Tujuan pengoperasian jaringan irigasi adalah mendukung produktivitas lahan pertanian secara maksimal dengan melakukan perencanaan dan pelaksanaan operasi yang efektif dan efisien serta melibatkan petani dalam setiap tahapannya.
Beberapa permasalahan utama di bidang sumber daya air adalah banjir serta kurangnya konservasi, yang mana keduanya memberikan kerugian yang sangat besar bagi kita semua, baik secara materi maupun non-materi. Sebab-sebab serta solusi permasalahan tersebut akan dibahas secara ringkas dalam dokumen ini.
Beberapa permasalahan utama di bidang sumber daya air adalah banjir serta kurangnya konservasi, yang mana keduanya memberikan kerugian yang sangat besar bagi kita semua, baik secara materi maupun non-materi. Sebab-sebab serta solusi permasalahan tersebut akan dibahas secara ringkas dalam dokumen ini.
Pola Penanganan Drainase Perkotaan menjelaskan mengenai aspek hukum dan peraturan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan drainase, paradigma baru dalam penanganan drainase, dan berbagai opsi teknologi drainase. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR (WATER RESOURCES MANAGEMENT)
Materi pengantar sistem rekayasa teknik sipil
Komponen MSDA
peran sarjana teknik sipil dalam bidang MSDA
Permasalahan banjir yang melanda Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta disebabkan oleh daya airnya yang rusak : tersumbatnya air pada saluran bak kontrol sehingga air meluap ke atas.
Dasar-dasar Pelaksanaan Konstruksi Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL-T)Joy Irman
Pelatihan Pelaksanaan Konstruksi atau Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pelaksanaan Konstruksi, (B) Tahap Pra Konstruksi, (C) Pelaksanaan Konstruksi/Pembangunan, dan (D) Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstruksi. Masing-masing Modul tersebut terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanDewangga Setiawan
[REFERENSI] Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase - Pengelolaan sampah merupakan tugas dan kewajiban dari Pemerintah Kota/Kabupaten untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang bersih dan sehat; untuk meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarat di wilayahnya; dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Pusat memiliki kewenangan dalam pembinaan dan pengaturan, termasuk dalam pengembangan petunjuk teknis yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten. Buku ini merupakan salah satu petunjuk teknis yang diharapkan dapat membantu pengelola sampah Kota/Kabupaten dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan. Buku standar operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan ini masih memerlukan penyesuaian terutama dalam hal perhitungan biaya pengelolaan dan retribusi; yang dalam hal ini perlu disesuaikan dengan satuan biaya yang berlaku di Kota/Kabupaten. Harapan penyusun semoga buku ini bermanfaat.
Pola Penanganan Drainase Perkotaan menjelaskan mengenai aspek hukum dan peraturan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan drainase, paradigma baru dalam penanganan drainase, dan berbagai opsi teknologi drainase. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR (WATER RESOURCES MANAGEMENT)
Materi pengantar sistem rekayasa teknik sipil
Komponen MSDA
peran sarjana teknik sipil dalam bidang MSDA
Permasalahan banjir yang melanda Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta disebabkan oleh daya airnya yang rusak : tersumbatnya air pada saluran bak kontrol sehingga air meluap ke atas.
Dasar-dasar Pelaksanaan Konstruksi Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL-T)Joy Irman
Pelatihan Pelaksanaan Konstruksi atau Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pelaksanaan Konstruksi, (B) Tahap Pra Konstruksi, (C) Pelaksanaan Konstruksi/Pembangunan, dan (D) Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstruksi. Masing-masing Modul tersebut terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanDewangga Setiawan
[REFERENSI] Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase - Pengelolaan sampah merupakan tugas dan kewajiban dari Pemerintah Kota/Kabupaten untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang bersih dan sehat; untuk meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarat di wilayahnya; dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Pusat memiliki kewenangan dalam pembinaan dan pengaturan, termasuk dalam pengembangan petunjuk teknis yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten. Buku ini merupakan salah satu petunjuk teknis yang diharapkan dapat membantu pengelola sampah Kota/Kabupaten dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan. Buku standar operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan ini masih memerlukan penyesuaian terutama dalam hal perhitungan biaya pengelolaan dan retribusi; yang dalam hal ini perlu disesuaikan dengan satuan biaya yang berlaku di Kota/Kabupaten. Harapan penyusun semoga buku ini bermanfaat.
