SlideShare a Scribd company logo
PERATURAN MENTERI PERTANIAN
    No. 26/Permentan/OT.140/2/2007

         TENTANG
  PEDOMAN PERIZINAN USAHA
        PERKEBUNAN
Landasan Filosofis

I. Adanya perkembangan usaha perkebunan.
II. Keputusan Menteri Pertanian Nomor
     357/Kpts/HK.350 /5/2002 tidak sesuai lagi.
III. Menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 18
     Tahun 2004 tentang Perkebunan:
   1.   Pasal 10 ayat (1) → penggunaan tanah untuk perkebunan
   2.   Pasal 17 ayat (3) → luasan tanah tertentu
   3.   Pasal 17 ayat (7) → izin usaha perkebunan
   4.   Pasal 22 ayat (3) → pola kemitraan
Landasan Hukum
1. UU No. 5 Thn 1960;        13. Keppres No. 187/M Thn 2004;
2. UU No. 5 Thn 1984;        14. Perpres No. 9 Thn 2005 juncto Perpres
3. UU No. 23 Thn 1997;           No. 62 Thn 2005;
4. UU No. 18 Thn 2004;       15. Perppres No. 10 Thn 2005;
5. UU No. 32 Thn 2004;       16. Perpres No. 5 Thn 2006;
6. UU No. 11 Thn 2006;       17. Permentan No. 299/KPTS/OT.140/
7. UU No. 21 Thn 2006;           7/2005 juncto Permentan No.
                                 11/Permentan/OT.140 /2/2007;
8. PP No. 17 Thn 1986;       18. Permentan No. 341/Kpts/OT.140/
9. PP No. 40 Thn 1996;           9/2005 juncto Permentan No.
10.PP No. 27 Thn 1999;           12/Permentan/OT.140/2/2007;
11.PP No. 25 Thn 2000;       19. Kepmentan No.
12.PP No. 79 Thn 2005;           511/Kpts/PD.310/9/2006;


Memperhatikan :   Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang
                  Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
                  (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain;
Ruang Lingkup
vjenis & perizinan usaha perkebunan;
vsyarat & tata cara permohonan izin usaha
 perkebunan;
vkemitraan;
vperubahan luas lahan, jenis tanaman,
 dan/atau perubahan kapasitas
 pengolahan, serta diversifikasi usaha;
vpembinaan & pengawasan;
vsanksi administrasi.
JENIS USAHA PERKEBUNAN


vJenis usaha perkebunan terdiri atas usaha
 budidaya tanaman perkebunan dan usaha
 industri pengolahan hasil perkebunan.
vBadan hukum asing/perorangan warga
 negara asing yang melakukan usaha
 perkebunan wajib bekerjasama dengan
 pelaku usaha perkebunan dalam negeri
 dengan membentuk badan hukum
 Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
JENIS PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

v   Izin Usaha Perkebunan (IUP) wajib untuk usaha
    budidaya tanaman perkebunan yang luasnya 25
    hektar/lebih dan memiliki unit pengolahan hasil
    perkebunan yang kapasitas olahnya sama atau
    melebihi kapasitas paling rendah.
v   Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B)
    wajib untuk usaha budidaya tanaman perkebunan
    yang luasnya 25 hektar/lebih dan tidak memiliki
    unit pengolahan hasil perkebunan sampai dengan
    kapasitas paling rendah.
v   Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P)
    wajib untuk usaha industri pengolahan hasil
    perkebunan dengan kapasitas olah sama atau
    melebihi kapasitas paling rendah.
PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN (Lanjutan)


v IUP, IUP-B, atau IUP-P diberikan oleh
  bupati/walikota untuk lokasi areal budidaya
  dan/atau sumber bahan bakunya berada dalam 1
  wilayah kabupaten/kota dengan memperhatikan
  rencana   makro    pembangunan    perkebunan
  provinsi.
v IUP, IUP-B, atau IUP-P diberikan oleh
  gubernur untuk lokasi areal budidaya dan/atau
  sumber bahan bakunya berada pada lintas
  wilayah kabupaten/kota, dengan memperhatikan
  rekomendasi dari bupati/walikota berkaitan
  dengan RTRW kabupaten/kota.
PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN (Lanjutan)


v   Perusahaan perkebunan yang memiliki IUP
    atau IUP-B, wajib membangun kebun untuk
    masyarakat sekitar paling rendah seluas 20%
    dari total luas areal kebun yang diusahakan
    oleh perusahaan.
v   Pembangunan kebun untuk masyarakat:
    - dapat dilakukan a.l. melalui pola kredit,
      hibah, atau bagi hasil.
    - dilakukan bersamaan dengan pembangunan
      kebun yang diusahakan oleh perusahaan.
    - rencana pembangunan kebun untuk
      masyarakat harus diketahui oleh
      Bupati/Walikota.
PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN (Lanjutan)



v   Khusus usaha industri pengolahan hasil
    kelapa sawit, untuk mendapatkan IUP-P:
    - harus memenuhi paling rendah 20%
    kebutuhan bahan          bakunya dari kebun
    yang diusahakan sendiri.
    - melengkapi permohonan dengan
    pertimbangan teknis           ketersediaan
    lahan dari instansi Kehutanan (apabila
    areal budidaya tanaman berasal dari kawasan
    hutan)        dan rencana kerja budidaya
    tanaman perkebunan.
BATASAN PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN



v   IUP untuk 1 perusahaan diberikan dengan batas
    paling luas berdasarkan jenis komoditas (Lampiran
    3).
v   Batasan paling luas tidak berlaku untuk:
    - Perusahaan Perkebunan yang pemegang saham
      mayoritasnya Koperasi Usaha Perkebunan;
    - Perusahaan Perkebunan yang sebagian
      besar/seluruh saham dimiliki oleh Negara baik
      Pemerintah, Provinsi atau Kabupaten/Kota; atau
    - Perusahaan Perkebunan yang sebagian besar
      sahamnya dimiliki oleh masyarakat dalam rangka
      go public.
v   Batas luasan areal usaha budidaya perkebunan di
    Provinsi Papua paling luas 2 kali dari batasan paling
    luas.
SYARAT PERMOHONAN IUP-B
Permohonan secara tertulis dilengkapi persyaratan:
 n Akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang terakhir;
 n Nomor Pokok Wajib Pajak;
 n Surat keterangan domisili;
 n Rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
   dari bupati/walikota (untuk IUP-B yang diterbitkan oleh gubernur);
 n Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan
   provinsi dari gubernur (untuk IUP-B yang diterbitkan oleh bupati/walikota);
 n Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi
   dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000;
 n Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi Kehutanan (apabila
   areal berasal dari kawasan hutan);
 n Rencana kerja pembangunan perkebunan;
 n Hasil AMDAL, UKL, dan UPL sesuai peraturan perundang-undangan yang
   berlaku;
 n Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk
   melakukan pengendalian OPT;
 n Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk
   melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian
   kebakaran;
 n Pernyataan kesediaan membangun kebun untuk masyarakat yang dilengkapi
   dengan rencana kerjanya; dan
 n Pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.
SYARAT PERMOHONAN IUP-P
Permohonan secara tertulis dilengkapi persyaratan:
n   Akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang terakhir;
n   Nomor Pokok Wajib Pajak;
n   Surat keterangan domisili;
n   Rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
    dari bupati/walikota untuk IUP-P yang diterbitkan oleh gubernur;
n   Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan
    provinsi dari gubernur untuk IUP-P yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota;
n   Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi
    dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000;
n   Rekomendasi lokasi dari pemerintah daerah lokasi unit pengolahan;
n   Jaminan pasokan bahan baku yang diketahui oleh Bupati/Walikota;
n   Rencana kerja pembangunan unit pengolahan hasil perkebunan;
n   Hasil AMDAL, atau UKL dan UPL sesuai peraturan perundang-undangan
    yang berlaku; dan
n   Pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.
Permohonan secara tertulis dilengkapi persyaratan:
n   Akte pendirian perusahaan      n   Pertimbangan teknis           n   Pernyataan kesanggupan
    dan perubahannya yang              ketersediaan lahan dari           memiliki sarana,
    terakhir;                          instansi Kehutanan                prasarana dan sistem
n   Nomor Pokok Wajib Pajak;           (apabila areal berasal dari       untuk melakukan
n   Surat keterangan domisili;         kawasan hutan);                   pengendalian OPT;
n   Rekomendasi kesesuaian         n   Jaminan pasokan bahan         n   Pernyataan kesanggupan
    dengan RTRW                        baku yang diketahui oleh          memiliki sarana,
    kabupaten/kota dari                bupati/walikota;                  prasarana dan sistem
    bupati/walikota untuk IUP      n   Rencana kerja                     untuk melakukan
    yang diterbitkan oleh              pembangunan kebun dan             pembukaan lahan tanpa
    gubernur;                          unit pengolahan hasil             pembakaran serta
n   Rekomendasi kesesuaian             perkebunan;                       pengendalian kebakaran;
    dengan rencana makro           n   Hasil AMDAL, atau             n   Pernyataan kesediaan dan
    pembangunan perkebunan             UKL dan UPL sesuai                rencana kerja
    provinsi dari gubernur             peraturan perundang-              pembangunan kebun
    untuk IUP yang diterbitkan         undangan yang berlaku;            untuk masyarakat; dan
    oleh bupati/walikota;          n   Pernyataan perusahaan         n   Pernyataan kesediaan dan
n   Izin lokasi dari                   belum menguasai lahan             rencana kerja kemitraan.
    bupati/walikota yang               melebihi batas luas
    dilengkapi dengan peta             maksimum;
    calon lokasi dengan skala 1:
    100.000 atau 1:50.000;
TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PERKEBUNAN


