Usaha pemerintah untuk meningkatkan PNBP menghadapi kendala dan tantangan tersendiri diantaranya lamanya proses penyusunan tarif PNBP dalam Peraturan Pemerintah, kurangnya motivasi Instansi Pengelola PNBP dalam mengoptimalkan PNBP, lemahnya fungsi verifikasi atas kewajiban PNBP terhadap Wajib Bayar PNBP, kurangnya tingkat kepatuhan Instansi pengelola PNBP dan Wajib Bayar terhadap ketentuan pengelolaan PNBP. Di samping itu, beberapa temuan pemeriksaan BPK RI terkait pengelolaan PNBP pada Instansi Pengelola PNBP menjadi temuan berulang sejak tahun 2013 antara lain PNBP kurang dipungut, PNBP tidak dipungut, PNBP terlambat disetor, PNBP belum disetor, PNBP dipungut sesuai Peraturan Pemerintah (PP) dan digunakan langsung, PNBP dipungut tanpa dasar hukum dan digunakan langsung.
Sehubungan dengan permasalahan dan kendala yang dihadapi Pemerintah, dipandang perlu adanya sinergi dan koordinasi dalam mengoptimalkan penerimaan PNBP, yaitu antara Instansi Pengelola PNBP pada Kementerian/Lembaga selaku instansi pengelola PNBP dengan Instansi terkait lainnya antara lain Kementerian Keuangan selaku penyusun regulasi dan kebijakan, Mitra Instansi Pengelola PNBP, Pemerintah Daerah, BPKP dan lainlain. Di samping itu, optimalisasi PNBP juga dapat dicapai dengan adanya sinergi antara Instansi Pengelola PNBP dengan APIP K/L dalam rangka peningkatan efektivitas pengawasan atas pengelolaan PNBP. APIP Kementerian/Lembaga berperan dalam melakukan pengawasan rutin terhadap pengelolaan PNBP mulai dari tahap perencanaan target PNBP, tahap pelaksanaan sampai dengan tahap pelaporan realisasi PNBP. APIP K/L juga berperan secara aktif dalam membenahi sistem pengelolaan PNBP di lingkungan Kementerian/Lembaga dengan memberikan rekomendasi hasil pengawasan kepada Instansi Pengelola PNBP.
Hal ini sejalan dengan telah diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2018 tentang Peningkatan Pengawasan Penerimaan Pajak atas Belanja Pemerintah dan PNBP, memerintahkan kepada seluruh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah untuk melakukan pengawasan terhadap penerimaan pajak atas belanja pemerintah dan PNBP, serta telah disahkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 oleh DPR pada bulan Juli 2018 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang di dalamnya memuat pasal terkait peran APIP K/L dalam melakukan pengawasan intern atas pengelolaan PNBP
Faktor faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja ...Johan
Muhammad Johan Widikusyanto, Nafiuddin, Nur’ain Isqodrin, Hermansyah Andi Wibowo dan Jubery Marwan. 2016. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Disiplin Kerja Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Aparatur Sipil Negera Pemerintah Provinsi Banten. Jurnal Sains Manajemen, Vol. 2, No. 2, 69-83. ISSN: 2443-0064.
Faktor faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja ...Johan
Muhammad Johan Widikusyanto, Nafiuddin, Nur’ain Isqodrin, Hermansyah Andi Wibowo dan Jubery Marwan. 2016. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Disiplin Kerja Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Aparatur Sipil Negera Pemerintah Provinsi Banten. Jurnal Sains Manajemen, Vol. 2, No. 2, 69-83. ISSN: 2443-0064.
Cara Mutasi PNS ke Pemerintah Provinsi DKI Jakartainideedee
diambil dari: https://lapor.ukp.go.id/id/797502/bagaimana-cara-mutasi-pns-ke-pemerintah-provinsi-dki-jakarta?.html
Perpindahan Pegawai Negeri Sipil dari, dalam dan ke Instansi di Luar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Sosialisasi undang undang nomor 9 tahun 2018 tentang pendapatan negara bukan ...Dr. Zar Rdj
PNBP telah memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional,namun demikian pengelolaan PNBP masih menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan, antara lain adanya pungutan tanpa dasar hukum, terlambat/tidak disetor ke Kas Negara, penggunaan langsung PNBP, dan PNBP dikelola di luar mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara.
Untuk mengoptimalkan penerimaan negara, meningkatkan pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah dalam pelayanan, pengaturan, pelindungan masyarakat, kepastian hukum, dan pengelolaan kekayaan negara, termasuk pengelolaan sumber daya alam yang berkesinambungan, perlu dilakukan penyempurnaan pengaturan atas pengelolaan PNBP agar lebih profesional, terbuka, serta bertanggung jawab dan berkeadilan.
Proposal KTTA Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Lapora...Muhammad Rafi Kambara
Disusun Oleh: Muhammad Rafi Kambara
Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Laporan Keuangan di Aplikasi E-Rekon&LK pada KPPN Tegal
tanggal publikasi3 Sep 2018
deskripsi publikasiLaporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) adalah laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. LKPP diterbitkan setiap tahun, dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2004. Atas LKPP tersebut diaudit dan diberikan opini oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai dengan amanah UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara.
BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) terhadap hasil audit atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2015. Ditemukan 6 permasalahan yang menyebabkan pengecualian dalam LKPP tahun 2015 tersebut, 2 di antara enam masalah tersebut hanya dapat diselesaikan dengan rekonsiliasi transaksi keuangan antara satuan kerja dengan KPPN secara periodik dan analisis/telaah terhadap laporan keuangan yang disusun satuan kerja dari tingkat bawah sampai paling atas.
Ditjen Perbendaharaan meluncurkan aplikasi rekonsiliasi berbasis web yang bernama Aplikasi e-Rekon&LK. E-Rekon&LK singkatan dari elektronik rekonsiliasi dan laporan keuangan adalah aplikasi berbasis web yang dikembangkan dalam rangka proses rekonsiliasi data transaksi keuangan dan penyusunan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Dengan e-Rekon&LK, rekonsiliasi menjadi lebih mudah, terbentuk single database, dan dapat dilaksanakan secara tepat waktu dan di mana saja menggunakan jaringan internet sesuai slogan dari e-Rekon&LK yaitu easy, simple, accountable. Data valid hasil rekonsiliasi digunakan untuk penyusunan laporan keuangan tingkat wilayah sampai dengan tingkat Kementerian/Lembaga. Penggunaan data dengan single database pada e-Rekon&LK menyebabkan tidak diperlukan lagi rekonsiliasi tingkat wilyah sampai dengan..
Lanjutkan Membaca>>>>>>>
Cara Mutasi PNS ke Pemerintah Provinsi DKI Jakartainideedee
diambil dari: https://lapor.ukp.go.id/id/797502/bagaimana-cara-mutasi-pns-ke-pemerintah-provinsi-dki-jakarta?.html
Perpindahan Pegawai Negeri Sipil dari, dalam dan ke Instansi di Luar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Sosialisasi undang undang nomor 9 tahun 2018 tentang pendapatan negara bukan ...Dr. Zar Rdj
PNBP telah memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional,namun demikian pengelolaan PNBP masih menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan, antara lain adanya pungutan tanpa dasar hukum, terlambat/tidak disetor ke Kas Negara, penggunaan langsung PNBP, dan PNBP dikelola di luar mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara.
Untuk mengoptimalkan penerimaan negara, meningkatkan pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah dalam pelayanan, pengaturan, pelindungan masyarakat, kepastian hukum, dan pengelolaan kekayaan negara, termasuk pengelolaan sumber daya alam yang berkesinambungan, perlu dilakukan penyempurnaan pengaturan atas pengelolaan PNBP agar lebih profesional, terbuka, serta bertanggung jawab dan berkeadilan.
Proposal KTTA Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Lapora...Muhammad Rafi Kambara
Disusun Oleh: Muhammad Rafi Kambara
Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Laporan Keuangan di Aplikasi E-Rekon&LK pada KPPN Tegal
tanggal publikasi3 Sep 2018
deskripsi publikasiLaporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) adalah laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. LKPP diterbitkan setiap tahun, dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2004. Atas LKPP tersebut diaudit dan diberikan opini oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai dengan amanah UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara.
BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) terhadap hasil audit atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2015. Ditemukan 6 permasalahan yang menyebabkan pengecualian dalam LKPP tahun 2015 tersebut, 2 di antara enam masalah tersebut hanya dapat diselesaikan dengan rekonsiliasi transaksi keuangan antara satuan kerja dengan KPPN secara periodik dan analisis/telaah terhadap laporan keuangan yang disusun satuan kerja dari tingkat bawah sampai paling atas.
Ditjen Perbendaharaan meluncurkan aplikasi rekonsiliasi berbasis web yang bernama Aplikasi e-Rekon&LK. E-Rekon&LK singkatan dari elektronik rekonsiliasi dan laporan keuangan adalah aplikasi berbasis web yang dikembangkan dalam rangka proses rekonsiliasi data transaksi keuangan dan penyusunan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Dengan e-Rekon&LK, rekonsiliasi menjadi lebih mudah, terbentuk single database, dan dapat dilaksanakan secara tepat waktu dan di mana saja menggunakan jaringan internet sesuai slogan dari e-Rekon&LK yaitu easy, simple, accountable. Data valid hasil rekonsiliasi digunakan untuk penyusunan laporan keuangan tingkat wilayah sampai dengan tingkat Kementerian/Lembaga. Penggunaan data dengan single database pada e-Rekon&LK menyebabkan tidak diperlukan lagi rekonsiliasi tingkat wilyah sampai dengan..
Lanjutkan Membaca>>>>>>>
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...MutiaRevelianti
Tugas 2 Paper Akuntansi Sektor Publik
4D AKUNTANSI
"PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2017 DENGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)"
Peningkatan peran aparatur pengawasan intern apip oleh pemerintahDr. Zar Rdj
PENINGKATAN PERAN APIP OLEH PEMERINTAH MELALUI:
1. Pengawasan pengelolaan PNBP
2. Pengawasan kepatuhan Pajak oleh Bendaharawan
3. Implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektoronik
4. Penyusunan RKA di Kementerian / Lembaga
Arahan Menteri Keuangan RAKORNAS 28092018 Peningkatan peran apip dalam optim...Dr. Zar Rdj
“Marilah kita tingkatkan peran APIP dalam pengawasan penerimaan negara khususnya pajak atas belanja pemerintah dan PNBP serta perlunya koordinasi antar APIP sebagaimana tertuang dalam UndangUndang Nomor 9 Tahun 2018 serta Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2018 sehingga dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan melayani dalam upaya meningkatkan kepercayaan publik” . Menteri Keuangan Sri Mulyani
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)Researcher Syndicate68
Abstrak
Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip utama tata kelola pemerintahan yang
baik (good governance) yang mengisyaratkan adanya perwujudan kewajiban seseorang
atau unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian
sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara
periodik. Disamping sebagai sebuah prinsip, akuntabilitas juga telah dijadikan oleh
Pemerintah sebagai suatu kebijakan nasional yang mengatur mengenai
penyelenggaraan pemerintahan dari tingkat pusat maupun daerah. Diharapkan
Pedoman Akuntabilitas Nasional ini dapat memberikan kejelasan bagi para pengambil
kebijakan dalam upaya meningkatkan akuntabilitas para penyelenggara negara dalam
rangka kesadaran hukum dan penegakan hukum di Indonesia.
Kata Kunci : Akuntabilitas Nasional, Pemerintahan Yang baik, Penyelenggaraan
Negara/Pemerintahan
Pedoman audit bendahara edisi i 2018 Rakornas 28092018Dr. Zar Rdj
Sebagaimana diketahui, bahwa bendahara pemerintah mempunyai kedudukan yang sangat strategis untuk mendukung pencapaian penerimaan pajak. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang perpajakan, bendaha pemerintah melakukan pemotongan dan/atau pemungutan pajak atas pengeluaran yang berasal dari APBN, APBD atau APBDes, serta melakukan penyetoran dan pelaporan pajak yang telah dipotong/dipungut tersebut.
Tugas Paper Akuntansi Sektor Publik "Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Pada Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Sebagai Badan Layanan Umum Daerah."
Program secondment (detasering) bagi organisasi asal dan tuan rumah dia terdapat tiga temuan yang strategis antara lain:
1. How do secondments affect the different parties?
a. Benefits to secondees
meningkatkan pengetahuan dan motivasi
meningkatkan keterlibatan pekerjaan menuju tujuan organsiasi yang sama
b. Career Development
mentransfer informasi terkini
memperoleh pengalaman kerja dengan ragam lingkungan
c. General/Specifik Skills Development
media berbagi pengetahuan dan pengalaman
mengembangkan jalur karir
d. Knowledge Increment
meningkatkan kepercayaan diri
mempelajari peran baru yang berbeda
e. Motivation and Engagement
memotivasi berlajar lebih giat
mendorong pertumbuhan antar pegawai
f. Network Development
menciptakan hubungan dan koneksi
membawa pengalaman dan wawasan
2. Benefits to the host organizations
a. Diverse Skills coming from Secondees
mengembangkan kemampuan kolektorat
memperoleh informasi langsung kebutuhan organisasi
b. Expertise Borrowing
membawa keahlian pegawai ke organisasi tuan rumah
memacu kedua belah pihak (organisasi) melakukan evaluasi untuk mengembangan pengetahuan dan peningkatan kualitas
3. Benefits to the home organizations
a. Kowledge transfer
solusi pemecahan transfer knowledge yang sulit
alternatif dalam menggabungkan pengetahuan baru
b. Relationships/Collaborations
berkembangnya hubungan kelembagaan
memberikan peluang berharga bagi pegawai
Aturan pALING LENGKAP Manajemen ASN_pns _sESUAI_NSPK_SLIDE SHARE.pdfDr. Zar Rdj
IMPELEMENTASI MANAJEMEN APARATUR SIPIL NEGARA BERDASARKAN NPSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) MELALUI 18 ELEMEN PENGUKURAN DARI
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN ASN
PENGADAAN ASN
PENGANGKATAN ASNSEP
PANGKAT
MUTASI
JABATAN
PENGEMBANGAN KARIER ASN
POLA KARIER
PENGGAJIAN, TUNJANGAN, DAN FASILITAS
PENGHARGAAN
JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA
PERLINDUNGAN
PENILAIAN KINERJA
CUTI
KODE ETIK
DISIPLIN
PEMBERHENTIAN
PENSIUN
ANGKA KREDIT
STANDAR KOMPETENSI JABATAN
WASDAL IMPLEMENTASI NSPK MANAJEMEN ASN DI INSTANSI PEMERINTAH
Dengan siklus perubahan yang begitu radikal dan gelombang digitalisasi yang melipatgandakan kecepatan secara eksponensial, maka kehidupan manusia di berbagai bidang mengalami goncangan, Dunia mengalami perubahan di mana perkembangan teknologi tidak lagi mengikuti pertumbuhan linear namun pertumbuhan eksponensial. Perubahan ini memungkinkan invansi teknologi yang transformatif menjadi lebih cepat dibandingkan proses inovasi yang sudah ada sehingga menimbulkan tantangan drastis bagi dunia bisnis, pemerintah dan perilaku masyarakat.
Oleh karena itu dalam mengatasi disrupsi segala aspek diperlukan Fungsi Audit Internal yang Agile atau lincah yang dapat mempersiapkan dalam membangun kemungkinan ada gangguan fenomena disrupsi dalam siklus perencanaan dan penilaian risiko dan Fungsi Auditor Internal yang Adaptif, fleksibel dalam menciptakan mekanisme proses dan pelaporan
Sebagai Auditor Internal, apakah kita sudah siap….?
Prinsip yang harus dimiliki Audit Internal saat ini antara lain:
1. Agility (Kelincahan)
2. Real-time risks & controls monitoring (Pemantauan risiko & kontrol waktu nyata)
3. Dynamic risk assessments (Penilaian risiko dinamis)
4. Effective leveraging of data & advanced technology (Memanfaatkan data & teknologi canggih secara efektif)
Perilaku Kerja Inovatif Memediasi Pengaruh Integritas, Kompetensi Dan Leader...Dr. Zar Rdj
1. Indikator kualitas laporan hasil audit pada variabel efektivitas kerja memiliki nilai terendah di 3.06 (kategori cukup). Ini terjadi kemungkinan karena auditor dalam melaksanakan audit kurang memahami bisnis proses yang ada pada auditan sehingga tingkat responsifitas auditor dalam membaca kebutuhan auditan kurang maksimal, dimana auditor lebih fokus kepada aspek kepatuhan saja. Maka disarankan agar auditor dapat mengeskplorasi lebih secara holistik proses bisnis yang dimiliki auditan serta perlu didukungnya peran lebih dari manajemen terhadap auditor untuk dapat terlibat dalam berbagai rangkaian proses bisnis auditan, sehingga auditor dapat memberikan informasi secara oversight, insight dan foresight.