Pengkajian Kelas Air Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01Tahun 2007 tentang Pedoman Pengkajian Teknis Untuk Menetapkan Kelas Air
Informasi lainnya bisa kunjungi www.mutiarafarhan.com
This slide was made for a seminar about water crisis in Balikpapan on November 24, 2014. The crisis was started by the low water level in Manggar Reservoir, the only water source for Kota Balikpapan.
1. Oleh : Ir. Eman Sulaiman, ME
Diklat Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Tingkat Juru
Balai Diklat PU Wilayah IV Surabaya
Kupang, 20 Agustus 2015
2. DEFINISI
OPERASI
Adalah upaya pengaturan air irigasi
dan pembuangannya, termasuk
kegiatan membuka-menutup pintu
bangunan irigasi, menyusun rencana
tata tanam, menyusun sistem
golongan, menyusun rencana
pembagian air, melaksanakan
kalibrasi pintu atau bangunan ukur,
mengumpulkan data, memantau, dan
mengevaluasi.
3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud pemaparan ini adalah untuk
memberikan penjelasan tentang operasi jaringan
irigasi melalui proses kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan di lapangan secara benar pada
peserta pelatihan OP jaringan irigasi.
Tujuannya agar para peserta diklat mampu
melaksanakan pembagian dan pemberian air
irigasi secara efektif dan efisien serta
berkelanjutan
4. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
(Kembali ke UU No.11 Th 1974 Tentang Pengairan)
2. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi.
3. Permen PU No. 30 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Pengembangan dan pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif.
4. Permen PU No. 32 Tahun 2007 Tentang Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
5. Permen PU No. 33 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A.
6. Permen PUPR No. 30 Tahun 2015 Tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem irigasi.
7. Permen PUPR No. 17 Tahun 2015 Tentang Komisi Irigasi
5. LATAR BELAKANG
Merupakan kelanjutan dari proses pembangunan irigasi.
Fungsi pelayanan irigasi dapat memberikan manfaat
optimal untuk menunjang usaha-usaha sektor pertanian.
Pelaks pembagian air merupakan implementasi dari
Rencana Pembagian Air (RPA).
Petugas lapangan hrs memahami dan dapat
melaksanakan RPA yang ditetapkan pd rapat Komir.
Problem terbatasnya dana utk OP jaringan irigasi.
Ketidak efisiensi penggunaan air.
Kekurang tepatan pelaksanaan rencana tata tanam.
Kekeringan, banjir, problem sosial dan politik.
6. Penyebab
buruknya
pelaks operasi
jaringan irigasi
1. Lemahnya keterampilan teknik
dalam penyiapan rencana,
pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi pelaks OP.
2. Cacat teknik karena kegagalan
desain, buruknya konstruksi atau
tidak adanya pemeliharaan jaringan
irigasi secara berkelanjutan.
3. Lemahnya organisasi OP
7. PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun dibawah
permukaan tanah, termasuk pengertian air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat.
2. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan
yang terdapat pada, diatas, ataupun dibawah permukaan tanah.
3. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi
tambak.
4. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.
5. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan
pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk
penyediaan, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi
8. 6. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangnya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bang
irigasi , menyusun renc tata tanam, sistem golongan, rencana
pembagian air, melaks kalibrasi pintu/bang, mengumpulkan data,
memantau dan evaluasi.
7. Jaringan Tersier : Jar irigasi di dlm petak tersier termasuk
pembuang, terdiri sal pembawa disebut sal tersier, sal pembagi
disebut sal kuarter.
8. Petak Irigasi : Petak lahan yg memperoleh air irigasi.
9. Petak Tersier : Kumpulan petak irigasi yg merup kesatuan dan
mendapat air irigasi mel sal tersier yg sama.
10. Penyediaan Air Irigasi : Penentuan banyaknya air persatuan waktu
11. Pembagian Air : Penyaluran air dlm jaringan utama.
12. Pemberian Air Irigasi : Penyaluran alokasi air dr jar utama ke petak
tersier dan kuarter.
9. Tujuan pengoperasian jaringan
irigasi seperti tersebut diatas
bertujuan mendukung
produktifitas lahan dalam
rangka meningkatkan produksi
pertanian yang maksimal.
