SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21
   Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak
    atas penghasilan berupa gaji, upah,
    honorarium, tunjangan dan pembayaran
    lainnya sehubungan dengan pekerjaan
    atau jabatan, jasa, dan kegiatan lainnya
    yang dilakukan oleh WP Orang Pribadi
    Dalam Negeri
PEMOTONG PAJAK
PPh Pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21


   Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi
    dan badan, baik merupakan pusat maupun
    cabang, perwakilan atau unit, bentuk usaha
    tetap, yang membayar gaji, upah, honorarium,
    tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
    apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan
    pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai
    atau bukan pegawai
Pemotong PPh Pasal 21


    Bendaharawan Pemerintah
    Dana     pensiun,    badan penyelenggara
     Jamsostek, dan badan-badan lain yang
     membayar uang pensiun dan Tabungan Hari
     Tua atau Jaminan Hari Tua
    Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
     atau pekerjaan bebas yang melakukan
     pembayaran honorarium
Pemotong PPh Pasal 21


    Penyelenggara kegiatan (termasuk badan
     pemerintah, organisasi termasuk organisasi
     internasional, perkumpulan, orang pribadi serta
     lembaga lainnya yang menyelenggarakan
     kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah
     atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada
     Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
     berkenaan dengan suatu kegiatan
Dikecualikan dari Pemotong Pajak :


      Badan Perwakilan Negara Asing
      Organisasi Internasional
      Orang pribadi yang tidak melakukan usaha atau
       pekerjaan bebas dan semata-mata mempekerjakan
       orang pribadi untuk pekerjaan rumah tangga atau
       pekerjaan bukan dalam lingkup usaha
Kewajiban Pemotong Pajak

   mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai
    dengan ketentuan yang berlaku
   menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
    PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang
    untuk setiap bulan kalender
   Membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh
    Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk masing-masing
    penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan
    PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang
    untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan
    atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai dengan
    ketentuan yang berlaku.
Kewajiban Pemotong Pajak

   kewajiban untuk melaporkan pemotongan
    PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk
    setiap bulan kalender sebagaimana dimaksud
    pada ayat (4) tetap berlaku, dalam hal jumlah
    pajak yang dipotong pada bulan yang
    bersangkutan nihil.
   membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21
    dan/atau PPh Pasal 26 dan memberikan bukti
    pemotongan tersebut kepada penerima
    penghasilan yang dipotong pajak.
HAK &
KEWAJIBAN
  Wajib Pajak
  PPh Pasal 21
Hak Wajib Pajak
   Meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada
    Pemotong Pajak
   Mengajukan Surat Keberatan kepada Dirjen Pajak bila
    PPh 21 yang dipotong tidak sesuai dengan peraturan
    yang berlaku
   Mengajukan permohonan banding kepada Badan
    Peradilan Pajak
Kewajiban Wajib Pajak
   Menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong pajak
    yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga
   Menyerahkan bukti pemotongan PPh 21 kepada :
       Kantor cabang baru, dalam hal pindah tugas
       Tempat kerja baru, dalam hal pindah kerja
       Dana pensiun, dalam hal pensiun
   Menyerahkan SPT Tahunan PPh 21 jika bekerja pada
    lebih dari 1 Pemberi Kerja
Objek PPh Pasal 21
   penghasilan yang diterima atau diperoleh
    secara teratur berupa gaji, uang pensiun
    bulanan, upah, honorarium (termasuk
    honorarium anggota dewan komisaris atau
    anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang
    lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang
    ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan anak,
    tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan,
    tunjangan khusus, tunjangan transpot,
    tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun,
    tunjangan pendidikan anak, bea siswa, premi
    asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan
    penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun
Objek PPh Pasal 21
   penghasilan yang diterima atau diperoleh
    secara teratur berupa gaji, uang pensiun
    bulanan, upah, honorarium (termasuk
    honorarium anggota dewan komisaris atau
    anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang
    lembur, … dan penghasilan teratur lainnya
    dengan nama apapun
Objek PPh Pasal 21
    penghasilan       yang     diterima      atau
     diperoleh secara tidak teratur berupa
     jasa    produksi,    tantiem,     gratifikasi,
     tunjangan cuti, tunjangan hari raya,
     tunjangan tahun baru, bonus, premi
     tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya
     yang sifatnya tidak tetap;
Objek PPh Pasal 21
    upah harian, upah mingguan, upah satuan,
     dan upah borongan;
    uang tebusan pensiun, uang pesangon,
     uang THT atau JHT, dan pembayaran lain
     sejenis
    honorarium, uang saku, hadiah atau
     penghargaan dengan nama dan dalam
     bentuk apapun, komisi, bea siswa, dan
     pembayaran lain sebagai imbalan
     sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
     kegiatan yang dilakukan oleh WPDN
Objek PPh Pasal 21
    Gaji, gaji kehormatan, dan tunjangan-
     tunjangan lain yang terkait dengan gaji
     yang diterima oleh Pejabat Negara,
     Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun
     dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya
     terkait dengan uang pensiun yang diterima
     oleh pensiunan termasuk janda atau duda
     dan atau anak-anaknya
Objek PPh Pasal 21
    Penerimaan dalam bentuk natura dan
     kenikmatan lainnya dengan nama apapun
     yang diberikan oleh bukan WP atau WP
     yang dikenakan Pajak Penghasilan yang
     bersifat final dan yang dikenakan Pajak
     Penghasilan       berdasarkan      norma
     penghitungan khusus (deemed profit).
Non Objek PPh Pasal 21
   Klaim asuransi, atau asuransi yang diterima
    dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi
    kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi bea siswa,
    dan asuransi dwiguna. Berdasarkan pasal 4 ayat
    (3) huruf e UU PPh
   Natura dan kenikmatan (Benefit in Kind : BIK)
    lainnya yang diterima dari WP (pemberi kerja)
    yang tidak dikenakan PPh yang bersifat final
    dan yang dikenakan PPh berdasarkan norma
    penghitungan khusus (deemed profit).
Non Objek PPh Pasal 21
   Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana
    pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri
    Keuangan dan iuran JHT yang dibayarkan
    kepada penyelenggara Jamsostek yang dibayar
    oleh pemberi kerja
   Zakat yang diterima oleh yang berhak dari
    badan atau amil zakat yang dibentuk atau
    disahkan Pemerintah
   Beasiswa
Perhitungan PPh Pasal 21