v Bupati/walikota atau gubernur dalam jangka waktu paling
  lama 30 hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan
  diterima, harus memberikan jawaban menunda, menolak
  atau menerima.
v Permohonan dianggap telah lengkap apabila dalam
  jangka waktu 30 hari kerja bupati/walikota atau gubernur
  belum memberikan jawaban, kemudian dapat diterbitkan
  IUP, IUP-B atau IUP-P.
v Permohonan ditunda apabila setelah dilakukan
  pemeriksaan dokumen masih ada kekurangan persyaratan
  yang harus dipenuhi.
v Permohonan ditolak apabila setelah dilakukan
  pemeriksaan dokumen ternyata persyaratannya tidak
  benar, usaha yang akan dilakukan bertentangan dengan
  ketertiban umum, dan/atau perencanaan makro
  pembangunan perkebunan
KEMITRAAN

v Dapat dilakukan melalui kemitraan pengolahan
  dan/atau kemitraan usaha.
vKemitraan pengolahan dilakukan
  untuk menjamin ketersediaan bahan baku,
  terbentuknya harga pasar yang wajar, dan
  terwujudnya peningkatan nilai tambah kepada
  pekebun sebagai upaya pemberdayaan
  pekebun.
vKemitraan usaha dilakukan antara
  perusahaan dengan pekebun, karyawan
  dan/atau masyarakat sekitar perkebunan.
KEMITRAAN (Lanjutan)

Kemitraan usaha dapat dilakukan melalui
pola:
n   penyediaan sarana produksi;
n   kerjasama produksi;
n   pengolahan dan pemasaran;
n   transportasi;
n   kerjasama operasional;
n   kepemilikan saham; dan/atau
n   kerjasama penyediaan jasa pendukung lainnya.
PERUBAHAN LUAS LAHAN

n   Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin dan akan
    melakukan perluasan lahan, harus mendapat persetujuan dari
    pemberi izin.
n   Untuk mendapat persetujuan perluasan lahan, pemohon
    mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemberi izin
    dengan dilengkapi persyaratan Pasal 15 & Pasal 17, serta
    laporan kemajuan fisik dan keuangan perusahaan perkebunan.
n   Persetujuan perluasan lahan diberikan kepada perusahaan
    perkebunan yang memiliki penilaian kelas 1 atau kelas 2.
n   Bupati/walikota atau gubernur dalam memberikan persetujuan
    perluasan berpedoman pada perencanaan makro pembangunan
    perkebunan.
PERUBAHAN JENIS TANAMAN
n   Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin dan akan
    melakukan perubahan jenis tanaman, harus mendapat
    persetujuan dari pemberi izin.
n   Untuk mendapat persetujuan, pemohon mengajukan
    permohonan secara tertulis kepada pemberi izin dengan
    dilengkapi persyaratan:
     a. IUP-B atau IUP;
     b. Akte pendirian perusahaan dan perubahan yang terakhir;
     c. Rekomendasi dari Dinas yang membidangi perkebunan
          di provinsi atau kabupaten/kota; dan
     d. Rencana kerja (proposal) tentang perubahan jenis
          tanaman.
n   Bupati/walikota atau gubernur dalam memberikan persetujuan
    perubahan jenis tanaman berpedoman pada perencanaan
    makro pembangunan perkebunan.
PERUBAHAN KAPASITAS UNIT PENGOLAH




n   Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin pengolahan
    hasil dan akan melakukan penambahan kapasitas, harus
    mendapat persetujuan dari pemberi izin.
n   Persetujuan diperlukan apabila untuk penambahan kapasitas
    lebih dari 30% dari kapasitas yang telah diizinkan.
n   Untuk mendapat persetujuan penambahan kapasitas, pemohon
    mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemberi izin
    dengan dilengkapi persyaratan Pasal 16 dan laporan kemajuan
    fisik dan keuangan perusahaan perkebunan.
n   Bupati/walikota atau gubernur dalam memberikan persetujuan
    penambahan kapasitas berpedoman pada perencanaan makro
    pembangunan perkebunan.
DIVERSIFIKASI USAHA

n   Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin dan akan
    melakukan diversifikasi usaha, harus mendapat persetujuan
    dari pemberi izin dengan berpedoman pada perencanaan
    makro pembangunan perkebunan.
n   Untuk memperoleh persetujuan diversifikasi usaha,
    permohonan mengajukan permohonan secara tertulis kepada
    pemberi izin dengan dilengkapi persyaratan sebagai berikut:
     a. IUP-B atau IUP;
     b. Akte pendirian perusahaan dan perubahan yang terakhir;
     c. Rekomendasi dari Dinas yang membidangi perkebunan di
        provinsi atau kabupaten/kota;
     d. Rencana kerja (proposal) tentang perubahan jenis tanaman;
        dan
     e. Surat dukungan diversifikasi usaha dari Instansi terkait.
KEWAJIBAN
Kewajiban bagi Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP,
IUP-B atau IUP-P:
v menyelesaikan hak atas tanah selambat-lambatnya 2 tahun sejak
  diterbitkannya IUP, IUP-B, atau IUP-P;
v merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan
  sesuai dengan studi kelayakan, baku teknis, dan ketentuan yang
  berlaku;
v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan
  pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian
  kebakaran;
v membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam
  secara lestari;
v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan
  pengendalian OPT;
v menerapkan AMDAL, atau UKL dan UPL sesuai peraturan
  perundang-undangan yang berlaku;
v menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi
  setempat; serta
v melaporkan perkembangan usaha perkebunan kepada gubenur
  atau bupati/walikota sesuai kewenangan secara berkala setiap 6
  (enam) bulan sekali.
PEMBINAAN & PENGAWASAN
vPerusahaan perkebunan yang telah mendapat IUP,
 IUP-B atau IUP-P dilakukan penilaian dan pembinaan
 pelaksanaan pembangunan kebun dan/atau industri
 pengolahan hasil perkebunan paling kurang 1 tahun
 sekali.
vPenilaian dan pembinaan dilakukan berdasarkan
 rencana kerja pembangunan kebun dan/atau industri
 pengolahan hasil perkebunan yang diajukan pada saat
 permohonan izin usaha perkebunan.
vUntuk kebun dan/atau industri pengolahan hasil
 perkebunan yang telah dibangun akan dilakukan
 penilaian dan pembinaan kinerja secara periodik 3
 tahun sekali.
vPenilaian dan pembinaan pelaksanaan pembangunan
 kebun dan/atau industri pengolahan hasil perkebunan
 dilakukan sesuai dengan Pedoman Penilaian dan
 Pembinaan Perusahaan Perkebunan.
SANKSI ADMINISTRASI
Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B, atau IUP-P dan tidak
melaksanakan kewajiban:
v merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan
  sesuai dengan studi kelayakan, baku teknis, dan ketentuan yang
  berlaku;
v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan
  pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian
  kebakaran;
v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan
  pengendalian OPT;
v menerapkan AMDAL, atau UKL dan UPL sesuai peraturan
  perundang-undangan yang berlaku;
v menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi
  setempat; atau
v melaporkan perkembangan usaha perkebunan kepada gubenur
  atau bupati/walikota sesuai kewenangan secara berkala setiap 6
  (enam) bulan sekali,
diberikan peringatan paling banyak 3 kali masing-masing dalam tenggang
waktu 4 bulan.
Apabila dalam 3 kali peringatan tidak di indahkan, maka IUP, IUP-B atau IUP-P
perusahaan bersangkutan dicabut dan diusulkan kepada instansi yang
berwenang untuk mencabut Hak Guna Usaha-nya
SANKSI ADMINISTRASI (Lanjutan)

