Tiga kalimat:
Dokumen tersebut membahas pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan pedesaan berdasarkan tulisan David C. Korten. Partisipasi masyarakat memiliki aspek strategis seperti pengalaman budaya lokal dan kepemimpinan tradisional yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keberhasilan program pembangunan.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan pembangunan desa di Indonesia. Ia menjelaskan pengertian, dasar hukum, tujuan, prinsip, proses dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa sesuai dengan peraturan pemerintah. Dokumen ini juga menjelaskan jenis perencanaan desa beserta tahapan-tahapannya.
Perencanaan merupakan proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Terdapat dua pendekatan utama perencanaan yaitu perencanaan rasional yang bersifat teknokratik dan perencanaan partisipatif yang melibatkan berbagai pihak.
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...DIANTO IRAWAN
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Ia menjelaskan pentingnya melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan untuk mencapai hasil yang optimal. Metode partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan diantaranya meliputi Participatory Rural Appraisal (PRA) dan berbagai teknik lainnya seperti wawancara, diskusi kelompok, pemetaan s
Teks tersebut membahas tentang pemberdayaan masyarakat dalam 3 kalimat:
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat melalui peningkatan akses aset produksi, partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dan penguatan lembaga sosial setempat. Proses pemberdayaan dilakukan secara bertahap dari inisiasi, partisipasi, hingga emansipasi masyarak
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatAlexandrya Hening
Makalah ini membahas strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat, termasuk pendekatan komunitas, pendekatan kemandirian informasi, pendekatan tujuan khusus dan pendekatan demonstrasi. Strategi yang dibahas adalah strategi empiris-rasional, normatif-reedukatif, dan kekuasaan-paksaan. Strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah memberdayakan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan implementasi program
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan pembangunan desa di Indonesia. Ia menjelaskan pengertian, dasar hukum, tujuan, prinsip, proses dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa sesuai dengan peraturan pemerintah. Dokumen ini juga menjelaskan jenis perencanaan desa beserta tahapan-tahapannya.
Perencanaan merupakan proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Terdapat dua pendekatan utama perencanaan yaitu perencanaan rasional yang bersifat teknokratik dan perencanaan partisipatif yang melibatkan berbagai pihak.
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...DIANTO IRAWAN
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Ia menjelaskan pentingnya melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan untuk mencapai hasil yang optimal. Metode partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan diantaranya meliputi Participatory Rural Appraisal (PRA) dan berbagai teknik lainnya seperti wawancara, diskusi kelompok, pemetaan s
Teks tersebut membahas tentang pemberdayaan masyarakat dalam 3 kalimat:
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat melalui peningkatan akses aset produksi, partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dan penguatan lembaga sosial setempat. Proses pemberdayaan dilakukan secara bertahap dari inisiasi, partisipasi, hingga emansipasi masyarak
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatAlexandrya Hening
Makalah ini membahas strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat, termasuk pendekatan komunitas, pendekatan kemandirian informasi, pendekatan tujuan khusus dan pendekatan demonstrasi. Strategi yang dibahas adalah strategi empiris-rasional, normatif-reedukatif, dan kekuasaan-paksaan. Strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah memberdayakan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan implementasi program
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan tata ruang untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Secara garis besar dibahas mengenai konsep perencanaan dan partisipasi, macam-macam teknik partisipasi, serta faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat.
Dokumen tersebut membahas strategi pemberdayaan masyarakat melalui pelibatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Secara garis besar dibahas mengenai konsep pemberdayaan masyarakat, pentingnya melibatkan masyarakat dalam pembangunan, serta model-model pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
86169 pemberdayaan masyarakat pkmn 2016Bekti Susanti
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian masyarakat dan komuniti, prinsip-prinsip pendefinisian cakupan program pengembangan komuniti, tugas dan fungsi officer pengembangan komuniti, serta strategi dan tahapan pemberdayaan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam program pengembangan komunitas. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat saling terkait dan merupakan kunci keberhasilan program pengembangan komunitas. Pemberdayaan dapat dilakukan dengan memberikan sumber daya, pengetahuan, dan keterampilan kepada masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa depan, sementara partisip
Paragraf pertama membahas tentang peradaban manusia yang terbentuk sejak berabad-abad dan mengalami perubahan sesuai masa. Paragraf berikutnya membahas tentang pembangunan harus dilakukan secara bertahap agar perubahan dapat diterima masyarakat. Pembangunan fisik belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, tetapi perlu membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku.
Modul 5 2 strategi pemberdayaan masyarakat desaSafa'at Muhtar
Dokumen tersebut membahas tentang pemberdayaan masyarakat, yaitu proses peningkatan kemandirian masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup melalui partisipasi aktif. Dokumen juga menjelaskan bahwa model pemberdayaan yang tepat adalah yang memberdayakan masyarakat sebagai pusat pembangunan, bukan hanya sumber daya alam atau dana.
Dokumen tersebut membahas konsep perencanaan pembangunan partisipatif di tingkat kelurahan yang melibatkan masyarakat. Dokumen menjelaskan proses lokakarya tingkat kelurahan untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan tindakan, dan menetapkan prioritas pembangunan bersama masyarakat."
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
2. Pemberdayaan masyarakat didefinisikan sebagai upaya meningkatkan martabat masyarakat dengan melibatkan mereka sebagai subjek pembangunan.
3. Partisipasi masyarakat penting dalam berbagai aspek pembangunan mulai dari perencanaan, pel
Dokumen tersebut membahas mobilisasi sosial sebagai mekanisme penanggulangan kemiskinan. Mobilisasi sosial adalah pendekatan yang melibatkan masyarakat miskin sebagai pelaku utama dalam penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kesadaran dan kelembagaan masyarakat untuk mengatasi masalah mereka sendiri. Mobilisasi sosial dilaksanakan melalui pemetaan, pendampingan, pelembagaan, pen
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya peran fasilitator dalam pendampingan masyarakat untuk membangun kemandirian masyarakat.
