Laporan ini membahas hasil pemeriksaan periodonsia terhadap seorang pasien yang mengeluhkan gigi depan bawahnya yang goyang. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan hasil radiografi, pasien didiagnosis menderita periodontitis kronis. Prognosis yang diberikan cukup buruk mengingat kondisi kebersihan mulut pasien yang sedang. Rencana perawatan mencakup tahap preliminer, fase etiotropik, evaluasi, dan terapi bed
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, pasien mengalami keluhan gigi palsu longgar akibat resorpsi jaringan pendukung yang berlanjut selama 8 tahun pemakaian gigi palsu dan penyakit osteoporosis yang dimiliki pasien. Perawatan pendahuluan perlu dilakukan untuk mengobati cheilitis di sudut mulut sebelum pembuatan gigi palsu baru.
Laporan ini membahas tentang penyakit infeksi jaringan periodontal seperti periodontitis kronis, periodontitis agresif, dan necrotizing ulcerative periodontitis. Periodontitis kronis adalah bentuk periodontitis paling umum yang ditandai dengan inflamasi gusi, poket periodontal, dan kehilangan tulang. Periodontitis agresif menyerang individu muda dan berkembang lebih cepat. Necrotizing ulcerative periodontitis ditandai dengan nekrosis dan ulkusasi gusi yang dap
Artikel ini melaporkan kasus seorang pasien wanita yang didiagnosis dengan necrotizing ulcerative gingivitis (NUG) dan mononukleosis secara bersamaan. Diagnosis dilakukan berdasarkan gejala klinis dan hasil tes serologi yang menunjukkan infeksi Epstein-Barr virus. Kedua kondisi menunjukkan gejala yang serupa sehingga perlu diteliti hubungan patologinya.
Ringkasan:
Presentasi kasus membahas delapan topik utama ilmu penyakit gigi dan mulut, yaitu anodontia, impacted teeth, maloklusi, debris, kalkulus, plaque, dental decay, dan pulpitis. Topik-topik tersebut dijelaskan definisi, etiologi, patogenesis, klasifikasi, manifestasi klinis, penegakan diagnosis, dan terapinya. Presentasi ini disampaikan oleh Tenri Ashari Wanahari untuk memenuhi kompetensi di Klinik Ilmu Penyak
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Univ.Moestopo
This clinical case of traumatic ulcer and fordcye's spot , were found on two patient that come to Moestopo Dentistry hospital (RSGM-Moestopo). this literature, include photo of clinical case,general definition of each symptons and way to cure it.
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, pasien mengalami keluhan gigi palsu longgar akibat resorpsi jaringan pendukung yang berlanjut selama 8 tahun pemakaian gigi palsu dan penyakit osteoporosis yang dimiliki pasien. Perawatan pendahuluan perlu dilakukan untuk mengobati cheilitis di sudut mulut sebelum pembuatan gigi palsu baru.
Laporan ini membahas tentang penyakit infeksi jaringan periodontal seperti periodontitis kronis, periodontitis agresif, dan necrotizing ulcerative periodontitis. Periodontitis kronis adalah bentuk periodontitis paling umum yang ditandai dengan inflamasi gusi, poket periodontal, dan kehilangan tulang. Periodontitis agresif menyerang individu muda dan berkembang lebih cepat. Necrotizing ulcerative periodontitis ditandai dengan nekrosis dan ulkusasi gusi yang dap
Artikel ini melaporkan kasus seorang pasien wanita yang didiagnosis dengan necrotizing ulcerative gingivitis (NUG) dan mononukleosis secara bersamaan. Diagnosis dilakukan berdasarkan gejala klinis dan hasil tes serologi yang menunjukkan infeksi Epstein-Barr virus. Kedua kondisi menunjukkan gejala yang serupa sehingga perlu diteliti hubungan patologinya.