 YAITU dengan menerapkan tarif pasal 17 UU
 Nomor 17 Tahun 2000 dikalikan PENGHASILAN
 BRUTO yang telah dikurangi dengan :
    Biaya jabatan
     Sebesar 5% x Penghasilan Bruto dengan batasan
     maksimum sebesar Rp 6.000.000 (setahun) atau Rp
     500.000(sebulan)
    Iuran dana pensiun, Iuran THT, Jaminan Hari Tua
     (Jamsostek) yang dibayar karyawan
    Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan Tidak Kena Pajak

   untuk diri pegawai Rp 15.840.000
   tambahan untuk pegawai yang kawin Rp
    1.320.000,00
   tambahan untuk setiap anggota keluarga
    sedarah dan semenda dalam garis keturunan
    lurus, serta anak angkat yang menjadi
    tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang
    Rp 1.320.000
Ketentuan PTKP
   Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang
    dikurangkan adalah hanya untuk dirinya
    sendiri, dan dalam hal tidak kawin
    pengurangan PTKP selain untuk dirinya
    sendiri ditambah dengan PTKP untuk keluarga
    yang menjadi tanggungan sepenuhnya
Ketentuan PTKP
   Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan
    tertulis dari Pemerintah Daerah setempat
    (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa
    suaminya tidak menerima atau memperoleh
    penghasilan, diberikan tambahan PTKP
    sejumlah Rp 1.320.000setahun dan ditambah
    PTKP untuk keluarganya
Ketentuan PTKP
   PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada
    awal tahun takwim.

   Bagi pegawai yang baru datang dan menetap
    di Indonesia dalam bagian tahun takwim,
    besarnya PTKP tersebut dihitung berdasarkan
    keadaan pada awal bulan dari bagian tahun
    takwim yang bersangkutan
Tarif Pasal 17 untuk menghitung PPh Pasal 21


      Lapisan Penghasilan Kena Pajak   Tarif Pajak

sampai dengan Rp 50.000.000,00            5%

di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp          15%
250.000.000,00
di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp          25%
500.000.000
di atas Rp 500.000.000,00                 30%
Penghitungan PPh 21


   Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong
    setiap masa pajak, kecuali masa pajak terakhir, tarif
    diterapkan atas perkiraan penghasilan yang akan
    diperoleh selama 1 (satu) tahun, dengan ketentuan
    sebagai berikut:
       Perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah
        penghasilan teratur dalam 1 (satu) bulan dikalikan 12 (dua
        belas);
       Dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak
        teratur, maka perkiraan penghasilan yang akan diperoleh salama
        1 (satu) tahun adalah sebesar jumlah pada huruf a ditambah
        dengan jumlah penghasilan yang bersifat tidak teratur.
Penghitungan PPh 21


   Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap masa
    pajak sebagaimana dimaksud pada ayat adalah:
   Atas penghasilan yang bersifat teratur adalah sebesar Pajak
    Penghasilan terutang atas jumlah penghasilan dibagi 12 (dua
    belas)
   Atas penghasilan yang bersifat tidak teratur adalah sebesar
    selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang, atas jumlah
    penghasilan dengan Pajak Penghasilan yang terutang atas
    jumlah penghasilan a
Penghitungan PPh 21 Karyawan yang Bekerja
    Pada Sebagian Tahun Pajak
    Dalam hal pegawai tetap kewajiban
     pajak subjektifnya hanya meliputi bagian
     tahun pajak, perhitungan PPh Pasal 21
     yang terutang untuk bagian tahun pajak
     tersebut dihitung berdasarkan
     penghasilan kena pajak yang
     disetahunkan, sebanding dengan jumlah
     bulan dalam bagian tahun pajak yang
     bersangkutan.
Penghitungan PPh 21 Karyawan yang Bekerja
    Pada Sebagian Tahun Pajak

    Dalam hal pegawai tetap berhenti bekerja
     sebelum bulan desember dan jumlah PPh
     Pasal 21 yang telah dipotong dalam tahun
     kalender yang bersangkutan lebih besar dari
     PPh pasal 21 yang terhutang untuk 1 (satu)
     tahun pajak, maka kelebihan PPh Pasal 21
     yang telah dipotong tersebut dikembalikan
     kepada pegawai tetap yang bersangkutan
     bersamaan dengan pemberian bukti
     pemotongan PPh Pasal 21, paling lambat
     akhir bulan berikutnya setelah berhenti
     bekerja.
PPH 21
UPAH HARIAN, UPAH
SATUAN, UPAH
MINGGUAN, UPAH
BORONGAN
Ketentuan :

   Penerimanya bukan pegawai tetap
   Tidak dibayarkan secara bulanan
   Jumlahnya melebihi Rp 150.000 sehari, tetapi
    tidak lebih dari Rp 1.320.000 sebulan
Tarif 5%
dikalikan
Upah Terutang Pajak
(Upah sehari dikurangi Rp 150.000)
Ketentuan Penghasilan :
     Bila penghasilan merupakan upah mingguan,
      upah sehari adalah upah seminggu dibagi 6
     Bila penghasilan merupakan upah satuan,
      upah sehari adalah banyaknya satuan produk
      dihasilkan dalam sehari dikali upah satuan
      produk
     Bila penghasilan merupakan upah borongan,
      upah satu hari adalah jumlah upah borongan
      dibagi banyaknya hari untuk menyelesaikan
      pekerjaan yang dimaksud
Penghitungan pajak bila tidak sesuai ketentuan
:

   Tarif Pasal 17 dikalikan Penghasilan Kena Pajak
   PTKP ditentukan sebagai berikut :
       Bila penerimanya adalah pegawai tetap atau tenaga
        lepas yang dibayarkan bulanan adalah PTKP setahun
       Bila penghasilan melebihi Rp 1.320,000/bulan atau
        Rp 15.840.000/tahun , PTKP setahun dibagi 360 hari
Tarif Pasal 17
x
Penghasilan Bruto
   Honorarium anggota dewan komisaris atau dewan
    pengawas yang tidak merangkap pegawai tetap pada
    perusahaan yang sama
   Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus yang diterima
    atau diperoleh mantan pegawai
   Penarikan dana pada dana pensiun yang pendiriannya
    telah disahkan menteri keuangan
   Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi,
    bea siswa, dan pembayaran lain dengan nama apapun
    sebagai imbalan atas jasa atau kegiatan yang jumlahnya
    dihitung tidak atas banyaknya hari yang diperlukan untuk
    menyelesaikan jasa atau kegiatan tersebut
PPH 21
JASA
TENAGA AHLI
Tenaga Ahli
Penghasilan netto yang diterima oleh :
 Pengacara

