SlideShare a Scribd company logo
12




                                      BAB II

                             TINJAUAN TEORITIS


A. Partisipasi

         Pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang ingin

dicapai. Tujuan yang akan dicapai harus ada dukungan serta keikutsertaan dari

setiap anggotanya baik secara mental,maupun secara emosional. Keterlibatan atau

keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan merupakan partisipasi seseorang

yang patut dihargai, serta diharapkan ada manfaat serta tujuan atas keikutsertaan

tersebut. Partisipasi ditandai dengan keterlibatan seseorang dalam suatu kelompok

baik moril maupun materi, serta adanya rasa tanggung jawab.


1. Pengertian Partisipasi

         Dilihat dari segi etimologi, kata partisipasi berasal dari bahasa Belanda

”Participare”. Dalam bahasa Inggris kata partisipasi adalah ”participations”

berasal dari bahasa latin yaitu ”participatio”. Perkataan participare terdiri dari

dua suku kata, yaitu part dan cipare. Kata part artinya bagian dan kata cipare

artinya ambil. Jika dua suku kata tersebut disatukan berarti ambil bagian, turut

serta.

         Dalam hal ini turut serta atau bagian siswa yang memiliki hobi atau

kesenangan bermain sepakbola di sekolah. Melalui berbagi aktivitas gerak yang

memiliki tujuan kearah yang lebih baik. yaitu dengan ditandainya ada perubahan

dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.




                                         12
13




       Pengertian partisipasi menurut Moelyarto Tjokrowinoto (1974:37)

didefinisikan sebagai berikut:



       Partisipasi adalah penyetaraan mental dan emosi dalam situasi kelompok
       yang mendorong mereka untuk mengembangkandaya pikir dan perasaan
       mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab
       terhadap tujuan tersebut.


       Menurut Kafler yang dikutif oleh Mulyono (1999:23) mengenai partisipasi

adalah sebagai berikut:



               ”Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan
       yang mencurahkan baik secara fisik maupun mental dan emosional....
       partisipasi fisik merupakan partisipasi yang langsung ikut serta dalam
       kegiatan tersebut, sedangkan partisipasi secara mental dan emosional
       merupakan partisipasi dengan memberikan saran, pemikiran, gagasan, dan
       aspek mental lainnya yang menunjang tujuan yang diharapkan”.


       Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokratis dimana orang

dilibatkan dan diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut

memikul tanggung jawab sesuai tingkat kematangan dan tingkat kewajiban.

Partisipasi itu menjadi lebih baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang

mental serta penentuan kebijaksanaan. (Poerbawakatja RS, 1982-:251).

       Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota

dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh

suatu organisasi serta mendukung mencapai tujuan bertanggung jawab atas

keterlibatannya.
14




         Dari pengertian partisipasi di atas dapat diambil suatu kegiatan tertentu.

Bukan saja hanya ikut serta tetapi keterlibatan emosional, mental serta fisik

anggota dalam memberikan saran ide, kritik, serta inisiatif terhadap kegiatan-

kegitan yang dilaksanakan. Serta mendukung pencapaian tujuan serta bertanggung

jawab atas keterlibatannya. Dalam hal kajian ini partisipasi yang dimaksud adalah

partisipasi siswa terhadap tingkat partisipasi bermain sepakbola.

         Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang

berkaitan dengan keadaan lahiriahnya sebagaimana dijelaskan oleh (Sastropoetro:

1995).



         ”Participation becomes, then, people's involvement in reflection and
         action, a process of empowerment and active involvement in decision
         making throughout a programme, and access and control over resources
         and institutions” (Cristóvão, 1990).


         Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif

dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap

sosialisasi,   perencanaan,   pelaksanaan,   dan   pelestarian      kegiatan   dengan

memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM

PPK, 2007).

         Hoofsteede (1971) menyatakan bahwa: ‘‘patisipasi adalah the taking part

in one ore more phases of the process”.



          Sedangkan Keith Davis (1967) menyatakan bahwa patisipasi “as mental
         and emotional involment of persons of person in a group situation which
         encourages him to contribute to group goals and share responsibility in
         them”.
15




       Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa,

“partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang

berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat”.

Theodorson dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa “dalam pengertian

sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang

(individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu”. Keikutsertaan

atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif

ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat

diartikan sebagi keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk

mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau

profesinya sendiri.

       Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya

partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut

konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses

atas rangsangan-rangsangan yang diberikan yang dalam hal ini, tanggapan

merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan (Berlo, 1961).

Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah :



       proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan
       organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan,
       pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung
       mempengaruhi kehiduapan mereka.
Edited by Foxit Reader
                                    Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008
                                    For Evaluation Only.                     16




        Conyers (1991) menyebutkan :



                tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat
        penting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna
        memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap
        masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-
        proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih
        mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan
        dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan
        mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa
        memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya
        partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa
        merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
        pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep
        man-cetered development yaitu pembangunan yang diarahkan demi
        perbaiakan nasib manusia.



2. Tipologi Partisipasi

        Penumbuhan dan pengembangan partisipasi seringkali terhambat oleh

persepsi yang kurang tepat, yang menilai masyarakat “sulit diajak maju” oleh

sebab itu kesulitan penumbuhan dan pengembangan partisipasi juga disebabkan

karena sudah adanya campur tangan dari pihak penguasa. Berikut adalah macam

tipologi partisipasi.

a. Partisipasi Pasif / manipulatif dengan karakteristik diberitahu apa yang sedang

    atau telah terjadi, pengumuman sepihak oleh pelaksanaan proyek tanpa

    memperhatikan tanggapan masyarakat dan informasi yang diperlukan terbatas

    pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran.

b. Partisipasi    Informatif   memiliki   karakteristik   dimana   kita   menjawab

    pertanyaan-pertanyaan penelitian, masyarakat tidak diberi kesempatan untuk

    terlibat dan mempengaruhi proses penelitian.
17




c. Partisipasi konsultatif dengan karateristik siswa berpartisipasi dengan cara

   berkonsultasi, tidak ada peluang pembatasan keputusan bersama.

d. Partisipasi intensif memiliki karakteristik yang memberikan korbanan atau

   jasanya untuk memperoleh imbalan berupa intensif/upah. siswa tidak

   dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen-eksperimen yang

   dilakukan dan siswa tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan

   setelah intensif dihentikan.

e. Partisipasi Fungsional memiliki karakteristik yang membentuk kelompok

   untuk mencapai tujuan proyek, pembentukan kelompok biasanya setelah ada

   keputusan-keputusan utama yang disepakati, pada tahap awal tergantung

   terhadap pihak luar namun secara bertahap menunjukkan kemandiriannya.

f. Partisipasi interaktif memiliki ciri dimana kita berperan dalam analisis untuk

   perencanaan kegiatan dan pembentukan penguatan kelembagaan dan

   cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang mencari keragaman

   prespektik dalam proses belajar mengajar yang terstuktur dan sisteatis.