2. Indikator sikap bijaksana & tanggung jawab pada variabel integritas memiliki nilai terendah 2.67 (kategori tidak baik). Ini terjadi kemungkinan karena banyaknya pertimbangan yang dimiliki auditor dalam mengungkap permasalahan secara seksama dan kurangnya tanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang diberikan. Maka disarankan agar auditor dapat memiliki sumber yang cukup sebelum menentukan keputusan serta diperlukannya dukungan dari manajemen atas sikap independen auditor dalam menjalankan tugas.
3. Indikator keahlian khusus pada variabel kompetensi memiliki nilai terendah di 2.67 (kategori tidak baik). Ini terjadi kemungkinan karena kepemilikan auditor terhadap kampuan atau keterampilan yang dimiliki secara pribadi atau spesifik masih berlum merata sebaranya di masing-masing tim audit. Maka disarankan agar auditor secara inisiatif memiliki keahlian khusus yang biasanya dibutuhkan dalam penugasan serta perlu dilakukannya training needs analysis oleh manajemen, sehingga pembangunan kompetensi auditor sejalan dengan kebutuhan yang diperlukan.
4. Indikator perhatian terhadap bawahan pada variabel leadership memiliki nilai terendah di 3.06 (kategori cukup). Ini terjadi kemungkinan dimana perhatian terhadap penyelesaian tugas, tingkat kesejahteraan, bagaimana pola mendiskusikan masalah dan tanggapan atas keluhan yang dirasakan auditor masih belum memadai. Maka disarankan perlunya peran dan keterlibatan nyata dari manajemen terhadap auditor dalam penyelesaian tugas, peningkatan kesejahteraan dan penjaminan karir atas sikap indenpensi yang dilakukan dalam menerima tugas.
5. Indikator idea exploration pada variabel perilaku kerja inovatif memiliki nilai terendah di 2.05 (kategori tidak baik). Ini terjadi kemungkinan dimana auditor belum maksimal dalam memberikan informasi foresight atas sebuah kesempatan atau masalah yang akan dihadapi auditan. Maka disarankan agar auditor dapat memiliki inovasi lebih atau alternatif lain dalam mencari cara mengembangkan output yang berkaitan dengan kinerjanya.
Buku Saku Perilaku Kerja Inovatif dan Efektivitas Kerja Internal AuditDr. Zar Rdj
Novelty pada penelitian ini dengan menghasilkan bukti-bukti empiris sebagai berikut:
1. Integritas, kompetensi dan leadership berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja dan peran perilaku kerja inovatif dalam memediasi integritas, kompetensi dan leadership berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja.
2. Integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku kerja inovatif dan peran perilaku kerja inovatif dalam memediasi integritas juga tidak berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja.
3. Faktor terbesar yang berpengaruh langsung terhadap efektivitas kerja adalah perilaku kerja inovatif dengan indikator tertingginya yaitu idea generation
4. Faktor terbesar yang berpengaruh langsung terhadap perilaku kerja inovatif adalah leadership dengan indikator tertingginya yaitu perhatian terhadap tugas.
5. Faktor terbesar yang berpengaruh tidak langsung terhadap efektivitas kerja adalah leadership yang dimediasi oleh perilaku kerja inovatif dengan indikator tertingginya yaitu perhatian terhadap tugas.
Sistem manajemen kinerja pns permenpan 8 tahun 2021Dr. Zar Rdj
KINERJA INDIVIDU: Getting employees involved in the planning process will help them understand the goals of the rganization, what needs to be done, why it needs to be done, and how well it should be done
SKP ADALAH SASARAN KINERJA PEGAWAI BERBASIS HASIL
SKP disusun berjenjang berdasarkan penyelarasan dan
memiliki IKI serta target yang SMART
SKP disusun berjenjang berdasarkan penyelarasan dan
memiliki IKI serta target
Change it today birokrasi is modern modelDr. Zar Rdj
ORGANISASI PADA MASA DATANG akan menciptakan suatu kombinasi dari gejala-gejala adaptasi, pemecahan persoalan, sistem temporer, aneka ragam spesialisasi, evaluasi staf yang fleksibel, TIDAK DIDASARKAN PADA NORMA HIRARKI VERTIKAL ATAS PERBEDAAN POSISI-POSISI DAN PANGKATNYA.
Pentingnya pengendalian risiko bagi organsiasi menghadapi revolusi global dar...Dr. Zar Rdj
Semakin Cepat Kita Mendeteksi Risiko maka Semakin Cepat Kita Mengetahui Starategi Penanganannya
Semakin Cepat Kita Menyiapkan Obat maka Semakin Cepat Kita Mengambil Tindakan Perbaikan
Mewujudkan birokrasi di era disrupsi dan tatanan normal baruDr. Zar Rdj
Mewujudkan Sistem Kerja dan Manajemen SDM yang Efektif, Efisien, Transparan, dan Akuntabel Berbasis IT
TATANAN BARU BIROKRASI
Paradigm
• Dynamic
• Network
• Collaborative
Institution and Process
• Digital Organization
• Flexible Arrangement
Personnel
• Millennials
• Baby Boomers
Three lines model updated, IIA update model tiga lapis pertahanan risikoDr. Zar Rdj
UPDATE The Three Lines Model membantu organisasi mengidentifikasi struktur dan proses yang terbaik membantu mencapai tujuan dan memudahkan pemerintahan kuat dan manajemen risiko.
• Mengadopsi pendekatan berdasarkan prinsip dan menyesuaikan model untuk sesuai dengan tujuan organisasi dan keadaan.
• Fokus pada konsekuensi manajemen risiko membuat untuk mencapai tujuan dan menciptakan nilai, serta pada masalah "pertahanan" dan melindungi nilai.
• Memahami dengan jelas peran dan tanggung jawab yang diwakili dalam model dan hubungan antara mereka.
• Tindakan implementasi untuk memastikan aktivitas dan tujuan disesuaikan dengan kepentingan prioritas dari stakeholders.
Dua model pengukuran dampak ekonomi proyek infrastruktur publikDr. Zar Rdj
METODE COMPUTABLE GENERAL EQUILIBRUM (CGE)
• Baik secara teoritis maupun studi empiris terdahulu membuktikan bahwa infrastruktur, khususnya infrastruktur trasportasi memiliki dampak positif pada pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, ketimpangan, serta meningkatkan kualitas hidup
• Namun dampak investasi infrastruktur transportasi yang berbeda perlu untuk dianilisis.
• Hasil simulai menggunakan CGE menunjukkan bahwa investasi pada jalan dan jembatan memberikan dampak pada riil PDB, konsumsi rumah tangga, serta pendapatan pajak lebih tinggi dari infrastruktur transportasi lainnya.
• Investasi pada jalan dan jembatan juga relatif memberikan dampak lebih pada peningkatan tenaga kerja serta penurunan kemiskinan.
• Untuk perdagangan, investasi jalan dan jembatan memberikan dampak pada ekspor lebih tinggi dibanding infrastruktur lainnya. Di sisi lain, investasi pada Bendungan/Rel Kereta/Bandara relatif memberikan dampak lebih tinggi daripada investasi jalan dan jembatan.
METODE RANTAI HASIL
• Digunakan untuk mengidentifikasi ultimate outcome dari proyek
• Bahan penyusunan dokumen monitoring dan evaluasi sebelum dan sesudah proyek dibangun
• Ketika telah dimanfaatkan oleh pengguna, evaluasi dampak perlu dilakukan menggunakan metode yang lebih robust misalnya:
– randomized experiment
– causal inference
– instrumental variable
– different-in-different
– regression discontinuity
– dll.
Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...Dr. Zar Rdj
TUJUAN
1. Mengurangi tumpang tindih kegiatan (efektivitas dan efisiensi)
2. Meningkatkan konvergensi kegiatan pembangunan antar K/L (Lintas K/L)
3. Mengurangi cost of bureaucracy karena satu program bisa digunakan oleh beberapa UKE I
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaDr. Zar Rdj
TUJUAN
1. Implementasi kebijakan money follow program;
2. Memperkuat penerapan anggaran berbasis kinerja;
3. Meningkatkan konvergensi program dan kegiatan antar Kementerian/Lembaga
4. Keselarasan rumusan program dan kegiatan antara dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran;
5. Informasi kinerja yang mudah dipahami oleh publik;
6. Mendorong K/L menerapkan value for money dalam proses perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaannya;
7. Sinkronisasi Rumusan Program Belanja K/L dengan Belanja Daerah.
8. Menyelaraskan Visi Misi Presiden, Fokus Pembangunan (arahan Presiden), serta 7 Agenda
9. Pembangunan, Tusi K/L dan Daerah;
10. Rumusan nomenklatur Program, Kegiatan, Keluaran (Output) yang mencerminkan “real work” (konkret)
MANFAAT
1. Adanya hubungan yang jelas antara program, kegiatan, output dan outcome.
2. Meningkatkan Sinergi antar Unit Kerja Eselon I atau antar K/L dalam mencapai sasaran pembangunan.
3. Meningkatkan efisiensi belanja
4. Integrasi Sistem IT perencanaan dan penganggaran.
5. Efisieni organisasi
Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...Dr. Zar Rdj
https://itjen.dephub.go.id/2019/12/11/bravo-kemenhub-lompatan-besar-zona-integritas-di-tahun-2019-dalam-mengakselerasi-implementasi-reformasi-birokrasi/
DYNAMIC GOVERNANCE 2025: Pencapaian Tujuan dan Sasaran Pembangunan Semakin baik yang ditandai dengan:
1. tidak ada korupsi;
2. tidak ada pelanggaran;
3. APBN dan APBD baik;
4. semua program selesai dengan baik
5. semua perizinan selesai dengan cepat dan tepat;
6. komunikasi dengan publik baik;
7. penggunaan waktu (jam kerja) efektif dan produktif;
8. penerapan reward dan punishment secara konsisten dan berkelanjutan;
9. hasil pembangunan nyata (propertumbuhan, prolapangan kerja, dan propengurangan kemiskinan)
ZONA INTEGRITAS adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan public
WILAYAH BEBAS dari KORUPSI (WBK) adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar kriteria dalam manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja.
WILAYAH BIROKRASI BERSIH & MELAYANI (WBBM) adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar kriteria manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.
Proses audit jarak jauh selama dan setelah corona virus disease 2019 covid 19Dr. Zar Rdj
Berkembangnya COVID-19 serta adanya pembatasan perjalanan di seluruh dunia, bersamaan dengan adanya kebutuhan untuk melakukan audit sesuai dengan peraturan/ hukum atau adanya keperluan mendesak untuk melakukan audit telah memunculkan kembali pembicaraan serta perhatian terhadap upaya audit internal untuk menemukan alternatif lain sebagai pengganti proses audit tradisional - yang menggunakan metode tatap muka – untuk sesegera mungkin diimplementasikan. Proses audit jarak jauh mungkin merupakan alternatif terbaik yang dapat dilaksanakan, hal ini terutama karena sebagian besar perusahaan telah membatasi perjalanan hanya untuk fungsi-fungsi bisnis yang kritis, dan banyak negara di dunia telah melakukan penutupan sementara perbatasannya.
Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (...Dr. Zar Rdj
Pada tahun 2025, Pencapaian Tujuan dan Sasaran Pembangunan Semakin baik yang ditandai dengan:
1. tidak ada korupsi;
2. tidak ada pelanggaran;
3. APBN dan APBD baik;
4. semua program selesai dengan baik;
5. semua perizinan selesai dengan cepat dan tepat;
6. komunikasi dengan publik baik;
7. penggunaan waktu (jam kerja) efektif dan produktif;
penerapan reward dan punishment secara konsisten dan berkelanjutan;
8. hasil pembangunan nyata (propertumbuhan, prolapangan kerja, dan propengurangan kemiskinan)
Value based internal auditing - Nilai Dasar Internal AuditDr. Zar Rdj
Nilai dasar Internal Audit
Metodologi di mana auditor internal melakukan layanan audit internal yang berwawasan ke depan untuk menawarkan pemahaman dan secara aktif mencari inovasi untuk meningkatkan organisasi, berupaya melakukan hal ini dari perspektif klien audit.
Audit berbasis nilai adalah tempat profesi audit internal menuju. Tidak banyak fungsi audit internal yang belum terlihat, tetapi merupakan tren yang muncul. Elemen kunci dari audit berbasis nilai ditunjukkan dalam diagram di dimaksd, kemudian diperluas pada komentar terkini.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
1. KEMENTERIAN KEUANGAN RI
INSPEKTORAT JENDERAL
PANDUAN PENGAWASAN
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
BAGI APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH
KEMENTERIAN/LEMBAGA (APIP K/L)
2. 2 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 4
BAB I : PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang 5
B. Dasar Hukum 6
C. Maksud dan Tujuan 7
D. Sistematika 8
E. Definisi 8
BAB II : RUANG LINGKUP PENGAWASAN PNBP 11
A. Proses Bisnis Pengelolaan PNBP 11
B. Subjek, Objek dan Jenis PNBP 11
C. Subjek Pengawasan PNBP 11
D. Objek Pengawasan PNBP 12
E. Sasaran Pengawasan PNBP 12
F. Bentuk Kegiatan Pengawasan PNBP 12
1. Pengawasan PNBP melalui Audit / Reviu / Pemantauan / Evaluasi 13
2. Koordinasi Hasil Pengawasan dengan Instansi Terkait 14
G. Strategi Pengawasan 15
1. Penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan PNBP 15
2. Peningkatan kompetensi APIP K/L dalam melakukan pengawasan 15
3. Koordinasi secara intensif dengan Instansi Pengelola PNBP dan
Instansi Lain yang Terkait
15
BAB III :PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN
PELAPORAN PENGAWASAN PNBP
16
A. Perencanaan Pengawasan 16
B. Pelaksanaan Pengawasan 16
1. Penyusunan Program Kerja Audit 17
2. Pelaksanaan Audit 17
C. Pelaporan Pengawasan 18
3. 3 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
BAB IV : TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN PNBP 20
A. Pelaksanaan Tindak Lanjut atas Rekomendasi Hasil Pengawasan PNBP 20
B. Pemantauan dan Evaluasi Tindak Lanjut 20
LAMPIRAN : 22
1. Proses Bisnis Pengelolaan PNBP dan Pemeriksaan oleh Instansi
Pemeriksa
22
2. Titik-titik Rawan Terkait Pengelolaan PNBP 41
3. Program Kerja Audit PNBP 44
4. Berita Acara Pembahasan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan 79
4. 4 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
KATA PENGANTAR
Buku Panduan Pengawasan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Bagi Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah Kementerian/Lembaga (APIP K/L) ini dibuat sebagai
referensi untuk membantu APIP K/L dalam mengembangkan program kerja audit
PNBP sesuai dengan jenis dan karakteristik PNBP di lingkungan
Kementerian/Lembaga masing-masing. Buku ini berisi tentang tata cara pengawasan
secara umum dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan PNBP, serta
dilengkapi dengan gambaran proses bisnis pengelolaan PNBP, titik rawan
pengelolaan PNBP dan program kerja audit PNBP.
Panduan ini disusun berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 sebagai
pengganti Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP, serta peraturan
pemerintah dan peraturan menteri yang telah ada, yang terkait dengan tata kelola
PNBP. Dalam hal telah diterbitkan peraturan pemerintah dan peraturan menteri
sebagai pengganti dari peraturan tata kelola PNBP yang telah ada, maka akan
dilakukan penyesuaian pada panduan ini.
Akhirnya dengan diterbitkannya buku Panduan ini, diharapkan seluruh APIP K/L dapat
lebih mudah dalam melaksanakan pengawasan PNBP dan bersama-sama dengan
Instansi Pengelola PNBP dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
penerimaan Negara secara keseluruhan, sehingga optimalisasi PNBP benar-benar
dapat terwujud.
Jakarta, September 2018
Sumiyati
Inspektur Jenderal
Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
5. 5 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945, tujuan negara adalah untuk
menciptakan masyarakat adil dan makmur, sehingga untuk mencapainya
diperlukan dana yang sangat besar. Kebijakan pemerintah dalam mencapai tujuan
bernegara dengan mengutamakan sumber-sumber penerimaan yang berasal dari
dalam negeri mengharuskan pemerintah untuk terus melakukan upaya-upaya
peningkatan penerimaan negara baik dari sektor pajak maupun sektor bukan
pajak. Peningkatan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari masa
ke masa melalui upaya intensifikasi maupun ekstensifikasi sumber-sumber
penerimaan negara terus diusahakan oleh pemerintah mengingat penerimaan
perpajakan belum mampu menutup seluruh pengeluaran negara dalam
membiayai pembangunan nasional. Dalam upaya tersebut, pemerintah tetap
mempertimbangkan dampak pengenaan tarif PNBP terhadap masyarakat, dunia
usaha, pelestarian alam dan lingkungan, sosial budaya, serta aspek keadilan
Namun, usaha pemerintah untuk meningkatkan PNBP menghadapi kendala dan
tantangan tersendiri diantaranya lamanya proses penyusunan tarif PNBP dalam
Peraturan Pemerintah, kurangnya motivasi Instansi Pengelola PNBP dalam
mengoptimalkan PNBP, lemahnya fungsi verifikasi atas kewajiban PNBP terhadap
Wajib Bayar PNBP, kurangnya tingkat kepatuhan Instansi pengelola PNBP dan
Wajib Bayar terhadap ketentuan pengelolaan PNBP. Di samping itu, beberapa
temuan pemeriksaan BPK RI terkait pengelolaan PNBP pada Instansi Pengelola
PNBP menjadi temuan berulang sejak tahun 2013 antara lain PNBP kurang
dipungut, PNBP tidak dipungut, PNBP terlambat disetor, PNBP belum disetor,
PNBP dipungut sesuai Peraturan Pemerintah (PP) dan digunakan langsung,
PNBP dipungut tanpa dasar hukum dan digunakan langsung.