 Akuntan

 Arsitek

 Dokter

 Konsultan

 Notaris

 Penilai

 Aktuaris
PPh 21
   Tarif Pasal 17 atas jumlah kumulatif jumlah
    kumulatif 50% (lima puluh persen) dari jumlah
    penghasilan bruto yang dibayarkan atau
    terutang dalam 1 (satu) tahun kalender.
Ketentuan Khusus Dokter
   Besarnya penghasilan bruto yang menjadi
    dasar perhitungan adalah sebesar jasa dokter
    yang dibayarkan pasien melalui rumah sakit
    dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya
    atau bagi hasil oleh rumah sakit dan/atau
    klinik.
Penerapan Tarif
Bagi Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh
Pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal
21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh
persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak.

More Related Content

What's hot

PPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soalPPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soalYABES HULU
 
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadiBahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadiGendhuk Nugroho
 
Pedoman penyetoran pph pasal 21
Pedoman penyetoran pph pasal 21Pedoman penyetoran pph pasal 21
Pedoman penyetoran pph pasal 21kp2kppacitan
 
Sosialisasi pajak copy
Sosialisasi pajak   copySosialisasi pajak   copy
Sosialisasi pajak copysusanti daly
 
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21PELANGI ANGGITA
 
PPh Pasal 21 menurut Per-31/PJ/2012
PPh Pasal 21 menurut Per-31/PJ/2012PPh Pasal 21 menurut Per-31/PJ/2012
PPh Pasal 21 menurut Per-31/PJ/2012Amalia Sari W
 
PPh 21 pegawai tetap & pasangan
PPh 21 pegawai tetap & pasanganPPh 21 pegawai tetap & pasangan
PPh 21 pegawai tetap & pasanganalarif-aholic
 
Slide PPh Pasal 21
Slide PPh Pasal 21Slide PPh Pasal 21
Slide PPh Pasal 21Dudi Wahyudi
 
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadi
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang PribadiS-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadi
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadimateripenyuluhan
 
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21Tobagus Makmun
 
Slide pph orang pribadi
Slide pph orang pribadiSlide pph orang pribadi
Slide pph orang pribadiNaila Karima
 
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Prie Yono
 
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaMateri Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaIkbalAdytiaNst
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21Fitri Bersahabat
 
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21Bab 4 pajak penghasilan pasal 21
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21Sidik Abdullah
 

What's hot (20)

PPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soalPPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soal
 
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadiBahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
 
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21PPh Pasal 21
PPh Pasal 21
 
Pedoman penyetoran pph pasal 21
Pedoman penyetoran pph pasal 21Pedoman penyetoran pph pasal 21
Pedoman penyetoran pph pasal 21
 
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21
 
Tata cara pemotongan pph pasal 21
Tata cara pemotongan pph pasal 21Tata cara pemotongan pph pasal 21
Tata cara pemotongan pph pasal 21
 
Sosialisasi pajak copy
Sosialisasi pajak   copySosialisasi pajak   copy
Sosialisasi pajak copy
 
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
 
PPh Pasal 21 menurut Per-31/PJ/2012
PPh Pasal 21 menurut Per-31/PJ/2012PPh Pasal 21 menurut Per-31/PJ/2012
PPh Pasal 21 menurut Per-31/PJ/2012
 
PPh 21 pegawai tetap & pasangan
PPh 21 pegawai tetap & pasanganPPh 21 pegawai tetap & pasangan
PPh 21 pegawai tetap & pasangan
 
Slide PPh Pasal 21
Slide PPh Pasal 21Slide PPh Pasal 21
Slide PPh Pasal 21
 
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadi
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang PribadiS-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadi
S-PL-022-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Orang Pribadi
 
PPh pasal 21
PPh pasal 21PPh pasal 21
PPh pasal 21
 
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21
 
Slide pph orang pribadi
Slide pph orang pribadiSlide pph orang pribadi
Slide pph orang pribadi
 
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
 
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaMateri Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21
 
PPh 21
PPh 21PPh 21
PPh 21
 
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21Bab 4 pajak penghasilan pasal 21
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21
 

Viewers also liked

Perpajakan kup (ketentuan umum pajak) pertemuan iii
Perpajakan    kup (ketentuan umum pajak) pertemuan iiiPerpajakan    kup (ketentuan umum pajak) pertemuan iii
Perpajakan kup (ketentuan umum pajak) pertemuan iiiFadhil Ismi
 