   Kitapun memiliki peran untuk mengontrol atas (pelaksanaan) keputusan-

   keputusan merek, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegitan.

g. Self mobilization (mandiri) memiliki karakter yang mengambil inisiatif sendiri

   secara bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk mengubah sistem atau

   nilai-nilai yang mereka miliki. Maka kita mengambangkan kontak dengan

   lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan

   sumberdaya yang diperlukan.
18




3. Tahap-Tahap Partisipasi

       Uraian dari masing-masing tahapan partisipasi adalah sebagai berikut :

a. Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan

   Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat (termasuk

   pemanfaatan sumber daya lokal dan alokasi anggarannya) selalu ditetapkan

   sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam hal ini lebih mencerminkan sifat

   kebutuhan kelompok-kelompok elit yang berkuasa dan kurang mencerminkan

   keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Karena itu, partisipasi dalam

   pembangunan      perlu   ditumbuhkan     melalui     dibukanya   forum   yang

   memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses

   pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah

   setempat atau di tingkat lokal (Mardikanto, 2001).

b. Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan

   Slamet (1993) membedakan ada tingkatan partisipasi yaitu : partisipasi dalam

   tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, partisipasi dalam

   tahap pemanfaatan. Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan tahapan

   yang paling tinggi tingkatannya diukur dari derajat keterlibatannya. Dalam

   tahap perencanaan, orang sekaligus diajak turut membuat keputusan yang

   mencakup merumusan tujuan, maksud dan target.

   Salah satu metodologi perencanaan pembangunan yang baru adalah mengakui

   adanya kemampuan yang berbeda dari setiap kelompok masyarakat dalam

   mengontrol dan ketergantungan mereka terhadap sumber-sumber yang dapat

   diraih di dalam sistem lingkungannya. Pengetahuan para perencana teknis
19




   yang berasal dari atas umumnya amat mendalam. Oleh karena keadaan ini,

   peranan masyarakat sendirilah akhirnya yang mau membuat pilihan akhir

   sebab mereka yang akan menanggung kehidupan mereka. Oleh sebab itu,

   sistem perencanaan harus didesain sesuai dengan respon masyarakat, bukan

   hanya karena keterlibatan mereka yang begitu esensial dalam meraih

   komitmen, tetapi karena masyarakatlah yang mempunyai informasi yang

   relevan yang tidak dapat dijangkau perencanaan teknis atasan (Slamet, 1993).

c. Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

   Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali diartikan sebagai

   partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih miskin) untuk secara

   sukarela menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan pembangunan. Di lain

   pihak, lapisan yang ada di atasnya (yang umumnya terdiri atas orang kaya)

   yang lebih banyak memperoleh manfaat dari hasil pembangunan, tidak

   dituntut sumbangannya secara proposional. Karena itu, partisipasi masyarakat

   dalam tahap pelaksanaan pembangunan harus diartikan sebagai pemerataan

   sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau

   beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan

   diterima oleh warga yang bersangkutan (Mardikanto, 2001).

d. Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan

   Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan sangat

   diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang diharapkan,

   tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-

   masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang
20




   bersangkutan. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat mengumpulkan informasi

   yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat

   pembangunan sangat diperlukan (Mardikanto,2001).

e. Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan

   Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur

   terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk

   memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil

   pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaaatan hasil

   pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk

   selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang

   (Mardikanto, 2001).




4. Tingkat Kesukarelaan Partisipasi

       Dusseldorp (1981) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan

sebagai berikut:

a. Partisipasi spontan, yaitu peranserta yang tumbuh karena motivasi intrinsik

   berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinannya sendiri.

b. Partisipasi terinduksi, yaitu peranserta yang tumbuh karena terinduksi oleh

   adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar;

   meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk

   berpartisipasi.

c. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peranserta yang tumbuh karena

   adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada
21




   umumnya, atau peranserta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-

   nilai, atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak

   berperanserta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya.

d. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peranserta yang

   dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita

   kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.

e. Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peranserta yang dilakukan karena

   takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah

   diberlakukan.



5. Syarat tumbuh partisipasi

       Margono Slamet (1985) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya

partisipasi, sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:

a. Adanya kemauan yang diberikan kepada kita, untuk berpartisipasi

b. Adanya kesempatan kita untuk berpartisipasi

c. Adanya kemampuan kita untuk berpartisipasi

       Lebih rinci Slamet menjelaskan tiga persyaratan yang menyangkut

kemauan, kemampuan dan kesempatan untuk berpartisipasi adalah sebagai

berikut:

a. Kemauan

   Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif intrinsik

   (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan atau

   tekanan dari pihak luar). Tumbuh dan berkembangnya kemauan berpartisipasi

   sedikitnya diperlukan sikap-sikap yang:
22




   1) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan.

   2) Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya.

   3) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas

      sendiri.

   4) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya

      tujuan pembangunan.

   5) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk

      memperbaiki mutu hidupnya.

b. Kemampuan

   Beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik itu

   antara lain adalah:

   1) Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah.

   2) Kemampuan untuk memahami kesempatan-kesempatan yang dapat

      dilakukan     untuk    memecahkan     masalah   yang    dihadapi     dengan

      memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

   3) Kemampuan          untuk   melaksanakan   pembangunan     sesuai     dengan

      pengetahuan dan keterampilan serta sumber daya lain yang dimiliki

      Robbins (1998) kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan

      berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbins (1998)

      menyatakan pada hakikatnya kemampuan individu tersuusun dari dua

      perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

c. Kesempatan

   Berbagai kesempatan untuk berpartisipasi ini sangat dipengaruhi oleh:
23




    1) Kemauan politik dari penguasa/pemerintah untuk melibatkan masyarakat

           dalam pembangunan.

    2) Kesempatan untuk memperoleh informasi.

    3) Kesempatan untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya.

    4) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tepat guna.

    5) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan

           mempergunakan peraturan, perizinan dan prosedur kegiatan yang harus

           dilaksanakan.

    6) Kesempatan          untuk   mengembangkan   kepemimpinan   yang   mampu

           menumbuhkan, menggerakkan dan mengembangkan serta memelihara

           partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

           Sementara Mardikanto (1994) menyatakan bahwa pembangunan yang

partisipatoris tidak sekedar dimaksudkan untuk mencapai perbaikan kesejahteraan

masyarakat (secara material), akan tetapi harus mampu menjadikan warga

masyarakatnya menjadi lebih kreatif. Karena itu setiap hubungan atau interaksi

antara orang luar dengan masyarakat sasaran yang sifatnya asimetris (seperti:

menggurui, hak yang tidak sama dalam berbicara, serta mekanisme yang

menindas) tidak boleh terjadi. Dengan dimikian, setiap pelaksanaan aksi tidak

hanya dilakukan dengan mengirimkan orang dari luar ke dalam masyarakat

sasaran, akan tetapi secara bertahap harus semakin memanfaatkan orang-orang

dalam untuk merumuskan perencanaan yang sebaik-baiknya dalam masyarakatnya

sendiri.
24




        Mardikanto (2003) menjelaskan adanya kesempatan yang diberikan, sering

merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan sangat

menentukan kemampuannya

1.   Ciri-ciri partisipasi

        Seseorang yang ikut serta berpartisipasi dalam suatu kegiatan memiliki

ciri-ciri yang dijadikan barometer atau tolak ukur keikutsertaanya itu.