Sehubungan dengan permasalahan dan kendala yang dihadapi Pemerintah,
dipandang perlu adanya sinergi dan koordinasi dalam mengoptimalkan
penerimaan PNBP, yaitu antara Instansi Pengelola PNBP pada
Kementerian/Lembaga selaku instansi pengelola PNBP dengan Instansi terkait
lainnya antara lain Kementerian Keuangan selaku penyusun regulasi dan
kebijakan, Mitra Instansi Pengelola PNBP, Pemerintah Daerah, BPKP dan lain-
lain. Di samping itu, optimalisasi PNBP juga dapat dicapai dengan adanya sinergi
antara Instansi Pengelola PNBP dengan APIP K/L dalam rangka peningkatan
efektivitas pengawasan atas pengelolaan PNBP. APIP Kementerian/Lembaga
6. 6 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
berperan dalam melakukan pengawasan rutin terhadap pengelolaan PNBP mulai
dari tahap perencanaan target PNBP, tahap pelaksanaan sampai dengan tahap
pelaporan realisasi PNBP. APIP K/L juga berperan secara aktif dalam membenahi
sistem pengelolaan PNBP di lingkungan Kementerian/Lembaga dengan
memberikan rekomendasi hasil pengawasan kepada Instansi Pengelola PNBP.
Hal ini sejalan dengan telah diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2018
tentang Peningkatan Pengawasan Penerimaan Pajak atas Belanja Pemerintah
dan PNBP, memerintahkan kepada seluruh Aparat Pengawas Internal Pemerintah
(APIP) Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah untuk melakukan
pengawasan terhadap penerimaan pajak atas belanja pemerintah dan PNBP,
serta telah disahkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 oleh DPR pada
bulan Juli 2018 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997
tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang di dalamnya memuat pasal terkait
peran APIP K/L dalam melakukan pengawasan intern atas pengelolaan PNBP.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu panduan bagi APIP K/L dalam
melaksanakan kegiatan pengawasan pengelolaan PNBP sehingga pengawasan
PNBP dapat berjalan secara efektif dan efisien. Panduan Pengawasan PNBP ini
juga diharapkan dapat memberikan petunjuk dan pemahaman yang seragam
terkait pelaksanaan kegiatan pengawasan PNBP, serta menjadi salah satu
referensi bagi APIP K/L dalam mengembangkan program kerja audit sesuai
dengan masing-masing karakteristik jenis PNBP. Pada akhirnya sinergi dan
koordinasi yang dilakukan antara Instansi Pengelola PNBP dan APIP K/L baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kontribusi PNBP
terhadap total penerimaan negara serta mendukung tercapainya peningkatan
pelayanan pemerintah yang bersih, profesional, transparan dan akuntabel dalam
mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik secara keseluruhan.
B. Dasar Hukum
Dasar hukum pengelolaan dan pengawasan PNBP adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak sebagai pengganti UU Nomor 20 Tahun 1997;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan
dan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan
Tertentu;
7. 7 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
7. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian
Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan
Penerimaan Negara Bukan Pajak;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan
Jumlah Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Terutang;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengajuan dan
Penyelesaian Keberatan atas Penetapan Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Terutang;
12. Peraturan Pemerintah terkait Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku
pada Kementerian/Lembaga;
13. Keputusan presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman pelaksanaan
anggaran pendapatan negara bukan pajak Kementerian/Lembaga;
14. Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2012, yaitu terkait aksi penguatan fungsi
supervisi dan pengendalian atas PNBP pada setiap Kementerian/Lembaga;
15. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang Peningkatan Pengawasan
Penerimaan Pajak atas Belanja Pemerintah dan Penerimaan Negara Bukan
Pajak;
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231 Tahun 2009 tentang Pedoman
Umum Pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192 Tahun 2012 tentang Peningkatan
Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan
Pajak pada Kementerian/Lembaga;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Penyusunan Rencana Penerimaan Negara Bukan Pajak
Kementerian/Lembaga;
19. Peraturan Direktur Jenderal Anggaran Nomor PER-1/AG/2014 tentang Tata
Cara Pembayaran/Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak dan
Penerimaan Non Anggaran Secara Elektronik;
C. Maksud dan Tujuan
Panduan pengawasan PNBP dimaksudkan sebagai referensi bagi APIP K/L
dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan atas pengelolaan PNBP serta
bertujuan untuk:
1. mendukung upaya optimalisasi pengawasan PNBP pada
Kementerian/Lembaga;
8. 8 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
2. menjadi referensi bagi APIP K/L dalam menyusun dan mengembangkan
Program Kerja Audit PNBP pada tiap-tiap Kementerian/Lembaga.
D. Sistematika
Panduan pengawasan PNBP disusun dengan sistematika penyajian sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang, maksud dan tujuan,
sistematika serta definisi istilah yang terdapat pada panduan.
Bab II Ruang Lingkup Pengawasan PNBP
Bab ini menguraikan proses bisnis pengelolaan PNBP, Subjek,
Objek dan Jenis PNBP, subjek pengawasan, objek
pengawasan, sasaran pengawasan, bentuk kegiatan dan
strategi pengawasan PNBP.
Bab III Perencanaan, Pelaksanaan dan Pelaporan Pengawasan PNBP
Bab ini menguraikan tahapan-tahapan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan pengawasan PNBP.
Bab IV Tindak Lanjut Hasil Pengawasan PNBP
Bab ini menguraikan pelaksanaan tindak lanjut atas
rekomendasi hasil pengawasan APIP dan pemantauannya.
Lampiran Lampiran dalam panduan ini terdiri dari:
1. Proses Bisnis Pengelolaan PNBP dan Pemeriksaan oleh
Instansi Pemeriksa;
2. Titik-Titik Rawan terkait pengelolaan PNBP;
3. Program Kerja Audit PNBP; dan
4. Berita Acara Pembahasan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
E. Definisi
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang selanjutnya disingkat PNBP adalah
pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan memperoleh
manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan
sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan
perundang-undangan, yang menjadi penerimaan Pemerintah Pusat di luar
penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme anggaran
pendapatan dan belanja negara.
2. Sumber Daya Alam adalah segala kekayaan alam yang terdapat di atas, di
permukaan dan di dalam bumi yang dikuasai oleh Negara.
3. Pengelolaan PNBP adalah pemanfaatan sumber daya dalam rangka tata
kelola yang meliuti kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
9. 9 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
pertanggungjawaban, dan pengawasan untuk meningkatkan pelayanan,
akuntabilitas, dan optimalisasi penerimaan Negara yang berasal dari PNBP.
4. Pelayanan adalah segala bentuk penyediaan barang, jasa, atau pelayanan
administratif yang menjadi tanggung jawab Pemerintah, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut dengan Kementerian adalah
perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan.
6. Lembaga adalah organisasi non-Kementerian dan Instansi Lain pengguna
anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau
peraturan perundang-undangan lain.
7. Instansi Pengelola PNBP adalah instansi yang menyelenggarakan
pengelolaan PNBP.
8. Mitra Instansi Pengelola PNBP adalah Badan yang membantu Instansi
Pengelola PNBP melaksanakan sebagaian kegiatan pengelolaan PNBP yang
menjadi tugas Instansi Pengelola PNBP berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
9. Wajib Bayar adalah orang pribadi atau badan yang telah ditentukan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan kewajiban
membayar PNBP baik pembayaran yang dilakukan sebelum menerima
manfaat (Official Assessment) atau pembayaran yang dilakukan setelah
menerima manfaat (Self Assessment).
10. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggungjawab atas
pengelolaan keuangan Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan negara.
12. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat APIP
adalah Inspektorat Jenderal/Inspektorat Utama/Inspektorat atau nama lain
yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern yang bertanggung
jawab langsung kepada Menteri/ Pimpinan Lembaga.
13. Instansi Pemeriksa adalah Instansi yang berwenang melakukan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Wajib Bayar
dan Instansi Pengelola PNBP sesuai dengan peraturan perundang-undangan
tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
14. Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk
melaksanakan fungsi bendahara umum negara.
10. 10 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
15. PNBP terutang adalah kewajiban PNBP dari Wajib Bayar kepada Pemerintah
yang wajib dibayar pada waktu tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
16. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang Negara yang ditentukan oleh
Menteri selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan Negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.
17. Surat Tagihan PNBP adalah surat dan/atau dokumen yang digunakan untuk
melakukan tagihan PNBP Terutang, baik berupa pokok maupun sanksi
administrative berupa denda.
18. Surat Ketetapan PNBP adalah surat dan/atau dokumen yang menetapkan
jumlah PNBP Terutang yang meliputi Surat Ketetapan PNBP Kurang Bayar,
Surat Ketetapan PNBP Nihil dan Surat Ketetapan PNBP Lebih Bayar.
19. Pemeriksaan PNBP adalah kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan/atau keterangan lain serta kegiatan lainnya dalam rangka
pengawasan atas kepatuhan pemenuhan kewajiban PNBP berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang PNBP.
20. Tarif Ad valorem adalah tarif yang ditetapkan dengan persentase, formula,
kontrak dan seleksi.
11. 11 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
BAB II
RUANG LINGKUP PENGAWASAN PNBP
A. Proses Bisnis Pengelolaan PNBP
Proses bisnis pengelolaan PNBP meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pengawasan. Rincian atas proses bisnis
pengelolaan PNBP sebagaimana pada Lampiran I.
B. Subjek, Objek dan Jenis PNBP
Berdasarkan Undang-Undang PNBP Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak sebagai pengganti UU Nomor 20 Tahun 1997, dikenal istilah
subjek, objek dan jenis PNBP.
Subjek PNBP meliputi orang pribadi dan Badan, dari dalam negeri atau luar
negeri yang menggunakan, memeroleh manfaat, dan atau memiliki kaitan
dengan objek PNBP.
Objek PNBP adalah seluruh aktivitas, hal, dan atau benda, yang menjadi
sumber penerimaan negara di luar perpajakan dan hibah, yang memiliki kriteria
sebagai berikut:
1) pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah;
2) penggunaan dana yang bersumber dari APBN;
3) pengelolaan kekayaan negara;
4) penetapan peraturan perundang-undangan.
Objek PNBP meliputi:
1) pemanfaatan SDA;
2) pelayanan;
3) pengelolaan kekayaan negara dipisahkan;
4) pengelolaan barang milik negara;
5) pengelolaan dana;
6) hak negara lainnya.
Jenis PNBP dirinci dan diatur dengan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah
dan atau Peraturan Menteri.
C. Subjek Pengawasan PNBP
Sebagaimana tercantum dalam pasal 45 Undang-Undang PNBP Tahun 2018
tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagai pengganti UU Nomor 20
12. 12 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Tahun 1997 bahwa APIP K/L melakukan pengawasan intern atas pengelolaan
PNBP pada Instansi pengelola PNBP di lingkungan Kementerian/Lembaga
masing-masing. Sehingga yang menjadi subjek pengawasan PNBP adalah
Instansi Pengelola PNBP di lingkungan Kementerian/Lembaga.
D. Objek Pengawasan PNBP
Objek pengawasan PNBP merupakan semua objek maupun jenis PNBP yang
diatur dalam ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
E. Sasaran Pengawasan PNBP
Sasaran pengawasan PNBP dapat disesuaikan dengan jenis-jenis PNBP yang
terdapat pada masing-masing Kementerian/lembaga, antara lain:
1) potensi PNBP;
2) penentuan target PNBP (kesesuaian target dengan potensi);
3) ketepatan perhitungan PNBP terutang;
4) ketepatan jumlah dan waktu penyetoran PNBP terutang;
5) kesesuaian prosedur pengelolaan PNBP dengan mekanisme APBN;
6) kesesuaian penggunaan PNBP dengan tujuan penggunaan yang telah
disetujui izinnya oleh Menteri Keuangan;
7) kesesuaian tindak lanjut atas rekomendasi yang ditetapkan oleh Instansi
Pemeriksa;
8) keputusan pengurangan/penghapusan PNBP terutang dan/atau sanksi
administrasi berupa denda atas permintaan peninjauan kembali dari Wajib
Bayar;
9) keputusan atas persetujuan permohonan angsuran/penundaan PNBP
terutang;
10) ketepatan jumlah pengembalian Lebih Bayar PNBP terutang;
11) ketepatan penetapan Instansi Pengelola PNBP atas keberatan yang
diajukan oleh Wajib Bayar;
12) ketepatan jumlah penagihan PNBP terutang dan jatuh tempo
pembayarannya;
13) keputusan pelimpahan dan pelunasan PNBP terutang;
14) ketepatan waktu pelaporan.
F. Bentuk Kegiatan Pengawasan PNBP
APIP Kementerian/Lembaga melakukan pengawasan terhadap kegiatan
pengelolaan PNBP secara berkesinambungan dan terencana berdasarkan
manajemen risiko dan/atau pengawasan sewaktu-waktu. Kegiatan
pengawasan PNBP meliputi:
13. 13 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
1. Pengawasan melalui Audit/Reviu/Evaluasi/Pemantauan
a. Audit
Audit merupakan proses identifikasi masalah, analisis, dan pengujian
bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan professional
berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pengelola PNBP;
APIP Kementerian/Lembaga dapat melakukan audit atas tingkat
kepatuhan Instansi Pengelola PNBP (Compliance Audit) terhadap
peraturan perundang-undangan dalam hal antara lain perhitungan dan
penetapan PNBP terutang, penyetoran PNBP, serta penggunaan
PNBP, maupun audit kinerja (performance audit) untuk menilai tingkat
efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan PNBP. Pengawasan APIP
Kementerian/Lembaga hendaknya dilaksanakan terhadap satker-
satker yang memiliki kontribusi dan potensi PNBP yang signifikan.
b. Reviu
Reviu merupakan penelaahan dokumen suatu kegiatan untuk
memperoleh keyakinan terbatas bahwa kegiatan tersebut telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma
yang telah ditetapkan;
APIP Kementerian/Lembaga dapat membantu Instansi Pengelola
PNBP dalam mereviu SOP, regulasi, tata kelola maupun organisasi
Instansi Pengelola PNBP. Reviu juga dapat dilakukan dalam kegiatan
penetapan target PNBP untuk meyakinkan tingkat kewajaran dalam
penetapan target PNBP dan dasar penetapan target PNBP telah
memperhitungkan besarnya potensi PNBP yang dimiliki.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau
prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang
telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan;
APIP Kementerian/Lembaga dapat membantu Instansi Pengelola
PNBP dalam hal mengevaluasi pencapaian target penerimaan PNBP
(realisasi PNBP), mengevaluasi pemanfaatan Barang Milik Negara
(BMN) pada Kementerian/Lembaga masing-masing serta melakukan
penertiban atas pemanfaatan BMN yang tidak berijin. APIP juga
diharapkan dapat mendorong Instansi Pengelola PNBP untuk
melakukan inventarisasi atas aset-aset yang masih dalam sengketa,
14. 14 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
khususnya sengketa antar Kementerian/Lembaga dan antara
Kementerian/Lembaga dengan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
d. Pemantauan
Pemantauan merupakan proses penilaian kesesuaian pelaksanaan
suatu kegiatan dengan standar dan/atau tujuan yang telah ditetapkan.
APIP Kementerian/Lembaga dapat melakukan pemantauan atas
penyelesaian piutang PNBP, pemantauan atas penggunaan PNBP
serta pemantauan terhadap penyelesaian revisi Peraturan Pemerintah
terkait jenis dan tarif PNBP.
Dari hasil Audit / Reviu / Evaluasi / Pemantauan, APIP
Kementerian/Lembaga juga dapat melakukan kajian terkait pengelolaan
PNBP, antara lain kajian atas potensi PNBP yang masih dapat
dimaksimalkan di lingkungan Kementerian/Lembaga masing-masing,
kajian terkait sistem informasi pengelolaan PNBP, kajian terkait kelemahan
dan hambatan dalam pengelolaan dan pemungutan PNBP, dan lain
sebagainya.