Bab1 pengantar perpajakan
Bab1 pengantar perpajakanBab1 pengantar perpajakan
Bab1 pengantar perpajakanIke Hanisyah
 
Bab 1 pengantar perpajakan
Bab 1 pengantar perpajakanBab 1 pengantar perpajakan
Bab 1 pengantar perpajakandessayti
 
PAJAK dan HUKUM PAJAK
PAJAK dan HUKUM PAJAKPAJAK dan HUKUM PAJAK
PAJAK dan HUKUM PAJAKsischayank
 
Bab 1& 2 pengantar perpajakan
Bab 1& 2 pengantar perpajakanBab 1& 2 pengantar perpajakan
Bab 1& 2 pengantar perpajakanPet-pet
 
Pelaku kegiatan ekonomi
Pelaku kegiatan ekonomiPelaku kegiatan ekonomi
Pelaku kegiatan ekonomiAyie Rizali
 
PELAKU DAN PERAN DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
PELAKU DAN PERAN DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIAPELAKU DAN PERAN DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
PELAKU DAN PERAN DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIAnuyy widyasti
 
PPT peran pelaku ekonomi
PPT peran pelaku ekonomiPPT peran pelaku ekonomi
PPT peran pelaku ekonomiRizka Lubis
 
Power point ips pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian indonesia
Power point ips pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian indonesiaPower point ips pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian indonesia
Power point ips pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian indonesiasehunexo
 
Bab 08 Pelaku Ekonomi dalam sistem perekonomian (Kls XI)
Bab 08 Pelaku Ekonomi dalam sistem perekonomian (Kls XI)Bab 08 Pelaku Ekonomi dalam sistem perekonomian (Kls XI)
Bab 08 Pelaku Ekonomi dalam sistem perekonomian (Kls XI)Yuni Tri Retnani Sardi, S.Pd
 
Ppt perpajakan
Ppt perpajakanPpt perpajakan
Ppt perpajakanUNISBA
 

Viewers also liked (16)

pp
pppp
pp
 
Perpajakan kup (ketentuan umum pajak) pertemuan iii
Perpajakan    kup (ketentuan umum pajak) pertemuan iiiPerpajakan    kup (ketentuan umum pajak) pertemuan iii
Perpajakan kup (ketentuan umum pajak) pertemuan iii
 
Bab1 pengantar perpajakan
Bab1 pengantar perpajakanBab1 pengantar perpajakan
Bab1 pengantar perpajakan
 
Bab 1 pengantar perpajakan
Bab 1 pengantar perpajakanBab 1 pengantar perpajakan
Bab 1 pengantar perpajakan
 
PAJAK dan HUKUM PAJAK
PAJAK dan HUKUM PAJAKPAJAK dan HUKUM PAJAK
PAJAK dan HUKUM PAJAK
 
PAJAK
PAJAKPAJAK
PAJAK
 
Bab 1& 2 pengantar perpajakan
Bab 1& 2 pengantar perpajakanBab 1& 2 pengantar perpajakan
Bab 1& 2 pengantar perpajakan
 
Pajak - Materi SMA
Pajak - Materi SMA Pajak - Materi SMA
Pajak - Materi SMA
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
Pelaku kegiatan ekonomi
Pelaku kegiatan ekonomiPelaku kegiatan ekonomi
Pelaku kegiatan ekonomi
 
Dasar-dasar Perpajakan
Dasar-dasar PerpajakanDasar-dasar Perpajakan
Dasar-dasar Perpajakan
 
PELAKU DAN PERAN DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
PELAKU DAN PERAN DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIAPELAKU DAN PERAN DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
PELAKU DAN PERAN DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
 
PPT peran pelaku ekonomi
PPT peran pelaku ekonomiPPT peran pelaku ekonomi
PPT peran pelaku ekonomi
 
Power point ips pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian indonesia
Power point ips pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian indonesiaPower point ips pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian indonesia
Power point ips pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian indonesia
 
Bab 08 Pelaku Ekonomi dalam sistem perekonomian (Kls XI)
Bab 08 Pelaku Ekonomi dalam sistem perekonomian (Kls XI)Bab 08 Pelaku Ekonomi dalam sistem perekonomian (Kls XI)
Bab 08 Pelaku Ekonomi dalam sistem perekonomian (Kls XI)
 