Beberapa yang ikut serta seseorang dalam kegiatan dijelaskan oleh Nitisemo

(1998:263), bahwa seseorang berpartisipasi terhadap suatu kegiatan memilki

beberapa ciri antara lain:



      1.   Secara langsung ikut dalm proses kegiatan
      2.   Memiliki keputusan untuk mncapai tujuan yang telah ditentukan
      3.   Memberikan tanggapan dan saran dalam proses kegiatan
      4.   Memberikan informasi tentang segala sesuatu dalam usaha membuat
      5.   Keputusan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
      6.   Terdapat kesempatan untuk ikut memiliki kegiatan tersebut
      7.   Memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan
      8.   Merasakan manfaat dari hasil kegiatan



        Selanjutnya Siswanto (1987:34) menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang

berpartisipasi khususnya dalam suatu organisasi memiliki ciri-ciri antara lain:



      1.   Jarang tidak hadir dalam suatu kegiatan organisasi
      2.   Memiliki tujuan jelas
      3.   Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya
      4.   Memberikan info tentang tugasnya,
      5.   Melaksanakan sesuai dengan aturan yang digariskan dalam organisasi.
25




2. Manfaat Partisipasi

         Keith Davis (1985:186) ,engemukakan manfaat prinsipil partisipasi, yaitu:



        1. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar.
        2. Dapat digunakan kemampuan berfikir kreatif dari para anggotanya.
        3. dapat mengendalikan dnilai-nilai martabat manusia, motivasi serta
           membangun kepentingan bersama/
        4. Lebih mendorong seseorang untuk lebih bertanggung jawab,
        5. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.


3. Mengukur Tingkat Partisipasi

         Untuk mengukur partisipasi seseorang atau sekolah terhadap suatu

   kegiatan yaitu melalui tes.

         Mengenai tes di jelaskan oleh Rusli Lutan (1989:3) sebagai berikut:

”Sebuah tes adalah sebuah instrumen yang dipakai untuk memperoleh tentang

seseorang atau objek”.

         Selanjutnya Muchis Yahya (1985:31) mengemukakan bahwa untuk

mengukur partisipasi anggota antara lain:



   a.    Kerajinan dan ketepatan membayar simpanan
   b.    Seringnya menghadiri kegiatan
   c.    Seringnya menghadiri rapat
   d.    Motivasi anggota


         Dari laporan lapangan Majalah Prisma no.6 tahun X Juni 1981 dapat

disimpulkan bahwa untuk mengukur partisipasi ditentukan oleh beberapa hal

sebagai berikut ini:
26




   a.   Kritik, usul, saran, dan pendapat dari anggota yang terbuka
   b.   Ketepatan melaksanakan tugas dan kewajiban
   c.   Kehadiran dalam rapat
   d.   Kesediaan anggota untuk berkorban



        Kaitannya dengan pernyataan di atas mengenai cara mengukur partisipasi,

dalam hal ini mengukur partisipasi siswa terhadap bermain sepak bola di SMA Se

kecamatan se Tawang Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut:

   1. Kehadiran siswa dalam melaksanakan bermain sepak bola

   2. Kesungguhan atau keseriusan siswa dalam bermain sepak bola

   3. Keterlibatan siswa dalam mengikuti olahraga tersebut.


B. Sejarah Sepakbola

1. Pengertian Sepakbola

        Sepakbola adalah olahraga permainan beregu paling populer di dunia yang

masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain di lapangan dan satu diantaranya

bertindak sebagai penjaga gawang, yang sebagian besar menggunakan tungkai

kecuali penjaga gawang diperkenankan menggunakan lengan pada daerah

hukuman (Eman 2003:1).

        Olahraga sepakbola permainan yang dilakukan oleh dua tim, setiap tim

berjumlah 11 orang salah satu orang menjadi penjaga gawang. Olahraga ini

merupakan alat permainan berupa bola, tujuan permainan sepakbola yaitu

bagaimana cara tiap tim bekerjasama untuk memasukan bola kegawang lawan

sebanyak-banyaknya, dengan berbagai bentuk teknik dan penempatan strategi

yang jitu agar bisa memasukan bola kegawang lawan, selain kita memasukan bola
27




kegawang lawan kita juga harus menjaga gawang kita supaya tidak kemasukan

bola oleh pemain lawan, oleh sebab itu yang terpenting dalam olahraga sepakbola

yaitu berusaha ada kerjasama antara tiap pemain.

       Dalam permainan sepakbola seorang pemain dituntut untuk menguasai

teknik permainan sepakbola diantaranya: Passing, dribbling, shooting dan

headding. Salah satu teknik yang sering digunakan setiap pemain dalam proses

mencetak gol kegawang lawan adalah passing dan stopping yang baik dan

kerjasama antara pemain dalam memberikan dan menghentikan bola secara baik

akan memudahkan upaya mencetak gol.

       Dalam permaiana sepakbola selain dituntut penguasaan teknik dasar secara

perorangan, diperlukan juga penguasaan bola yang dilakukan oleh dua orang atau

lebih melalui teknik passing dan stopping, baik ditempat maupun dalam keadaan

bergerak, hal ini diperlukan karena seorang pemain tidak mungkin menguasai bola

sendirian dari daerah pertahanan sendiri sampai kepertahanan lawan. Banyak

kualitas yang menunjang dalam menggiring bola diantaranya irama, langkah,

kekuatan, stamina dan determinasi, tetapi yang paling penting adalah

keseimbanagan badan seorang pemain.