Ringkasan:
Presentasi kasus membahas delapan topik utama ilmu penyakit gigi dan mulut, yaitu anodontia, impacted teeth, maloklusi, debris, kalkulus, plaque, dental decay, dan pulpitis. Topik-topik tersebut dijelaskan definisi, etiologi, patogenesis, klasifikasi, manifestasi klinis, penegakan diagnosis, dan terapinya. Presentasi ini disampaikan oleh Tenri Ashari Wanahari untuk memenuhi kompetensi di Klinik Ilmu Penyak
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Univ.Moestopo
This clinical case of traumatic ulcer and fordcye's spot , were found on two patient that come to Moestopo Dentistry hospital (RSGM-Moestopo). this literature, include photo of clinical case,general definition of each symptons and way to cure it.
Dokumen ini membahas perawatan penyakit periodontal yang terdiri atas 4 tahap, yaitu tahap jaringan lunak, tahap fungsional, tahap sistemik, dan tahap pemeliharaan. Dokumen ini juga menjelaskan tindakan-tindakan yang dilakukan pada masing-masing tahap perawatan tersebut seperti skeling, root planning, dan kuretase guna menghilangkan inflamasi gingiva dan faktor-faktor penyebab penyak
Dokumen tersebut membahas tentang gigi tiruan penuh dan reparasi gigi tiruan. Secara khusus membahas dua kasus yaitu gigi tiruan penuh untuk pasien edentulous total dan gigi tiruan yang longgar yang membutuhkan reparasi. Juga membahas diagnosis, rencana perawatan, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari perawatan gigi tiruan penuh."
Laporan kasus ini membahas tentang kasus gingivitis marginalis generalisata pada seorang wanita dewasa yang juga menderita diabetes mellitus. Pasien mengeluhkan ingin membersihkan karang giginya. Diagnosis yang ditegakkan adalah gingivitis marginalis generalisata. Penatalaksanaan yang diberikan berupa scalling gigi dan konseling untuk meningkatkan kebersihan mulut. Prognosis pasien dinilai baik untuk kehidupan dan fungsi, namun buruk untuk penyembuhan
Penyakit jaringan keras gigi adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi (lubang pada gigi) seperti enamel, dentin, sementum dan menimbulkan rasa sakit sebagai respon dari meluasnya kerusakan tersebut. Karies gigi adalah salah satu gangguan kesehatan gigi. Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang menempel pada gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah. Karies gigi menyebabkan kehilangan daya kunyah dan terganggunya pencernaan. (Widayanti, 2014)
Dokumen tersebut membahas tentang gigi dan kegigian. Ia menjelaskan tentang perawatan gigi dasar seperti karies gigi, penyakit gusi, dan gigi patah serta pencegahannya melalui pemberusan gigi rutin, diet seimbang, dan kunjungan rutin ke dokter gigi. Dokumen ini juga menyentuh topik rawatan ortodontik dan gigi palsu serta pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi seumur hidup.
Kasus ini membahas seorang pasien perempuan berusia 11 tahun dengan keluhan gusi depan atas bengkak dan sakit. Setelah pemeriksaan, didiagnosis menderita gingiva abses dan dilakukan tindakan kuretase. Setelah beberapa kali kontrol, terlihat perbaikan dengan gingiva yang tidak bengkak, berwarna merah muda, dan tidak sakit beserta penurunan dalam poket periodontal.
Diagnosis karies bertujuan untuk menentukan perawatan yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti riwayat pasien, pemeriksaan klinis, analisis nutrisi dan saliva, serta radiografi. Diagnosis yang akurat diperlukan untuk menyusun strategi pencegahan dan pengobatan yang tepat.
Standar operasional prosedur layanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas Kepulauan Seribu Selatan mencakup anamnesa, pemeriksaan, diagnosis, dan rencana perawatan yang meliputi tumpatan gigi sementara dan permanen, perawatan pulpa, serta pencabutan gigi sulung. Dokumen ini menjelaskan prosedur-prosedur medik yang dilakukan untuk menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas tersebut.