10. Kegiatan Operasi Irigasi
Pengumpulan data (debit, curah hujan, luas tanam, dll).
Kalibrasi alat pengukur debit.
Membuat Renc Tahunan : Penyediaan Air , Pembagian dan
Pemberian Air , Rencana Tata Tanam, Rencana Pengeringan.
Melaks pembagian dan pemberian air (membuat lap permintaan
air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan pintu).
Mengatur pintu-pintu air pd bendung berkaitan dengan datangnya
debit sungai banjir.
Mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan lumpur.
Koordinasi antar instansi terkait.
Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan Irigasi.
11. Ruang Lingkup Perencanaan Operasi Irigasi
(Permen PU No.32/2007)
Perencanaan Penyediaan Air Tahunan.
Perencanaan Tata Tanam Detail.
Rapat Komir untuk Menyusun Rencana Tata Tanam.
Penyiapan SK Bupati/Walikota atau Gubernur Mengenai
Rencana Tata Tanam.
Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan.
Dalam menyiapkan rencana operasi tsb, perlu didukung
dengan perhitungan :
1. Perkiraan ketersediaan air atau debit andalan.
2. Perkiraan kebutuhan air.
3. Neraca air.
12. Ruang Lingkup Pelaksanaan Operasi Irigasi
Laporan keadaan air dan tanaman
Penentuan rencana kebutuhan air di pintu pengambilan
Pencatatan Debit Saluran
Penetapan Pembagian Air pd Jar Sekunder dan Primer
Pencatatan Debit Sungai/ Bangunan Pengambilan
Perhitungan faktor-K atau Faktor Palawija Relatif/FPR
La Produktivitas dan Neraca Pembagian Air per DI
Rekap Kabupaten per Masa Tanam
Rekapitulasi Provinsi
Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi
13. Monitoring Pelaksanaan Operasi
Kalibrasi alat ukur
Monitoring Kinerja Daerah Irigasi
Monitoring dan Evaluasi
15. Tupoksi Petugas Operasi Di Lapangan
Mempersiapkan penyusunan RTTG dan RTTD sesuai usulan
petani P3A/GP3A/IP3A
Menetapkan besarnya faktor-K untuk pembagian air jika debit
sungai menurun
Rapat di kantor Ranting/Pengamat/UPTD/Cadin/Korwil setiap
minggu utk mengetahui masalah operasi, hadir para mantri /
juru pengairan, PPA, petugas bendung, P3A/GP3A/IP3A.
Menghadiri rapat di kecamatan dan dinas PSDA kabupaten.
Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam
kegiatan Operasi
Membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi yang
diajukan P3A/GP3A/IP3A.
Membuat laporan kegiatan operasi ke Dinas Pengairan
Kepala Ranting/Pengamat/UPTD/Cadin/Korwil
16. Melaksanakan instruksi Ranting/Pengamat/UPTD/Cadin/Korwil
tentang pemberian air pada tiap bangunan pengatur;
Memberi instruksi kpd PPA utk mengatur pintu air sesuai debit
yang ditetapkan;
Memberi saran ke petani tentang awal tanam & jenis tanaman;
Pengaturan giliran
Mengisi papan operasi
Pengumpulan data debit , data tanaman dan kerusakan
tanaman, data curah hujan (sesuai kebutuhan daerah)
Menyusun data mutasi baku sawah (sesuai kebutuhan)
Mengumpulkan data usulan Rencana Tata Tanam
Melaporkan kejadian banjir kepada Ranting/ Pengamat
Melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis kpd Pengamat
Petugas Mantri / Juru Pengairan
17. Membantu Kepala Ranting/Pengamat/UPTD/Cadin/Korwil
dalam pelaksanaan operasi jaringan irigasi
Staf Ranting/Pengamat/UPTD/Cadin/Korwil
Petugas Operasi Bendung (POB)
• Melaks pengaturan pintu penguras bendung thd banjir
yang datang
• Melaksanakan pengurasan kantong lumpur
• Membuka/menutup pintu pengambilan utama, sesuai
debit dan jadwal yang direncanakan.