2. Fasilitator harus mampu menggali potensi dan kebutuhan masyarakat serta membantu masyarakat dalam memecahkan masalahnya.
3. Pemerintah sebagai fasilitator berperan mendorong kemampuan masyarakat untuk
Teks tersebut membahas praktik tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) khususnya program pembangunan komunitas yang dilakukan PT Badak NGL Bontang. Teks tersebut menjelaskan konsep CSR dan pentingnya pelibatan komunitas lokal dalam program CSR perusahaan serta dampak positif CSR bagi reputasi perusahaan.
Dokumen tersebut membahas tentang pemberdayaan masyarakat, dimana pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu mengatasi masalahnya sendiri dan meningkatkan kualitas hidupnya. Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan antara lain melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, memberikan motivasi kepada masyarakat untuk menggali potensi dirinya, s
Penguatan Peranserta Masyarakat Dalam Pembangunan Aceh Pasca BrrArifin Purwakananta
Dokumen tersebut membahas pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Saat ini, banyak kebijakan pemerintah yang top-down sehingga dominasi pemerintah pusat tinggi dan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan lokal. Untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan bermoral tinggi, dibutuhkan penguatan peran masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan membiayai p
Partisipasi dalam pembangunan MasyarakatSiti Sahati
Dokumen tersebut membahas tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Terdapat berbagai pengertian partisipasi, bentuk dan derajat partisipasi, serta pentingnya partisipasi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi masyarakat didefinisikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang program pemberdayaan masyarakat dan perencanaan pembangunan partisipatif di desa.
2. Pemberdayaan masyarakat desa dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat serta melestarikan budaya lokal.
3. Perencanaan pembangunan partisipatif melibatkan seluruh pemangku kepentingan di desa untuk menentukan kebut
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan tata ruang untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Secara garis besar dibahas mengenai konsep perencanaan dan partisipasi, macam-macam teknik partisipasi, serta faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat.
Dokumen tersebut membahas strategi pemberdayaan masyarakat melalui pelibatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Secara garis besar dibahas mengenai konsep pemberdayaan masyarakat, pentingnya melibatkan masyarakat dalam pembangunan, serta model-model pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
86169 pemberdayaan masyarakat pkmn 2016Bekti Susanti
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian masyarakat dan komuniti, prinsip-prinsip pendefinisian cakupan program pengembangan komuniti, tugas dan fungsi officer pengembangan komuniti, serta strategi dan tahapan pemberdayaan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam program pengembangan komunitas. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat saling terkait dan merupakan kunci keberhasilan program pengembangan komunitas. Pemberdayaan dapat dilakukan dengan memberikan sumber daya, pengetahuan, dan keterampilan kepada masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa depan, sementara partisip
Paragraf pertama membahas tentang peradaban manusia yang terbentuk sejak berabad-abad dan mengalami perubahan sesuai masa. Paragraf berikutnya membahas tentang pembangunan harus dilakukan secara bertahap agar perubahan dapat diterima masyarakat. Pembangunan fisik belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, tetapi perlu membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku.
Modul 5 2 strategi pemberdayaan masyarakat desaSafa'at Muhtar
Dokumen tersebut membahas tentang pemberdayaan masyarakat, yaitu proses peningkatan kemandirian masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup melalui partisipasi aktif. Dokumen juga menjelaskan bahwa model pemberdayaan yang tepat adalah yang memberdayakan masyarakat sebagai pusat pembangunan, bukan hanya sumber daya alam atau dana.
Dokumen tersebut membahas konsep perencanaan pembangunan partisipatif di tingkat kelurahan yang melibatkan masyarakat. Dokumen menjelaskan proses lokakarya tingkat kelurahan untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan tindakan, dan menetapkan prioritas pembangunan bersama masyarakat."
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
2. Pemberdayaan masyarakat didefinisikan sebagai upaya meningkatkan martabat masyarakat dengan melibatkan mereka sebagai subjek pembangunan.
3. Partisipasi masyarakat penting dalam berbagai aspek pembangunan mulai dari perencanaan, pel
Dokumen tersebut membahas mobilisasi sosial sebagai mekanisme penanggulangan kemiskinan. Mobilisasi sosial adalah pendekatan yang melibatkan masyarakat miskin sebagai pelaku utama dalam penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kesadaran dan kelembagaan masyarakat untuk mengatasi masalah mereka sendiri. Mobilisasi sosial dilaksanakan melalui pemetaan, pendampingan, pelembagaan, pen
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya peran fasilitator dalam pendampingan masyarakat untuk membangun kemandirian masyarakat.
2. Fasilitator harus mampu menggali potensi dan kebutuhan masyarakat serta membantu masyarakat dalam memecahkan masalahnya.
3. Pemerintah sebagai fasilitator berperan mendorong kemampuan masyarakat untuk
Teks tersebut membahas praktik tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) khususnya program pembangunan komunitas yang dilakukan PT Badak NGL Bontang. Teks tersebut menjelaskan konsep CSR dan pentingnya pelibatan komunitas lokal dalam program CSR perusahaan serta dampak positif CSR bagi reputasi perusahaan.
Dokumen tersebut membahas tentang pemberdayaan masyarakat, dimana pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu mengatasi masalahnya sendiri dan meningkatkan kualitas hidupnya. Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan antara lain melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, memberikan motivasi kepada masyarakat untuk menggali potensi dirinya, s
Penguatan Peranserta Masyarakat Dalam Pembangunan Aceh Pasca BrrArifin Purwakananta
Dokumen tersebut membahas pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Saat ini, banyak kebijakan pemerintah yang top-down sehingga dominasi pemerintah pusat tinggi dan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan lokal. Untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan bermoral tinggi, dibutuhkan penguatan peran masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan membiayai p
Partisipasi dalam pembangunan MasyarakatSiti Sahati
Dokumen tersebut membahas tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Terdapat berbagai pengertian partisipasi, bentuk dan derajat partisipasi, serta pentingnya partisipasi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi masyarakat didefinisikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang program pemberdayaan masyarakat dan perencanaan pembangunan partisipatif di desa.