Ppt perpajakan
Ppt perpajakanPpt perpajakan
Ppt perpajakan
 

Similar to PPh 21

6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pptCesiliaArum1
 
INISIASI pajak penghasilan pasal 21.pptx
INISIASI pajak penghasilan pasal 21.pptxINISIASI pajak penghasilan pasal 21.pptx
INISIASI pajak penghasilan pasal 21.pptxYudhiAprianto3
 
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptPAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptBesarArdhiNugraha
 
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptMATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptHandiPurnomo8
 
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxSlide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxIrwanMusic
 
PPH Pasal 21 PTKP Baru
PPH Pasal 21 PTKP BaruPPH Pasal 21 PTKP Baru
PPH Pasal 21 PTKP Barunekzho
 
Slide presentasi PPh pasal 21
Slide presentasi PPh pasal 21Slide presentasi PPh pasal 21
Slide presentasi PPh pasal 21alarif-aholic
 
4 PPh Pasal 21.pptx
4 PPh Pasal 21.pptx4 PPh Pasal 21.pptx
4 PPh Pasal 21.pptxAnandaAyu13
 
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013Almira Agusta
 
Pajak penghasilan pasal 21
Pajak penghasilan pasal 21Pajak penghasilan pasal 21
Pajak penghasilan pasal 21maryaxfate
 
PPh-21-20022017.pptx
PPh-21-20022017.pptxPPh-21-20022017.pptx
PPh-21-20022017.pptxGilangAntono
 
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1Triyani Budianto
 
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawan
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op KaryawanNpwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawan
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawanyoucarenow
 
EnforceA Konsultan Pajak Webinar Penghitungan PPh Pasal 21
EnforceA Konsultan Pajak Webinar Penghitungan PPh Pasal 21EnforceA Konsultan Pajak Webinar Penghitungan PPh Pasal 21
EnforceA Konsultan Pajak Webinar Penghitungan PPh Pasal 21EnforceA Real Solution
 
SLIDE PER 31 TAHUN 2021 (1).pptx
SLIDE PER 31 TAHUN 2021 (1).pptxSLIDE PER 31 TAHUN 2021 (1).pptx
SLIDE PER 31 TAHUN 2021 (1).pptxWidiaNoviaShafira
 
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26Nova Ardila
 

Similar to PPh 21 (20)

6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
 
INISIASI pajak penghasilan pasal 21.pptx
INISIASI pajak penghasilan pasal 21.pptxINISIASI pajak penghasilan pasal 21.pptx
INISIASI pajak penghasilan pasal 21.pptx
 
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptPAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
 
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptMATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
 
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxSlide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
 
kelompok 3.pptx
kelompok 3.pptxkelompok 3.pptx
kelompok 3.pptx
 
kelompok 3.pptx
kelompok 3.pptxkelompok 3.pptx
kelompok 3.pptx
 
PPh 21
PPh 21PPh 21
PPh 21
 
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21PPh Pasal 21
PPh Pasal 21
 
PPH Pasal 21 PTKP Baru
PPH Pasal 21 PTKP BaruPPH Pasal 21 PTKP Baru
PPH Pasal 21 PTKP Baru
 
Slide presentasi PPh pasal 21
Slide presentasi PPh pasal 21Slide presentasi PPh pasal 21
Slide presentasi PPh pasal 21
 
4 PPh Pasal 21.pptx
4 PPh Pasal 21.pptx4 PPh Pasal 21.pptx
4 PPh Pasal 21.pptx
 
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013
 
Pajak penghasilan pasal 21
Pajak penghasilan pasal 21Pajak penghasilan pasal 21
Pajak penghasilan pasal 21
 
PPh-21-20022017.pptx
PPh-21-20022017.pptxPPh-21-20022017.pptx
PPh-21-20022017.pptx
 
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
 
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawan
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op KaryawanNpwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawan
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawan
 
EnforceA Konsultan Pajak Webinar Penghitungan PPh Pasal 21
EnforceA Konsultan Pajak Webinar Penghitungan PPh Pasal 21EnforceA Konsultan Pajak Webinar Penghitungan PPh Pasal 21
EnforceA Konsultan Pajak Webinar Penghitungan PPh Pasal 21
 
SLIDE PER 31 TAHUN 2021 (1).pptx
SLIDE PER 31 TAHUN 2021 (1).pptxSLIDE PER 31 TAHUN 2021 (1).pptx
SLIDE PER 31 TAHUN 2021 (1).pptx
 
