Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Leks&Co
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No. 18/2021
Outline
Hak Pengelolaan
Tanah Reklamasi
Hak Atas Tanah
Hak Guna Usaha
Hak Guna Bangunan
Hak Pakai
Pembatalan Hak atas Tanah
Satuan Rumah Susun
Properti untuk Orang Asing
Ruang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah
Pendaftaran Tanah secara Elektronik
Kawasan dan Tanah Telantar
HPL
Ketentuan mengenai HPL diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah (“PP No. 18/2021”)
Sejarah Pengaturan HPL
Sebelum ditetapkannya PP No. 18/2021, ketentuan mengenai HPL disinggung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah (“PP No. 40/1996”) dan berbagai aturan lain
HPL didefinisikan PP No. 40/1996 sebagai hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.
Ketentuan mengenai subjek HPL serta tata cara permohonan dan pemberiannya diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 Tentang Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan (“Permenag No. 9/1999”)
PP No. 18/2021 juga memberikan definisi HPL sebagai hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang HPL
HPL dapat berasal dari (i) tanah negara dan (i) tanah ulayat.
HPL di atas tanah negara diberikan sepanjang tugas pokok dan fungsinya langsung berhubungan dengan pengelolaan tanah
Penertiban tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantarCV Maju Bersama Bangsa
Salah satu program reforma agraria adalah distribusi ulang tanah-tanah yang sudah dikuasai. Tanah-tanah yang dikusai tersebut di antaranya adalah tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantar
Reforma Agraria adalah penataan kembali struktur
penguasaan, pemilikian, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui
Penataan Aset dan disertai dengan Penataan Akses
untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Leks&Co
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No. 18/2021
Outline
Hak Pengelolaan
Tanah Reklamasi
Hak Atas Tanah
Hak Guna Usaha
Hak Guna Bangunan
Hak Pakai
Pembatalan Hak atas Tanah
Satuan Rumah Susun
Properti untuk Orang Asing
Ruang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah
Pendaftaran Tanah secara Elektronik
Kawasan dan Tanah Telantar
HPL
Ketentuan mengenai HPL diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah (“PP No. 18/2021”)
Sejarah Pengaturan HPL
Sebelum ditetapkannya PP No. 18/2021, ketentuan mengenai HPL disinggung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah (“PP No. 40/1996”) dan berbagai aturan lain
HPL didefinisikan PP No. 40/1996 sebagai hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.
Ketentuan mengenai subjek HPL serta tata cara permohonan dan pemberiannya diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 Tentang Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan (“Permenag No. 9/1999”)
PP No. 18/2021 juga memberikan definisi HPL sebagai hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang HPL
HPL dapat berasal dari (i) tanah negara dan (i) tanah ulayat.
HPL di atas tanah negara diberikan sepanjang tugas pokok dan fungsinya langsung berhubungan dengan pengelolaan tanah
Penertiban tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantarCV Maju Bersama Bangsa
Salah satu program reforma agraria adalah distribusi ulang tanah-tanah yang sudah dikuasai. Tanah-tanah yang dikusai tersebut di antaranya adalah tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantar
Reforma Agraria adalah penataan kembali struktur
penguasaan, pemilikian, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui
Penataan Aset dan disertai dengan Penataan Akses
untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...Kota Serang
http://www.kotaserang.com/2013/12/kumpulan-perda-kota-dan-kabupaten-serang.html
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2001TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI
KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA DI JAWA TENGAH swirawan
KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA
DI JAWA TENGAH
ditampilkan pada seminar kongres nasional koalisi pemuda hijau indonesia ke 5 di semarang jawa tengah
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...Kota Serang
http://www.kotaserang.com/2013/12/kumpulan-perda-kota-dan-kabupaten-serang.html
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2001TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI
KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA DI JAWA TENGAH swirawan
KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA
DI JAWA TENGAH
ditampilkan pada seminar kongres nasional koalisi pemuda hijau indonesia ke 5 di semarang jawa tengah
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
Reforma agraria solusi perubahan iklim
1. PERAN PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN REFORMA AGRARIA
SEBAGAI SOLUSI PERUBAHAN IKLIM
OLEH :
SAMTA PRAYITNA, A.PTNH, MH
KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH
2. Berdasarkan RPJMN dimana visi Pembangunan Nasional 2014-2019
adalah terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian
berlandaskan gotong-royong. Visi tersebut akan dijalankan melalui tujuh
misi dan Sembilan agenda prioritas yang disebut Nawa Cita.