2. Koordinasi Pengawasan dengan Instansi Terkait
a. Kegiatan Koordinasi dalam rangka Pelaksanaan Pengawasan
PNBP
Dalam rangka pengawasan PNBP, APIP Kementerian/Lembaga dapat
melakukan koordinasi dengan instansi di luar Instansi Pengelola
PNBP, antara lain terkait pengumpulan informasi awal kegiatan
pengawasan dan/atau konfirmasi data yang telah diperoleh dengan
penyedia data yang sama dari Kementerian/Lembaga lainnya maupun
pemerintah daerah. Misalnya, terkait data ekspor dan impor dapat
berkoordinasi dengan APIP Kementerian Keuangan dan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai; terkait data volume kapal atau tonase kapal
yang menjadi salah satu unsur perhitungan PNBP pada Sumber Daya
Alam perikanan, APIP Kementerian Kelautan dapat melakukan
konfirmasi data kapal dengan APIP Kementerian perhubungan.
b. Kegiatan Koordinasi dalam rangka Sinergi Tindak Lanjut Hasil
Pengawasan PNBP
Dalam rangka menindaklanjuti hasil pengawasan PNBP, APIP
Kementerian/Lembaga melakukan koordinasi dengan instansi
pengelola PNBP dan/atau kementeriam keuangan untuk meminta
15. 15 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
BPKP memeriksa Wajib Bayar dan/atau mitra pengelola PNBP apabila
dari hasil pengawasan terdapat indikasi ketidakpatuhan Wajib Bayar
yang menghitung sendiri kewajiban pembayaran PNBP terhadap
ketentuan di bidang PNBP sehingga mengakibatkan kurang bayar
PNBP; dan/atau apabila terdapat indikasi kerugian Negara atau
indikasi tindak pidana.
G. Strategi Pengawasan
Dalam rangka mencapai tujuan pengawasan yang efektif dan efisien diperlukan
strategi pengawasan sebagai berikut:
1. penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan PNBP;
2. peningkatan kompetensi APIP K/L dalam melakukan pengawasan PNBP;
3. koordinasi secara intensif dengan Instansi Pengelola PNBP, BPKP, BPK,
KPK, Kementerian Keuangan dan Instansi terkait lainnya, terutama dalam
menindaklanjuti permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam hasil
kajian maupun temuan pemeriksaan terkait pengelolaan PNBP.
16. 16 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
BAB III
PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN
PELAPORAN PENGAWASAN PNBP
A. Perencanaan Pengawasan
Dalam menyusun rencana pengawasan pengelolaan PNBP, APIP
mempertimbangkan:
1. potensi penerimaan PNBP yang relatif besar;
2. peta risiko proses bisnis yang kompleks;
3. profil wajib bayar sesuai dengan karakteristik PNBP di
Kementerian/Lembaga masing-masing.
4. kegiatan yang memiliki risiko melekat (inherent risk) yang tinggi;
5. kegiatan yang dikelola melalui sistem informasi yang tidak handal,
memadai, dan terintegrasi;
6. permintaan pengawasan dari auditi atau Menteri atau pihak/lembaga lain
yang berkepentingan.
7. Titik titik rawan dalam pengelolaan PNBP pada masing-masing tahapan
proses bisnis pengelolaan PNBP (Lampiran II).
8. Telah dilakukan pemeriksaan PNBP oleh BPKP
Rencana pengawasan tersebut dimasukkan dalam Program Kerja
Pengawasan Tahunan (PKPT) dengan mempertimbangkan:
1. anggaran yang tersedia;
2. jumlah dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki; serta
3. beban kerja yang ada.
Kompetensi yang dibutuhkan oleh APIP dalam melakukan pengawasan PNBP
1. Menguasai dasar-dasar audit
2. Menguasai teknik komunikasi
3. Memahami proses bisnis atau tugas dan fungsi Satuan Kerja (Satker)
Pemerintah;
4. Memahami analisis basis data
B. Pelaksanaan Pengawasan
Pengawasan atas pengelolaan PNBP dapat dilaksanakan dimulai dari proses
perencanaan, penghitungan, penyetoran, pengelolaan, penggunaan,
peninjauan kembali, permohonan pengangsuran/penundaan pembayaran,
pengembalian lebih bayar, permohonan keberatan, penagihan dan pelimpahan
PNBP terutang, sampai dengan pelaporan.
17. 17 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Dalam panduan ini, penyusunan program kerja pengawasan lebih difokuskan
pada Program Kerja Audit, sedangkan Program Kerja Reviu, Pemantauan dan
Evaluasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing APIP
Kementerian/Lembaga. Program Kerja Audit PNBP secara umum
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
1. Penyusunan Program Kerja Audit
Dalam melaksanakan audit, APIP Kementerian/Lembaga menyusun
rencana langkah kerja audit dan mendokumentasikannya dalam bentuk
program kerja audit. Program kerja audit merupakan rancangan prosedur
dan teknik minimal yang disusun secara sistematis yang harus
dilaksanakan oleh auditor dalam kegiatan pengawasan untuk mencapai
tujuan pengawasan. Program kerja tersebut meliputi kegiatan/program
yang akan diawasi, tujuan pengawasan, peraturan yang mendasari, dan
langkah kerja pengawasan. Program kerja ditandatangani oleh ketua tim,
pengendali teknis, dan pengendali mutu. Namun, apabila dalam tim
pengawas tidak terdapat pengendali mutu, maka program kerja audit dapat
ditandatangani oleh ketua tim dan pengendali teknis.
2. Pelaksanaan Audit
Sebelum pelaksanaan audit atas pengelolaan PNBP, penanggungjawab
pelaksanaan pengawasan memberikan arahan kepada tim pengawas
mengenai:
a. maksud dan tujuan audit;
b. ruang lingkup audit meliputi periode pengawasan,
aktivitas/kegiatan/proses pengelolaan PNBP, dan besarnya sampling;
c. laporan hasil pengawasan sebelumnya dan tindak lanjut atas
rekomendasi yang material berkaitan dengan sasaran pengawasan;
d. pendekatan pengawasan yang efisien dan efektif; dan
e. langkah-langkah yang perlu dilakukan apabila ditemukan adanya
indikasi kecurangan atau pengembangan tujuan.
Selanjutnya berdasarkan arahan dari penangggung jawab pelaksanaan
pengawasan, Tim Pengawas melaksanakan audit atas PNBP yang
meliputi kegiatan:
a. Pertemuan pendahuluan (entry meeting)
Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan maksud, tujuan dan ruang
lingkup audit. Dalam kegiatan ini, Tim Pengawas juga dapat
menyampaikan surat permintaan data dalam rangka mendukung
kegiatan audit.
b. Penyusunan kertas kerja dan simpulan hasil pengawasan
18. 18 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Kegiatan ini berupa pendokumentasian langkah kerja pengawasan
sebagaimana yang tertuang dalam program kerja audit ke dalam suatu
kertas kerja. Dari kertas kerja tersebut, selanjutnya disusun suatu
simpulan hasil pengawasan.
Simpulan hasil pengawasan tersebut selanjutnya disampaikan dan
dibahas dengan auditi untuk mendapatkan tanggapan dan
kesepakatan atas simpulan hasil pengawasan.
c. Pembicaraan akhir (exit meeting)
Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan simpulan hasil
pengawasan yang telah disepakati auditi kepada pimpinan auditi.
Dalam rangka menjamin kualitas hasil pengawasan , pada setiap
tahapan pelaksanaan audit dilakukan supervisi berupa:
a) ketua tim melakukan reviu atas kertas kerja yang disusun oleh
anggota tim;
b) pengendali teknis melakukan reviu terhadap pekerjaan ketua tim;
c) pengendali mutu melakukan kegiatan, antara lain mereviu hasil
supervisi pengendali teknis, mereviu dan menetapkan laporan
hasil pengawasan, melakukan inspeksi atau kunjungan kerja ke
lokasi tim pengawas.
C. Pelaporan Pengawasan
Setelah dilaksanakannya kegiatan pengawasan, tim pengawas menyusun
laporan hasil pengawasan. Laporan tersebut dapat disusun dalam bentuk surat
atau bab. Laporan bentuk surat berisi pokok-pokok penting, yaitu:
1. paragraf pembuka memuat tujuan dan ruang lingkup;
2. paragraf isi memuat simpulan hasil pengawasan yang dapat menjawab
secara langsung tujuan pengawasan dan rekomendasi;
3. paragraf penjelas memuat penjelasan tambahan jika diperlukan;
4. paragraf penutup berisi himbauan kepada auditi agar rekomendasi segera
ditindaklanjuti (jika ada) dan menginformasikan hasil tersebut kepada
pihak terkait.
Laporan dalam bentuk bab berisi:
1. cover Judul, memuat judul kegiatan pengawasan;
2. daftar Isi;
3. ringkasan hasil audit berisi hasil audit secara ringkas yang meliputi
simpulan dan rekomendasi (jika ada);
4. dasar hukum, berisi dasar kewenangan APIP untuk melakukan penugasan
dan surat tugas beserta susunan tim;
19. 19 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
5. tujuan audit, berisi pernyataan mengenai apa yang akan dicapai dari
pengawasan yang dilakukan;
6. ruang lingkup pengawasan, berisi batasan pengawasan yang memuat
bidang/kegiatan/proses pengelolaan PNBP yang dilakukan pengawasan,
lokasi, sampel, dan periode waktu pengawasan;
7. metodologi audit memuat penjelasan mengenai pendekatan yang
digunakan dalam pelaksanaan pengawasan;
8. gambaran umum menguraikan tentang latar belakang dan kegiatan yang
menjadi tema pengawasan dan isu-isu/hal-hal penting yang terkait di
dalamnya;
9. uraian hasil audit, menguraikan secara jelas simpulan serta saran tindakan
perbaikan yang disampaikan kepada auditi dan tanggapan atas saran
tersebut;
10. rencana tindak lanjut, berisi penjelasan tindak lanjut yang sudah, sedang,
dan akan dilakukan serta kesanggupan auditi untuk menindaklanjuti
rekomendasi berikut rencana tindak spesifik;
11. Hasil pemantauan atas tindak lanjut pemeriksaan PNBP;
12. hal-hal lain yang perlu diungkap (jika ada), berisi informasi penting lainnya
yang perlu mendapat perhatian pemimpin auditi; dan
13. apresiasi, berisi ucapan terima kasih kepada auditi dan pihak lain sehingga
kegiatan pengawasan dapat terlaksana dengan lancar.
20. 20 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
BAB IV
TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN
A. Pelaksanaan Tindak Lanjut atas Rekomendasi Hasil Pengawasan PNBP
Tindak lanjut adalah pelaksanaan atas rekomendasi hasil pengawasan PNBP
yang telah disampaikan dan disepakati dengan Instansi Pengelola PNBP.
Pelaksanaan tindak lanjut disampaikan kepada APIP Kementerian/Lembaga
yang melakukan pengawasan PNBP dengan dilampiri bukti pendukung.
Mekanisme pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan PNBP mengikuti
mekanisme pengelolaan tindak lanjut yang berlaku di lingkungan masing-
masing APIP Kementerian/Lembaga. Oleh karena itu, untuk mendorong
percepatan pelaksanaan tindak lanjut sesuai rekomendasi, perlu dilakukan
pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan tindak lanjut tersebut.
B. Pemantauan dan Evaluasi Tindak Lanjut
1. Tindak lanjut Rekomendasi APIP KL
Secara periodik dilakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan tindak
lanjut, dicatat dan kemudian dibuat laporannya. Pemantauan dan evaluasi juga
meliputi hal - hal yang sedang atau belum dilaksanakan disertai penjelasan
mengenai hambatan pelaksanaan tindak lanjut dimaksud sampai dapat
ditetapkan dengan status tuntas.
Dalam status rekomendasi “tidak dapat ditindaklanjuti” dalam jangka waktu
yang disepakati, Instansi Pengelola PNBP wajib memberikan penjelasan dan
dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu:
1. force majeur, yaitu suatu keadaan peperangan, kerusuhan, revolusi,
bencana alam, pemogokan, kebakaran dan gangguan lainnya yang
mengakibatkan tindak lanjut tidak dapat dilaksanakan;
2. subjek atau objek rekomendasi dalam proses peradilan;
3. pejabat menjadi tersangka dan ditahan;
4. pejabat menjadi terpidana;
5. objek yang direkomendasikan dalam sengketa di peradilan; dan
6. perubahan struktur organisasi dan/atau perubahan kebijakan/regulasi.
Setelah dilakukan pemantauan dan evaluasi atas tindak lanjut hasil
pengawasan, ditetapkan status tindak lanjut sebagai berikut:
1. “Tuntas”, apabila tindak lanjut telah sesuai dengan rekomendasi;
2. “Dalam Proses”, apabila tindak lanjut belum sesuai dengan rekomendasi
atau belum lengkap;
3. “Belum Ditindaklanjuti”, apabila rekomendasi belum ditindaklanjuti; dan
21. 21 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
4. “Tidak Dapat Ditindaklanjuti”, apabila rekomendasi tidak dapat
ditindaklanjuti berdasarkan penjelasan dan dokumen pendukung
sebagaimana disebutkan di atas.
Hasil pembahasan dan penetapan status tindak lanjut rekomendasi dituangkan
dalam Berita Acara Pembahasan yang ditandatangani oleh penanggung jawab
pengawasan (Pengendali Mutu / Pengendali Teknis) dan auditi sesuai format
sebagaimana Lampiran IV.
2. Tindak lanjut Rekomendasi BPKP
Dalam hal Instansi Pengelola PNBP telah diperiksa oleh BPKP dan telah
diterbitkan rekomendasi atas temuan-temuan hasil pemeriksaan BPKP, APIP
K/L dapat melakukan pengawasan berupa pemantauan terkait dengan tindak
lanjut yang telah dilakukan oleh Instansi Pengelola PNBP terhadap
rekomendasi BPKP.
22. 22 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
LAMPIRAN I
A. Proses Bisnis Pengelolaan PNBP
Proses bisnis tata kelola PNBP berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2018 sebagai pengganti UU Nomor 20 tahun 1997 tentang PNBP yang secara
garis besarnya terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pengawasan. Panduan ini disusun berdasarkan UU
PNBP tahun 2018, peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang telah ada
terkait dengan tata kelola PNBP. Dalam hal telah diterbitkan peraturan
pemerintah dan peraturan menteri sebagai pengganti dari peraturan tata kelola
PNBP yang telah ada, maka akan dilakukan penyesuaian pada panduan ini.
A.1 Perencanaan
Berdasarkan Undang-Undang PNBP Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak sebagai pengganti UU Nomor 20 Tahun 1997, perencanaan
dilakukan untuk penyusunan rancangan APBN dan/atau APBN-P dengan
mengikuti siklus APBN. Rencana PNBP disusun dalam bentuk:
- target PNBP
- target dan pagu penggunaan dana PNBP
yang disusun secara realistis, optimal dan sesuai ketentuan terkait perundang-
undangan. Rencana PNBP wajib disampaikan oleh Instansi pengelola PNBP
kepada Menteri Keuangan untuk tahun anggaran yang direncanakan dan
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Dalam hal Instansi pengelola PNBP tidak
menyampaikan rencana PNBP, maka Menteri Keuangan menetapkan rencana
PNBP untuk Instansi pengelola PNBP terkait.
Teknis penyusunan dan penyampaian serta verifikasi rencana PNBP yang
disampaikan oleh Kementerian/Lembaga diatur dalam PMK Nomor
152/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan Rencana Penerimaan
Negara Bukan Pajak Kementerian Negara/Lembaga. Teknis yang terkandung
dalam PMK tersebut dijelaskan dalam bagan alur proses sebagai berikut:
23. 23 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Berdasarkan PMK Nomor 152/PMK.02/2014 proses bisnis terkait dengan
perencanaan penerimaan PNBP sampai dengan penetapan menjadi APBN
dan revisi di APBN-P dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) tahap proses
bisnis, yaitu sebagai berikut:
a. Penetapan Rencana PNBP dalam rangka penyusunan Pagu Indikatif
Menteri Keuangan paling lambat minggu pertama bulan Februari TA
berjalan harus menetapkan Rencana PNBP dalam rangka penyusunan
Pagu Indikatif terkait PNBP TA yang akan datang dengan menggunakan
24. 24 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
rencana PNBP yang disampaikan oleh Kementerian/Lembaga dimana
dalam penyusunan rencana PNBP tersebut Kementerian/Lembaga harus
berpedoman pada: a) rencana PNBP tahun anggaran berjalan, b) realisasi
PNBP tahun anggaran sebelumnya, dan c) kebijakan Pemerintah.
Rencana PNBP TA yang akan datang tersebut harus disampaikan oleh
Kementerian/Lembaga kepada Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal
Anggaran paling lambat minggu ketiga bulan Januari TA berjalan, hal ini
berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 dimana batas
akhir penyampaian rencana PNBP adalah tanggal 15 Juli TA berjalan.