n   Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B atau IUP-P
    dan tidak melaksanakan kewajiban membuka lahan tanpa bakar dan
    mengelola sumber daya alam secara lestari, izin usahanya dicabut,
    dan diusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mencabut Hak
    Guna Usaha-nya.
n   Perusahaan perkebunan memperoleh IUP, IUP-B, atau IUP-P dan
    mendapat persetujuan diversifikasi usaha tapi tidak menjamin
    kelangsungan usaha pokok, menjaga kelestarian lingkungan, plasma
    nutfah, dan mencegah berjangkitnya organisme pengganggu
    tumbuhan, diberikan peringatan paling banyak 3 kali masing-masing
    dalam tenggang waktu 4 bulan.
    Apabila dalam 3 kali peringatan tidak di indahkan, maka IUP, IUP-B
    atau IUP-P perusahaan bersangkutan dicabut dan diusulkan kepada
    instansi yang berwenang untuk mencabut HGU.
Ketentuan Peralihan


v Izin Usaha Perkebunan (IUP) atau Surat
  Pendaftaran Usaha Perkebunan (SPUP)
  yang telah diterbitkan sebelum
  peraturan ini, dinyatakan masih tetap
  berlaku.
v Perusahaan Perkebunan yang telah
  memiliki izin atau Surat Pendaftaran
  Usaha Perkebunan, dalam pelaksanaan
  usaha perkebunan harus tunduk pada
  Peraturan ini.
Ketentuan Penutup


vPelaksanaan pelayanan perizinan usaha
 perkebunan di Provinsi NAD dan Provinsi
 Papua dengan otonomi khusus dilakukan
 oleh provinsi sesuai peraturan
 perundang-undangan yang berlaku.
vPemberian izin usaha budidaya
 perkebunan dan/atau izin industri
 pengolahan hasil perkebunan dalam
 rangka PMA atau PMDN, terlebih dahulu
 mendapat rekomendasi teknis dari
 Direktur Jenderal Perkebunan.
(Lampiran 1)                 KAPASITAS MINIMAL
                    UNIT PENGOLAHAN PRODUK PERKEBUNAN
                        YANG MEMERLUKAN IZIN USAHA
No.    Komoditas                    Kapasitas                                         Produk

 1             2                          3                                             4

 1.   Kelapa          5.000 butir kelapa/hari                Kopra/Minyak Kelapa dan Serat (fiber), Arang
                                                             Tempurung, Debu (dust), Nata de coco
 2.   Kelapa Sawit    5 ton TBS/jam                          CPO
 3.   Teh             1 ton pucuk segar/hari                 Teh Hijau
                      10 ton pucuk segar/hari                Teh Hitam
 4.   Karet           600 liter lateks cair/jam              Sheet/Lateks pekat
                      16 ton slab/hari                       Crumb rubber
 5.   Tebu            1.000 Ton Cane/Day (TCD)               Gula Pasir dan Pucuk tebu, Bagas
 6.   Kopi            1,5 ton glondong basah/hari            Biji kopi kering
 7.   Kakao           2 ton biji basah/1 kali olah           Biji kakao kering
 8.   Jambu mete      1-2 ton gelondong mete/hari            Biji mete kering dan CNSL
 9.   Lada            4 ton biji lada basah/hari             Biji lada hitam kering
                      4 ton biji lada basah/hari             Biji lada putih kering
10.   Cengkeh         4 ton bunga cengkeh segar/hari         Bunga cengkeh kering
11.   Jarak pagar     1 ton biji jarak kering/jam            Minyak jarak kasar
12.   Kapas           6.000-10.000 ton kapas berbiji/tahun   Serat kapas dan Biji kapas
13.   Tembakau        35-70 ton daun tembakau basah          Daun tembakau kering (krosok)
(Lampiran 2)


          LUAS AREAL YANG WAJIB MEMILIKI IUP-B
                                         IUP-
                                        Luas Areal
                 No.    Komoditas
                                           (ha)
                  1            2             3


                  1    Kelapa         25 s/d < 250
                  2    Kelapa Sawit   25 s/d < 1.000
                  3    Karet          25 s/d < 2.800
                  4    Kopi           25 s/d < 100
                  5    Kakao          25 s/d < 100
                  6    Teh            25 s/d < 240
                  7    Jambu Mete     25 s/d < 100
                  8    Tebu           25 s/d < 2.000
                  9    Lada           25 s/d < 200
                  10   Cengkeh        25 s/d < 1.000
                  11   Jarak Pagar    25 s/d < 1.000
                  12   Kapas          25 s/d < 6.000
                  13   Tembakau       25 s/d < 100
(Lampiran 3)

    BATAS PALING LUAS PENGGUNAAN AREAL PERKEBUNAN
             OLEH 1 PERUSAHAAN PERKEBUNAN
                                     Luas Areal
                No.   Komoditas
                                        (ha)
                 1         2             3


                1       Kelapa        25.000
                2     Kelapa Sawit    100.000
                3        Karet        25.000
                4        Kopi          5.000
                5        Kakao         5.000
                6         Teh         10.000
                7     Jambu Mete       5.000
                8        Tebu         150.000
                9        Lada          1.000
                10     Cengkeh         1.000
                11    Jarak Pagar     50.000
                12       Kapas        25.000
                13     Tembakau        5.000
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Reforma Agraria
Reforma AgrariaReforma Agraria
Reforma Agraria
Lestari Moerdijat
 
Materi pengadaan tanah
Materi pengadaan tanahMateri pengadaan tanah
Materi pengadaan tanah
Akram Naufal
 
PTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptxPTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptx
Bidang P3NP DPMPTSP Kota Madiun
 
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...
Gedhe Foundation
 
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganSyarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganLeks&Co
 
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi
Dadang Solihin
 
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfPPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
HackEuy
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Deki Zulkarnain
 
Pengetahuan hukum bagi broker properti
Pengetahuan hukum bagi broker propertiPengetahuan hukum bagi broker properti
Pengetahuan hukum bagi broker properti
Leks&Co
 
Materi Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi RiauMateri Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi Riau
joihot
 