NAWA CITA - 5:
MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MANUSIA
INDONESIA
PROGRAM INDONESIA SEHAT DAN INDONESIA SEJAHTERA.
PEMEGANG KKS (KARTU KELUARGA SEJAHTERA) DIBEBASKAN
DARI PNBP DAN BPHTB.
MENDORONG LAND REFORM (REFORMASI AGRARIA) DAN
PROGRAM KEPEMILIKAN TANAH SELUAS 9 JUTA HEKTAR
NAWA CITA
2
3. Dasar Hukum REFORMA AGRARIA (RA)
1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IX/MPR/2001
tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
3. Undang-Undang Nomor 56 Prp. Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan PembagianTanah
dan Pemberian Ganti Kerugian
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019
6. Rancangan Peraturan Presiden tentang REFORMAAGRARIA
7. Peraturan Presiden No 88 Tahun 2017 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah
Masyarakat dalam Kawasan Hutan
9. Tujuan RA
Mengurangi ketimpangan
penguasaan dan pemilikan
tanah
Menciptakan sumber-sumber
kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat
yang berbasis agraria
Menciptakan lapangan kerja
untuk mengurangi kemiskinan
Memperbaiki akses
masyarakat kepada sumber
ekonomi
Meningkatkan ketahanan dan
kedaulatan pangan
Memperbaiki dan menjaga
kualitas lingkungan hidup
serta menangani dan
menyelesaikan konflik agraria
1 2 3
4 5 6
10. PROGRAM PERTANAHAN DI RPJMN YANG BERTUJUAN TERCAPAINYA RA
kepastian
hukum hak
atas tanah
• Targetnya hingga tahun 2019, tercapainya kepastian hukum di atas 23,21 juta hektar bidang tanah
dengan menerbitkan 25 juta sertifikat dalam rangka legalisasi asset.
ketersediaan
tanah bagi
kepentingan
umum
• untuk proyek-proyek infrastruktur. Mulai dari pembangkit listrik 35.000 MW, jalan tol sepanjang 7.338
km, 24 bandar udara, jalur kereta api sepanjang 3.258 km, 24 pelabuhan laut, 5 juta unit rumah untuk
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), 12 Kawasan Ekonomi Khusus, 15 Kawasan Industri, 78 unit
stasiun Bahan Bakar Gas (BBG), 2 kilang minyak, dan pembangunan 65 waduk.
standarisasi
juru ukur
bersertifikat
• peningkatan pelayanan pertanahan dengan mengadakan program standarisasi terhadap juru ukur
bersertifikat yang akan bekerja di bawah pengawasan BPN untuk mempercepat proses pendaftaran
tanah di seluruh wilayah Indonesia
Tanah Objek
RA (TORA)
• TORA dicanangkan seluas 9 juta HA yang terdiri 4,5 juta HA untuk legalisasi aset dan 4,5 juta untuk
redistribusi lahan. Legalisasi aset terdiri dari 0,6 juta HA tanah transmigrasi yang belum bersertifikat
dan 3,9 juta HA tanah untuk legalisasi aset masyarakat. untuk redistribusi lahan, terdiri dari 0,4 juta
HA tanah terlantar dan 4,1 juta HA tanah pelepasan kawasan hutan.
11. 11
Reforma
Agraria
Asset
Reform
Access
Reform
Penataan kembali
penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan
pemanfaatan
sumberdaya agraria
dalam rangka mencapai
kepastian dan
perlindungan hukum
serta keadilan dan
kemakmuran bagi
seluruh rakyat
Indonesia.
Penataan kembali
penguasaan,
pemilikan,
penggunaan dan
pemanfaatan tanah
berdasarkan hukum
dan peraturan
perundangan
pertanahan
Proses penyediaan
akses bagi
penerima manfaat
terhadap sumber-
sumber ekonomi
sehingga dapat
memanfaatkan
tanahnya sebagai
sumber kehidupan
yang
memakmurkan
KONSEP RA
12. A. TANAH KELEBIHAN MAKSIMUM
B. TANAH ABSENTEE
C. TANAH SWAPRAJA
D. TANAH NEGARA LAINNYA
OBYEK REDISTRIBUSI TANAH MENURUT PP NOMOR 224
TAHUN 1961 UNTUK TORA
OBYEK
REDISTRIBUSI TANAH
14. TANAH NEGARA LAINNYA MENURUT
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL NOMOR 25 TAHUN 2002
14
TANAH NEGARA
LAINNYA
Tanah Negara
Bebas
Tanah-Tanah
Bekas Hak
Erfpacht
Tanah-Tanah
Bekas Hak
Adat/Ulayat
Tanah-Tanah
Bekas Gogolan
Tanah-tanah Kehutanan
yang telah digarap/
dikerjakan oleh rakyat
dan telah dilepaskan
haknya oleh instansi
yang bersangkutan
Tanah-tanah Bekas
HGU yang telah
berakhir dan tidak
diperpanjang oleh
pemegang Hak
15. PENEGASAN SEBAGAI
TANAH NEGARA
• Tanah kelebihan maksimam, Tanah Absentee, tanah Swapraja, tahah
bekas hak Barat,Tanah gogolan, tanah bekas adat atau ulayat.