Dalam hal Kementerian/Lembaga tidak menyampaikan rencana PNBP
sampai dengan minggu ketiga bulan Januari TA berjalan maka
Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran dapat
melakukan perhitungan rencana PNBP Kementerian/Lembaga.
Rencana PNBP yang telah diterima oleh Menteri Keuangan c.q. Direktorat
Jenderal Anggaran dilakukan verifikasi meliputi verifikasi atas rencana
PNBP dan validasi ADK rencana PNBP berdasarkan kriteria:
1.) jenis PNBP dan tarif atas jenis PNBP;
2.) akun pendapatan sesuai Bagan Akun Standar; dan
3.) perkiraan jumlah/volume yang menjadi dasar perhitungan PNBP dari
masing-masing jenis PNBP.
Dalam hal belum sesuai maka Kementerian Keuangan (Kemenkeu) c.q.
Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) dapat melakukan penyesuaian atas
rencana PNBP Kementerian/Lembaga.
b. Penetapan Rencana PNBP dalam rangka penyusunan Pagu Anggaran
Menkeu c.q. Direktur Jenderal Anggaran paling lambat minggu keempat
bulan Mei TA berjalan harus menetapkan Rencana PNBP dalam rangka
penyusunan Pagu Anggaran TA yang akan datang berdasarkan Pagu
Indikatif dan adanya perubahan kebijakan Pemerintah.
Dalam hal perubahan kebijakan Pemerintah menyebabkan perubahan
rencana PNBP, Kementerian/Lembaga menyampaikan rencana PNBP
kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran paling
lambat minggu kedua bulan Mei dengan disertai penjelasan atas
perubahan kebijakan Pemerintah yang menyebabkan rencana PNBP untuk
kemudian dilakukan verifikasi sebagaimana tahap penetapan Pagu
Indikatif. Dalam hal Kementerian/Lembaga tidak menyampaikan rencana
PNBP sampai dengan minggu kedua bulan Mei TA berjalan maka
Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran dapat
melakukan perhitungan rencana PNBP Kementerian/Lembaga.
25. 25 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
c. Penetapan Rencana PNBP dalam rangka penyusunan Alokasi
Anggaran/APBN
Menkeu c.q. Direktur Jenderal Anggaran paling lambat minggu pertama
bulan November TA berjalan menetapkan Rencana PNBP dalam rangka
penyusunan Alokasi Anggaran dengan berpedoman pada hasil
pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dengan DPR RI.
Dalam hal hasil pembahasan Rancangan APBN menghasilkan
optimalisasi rencana PNBP, Kementerian/Lembaga wajib melakukan
penyesuaian rencana PNBP dan disampaikan kepada Kementerian
Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran paling lambat satu minggu
setelah kesepakatan antara Pemerintah dengan DPR RI.
d. Penetapan Rencana PNBP dalam rangka penyusunan APBN-P
Menkeu c.q. Direktur Jenderal Anggaran Rencana PNBP dalam rangka
penyusunan Rancangan Perubahan APBN dengan berpedoman pada
perubahan asumsi dasar ekonomi makro dan/atau perubahan kebijakan
Pemerintah. Dalam hal perubahan asumsi dasar ekonomi makro dan/atau
perubahan kebijakan Pemerintah menyebabkan perubahan rencana PNBP
dalam APBN, Kementerian/Lembaga menyampaikan perubahan rencana
PNBP kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran
untuk kemudian dilakukan proses verifikasi atas perubahan rencana PNBP
dan validasi ADK perubahan rencana PNBP dan dapat melakukan
penyesuaian atas perubahan rencana PNBP Kementerian/Lembaga.
Namun dalam hal Kementerian/Lembaga tidak menyampaikan perubahan
rencana PNBP, Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran
dapat melakukan perhitungan perubahan rencana PNBP
Kementerian/Lembaga berdasarkan capaian PNBP.
A.2 Pelaksanaan
a. Perhitungan PNBP Terutang
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang terutang adalah Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang harus dibayar oleh Wajib Bayar pada suatu saat,
atau dalam suatu periode tertentu menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pada dasarnya terdapat 2 (dua) kondisi suatu
PNBP akan menjadi terutang, yaitu a) sebelum Wajib Bayar menerima
manfaat atas kegiatan Instansi Pengelola PNBP; atau b) sesudah Wajib
Bayar menerima manfaat atas kegiatan Instansi Pengelola PNBP.
Penghitungan PNBP yang terutangnya sebelum Wajib Bayar menerima
manfaat ditetapkan oleh Instansi Pengelola PNBP atau
Kementerian/Lembaga sedangkan PNBP yang terutangnya sesudah Wajib
26. 26 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Bayar menerima manfaat penghitungannya dilakukan sendiri oleh Wajib
Bayar/Self Assessment. Khusus terkait PNBP yang terutang dihitung
sendiri oleh Wajib Bayar, Pimpinan/Pejabat Instansi Pengelola PNBP atau
Kementerian/Lembaga dapatmelakukan koreksi dengan cara menetapkan
jumlah PNBP yang terutang secara jabatan/Official Assessment.Tujuan
penetapan secara Official Assessment tersebut untuk mendapatkan
jumlah PNBP terutang yang tepat dan benar.
Terkait dengan sistem penghitungan PNBP terurang yang harus dibayar
Wajib Bayar, dihitung dengan menggunakan tarif spesifik dan/atau
advalorem sedangkan jumlah PNBP yang harus dibayar dihitung dengan
cara mengalikan tarif dengan volume.Selain sistem penghitungan dengan
menggunakan tarif, jumlah PNBP terutang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini dilakukan karena PNBP
terutang tidak dapat dihitung dengan menggunakan tarif spesifik dan/atau
advalorem antara lain penetapan berdasarkan formula, kontrak, putusan
pengadilan, dan hasil lelang.
Sedangkan teknis penghitungannya, baik Wajib Bayar dan Pejabat
Kememterian/Lembaga melakukan penghitungan jumlah PNBP terutang
yang harus dibayar dengan menggunakan bantuan aplikasi SIMPONI.
b. Penyetoran PNBP
Dalam hal PNBP terutang telah dihitung dan ditetapkan jumlahnya maka
seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.
Penyetoran oleh Wajib Bayar tersebut tidak hanya atas pembayaran PNBP
yang terutang namun juga atas kekurangan pembayaran PNBP yang
terutang, dan/atau sanksi administrasi berupa denda. Penyetoran tersebut
harus dilakukan Wajib Bayar dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku. Proses bisnis penyetoran
tersebut dijelaskan dalam skema berikut ini:
27. 27 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Berdasarkan skema tersebut di atas penyetoran PNBP terutang dilakukan
oleh Wajib Bayar langsung melalui Bank/Pos Persepsi yang ditunjuk oleh
Bendahara Umum Negara. Namun dalam hal disuatu tempat tertentu tidak
tersedia layanan Bank/Pos Persepsi maka penyetoran dapat dilakukan
melalui Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu yang
diangkat oleh PA/KPA Kementerian/Lembaga untuk kemudian disetor ke
Kas Negara. Penyetoran ke Kas Negara oleh Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu dilakukan dilakukan pada
hari PNBP diterima dari Wajib Bayar atau dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya dan juga dapat dilakukan secara berkala.
c. Penggunaan PNBP
PNBP yang telah dipungut dan disetorkan ke Kas Negara dan dikelola
dalam APBN, dengan persetujuan Menteri Keuangan dapat digunakan
sebagian oleh Kementerian/Lembaga yang melakukan pemungutan untuk
membiayai kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut
yaitu meliputi kegiatan:
a. penelitian dan pengembangan teknologi;
b. pelayanan kesehatan;
c. pendidikan dan pelatihan;
d. penegakan hukum;
e. pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu;
f. pelestarian sumber daya alam.
28. 28 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Dalam rangka mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan, Pimpinan
Kementerian/Lembaga menyampaikan permohonan kepada Menteri
Keuangan dengan isi permohonan paling sedikit memuat:
a. tujuan penggunaan dana Penerimaan Negara Bukan Pajak;
b. rincian kegiatan pokok Instansi dan kegiatan yang akan dibiayai
Penerimaan Negara Bukan Pajak;
c. jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak beserta tarif yang berlaku;
d. Laporan realisasi dan perkiraan tahun anggaran berjalan serta perkiraan
untuk 2 (dua) tahun anggaran mendatang.
Atas penggunaan sebagian PNBP tersebut Pimpinan
Kementerian/Lembaga wajib melaporkan penggunaanya secara
triwulanan kepada Menteri Keuangan.
Pada proses bisnis penggunaan PNBP oleh Kementerian/Lembaga
terdapat risiko berupa penggunaan PNBP tidak sesuai tujuan penggunaan
yang telah disetujui ijinnya oleh Menteri Keuangan yang terjadinya dapat
disebabkan belum adanya peraturan teknis yang mengatur mekanisme
pelaporan penggunaan PNBP dan pemantauan kesesuaian penggunaan
dengan ijin yang disetujui.
Penggunaan PNBP tertuang dalam DIPA dan POK satuan kerja yang
prosesnya dimulai dari RKA-KL. Dengan ditandataganinya Surat
pengesahan DIPA oleh Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri
Keuangan, maka proses persetujuan atas penggunaan PNBP sudah
disetujui oleh Menteri Keuangan
d. Permohonan Peninjauan Kembali PNBP Terutang
Dalam hal tertentu, Wajib Bayar dapat mengajukan permohonan kepada
Pimpinan Kementerian/Lembaga untuk ditinjau kembali dari kewajiban
pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang dan/atau
sanksi administrasi berupa denda. Yang dimaksud dengan “hal tertentu”
misalnya:
a. kegiatan sosial;
b. kepentingan keagamaan;
c. kepentingan nasional;
d. hubungan internasional;
e. perusahaan tidak beroperasi lagi, mengalami kerugian yang
dibuktikan dengan rekomendasi dari instansi yang berwenang
melakukan pemeriksaan.
29. 29 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Proses bisnis Permohonan Peninjauan Kembalai PNBP Terutang dan/atau
sanksi administrasi berupa denda mulai dari tahap pengajuan permohonan
s.d. persetujuan/penolakan dijelaskan dalam skema di bawah ini:
Berdasarkan skema tersebut di atas Wajib Bayar mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga
disertai penjelasan, dokumen, dan data pendukung. Dokumen yang
dimaksud antara lain surat keterangan dari instansi yang berwenang
sedangkan data pendukung antara lain adalah laporan keuangan
perusahaan yang meliputi neraca, laporan laba-rugi dan laporan arus kas
yang telah diaudit sekurang-kurangnya 3 tahun buku berturut-turut, serta
data penunjang keuangan lainnya.
Atas permohonan tersebut Pimpinan Kementerian/Lembaga
menyampaikannya kepada Menteri keuangan dengan dilengkapi
rekomendasi dalam bentuk surat menteri teknis yang menjelaskan bahwa
pemohon secara teknis telah memenuhi kewajiban perusahaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Permohonan tersebut
oleh Menteri Keuangan berdasarkan pertimbangan tertentu antara lain
keabsahan dokumen pendukung dan kondisi keuangan negara, dapat
disetujui atau ditolak untuk sebagian atau seluruhnya dan
menyampaikannya kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga untuk
ditindaklanjuti paling lambat 15 (lima belas) hari kerja.
e. Permohonan Mengangsur/Menunda PNBP Terutang
Wajib Bayar yang melakukan penghitungan sendiri kewajiban PNBP dapat
mengajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran
PNBP yang Terutang dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan. Proses bisnis permohonan mengangsur atau menunda PNBP
Terutang mulai dari tahap pengajuan permohonan s.d.
persetujuan/penolakan dijelaskan dalam skema di bawah ini:
30. 30 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Berdasarkan skema tersebut di atas Wajib Bayar mengajukan
permohonan kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga secara tertulis
paling lambat 20 (dua puluh) hari sebelum tanggal jatuh tempo
pembayaran PNBP Terutang disertai alasan, data pendukung, dan
dokumen lainnya secara lengkap. Berdasarkan permohonan tersebut
Pimpinan Kementerian/Lembaga menyampaikan permohonan dilampiri
rekomendasi tertulis kepada Menteri Keuangan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak permohonan Wajib Bayar diterima secara lengkap.
Menteri Keuangan berdasarkan pertimbangan tertentu dapat menyetujui
atau menolak permohonan mengangsur dan/atau menunda pembayaran
PNBP Terurang atau menentukan lain pembayaran PNBP Terutang. Surat
persetujuan atau penolakan Menteri Keuangan disampaikan kepada
Pimpinan Kementerian/Lembaga paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
surat permohonan Pimpinan Kementerian/LEmbaga diterima secara
lengkap dan ditindaklanjuti oleh Pimpinan Kementerian/Lembaga dengan
memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan Wajib Bayar
paling lambat 7 (tujuh) hari.
Jumlah dan jangka waktu angsuran atau penundaan pembayaran PNBP
Terutang ditetapkan dalam surat persetujuan Menteri dengan dikenakan
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari bagian yang terutang dan
bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh. Dalam hal ditolak,
Pimpinan Kementerian/Lembaga wajib menagih seluruh PNBP Terutang
kepada Wajib Bayar paling lambat 7 (tujuh) hari sejak Surat Penolakan
diterima oleh Wajib Bayar.
f. Permohonan Pengembalian Lebih Bayar
Wajib Bayar yang melakukan penghitungan sendiri kewajiban PNBP dapat
mengajukan permohonan pengembalian Lebih Bayar PNBP Terutang
kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga. Proses bisnis permohonan
pengembalian Lebih Bayar PNBP Terutang mulai dari tahap pengajuan
permohonan s.d. persetujuan dijelaskan dalam skema di bawah ini:
31. 31 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Berdasarkan skema tersebut di atas, dalam hal berdasarkan penghitungan
Wajib Bayar terdapat kelebihan pembayaran PNBP Terutang, Wajib Bayar
dapat mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan
pembayaran tersebut kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi
Pengelola PNBP disertai dengan dokumen pendukung yang sah dan
lengkap.
Dalam hal permohonan disetujui Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi
Pengelola PNBP dan Wajib Bayar masih menjalankan kegiatan usaha
maka atas kelebihan pembayaran PNBP tersebut diperhitungkan
sebagai pembayaran di muka Wajib Bayar yang bersangkutan atas
jumlah PNBP Terutang periode berikutnya.
Namun dalam hal Wajib Bayar mengalami pengakhiran kegiatan usaha
antara lain disebabkan izin usaha berakhir yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari instansi yang berwenang atau pailit yang dibuktikan
dengan putusan/penetapan pengadilan maka Pimpinan
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP menyampaikan
permohonan tersebut kepada Menteri Keuangan disertai rekomendasi
tertulis untuk mendapat penetapan. Menteri Keuangan berdasarkan
pertimbangan tertentu dapat menyetujui dengan menerbitkan surat
penetapan persetujuan pengembalian kelebihan pembayaran secara tunai
atau menolak permohonan pengembalian.
Pengembalian kelebihan pembayaran secara tunai kepada Wajib Bayar
dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal penetapan
persetujuan oleh Menteri namun dalam hal pengembalian dilakukan
melampaui batas waktu maka ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan untuk waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
Dalam hal permohonan pengembalian ditolak, permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran dikembalikan kepada Pimpinan
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP.
32. 32 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
g. Keberatan Penetapan PNBP Terutang
Dalam hal Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP
menetapkan kurang bayar PNBP Terutang berdasarkan hasil pemeriksaan
BPKP maka Wajib Bayar yang melakukan Self Assessmentdapat
mengajukan keberatan atas penetapan kurang bayar tersebut. Proses
bisnis keberatan penetapan kurang bayar PNBP Terutang mulai dari tahap
pengajuan permohonan s.d. persetujuan dijelaskan dalam skema di bawah
ini:
Berdasarkan skema tersebut di atas Wajib Bayar yang melakukan
penghitungan sendiri PNBP Terutang dapat mengajukan keberatan secara
tertulis atas penetapan kurang bayar jumlah PNBP yang Terutang.
Keberatan diajukan dengan syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu
yaitu:
a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia diantaranya berisi
penjelasan dan alasan pengajuan permohonan keberatan antara lain:
1) perbedaan kurs;
2) penentuan cut-off;
3) rincian perhitungan jumlah PNBP Terutang yang dibuat oleh Wajib
Bayar.