• Mencatat besarnya debit yang mengalir / atau masuk ke
saluran induk pada blangko operasi
• Mencatat elevasi muka air banjir
Petugas Pintu Air (PPA)
Membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang
mengalir sesuai dengan perintah Juru/Mantri Pengairan
18. KEGIATAN OPERASI JARINGAN IRIGASI
1. Perencanaan
a. Perencanaan Penyediaan Air Tahunan
b. Perencanaan Tata Tanam Detail
c. Rapat komisi irigasi utk Menyusun Rencana Tata Tanam
d. Penyiapan SK Bupati/Gubernur mengenai Rencana Tata Tanam
e. Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan
2. Pelaksanaan
a. Laporan keadaan air dan tanaman (04-O)
b. Penentuan renc kebut air di pintu pengambilan (05-O)
c. Pencatatan debit saluran (06-O)
d. Penetapan pembagian air pd Jar Sek dan Primer (07-O)
e. Pencatatan debit sungai /bangunan pengambilan (08-O)
f. Perhitungan Faktor K atau faktor palawija relatif (FPR) (09-O)
g. Pencatatan Realisasi luas tanam per daerah irigasi (10-O)
h. Pencatatan Realisasi Luas Tanam per Kabupaten (11-O)
i. Pencatatan Realisasi Luas Tanam per Prov per-DAS (12-O)
j. Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi
19. DATA PENDUKUNG YANG DIPERLUKAN KEGIATAN OPERASI
Peta Wil Kerja Pengel Irigasi : (Skala 1 : 25.000) plot sumb air, waduk,
bendung, sal induk, lahan irigasi.
Peta Daerah Irigasi : (Skala 1 : 5.000) dng batas DI dan plot sal induk,
sekunder, bangunan air, lahan irigasi dan golongan.
Skema Jaringan Irigasi : Sal induk, sekunder, bang air, petak tersier
dng debit, luas petak, kode golongan dilengkapi dng nomenklatur.
Skema Renc Pembagian dan Pemberian Air : Gambarkan skema
petak dgn data pembagian dan pemberian air mulai dari petak tersier,
sal sekunder, induk dan bendung/sumber air.
Gambar Purna konstruksi (as built drawing) utk saluran dan bangunan
Dokumen dan Data Lain :
a. Manual operasi bendung, bang ukur debit, bang khusus lainnya.
b. Data seri dari catatan curah hujan
c. Data debit sungai
d. Data klimatologi
20. PRINSIP PERENCANAAN OPERASI IRIGASI
Dlm kegiatan OPERASI Jaringan Irigasi, dilakukan dengan
melibatkan peran seta P3A/GP3A/IP3A diwujudkan mulai dari
pemikiran awal, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan
kegiatan operasi jaringan irigasi.
Dlm mengikut sertakan masyarakat petani pemakai air,,
kegiatan perenc dan pelaks operasi didapat melalui usulan
dari P3A/GP3A/IP3A , dengan proses:
1. P3A/GP3A/IP3A mengusulkan rencana tanam dan luas
tanam areal kepada dinas yang membidangi irigasi.
2. Dinas yang membidangi irigasi bersama-sama dng dinas
pertanian menyusun renc tanam dan luas areal tsb.
3. Komir yang beranggotakan instansi terkait dan wakil P3A
membahas pola dan renc tata tanam, renc tahunan
penyediaan air, pembagian dan pemberian air irigasi dan
merekomendasikan kpd Bupati/Walikota/Gubernur sesuai
kewenangannya.
4. Dinas yang membidangi irigasi melaks operasi jaringan
irigasi atau dpt dilakukan dng melibatkan P3A/GP3A/IP3A
utk melaksanakannya.
21. ALUR KEGIATAN OPERASI JARINGAN IRIGASI
Debit
Andalan
Perhitungan
Neraca Air
Rencana
Penyediaan Air
(Tahunan)
Pengaturan
Pembagian Air
dalam DI/Sek
Usulan Renc Tata
Tanam Kabupaten
Usulan Rencana Tanam
dan Kebut Air
Tersier/Sekunder/DI
Hak Guna Air
Penetapan Renc
Tata Tanam
per DI/Sekunder
Penetapan Rencana
Tata Tanam
Detail/Tersier
Pembuatan Rencana
Pembagian Air
Detail (Tahunan)
Penyediaan
Air Irigasi
per DI
Debit Tersedia
di Sumber Air
(2 Mingguan)
Pembuatan Renc
Penyediaan Air
(2 Mingguan)
Lap tanaman &
Kebutuhan Air
(2 Mingguan)
Perhit
Faktor K
(Bd)
Tingkat Daerah Irigasi
4
3
9
6
7
8
5
1
2
14
11
10
13
12
22. PERKIRAAN KETERSEDIAAN AIR DAN RENCANA
PENYEDIAAN AIR TAHUNAN
Perkiraan ketersediaan air :
Di Indonesia hanya sebagian kecil daerah irigasi yang
memperoleh air dari waduk, sebagian besar daerah irigasi
memperoleh air dari sungai. Air yang tersedia utk irigasi
sangat dipengaruhi oleh perubahan debit aliran sungai
dari waktu kewaktu yang variatif untuk menyusun RTT
perlu mengetahui ketersediaan air / debit andalan.