2. Pemberdayaan masyarakat desa dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat serta melestarikan budaya lokal.
3. Perencanaan pembangunan partisipatif melibatkan seluruh pemangku kepentingan di desa untuk menentukan kebut
Best practice dalam PNPM Mandiri Perdesaan dengan konsep perencanaan pembangunan partisipatif secara utuh. Butuh bimbingan dengan orientasi pada mengarahkan dan bukan memaksakan apa yang birokrasi inginkan
needed more information
Contact me on 085377385454 or email ardnov@yahoo.com
Teks tersebut membahas strategi Pemerintah Provinsi NTT dalam meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan melalui program-program pemberdayaan. Strategi utama meliputi penguatan lembaga masyarakat desa, peningkatan kapasitas masyarakat, pengembangan usaha ekonomi, dan pemanfaatan sumber daya alam melalui teknologi tepat guna. Program-program tersebut bertujuan meningkatkan kemandirian dan kesejah
Jurnal perencanaan partisipatif dalam proses pembangunanRizalSeptian4
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan partisipatif dalam proses pembangunan di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dan wawancara.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa perencanaan partisipatif di sana diukur dari pengumpulan informasi masalah, penyaluran aspirasi masyarakat, dan diversitas keputus
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)ricky04
1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat partisipasi masyarakat dalam Musrenbang Desa di Desa Gembongan, Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjaenegara, Jawa Tengah.
2. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan unit analisis masyarakat dan pemerintah desa.
3. Teori yang mendasari penelitian ini adalah konsep partisipasi dan perencanaan yang menekankan pada ke
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)ricky04
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat partisipasi masyarakat dalam Musrenbang Desa Gembongan, Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjaenegara, Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan unit analisis masyarakat dan pemerintah desa. Teori yang mendasari meliputi konsep partisipasi sebagai keikutsertaan masyarakat dan perencanaan sebagai proses merumuskan program b
Tinjauan pustaka membahas pengertian program, pemberdayaan masyarakat, pembangunan sosial, dan pembangunan desa. Program merupakan rencana kegiatan yang mencakup tujuan, kegiatan, aturan, anggaran, dan strategi pelaksanaan. Pemberdayaan masyarakat bertujuan meningkatkan kemandirian masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya lingkungan. Pembangunan sosial adalah proses perubahan terencana unt
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian program dan pemberdayaan masyarakat. Program didefinisikan sebagai kumpulan kegiatan dan proyek yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu secara terintegrasi. Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan secara mandiri.
A Social Norms Manual for Viet Nam, Indonesia and the PhilippinesBe Susantyo
Why Do People Do What They Do? A Social Norms Manual for Viet Nam, Indonesia and the Philippines. The Multi-Country Study on the Drivers of Violence Affecting Children. By; Cristina Bicchieri
1. Penelitian menunjukkan bahwa 46,67% peserta Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan perokok, termasuk 6,67% istri peserta.
2. Konsumsi rokok mengalihkan pengeluaran keluarga dari kebutuhan pokok seperti pangan dan kesehatan.
3. Perilaku merokok perlu diatur dalam PKH untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan dan perubahan perilaku peserta.
Penelitian ini membahas karakteristik gender peserta program keluarga harapan di empat wilayah Indonesia. Temuan menunjukkan sekitar 65% responden masuk kategori gender tradisional yang dapat membatasi produktivitas keluarga. Saran kebijakannya adalah perlu pendidikan gender yang melibatkan seluruh anggota keluarga dan menggunakan teknologi modern.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di tiga kota di Jawa Barat, ditemukan beberapa ciri umum geng motor yang berperilaku agresif. Geng motor umumnya terdiri atas remaja berusia 12-21 tahun yang bergabung karena faktor lingkungan sekolah, daerah pemukiman, atau tekanan sosial. Mereka melakukan aktivitas seperti konvoi dan sering terlibat tawuran antar geng. Untuk menangani masalah ini, dibut
Dokumen tersebut membahas tentang upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan perlindungan anak yang berhadapan dengan hukum selama proses diversi dengan menempatkan mereka di lembaga-lembaga sosial bukan di penjara dewasa. Namun demikian, lembaga-lembaga sosial belum sepenuhnya siap menangani anak tersebut karena keterbatasan sarana, prasarana, dan SDM. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan
Pembelajaran berasaskan komuniti mempunyai pelbagai kelebihan seperti mengenal pasti keperluan komuniti dan meningkatkan kapasiti komuniti untuk membuat keputusan sendiri. Metode ini menekankan penyertaan komuniti dalam mengenal pasti keperluan mereka sendiri agar program pembangunan lebih sesuai dengan keperluan komuniti.
Dokumen tersebut membahasikan pemerkasaan komuniti orang asli di Malaysia dan Indonesia. Ia menjelaskan bahawa pemerkasaan komuniti orang asli bertujuan untuk memberi motivasi dan dukungan agar mereka mampu meningkatkan potensi diri dan memperbaiki kualiti hidup secara demokratik. Bab tertentu membincangkan konsep pemerkasaan komuniti orang asli di Indonesia yang dikenali sebagai Komunitas Adat Terpencil, yang bertujuan untuk memperk
Dokumen tersebut membahas implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dari perspektif Kementerian Sosial. Dokumen menjelaskan bahwa regulasi, lembaga, dan sumber daya manusia yang siap merupakan hal penting untuk menyelesaikan masalah anak yang berhadapan dengan hukum. Penelitian ini mengkaji kesiapan tersebut di empat wilayah dengan Panti Sosial Marsudi Putra.
optimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial studi di empat kota di indonesiaBe Susantyo
[Ringkasan]
Buku ini membahas hasil penelitian tentang optimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial di empat kota di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profil dan peran pendamping sosial serta memberikan rekomendasi untuk meningkatkan perannya. Hasilnya diharapkan dapat meningkatkan penyelenggaraan program kesejahteraan sosial.