Perkembangan tora yang berasal dari kawasan hutan
Perkembangan tora yang berasal dari kawasan hutanPerkembangan tora yang berasal dari kawasan hutan
Perkembangan tora yang berasal dari kawasan hutan
Adi Pujakesuma
 
Kelembagaan ATR/BPN
Kelembagaan ATR/BPNKelembagaan ATR/BPN
Kelembagaan ATR/BPN
Fenti Anita Sari
 
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_Standard
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_StandardPerjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_Standard
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_Standard
GLC
 
Kementerian Investasi_Madiun_16 dan 17 Mei 2023.pptx
Kementerian Investasi_Madiun_16 dan 17 Mei 2023.pptxKementerian Investasi_Madiun_16 dan 17 Mei 2023.pptx
Kementerian Investasi_Madiun_16 dan 17 Mei 2023.pptx
Bidang P3NP DPMPTSP Kota Madiun
 
Tata Cara Rekomendasi BIG pada Lampiran Peta RDTR
Tata Cara Rekomendasi BIG pada Lampiran Peta RDTRTata Cara Rekomendasi BIG pada Lampiran Peta RDTR
Tata Cara Rekomendasi BIG pada Lampiran Peta RDTR
Khalid Adam
 
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanDasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Leks&Co
 
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Leks&Co
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Vallen Hoven
 

What's hot (20)

Reforma Agraria
Reforma AgrariaReforma Agraria
Reforma Agraria
 
Materi pengadaan tanah
Materi pengadaan tanahMateri pengadaan tanah
Materi pengadaan tanah
 
PTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptxPTP untuk KKPR.pptx
PTP untuk KKPR.pptx
 
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan...
 
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganSyarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
 
Tata Guna Tanah PPT
Tata Guna Tanah PPTTata Guna Tanah PPT
Tata Guna Tanah PPT
 
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi
 
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfPPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
 
Pengetahuan hukum bagi broker properti
Pengetahuan hukum bagi broker propertiPengetahuan hukum bagi broker properti
Pengetahuan hukum bagi broker properti
 
Materi Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi RiauMateri Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi Riau
 
Perkembangan tora yang berasal dari kawasan hutan
Perkembangan tora yang berasal dari kawasan hutanPerkembangan tora yang berasal dari kawasan hutan
Perkembangan tora yang berasal dari kawasan hutan
 
Kelembagaan ATR/BPN
Kelembagaan ATR/BPNKelembagaan ATR/BPN
Kelembagaan ATR/BPN
 
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_Standard
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_StandardPerjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_Standard
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_Standard
 
Pendaftaran tanah
Pendaftaran tanahPendaftaran tanah
Pendaftaran tanah
 
Kementerian Investasi_Madiun_16 dan 17 Mei 2023.pptx
Kementerian Investasi_Madiun_16 dan 17 Mei 2023.pptxKementerian Investasi_Madiun_16 dan 17 Mei 2023.pptx
Kementerian Investasi_Madiun_16 dan 17 Mei 2023.pptx
 
Tata Cara Rekomendasi BIG pada Lampiran Peta RDTR
Tata Cara Rekomendasi BIG pada Lampiran Peta RDTRTata Cara Rekomendasi BIG pada Lampiran Peta RDTR
Tata Cara Rekomendasi BIG pada Lampiran Peta RDTR
 
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanDasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
 
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
 

Viewers also liked

surat wasiat
surat wasiatsurat wasiat
surat wasiat
Legal Akses
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan Perusahaan
Legal Akses
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumah
Legal Akses
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha Bersama
Legal Akses
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian Kerja
Legal Akses
 
Studi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekStudi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekDirman Hasan
 
Study kelayakan Kewirausahaan
Study kelayakan KewirausahaanStudy kelayakan Kewirausahaan
Study kelayakan Kewirausahaan
Institute Technology of Adhi Tama Surabaya
 
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "
Cha Isra
 
Manajemen perkebunan
Manajemen perkebunanManajemen perkebunan
Manajemen perkebunan
Memet Hakim
 
Manajemen pada perkebunan kelapa sawit
Manajemen pada perkebunan kelapa sawitManajemen pada perkebunan kelapa sawit
Manajemen pada perkebunan kelapa sawit
Yoghi Pratama
 
Studi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekStudi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyek
letterman60
 
Integrasi tataruang dan pertanahan
Integrasi tataruang dan pertanahanIntegrasi tataruang dan pertanahan
Integrasi tataruang dan pertanahan
Yulianto Dwi Prasetyo
 

Viewers also liked (13)

surat wasiat
surat wasiatsurat wasiat
surat wasiat
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan Perusahaan
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumah
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha Bersama
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian Kerja
 
Studi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekStudi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyek
 
Study kelayakan Kewirausahaan
Study kelayakan KewirausahaanStudy kelayakan Kewirausahaan
Study kelayakan Kewirausahaan
 
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "
 
Manajemen perkebunan
Manajemen perkebunanManajemen perkebunan
Manajemen perkebunan
 
Manajemen perkebunan
Manajemen perkebunanManajemen perkebunan
Manajemen perkebunan
 
Manajemen pada perkebunan kelapa sawit
Manajemen pada perkebunan kelapa sawitManajemen pada perkebunan kelapa sawit
Manajemen pada perkebunan kelapa sawit
 
Studi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekStudi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyek
 
Integrasi tataruang dan pertanahan
Integrasi tataruang dan pertanahanIntegrasi tataruang dan pertanahan
Integrasi tataruang dan pertanahan
 

Similar to Pedoman perizinan usaha perkebunan permen no 26 thn 2007

Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptx
Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptxMekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptx
Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptx
AndiArmin1
 
SOP-PERIZINAN-KEMHUT-DAN-LH.pdf
SOP-PERIZINAN-KEMHUT-DAN-LH.pdfSOP-PERIZINAN-KEMHUT-DAN-LH.pdf
SOP-PERIZINAN-KEMHUT-DAN-LH.pdf
HamdiHamdi19
 
Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil Pekebun 28082023.pptx
Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil Pekebun 28082023.pptxKebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil Pekebun 28082023.pptx
Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil Pekebun 28082023.pptx
FadiahChaeraniTaufik1
 
Sosialisasi RDKK 2023.pptx
Sosialisasi  RDKK 2023.pptxSosialisasi  RDKK 2023.pptx
Sosialisasi RDKK 2023.pptx
ssuser92d851
 
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Didi Sadili
 
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari PerkebunanPola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
Raflis Ssi
 
Draf sk pelimpahan kewenangan tahun 2021
Draf sk pelimpahan kewenangan tahun 2021Draf sk pelimpahan kewenangan tahun 2021
Draf sk pelimpahan kewenangan tahun 2021
koperasidoaibuharapa
 
Reforma agraria solusi perubahan iklim
Reforma agraria solusi perubahan iklimReforma agraria solusi perubahan iklim
Reforma agraria solusi perubahan iklim
swirawan
 
sosialisasi-ippkh-24-sep-12-2.ppt
sosialisasi-ippkh-24-sep-12-2.pptsosialisasi-ippkh-24-sep-12-2.ppt
sosialisasi-ippkh-24-sep-12-2.ppt
andreas591359
 
Syarat perpanjangan jangka waktu hak guna usaha
Syarat perpanjangan jangka waktu hak guna usahaSyarat perpanjangan jangka waktu hak guna usaha
Syarat perpanjangan jangka waktu hak guna usaha
adiputrafauzi
 
PERCEPATAN PENSERTIPIKATAN TANAH WAKAF KANTAH CIAMIS 2021.pptx
PERCEPATAN PENSERTIPIKATAN TANAH WAKAF KANTAH CIAMIS 2021.pptxPERCEPATAN PENSERTIPIKATAN TANAH WAKAF KANTAH CIAMIS 2021.pptx
PERCEPATAN PENSERTIPIKATAN TANAH WAKAF KANTAH CIAMIS 2021.pptx
NizarulArifin
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Leks&Co
 