Debit andalan :
Didefinisikan sebagai debit perhit ketersediaan air
berdasarkan probabilitas 80 % terjadinya debit sungai.
Untuk irigasi kemungkinan terpenuhinya ditetapkan
sebesar 80 % yang berarti kemungkinan terjadinya debit
yang tidak terpenuhi adalah sebesar 20 %.
23. Dalam memperhitungkan debit andalan sungai,
harus dipertimbangkan air yang diperlukan oleh
pengguna lain dihilir bangunan sadap atau
bendung. Debit andalan sungai ditentukan untuk
periode tengah bulanan. Pada tahap operasi, debit
andalan lazim diperkirakan berdasar data catatan
pengamatan debit sungai. Agar iperoleh hasil
analisis yang akurat, panjang data pengamatan
debit sebaiknya tidak kurang dari 10 tahun.
Dalam melakukan analisis debit andalan, data debit
harian sungai lebih dulu diolah menjadi debit rata-
rata bulanan
Contoh Perhitungan
Debit Andalan
24. PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN
Debit andalan perlu dihitung karena debit air sungai tdk
konstan tetapi sering berubah menurut hari, bulan dan
tahun.
Debit andalan/debit tersedia sbg dasar penentuan luas
pada pembuatan RTTG/D dan RPPA.
Q 80 % artinya:
Q yg mengandung kegagalan 20 %
Mis diambil 10 th berarti 2 th terjadi Q < Q 80 %
25. PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN
Persamaan yang digunakan :
n / m = 80 %
n / 10 = 80 / 100
n = 0,8 x 10
n = 8
Dimana : m = jumlah data = 10 (data 10 th terakhir)
n = nomor urut Q 80 %
Jadi Q andalan terletak pd no urut ke 8
26. LANGKAH2 PENENTUAN DEBIT ANDALAN
a) Langkah ke 1
Pencatatan debit sungai
1. Pencatatan debit sungai normal.
2. Pencatatan debit sungai banjir.
b) Langkah ke 2
Melakukan pengumpulan debit sungai rata2
setengah bulanan.
c) Langkah ke 3
Menyusun urutan debit setengah bulanan dari
terbesar ke terkecil.
27. PERKIRAAN KEBUTUHAN AIR DI SAWAH
Kebutuhan air irigasi yang dihitung saat penyiapan desain, dalam
prakteknya akan berubah sesuai dengan : pola dan rencana tata
tanam riil dilapangan yang mencakup jenis dan varitas tanaman,
waktu tanam, lama penyiapan lahan dan juga dipengaruhi oleh :
curah hujan efektif, jenis tanah, evapotranspirasi, kehilangan air
dan kebiasaan cara bercocok tanam.
Kebutuhan air disawah untuk padi ditentukan oleh faktor :
Penyiapan lahan (LP = mm/hari)
Penggunaan konsumtif (Etc = mm/hari)
Perkolasi dan rembesan (P = mm/hari)
Pergantian lapisan air (WLR = mm/hari)
Curah hujan efektif (Re = mm/hari)
Kebutuhan bersih air disawah : Net Field Requirement (NFR)
NFR = Etc + P – Re + WLR
28. KEBUTUHAN AIR
UNTUK TANAMAN LADANG DAN TEBU
Masa pra irigasi diperlukan guna menggarap lahan
untuk ditanami dan untuk menciptakan kondisi
lembab yang memadai untuk persemaian yang baru
tumbuh.
Banyaknya air yang dibutuhkan bergantung kepada
kondisi tanah dan pola tanam yang diterapkan.