1. Karies gigi merupakan masalah kesehatan utama pada anak sekolah usia 6-12 tahun. Faktor yang mempengaruhinya antara lain pola makan yang kaya karbohidrat terutama makanan manis, dan kebiasaan menggosok gigi.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makanan jajanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa SD di Bandung. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan
Epulis granulomatosa adalah lesi jaringan yang tumbuh berlebih akibat iritasi lokal atau trauma pada gingiva. Laporan kasus ini menggambarkan pasien laki-laki berusia 13 tahun dengan keluhan benjolan merah pada gingiva rahang atas yang mudah berdarah. Pemeriksaan menemukan massa bertangkai di antara gigi 14 dan 15. Pasien mendapat tindakan biopsi eksisi dengan anestesi lokal untuk mend
Gigi berlubang disebabkan oleh bakteri yang mengubah gula menjadi asam, bukan ulat seperti yang dulu dipercaya. Dokter gigi akan menambal gigi yang rusak atau mencabut gigi jika sakit, setelah menghilangkan rasa sakit. Mencegah gigi berlubang dengan menyikat dan memeriksa gigi secara teratur serta mengurangi makanan manis.
Dokumen ini memberikan panduan untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi yang baik. Termasuk cara menggosok gigi yang betul dengan berus gigi, pentingnya membersihkan celah antara gigi, dan mengunjungi doktor gigi secara teratur. Dokumen ini juga menjelaskan bahaya makanan dan minuman yang mengandung gula berlebihan bagi kesihatan gigi.
Dokumen ini membahas tentang perawatan gigi dan mulut, termasuk bagian-bagian gigi, penyakit gigi yang sering terjadi seperti karies, penyebab karies, tahapan karies, dan cara pencegahan penyakit gigi.
Dokumen tersebut membahas kasus gingivitis pada seorang pasien perempuan berusia 28 tahun. Pasien mengeluhkan banyak karang gigi di gigi-giginya terutama di rahang bawah. Berdasarkan pemeriksaan klinis, radiografis, dan etiologi, didiagnosis gingivitis yang disebabkan oleh plak dental. Penatalaksanaannya meliputi kontrol plak, skeling dan root planing, serta kontrol berkala untuk memastikan keberhasilan perawatan
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdfssusere15b7a
Dokumen tersebut memberikan petunjuk tentang penilaian kesehatan mulut pasien melalui beberapa indeks seperti CPITN, kegoyahan gigi, resesi gingiva, OHI, PI, GI, BOP, PD. Termasuk cara melakukan pengukuran, gigi yang digunakan sebagai indeks, dan kriteria masing-masing indeks.
Angular cheilitis merupakan penyakit peradangan pada sudut bibir yang menyerang pasien berusia 61 tahun dengan diabetes melitus dan kehilangan banyak gigi. Pasien mengalami nyeri dan lesi di sudut bibir kiri dan kanan. Diagnosa angular cheilitis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis. Penatalaksanaan meliputi asepsis, obat antiinflamasi topikal, dan edukasi kesehatan mulut.
Dokumen ini membahas perawatan penyakit periodontal yang terdiri atas 4 tahap, yaitu tahap jaringan lunak, tahap fungsional, tahap sistemik, dan tahap pemeliharaan. Dokumen ini juga menjelaskan tindakan-tindakan yang dilakukan pada masing-masing tahap perawatan tersebut seperti skeling, root planning, dan kuretase guna menghilangkan inflamasi gingiva dan faktor-faktor penyebab penyak
Dokumen tersebut membahas tentang gigi tiruan penuh dan reparasi gigi tiruan. Secara khusus membahas dua kasus yaitu gigi tiruan penuh untuk pasien edentulous total dan gigi tiruan yang longgar yang membutuhkan reparasi. Juga membahas diagnosis, rencana perawatan, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari perawatan gigi tiruan penuh."