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
 

PPh 21

  • 2. Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh WP Orang Pribadi Dalam Negeri
  • 4. Pemotong PPh Pasal 21  Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit, bentuk usaha tetap, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai
  • 5. Pemotong PPh Pasal 21  Bendaharawan Pemerintah  Dana pensiun, badan penyelenggara Jamsostek, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua  Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang melakukan pembayaran honorarium
  • 6. Pemotong PPh Pasal 21  Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan
  • 7. Dikecualikan dari Pemotong Pajak :  Badan Perwakilan Negara Asing  Organisasi Internasional  Orang pribadi yang tidak melakukan usaha atau pekerjaan bebas dan semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam lingkup usaha
  • 8. Kewajiban Pemotong Pajak  mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku  menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender  Membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
  • 9. Kewajiban Pemotong Pajak  kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap bulan kalender sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tetap berlaku, dalam hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.  membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada penerima penghasilan yang dipotong pajak.
  • 10. HAK & KEWAJIBAN Wajib Pajak PPh Pasal 21
  • 11. Hak Wajib Pajak  Meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada Pemotong Pajak  Mengajukan Surat Keberatan kepada Dirjen Pajak bila PPh 21 yang dipotong tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku  Mengajukan permohonan banding kepada Badan Peradilan Pajak
  • 12. Kewajiban Wajib Pajak  Menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong pajak yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga  Menyerahkan bukti pemotongan PPh 21 kepada :  Kantor cabang baru, dalam hal pindah tugas  Tempat kerja baru, dalam hal pindah kerja  Dana pensiun, dalam hal pensiun  Menyerahkan SPT Tahunan PPh 21 jika bekerja pada lebih dari 1 Pemberi Kerja
  • 13. Objek PPh Pasal 21  penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transpot, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, bea siswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun
  • 14. Objek PPh Pasal 21  penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, … dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun
  • 15. Objek PPh Pasal 21  penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap;
  • 16. Objek PPh Pasal 21  upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan;  uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang THT atau JHT, dan pembayaran lain sejenis  honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh WPDN
  • 17. Objek PPh Pasal 21  Gaji, gaji kehormatan, dan tunjangan- tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya
  • 18. Objek PPh Pasal 21  Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan WP atau WP yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).
  • 19. Non Objek PPh Pasal 21  Klaim asuransi, atau asuransi yang diterima dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi bea siswa, dan asuransi dwiguna. Berdasarkan pasal 4 ayat (3) huruf e UU PPh  Natura dan kenikmatan (Benefit in Kind : BIK) lainnya yang diterima dari WP (pemberi kerja) yang tidak dikenakan PPh yang bersifat final dan yang dikenakan PPh berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).
  • 20. Non Objek PPh Pasal 21  Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran JHT yang dibayarkan kepada penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja  Zakat yang diterima oleh yang berhak dari badan atau amil zakat yang dibentuk atau disahkan Pemerintah  Beasiswa
  • 21. Perhitungan PPh Pasal 21 YAITU dengan menerapkan tarif pasal 17 UU Nomor 17 Tahun 2000 dikalikan PENGHASILAN BRUTO yang telah dikurangi dengan :  Biaya jabatan Sebesar 5% x Penghasilan Bruto dengan batasan maksimum sebesar Rp 6.000.000 (setahun) atau Rp 500.000(sebulan)  Iuran dana pensiun, Iuran THT, Jaminan Hari Tua (Jamsostek) yang dibayar karyawan  Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
  • 22. Penghasilan Tidak Kena Pajak  untuk diri pegawai Rp 15.840.000  tambahan untuk pegawai yang kawin Rp 1.320.000,00  tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang Rp 1.320.000
  • 23. Ketentuan PTKP  Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri, dan dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya
  • 24. Ketentuan PTKP  Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, diberikan tambahan PTKP sejumlah Rp 1.320.000setahun dan ditambah PTKP untuk keluarganya