Jumlah air 50 sampai 100 mm dianjurkan untuk
tanaman ladang dan 100 sampai 120 mm untuk
tebu, kecuali juka terdapat kondisi-kondisi khusus
(misalnya ada tanaman lain yang ditanam segera
sesudah padi)
29. RENCANA TATA TANAM
Rencana tata tanam global (RTTG)
Rencana tata tanam detail (RTTD)
Langkah penyusunan rencana tata tanam → P3A
buat usulan RTT → GP3A bahas usulan RTT →
GP3A usulkan ke Dinas → Komisi Irigasi bahas
usulan → penetapan RTT tahunan → sosialisasi di
forum GP3A → sosialisasi pada anggota P3A
Rapat komisi irigasi untuk menyusun rencana tata
tanam tahunan.
SK Bupati/Walikota/Gubernur tentang rencana tata
tanam tahunan
30. NERACA AIR, RENCANA PEMBAGIAN
DAN PEMBERIAN AIR
Perhitungan neraca air dilakukan untuk memeriksa apakah air
yang tersedia cukup memadai untuk memenuhi air irigasi.
Perhitungan didasarkan pada periode mingguan atau tengah
bulanan.
Dalam perhitungan neraca air ini ada tiga unsur pokok :
Tersedianya air
Kebutuhan air
Neraca air
Perhitungan neraca air akan disampaikan pada kesimpulan
mengenai :
Rencana tata tanam (termasuk pola tanam)
Rencana penyediaan air dan rencana pembagian air
31. Dlm perhit neraca air, kebut pengambilan yang dihasilkan
utk tata tanam/pola tanam yg akan dipakai dibandingkan
dengan debit andalan utk tiap setengah bulanan dan luas
daerah yang akan diairi. Apabila debit sungai melimpah,
maka renc tata tanam (luas tanam dan pola tanam) yang
direnc dapat digunakan. Luas areal yang bisa diairi sama
dengan luas maksimum daerah layanan (command area).
Bila debit sungai tidak berlimpah dan kadang terjadi
kekurangan air, maka perlu disiapkan rencana upaya
mengurangi kesenjangan antara ketersediaan air dengan
kebutuhan air.
Upaya tersebut dapat dikelompokan sbb :
1. Modifikasi pola tanam
2. Modifikasi pelaksanaan pembagian air
32. MODIFIKASI POLA TANAM
Upaya-upaya yang dapat dipertimbangkan
terkait dengan modifikasi pola tanam adalah :
Perubahan waktu tanam
Perubahan tanaman existing dengan
tanaman lain
Pengurangan luas daerah yang diairi /
dilayani
33. MODIFIKASI RENCANA PEMBAGIAN AIR
Ada dua upaya yang dapat dikelompokkan, yaitu :
Mengurangi alokasi air
Merubah cara distribusi air
Mengurangi alokasi air dapat dilakukan dengan cara :
Penghematan alokasi pemberian air secara
(proporsional/sesuai kebutuhan tanaman)
Memperpanjang interval/selang waktu pemberian
air
Memberi air hanya pada tanaman yang disepakati /
ditetapkan
Merubah cara pembagian air dari continuous flow →
rotasi teknis/golongan
34. PERENCANAAN PEMBAGIAN DAN PEMBERIAN AIR
Ada berapa cara pemberian air irigasi :
Kondisi debit lebih besar dari 70 % debit renc, air irigasi dari sal
primer dan sekunder dialirkan secara terus menerus (continous flow)
ke petak-petak tersier melalui pintu sadap tersier.
Kondisi debit 50-70 % dari debit rencana, air irigasi dialirkan ke
petak tersier dilakukan dengan rotasi. Pelaksanaan diatur antara sal
sekunder mis nya punya dua sal sekunder A dan sekunder B maka
rotasi dilakukan selama tiga hari dialirkan ke sekunder A dan tiga
hari ke sekunder B dst.
Cara pemberian air terputus-putus (intermitten) dilaksanakan dalam
rangka efisiensi penggunaan air pada jaringan irigasi yang punya
sumber air dari waduk atau sistem irigasi pompa, misalnya satu
minggu air waduk dialirkan ke jaringan irigasi dan satu minggu
kemudian waduk ditutup dst, sehingga setiap minggu mendapat air
dan satu minggu kemudian tidak mendapat air.