• Tanah HGU dan HGB yang telah habis masa berlaku dan tidak
diperpanjang haknya.
• Tanah HGU yang penggunaan tanahnya melebihi dari luas Sertifikat
dan yang melebihi sesuai surat keputusan pemberian Haknya.
• Tanah terlantar
• Tanah timbul
• Lahan transmigrasi
PENETAPAN TORA LAHAN OBJEK REFORMASI AGRARIA
PELEPASAN KAWASAN HUTAN (4,1 JUTA Ha)
• Tanah atau kawasan hutan yang sudah digunakan oleh masyarakat
baik berupa pemukiman, sawah, ladang, dan kebun, serta fasilitas
umum/sosial.
• Kawasan hutan yang dicadangkan untuk kebun rakyat (20% plasma),
sawah, dan transmigrasi
KAWASAN HUTAN KARENA PERUBAHAN TATA RUANG (6,9 Juta Ha)
• Tanah yang diperoleh dari pengeluaran Hak Guna Usaha yang diubah
menjadi Hak Guna Bangunan karena penyesuaian tata ruang.
• Tanah hasil penyelesaian konflik.
• Tanah bekas tambang yang telah direklamasi diluar kawasan hutan.
• Tanah-tanah yang memenuhi persyaratan penguatan hak rakyat atas
tanah untuk tanah yang dihibahkan oleh perusahaan dalam bentuk
tanggung jawab sosial dan/atau lingkungan, tanah hasil konsolidasi
yang subyeknya memenuhi kriteria RA, dan sisa tanah sumbangan
tanah untuk pembangunan dan tanah pengganti biaya pelaksanaan
Konsolidasi Tanah yang telah disepakati untuk diberikan kepada
pemerintah sebagai TORA.
PELEPASAN KAWASAN
HUTAN NEGARA
PELEPASAN OLEH
PEMEGANG HAK DAN
DITEGASKAN MENJADI
TANAH NEGARA
OBYEK TORA
15
16. SKEMA RA DALAM RPJM
RA
(9 Juta Ha)
LEGALISASI ASET
(4,5 Juta Ha)
REDISTRIBUSI TANAH
(4,5 Juta Ha)
HGU Habis dan
Tanah Terlantar
(0,4 Juta Ha)
Pelepasan
Kawasan Hutan
(4,1 Juta Ha)
Tanah
Transmigrasi
yang Belum
Bersertipikat
(0,6 Juta Ha)
Legalisasi Aset
(3,9 Juta Ha)
17. IMPLEMENTASI DAN KREATIFITAS MENCARI OBYEK TORA
RA
REDISTRIBUSI TANAH
(4,5 Juta Ha)
Pelepasan
Kawasan
Hutan
(4,1 Juta Ha)
HGU Habis
dan Tanah
Terlantar
(0,4 Juta Ha)
TANAH NEGARA
LAINNYA
Transmigrasi
0,6 juta Ha
Tanah Timbul,
bekas tambang
di luar kawasan
hutan
Hasil
Penyelesaian
Konflik
Hutan
Lindung/
Hutan
Produksi
6,9 juta Ha
yang sudah
ada SK
pelepasan
kawasan
karena
perubahan
tata ruang
12,7 juta Ha
untuk Hutan
Sosial
18. Alur Proses Identifikasi TORA dari Bawah
Potensi Tanah Obyek RA (TORA) di lapangan dan calon subyek
penerima manfaat RA
Masyarakat Desa
1
Pemerintah Desa
Kantor Pertanahan KabupatenPemerintah Kabupaten2
Kanwil ATR/BPN ProvinsiPemerintah Provinsi3
4
Pemerintah Pusat
(Kementerian ATR/BPN, dan K/L Lainnya)
CATATAN: Untuk memastikan
identifikasi dan verifikasi
data/informasi potensi TORA
dan subyek penerima manfaat
RA dilakukan menyeluruh
mulai dari
bawah (desa, kab/kota,
provinsi hingga pusat)
19. 19
KEGIATAN KERJASAMA KANWIL BPN PROV JATENG DENGAN PT. DJARUM
Melihat Kritisnya lahan di Desa Mlandi Kabupaten Wonosobo,
maka Kanwil BPN Provinsi Jawa Tengah mencoba membantu
pengembalian kawasan pada fungsinya dengan menanam bibit
kopi sebanyak 3000 pohon (terrealisasi 1000 bidang)
bekerjasama dengan PT. Djarum yang sebelumnya berupa
tanaman sayuran.