1 integrasi penanggulangan kemiskinan jurnal quantum vol xiv no 26 jul-des 2018Be Susantyo
Dokumen tersebut membahas program Keluarga Harapan (PKH) sebagai salah satu program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. PKH memberikan bantuan tunai bersyarat untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Namun demikian, intervensi PKH belum komprehensif karena hanya fokus pada aspek non-makanan dan belum menangani aspek makanan dan non-makanan lain seperti perumahan dan sandang. Beberapa pilihan kebijak
Studi ini meneliti perbedaan tingkat perilaku agresif remaja yang tinggal di tiga wilayah permukiman kumuh di Kota Bandung dengan tingkat kekumuhan yang berbeda. Survei dilakukan terhadap 311 remaja yang tinggal di wilayah agak kumuh, kumuh, dan sangat kumuh. Hasilnya menunjukkan ada perbedaan tingkat perilaku agresif antara remaja di ketiga wilayah tersebut.
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfZainul Ulum
Sekelumit cerita tentang ekspresi kegelisahan kaum muda desa atas kondisi negara, yang memilih menyalakan lilin-lilin kecil sebisanya daripada mengutuk kegelapan yang memiskinkannya selama beberapa generasi
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
1. 14
PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PEMBANGUNAN DI PEDESAAN
Telaahan atas tulisan David C. Korten
Badrun Susantyo
Abstract. Participation is like a small coin, one side to assume the shape of participation with their
whole and the other side to show the spirit of participation. Community participation are a
develop paradigm to focusing the involved of community, beginning from planning. Community
participation has an opportunity to influence the policy of development, to answered what the
people needed. Through the participation, people knowing their problem and how to solved.
Besides it, they have resources to improved their live good.
Key words : Participation, local community, rural development.
I. PENDAHULUAN
Dalam tulisannya tentang “Partisipasi
Masyarakat dalam Pembangunan di
Perdesaan”, David C. Korten mengulas
tentang pentingnya partisipasi aktif
yang penuh kesadaran dari masyarakat
dalam setiap program pembangunan
di perdesaan. Korten menunjukkan
3 (tiga) contoh keberhasilan program
pembangunan perdesaan dengan basis
partisipasi masyarakat, yang sebelumnya
didahului kegagalan-kegagalan. Ketiga
contoh kasus keberhasilan program
pembangunan perdesaan dengan basis
partisipasi masyarakat tersebut adalah:
1) Kasus pada Badan Pengembangan
Produk Susu Nasional India (National Dairy
Development Board/NDDB); 2) Komite
Pembangunan Pedesaan Bangladesh
(BRAC) dan; 3) Pelayanan Keluarga
Berencana Berbasis Desa di Thailand.
Keberhasilan yang dicapai oleh ketiga
contoh kasus tersebut merupakan anti
klimaks atas kejenuhan masyarakat akan
penyelenggaraan program pembangunan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat itu sendiri. Kejenuhan ini bisa
saja berasal dari adanya pelanggaran etis
normatif oleh para pelaksana dalam
“organisasi pembantu”, masyarakat sebagai
sasaran program merasa tidak atau kurang
dilibatkan, sehingga menggores minat
serta adanya ketidaksesuaian dengan
nilai maupun tradisi setempat. Atau
masyarakat merasa program pembangunan
yang dijalankan tidak sesuai dengan
kebutuhannya. Di sini terlihat, bahwa
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program pembangunan merupakan
hal strategis. Dengan demikian, dalam
setiap pembangunan (terlebih pada area
perdesaan), amatlah penting menggali
kembali aspek-aspek strategis dari
partisipasi masyarakat. Karena hal ini
akan semakin mempermudah proses
belajar bagi para perencana dan pelaksana
pembangunan dalam memahami segenap
aspek strategis dari partisipasi masyarakat.
Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007
2. 15
Ulasan Korten menjadi menarik,
manakala kita mencermati pada program-
program pengentasan kemiskinan yang
dilaksanakan di Indonesia selama ini.
Meskipun belum pernah dilakukan
evaluasi menyeluruh atas semua kegiatan
pemberdayaan masyarakat, boleh jadi
pihak-pihak terkait akan mengklaim
program yang telah dikemas sedemikian
rupa “berhasil mencapai tujuan”.
Namun sejauhmana pengukuran tingkat
keberhasilan program itu dan ketepatan
paramaternya, masih perlu dikaji ulang.
II. PARTISIPASI MASYARAKAT
Dalam mendefinisikan partipasi
masyarakat perlu dilakukan dengan hati-
hati, karena istilah “partisipasi masyarakat”
memiliki pengertian yang relatif dan dapat
dimasuki oleh berbagai kepentingan. Ada
tiga variasi dalam pelaksanaan partisipasi.
Pertama, pendapat bahwa perencanaan
ekonomi harus dilaksanakan oleh para ahli.
Konsumsi pada waktu sekarang perlu
dikorbankan demi penanaman modal di
masa datang, dan karena itu kebijaksanaan
yang paling tepat untuk mencapai
itu haruslah dilaksanakan oleh suatu
pemerintahan yang otoriter tapi progresif,
yang bebas dari tekanan umum. Partisipasi
masyarakat diperlukan disini, tetapi lebih
dalam bentuk mobilisasi untuk mendukung
program pemerintah. Kedua, partisipasi
dibangkitkan oleh pemerintah tetapi secara
terbatas (limited political participation). Untuk
mendukung program perdesaan partisipasi
perlu didorong, tetapi partai politik tetap
tidak diizinkan. Pemerintah membutuhkan
dukungan rakyat, tetapi membatasi
partisipasi mereka. Ketiga, partisipasi
dilaksanakan dalam skala penuh (full scale
participation). Dalam partisipasi skala penuh
ini rakyat diperbolehkan untuk ikut dalam
pembangunan di berbagai tingkatan
(Weiner dalam Rahardjo, 1989). Oleh karena
itu, mereka mempunyai peluang untuk
mempengaruhi jalannya kebijakan
pembangunan dan mengajukan tuntutan
perbaikan nasib.