Laporan kasus ini membahas tentang kasus gingivitis marginalis generalisata pada seorang wanita dewasa yang juga menderita diabetes mellitus. Pasien mengeluhkan ingin membersihkan karang giginya. Diagnosis yang ditegakkan adalah gingivitis marginalis generalisata. Penatalaksanaan yang diberikan berupa scalling gigi dan konseling untuk meningkatkan kebersihan mulut. Prognosis pasien dinilai baik untuk kehidupan dan fungsi, namun buruk untuk penyembuhan
Penyakit jaringan keras gigi adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi (lubang pada gigi) seperti enamel, dentin, sementum dan menimbulkan rasa sakit sebagai respon dari meluasnya kerusakan tersebut. Karies gigi adalah salah satu gangguan kesehatan gigi. Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang menempel pada gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah. Karies gigi menyebabkan kehilangan daya kunyah dan terganggunya pencernaan. (Widayanti, 2014)
Dokumen tersebut membahas tentang gigi dan kegigian. Ia menjelaskan tentang perawatan gigi dasar seperti karies gigi, penyakit gusi, dan gigi patah serta pencegahannya melalui pemberusan gigi rutin, diet seimbang, dan kunjungan rutin ke dokter gigi. Dokumen ini juga menyentuh topik rawatan ortodontik dan gigi palsu serta pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi seumur hidup.
Kasus ini membahas seorang pasien perempuan berusia 11 tahun dengan keluhan gusi depan atas bengkak dan sakit. Setelah pemeriksaan, didiagnosis menderita gingiva abses dan dilakukan tindakan kuretase. Setelah beberapa kali kontrol, terlihat perbaikan dengan gingiva yang tidak bengkak, berwarna merah muda, dan tidak sakit beserta penurunan dalam poket periodontal.
Diagnosis karies bertujuan untuk menentukan perawatan yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti riwayat pasien, pemeriksaan klinis, analisis nutrisi dan saliva, serta radiografi. Diagnosis yang akurat diperlukan untuk menyusun strategi pencegahan dan pengobatan yang tepat.
Standar operasional prosedur layanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas Kepulauan Seribu Selatan mencakup anamnesa, pemeriksaan, diagnosis, dan rencana perawatan yang meliputi tumpatan gigi sementara dan permanen, perawatan pulpa, serta pencabutan gigi sulung. Dokumen ini menjelaskan prosedur-prosedur medik yang dilakukan untuk menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas tersebut.
1. Karies gigi merupakan masalah kesehatan utama pada anak sekolah usia 6-12 tahun. Faktor yang mempengaruhinya antara lain pola makan yang kaya karbohidrat terutama makanan manis, dan kebiasaan menggosok gigi.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makanan jajanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa SD di Bandung. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan
Epulis granulomatosa adalah lesi jaringan yang tumbuh berlebih akibat iritasi lokal atau trauma pada gingiva. Laporan kasus ini menggambarkan pasien laki-laki berusia 13 tahun dengan keluhan benjolan merah pada gingiva rahang atas yang mudah berdarah. Pemeriksaan menemukan massa bertangkai di antara gigi 14 dan 15. Pasien mendapat tindakan biopsi eksisi dengan anestesi lokal untuk mend
Gigi berlubang disebabkan oleh bakteri yang mengubah gula menjadi asam, bukan ulat seperti yang dulu dipercaya. Dokter gigi akan menambal gigi yang rusak atau mencabut gigi jika sakit, setelah menghilangkan rasa sakit. Mencegah gigi berlubang dengan menyikat dan memeriksa gigi secara teratur serta mengurangi makanan manis.
Dokumen ini memberikan panduan untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi yang baik. Termasuk cara menggosok gigi yang betul dengan berus gigi, pentingnya membersihkan celah antara gigi, dan mengunjungi doktor gigi secara teratur. Dokumen ini juga menjelaskan bahaya makanan dan minuman yang mengandung gula berlebihan bagi kesihatan gigi.
Dokumen ini membahas tentang perawatan gigi dan mulut, termasuk bagian-bagian gigi, penyakit gigi yang sering terjadi seperti karies, penyebab karies, tahapan karies, dan cara pencegahan penyakit gigi.