33. 33 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
b. ditujukan kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola
PNBP yang menerbitkan penetapan;
c. pengajuan keberatan tidak boleh lebih dari 3 bulan sejak tanggal
penetapan;
d. wajib membayar PNBP Terutang dibuktikan dengan surat tanda bukti
pembayaran yang sah;
e. melampirkan dokumen pendukung terkait lainnya antara lain laporan
keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas
laporan keuangan), Laporan Hasil Pemeriksaan, Surat Izin Usaha
Pendirian Perusahaan;
f. melampirkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Terhadap pengajuan keberatan tersebut tidak menunda pelaksanaan
penagihan. Berdasarkan surat keberatan tersebut
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP melakukan penelitian
kelengkapan,keabsahan, atau perhitungan yang disampaikan oleh Wajib
Bayar dan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
setelah surat keberatan diterima secara lengkap harus mengeluarkan
penetapan atas keberatan yang bersifat final.
Surat ketetapan atas keberatan tersebut dapat berupa :
a. surat ketetapan kurang bayar;
b. surat ketetapan lebih bayar; atau
c. surat ketetapan nihil.
Dalam hal jangka waktu telah lewat dan Pimpinan
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP tidak memberi suatu
penetapan, keberatan yang diajukan Wajib Bayar tersebut dianggap
dikabulkan/Keputusan Tata Usaha Negara Fiktif Positif.
Namun dalam hal keberatan ditolak dan ternyata masih terdapat
kekurangan pembayaran terhadap jumlah PNBP Terutang yang tercantum
dalam penetapan maka Wajib Bayar wajib melunasi paling lambat 1 (satu)
bulan sejak tanggal surat ketetapan kurang bayar diterima ditambah sanksi
berupa denda bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari kekurangan
tersebut untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
Apabila terdapat bukti baru yang diajukan oleh Wajib Bayar sebelum
dikeluarkannya penetapan atas keberatan maka Pimpinan
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP dapat meminta Instansi
Pemeriksa (BPKP) untuk melakukan penelaahan dan penghitungan
kembali. Bukti Baru yang dimaksud adalah dokumen pendukung
34. 34 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
pemeriksaan yang tidak dapat ditunjukkan oleh Wajib Bayar pada saat
pemeriksaan berlangsung, antara lain surat tanda bukti pembayaran yang
sah.
Berdasarkan hasil penelaahan dan penghitungan kembali, Pimpinan
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP menerbitkan penetapan
atas keberatan yang diajukan oleh Wajib Bayar paling lambat 1 (satu)
bulan terhitung sejak tanggal penelaahan dan penghitungan kembali
diterima.
Proses bisnis keberatan Wajib Bayar atas PNBP Terutang terdapat risiko
berupa belum adanya pengaturan keberatan Wajib Bayar Self Assessment
atas penetapan kurang bayar yang diterbitkan oleh
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP yang kewenangannya
bersumber dari Undang-undang hal ini disebabkan Undang-undang PNBP
pada Pasal 19 ayat (1) menyebutkan bahwa Wajib Bayar yang melakukan
sendiri penghitungan PNBP Terutang dapat mengajukan keberatan
kepada Instansi Pengelola PNBP yang ditunjuk sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1).
Pada Pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa Menteri dapat menunjuk Instansi
Pengelola PNBP untuk menagih dan atau memungut PNBP yang terutang.
Dalam penjelasannya kata dapat dalam ayat ini dimaksudkan, apabila
Undang-undang belum menunjuk Instansi Pengelola PNBP untuk menagih
dan atau memungut PNBP yang Terutang, maka Menteri perlu menunjuk
Instansi Pengelola PNBP untuk tujuan dimaksud.
h. Penagihan PNBP Terutang
Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP harus
melakukan penagihan PNBP Terutang dan sanksi administrasi berupa
denda kepada Wajib Bayar sesuai dengan jatuh tempo PNBP terutang.
Proses bisnis penagihan PNBP Terutang dan sanksi administrasi berupa
denda dijelaskan dalam skema di bawah ini:
35. 35 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Berdasarkan skema tersebut di atas terhadap PNBPTerutang yang
jumlahnya dihitung sendiri oleh Wajib Bayar, Pimpinan
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP selaku Pengguna
Anggaran wajib melakukan penagihan terhadap Wajib Bayar yang sampai
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran yang ditentukan belum melunasi
kewajibannya dan/atau masih terdapat kekurangan pembayaran jumlah
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang.
Hal yang menjadi sebab jatuh tempo PNBP Terutang dan denda antara
lain karena a) Jatuh tempo berdasarkan peraturan; b) Permohonan
Peninjauan Kembali ditolak oleh Menteri Keuangan; c) Permohonan
mengangsur/menunda ditolak oleh Menteri Keuangan; dan d) Keberatan
Wajib Bayar ditolak oleh Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi
Pengelola PNBP.
Secara umum waktu jatuh tempo PNBP Terutang dan denda diatur
masing-masing dalam Undang-undang atau Peraturan Pemerintah tentang
tarif namun secara khusus jatuh tempo PNBP Terutang dan denda diatur
sebagai berikut:
a. dalam hal Menteri Keuangan menolak permohonan Peninjauan
Kembali PNBP Terutang dan denda maka waktu jatuh temponya
adalah 1 bulan sejak penerbitan surat penolakan;
b. dalam hal Menteri Keuangan menolak permohonan
mengangsur/menunda PNBP Terutang maka waktu jatuh temponya
adalah 7 hari sejak surat penolakan diterima oleh Wajib Bayar;
c. dalam hal keberatan Wajib Bayar atas penetapan kurang bayar PNBP
Terutang ditolak oleh Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi
Pengelola PNBP maka jatuh temponya adalah 1 bulan sejak surat
keputusan diterima Wajib Bayar.
Dalam melaksanakan penagihan, Pimpinan
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP menerbitkan Surat
Tagihan Pertama atas PNBP Terutang.
Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat
Tagihan Pertama diterbitkan Wajib Bayar belum atau tidak melunasi
kewajibannya, Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP
menerbitkan Surat Tagihan Kedua.
Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat
Tagihan Kedua diterbitkan Wajib Bayar belum atau tidak melunasi
kewajibannya, Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP
menerbitkan Surat Tagihan Ketiga.
36. 36 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
i. Pelimpahan PNBP Terutang
Pelimpahan piutang ke Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian
Keuangan dilakukan oleh Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi
Pengelola PNBP dalam hal setelah 1 (satu) bulan sejak Surat Tagihan
Ketiga diterbitkan Wajib Bayar belum atau tidak melunasi kewajibannya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan dan/atau
pemungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 240 Tahun 2016 tentang
Pengurusan Piutang Negara.
Proses bisnis penagihan PNBP Terutang dan denda terdapat risiko berupa
perbedaan data PNBP Terutang antara data yang dikelola masing-masing
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP dengan yang dikelola
DJKN yang terjadinya dapat disebabkan belum adanya peraturan menteri
yang secara khusus mengatur tata kelola piutang PNBP.
A.3 Pertanggungjawaban
Berdasarkan regulasi yang telah ada terkait dengan proses bisnis
pertanggungjawaban PNBP, laporan terkait PNBP terdiri dari Laporan
Realisasi PNBP dan Laporan Penerimaan dan Penyetoran PNBP dengan
uraian proses bisnis sebagai berikut:
a. Laporan Realisasi PNBP
Laporan Realisasi PNBP triwulanan disampaikan secara tertulis oleh
Pejabat Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP kepada Menteri
Keuangan paling lambat 1 (satu) bulan setelah triwulan yang bersangkutan
berakhir.
Sedangkan Laporan perkiraan realisasi PNBP triwulan IV disampaikan
kepada Menteri Keuangan paling lambat tanggal 15 Agustus Tahun
Anggaran berjalan.
b. Laporan Penerimaan dan Penyetoran PNBP
Bendahara Penerimaan wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas
penerimaan dan penyetoran PNBP bulan sebelumnya kepada Pimpinan
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP pada
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan, paling lambat pada tanggal 10
(sepuluh) setiap bulan.
Dalam hal ditunjuk Penerimaan Pembantu makaharus melakukan
pembukuan atas setoran penerimaan yang dikelolanya dan melaporkan
secara periodik kepada Bendahara Penerimaan satuan kerja induknya.
Pertanggungjawaban atas penerimaan dan penyetoran PNBPtersebut
wajib disampaikan oleh Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi
37. 37 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Pengelola PNBP yang bersangkutan kepada Menteri Keuangan paling
lambat tanggal 20 (dua puluh) setiap bulan.
Proses bisnis laporan penerimaan dan penyetoran PNBP terdapat risiko
berupa perbedaan data antara yang tercantum dalam Laporan Realisasi
Penerimaan PNBP dengan yang telah disetor ke Kas Negara yang
terjadinya dapat disebabkan belum adanya pengaturan tata kelola laporan
penerimaan dan penyetoran PNBP.
Sedangkan dalam regulasi yang baru yaitu Undang-Undang PNBP Tahun
2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagai pengganti UU
Nomor 20 Tahun 1997, disebutkan bahwa Instansi Pengelola PNBP wajib
menyampaikan laporan realisasi penerimaan dan penggunaan dana PNBP
kepada Menteri Keungan yang memuat paling sedikit jenis, periode, jumlah
PNBP dan jumlah penggunaan dana PNBP. Laporan tersebut dapat
disampaikan secara tertulis maupun aplikasi. Ketentuan terkait
pertanggungjawaban lebih lanjut akan diatur dalam peraturan pemerintah.
A.4 Pengawasan
a. Pengawasan oleh APIP Kementerian/Lembaga
Berdasarkan pasal 45 Undang-Undang PNBP Tahun 2018 tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagai pengganti UU Nomor 20 Tahun
1997, disebutkan bahwa APIP Kementerian/Lembaga yang bertanggung
jawab langsung kepada Menteri/Pimpinan Lembaga berperan dalam
melaksanakan pengawasan intern atas pengelolaan PNBP terhadap
Instansi Pengelola PNBP sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Pengawasan oleh Menteri Keuangan
Berdasarkan pasal 46 Undang-Undang PNBP Tahun 2018 tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagai pengganti UU Nomor 20 Tahun
1997, disebutkan bahwa Menteri Keuangan melakukan pengawasan
terhadap Instansi Pengelola PNBP dalam rangka meningkatkan kualitas
perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban PNBP dalam bentuk
verifikasi, penilaian, dan atau evaluasi.
c. Pemeriksaan oleh Instansi Pemeriksa (BPKP)
Selain proses bisnis pengelolaan tersebut di atas, di dalam Undang-
Undang PNBP Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
sebagai pengganti UU Nomor 20 Tahun 1997 juga diatur tentang ketentuan
Pemeriksaan PNBP oleh BPKP.
38. 38 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
PNBP terutang yang telah dihitung sendiri oleh Wajib Bayar (Self
Assessment) dan disetorkan ke Kas Negara dapat dilakukan pemeriksaan
oleh Instansi Pemeriksa dalam hal ini Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) atas permintaan Pimpinan Kementerian/Lembaga
yang melakukan pemungutan. Permintaan pemeriksaan ini dilakukan
dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban sesuai
dengan peraturan perundang-undangan tentang PNBP dan dalam rangka
melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut.
Selain hal tersebut Menteri Keuangan dapat meminta BPKP melakukan
pemeriksaan khusus terhadap Kementerian/Lembaga yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan untuk memungut PNBP. Pemeriksaan tersebut
dikecualikan untuk Kementerian/Lembaga yang kewenangan pemungutan
dan penagihan PNBP bersumber dari Undang-undang. Pemeriksaan
dalam hal ini dalam rangka melaksanakan pengawasan intern dan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban sesuai dengan peraturan
perundang-undangan Penerimaan Negara Bukan Pajak serta dalam
rangka melaksanakan peraturan perundang undangan tersebut.
Proses bisnis pemeriksaan Wajib Bayar dan Kementerian/Lembaga
diuraikan dalam skema berikut:
Berdasarkan skema tersebut di atas pemeriksaan Wajib Bayar Self
Assessment atas permintaan Pimpinan Kementerian/Lembaga dilakukan
berdasarkan:
a. hasil pemantauan Kementerian/Lembaga terhadap Wajib Bayar yang
bersangkutan;
b. laporan dari pihak ketiga; atau
39. 39 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
c. permintaan Wajib Bayar atas kelebihan pembayaran Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang Terutang.
Selain berdasarkan ketiga hal tersebut di atas, pemeriksaan terhadap
Wajib Bayar Self Assessment bisa dilakukan berdasarkan rekomendasi
hasil koordinasi yang dilakukan Menteri Keuangan dengan
Kementerian/Lembaga yang memungut PNBP. Koordinasi yang diinisiasi
oleh Menteri Keuangan tersebut antara lain terkait dengan:
a. klarifikasi data yaitu klarifikasi atas laporan keuangan, laporan rencana
kerja tahunan, laporan produksi dan penjualan;
b. objek pemeriksaan yaitu pemenuhan kewajiban PNBP oleh Wajib Bayar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. subjek pemeriksaan yaitu Wajib Bayar Self Assessment yang telah
menerima manfaat;
d. jangka waktu pemeriksaan yaitu periode tahun buku yang belum
dilaksanakan pemeriksaan atas pemenuhan kewajiban PNBP; dan
e. pembiayaan.
Hasil koordinasi yang perlu ditindaklanjuti dengan dilakukannya
pemeriksaan adalah apabila dari hasil koordinasi terdapat antara lain hal-
hal sebagai berikut:
a. Wajib Bayar tidak menyampaikan laporan yang berkaitan dengan PNBP
yang terutang;
b. terdapat indikasi tidak dilakukannya perhitungan, pemungutan, dan
pembayaran, dan penyetoran PNBP sesuai ketentuan;
c. belum dilakukannya pemeriksaan oleh Instansi yang berwenang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan atas tahun buku tertentu.
Hasil dari pemeriksaan terhadap Wajib Bayar tersebut disampaikan
kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga untuk dilakukan penetapan
jumlah PNBP terutang Wajib Bayar yang bersangkutan. Sedangkan hasil
pemeriksaan Kementerian/Lembaga disampaikan oleh Menteri Keuangan
kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga untuk ditindaklanjuti.
Terkait dengan hasil pemeriksaan Wajib Bayar (Self Assessment) dapat
berupa:a) terdapat kekurangan pembayaran jumlah PNBP yang
terutang, maka Wajib Bayar yang bersangkutan wajib melunasi
kekurangannya dan ditambah dengan sanksi berupa denda administrasi
sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan dari jumlah kekurangan tersebut. Denda tersebut dikenakan mulai
40. 40 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
saat PNBP yang terutang jatuh tempo, dan bagian dari bulan dihitung 1
(satu) bulan. Jatuh tempo dimaksud adalah pada saat Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang Terutang harus dibayar menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Denda dihitung sejak jatuh tempo sampai dengan
Wajib Bayar melunasi Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang,
tetapi tidak lebih lama dari 24 (dua puluh empat) bulan,atau b) terdapat
kelebihan pembayaran jumlah PNBP yang terutang, jumlah kelebihan
tersebut diperhitungkan sebagai pembayaran dimuka atas jumlah PNBP
yang terutang Wajib Bayar yang bersangkutan pada periode berikutnya.
Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh BPKP atas pemenuhan
kewajiban penyetoran PNBP oleh Wajib Bayar, APIP idealnya dapat
berperan dalam proses tersebut dengan menyampaikan usulan kepada
pimpinan K/L terkait Wajib Bayar yang berpotensi untuk diperiksa oleh
BPKP sesuai hasil pengawasan APIP. APIP juga melakukan pemantauan
tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPKP.
41. 41 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
LAMPIRAN II
Titik-Titik Rawan Terkait Pengelolaan PNBP
Berdasarkan hasil penelaahan atas peraturan terkait pengelolaan PNBP dapat
diidentifikasi titik-titik rawan yang dapat digunakan dalam menentukan sasaran
pengawasan pengelolaan PNBP antara lain:
Tahap Perencanaan Target PNBP
1. Penyusunan Rencana PNBP dalam Pagu Indikatif tidak berpedoman
pada rencana PNBP tahun anggaran berjalan, realisasi PNBP tahun
anggaran sebelumnya, dan kebijakan Pemerintah.
2. Penetapan Pagu Anggaran berbeda dengan Pagu Indikatif dalam
kondisi tidak ada perubahan kebijakan Pemerintah yang
mempengaruhi Rencana PNBP.
3. Perhitungan perubahan rencana PNBP Kementerian/Lembaga
berdasarkan capaian PNBP kurang akurat.
4. Penyampaian Rencana PNBP tidak tepat waktu.
5. Target PNBP belum disusun berdasarkan perhitungan potensi PNBP
yang memadai.
Tahap Penghitungan PNBP Terutang
1. Wajib Bayar dan/atau Pejabat Kementerian/Lembaga menghitung
jumlah PNBP terutang secara manual/tidak menggunakan bantuan
aplikasi SIMPONI.
2. Dimungkinkannya dilakukan perubahan jumlah PNBP tanpa
penyesuaian di volume sehingga Jumlah PNBP terutang ≠ tarif x
volume.
3. Tarif PNBP terlalu rendah mengingat terdapat peraturan terkait tarif
PNBP yang sudah tidak relevan dengan kondisi terkini.