Selanjutnya, Bintoro Tjokroamidjojo
(Rahardjo, 1986) mengemukakan penger-
tian partisipasi dalam hubungannya dengan
proses pembangunan, bidang ekonomi
khususnya, yaitu : 1) keterlibatan dalam
penentuan arah, strategi dan kebijakan
pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah. Hal ini bukan saja berlangsung
dalam proses politik, tetapi juga dalam
proses sosial yaitu hubungan antara
kelompok-kelompok kepentingan dalam
masyarakat; 2) keterlibatan dalam memikul
beban dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam
bentuk sumbangan dalam mobilisasi
pembiayaan pembangunan, kegiatan
produktif yang serasi, pengawasan sosial
atas jalannya pembangunan, dan lain-lain;
dan 3) keterlibatan dalam memetik hasil dan
manfaat pembangunan secara berkeadilan.
Dari banyak pengertian partisipasi, Bintoro
melihat ada dua cara berpartisipasi
yaitu : 1) mobilisasi kegiatan-kegiatan
masyarakat yang serasi untuk kepentingan-
kepentingan pencapaian tujuan pem-
bangunan; dan 2) peningkatan oto aktivitas,
swadaya, dan swakarsa masyarakat
sendiri, terutama ditujukan kepada sektor
swasta, bidang pertanian dan sebagainya
melalui mekanisme pasar dan harga.
Sehubungan dengan pembangkitan
swadaya dan swakarsa masyarakat,
Sayogyo menjelaskan partisipasi masya-
rakat meliputi arti ikut melaksanakan dan
ikut mengenyam hasil pembangunan, serta
hal penting yang melampaui makna
tersebut, yaitu dengan memberikan
tanggung jawab yang dikerjakan secara
berkelompok atau usaha bersama yang
mereka bentuk sendiri. Agar dengan
kekuatan dan kesadaran yang dibina,
Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007
3. 16
lapisan yang tertinggal dalam pem-
bangunan dapat mengangkat diri kepada
martabat yang lebih tinggi. Orang lain tak
dapat melakukan proses itu untuk
mereka (Sitorus, dkk, ed, 1996). Terkait
dengan hal tersebut, Uphoff dan Cohen
menyebutkan empat kegiatan dalam
partisipasi, yaitu membuat keputusan,
pelaksanaan, memperoleh hasil (ke-
untungan), dan penilaian terhadap seluruh
kegiatan (Soelaiman, 1998).
Dengan demikian pengertian ini
menunjukan sifat kelembagaan dari
partisipasi itu, atau juga dikenal dengan
istilah pelembagaan teknik sosial (Cernea,
1993). Pelembagaan teknik sosial ini
selanjutnya dijadikan sarana yang berasal
dari kepedulian publik untuk meng-
investasikan sumber daya manusia
(human capital). Termasuk di dalamnya
pengembangan co-manajemen partisipasi
yang mengandung sistem intensif untuk
pengawasan kelembagaan, pengenalan
inovasi, peningkatan kohesi sosial, dan
solidaritas kepercayaan organisasi yang
mandiri, serta nilai-nilai yang menyatukan
kelompok. Sebagai salah satu aspek dari
teknik sosial, partisipasi juga sebagai sarana
untuk memelihara dan meningkatkan
sumberdaya.
Memperhatikan beberapa pengertian
partisipasi masyarakat tersebut, maka
unsur penting yang perlu dipertimbangkan
dalam partisipasi masyarakat ialah inisiatif
dan proses pengambilan keputusan yang
dipusatkan pada masyarakat atau yang
berakar dari bawah; baik komunitas yang
ada di perdesaan maupun perkotaan.
Partisipasi sebagai sarana aktualisasi
budaya, sumberdaya manusia, aspirasi
politik, kegiatan produksi yang digerakkan
secara bersama, aktif dan bertanggung
jawab, dilakukan secara optimal oleh
masyarakat. Sehubungan dengan itu, posisi
masyarakat sebagai faktor kontrol, produk
nilai, memiliki kekuatan untuk memelihara
keseimbangan dalam pemanfaatan sumber
daya. Oleh karena itu, pembangkitan
partisipasi masyarakat akan memberikan
sumbangan bagi keberlanjutan pemba-
ngunan.
III. ASPEK STRATEGIS
PARTISIPASI MASYARAKAT
Salah satu bagian penting dari aspek
strategis partisipasi masyarakat, bahwa
masyarakat memiliki pengalaman tersen-
diri berupa kearifan yang timbul dari
proses interaksi terus menerus dengan
sumber alam dan lingkungannya, merespon
dan mendinamisasi sekaligus mengen-
dalikan hubungan-hubungan antar
kelompok untuk mewujudkan sistem
jaringan sosial yang kuat dan saling
melindungi serta saling memberi manfaat
(Susantyo, 2002). Sebagaimana sejarah
mencatat, bahwa pengalaman-pengalaman
masyarakat dalam bekerjasama secara
internal maupun eksternal dalam kelom-
pok, kurang mengalami ketegangan-
ketegangan yang berlangsung lama dan
berakibat pada pengurasan sumber
ekonomi, dominasi kekuatan atas sumber-
sumber agraria, tetapi justru sebaliknya,
terlihat adanya penghormatan terhadap
batas-batas teritorial di antara penyebaran
komunitas-komunitas lokal. Sebagaimana
dicontohkan oleh Korten pada ketiga studi
kasusnya tersebut di atas.
Demikian juga Dove (Susantyo, 2002)
telah menggambarkan hal ini. Dimana
terdapat keunikan sekaligus kandungan
nilai-nilai inovatif dari pengalaman-
pengalaman masyarakat yang tercerminkan
pada kebudayaan tradisionalnya. Secara
garis besar, Dove menyebut ada empat
pengalaman dasar yang dimiliki masya-
rakat, yaitu : 1) sistem kepercayaan tradi-
sional mengandung sistem pengetahuan
Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007
4. 17
yang bersifat empiris tentang dunia nyata;
2) sistem ekonomi tradisional, perladangan
berpindah, berburu dan meramu, pengum-
pul sagu, mengandung pengetahuan
tentang bagaimana mengeksploitasi
lingkungan setempat, juga mengandung
sumbangan kepada ekonomi nasional.