Dokumen tersebut membahas kasus gingivitis pada seorang pasien perempuan berusia 28 tahun. Pasien mengeluhkan banyak karang gigi di gigi-giginya terutama di rahang bawah. Berdasarkan pemeriksaan klinis, radiografis, dan etiologi, didiagnosis gingivitis yang disebabkan oleh plak dental. Penatalaksanaannya meliputi kontrol plak, skeling dan root planing, serta kontrol berkala untuk memastikan keberhasilan perawatan
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdfssusere15b7a
Dokumen tersebut memberikan petunjuk tentang penilaian kesehatan mulut pasien melalui beberapa indeks seperti CPITN, kegoyahan gigi, resesi gingiva, OHI, PI, GI, BOP, PD. Termasuk cara melakukan pengukuran, gigi yang digunakan sebagai indeks, dan kriteria masing-masing indeks.
Angular cheilitis merupakan penyakit peradangan pada sudut bibir yang menyerang pasien berusia 61 tahun dengan diabetes melitus dan kehilangan banyak gigi. Pasien mengalami nyeri dan lesi di sudut bibir kiri dan kanan. Diagnosa angular cheilitis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis. Penatalaksanaan meliputi asepsis, obat antiinflamasi topikal, dan edukasi kesehatan mulut.
Preventive periodontics merupakan program pencegahan penyakit periodontal yang dilakukan bersama antara dokter gigi, perawat gigi, dan pasien untuk mempertahankan gigi asli dengan mencegah timbul dan menyebar nya gingivitis dan penyakit periodontal lainnya melalui kontrol plak, instruksi kebersihan mulut, dan evaluasi kesehatan gusi secara berkala.
Dokumen tersebut membahas tentang lesi endoperiodontal dan klasifikasi baru penyakit periodontal menurut Chicago. Laporan kasus menunjukkan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam diagnosis dan pengobatan lesi endoperiodontal yang melibatkan hubungan patologis antara jaringan endodontik dan periodontal. Prognosis lesi tergantung pada ada tidaknya kerusakan akar, keberadaan periodontitis, serta tingkat kerusakan periodontal sekitar gigi.
Pasien wanita berusia 30 tahun datang dengan keluhan gusi membesar selama setahun terakhir. Pemeriksaan menemukan pembesaran gingiva di gigi anterior rahang bawah dengan indeks gingiva 2 dan pseudo pocket 6 mm. Pasien juga mengalami crowding gigi anterior rahang bawah.
Dokumen tersebut berisi soal-soal mengenai berbagai aspek perawatan gigi dan mulut, meliputi tahapan perawatan endodontik, penumpatan komposit dengan light cured, hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum ekstraksi gigi, penyakit sistemik terkait rencana ekstraksi gigi, tanda-tanda dan penanganan syok anafilaksis, diagnosa dan terapi sariawan menstruasi, diagnosa dan rencana perawatan gingivitis, rencana perawatan absses
Pasien datang untuk melanjutkan perawatan saluran akar gigi 11. Irigasi dengan NaOCl 2,5% menimbulkan alergi, sehingga diputuskan mengganti bahan irigasi dengan EDTA."
Dokumen ini membahas tentang perawatan gigi dan mulut, termasuk bagian-bagian gigi, penyakit gigi yang sering terjadi seperti karies, penyebab karies, dan cara pencegahan penyakit gigi. Dokumen ini juga menjelaskan tahapan karies dan perawatan yang dibutuhkan pada masing-masing tahap serta cara menggosok gigi yang benar.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. LAPORAN SKILL LAB
KLINIK PERIODONSIA
disusun oleh :
Kelompok Tutorial 1
Alodia Geralda Khansa S 151610101002
Ratih Iswari Ningtya 151610101004
Sofira Nadia 151610101006
Shinta Dinyanti 151610101008
Anesty Mustika 151610101010
Mala Hayati 151610101012
Fitria Nurhabiba A 151610101013
Arifah Khoirianti 1516101010 24
Jovanna Andhara A 151610101067
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segalanya bimbinga
n dan petunjukNya. Juga berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya karena kita masi
h diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan skill lab oral diagnosis periodo
nsia. Laporan skill lab yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih me
ndalami materi tentang diagnosa pada bidang periodonsia. Kami mengucapkan ter
ima kasih yang sebesar-besam kepada anda
1. drg. Peni Pujiastuti, M.Kes dan drg. Depi Praharani, M.Kes yang telah memberi
kami kesempatan untuk lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan tutori
al ini.