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx
michancuantiks
 
[SLIDE REV 23] RAPERMEN PTP_01042021.pdf
[SLIDE REV 23] RAPERMEN PTP_01042021.pdf[SLIDE REV 23] RAPERMEN PTP_01042021.pdf
[SLIDE REV 23] RAPERMEN PTP_01042021.pdf
refqiahmad
 
20200505 1 Bahan Ajar Kapita Selekta Pertanahan-Ir. Ratmono, M.Si.pptx
20200505 1 Bahan Ajar Kapita Selekta Pertanahan-Ir. Ratmono, M.Si.pptx20200505 1 Bahan Ajar Kapita Selekta Pertanahan-Ir. Ratmono, M.Si.pptx
20200505 1 Bahan Ajar Kapita Selekta Pertanahan-Ir. Ratmono, M.Si.pptx
fadli32787
 
PPN, KARAKTERISTIK PPN, OBJEK PPN, SUBJEK PPN, BARANG KENA PAJAK, JASA KENA P...
PPN, KARAKTERISTIK PPN, OBJEK PPN, SUBJEK PPN, BARANG KENA PAJAK, JASA KENA P...PPN, KARAKTERISTIK PPN, OBJEK PPN, SUBJEK PPN, BARANG KENA PAJAK, JASA KENA P...
PPN, KARAKTERISTIK PPN, OBJEK PPN, SUBJEK PPN, BARANG KENA PAJAK, JASA KENA P...
Muhammad Rafi Kambara
 
03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx
ghifari9
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
Muh Saleh
 
3. PERAN BPN PPT.pptx
3.  PERAN BPN PPT.pptx3.  PERAN BPN PPT.pptx
3. PERAN BPN PPT.pptx
sutrisno831
 
aspek hukum hak tanggung1
aspek hukum hak tanggung1aspek hukum hak tanggung1
aspek hukum hak tanggung1Sukman Sukman
 

Similar to Pedoman perizinan usaha perkebunan permen no 26 thn 2007 (20)

Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptx
Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptxMekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptx
Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan untuk Ketenagalistrikan.pptx
 
SOP-PERIZINAN-KEMHUT-DAN-LH.pdf
SOP-PERIZINAN-KEMHUT-DAN-LH.pdfSOP-PERIZINAN-KEMHUT-DAN-LH.pdf
SOP-PERIZINAN-KEMHUT-DAN-LH.pdf
 
Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil Pekebun 28082023.pptx
Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil Pekebun 28082023.pptxKebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil Pekebun 28082023.pptx
Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil Pekebun 28082023.pptx
 
Sosialisasi RDKK 2023.pptx
Sosialisasi  RDKK 2023.pptxSosialisasi  RDKK 2023.pptx
Sosialisasi RDKK 2023.pptx
 
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
 
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari PerkebunanPola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
 
Draf sk pelimpahan kewenangan tahun 2021
Draf sk pelimpahan kewenangan tahun 2021Draf sk pelimpahan kewenangan tahun 2021
Draf sk pelimpahan kewenangan tahun 2021
 
Reforma agraria solusi perubahan iklim
Reforma agraria solusi perubahan iklimReforma agraria solusi perubahan iklim
Reforma agraria solusi perubahan iklim
 
sosialisasi-ippkh-24-sep-12-2.ppt
sosialisasi-ippkh-24-sep-12-2.pptsosialisasi-ippkh-24-sep-12-2.ppt
sosialisasi-ippkh-24-sep-12-2.ppt
 
Syarat perpanjangan jangka waktu hak guna usaha
Syarat perpanjangan jangka waktu hak guna usahaSyarat perpanjangan jangka waktu hak guna usaha
Syarat perpanjangan jangka waktu hak guna usaha
 
PERCEPATAN PENSERTIPIKATAN TANAH WAKAF KANTAH CIAMIS 2021.pptx
PERCEPATAN PENSERTIPIKATAN TANAH WAKAF KANTAH CIAMIS 2021.pptxPERCEPATAN PENSERTIPIKATAN TANAH WAKAF KANTAH CIAMIS 2021.pptx
PERCEPATAN PENSERTIPIKATAN TANAH WAKAF KANTAH CIAMIS 2021.pptx
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
 
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx
13. Materi Sosialisasi RDKK PUPUK BERSUBSIDI.pptx
 
[SLIDE REV 23] RAPERMEN PTP_01042021.pdf
[SLIDE REV 23] RAPERMEN PTP_01042021.pdf[SLIDE REV 23] RAPERMEN PTP_01042021.pdf
[SLIDE REV 23] RAPERMEN PTP_01042021.pdf
 
20200505 1 Bahan Ajar Kapita Selekta Pertanahan-Ir. Ratmono, M.Si.pptx
20200505 1 Bahan Ajar Kapita Selekta Pertanahan-Ir. Ratmono, M.Si.pptx20200505 1 Bahan Ajar Kapita Selekta Pertanahan-Ir. Ratmono, M.Si.pptx
20200505 1 Bahan Ajar Kapita Selekta Pertanahan-Ir. Ratmono, M.Si.pptx
 
PPN, KARAKTERISTIK PPN, OBJEK PPN, SUBJEK PPN, BARANG KENA PAJAK, JASA KENA P...
PPN, KARAKTERISTIK PPN, OBJEK PPN, SUBJEK PPN, BARANG KENA PAJAK, JASA KENA P...PPN, KARAKTERISTIK PPN, OBJEK PPN, SUBJEK PPN, BARANG KENA PAJAK, JASA KENA P...
PPN, KARAKTERISTIK PPN, OBJEK PPN, SUBJEK PPN, BARANG KENA PAJAK, JASA KENA P...
 
03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
 
3. PERAN BPN PPT.pptx
3.  PERAN BPN PPT.pptx3.  PERAN BPN PPT.pptx
3. PERAN BPN PPT.pptx
 
aspek hukum hak tanggung1
aspek hukum hak tanggung1aspek hukum hak tanggung1
aspek hukum hak tanggung1
 

More from Andi Wahyudin

Materi PERTEK-2.pdf
Materi PERTEK-2.pdfMateri PERTEK-2.pdf
Materi PERTEK-2.pdf
Andi Wahyudin
 
2b32. Materi sawit Woro BPJSTK.pdf
2b32. Materi sawit Woro BPJSTK.pdf2b32. Materi sawit Woro BPJSTK.pdf
2b32. Materi sawit Woro BPJSTK.pdf
Andi Wahyudin
 
2b31. Materi Sawit Pak BUdi Jatmiko.pdf
2b31. Materi Sawit Pak BUdi Jatmiko.pdf2b31. Materi Sawit Pak BUdi Jatmiko.pdf
2b31. Materi Sawit Pak BUdi Jatmiko.pdf
Andi Wahyudin
 
Improvement K3 (2023).ppt
Improvement K3 (2023).pptImprovement K3 (2023).ppt
Improvement K3 (2023).ppt
Andi Wahyudin
 
BSOS 00 - PENGHANTAR SIROH.pptx
BSOS 00 - PENGHANTAR SIROH.pptxBSOS 00 - PENGHANTAR SIROH.pptx
BSOS 00 - PENGHANTAR SIROH.pptx
Andi Wahyudin
 
4. Tata Cara pendaftaran TPP SIR-final.pdf
4. Tata Cara pendaftaran TPP SIR-final.pdf4. Tata Cara pendaftaran TPP SIR-final.pdf
4. Tata Cara pendaftaran TPP SIR-final.pdf
Andi Wahyudin
 
Modul 1. peralatan laboratorium
Modul 1. peralatan laboratoriumModul 1. peralatan laboratorium
Modul 1. peralatan laboratoriumAndi Wahyudin
 