2. Peraturan Sepakbola

   a. Ukuran lapangan standar

       1. Ukuran: panjang 100-110 m x lebar 64-75 m

       2. Garis batas: yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung,

           dan garis melintang tengah lapangan; tak ada tembok penghalang atau

           papan
28




   3. Gawang: lebar 7 m x tinggi 2,5 m

   4. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif

b. Bola

   1. Ukuran: 68-70 cm

   2. Keliling:10 cm

   3. Berat: 410-450 gram

   4. Lambungan: 1000 cm pada pantulan pertama

   5. Bahan: karet atau karet sintetis (buatan)

c. Tim

   1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 11, salah

      satunya penjaga gawang

   2. Jumlah pemain maksimal keluar lapangan(tidak termasuk cedera): 4

   3. Jumlah pemain cadangan maksimal: 12

   4. Jumlah wasit: 1

   5. Jumlah hakim garis: 2-4

   6. Batas jumlah pergantian pemain: paling banyak sesuai jumlah pemain

      cadangan.

d. Perlengkapan permainan

   1. Kaos bernomor (sejak tahun 1954)

   2. Celana pendek

   3. Kaos kaki

   4. Pelindung tulang kering

   5. Alas kaki bersolkan karet
29




   e. Lama permainan

       1. Lama normal: 2x45 menit

       2. Lama istiharat: 15 menit

       3. Lama perpanjangan waktu: 2x15 menit

       4. Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim seri saat perpanjangan

          waktu selesai

       5. Time-out: 1 per tim per babak; tak ada dalam waktu tambahan

       6. Waktu pergantian babak: maksimal 15 menit

   f. Wasit sebagai pengukur waktu resmi

       Wasit yang memimpin pertandingan sejumlah 1 orang dan dibantu 2 orang

       sebagai hakim garis. Kemudian dibantu wasit cadangan yang membantu

       apabila terjadi pergantian pemain dan mengumumkan tambahan waktu.

       Pada Piala Dunia 2006, digunakan ofisial ke-lima. Penggunaan 2 wasit

       sempat dicoba pada copa italia. Penggunaan 4 hakim garis kabarnya juga

       dicoba di piala dunia 2010, dimana 2 diantaranya berada di belakang

       gawang.



3. Tujuan Permainan

       Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk

memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan ("mencetak gol"). Tim yang

mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu

90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri).

akan diadakan pertambahan waktu 2x 15 menit dan apabila dalam pertambahan

waktu hasilnya masih seri akan diadakan adu penalti yang setiap timnya akan
30




diberikan lima kali kesempatan untuk menendang bola ke arah gawang dari titik

penalti yang berada di dalam daerah penjaga gawang hingga hasilnya bisa

ditentukan. Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain

(kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka

selama masih dalam permainan.



4. Karakteristik Olahraga Permainan Sepakbola

       Sepakbola merupakan permainan yang saat ini paling populer dan

berkembang pesat dikalangan masyarakat karena permainan ini dapat dengan

mudah dimainakan oleh laki-laki dan perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang

tua. Terbukti dengan minat masyarakan yang cukup tinggi untuk mempelajari

sepakbola baik melalui lembaga formal misalnya dalam mata pelajaran penjas

disekolah dengan bahasan olahraga permainan sepakbola maupun pada lembaga

non-formal misalnya sekolah sepakbola yang menyelenggarakan pelatihan

sepakbola.

       Sepakbola merupakan olahraga permainan yang dapat membangkitkan

luapan keinginan dan emosi yang tidak sama dengan olahraga lainnya.

Permaianan ini adalah sesuatu yang umum diantara orang-orang dengan latar

belakang keturunan yang berbeda-beda, sebuah jembatan yang menghubungkan

jenjang ekonomi, politik, kebudayaan,dan agama. Dikenali sebagai ” bola kaki”

hampir diseluruh dunia, sepakbola merupakan olahraga nasional hampir seluruh

negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Selatan.

       Sejalan dengan perkembangan permainana sepakbola, prestasi terbaik

merupakan dambaan atlet maupun pelatih. Akan tetapi untuk mencapai prestasi
31




yang optimal tidaklah mudah dan mewujudkannya. Prestasi dalam olahraga

dipengaruhi oleh dua faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yang

berhubungan dengan keadaan diri siswa yang meliputi kemampuan fisik,

kemampuan teknik, taktik, dan psikis. Sedangkan faktor eksogen berhubungan

dengan keadaan diluar diri siswa seperti situasi dan kondisi pada saat latihan

taupun pertandingan.

       Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan kemajuan

pesepakbolaan di Indonesia khususnya, namun hambatan tersebut nampaknya

lebih banyak berakar pada proses pembelajaran dan pelatihan sejak awal mulai

belajar. Model-model pembelajaran tradisional yang memilah-milah penguasaan

teknik dan taktik masih diterapkan dilapangan. Padahal dalam kenyataan,

persoalan paling pokok adalah bagaimana menerapkan penguasaan teknik ke

dalam situasi permainan sehingga para siswa tertarik dan termotivasi untuk

melakukan permainan sepakbola.

       Permainan sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga beregu yang

menyuguhkan keterampilan-keterampilan gerak yang kompleks dan kerjasama tim

yang baik. Permainan sepakbola juga sebagian besar dimainkan oleh berbagai

kalangan masyarakat dan golongan usia baik itu anak-anak, remaja, orang dewasa,

orang tua, bahkan kaum wanita, Setiap pemain sepakbola dituntut untuk memiliki

teknik dasar, taktik, dan strategi permainan sepakbola yang baik.

More Related Content

What's hot

Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMutiara Shifa
 
Modul advokasi kebijakan publik
Modul advokasi kebijakan publikModul advokasi kebijakan publik
Modul advokasi kebijakan publik
Mustika Aji
 
Perkembangan ilmu administrasi
Perkembangan ilmu administrasiPerkembangan ilmu administrasi
Perkembangan ilmu administrasiMusbahaeri Saleh
 
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Salma Van Licht
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif
Dadang Solihin
 
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Partisipasi Masyarakat dalam PembangunanPartisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Atika Rusli
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
Tri Widodo W. UTOMO
 
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publik
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publikProses pengambilan keputusan dalam kebijakan publik
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publik
Siti Sahati
 
Organisasi dan Kelembagaan
Organisasi dan KelembagaanOrganisasi dan Kelembagaan
Organisasi dan Kelembagaan
henny ferniza
 
Konsep dan Teknik Perencanaan
Konsep dan Teknik PerencanaanKonsep dan Teknik Perencanaan
Konsep dan Teknik Perencanaan
Randy Wrihatnolo
 
Model Pembangunan Masyarakat
Model Pembangunan MasyarakatModel Pembangunan Masyarakat
Model Pembangunan Masyarakat
Siti Sahati
 
Menulis Policy Paper dan Policy Brief
Menulis Policy Paper dan Policy BriefMenulis Policy Paper dan Policy Brief
Menulis Policy Paper dan Policy Brief
Tri Widodo W. UTOMO
 
Geopolitik Indonesia
Geopolitik IndonesiaGeopolitik Indonesia
Geopolitik Indonesia
Siti Sahati
 
model kebijakan merille s.grindle
model kebijakan merille s.grindlemodel kebijakan merille s.grindle
model kebijakan merille s.grindle
Heru Fernandez
 
Demografi dan atau kependudukan
Demografi dan atau kependudukanDemografi dan atau kependudukan
Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakatPartisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat
abu hanafie
 