  • 25. Ketentuan PTKP  PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun takwim.  Bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun takwim, besarnya PTKP tersebut dihitung berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun takwim yang bersangkutan
  • 26. Tarif Pasal 17 untuk menghitung PPh Pasal 21 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak sampai dengan Rp 50.000.000,00 5% di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 15% 250.000.000,00 di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 25% 500.000.000 di atas Rp 500.000.000,00 30%
  • 27. Penghitungan PPh 21  Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa pajak, kecuali masa pajak terakhir, tarif diterapkan atas perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama 1 (satu) tahun, dengan ketentuan sebagai berikut:  Perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah penghasilan teratur dalam 1 (satu) bulan dikalikan 12 (dua belas);  Dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak teratur, maka perkiraan penghasilan yang akan diperoleh salama 1 (satu) tahun adalah sebesar jumlah pada huruf a ditambah dengan jumlah penghasilan yang bersifat tidak teratur.
  • 28. Penghitungan PPh 21  Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap masa pajak sebagaimana dimaksud pada ayat adalah:  Atas penghasilan yang bersifat teratur adalah sebesar Pajak Penghasilan terutang atas jumlah penghasilan dibagi 12 (dua belas)  Atas penghasilan yang bersifat tidak teratur adalah sebesar selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang, atas jumlah penghasilan dengan Pajak Penghasilan yang terutang atas jumlah penghasilan a
  • 29. Penghitungan PPh 21 Karyawan yang Bekerja Pada Sebagian Tahun Pajak  Dalam hal pegawai tetap kewajiban pajak subjektifnya hanya meliputi bagian tahun pajak, perhitungan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bagian tahun pajak tersebut dihitung berdasarkan penghasilan kena pajak yang disetahunkan, sebanding dengan jumlah bulan dalam bagian tahun pajak yang bersangkutan.
  • 30. Penghitungan PPh 21 Karyawan yang Bekerja Pada Sebagian Tahun Pajak  Dalam hal pegawai tetap berhenti bekerja sebelum bulan desember dan jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong dalam tahun kalender yang bersangkutan lebih besar dari PPh pasal 21 yang terhutang untuk 1 (satu) tahun pajak, maka kelebihan PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut dikembalikan kepada pegawai tetap yang bersangkutan bersamaan dengan pemberian bukti pemotongan PPh Pasal 21, paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berhenti bekerja.
  • 31. PPH 21 UPAH HARIAN, UPAH SATUAN, UPAH MINGGUAN, UPAH BORONGAN
  • 32. Ketentuan :  Penerimanya bukan pegawai tetap  Tidak dibayarkan secara bulanan  Jumlahnya melebihi Rp 150.000 sehari, tetapi tidak lebih dari Rp 1.320.000 sebulan
  • 33. Tarif 5% dikalikan Upah Terutang Pajak (Upah sehari dikurangi Rp 150.000)
  • 34. Ketentuan Penghasilan :  Bila penghasilan merupakan upah mingguan, upah sehari adalah upah seminggu dibagi 6  Bila penghasilan merupakan upah satuan, upah sehari adalah banyaknya satuan produk dihasilkan dalam sehari dikali upah satuan produk  Bila penghasilan merupakan upah borongan, upah satu hari adalah jumlah upah borongan dibagi banyaknya hari untuk menyelesaikan pekerjaan yang dimaksud
  • 35. Penghitungan pajak bila tidak sesuai ketentuan :  Tarif Pasal 17 dikalikan Penghasilan Kena Pajak  PTKP ditentukan sebagai berikut :  Bila penerimanya adalah pegawai tetap atau tenaga lepas yang dibayarkan bulanan adalah PTKP setahun  Bila penghasilan melebihi Rp 1.320,000/bulan atau Rp 15.840.000/tahun , PTKP setahun dibagi 360 hari
  • 37. Honorarium anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap pegawai tetap pada perusahaan yang sama  Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus yang diterima atau diperoleh mantan pegawai  Penarikan dana pada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan menteri keuangan  Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain dengan nama apapun sebagai imbalan atas jasa atau kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan tersebut
  • 39. Tenaga Ahli Penghasilan netto yang diterima oleh :  Pengacara  Akuntan  Arsitek  Dokter  Konsultan  Notaris  Penilai  Aktuaris
  • 40. PPh 21  Tarif Pasal 17 atas jumlah kumulatif jumlah kumulatif 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yang dibayarkan atau terutang dalam 1 (satu) tahun kalender.
  • 41. Ketentuan Khusus Dokter  Besarnya penghasilan bruto yang menjadi dasar perhitungan adalah sebesar jasa dokter yang dibayarkan pasien melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik.
  • 42. Penerapan Tarif Bagi Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.