20. • Tidak semua obyek TORA terhubung dengan subyek RA. Karena praktis redistribusi tanah hanya akan
terjadi di kaw. perkebunan dan kaw. hutan. Di luar itu potensi keterhubunganya hanya sertipikasi tanah.
Sehingga redistribusi aset hanya akan terjadi jika sertipikat tanah bisa dijadikan jaminan di bank untuk
mendapatkan pinjaman modal.
• Berarti Rancangan Perpres RA perlu menambahkan sumber TORA di luar perkebunan dan hutan, seperti
tanah timbul, tanah pasca tambang, eks Hak Guna Bangunan, dll untuk kemudian dijadikan Tanah
Negara yang bisa diredistribusikan kepada subyek RA yaitu masyarakat miskin yang membutuhkan tanah.
Dilihat dari segi
keterhubungan antara TORA
dengan subyek RA yaitu
petani kecil, buruh tani, petani
penggarap, nelayan kecil,
nelayan tradisional, nelayan
penggarap, pembudidaya ikan
kecil, dan masyarat
berpenghasilan rendah.
• Seharusnya sasaran RA adalah ketimpangan dalam pemilikan penguasaan tanah, dimana digambarkan
melalui frasa “sedikit orang menguasai banyak tanah dan banyak orang menguasai sedikit tanah.“
• Menurut UUPA 1960, untuk tidak mengganggu kepentingan umum, maka tanah melebih batas max
dilarang. Tanah yg melebihi batas max diambil oleh negara dengan ganti rugi untuk diredistribusikan kpd
masy yang membutuhkan. Untuk lahan pertanian,sudah ada aturan pembatasannya, yaitu UU No. 56 Prp
1960 tentang Penetapan Luas Lahan Pertanian Artinya Pemerintah harus mengatur batas max dan batas
min kepemilikan tanah, dan Rancangan Perpres RA menjadikan tanah kelebihan batas max menjadi
sumber TORA
dilihat dari sudut pandang
mengatasi ketimpangan
• Seharusnya pendataan TORA tidak mengejar targer 9 juta ha. Tetapi pendataan TORA di seluruh wilayah
Indonesia dalam rangka merealisasikan kewajiban Pemerintah dan Pemda memberikan jaminan luas
lahan pertanian untuk petani dan dukungan lahan untuk pembudidaya ikan sebagaimana diatur di dalam
UU 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani serta UU 6/2016 tentang Perlindungan
Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam.
• Artinya Perpres RA harus diarahkan untuk mendukung pelaksanaan kedua undang-undang tersebut.
dari sudut pandang
kedaulatan pangan
• Dalam konteks ini, maka angka target luasan TORA dan Perhutanan Sosial menjadi tidak relevan jika
tidak berada di lokasi konflik agraria. Perpres RA harus bisa menjawab pertanyaan apakah TORA yang
berasal dari eks HGU dan pelepasan kawasan hutan ada di lokasi konflik agraria?
• Apakah lokasinya di desa-desa yang masuk di HGU perusahaan perkebunan dan kawasan hutan ? Apakah
Perhutanan Sosial menjawab permasalahan tenurial atau klaim kepemilikan tanah di hutan?
dari sudut pandang
penyelesaian konflik agraria
Editor's Notes
Dari target tanah transmigrasi yang belum bersertifikat seluas 0,6 juta Ha telah teridentifikasi objek berdasarkan data dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi seluas ± 227.293 Ha. Terhadap potensi tsb perlu dilaksanakan identifikasi lapang
Kementerian LHK seluas 514.269 dengan luas yang telah dilepaskan 41.322,55 ha
Identifikasi Lapang
Dari target tanah transmigrasi yang belum bersertifikat seluas 0,6 juta Ha telah teridentifikasi objek berdasarkan data dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi seluas ± 227.293 Ha. Terhadap potensi tsb perlu dilaksanakan identifikasi lapang
Kementerian LHK seluas 514.269 dengan luas yang telah dilepaskan 41.322,55 ha
Identifikasi Lapang