Society 5.0: Menyiapkan SDM Cerdas dan Sehat
Society 5.0: Menyiapkan SDM Cerdas dan SehatSociety 5.0: Menyiapkan SDM Cerdas dan Sehat
Society 5.0: Menyiapkan SDM Cerdas dan Sehat
Ismail Fahmi
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
Siti Sahati
 

What's hot (20)

Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosialPertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
 
Modul advokasi kebijakan publik
Modul advokasi kebijakan publikModul advokasi kebijakan publik
Modul advokasi kebijakan publik
 
Perkembangan ilmu administrasi
Perkembangan ilmu administrasiPerkembangan ilmu administrasi
Perkembangan ilmu administrasi
 
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif
 
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Partisipasi Masyarakat dalam PembangunanPartisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
 
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publik
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publikProses pengambilan keputusan dalam kebijakan publik
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publik
 
Organisasi dan Kelembagaan
Organisasi dan KelembagaanOrganisasi dan Kelembagaan
Organisasi dan Kelembagaan
 
Konsep dan Teknik Perencanaan
Konsep dan Teknik PerencanaanKonsep dan Teknik Perencanaan
Konsep dan Teknik Perencanaan
 
Model Pembangunan Masyarakat
Model Pembangunan MasyarakatModel Pembangunan Masyarakat
Model Pembangunan Masyarakat
 
Menulis Policy Paper dan Policy Brief
Menulis Policy Paper dan Policy BriefMenulis Policy Paper dan Policy Brief
Menulis Policy Paper dan Policy Brief
 
Geopolitik Indonesia
Geopolitik IndonesiaGeopolitik Indonesia
Geopolitik Indonesia
 
model kebijakan merille s.grindle
model kebijakan merille s.grindlemodel kebijakan merille s.grindle
model kebijakan merille s.grindle
 
Demografi dan atau kependudukan
Demografi dan atau kependudukanDemografi dan atau kependudukan
Demografi dan atau kependudukan
 
Pertemuan ke 9 - instrumen & proses kebijakan
Pertemuan ke 9 - instrumen & proses kebijakanPertemuan ke 9 - instrumen & proses kebijakan
Pertemuan ke 9 - instrumen & proses kebijakan
 
Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakatPartisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat
 
Society 5.0: Menyiapkan SDM Cerdas dan Sehat
Society 5.0: Menyiapkan SDM Cerdas dan SehatSociety 5.0: Menyiapkan SDM Cerdas dan Sehat
Society 5.0: Menyiapkan SDM Cerdas dan Sehat
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
 

Similar to Teori partisipasi

Pengertian Organisasi
Pengertian OrganisasiPengertian Organisasi
Pengertian Organisasi
Fajar Sahrudin
 
Konsep cara dalam keikutsertaan pemberdayaan masyarakat
Konsep cara dalam keikutsertaan pemberdayaan masyarakatKonsep cara dalam keikutsertaan pemberdayaan masyarakat
Konsep cara dalam keikutsertaan pemberdayaan masyarakat
UFDK
 
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan ManusiaPartisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
Munawwarah Nasir
 
Amerashinghe part 1
Amerashinghe part 1Amerashinghe part 1
Amerashinghe part 1
Lintang Suryono
 
Makalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesiaMakalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesia
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesiaMakalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesia
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesiaMakalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesia
Septian Muna Barakati
 
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4
eli priyatna laidan
 
Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Daerah
Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian DaerahMencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Daerah
Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Daerah
Dadang Solihin
 
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaanPartisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Be Susantyo
 
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docxSOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
IGNASIUSTAMOAMA
 
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docxSOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
IGNASIUSTAMOAMA
 
Mahfudzathul M ( Perencanaan Pembangunan ).pptx
Mahfudzathul M ( Perencanaan Pembangunan ).pptxMahfudzathul M ( Perencanaan Pembangunan ).pptx
Mahfudzathul M ( Perencanaan Pembangunan ).pptx
mahfudzathulmaulidia1
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
Wika Riefo
 
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Yogyakarta State University
 
PEMKOM[1].pptx
PEMKOM[1].pptxPEMKOM[1].pptx
PEMKOM[1].pptx
RioSyahli1
 
Makalah interaksi sosial
Makalah interaksi sosialMakalah interaksi sosial
Makalah interaksi sosialYadhi Muqsith
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
kholisun07
 

Similar to Teori partisipasi (20)

Pengertian Organisasi
Pengertian OrganisasiPengertian Organisasi
Pengertian Organisasi
 
Konsep cara dalam keikutsertaan pemberdayaan masyarakat
Konsep cara dalam keikutsertaan pemberdayaan masyarakatKonsep cara dalam keikutsertaan pemberdayaan masyarakat
Konsep cara dalam keikutsertaan pemberdayaan masyarakat
 
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan ManusiaPartisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
 
Tugas makalah pengantar manajemen
Tugas makalah pengantar manajemenTugas makalah pengantar manajemen
Tugas makalah pengantar manajemen
 
Amerashinghe part 1
Amerashinghe part 1Amerashinghe part 1
Amerashinghe part 1
 
Makalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesiaMakalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesia
 
Makalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesiaMakalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesia
 
Makalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesiaMakalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesia
 
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4
 
Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Daerah
Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian DaerahMencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Daerah
Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Daerah
 
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaanPartisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaan
 
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docxSOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
 
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docxSOSIOLOGI_POLITIK[1]   RISNO.docx
SOSIOLOGI_POLITIK[1] RISNO.docx
 
Metode pengembangan partisipasi
Metode pengembangan partisipasiMetode pengembangan partisipasi
Metode pengembangan partisipasi
 
Mahfudzathul M ( Perencanaan Pembangunan ).pptx
Mahfudzathul M ( Perencanaan Pembangunan ).pptxMahfudzathul M ( Perencanaan Pembangunan ).pptx
Mahfudzathul M ( Perencanaan Pembangunan ).pptx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
 
PEMKOM[1].pptx
PEMKOM[1].pptxPEMKOM[1].pptx
PEMKOM[1].pptx
 
Makalah interaksi sosial
Makalah interaksi sosialMakalah interaksi sosial
Makalah interaksi sosial
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