2. Teman-teman Kelompok Tutorial V yang telah berperan aktif dalam pembuatan
laporan tutorial ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini mengandung banyak kekurangan, baik dari se
gi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan k
arena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami juga berharap laporan skill la
b yang telah kami buat ini dapat bermanfaat untuk pendalaman penyakit dan diagn
osa penyakit pada penyakit dentomaksilofasial ini.
Jember, 1 Mei 2017
Penulis
3. PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
Pasien dating mengeluhkan gigi depan bawah ada yang goyang. Pasien merasakan
sakit pada gigi yang dikeluhkan saat mengonsumsi makanan yang keras. Pasien p
ernah melakukan pencabutan pada gigi belakang kiri bawah dan gigi depan atas p
ernah dibuatkan gigi palsu namun hilang setelah satu bulan pemakaian. Pasien tid
ak dicurigai memiliki suatu alergi dan penyakit sistemik. Namun, ibu pasien perna
h memiliki penyakit gagal ginjal. Pasien memiliki sebuah kebiasaan yakni meroko
k dan minum kopi.
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Keadaan Umum
Pasien datang dengan kondisi fisik yang baik, tidak terlihat adanya wajah yang pu
cat, lemas maupun jalan yang sempoyongan.
2. Klinis
a. Ekstra Oral
Pada pemeriksaan ekstra oral, diketahui bahwa wajah, kepala dan leher, kelenjar l
imfe dan kelenjar saliva pasien dalam keadaan normal dan tidak terdapat pembeng
kakan. Sendi temporo mandibular memiliki pergerakan mandibular membuka dan
menutup mulut, dan memiliki pergerakan mandibular kesegala arah serta memiliki
kemampuan membuka mulut dengan normal.
b. Intra Oral
Pada pemeriksaan kebersihan rongga mulut, didapatkan hasil OHI-S = 2,17 denga
n kategori kebersihan rongga mulut sedang. Dengan rincian hasil pemeriksaan CI-
S bernilai 3/2 dan DI-S bernilai 2/3.
Pada pemeriksaan jaringan periodontal, gigi yang diperiksa adalah gigi 31,32,33,4
1,42,43. Dengan hasil yang didapatkan yakni, gigi 31 memiliki warna gingiva yan
g merah dengan tekstur halus dan resesi gingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiv
a dan rasa
4. DIAGNOSIS
Data hasil pemeriksaan yang telah dilakukan disintesis, dianalisis dan disimpulkan
sebagai diagnosis. Diagnosis pasien adalah periodontitis kronis berdasarkan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan seperti berikut :
• Anamnesis
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan gigi depan bawahnya
yang goyang. Merasa sakit pada gigi tersebut saat pasien mengonsumsi makanan
yang keras. Riwayat perawatan gigi dan mulut pasien yaitu pasien pernah melaku
kan perawatan pencabutan gigi belakang kiri bawah, pasien juga pernah dibuatkan
gigi palsu tetapi hilang. Pasien tidak dicurigai memiliki riwayat sistemik dan aler
gi. Keluarga pasien (ibu) pernah dirawat dirumah sakit karena penyakit gagal ginj
al. Pasien memiliki kebiasaan buruk seperti merokok dan sering minum kopi.
• Pemeriksaan obyektif
Keadaan Umum
Didapatkan hasil bahwa pasien datang dengan kondisi fisik yang baik, tidak tampa
k pucat lemah dan letih.
Pemeriksaan Ekstra Oral
Hasil dari pemeriksaan ekstra oral pasien normal. Seperti wajah, kepala, leher, kel
enjar limfe dan kelenjar saliva pasien normal dan tidak terdapat pembengkakan. P
emeriksaan pada sendi temporo mandibula juga didapatkan hasil yang normal.
Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan kebersihan rongga mulut pasien didapatkan hasil dengan OHI-S =2,1
7 yang menunjukkan kebersihan mulut pasien dalam kategori sedang.