Konsumsi komunal melalui upacara
tradisional memainkan peranan penting
dalam memelihara organisasi sosial; 3) di
bidang lingkungan, sistem kepercayaan
tradisional mengatur suatu keseimbangan
terbaik antara populasi manusia, binatang
dan sumber-sumber tanah; 4) norma
masyarakat tradisional tidak statis,
melainkan merupakan suatu penyesuaian
dan perubahan terus menerus. Masyarakat
tradisional dapat menerima perubahan
yang mendasar dan diprakarsai dari luar,
jika perubahan itu sesuai dengan kepenti-
ngan masyarakat yang bersangkutan.
Pengalaman-pengalaman dasar yang
dimiliki masyarakat tersebut tentu
merupakan sumber-sumber motivasi,
kreatifitas, dan kontrol. Yang kesemuanya
itu secara keseluruhan membentuk potensi
kekuatan gagasan yang berguna bagi proses
identifikasi kebutuhan, perumusan atau
pemilihan kebijakan yang tepat, serta
pelaksanaan kebijakan tersebut dalam
program pembangunan. Segala upaya
pembangunan yang tidak memper-
timbangkan pengalaman-pengalaman dasar
dari masyarakat telah terbukti tidak
menghasilkan suatu kemampuan atau daya
dukung lingkungan dan ketahanan sosial.
Degradasi sumber daya alam dan konflik
sosial yang ditimbulkan oleh proses
pembangunan merupakan contoh dari
kegagalan ini.
Faktor strategis lain yang dimiliki
masyarakat ialah kekuatan politis, dimana
masyarakat sesungguhnya merupakan
realitas politis. Pemerintah mau tidak mau
memerlukan dukungan masyarakat untuk
menguji atau melegitimasi kebijaksanaan
yang mereka jalankan. Aspek ini berkaitan
dengan fungsi organisasi sosial yang
dimiliki masyarakat. Masyarakat memiliki
infrastruktur sosial, termasuk di dalamnya
sistem kepemimpinan tradisional (Ostrom,
1993). Beberapa isyarat yang diberikan oleh
Ostrom dkk, bahwa kelembagaan
tradisional mempunyai suatu sistem
pengambilan keputusan yang dapat
mendistribusikan hak dan tanggung jawab
anggota masyarakat dalam proses
pemeliharaan dan pembagian manfaat yang
lebih adil, dan berkesinambungan terhadap
fasilitas pembangunan. Contoh pengalaman
Korten pada kasus Badan Pengembangan
Produk Susu Nasional di India serta
Pelayanan Keluarga Berencana Berbasis
Desa di Thailand, merupakan sebuah bukti
keniscayaan itu, dimana masyarakat
mengelola suatu institusi yang mandiri
dan cenderung lebih menampakkan
keberlanjutan manfaat dari fasilitas
pembangunan yang ada.
Dari aspek pokok yang diuraikan di
sini ialah pengalaman-pengalaman yang
terwujud dalam kearifan budaya dan
kepemimpinan lokal, merupakan faktor
strategis untuk mengorbitkan partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan.
Perlunya kejelasan hal-hal strategis ini,
untuk memberi arah yang jelas terhadap
intervensi kepentingan yang kadang
mengacaukan arti dan pelaksanaan
partisipasi masyarakat.
IV. PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PEMBANGUNAN
DESA
Mitchell (1994) menggunakan salah
satu pendekatan yang disebutnya “stresses
on” , yaitu tekanan dan kemampuan orang-
orang serta lingkungan perdesaan. Disebut
juga dalam tulisan Korten (Syahrir dan
Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007
5. 18
Korten, 1988), bahwa konsep pem-
bangunan yang berpusat pada rakyat salah
satu bagian pentingnya adalah memberi
perhatian terhadap daerah perdesaan.
Sayogyo (1997) mengatakan, bahwa
keberlanjutan penghidupan keluarga
(keberlanjutan dalam bernafkah) harus
didalami bersama arti pembangunan
masyarakat desa berkelanjutan.
Dengan demikian, pembangunan
perdesaan merupakan bagian dari strategi
pembangunan berkelanjutan. Tentunya hal
ini perlu dipahami bersama, bahwa wilayah
dan komunitas di perdesaan ternyata belum
diletakkan pada prioritas yang tinggi dalam
kebijaksanaan pembangunan dibanding
pembangunan di wilayah perkotaan. Ada
banyak studi yang menerangkan keter-
kaitan antara pertumbuhan ekonomi di kota
dengan masalah-masalah yang muncul di
perdesaan. Misalnya masalah migrasi,
menurunnya daya dukung lahan dan
degradasi sumber alam yang disebabkan
eksploitasi dalam penguasaan dan
pengusahaan tanah, hutan, tambang dan air.
Di lain pihak, populasi penduduk secara
umum terdapat di wilayah perdesaan
vis-a-vis menurunnya distribusi dalam
pemanfaatan sumber daya alam yang
semakin sempit. Kemudian melemahnya
kreativitas budaya disebabkan oleh
pergeseran nilai dalam pola kerja dan
pandangan hidup modern, menjadi satu
aspek tersendiri dari hadirnya masalah-
masalah kemiskinan di perdesaan.
Sesungguhnya, pembangunan per-
desaan bukan upaya yang baru di
Indonesia. Bahkan hal ini telah dicanangkan
dalam berbagai kebijaksanaan pem-
bangunan nasional sejak awal kemer-
dekaan, dengan sasaran yang sama yaitu
berupaya mengentaskan kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
perdesaan. Suatu hal yang telah
menyadarkan kita, bahwa persoalan
penting yang dihadapi ialah belum tepatnya
strategi pembangunan perdesaan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan,
bahwa jalan pemikiran yang dianggap
relevan dengan berbagai kondisi yang
dihadapi saat ini, ialah melaksanakan
strategi pembangunan berkelanjutan. Dalam
hal ini, wilayah dan komunitas perdesaan
menempati prioritas yang tinggi dalam
kebijaksanaan pembangunan nasional,
khususnya dalam upaya menanggulangi
kemiskinan.