4. Upload pemberlakuan tarif pada SIMPONI tidak sesuai dengan tanggal
berlakunya tarif yang tercantum pada PP/terlambat upload tarif/salah
upload tarif hal tersebut dapat terjadi lantaran belum adanya peraturan
terkait upload tarif pada SIMPONI.
5. Wajib Bayar salah input angka pada SIMPONI.
6. Metode hitung PNBP oleh Wajib Bayar berbeda dengan
Kementerian/Lembaga.
7. Penghitungan oleh Wajib Bayar tidak sesuai dengan kondisi
sebenarnya.
42. 42 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Tahap Penyetoran PNBP
1. PNBP belum disetor ke Kas Negara dikarenakan Wajib Bayar dan/atau
Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu pada
Kementerian/Lembaga kurang memahami teknis penyetoran ke Kas
Negara.
2. PNBP disetor ke Kas Negara oleh Wajib Bayar Self Assessment atau
disetor tidak tepat jumlah.
3. Wajib Bayar Self Assessment terlambat setor/setor telah lewat tanggal
jatuh tempo.
4. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu terlambat
setor.
Tahap Penggunaan PNBP
1. Penggunaan PNBP tidak sesuai dengan tujuan penggunaan yang
telah disetujui ijinnya oleh Menteri Keuangan.
2. Penggunaan PNBP secara langsung tanpa melalui mekanisme APBN.
Tahap Fasilitas Peninjauan Kembali
1. Persetujuan permohonan peninjauan kembali berupa
pengurangan/penghapusan PNBP terutang dan/atau sanksi
administrasi berupa denda dilakukan tanpa dasar hukum yang kuat hal
ini disebabkan Undang-undang Nomor ... Tahun 2018 tentang PNBP
belum mengatur hal tersebut.
2. Ketidakjelasan implementasi fasilitas peninjauan kembali PNBP
Terutang dan/atau sanksi administrasi berupa denda sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, Dan Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang yang disebabkan:
a. tidak ada kejelasan apa yang dimaksud dengan “ditinjau
kembali” apakah permohonan untuk dihapuskan atau
dikurangkan;
b. belum adanya Peraturan Menteri Keuangan sebagai turunan
Peraturan Pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
14 ayat (9) yang menyebutkan Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara untuk ditinjau kembali dari kewajiban pembayaran
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang dan/ atau
sanksi administrasi berupa denda diatur dengan Peraturan
Menteri.
c. belum ada penyebutan yang jelas Wajib Bayar yang dapat
mengajukan permohonan peninjauan kembali apakah Wajib
43. 43 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
Bayar yang melakukan penghitungan PNBP sendiri atau
ditetapkan Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP.
d. persetujuan permohonan peninjauan kembali PNBP Terutang
dan sanksi administrasi berupa denda tidak layak diberikan
dalam kondisi “Hal Tertentu” yang dijadikan dasar menggunakan
dana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan/Corporate Social
Responsibility (CSR) yang juga telah diperhitungkan sebagai
biaya perseroan dan biaya pengurang.
Tahap Fasilitas Mengangsur/Menunda
1. Persetujuan permohonan angsuran/penundaan PNBP Terutang
diberikan tanpa mempertimbangkan rasio kesehatan finansial Wajib
Bayar.
2. Tidak optimalnya PNBP dalam hal Wajib Bayar masih memiliki PNBP
yang diangsur/ditunda namun Wajib Bayar mengalami tutup kegiatan
usaha/pailit.
Tahap Pengembalian Lebih Bayar
Belum adanya Peraturan Menteri Keuangan sebagai turunan Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah,
Pembayaran, Dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Terutang Pasal 8ayat (10) yang menyebutkan Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Penerimaan
Negara Bukan Pajak secara tunai diatur dengan Peraturan Menteri.
Tahap Keberatan Penetapan PNBP Terutang
Belum adanya pengaturan keberatan Wajib Bayar Self Assessment atas
penetapan kurang bayar yang diterbitkan oleh
Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP yang kewenangannya
bersumber dari Undang-undang.
Tahap Penagihan dan Pelimpahan
1. Perbedaan data PNBP Terutang antara data yang dikelola masing-
masing Kementerian/Lembaga/Instansi Pengelola PNBP dengan yang
dikelola DJKN;.
2. Penagihan tidak optimal.
Tahap Pelaporan
1. Perbedaan data antara yang tercantum dalam Laporan Realisasi
Penerimaan PNBP dengan yang telah disetor ke Kas Negara.
2. Pemantauan dan evaluasi PNBP tidak optimal.
44. 44 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
LAMPIRAN III
PROGRAM KERJA AUDIT PNBP
Program Kerja Audit di dalam Panduan ini merupakan contoh program kerja dengan
menggunakan langkah kerja minimal, sehingga dimungkinkan bagi APIP K/L untuk
mengembangkan dan menyesuaikan program kerja tersebut sesuai dengan
kebutuhan masing-masing Instansi Pengelola PNBP.
III.1 Contoh Program Kerja Audit PNBP Metode Ekstensifikasi
Program Kerja Audit
Nama Kantor : XXX Nomor KKA :
Kegiatan yang
Diperiksa
: Audit terhadap Target
PNBP
Nomor PKA :
Tahun Anggaran : 20XX
PROGRAM KERJA AUDIT TERHADAP TARGET PNBP
DI ..........
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
Tujuan:
Menilai kesesuaian
target PNBP terhadap
potensi PNBP
Sasaran:
a. Meyakinkan potensi
PNBP telah dianalisis
berdasarkan data
historis, data terkini
dan data-data dukung
lainnya;
b. Meyakinkan target
PNBP telah dihitung
berdasarkan potensi
PNBP;
45. 45 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
c. Mendapatkan
informasi terkait
potensi PNBP yang
dapat dipungut namun
belum terdapat dasar
hukum
pemungutannya.
Kriteria:
a. UU Nomor 9 Tahun
2018 tentang PNBP
Langkah Kerja:
a. Dapatkan:
- Data historis selama
5 tahun berturut-turut
terkait target PNBP,
jumlah revisi target
PNBP setiap
tahunnya, realisasi
PNBP;
- Data terkait potensi
objek PNBP baru
yang dapat dipungut;
- Peraturan dan/atau
dokumen lainnya
terkait tarif PNBP
yang telah
ditetapkan
b. Bandingkan dan
analisis data historis,
data terkini dan data
dukung lainnya terkait
target PNBP;
c. Analisis apakah target
yang diusulkan pada
tahun yang akan
direncanakan telah
relevan berdasarkan
hasil analisis poin b;
46. 46 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
d. Teliti apakah terdapat
potensi PNBP yang
dapat dipungut namun
belum terdapat dasar
hukum (PP tarif);
e. Buat simpulan atas:
kesesuaian antara
target dan potensi
PNBP berdasarkan
poin b dan c;
potensi-potensi
PNBP yang dapat
diusulkan dalam
revisi PP tarif PNBP
berdasarkan
analisis poin d.
47. 47 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
III.2 Contoh Program Kerja Audit PNBP Metode Intensifikasi
Program Kerja Audit PNBP
Nama Kantor : XXX Nomor KKA :
Kegiatan yang
Diperiksa
: Audit atas Pengelolaan
PNBP
Nomor PKA :
Tahun Anggaran : 20XX
PROGRAM KERJA AUDIT ATAS PENGELOLAAN PNBP
DI ..........
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
Tujuan Pengawasan:
Menilai tingkat kepatuhan
dan akuntabilitas
pengelolaan PNBP dalam
rangka mendorong
optimalisasi PNBP
1. Perencanaan PNBP
Sasaran:
a. Menguji kesesuaian
target PNBP (volume x
tarif) dengan PP tarif;
b. Menguji kepatuhan
dalam penyampaian
Rencana PNBP;
c. Menguji kesesuaian
tarif PNBP dengan
data inflasi dan harga
pasar.
Kriteria:
b. UU Nomor 9 Tahun
2018 tentang PNBP.
c. PP Nomor 1 Tahun
2004 tentang Tata
Cara Penyampaian
48. 48 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
Rencana dan Laporan
Realisasi Penerimaan
Negara Bukan Pajak.
d. PMK Nomor
152/PMK.02/2014
tentang Petunjuk
Penyusunan Rencana
Penerimaan Negara
Bukan Pajak
Kementerian
Negara/Lembaga.
Langkah Kerja:
a. Dapatkan:
1) Surat usulan
penyampaian
rencana target
PNBP beserta
lampiran kepada
Menteri Keuangan.
2) Kertas kerja usulan
perhitungan target
PNBP dari Biro
Keuangan serta
data/dokumen
pendukung
rencana PNBP
(antara lain usulan
perhitungan dari
unit vertikal di
bawahnya);
3) Data terkait potensi
objek PNBP
dan/atau informasi
terkait
kemungkinan
kenaikan atau
penurunannya
pada tahun yang
49. 49 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
direncanakan
berdasarkan data
inflasi dan
kelayakan tarif
dibandingkan
harga pasar;
b. Teliti ketepatan waktu
penyampaian
Rencana PNBP
kepada Menteri
Keuangan c.q.
Direktorat Jenderal
Anggaran yaitu paling
lambat minggu ketiga
bulan Januari TA
berjalan
c. Teliti kesesuaian
Rencana PNBP
berdasarkan:
rencana PNBP
tahun anggaran
berjalan,
realisasi PNBP
tahun anggaran
sebelumnya,
kebijakan
Pemerintah.
verifikasi yang
akan dilakukan
oleh Kementerian
Keuangan c.q.
Direktorat Jenderal
Anggaran
berdasarkan
aspek:
1) jenis PNBP
dan tarif atas
jenis PNBP;
50. 50 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
2) akun
pendapatan
sesuai Bagan
Akun Standar;
dan
3) perkiraan
jumlah/volume
yang menjadi
dasar
perhitungan
PNBP dari
masing-
masing jenis
PNBP.
d. Bandingkan tarif PNBP
yang digunakan dalam
kertas kerja
perhitungan target
PNBP dengan tarif
yang telah ditetapkan
di dalam PP tarif;
e. Analisis perhitungan
target PNBP (volume x
tarif);
f. Teliti apakah terdapat
tarif PNBP yang
seharusnya
disesuaikan
berdasarkan data
inflasi dan harga
pasar;
f. Buat simpulan atas:
kesesuaian target
PNBP (volume x
tarif) dengan PP
tarif;
51. 51 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
kepatuhan dalam
penyampaian
Rencana PNBP;
kesesuaian tarif
PNBP dengan data
inflasi dan harga
pasar
2.
Perhitungan,
Pemungutan, dan
Penyetoran Kewajiban
PNBP Terutang
Sasaran:
Menguji kesesuaian
perhitungan, pemungutan,
dan penyetoran PNBP
Terutang dengan
ketentuan
Kriteria:
a. UU Nomor 9 Tahun
2018 tentang PNBP
b. PP Nomor 29 Tahun
2009 tentang Tata
Cara Penentuan
Jumlah Pembayaran
dan Penyetoran
Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang
Terutang
c. PP Nomor 22 Tahun
1997 tentang Jenis
dan Penyetoran
Penerimaan Negara
Bukan Pajak
d. PP Jenis dan Tarif atas
Jenis PNBP pada
Kementerian/Lembaga
terkait
Langkah Kerja:
52. 52 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
>>Official Assessment
(Perhitungan PNBP
ditetapkan oleh Instansi
Pengelola PNBP atau
Kementerian/Lembaga);
a. Dapatkan:
1) Informasi serta
dasar hukum atas
jenis-jenis PNBP
yang bersifat Official
Assessment
2) Data realisasi PNBP
(tarif x volume) dari
Instansi Pengelola
PNBP (bukti kuitansi
pembayaran PNBP)
3) Data realisasi PNBP
yang telah disetor
ke Kas Negara
(melalui Aplikasi
SIMPONI)
b. Lakukan pengujian
perhitungan PNBP
terutang sesuai
dengan ketentuan PP
Jenis dan Tarif atas
Jenis PNBP yang
terdapat di Instansi
Pengelola PNBP
(PNBP Terutang = Tarif
x Volume)
c. Bandingkan hasil
perhitungan PNBP
terutang yang
seharusnya (Poin b)
dengan hasil realisasi
PNBP pada aplikasi
Simponi
53. 53 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
d. Buat Simpulan.
>>Self Assessment
(Perhitungan PNBP
dilakukan sendiri oleh
Wajib Bayar);
a. Dapatkan:
1) Informasi serta
dasar hukum atas
jenis-jenis PNBP
yang bersifat Self
Assessment
2) Rekapitulasi kurang
bayar PNBP sesuai
hasil pemeriksaan
BPKP (apabila telah
dilakukan
pemeriksaan oleh
BPKP)
3) Surat Ketetapan
Kurang Bayar dari
BPKP (apabila telah
dilakukan
pemeriksaan oleh
BPKP)
4) Rekapitulasi
perhitungan
dan/atau
pemungutan PNBP
Terutang oleh
Instansi Pengelola
PNBP atau
Kementerian/Lemb
aga rinci per Wajib
Bayar per jenis
PNBP
5) Kertas kerja
perhitungan PNBP
54. 54 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
Terutang serta
data/dokumen
pendukungnya
6) Data realisasi PNBP
yang telah disetor
ke Kas Negara
(melalui Aplikasi
SIMPONI)
b. Terhadap PNBP yang
telah dilakukan
pemeriksaan oleh
BPKP:
1) Lakukan pengujian
terhadap Surat
Ketetapan Kurang
Bayar yang
diterbitkan oleh
Instansi Pengelola
PNBP telah sesuai
dengan hasil
pemeriksaan
BPKP;
2) Uji apakah
penyetoran PNBP
kurang bayar tidak
melampaui batas
waktu pembayaran
3) Apabila melewati
batas waktu
pembayaran, uji
apakah telah
dikenakan denda
sesuai ketentuan, ,
yaitu sebesar 2%
(dua persen) per
bulan dari jumlah
PNBP Terutang
dan bagian dari
55. 55 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
bulan dihitung satu
bulan penuh.
c. Terhadap PNBP yang
belum dilakukan
pemeriksaan oleh
BPKP:
1) Lakukan pengujian
perhitungan PNBP
terutang sesuai
dengan ketentuan
PP Jenis dan Tarif
atas Jenis PNBP
yang terdapat di
Instansi Pengelola
PNBP
2) Uji apakah
penyetoran PNBP
kurang bayar tidak
melampaui batas
waktu pembayaran
3) Apabila melewati
batas waktu
pembayaran, uji
apakah telah
dikenakan denda
sesuai ketentuan,
yaitu sebesar 2%
(dua persen) per
bulan dari jumlah
PNBP Terutang
dan bagian dari
bulan dihitung satu
bulan penuh.
d. Bandingkan hasil
perhitungan PNBP
terutang yang
seharusnya (Poin b dan
c) dengan hasil
56. 56 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
realisasi PNBP pada
aplikasi Simponi
e. Buat Simpulan
3.
Permohonan peninjauan
kembali PNBP
terutang/denda yang
diajukan Wajib Bayar
(Self Assessment)
Sasaran:
Menguji kepatuhan dalam
menindaklanjuti
Permohonan peninjauan
kembali PNBP
terutang/denda yang
diajukan Wajib Bayar yang
melakukan Self
Assessment sesuai
dengan ketentuan.
Kriteria:
UU Nomor 9 Tahun 2018
tentang PNBP
Langkah Kerja:
a. Dapatkan:
1) Rekapitulasi serta
surat permohonan
peninjauan kembali
PNBP
terutang/denda
yang diajukan Wajib
Bayar, disertai
penjelasan,
dokumen dan data
pendukung terkait.
Dokumen dan data
pendukung yang
dimaksud adalah:
a) Dokumen,
antara lain surat
57. 57 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
keterangan dari
instansi yang
berwenang
b) Data
pendukung,
antara lain
adalah laporan
keuangan
perusahaan
yang meliputi
neraca, laporan
laba-rugi dan
laporan arus
kas yang telah
diaudit
sekurang-
kurangnya 3
tahun buku
berturut-turut,
serta data
penunjang
keuangan
lainnya.
2) Rekomendasi
dalam bentuk surat
dari Pimpinan
Kementerian/Lemb
aga yang
menjelaskan bahwa
pemohon secara
teknis telah
memenuhi
kewajiban
perusahaan sesuai
dengan ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
58. 58 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
3) Rekapitulasi serta
Surat Keputusan
Menteri Keuangan
mengenai
Persetujuan/
penolakan
permohonan
peninjauan kembali
PNBP
terutang/denda
yang diajukan Wajib
Bayar yang
melakukan Self
Assessment
b. Teliti apakah surat
permohonan
peninjauan kembali
yang diteruskan ke
Kementerian
Keuangan terkait
dengan:
1.) kegiatan sosial;
2.) kepentingan
keagamaan;
3.) kepentingan
nasional;
4.) hubungan
internasional;
5.) perusahaan tidak
beroperasi lagi,
mengalami
kerugian yang
dibuktikan dengan
rekomendasi dari
instansi yang
berwenang
melakukan
pemeriksaan
59. 59 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
c. Teliti apakah terdapat
pemberian fasilitas
peninjauan kembali
PNBP terutang/denda
kepada Wajib Bayar
oleh
Kementerian/Lembaga
tanpa disertai
persetujuan dari
Menteri Keuangan
d. Teliti apakah seluruh
permohonan
peninjauan kembali
PNBP terutang/denda
telah ditindaklanjuti
oleh
Kementerian/Lembaga
sesuai dengan
ketentuan, yaitu
dengan meneruskan
permohonan
peninjauan kembali
kepada Menteri
Keuangan atau dengan
menolak permohonan
dari Wajib Bayar
e. Buat simpulan
4.
