan
memakai pasta gigi karena sifat abrasifnya akan mengikis protesa sehingga akan
menjadi lebih sulit untuk dibersihkan dan menjadi tempat akumulasi plak.
Penyikatan lidah dan mukosa juga dilakukan untuk menghilangkan plak dan
melancarkan sirkulasi darah pada jaringan ini.5
Kontrol
Perjanjian untuk kontrol tidak boleh lebih dari satu minggu setelah
gigitiruan dipasang. Pada kunjungan ini, perlu diperoleh riwayat yang cermat
dari keluhan seperti rasa sakit atau longgarnya gigitiruan tersebut. Apapun
komentar pasien tentang gigitiruannya, operator harus tetap melakukan
pemeriksaan, apalagi bila pasien belum terbiasa menggunakan gigitiruan. 7 Pada
saat kontrol, pasien tidak mengeluhkan apapun dan merasa gigitiruannya baik-
baik saja. Namun pada saat pemeriksaan klinis, operator menemukan ulkus pada
rahang atas. Hal ini mungkin disebabkan dari rasa ambang rasa sakit pasien yang
tinggi atau ingin menyenangkan hati orang lain. Dari informasi dan pemeriksaan
yang dilakukan dapat ditentukan masalah pada gigitiruan tersebut.7
Ketidakcermatan pada setiap tahapan akan menyebabkan ketidakakuratan
yang jarang diketahui segera dan karena itu memperkirakan mengenai apa yang
salah kelak menjadi lebih sulit.9 Oleh karenanya, setiap tahapan harus dilakukan
dengan teliti.
21
22. SIMPULAN
Perawatan untuk pasien edentulous merupakan suatu tantangan tersendiri
bagi operatornya. Pembuatan gigitiruan ini tidak mudah dan cukup memakan
waktu, selain itu kesuksesannya tidak selalu dapat dijamin. Untuk
meminimalkan terjadinya kesalahan saat gigitiruan telah di-packing, maka
setiap tahapan harus dilakukan dengan cermat pada saat gigitiruan masih dapat
diperbaiki dengan lebih mudah. Apabila sekiranya ada yang kurang sesuai
dengan kemantapan gigitiruan, segeralah untuk memperbaikinya.
Pasien juga sebaiknya diberikan informasi mengenai setiap tahapan yang
akan dilakukan, agar pasien dapat memahami dan memaklumi pengerjaan
gigitiruan yang memerlukan berkali-kali kunjungan sehingga memakan waktu,
tenaga, dan biaya.
Instruksi penggunaan dan pemeliharaan protesa penting diinformasikan
kepada pasien mengingat pasien pada kasus ini memakai gigitiruan untuk
yang pertama kalinya.
Kehilangan gigi harus sesegera mungkin apabila memungkinkan untuk
diganti agar fungsi gigi-geligi asli dapat digantikan dengan yang gigitiruan
sekaligus mencegah dekstruksi jaringan gigi dan mulut lebih lanjut akibat
kehilangan keseluruhan gigi.
22
23. DAFTAR PUSTAKA
1. Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Alih bahasa
Cornella Hutauruk. Jakarta: EGC; 2006. p.208-10, 215.
2. Harty FJ, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Alih bahasa: Narlan
Sumawinata. Jakarta: EGC; 1995. h. 102.
3. Geering Alfred.. Kundert Martin. Kelsey Charles. Complete denture and
overdenture prosthetics; 1993. New York: Thieme Medical Publisher, Inc.
p. 3.
4. Veeraiyan DN, Ramalingam K, Bhat V. Textbook of Prosthodontics. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2007. p. 4, 16, 50, 55,
80.
5. Goiato MC, Filho HG, Santos DM, Barao VAR, Freitas ACJ. Insertion
and follow-up of complete dentures: A literature review. J Gerodontol
2011; 28: 200-12
6. Arini. Keadaan dan masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia.
[internet]. Available from URL: http://id.shvoong.com/medicine-and-
health/dentistry-oral-medicine/2300424-keadaan-dan-masalah-kesehatan-
gigi/#ixzz2OLd2doBF. Accessed on 27th March 2013.
7. Basker RM, Davenport JC. Prosthetic Treatment of Edentulous Patient. 4th
ed. Great Britain: Blackwell Publishing Company; 2002. p.58, 71, 146-7,
177, 188, 211, 260,263-4.
8. Gunadi HA, Burhan LA, Suryatenggara F. Buku ajar ilmu geligi tiruan
sebagian lepasan. Jilid 1. Jakarta: Hipokrates; 1995. hal. 13.
9. Thomson H. Oklusi. Ed 2. Alih Bahasa : Lilian Yuwono. Jakarta: EGC;
2007. hal. 248.
10. Hunter F. Healthy eating in older people.[internet]. Available from URL:
http://www.bbc.co.uk/health/treatments/healthy_living/nutrition/life_older
adults.shtml. Accessed on 27th March 2013.
11. Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of Complete Denture.
Shelton: People‟s Medical Publishing House; 2009. p. 33-4, 113-4.
23
24. 12. Sumarsongko T, Adenan A. Rasa nyeri pada mukosa jaringan pendukung
gigitiruan penuh dan penanggulangannya. J Dentofasial 2011; 10(3): 190-
5.
13. Itjiningsih WH. Geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta: EGC; 1996. hal. 62,
67-9.
24