Pembangunan perdesaan yang
memberi fokus pada upaya penang-
gulangan kemiskinan, jika diorientasikan
untuk mewujudkan keberlanjutan proses
dan manfaatnya di masa depan, maka
strategi yang penting dilaksanakan ia-
lah menumbuhkan pembangunan yang
berdasarkan kepercayaan diri (self-reliant
development) (Tjokrowinoto, 1996). Strategi
ini sebenarnya sudah tercermin dalam
pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan melalui program IDT (Inpres
Desa Tertinggal). Sebagaimana dike-
mukakan Budi Soeradji dan Mubyarto
(1998), upaya penanggulangan kemiskinan
dilakukan melalui proses penguatan
penduduk miskin yang mencakup lima
aspek yaitu; pengembangan sumber daya
manusia, penyediaan modal kerja,
penciptaan peluang dan kesempatan
berusaha, mengembangkan kelembagaan
penduduk miskin, dan penciptaan sistem
pelayanan kepada penduduk miskin yang
sederhana dan efisien. Melalui jalur
pendekatan tersebut, penduduk miskin
diharapkan mampu dengan kekuatannya
sendiri menanggulangi kemiskinannya,
serta meningkatkan kesejahteraannya
secara memadai dan berkelanjutan.
Namun keberhasilan strategi atau
pendekatan ini tentu saja tidak mudah.
Laporan-laporan program IDT telah
memberikan gambaran tentang banyak hal
Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007
6. 19
yang sudah dilakukan melalui pelaksanaan
program pemerintah. Misalnya, pemberian
kredit, pembentukan kelompok, pelatihan-
pelatihan usaha kecil, pelestarian
lingkungan melalui pengelolaan hutan
rakyat, dan lain-lain sebagaimana
dilaporkan oleh Budi dan Mubyarto,
(Mubyarto, 1998). Tetapi, dibalik itu kita
tidak pernah mendengar suatu laporan dari
masyarakat yang secara langsung dan
kontinyu menggambarkan perkembangan
mereka dari tahun ke tahun. Sehingga
semua pihak dapat menjadi yakin bahwa
keberhasilan masyarakat bukan hanya
bertepatan dengan saat-saat dimana
peneliti, LSM, penyuluh pertanian tinggal
di desa. Setelah itu kemajuan mereka atau
bahkan kegagalan mereka tidak terpantau
lagi ketika para peneliti dan fasilitator-
fasilitator itu telah habis jangka waktu
kontraknya dan pulang ke kota. Banyak
informasi yang kita terima secara
meyakinkan adanya sengketa pertanahan
antara petani dan pengusaha perkebunan,
kegagalan panen, raibnya bantuan
dana kelompok, dan sebagainya.
Secara konsepsional pendekatan yang
dicanangkan sudah mengarah pada jalan
yang tepat, tetapi salah satu hal yang perlu
disadari bahwa hasil dari pendekatan yang
digunakan itu secara umum belum mencapai
kondisi yang diinginkan, yaitu kemandirian
masyarakat perdesaan.
Aspek yang ingin dikemukakan di sini
ialah pelaksanaan partisipasi masyarakat.
Kita telah memiliki konsep yang standar
mengenai model partisipasi, tentunya telah
dapat memenuhi pertimbangan logika
ilmiah, karena digali berdasarkan
pengalaman-pengalaman dalam pemba-
ngunan di perdesaan. Namun ada yang
perlu dipertimbangkan secara serius, yaitu
apakah pelaksanaan partisipasi masyarakat
itu telah sesuai dengan aspek-aspek yang
strategis yang terkandung dalam sistem
komunitas lokal. Yang dimaksudkan
dengan aspek strategis tersebut ialah
pembangkitan partisipasi masyarakat
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
terwujud dalam kearifan budaya dan
kepemimpinan lokal. Di sini hendak
dikatakan, bahwa aspek strategis
partisipasi harus diletakkan dalam konteks
yang berbeda dengan konsep-konsep ilmiah
yang kita miliki, khususnya bila diterapkan
pada tingkat lapangan. Karena banyak
kasus menunjukkan, bahwa implementasi
konsep-konsep partisipasi inipun masih
mengalami kegagalan. Terutama bila dilihat
dari gambaran berkelanjutan suatu program
yang dilak-sanakan.
Untuk mewujudkan sistem pertanian
yang baik, dalam teknik pengelolaan
maupun pemeliharaan, tidak cukup hanya
dengan memperagakannya melalui unit
percontohan agar masyarakat secara
bersama-sama mempelajarinya, atau
sekedar memfasilitasi mereka untuk
merumuskan sendiri cara-cara meng-
organisasikan suatu proses pembelajaran.
Faktor strategis yang perlu diper-
timbangkan ialah kearifan budaya dalam
praktek-praktek bertani. Mereka perlu
terlibat untuk membuat keputusan dalam
hal penggunaan waktu, memperhitungkan;
bahaya, ancaman, dan tekanan, mem-
pertimbangkan benda-benda apa atau
tindakan bagaimana yang boleh atau tidak
digunakan, kapan dan di mana suatu
kegiatan dapat dilaksanakan. Secara ekstrim
dapat dikatakan jika bentuk inovasi
pertanian yang datang dari luar, kemudian
ditolak oleh masyarakat, hal ini merupakan
bentuk partisipasi dipandang dari sudut
kearifan budaya. Sebab mereka telah
menyumbangkan suatu upaya menghindari
malapetaka jika dikemudian hari hasil dari
inovasi tersebut ternyata mendatangkan
kerugian bagi masyarakat, baik secara fisik
maupun mental.
Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007
7. 20
Kepemimpinan lokal juga merupakan
faktor strategis dari partisipasi masyarakat.