Pedoman CSR bidang lingkungan
Pedoman CSR bidang lingkunganPedoman CSR bidang lingkungan
Pedoman CSR bidang lingkungan
Andi Wahyudin
 
Pedoman csr bidang lingkungan
Pedoman csr bidang lingkunganPedoman csr bidang lingkungan
Pedoman csr bidang lingkunganAndi Wahyudin
 
Pedoman penerapan jaminan_mutu_bokar_final
Pedoman penerapan jaminan_mutu_bokar_finalPedoman penerapan jaminan_mutu_bokar_final
Pedoman penerapan jaminan_mutu_bokar_finalAndi Wahyudin
 
02 sosialisasi pp ri nomor 50 tahun 2012
02 sosialisasi pp ri nomor 50 tahun 201202 sosialisasi pp ri nomor 50 tahun 2012
02 sosialisasi pp ri nomor 50 tahun 2012
Andi Wahyudin
 

More from Andi Wahyudin (11)

Materi PERTEK-2.pdf
Materi PERTEK-2.pdfMateri PERTEK-2.pdf
Materi PERTEK-2.pdf
 
2b32. Materi sawit Woro BPJSTK.pdf
2b32. Materi sawit Woro BPJSTK.pdf2b32. Materi sawit Woro BPJSTK.pdf
2b32. Materi sawit Woro BPJSTK.pdf
 
2b31. Materi Sawit Pak BUdi Jatmiko.pdf
2b31. Materi Sawit Pak BUdi Jatmiko.pdf2b31. Materi Sawit Pak BUdi Jatmiko.pdf
2b31. Materi Sawit Pak BUdi Jatmiko.pdf
 
Improvement K3 (2023).ppt
Improvement K3 (2023).pptImprovement K3 (2023).ppt
Improvement K3 (2023).ppt
 
BSOS 00 - PENGHANTAR SIROH.pptx
BSOS 00 - PENGHANTAR SIROH.pptxBSOS 00 - PENGHANTAR SIROH.pptx
BSOS 00 - PENGHANTAR SIROH.pptx
 
4. Tata Cara pendaftaran TPP SIR-final.pdf
4. Tata Cara pendaftaran TPP SIR-final.pdf4. Tata Cara pendaftaran TPP SIR-final.pdf
4. Tata Cara pendaftaran TPP SIR-final.pdf
 
Modul 1. peralatan laboratorium
Modul 1. peralatan laboratoriumModul 1. peralatan laboratorium
Modul 1. peralatan laboratorium
 
Pedoman CSR bidang lingkungan
Pedoman CSR bidang lingkunganPedoman CSR bidang lingkungan
Pedoman CSR bidang lingkungan
 
Pedoman csr bidang lingkungan
Pedoman csr bidang lingkunganPedoman csr bidang lingkungan
Pedoman csr bidang lingkungan
 
Pedoman penerapan jaminan_mutu_bokar_final
Pedoman penerapan jaminan_mutu_bokar_finalPedoman penerapan jaminan_mutu_bokar_final
Pedoman penerapan jaminan_mutu_bokar_final
 
02 sosialisasi pp ri nomor 50 tahun 2012
02 sosialisasi pp ri nomor 50 tahun 201202 sosialisasi pp ri nomor 50 tahun 2012
02 sosialisasi pp ri nomor 50 tahun 2012
 

Recently uploaded

AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
indrioktuviani10
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
AzisahAchmad
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
HalomoanHutajulu3
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
wear7
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
aciambarwati
 
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptxPPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
MiscoTamaela1
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
helenenolaloren
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
13FitriDwi
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
fatamorganareborn88
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Rajaclean
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
mediamandirinusantar
 
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hanhan140379
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
PavingBlockBolong
 
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faizppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
Alfaiz21
 
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
EchaNox
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
GalihHardiansyah2
 
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
SendowoResiden
 
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
arda89
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
RahmanAnshari3
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
MuhammadIqbal24956
 

Recently uploaded (20)

AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
 
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptxPPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
 
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
 
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faizppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
 