Kemudian dilakukan pemeriksaan jaringan periodontal pada gigi 31, 32, 33, 41, 4
2, 43 dengan hasil sebagai berikut :
o Gigi 31 : memiliki warna gingiva yang merah dengan tekstur halus dan resesi gi
ngiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan konsiste
nsi gingiva kenyal serta probing depthnya 4 mm dengan BOP (+) dan kegoyanga
n gigi (-) tanpa supurasi.
o Gigi 32 : memiliki warna gingiva yang merah dengan tekstur stipling dan resesi
gingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan konsist
5. ensi gingiva kenyal serta probing depthnya 2,5 mm dengan BOP (+) dan kegoyan
gan gigi (+) tanpa supurasi.
o Gigi 33 memiliki warna gingiva yang merah kebiruan dengan tekstur halus dan r
esesi gingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan k
onsistensi gingiva keras serta probing depthnya 3 mm dengan BOP (+) dan kegoy
angan gigi (-) tanpa supurasi. .
o Gigi 41 memiliki warna gingiva yang merah dengan tekstur stipling dan resesi g
ingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan konsiste
nsi gingiva kenyal serta probing depthnya 2,5 mm dengan BOP (+) dan kegoyang
an gigi (+) tanpa supurasi. .
o Gigi 42 memiliki warna gingiva yang merah dengan tekstur stipling dan resesi g
ingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan konsiste
nsi gingiva kenyal serta probing depthnya 2,5 mm dengan BOP (+) dan kegoyang
an gigi (+) tanpa supurasi.
o Gigi 43 memiliki warna gingiva yang merah kebiruan dengan tekstur stipling da
n resesi gingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva da
n konsistensi gingiva kenyalserta probing depthnya 2,5 mm dengan BOP (+) dan
kegoyangan gigi (+) tanpa supurasi. .
o Gigi 42 memiliki warna gingiva yang merah dengan tekstur stipling dan resesi g
ingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva dan konsiste
nsi gingiva kenyal serta probing depthnya 2,5 mm dengan BOP (+) dan kegoyang
an gigi (+) tanpa supurasi.
o Gigi 43 memiliki warna gingiva yang merah kebiruan dengan tekstur stipling da
n resesi gingiva (+), tanpa ada pembesaran gingiva dan rasa sakit pada gingiva da
n konsistensi gingiva kenyal serta probing depthnya 4,5 mm dengan BOP (+) dan
kegoyangan gigi (+) tanpa supurasi.
• Hasil pemeriksaan penunjang (Radiografi) :
Hasil pemeriksaan penunjang radiografi didapatkan bahwa pada gigi 31, 32, 33, 4
1, 42, 43 tampak adanya resorbsi tulang alveolar pola horizontal sampai 1/3 koron
al. Pada gigi 31, 33, 41 dan 43 terdapat pelebaran space periodontal.
Adanya resorbsi tulang alveolar berhubungan dengan penyakit periodontal. Norm
6. alnya, puncak tulang alveolar berada 1-2 mm ke arah apical dari cemento enamel j
unction. Apabila terdapat kehilangan tulang, maka puncak tulang alveolar berada l
ebih dari 2 mm ke arah apical dari cemento enamel junction. Pelebaran space peri
odontal juga mengakibatkan adanya gigi mengalami kehilangan perlekatan sehing
ga gigi menjadi mudah goyang.
Karena pada hasil seluruh pemeriksaan terdapat keluhan utama pasien berupa gigi
nya yang goyang, kemudian pemeriksaan ekstra oral pasien normal, pemeriksaan i
ntra oral pasien didapatkan tanda tanda terjadinya keradangan seperti warna gingi
val yang merah, probing depth yang dalam, hilangnya tekstur normal dari gingiva,
BOP( +) dan terjadi kegoyangan gigi yang menunjukkan adanya kerusakan pada j
aringan penyangga gigi. Pada pemeriksaan radiografi juga menunjukkan adanya r
esorbsi tulang alveolar pola horizontal dan sampai 1/3 koronal, terdapat pelebaran
space periodontal. Pasien juga berumur lebih dari 30 tahun dimana pasien dikatag
orikan dewasa tua, maka pasien didiagnosis mengalami periodontitis kronis.