Permohonan
mengangsur/menunda
pembayaran PNBP
terutang yang diajukan
Wajib Bayar (Self
Assessment)
Sasaran:
Menguji kepatuhan dalam
menindaklanjuti
Permohonan
mengangsur/menunda
60. 60 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
pembayaran PNBP
terutang yang diajukan
Wajib Bayar yang
melakukan Self
Assessment sesuai
dengan ketentuan.
Kriteria:
UU Nomor 9 Tahun 2018
tentang PNBP
Langkah Kerja:
a. Dapatkan:
1) Rekapitulasi serta
surat permohonan
mengangsur/
menunda
pembayaran
PNBP terutang
yang diajukan
Wajib Bayar
2) Rekapitulasi serta
surat rekomendasi
tertulis dari
Pimpinan
Kementerian/
Lembaga kepada
Menteri Keuangan
terkait
permohonan
mengangsur/
menunda
pembayaran
PNBP terutang
3) Rekapitulasi serta
Surat
persetujuan/penol
akan Menteri
Keuangan atas
permohonan
61. 61 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
mengangsur/
menunda
pembayaran
PNBP terutang
b. Teliti apakah terdapat
permohonan angsuran/
penundaan PNBP
Terutang yang
ditindaklanjuti oleh
Kementerian/Lembaga
namun tidak memenuhi
ketentuan:
1) Diajukan paling
lambat 20 (dua
puluh) hari
sebelum tanggal
jatuh tempo
pembayaran
PNBP Terutang
2) Disertai alasan,
data pendukung,
dan dokumen
lainnya secara
lengkap.
c. Teliti apakah terdapat
pemberian fasilitas
persetujuan
permohonan angsuran/
penundaan PNBP
Terutang tanpa
mempertimbangkan
rasio kesehatan
finansial Wajib Bayar
d. Teliti apakah Wajib
Bayar yang
mengajukan
permohonan untuk
mengangsur atau
62. 62 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
menunda pembayaran
PNBP yang Terutang
tetap melakukan
kewajibannya untuk
membayar bunga
sebesar 2% (dua
persen) sebulan yang
didukung dengan bukti
penyetoran ke kas
negara (Aplikasi
SIMPONI)
e. Teliti apakah
rekomendasi tertulis
dari Pimpinan
Kementerian/Lembaga
telah disampaikan
kepada Menteri
Keuangan secara tepat
waktu yaitu paling
lambat 30 (tiga puluh)
hari sejak permohonan
Wajib Bayar diterima
secara lengkap, serta
didukung dengan
kertas kerja/data
dukung yang memadai
f. Teliti apakah
persetujuan atau
penolakan Menteri
Keuangan atas
permohonan Wajib
Bayar telah
ditindaklanjuti oleh
Pimpinan
Kementerian/Lembaga
dalam jangka waktu
paling lambat 7 (tujuh)
63. 63 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
hari, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Dalam hal
disetujui, jumlah
dan jangka waktu
angsuran atau
penundaan
pembayaran
PNBP Terutang
ditetapkan dalam
surat persetujuan
Menteri dengan
dikenakan bunga
sebesar 2% (dua
persen) per bulan
dari bagian yang
terutang dan
bagian dari bulan
dihitung 1 (satu)
bulan penuh.
2) Dalam hal ditolak,
Pimpinan
Kementerian/
Lembaga wajib
menagih seluruh
PNBP Terutang
kepada Wajib
Bayar paling
lambat 7 (tujuh)
hari sejak Surat
Penolakan
diterima oleh
Wajib Bayar
g. Teliti apakah seluruh
permohonan
mengangsur/ menunda
pembayaran PNBP
terutang telah
64. 64 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
ditindaklanjuti sesuai
dengan ketentuan,
yaitu dengan
meneruskan
permohonan
mengangsur/ menunda
kepada Menteri
Keuangan atau dengan
menolak permohonan
dari Wajib Bayar
h. Buat simpulan
5.
Pengembalian Lebih
Bayar yang diajukan
Wajib Bayar (Self
Assessment)
Sasaran:
Menguji kepatuhan dalam
menindaklanjuti
Permohonan
Pengembalian lebih bayar
yang diajukan Wajib Bayar
(Self Assessment) sesuai
dengan ketentuan.
Kriteria:
UU Nomor 9 Tahun 2018
tentang PNBP
Langkah Kerja:
a. Dapatkan:
1) Rekapitulasi serta
surat permohonan
pengembalian lebih
bayar yang diajukan
Wajib Bayar beserta
dokumen
pendukung
permohonan antara
lain:
65. 65 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
a) Bagi Wajib Bayar
yang masih
menjalankan
kegiatan usaha:
laporan
keuangan dan
informasi
mengenai
kelangsungan
kegiatan usaha
Wajib Bayar
b) Bagi Wajib Bayar
yang pailit
dan/atau tidak
menjalan
kegiatan usaha
lagi: Surat
keterangan dari
instansi yang
berwenang atau
pailit yang
dibuktikan
dengan putusan/
penetapan
pengadilan
b. Lakukan pengujian
terhadap nilai
permohonan
pengembalian Wajib
Bayar
c. Teliti apakah terdapat
pengembalian lebih
bayar yang disetujui
Pimpinan K/L, namun
tidak sesuai dengan
ketentuan:
1.) Bagi Wajib Bayar
masih usaha:
66. 66 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
Kelebihan
pembayaran
PNBP
diperhitungkan
sebagai
pembayaran di
muka Wajib Bayar
yang
bersangkutan atas
jumlah PNBP
Terutang periode
berikutnya,
2.) Bagi Wajib Bayar
berhenti usaha
(dilengkapi
dokumen yang
sah): Pimpinan
Kementerian/Lem
baga/Instansi
Pengelola PNBP
menyampaikan
permohonan
pengembalian
lebih bayar kepada
Menteri Keuangan
disertai
rekomendasi
tertulis untuk
mendapat
penetapan
persetujuan
pengembalian
lebih bayar.
d. Buat simpulan
6.
Keberatan penetapan
PNBP terutang yang
diajukan Wajib Bayar
(Self Assessment)
67. 67 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
Sasaran:
Menguji kepatuhan dalam
menindaklanjuti
Permohonan Keberatan
penetapan PNBP terutang
yang melakukan Self
Assessment sesuai
ketentuan.
Kriteria:
a. UU Nomor 9 Tahun
2018 tentang PNBP
b. PP Nomor 34 Tahun
2010 tentang
Pengajuan dan
Penyelesaian
Keberatan atas
Penetapan Penerimaan
Negara Bukan Pajak
yang Terutang
Langkah Kerja:
a. Dapatkan:
1.) Rekapitulasi serta
surat keberatan
penetapan PNBP
terutang yang
diajukan Wajib
Bayar beserta
dokumen
pendukung
2.) Rekapitulasi serta
Surat ketetapan
PNBP terutang
baik dari Instansi
Pengelola maupun
hasil pemeriksaan
BPKP dapat
berupa:
68. 68 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
a) Surat
ketetapan
kurang bayar;
b) Surat
ketetapan
lebih bayar;
atau
c) Surat
ketetapan nihil
3.) Kertas Kerja
penelitian
Kementerian/Lem
baga atas
kelengkapan dan
keabsahan
dokumen serta
perhitungan yang
diajukan oleh
Wajib Bayar terkait
keberatan
penetapan PNBP
b. Teliti apakah
permohonan keberatan
telah memenuhi syarat:
1) Diajukan secara
tertulis dalam
bahasa Indonesia
diantaranya berisi
penjelasan dan
alasan pengajuan
permohonan
keberatan antara
lain:
- Perbedaan
kurs;
- Penentuan
cut-off;
69. 69 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
- Rincian
perhitungan
jumlah PNBP
Terutang yang
dibuat oleh
Wajib Bayar.
2) Ditujukan kepada
Pimpinan
Kementerian/Lem
baga/Instansi
Pengelola PNBP
yang menerbitkan
penetapan;
3) Pengajuan
keberatan tidak
boleh lebih dari 3
bulan sejak
tanggal
penetapan;
4) Wajib membayar
PNBP Terutang
disertai denda
bunga sebesar 2%
(apabila ada)
dibuktikan dengan
surat tanda bukti
pembayaran yang
sah;
5) Melampirkan
dokumen
pendukung terkait
lainnya antara lain
laporan keuangan
(neraca, laporan
laba rugi, laporan
arus kas, catatan
atas laporan
keuangan),
70. 70 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
Laporan Hasil
Pemeriksaan,
Surat Izin Usaha
Pendirian
Perusahaan;
6) Melampirkan
Nomor Pokok
Wajib Pajak
(NPWP).
c. Teliti apakah rincian
perhitungan jumlah
PNBP Terutang atas
Keberatan yang dibuat
oleh Wajib Bayar telah
disertai dengan
dokumen pendukung.
d. Teliti apakah terdapat
permohonan keberatan
yang tidak
ditindaklanjuti melebihi
jangka waktu 12 bulan
setelah surat
keberatan diterima
lengkap oleh
Kementerian/
Lembaga, sehingga
dapat dianggap
permohonan keberatan
dikabulkan, dan
menimbulkan
hilangnya/
berkurangnya potensi
PNBP
e. Buat simpulan
7.
Penagihan Piutang
PNBP dan Pelimpahan
Penagihan Piutang
PNBP (Self Assessment)
71. 71 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
Sasaran:
Menguji kepatuhan
penagihan dan
pelimpahan Piutang PNBP
sesuai dengan ketentuan
Kriteria:
UU Nomor 9 Tahun 2018
tentang PNBP
Langkah Kerja:
a. Dapatkan:
1) Dokumen Surat
Tagihan Pertama
atas Piutang
PNBP, Surat
Tagihan Kedua,
dan Surat Tagihan
Ketiga, beserta
dokumen
pendukung
2) Dokumen
pelimpahan
Piutang PNBP ke
Kementerian
Keuangan c.q.
DJKN
b. Lakukan pengujian
dokumen Surat
Tagihan atas
ketepatan jumlah dan
waktu:
1.) Bandingkan
jumlah Piutang
PNBP pada surat
tagihan dengan
dokumen sumber
2.) Teliti apakah
jangka waktu
penerbitan surat
72. 72 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
tagihan Pertama
atas Piutang
PNBP, Surat
Tagihan Kedua,
dan Surat Tagihan
Ketiga telah sesuai
ketentuan
c. Teliti apakah jangka
waktu pelimpahan
Piutang PNBP ke
DJKN Kementerian
Keuangan telah sesuai
ketentuan
d. Buat simpulan
8. Penggunaan PNBP
Sasaran:
Menguji kepatuhan
Penggunaan PNBP
Kriteria:
a. UU Nomor 9 Tahun
2018 tentang PNBP
b. PP Nomor 73 Tahun
1999 tentang Tata
Cara Penggunaan dan
Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang
Bersumber dari
Kegiatan Tertentu
Langkah Kerja:
a. Dapatkan:
1) Rencana PNBP
terkait Pagu
Penggunaan PNBP
2) Izin Penggunaan
PNBP dari Menteri
Keuangan
3) Laporan Realisasi
PNBP khususnya
73. 73 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
terkait Penggunaan
PNBP
4) Peraturan teknis dari
Menteri/Pejabat
lainnya yang
mengatur
mekanisme
pelaporan
penggunaan PNBP
dan/atau
pemantauan
penggunaan PNBP
5) Dokumen lainnya
terkait Penggunaan
PNBP
b. Teliti apakah seluruh
Penggunaan PNBP
telah dilengkapi Izin
Penggunaan PNBP
dari Menteri Keuangan
c. Teliti apakah terdapat
penggunaan
seluruh/sebagian
PNBP secara langsung
tanpa melalui
mekanisme APBN
d. Teliti ketepatan waktu
penyampaian Laporan
Penggunaan PNBP,
yaitu secara triwulanan
disampaikan kepada
Menteri Keuangan
e. Bandingkan Laporan
Penggunaan PNBP
dengan Rencana dan
Pagu Penggunaan
PNBP
74. 74 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
f. Analisis apakah
realisasi penggunaan
telah sesuai dengan
rencana
g. Lakukan Pemeriksaan
fisik (on-site) atas
realisasi penggunaan
PNBP dan Bandingkan
hasil Pemeriksaan fisik
dengan Laporan
Penggunaan PNBP
h. Buat simpulan
9.
Pelaporan PNBP melalui
Bendahara
Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu
Sasaran:
Menguji tingkat kepatuhan
terkait Pelaporan PNBP
oleh Bendahara
Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu
Kriteria:
a. UU Nomor 9 Tahun
2018 tentang PNBP
b. PP Nomor 22 Tahun
1997 tentang Jenis
dan Penyetoran
Penerimaan Negara
Bukan Pajak
Langkah Kerja:
a. Jika masih ada PNBP
yang diterima secara
tunai oleh
Bendahara/tidak
melalui mekanisme
SIMPONI, dapatkan:
75. 75 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
1.) Surat
Pengangkatan
Bendahara
Penerimaan/Bend
ahara Penerimaan
Pembantu
2.) Laporan
Pertanggungjawab
an Bendahara
Penerimaan/Bend
ahara Penerimaan
Pembantu yang
meliputi laporan
atas penerimaan
dan penyetoran
PNBP
3.) Buku Kas Umum
Bendahara
Penerimaan/Bend
ahara Penerimaan
Pembantu
4.) Surat Setoran
Bukan Pajak
(SSP) dan Nomor
Transaksi
Penerimaan
Negara (NTPN)
sebagai bukti
Bendahara telah
menyetorkan
PNBP tunai ke Kas
Negara
5.) Dasar hukum
periode
penyetoran PNBP
tunai oleh
Bendahara
(apakah mendapat
76. 76 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
fasilitas
penyetoran
berkala)
b. Teliti apakah seluruh
PNBP tunai yang
diterima oleh
Bendahara telah
dicatat pada Buku Kas
Umum dan dilaporkan
dalam Laporan
Pertanggungjawban
Bendahara terkait
Penerimaan PNBP
c. Teliti apakah seluruh
PNBP tunai yang
diterima oleh
Bendahara telah
disimpan dalam
brankas/media
penyimpanan lainnya
dengan tingkat
keamanan yang
memadai
d. Teliti apakah seluruh
PNBP tunai yang
diterima oleh
Bendahara telah
disetor ke Kas Negara
secara tepat waktu
sesuai dengan
ketentuan (pada hari
PNBP diterima dari
Wajib Bayar atau dapat
dilakukan pada hari
kerja berikutnya dan
juga dapat dilakukan
secara berkala)
77. 77 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
e. Teliti apakah seluruh
penyetoran ke Kas
Negara telah
dilaporkan dalam
Laporan
Pertanggungjawban
Bendahara terkait
Penyetoran PNBP
f. Teliti apakah seluruh
penyetoran PNBP
telah didukung dengan
SSP dan NTPN
g. Teliti apakah
Bendahara
Penerimaan telah
memenuhi kewajiban
menyampaikan
pertanggungjawaban
atas penerimaan dan
penyetoran PNBP
bulan sebelumnya
kepada Pimpinan
Kementerian/Lembaga
secara tepat waktu,
yaitu paling lambat
pada tanggal 10
(sepuluh) setiap bulan.
h. Teliti apakah
Bendahara
Penerimaan
Pembantu (jika ada)
telah memenuhi
kewajiban melakukan
pembukuan atas
setoran penerimaan
yang dikelolanya dan
melaporkan secara
periodik kepada
78. 78 | P a n d u a n P e n g a w a s a n P N B P B a g i A P I P K / L
No. Langkah Kerja
Dilaksanakan
oleh
Waktu (Jam) KKA
No.Rencana Realisasi
Bendahara
Penerimaan satuan
kerja induknya.
i. Teliti apakah laporan
pertanggungjawaban
atas penerimaan dan
penyetoran PNBP
tersebut telah
disampaikan oleh
Pimpinan
Kementerian/Lembaga
/Instansi Pengelola
PNBP yang
bersangkutan kepada
Menteri Keuangan
secara tepat waktu,
yaitu paling lambat
tanggal 20 (dua puluh)
setiap bulan.
j. Buat simpulan