Teori partisipasi

  • 1. 12 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Partisipasi Pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang akan dicapai harus ada dukungan serta keikutsertaan dari setiap anggotanya baik secara mental,maupun secara emosional. Keterlibatan atau keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan merupakan partisipasi seseorang yang patut dihargai, serta diharapkan ada manfaat serta tujuan atas keikutsertaan tersebut. Partisipasi ditandai dengan keterlibatan seseorang dalam suatu kelompok baik moril maupun materi, serta adanya rasa tanggung jawab. 1. Pengertian Partisipasi Dilihat dari segi etimologi, kata partisipasi berasal dari bahasa Belanda ”Participare”. Dalam bahasa Inggris kata partisipasi adalah ”participations” berasal dari bahasa latin yaitu ”participatio”. Perkataan participare terdiri dari dua suku kata, yaitu part dan cipare. Kata part artinya bagian dan kata cipare artinya ambil. Jika dua suku kata tersebut disatukan berarti ambil bagian, turut serta. Dalam hal ini turut serta atau bagian siswa yang memiliki hobi atau kesenangan bermain sepakbola di sekolah. Melalui berbagi aktivitas gerak yang memiliki tujuan kearah yang lebih baik. yaitu dengan ditandainya ada perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. 12
  • 2. 13 Pengertian partisipasi menurut Moelyarto Tjokrowinoto (1974:37) didefinisikan sebagai berikut: Partisipasi adalah penyetaraan mental dan emosi dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkandaya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut. Menurut Kafler yang dikutif oleh Mulyono (1999:23) mengenai partisipasi adalah sebagai berikut: ”Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang mencurahkan baik secara fisik maupun mental dan emosional.... partisipasi fisik merupakan partisipasi yang langsung ikut serta dalam kegiatan tersebut, sedangkan partisipasi secara mental dan emosional merupakan partisipasi dengan memberikan saran, pemikiran, gagasan, dan aspek mental lainnya yang menunjang tujuan yang diharapkan”. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokratis dimana orang dilibatkan dan diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai tingkat kematangan dan tingkat kewajiban. Partisipasi itu menjadi lebih baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. (Poerbawakatja RS, 1982-:251). Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu organisasi serta mendukung mencapai tujuan bertanggung jawab atas keterlibatannya.
  • 3. 14 Dari pengertian partisipasi di atas dapat diambil suatu kegiatan tertentu. Bukan saja hanya ikut serta tetapi keterlibatan emosional, mental serta fisik anggota dalam memberikan saran ide, kritik, serta inisiatif terhadap kegiatan- kegitan yang dilaksanakan. Serta mendukung pencapaian tujuan serta bertanggung jawab atas keterlibatannya. Dalam hal kajian ini partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi siswa terhadap tingkat partisipasi bermain sepakbola. Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan lahiriahnya sebagaimana dijelaskan oleh (Sastropoetro: 1995). ”Participation becomes, then, people's involvement in reflection and action, a process of empowerment and active involvement in decision making throughout a programme, and access and control over resources and institutions” (Cristóvão, 1990). Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM PPK, 2007). Hoofsteede (1971) menyatakan bahwa: ‘‘patisipasi adalah the taking part in one ore more phases of the process”. Sedangkan Keith Davis (1967) menyatakan bahwa patisipasi “as mental and emotional involment of persons of person in a group situation which encourages him to contribute to group goals and share responsibility in them”.
  • 4. 15 Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa, “partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat”. Theodorson dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa “dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu”. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses atas rangsangan-rangsangan yang diberikan yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan (Berlo, 1961). Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah : proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehiduapan mereka.
  • 5. Edited by Foxit Reader Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008 For Evaluation Only. 16 Conyers (1991) menyebutkan : tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek- proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep man-cetered development yaitu pembangunan yang diarahkan demi perbaiakan nasib manusia. 2. Tipologi Partisipasi Penumbuhan dan pengembangan partisipasi seringkali terhambat oleh persepsi yang kurang tepat, yang menilai masyarakat “sulit diajak maju” oleh sebab itu kesulitan penumbuhan dan pengembangan partisipasi juga disebabkan karena sudah adanya campur tangan dari pihak penguasa. Berikut adalah macam tipologi partisipasi. a. Partisipasi Pasif / manipulatif dengan karakteristik diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi, pengumuman sepihak oleh pelaksanaan proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat dan informasi yang diperlukan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran. b. Partisipasi Informatif memiliki karakteristik dimana kita menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, masyarakat tidak diberi kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penelitian.
  • 6. 17 c. Partisipasi konsultatif dengan karateristik siswa berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, tidak ada peluang pembatasan keputusan bersama. d. Partisipasi intensif memiliki karakteristik yang memberikan korbanan atau jasanya untuk memperoleh imbalan berupa intensif/upah. siswa tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan dan siswa tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah intensif dihentikan. e. Partisipasi Fungsional memiliki karakteristik yang membentuk kelompok untuk mencapai tujuan proyek, pembentukan kelompok biasanya setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati, pada tahap awal tergantung terhadap pihak luar namun secara bertahap menunjukkan kemandiriannya. f. Partisipasi interaktif memiliki ciri dimana kita berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan penguatan kelembagaan dan cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang mencari keragaman prespektik dalam proses belajar mengajar yang terstuktur dan sisteatis. Kitapun memiliki peran untuk mengontrol atas (pelaksanaan) keputusan- keputusan merek, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegitan. g. Self mobilization (mandiri) memiliki karakter yang mengambil inisiatif sendiri secara bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk mengubah sistem atau nilai-nilai yang mereka miliki. Maka kita mengambangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang diperlukan.
  • 7. 18 3. Tahap-Tahap Partisipasi Uraian dari masing-masing tahapan partisipasi adalah sebagai berikut : a. Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat (termasuk pemanfaatan sumber daya lokal dan alokasi anggarannya) selalu ditetapkan sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam hal ini lebih mencerminkan sifat kebutuhan kelompok-kelompok elit yang berkuasa dan kurang mencerminkan keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Karena itu, partisipasi dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau di tingkat lokal (Mardikanto, 2001). b. Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan Slamet (1993) membedakan ada tingkatan partisipasi yaitu : partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, partisipasi dalam tahap pemanfaatan. Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan tahapan yang paling tinggi tingkatannya diukur dari derajat keterlibatannya. Dalam tahap perencanaan, orang sekaligus diajak turut membuat keputusan yang mencakup merumusan tujuan, maksud dan target. Salah satu metodologi perencanaan pembangunan yang baru adalah mengakui adanya kemampuan yang berbeda dari setiap kelompok masyarakat dalam mengontrol dan ketergantungan mereka terhadap sumber-sumber yang dapat diraih di dalam sistem lingkungannya. Pengetahuan para perencana teknis