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
 
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
 
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
 

Pedoman perizinan usaha perkebunan permen no 26 thn 2007

  • 1. PERATURAN MENTERI PERTANIAN No. 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN
  • 2. Landasan Filosofis I. Adanya perkembangan usaha perkebunan. II. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 357/Kpts/HK.350 /5/2002 tidak sesuai lagi. III. Menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan: 1. Pasal 10 ayat (1) → penggunaan tanah untuk perkebunan 2. Pasal 17 ayat (3) → luasan tanah tertentu 3. Pasal 17 ayat (7) → izin usaha perkebunan 4. Pasal 22 ayat (3) → pola kemitraan
  • 3. Landasan Hukum 1. UU No. 5 Thn 1960; 13. Keppres No. 187/M Thn 2004; 2. UU No. 5 Thn 1984; 14. Perpres No. 9 Thn 2005 juncto Perpres 3. UU No. 23 Thn 1997; No. 62 Thn 2005; 4. UU No. 18 Thn 2004; 15. Perppres No. 10 Thn 2005; 5. UU No. 32 Thn 2004; 16. Perpres No. 5 Thn 2006; 6. UU No. 11 Thn 2006; 17. Permentan No. 299/KPTS/OT.140/ 7. UU No. 21 Thn 2006; 7/2005 juncto Permentan No. 11/Permentan/OT.140 /2/2007; 8. PP No. 17 Thn 1986; 18. Permentan No. 341/Kpts/OT.140/ 9. PP No. 40 Thn 1996; 9/2005 juncto Permentan No. 10.PP No. 27 Thn 1999; 12/Permentan/OT.140/2/2007; 11.PP No. 25 Thn 2000; 19. Kepmentan No. 12.PP No. 79 Thn 2005; 511/Kpts/PD.310/9/2006; Memperhatikan : Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain;
  • 4. Ruang Lingkup vjenis & perizinan usaha perkebunan; vsyarat & tata cara permohonan izin usaha perkebunan; vkemitraan; vperubahan luas lahan, jenis tanaman, dan/atau perubahan kapasitas pengolahan, serta diversifikasi usaha; vpembinaan & pengawasan; vsanksi administrasi.
  • 5. JENIS USAHA PERKEBUNAN vJenis usaha perkebunan terdiri atas usaha budidaya tanaman perkebunan dan usaha industri pengolahan hasil perkebunan. vBadan hukum asing/perorangan warga negara asing yang melakukan usaha perkebunan wajib bekerjasama dengan pelaku usaha perkebunan dalam negeri dengan membentuk badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
  • 6. JENIS PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN v Izin Usaha Perkebunan (IUP) wajib untuk usaha budidaya tanaman perkebunan yang luasnya 25 hektar/lebih dan memiliki unit pengolahan hasil perkebunan yang kapasitas olahnya sama atau melebihi kapasitas paling rendah. v Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B) wajib untuk usaha budidaya tanaman perkebunan yang luasnya 25 hektar/lebih dan tidak memiliki unit pengolahan hasil perkebunan sampai dengan kapasitas paling rendah. v Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P) wajib untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas olah sama atau melebihi kapasitas paling rendah.
  • 7. PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN (Lanjutan) v IUP, IUP-B, atau IUP-P diberikan oleh bupati/walikota untuk lokasi areal budidaya dan/atau sumber bahan bakunya berada dalam 1 wilayah kabupaten/kota dengan memperhatikan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi. v IUP, IUP-B, atau IUP-P diberikan oleh gubernur untuk lokasi areal budidaya dan/atau sumber bahan bakunya berada pada lintas wilayah kabupaten/kota, dengan memperhatikan rekomendasi dari bupati/walikota berkaitan dengan RTRW kabupaten/kota.
  • 8. PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN (Lanjutan) v Perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B, wajib membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan. v Pembangunan kebun untuk masyarakat: - dapat dilakukan a.l. melalui pola kredit, hibah, atau bagi hasil. - dilakukan bersamaan dengan pembangunan kebun yang diusahakan oleh perusahaan. - rencana pembangunan kebun untuk masyarakat harus diketahui oleh Bupati/Walikota.
  • 9. PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN (Lanjutan) v Khusus usaha industri pengolahan hasil kelapa sawit, untuk mendapatkan IUP-P: - harus memenuhi paling rendah 20% kebutuhan bahan bakunya dari kebun yang diusahakan sendiri. - melengkapi permohonan dengan pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi Kehutanan (apabila areal budidaya tanaman berasal dari kawasan hutan) dan rencana kerja budidaya tanaman perkebunan.
  • 10. BATASAN PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN v IUP untuk 1 perusahaan diberikan dengan batas paling luas berdasarkan jenis komoditas (Lampiran 3). v Batasan paling luas tidak berlaku untuk: - Perusahaan Perkebunan yang pemegang saham mayoritasnya Koperasi Usaha Perkebunan; - Perusahaan Perkebunan yang sebagian besar/seluruh saham dimiliki oleh Negara baik Pemerintah, Provinsi atau Kabupaten/Kota; atau - Perusahaan Perkebunan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh masyarakat dalam rangka go public. v Batas luasan areal usaha budidaya perkebunan di Provinsi Papua paling luas 2 kali dari batasan paling luas.
  • 11. SYARAT PERMOHONAN IUP-B Permohonan secara tertulis dilengkapi persyaratan: n Akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang terakhir; n Nomor Pokok Wajib Pajak; n Surat keterangan domisili; n Rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dari bupati/walikota (untuk IUP-B yang diterbitkan oleh gubernur); n Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi dari gubernur (untuk IUP-B yang diterbitkan oleh bupati/walikota); n Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000; n Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi Kehutanan (apabila areal berasal dari kawasan hutan); n Rencana kerja pembangunan perkebunan; n Hasil AMDAL, UKL, dan UPL sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; n Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian OPT; n Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran; n Pernyataan kesediaan membangun kebun untuk masyarakat yang dilengkapi dengan rencana kerjanya; dan n Pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.
  • 12. SYARAT PERMOHONAN IUP-P Permohonan secara tertulis dilengkapi persyaratan: n Akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang terakhir; n Nomor Pokok Wajib Pajak; n Surat keterangan domisili; n Rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk IUP-P yang diterbitkan oleh gubernur; n Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi dari gubernur untuk IUP-P yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota; n Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000; n Rekomendasi lokasi dari pemerintah daerah lokasi unit pengolahan; n Jaminan pasokan bahan baku yang diketahui oleh Bupati/Walikota; n Rencana kerja pembangunan unit pengolahan hasil perkebunan; n Hasil AMDAL, atau UKL dan UPL sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan n Pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.
  • 13. Permohonan secara tertulis dilengkapi persyaratan: n Akte pendirian perusahaan n Pertimbangan teknis n Pernyataan kesanggupan dan perubahannya yang ketersediaan lahan dari memiliki sarana, terakhir; instansi Kehutanan prasarana dan sistem n Nomor Pokok Wajib Pajak; (apabila areal berasal dari untuk melakukan n Surat keterangan domisili; kawasan hutan); pengendalian OPT; n Rekomendasi kesesuaian n Jaminan pasokan bahan n Pernyataan kesanggupan dengan RTRW baku yang diketahui oleh memiliki sarana, kabupaten/kota dari bupati/walikota; prasarana dan sistem bupati/walikota untuk IUP n Rencana kerja untuk melakukan yang diterbitkan oleh pembangunan kebun dan pembukaan lahan tanpa gubernur; unit pengolahan hasil pembakaran serta n Rekomendasi kesesuaian perkebunan; pengendalian kebakaran; dengan rencana makro n Hasil AMDAL, atau n Pernyataan kesediaan dan pembangunan perkebunan UKL dan UPL sesuai rencana kerja provinsi dari gubernur peraturan perundang- pembangunan kebun untuk IUP yang diterbitkan undangan yang berlaku; untuk masyarakat; dan oleh bupati/walikota; n Pernyataan perusahaan n Pernyataan kesediaan dan n Izin lokasi dari belum menguasai lahan rencana kerja kemitraan. bupati/walikota yang melebihi batas luas dilengkapi dengan peta maksimum; calon lokasi dengan skala 1: 100.000 atau 1:50.000;
  • 14. TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PERKEBUNAN v Bupati/walikota atau gubernur dalam jangka waktu paling lama 30 hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan diterima, harus memberikan jawaban menunda, menolak atau menerima. v Permohonan dianggap telah lengkap apabila dalam jangka waktu 30 hari kerja bupati/walikota atau gubernur belum memberikan jawaban, kemudian dapat diterbitkan IUP, IUP-B atau IUP-P. v Permohonan ditunda apabila setelah dilakukan pemeriksaan dokumen masih ada kekurangan persyaratan yang harus dipenuhi. v Permohonan ditolak apabila setelah dilakukan pemeriksaan dokumen ternyata persyaratannya tidak benar, usaha yang akan dilakukan bertentangan dengan ketertiban umum, dan/atau perencanaan makro pembangunan perkebunan
  • 15. KEMITRAAN v Dapat dilakukan melalui kemitraan pengolahan dan/atau kemitraan usaha. vKemitraan pengolahan dilakukan untuk menjamin ketersediaan bahan baku, terbentuknya harga pasar yang wajar, dan terwujudnya peningkatan nilai tambah kepada pekebun sebagai upaya pemberdayaan pekebun. vKemitraan usaha dilakukan antara perusahaan dengan pekebun, karyawan dan/atau masyarakat sekitar perkebunan.