Hal ini berkaitan dengan partisipasi
masyarakat dalam pembentukan suatu
kelembagaan ekonomi dan saluran
pendapat publik terhadap kebijaksanaan
pembangunan. Kita tidak hanya cukup
meyakinkan diri, bahwa pemimpin lokal
lebih mempunyai pengaruh secara informal
dari pada pemimpin formal terhadap
anggota masyarakat. Oleh karena itu,
dengan menggunakan pengaruh ini
masyarakat dapat dilibatkan dalam
program ekonomi dan memberi dukungan
terhadap suatu kebijakan. Hal yang paling
mendasar di sini ialah ketaatan masyarakat
terhadap adat yang menyatukan mereka,
dimana pemimpin sebagai simbol adat dan
memiliki kaidah-kaidah tersendiri dalam
memutuskan masalah-masalah yang
dihadapi anggota masyarakat. Pengalaman-
pengalaman yang berbeda di masyarakat
dilihat dari kesatuan-kesatuan adat, perlu
mengilhami cara-cara pelibatan masyarakat
dalam pembentukan kelompok, atau dalam
proses penggalian pendapat umum.
Pelibatan masyarakat dalam proses
pembentukan kelembagaan apapun harus
mempertimbangkan cara-cara di mana
mereka menunjukkan ketaatan terhadap
adat. Dengan demikian mereka dapat lebih
meyakini manfaat-manfaat yang timbul dari
tugas dan kewajiban dalam memelihara,
melindungi, dan mengembangkan hal-hal
yang dimiliki oleh kesatuan adatnya. Makna
yang penting ditarik dari sini
ialah pelibatan mereka dalam proses
pembangunan perdesaan didasarkan pada
komitmen adat untuk mengatur suatu
organisasi sosial yang mandiri.
V. PENUTUP
Pembangunan perdesaan merupakan
salah satu bagian dari strategi pem-
bangunan berkelanjutan, terutama untuk
menciptakan ketahanan sosial. Oleh karena
itu peranan masyarakat menjadi sangat
sentral dalam pelaksanaan strategi ini. Salah
satu aspek penting dari usaha untuk
menciptakan ketahanan sosial itu ialah
menumbuhkan partisipasi masyarakat.
Perkembangan pemikiran mengenai
partisipasi telah melahirkan konsep standar
karena telah digali dari pengalaman-
pengalaman kegagalan pembangunan
perdesaan di masa lalu. Secara konseptual
partisipasi telah diletakkan pada peranan
komunitas lokal dalam seluruh proses
pembangunan.
Untuk memberi arah yang jelas pada
pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan perdesaan, maka perlu
mempertimbangkan faktor strategis
partisipasi masyarakat dalam sistem
komunitas lokal. Di antara faktor strategis
tersebut ialah pengalaman-pengalaman
masyarakat yang terwujud dalam kearifan
budaya dan kepemimpinan lokal. Dengan
mempertimbangkan faktor strategis dalam
sistem komunitas lokal itu, diharapkan
pelaksanaan partisipasi masyarakat akan
menyumbang pada usaha mencapai
kemandirian masyarakat.
Dalam program pembangunan
perdesaan, pengetahuan tentang apa yang
dibutuhkan masyarakat serta kemampuan
kelembagaan (“organisasi pembantu”) juga
sangat terbatas. Untuk itu, upaya pendekat-
an untuk senantiasa selalu belajar kepada
masyarakat melalui pendekatan “proses
belajar” dalam proses pembangunan yang
terjadi, merupakan sebuah keharusan.
Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007
8. 21
DAFTAR PUSTAKA
Cernea, Michel M. 1993, “The Sociologis
Approach to Sustainable Development” in
Marking Development Sustainable: From
Concept to Action. Ismail Serageldin dan
Andrew Steer (ed). Papare Series No.
2 World Bank.
Korten, D.C. dan Syahrir (ed). 1988,
Pembangunan Berdimensi Kerakyatan.
Jakarta; Yayasan Obor Indonesia.
Mitchel, Bruce. 1994, Sustainable Develop-
ment at Village Level in Bali, Indonesia
Human Ecology an Interdiciplinary
Journal. Vol. 22 (3) pp. 189-211.
Ostrom, Elinor, Larry Schroode dan Susan
Wynne. 1993, Institutional Incentive and
Sustainable Development: Infrastructure
Policies in Perspective. Oxford; Westview
Press.
Rahardjo, Dawam. 1983, Esei-esei Ekonomi
Politik. Jakarta; LP3ES.
Sayogyo. 1997, Pembangunan Masyarakat Desa
Berkelanjutan, Makalah pada Semiloka
Gerakan Mandiri Mem-bangun Desa
di Palu Sulawesi Tengah.
Sayogyo dalam Sitorus Dkk. ed. 1996,
Memahami dan Menanggulangi
Kemiskinan di Indonesia. Jakarta:
PT. Gramedia.
Soelaiman, Munandar. Dinamika Masyarakat
Transisi, Mencari Alternatif Sosiologi dan
Arah Perubahan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soeradji, Budi dan Mubyarto. 1998, Gerakan
Penanggulangan Kemiskinan. Laporan
Penelitian di Derah-daerah. Jakarta:
Aditya Media.
Susantyo, Badrun. 2002, Aspek Strategis
Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal
Ilmiah pekerjaan Sosial “PEKSOS”. Vol
1 No. 1, Mei 2002. Bandung: STKS.
————————. 2003, Mencoba Memahami
Partisipasi “Gaya Lain” Dalam Komunitas
Adat Terpenil (KAT). Jurnal SIKAT.
Edisi I Tahun 2003. Jakarta. Direktorat
Pemberdayaan Komunitas Adat
Terpencil (PKAT). Departemen Sosial
RI.
Tjokrowinoto. 1996, Pembangunan, Dilema
dan Tantangan. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Drs. Badrun Susantyo, M.Si.
Menyelesaikan S2 dari Institute
Perstanian Bogor. Staf pada Puslitbang
Kesejahteraan Sosial. Saat ini sebagai
kandidat Doktor bidang Ilmu
Pekerjaan Sosial di Penang Malaysia.
Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007