PROGNOSIS
Berdasarkan data klinis, di dapatkan sebuag prognosa yang buruk dari pasien. Kar
ena, Oral Hyegine dari pasien sedang. Oral Hyegine bisa di lihat dari pemeriksaan
CI-S dan OHI-S. di dapatkan angka 2,17 untuk kebersihan rongga mulut dari pasi
en tersebut. Di katakana prognosa buruk, karena sebagian sudah terdapat kegoyan
gan gigi yang kemungkinan sudah derajat 2. Terdapat pula resesi gingival pada ra
hang bawah dan kehilangan perlekatan yang menandakan bahwa terdapat poket pe
riodontal.
RENCANA PERAWATAN
Perawatan periodontal bukanlah suatu perawatan dental yang berdiri
sendiri. Agar perawatan periodontal berhasil baik, terapi periodontal haruslah
mencakup prosedur-prosedur kedokteran gigi lainnya sesiuai dengan kebutuhan
pasien. Semua prosedur perawatan, baik prosedur yang termasuk bidang
Periodonsia maupun prosedur yang bukan bidang Periodonsia disusun dalam
sekuens (urutan) sebagai mana yang dikemukakan di bawah ini
7. 1. Fase preliminari atau fase perawatan emergensi, fase ini mengarah pada
perawatan yg dibutuhkan secepatnya. Pada ase ini biasanya dilakukan pencabutan
gigi dengan prognosis tidak ada harapan, dan pemasangan gigi tiruan sementara
(bila diperlukan karena alasan tertentu). Fase ini tidak perlu dilakukan karena
tidak adanya kondisi pasien yang emergensi.
2. Fase I merupakan fase non bedah yang diarahkan pada mengeliminasi faktor
etiologi penyakit gingiva dan periodontal. Apabila perawatan berhasil dilakukan,
maka fase ini akanmenghentikan penyakit dental maupun periodontal tersebut.
Pada fase ini dilakukan dilakukan kontrol plak, ekskavasi karies dan restorasi.
Terapi antimikrobial lokal maupun sistemik. Hal tersebut perlu dilakukan karena
OH pasien yang buruk.
3. Evaluasi Respon Terapi Fase Etiotropik (Fase I)
Pada tahap evaluasi respon terapi fase I, yang perlu dilakukan adalah melakukan p
emeriksaan ulang pasca terapi fase I meliputi pemeriksaan kedalaman poket perio
dontalnya atau Probbing Depth apakah probing depth-nya tetap, berkurang, atau b
ertambah dalam setelah dilakukan perawatan fase I; pemeriksaan kondisi gingiva
apakah ada gejala-gejala inflamasi pada gingiva pasien meliputi pemeriksaan POB
+ atau –, serta adanya kemerahan atau tidak pada gingiva gigi yang bersangkutan;
dilakukan pemeriksaan kondisi plak dan kalkulusnya, serta kontrol pada gigi pasi
en yang karies yaitu pada gigi 43 terdapat karies profunda. Evaluasi respon terapi
fase I ini bertujuan untuk melihat pakah pada perawatan fase 1 berhasil ataukah ti
dak,
4. Fase Bedah (Terapi Fase II)
Tindakan bedah perlu dilakukan jika dari hasil evaluasi respon terapi fase I tidak
menujukkan adanya peningkatan kondisi periodontal pasca terapi. Tidak adanya p
erbaikan jaringan periodontal diindikasikan dari hasil pemeriksaan PD pada fase e
valuasi respon terapi fase I, dimana PD hasilnya lebih dari 3 mm dan terdapat ada
nya inflamasi pada gingiva gigi yang bersangkutan. Jika telah diketahui hasil pem
eriksaan PD pasca terapi fase I lebih dari 3 mm dan terdapat adanya inflamasi pad
a gingival maka hal tersebut mengindikasikan bahwa perlu dilakukan perawatan f
ase bedah (fase II). Terapi fase bedah yang mungkin dapat diakukan pada pasien a