  • 16. KEMITRAAN (Lanjutan) Kemitraan usaha dapat dilakukan melalui pola: n penyediaan sarana produksi; n kerjasama produksi; n pengolahan dan pemasaran; n transportasi; n kerjasama operasional; n kepemilikan saham; dan/atau n kerjasama penyediaan jasa pendukung lainnya.
  • 17. PERUBAHAN LUAS LAHAN n Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin dan akan melakukan perluasan lahan, harus mendapat persetujuan dari pemberi izin. n Untuk mendapat persetujuan perluasan lahan, pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemberi izin dengan dilengkapi persyaratan Pasal 15 & Pasal 17, serta laporan kemajuan fisik dan keuangan perusahaan perkebunan. n Persetujuan perluasan lahan diberikan kepada perusahaan perkebunan yang memiliki penilaian kelas 1 atau kelas 2. n Bupati/walikota atau gubernur dalam memberikan persetujuan perluasan berpedoman pada perencanaan makro pembangunan perkebunan.
  • 18. PERUBAHAN JENIS TANAMAN n Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin dan akan melakukan perubahan jenis tanaman, harus mendapat persetujuan dari pemberi izin. n Untuk mendapat persetujuan, pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemberi izin dengan dilengkapi persyaratan: a. IUP-B atau IUP; b. Akte pendirian perusahaan dan perubahan yang terakhir; c. Rekomendasi dari Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi atau kabupaten/kota; dan d. Rencana kerja (proposal) tentang perubahan jenis tanaman. n Bupati/walikota atau gubernur dalam memberikan persetujuan perubahan jenis tanaman berpedoman pada perencanaan makro pembangunan perkebunan.
  • 19. PERUBAHAN KAPASITAS UNIT PENGOLAH n Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin pengolahan hasil dan akan melakukan penambahan kapasitas, harus mendapat persetujuan dari pemberi izin. n Persetujuan diperlukan apabila untuk penambahan kapasitas lebih dari 30% dari kapasitas yang telah diizinkan. n Untuk mendapat persetujuan penambahan kapasitas, pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemberi izin dengan dilengkapi persyaratan Pasal 16 dan laporan kemajuan fisik dan keuangan perusahaan perkebunan. n Bupati/walikota atau gubernur dalam memberikan persetujuan penambahan kapasitas berpedoman pada perencanaan makro pembangunan perkebunan.
  • 20. DIVERSIFIKASI USAHA n Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin dan akan melakukan diversifikasi usaha, harus mendapat persetujuan dari pemberi izin dengan berpedoman pada perencanaan makro pembangunan perkebunan. n Untuk memperoleh persetujuan diversifikasi usaha, permohonan mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemberi izin dengan dilengkapi persyaratan sebagai berikut: a. IUP-B atau IUP; b. Akte pendirian perusahaan dan perubahan yang terakhir; c. Rekomendasi dari Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi atau kabupaten/kota; d. Rencana kerja (proposal) tentang perubahan jenis tanaman; dan e. Surat dukungan diversifikasi usaha dari Instansi terkait.
  • 21. KEWAJIBAN Kewajiban bagi Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B atau IUP-P: v menyelesaikan hak atas tanah selambat-lambatnya 2 tahun sejak diterbitkannya IUP, IUP-B, atau IUP-P; v merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan sesuai dengan studi kelayakan, baku teknis, dan ketentuan yang berlaku; v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran; v membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari; v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian OPT; v menerapkan AMDAL, atau UKL dan UPL sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; v menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi setempat; serta v melaporkan perkembangan usaha perkebunan kepada gubenur atau bupati/walikota sesuai kewenangan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.
  • 22. PEMBINAAN & PENGAWASAN vPerusahaan perkebunan yang telah mendapat IUP, IUP-B atau IUP-P dilakukan penilaian dan pembinaan pelaksanaan pembangunan kebun dan/atau industri pengolahan hasil perkebunan paling kurang 1 tahun sekali. vPenilaian dan pembinaan dilakukan berdasarkan rencana kerja pembangunan kebun dan/atau industri pengolahan hasil perkebunan yang diajukan pada saat permohonan izin usaha perkebunan. vUntuk kebun dan/atau industri pengolahan hasil perkebunan yang telah dibangun akan dilakukan penilaian dan pembinaan kinerja secara periodik 3 tahun sekali. vPenilaian dan pembinaan pelaksanaan pembangunan kebun dan/atau industri pengolahan hasil perkebunan dilakukan sesuai dengan Pedoman Penilaian dan Pembinaan Perusahaan Perkebunan.
  • 23. SANKSI ADMINISTRASI Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B, atau IUP-P dan tidak melaksanakan kewajiban: v merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan sesuai dengan studi kelayakan, baku teknis, dan ketentuan yang berlaku; v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran; v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian OPT; v menerapkan AMDAL, atau UKL dan UPL sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; v menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi setempat; atau v melaporkan perkembangan usaha perkebunan kepada gubenur atau bupati/walikota sesuai kewenangan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali, diberikan peringatan paling banyak 3 kali masing-masing dalam tenggang waktu 4 bulan. Apabila dalam 3 kali peringatan tidak di indahkan, maka IUP, IUP-B atau IUP-P perusahaan bersangkutan dicabut dan diusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mencabut Hak Guna Usaha-nya
  • 24. SANKSI ADMINISTRASI (Lanjutan) n Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B atau IUP-P dan tidak melaksanakan kewajiban membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari, izin usahanya dicabut, dan diusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mencabut Hak Guna Usaha-nya. n Perusahaan perkebunan memperoleh IUP, IUP-B, atau IUP-P dan mendapat persetujuan diversifikasi usaha tapi tidak menjamin kelangsungan usaha pokok, menjaga kelestarian lingkungan, plasma nutfah, dan mencegah berjangkitnya organisme pengganggu tumbuhan, diberikan peringatan paling banyak 3 kali masing-masing dalam tenggang waktu 4 bulan. Apabila dalam 3 kali peringatan tidak di indahkan, maka IUP, IUP-B atau IUP-P perusahaan bersangkutan dicabut dan diusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mencabut HGU.
  • 25. Ketentuan Peralihan v Izin Usaha Perkebunan (IUP) atau Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan (SPUP) yang telah diterbitkan sebelum peraturan ini, dinyatakan masih tetap berlaku. v Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin atau Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan, dalam pelaksanaan usaha perkebunan harus tunduk pada Peraturan ini.
  • 26. Ketentuan Penutup vPelaksanaan pelayanan perizinan usaha perkebunan di Provinsi NAD dan Provinsi Papua dengan otonomi khusus dilakukan oleh provinsi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. vPemberian izin usaha budidaya perkebunan dan/atau izin industri pengolahan hasil perkebunan dalam rangka PMA atau PMDN, terlebih dahulu mendapat rekomendasi teknis dari Direktur Jenderal Perkebunan.
  • 27. (Lampiran 1) KAPASITAS MINIMAL UNIT PENGOLAHAN PRODUK PERKEBUNAN YANG MEMERLUKAN IZIN USAHA No. Komoditas Kapasitas Produk 1 2 3 4 1. Kelapa 5.000 butir kelapa/hari Kopra/Minyak Kelapa dan Serat (fiber), Arang Tempurung, Debu (dust), Nata de coco 2. Kelapa Sawit 5 ton TBS/jam CPO 3. Teh 1 ton pucuk segar/hari Teh Hijau 10 ton pucuk segar/hari Teh Hitam 4. Karet 600 liter lateks cair/jam Sheet/Lateks pekat 16 ton slab/hari Crumb rubber 5. Tebu 1.000 Ton Cane/Day (TCD) Gula Pasir dan Pucuk tebu, Bagas 6. Kopi 1,5 ton glondong basah/hari Biji kopi kering 7. Kakao 2 ton biji basah/1 kali olah Biji kakao kering 8. Jambu mete 1-2 ton gelondong mete/hari Biji mete kering dan CNSL 9. Lada 4 ton biji lada basah/hari Biji lada hitam kering 4 ton biji lada basah/hari Biji lada putih kering 10. Cengkeh 4 ton bunga cengkeh segar/hari Bunga cengkeh kering 11. Jarak pagar 1 ton biji jarak kering/jam Minyak jarak kasar 12. Kapas 6.000-10.000 ton kapas berbiji/tahun Serat kapas dan Biji kapas 13. Tembakau 35-70 ton daun tembakau basah Daun tembakau kering (krosok)
  • 28. (Lampiran 2) LUAS AREAL YANG WAJIB MEMILIKI IUP-B IUP- Luas Areal No. Komoditas (ha) 1 2 3 1 Kelapa 25 s/d < 250 2 Kelapa Sawit 25 s/d < 1.000 3 Karet 25 s/d < 2.800 4 Kopi 25 s/d < 100 5 Kakao 25 s/d < 100 6 Teh 25 s/d < 240 7 Jambu Mete 25 s/d < 100 8 Tebu 25 s/d < 2.000 9 Lada 25 s/d < 200 10 Cengkeh 25 s/d < 1.000 11 Jarak Pagar 25 s/d < 1.000 12 Kapas 25 s/d < 6.000 13 Tembakau 25 s/d < 100
  • 29. (Lampiran 3) BATAS PALING LUAS PENGGUNAAN AREAL PERKEBUNAN OLEH 1 PERUSAHAAN PERKEBUNAN Luas Areal No. Komoditas (ha) 1 2 3 1 Kelapa 25.000 2 Kelapa Sawit 100.000 3 Karet 25.000 4 Kopi 5.000 5 Kakao 5.000 6 Teh 10.000 7 Jambu Mete 5.000 8 Tebu 150.000 9 Lada 1.000 10 Cengkeh 1.000 11 Jarak Pagar 50.000 12 Kapas 25.000 13 Tembakau 5.000