  • 8. 19 yang berasal dari atas umumnya amat mendalam. Oleh karena keadaan ini, peranan masyarakat sendirilah akhirnya yang mau membuat pilihan akhir sebab mereka yang akan menanggung kehidupan mereka. Oleh sebab itu, sistem perencanaan harus didesain sesuai dengan respon masyarakat, bukan hanya karena keterlibatan mereka yang begitu esensial dalam meraih komitmen, tetapi karena masyarakatlah yang mempunyai informasi yang relevan yang tidak dapat dijangkau perencanaan teknis atasan (Slamet, 1993). c. Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali diartikan sebagai partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih miskin) untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan pembangunan. Di lain pihak, lapisan yang ada di atasnya (yang umumnya terdiri atas orang kaya) yang lebih banyak memperoleh manfaat dari hasil pembangunan, tidak dituntut sumbangannya secara proposional. Karena itu, partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan pembangunan harus diartikan sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh warga yang bersangkutan (Mardikanto, 2001). d. Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan sangat diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah- masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang
  • 9. 20 bersangkutan. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan (Mardikanto,2001). e. Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang (Mardikanto, 2001). 4. Tingkat Kesukarelaan Partisipasi Dusseldorp (1981) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan sebagai berikut: a. Partisipasi spontan, yaitu peranserta yang tumbuh karena motivasi intrinsik berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinannya sendiri. b. Partisipasi terinduksi, yaitu peranserta yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar; meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi. c. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peranserta yang tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada
  • 10. 21 umumnya, atau peranserta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai- nilai, atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak berperanserta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya. d. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peranserta yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan. e. Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peranserta yang dilakukan karena takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan. 5. Syarat tumbuh partisipasi Margono Slamet (1985) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi, sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu: a. Adanya kemauan yang diberikan kepada kita, untuk berpartisipasi b. Adanya kesempatan kita untuk berpartisipasi c. Adanya kemampuan kita untuk berpartisipasi Lebih rinci Slamet menjelaskan tiga persyaratan yang menyangkut kemauan, kemampuan dan kesempatan untuk berpartisipasi adalah sebagai berikut: a. Kemauan Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif intrinsik (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan atau tekanan dari pihak luar). Tumbuh dan berkembangnya kemauan berpartisipasi sedikitnya diperlukan sikap-sikap yang:
  • 11. 22 1) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan. 2) Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya. 3) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas sendiri. 4) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya tujuan pembangunan. 5) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya. b. Kemampuan Beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik itu antara lain adalah: 1) Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah. 2) Kemampuan untuk memahami kesempatan-kesempatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. 3) Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan serta sumber daya lain yang dimiliki Robbins (1998) kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbins (1998) menyatakan pada hakikatnya kemampuan individu tersuusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. c. Kesempatan Berbagai kesempatan untuk berpartisipasi ini sangat dipengaruhi oleh:
  • 12. 23 1) Kemauan politik dari penguasa/pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan. 2) Kesempatan untuk memperoleh informasi. 3) Kesempatan untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya. 4) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tepat guna. 5) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan mempergunakan peraturan, perizinan dan prosedur kegiatan yang harus dilaksanakan. 6) Kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, menggerakkan dan mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sementara Mardikanto (1994) menyatakan bahwa pembangunan yang partisipatoris tidak sekedar dimaksudkan untuk mencapai perbaikan kesejahteraan masyarakat (secara material), akan tetapi harus mampu menjadikan warga masyarakatnya menjadi lebih kreatif. Karena itu setiap hubungan atau interaksi antara orang luar dengan masyarakat sasaran yang sifatnya asimetris (seperti: menggurui, hak yang tidak sama dalam berbicara, serta mekanisme yang menindas) tidak boleh terjadi. Dengan dimikian, setiap pelaksanaan aksi tidak hanya dilakukan dengan mengirimkan orang dari luar ke dalam masyarakat sasaran, akan tetapi secara bertahap harus semakin memanfaatkan orang-orang dalam untuk merumuskan perencanaan yang sebaik-baiknya dalam masyarakatnya sendiri.
  • 13. 24 Mardikanto (2003) menjelaskan adanya kesempatan yang diberikan, sering merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan sangat menentukan kemampuannya 1. Ciri-ciri partisipasi Seseorang yang ikut serta berpartisipasi dalam suatu kegiatan memiliki ciri-ciri yang dijadikan barometer atau tolak ukur keikutsertaanya itu. Beberapa yang ikut serta seseorang dalam kegiatan dijelaskan oleh Nitisemo (1998:263), bahwa seseorang berpartisipasi terhadap suatu kegiatan memilki beberapa ciri antara lain: 1. Secara langsung ikut dalm proses kegiatan 2. Memiliki keputusan untuk mncapai tujuan yang telah ditentukan 3. Memberikan tanggapan dan saran dalam proses kegiatan 4. Memberikan informasi tentang segala sesuatu dalam usaha membuat 5. Keputusan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan 6. Terdapat kesempatan untuk ikut memiliki kegiatan tersebut 7. Memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan 8. Merasakan manfaat dari hasil kegiatan Selanjutnya Siswanto (1987:34) menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang berpartisipasi khususnya dalam suatu organisasi memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Jarang tidak hadir dalam suatu kegiatan organisasi 2. Memiliki tujuan jelas 3. Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya 4. Memberikan info tentang tugasnya, 5. Melaksanakan sesuai dengan aturan yang digariskan dalam organisasi.
  • 14. 25 2. Manfaat Partisipasi Keith Davis (1985:186) ,engemukakan manfaat prinsipil partisipasi, yaitu: 1. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar. 2. Dapat digunakan kemampuan berfikir kreatif dari para anggotanya. 3. dapat mengendalikan dnilai-nilai martabat manusia, motivasi serta membangun kepentingan bersama/ 4. Lebih mendorong seseorang untuk lebih bertanggung jawab, 5. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan. 3. Mengukur Tingkat Partisipasi Untuk mengukur partisipasi seseorang atau sekolah terhadap suatu kegiatan yaitu melalui tes. Mengenai tes di jelaskan oleh Rusli Lutan (1989:3) sebagai berikut: ”Sebuah tes adalah sebuah instrumen yang dipakai untuk memperoleh tentang seseorang atau objek”. Selanjutnya Muchis Yahya (1985:31) mengemukakan bahwa untuk mengukur partisipasi anggota antara lain: a. Kerajinan dan ketepatan membayar simpanan b. Seringnya menghadiri kegiatan c. Seringnya menghadiri rapat d. Motivasi anggota Dari laporan lapangan Majalah Prisma no.6 tahun X Juni 1981 dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur partisipasi ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut ini:
  • 15. 26 a. Kritik, usul, saran, dan pendapat dari anggota yang terbuka b. Ketepatan melaksanakan tugas dan kewajiban c. Kehadiran dalam rapat d. Kesediaan anggota untuk berkorban Kaitannya dengan pernyataan di atas mengenai cara mengukur partisipasi, dalam hal ini mengukur partisipasi siswa terhadap bermain sepak bola di SMA Se kecamatan se Tawang Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut: 1. Kehadiran siswa dalam melaksanakan bermain sepak bola 2. Kesungguhan atau keseriusan siswa dalam bermain sepak bola 3. Keterlibatan siswa dalam mengikuti olahraga tersebut. B. Sejarah Sepakbola 1. Pengertian Sepakbola Sepakbola adalah olahraga permainan beregu paling populer di dunia yang masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain di lapangan dan satu diantaranya bertindak sebagai penjaga gawang, yang sebagian besar menggunakan tungkai kecuali penjaga gawang diperkenankan menggunakan lengan pada daerah hukuman (Eman 2003:1). Olahraga sepakbola permainan yang dilakukan oleh dua tim, setiap tim berjumlah 11 orang salah satu orang menjadi penjaga gawang. Olahraga ini merupakan alat permainan berupa bola, tujuan permainan sepakbola yaitu bagaimana cara tiap tim bekerjasama untuk memasukan bola kegawang lawan sebanyak-banyaknya, dengan berbagai bentuk teknik dan penempatan strategi yang jitu agar bisa memasukan bola kegawang lawan, selain kita memasukan bola
  • 16. 27 kegawang lawan kita juga harus menjaga gawang kita supaya tidak kemasukan bola oleh pemain lawan, oleh sebab itu yang terpenting dalam olahraga sepakbola yaitu berusaha ada kerjasama antara tiap pemain. Dalam permainan sepakbola seorang pemain dituntut untuk menguasai teknik permainan sepakbola diantaranya: Passing, dribbling, shooting dan headding. Salah satu teknik yang sering digunakan setiap pemain dalam proses mencetak gol kegawang lawan adalah passing dan stopping yang baik dan kerjasama antara pemain dalam memberikan dan menghentikan bola secara baik akan memudahkan upaya mencetak gol. Dalam permaiana sepakbola selain dituntut penguasaan teknik dasar secara perorangan, diperlukan juga penguasaan bola yang dilakukan oleh dua orang atau lebih melalui teknik passing dan stopping, baik ditempat maupun dalam keadaan bergerak, hal ini diperlukan karena seorang pemain tidak mungkin menguasai bola sendirian dari daerah pertahanan sendiri sampai kepertahanan lawan. Banyak kualitas yang menunjang dalam menggiring bola diantaranya irama, langkah, kekuatan, stamina dan determinasi, tetapi yang paling penting adalah keseimbanagan badan seorang pemain. 2. Peraturan Sepakbola a. Ukuran lapangan standar 1. Ukuran: panjang 100-110 m x lebar 64-75 m 2. Garis batas: yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; tak ada tembok penghalang atau papan
  • 17. 28 3. Gawang: lebar 7 m x tinggi 2,5 m 4. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif b. Bola 1. Ukuran: 68-70 cm 2. Keliling:10 cm 3. Berat: 410-450 gram 4. Lambungan: 1000 cm pada pantulan pertama 5. Bahan: karet atau karet sintetis (buatan) c. Tim 1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 11, salah satunya penjaga gawang 2. Jumlah pemain maksimal keluar lapangan(tidak termasuk cedera): 4 3. Jumlah pemain cadangan maksimal: 12 4. Jumlah wasit: 1 5. Jumlah hakim garis: 2-4 6. Batas jumlah pergantian pemain: paling banyak sesuai jumlah pemain cadangan. d. Perlengkapan permainan 1. Kaos bernomor (sejak tahun 1954) 2. Celana pendek 3. Kaos kaki 4. Pelindung tulang kering 5. Alas kaki bersolkan karet
  • 18. 29 e. Lama permainan 1. Lama normal: 2x45 menit 2. Lama istiharat: 15 menit 3. Lama perpanjangan waktu: 2x15 menit 4. Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim seri saat perpanjangan waktu selesai 5. Time-out: 1 per tim per babak; tak ada dalam waktu tambahan 6. Waktu pergantian babak: maksimal 15 menit f. Wasit sebagai pengukur waktu resmi Wasit yang memimpin pertandingan sejumlah 1 orang dan dibantu 2 orang sebagai hakim garis. Kemudian dibantu wasit cadangan yang membantu apabila terjadi pergantian pemain dan mengumumkan tambahan waktu. Pada Piala Dunia 2006, digunakan ofisial ke-lima. Penggunaan 2 wasit sempat dicoba pada copa italia. Penggunaan 4 hakim garis kabarnya juga dicoba di piala dunia 2010, dimana 2 diantaranya berada di belakang gawang. 3. Tujuan Permainan Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan ("mencetak gol"). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri). akan diadakan pertambahan waktu 2x 15 menit dan apabila dalam pertambahan waktu hasilnya masih seri akan diadakan adu penalti yang setiap timnya akan
  • 19. 30 diberikan lima kali kesempatan untuk menendang bola ke arah gawang dari titik penalti yang berada di dalam daerah penjaga gawang hingga hasilnya bisa ditentukan. Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan. 4. Karakteristik Olahraga Permainan Sepakbola Sepakbola merupakan permainan yang saat ini paling populer dan berkembang pesat dikalangan masyarakat karena permainan ini dapat dengan mudah dimainakan oleh laki-laki dan perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua. Terbukti dengan minat masyarakan yang cukup tinggi untuk mempelajari sepakbola baik melalui lembaga formal misalnya dalam mata pelajaran penjas disekolah dengan bahasan olahraga permainan sepakbola maupun pada lembaga non-formal misalnya sekolah sepakbola yang menyelenggarakan pelatihan sepakbola. Sepakbola merupakan olahraga permainan yang dapat membangkitkan luapan keinginan dan emosi yang tidak sama dengan olahraga lainnya. Permaianan ini adalah sesuatu yang umum diantara orang-orang dengan latar belakang keturunan yang berbeda-beda, sebuah jembatan yang menghubungkan jenjang ekonomi, politik, kebudayaan,dan agama. Dikenali sebagai ” bola kaki” hampir diseluruh dunia, sepakbola merupakan olahraga nasional hampir seluruh negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Selatan. Sejalan dengan perkembangan permainana sepakbola, prestasi terbaik merupakan dambaan atlet maupun pelatih. Akan tetapi untuk mencapai prestasi
  • 20. 31 yang optimal tidaklah mudah dan mewujudkannya. Prestasi dalam olahraga dipengaruhi oleh dua faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yang berhubungan dengan keadaan diri siswa yang meliputi kemampuan fisik, kemampuan teknik, taktik, dan psikis. Sedangkan faktor eksogen berhubungan dengan keadaan diluar diri siswa seperti situasi dan kondisi pada saat latihan taupun pertandingan. Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan kemajuan pesepakbolaan di Indonesia khususnya, namun hambatan tersebut nampaknya lebih banyak berakar pada proses pembelajaran dan pelatihan sejak awal mulai belajar. Model-model pembelajaran tradisional yang memilah-milah penguasaan teknik dan taktik masih diterapkan dilapangan. Padahal dalam kenyataan, persoalan paling pokok adalah bagaimana menerapkan penguasaan teknik ke dalam situasi permainan sehingga para siswa tertarik dan termotivasi untuk melakukan permainan sepakbola. Permainan sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga beregu yang menyuguhkan keterampilan-keterampilan gerak yang kompleks dan kerjasama tim yang baik. Permainan sepakbola juga sebagian besar dimainkan oleh berbagai kalangan masyarakat dan golongan usia baik itu anak-anak, remaja, orang dewasa, orang tua, bahkan kaum wanita, Setiap pemain sepakbola dituntut untuk memiliki teknik dasar, taktik, dan strategi permainan sepakbola yang baik.