35. PERENCANAAN PEMBAGIAN DAN PEMBERIAN AIR PADA
JARINGAN SEKUNDER DAN PRIMER
Setelah ditetapkan rencana pembagian dan pemberian air
tahunan oleh Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri, maka
masing-masing pengelola irigasi tsb menyusun rencana
pembagian dan pemberian air pada jaringan sekunder dan
primer.
Perenc tsb disesuaikan dengan luas areal tang telah
ditetapkan akan mendapat pembagian dan pemberian air
dari jaringan sekunder dan primer. Perenc tsb merupakan
jumlah renc pemberian air (RPA) di petak tersier ditambah
kehilangan air di saluran primer dan sekunder. Besarnya
kehilangan air ini biasanya sebesar 10 – 20 % (tergantung
panjang saluran, jenis tanah dll)
36. Kebutuhan Tenaga Pelaksana
Operasi & Pemeliharaan
Kepala Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang dinas
/Korwil : 1 orang + 5 staff per 5.000 – 7.500 Ha
Mantri / Juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha
Petugas Operasi Bendung (POB) : 1 orang per
bendung, dapat ditambah beberapa pekerja untuk
bendung besar
Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3 – 5 bangunan
sadap dan bangunan bagi pada saluran berjarak
antara 2 - 3 km atau daerah layanan 150 sd. 500 ha
37. Persyaratan Petugas Operasi Dan Pemeliharaan
Jabatan Kompetensi
Pendidikan
Minimal
Fasilitas
Kepala Ranting/
pengamat/ UPTD/
cabang dinas/ korwil/
Pengamat
Mampu melaksanakan
tupoksi untuk areal
irigasi 5.000-7.500 Ha
Sarjana Muda / D-III
Teknik Sipil
Mobil pick up
Rumah dinas
Alat komunikasi
Juru / Mantri Pengairan Mampu melaksanakan
tupoksi untuk areal
irigasi 750-1.500 Ha
STM Bangunan Sepeda motor
Alat komunikasi
Petugas Operasi
Bendung
Mampu melaksanakan
tupoksi
ST, SMP Sepeda
Alat komunikasi
Petugas Pintu Air Mampu melaksanakan
tupoksi
ST, SMP Sepeda
Alat komunikasi
38. SISTIM GOLONGAN
Pada sistim golongan didalam menilai apakah sistem
rotasi teknis diperlukan, tergantung dari beberapa hal :
Dilihat dari pertimbangan sosial, apakah sistem tsb
dapat diterima dan apakah pelaksanaan dan
operasi secara teknis layak.
Jenis sumber air
Sekali atau dua kali tanam
Luasnya areal irigasi
39. KEUNTUNGAN SISTIM GOLONGAN
Keuntungan dilihat dari segi operasi dan dari segi efisiensi
penggunaan air yang tersedia :
Pemakaian air akan lebih hemat sesuai dng ketersediaan.
Dimensi saluran dan bangunan dapat dikurangi, karena
pengaliran secara berangsur.
Pada saat pengolahan tanah diawal musim hujan dpt segera
dilakukan tanpa menunggu air max datang.
Pengaturan tenaga manusia dan tenaga hewan akan lebih
mudah dilakukan tanpa pendadakan dlm puncak kebutuhan
tenaga.
Sistim golongan dapat digunakan dengan lebih praktis
sebagai dasar utk melakukan pembagian air secara rotasi.
40. KERUGIAN SISTIM GOLONGAN
Timbulnya konflik sosial
Operasi lebih rumit
Kehilangan air akibat operasi sedikit lebih tinggi
Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama,
akibatnya lebih sedikit waktu tersedia utk tanaman kedua
Siklus gangguan serangga ; pemakaian insektisida
Pemilihan golongan tergantung dari :
Kesiapan petugas atau pelaksana operasi lapangan
(P3A/GP3A, petugas pintu/bendung, mantri dll)
Kedisiplinan petani/P3A/GP3A thd kesepakatan rencana tata
tanam
Kondisi bangunan jaringan irigasi (saluran, pintu, bangunan /
alat ukur debit)
41. BANYAKNYA GOLONGAN
Jumlah bagian golongan tidak terlalu mengikat
Disesuaikan dengan kondisi berkembang setempat
Jumlah golongan yang efektif antara dua sampai enam
Bila jumlah golongan ditetapkan lebih banyak,
konsekwensinya penerima air yang paling akhir akan
menjadi terlalu lambat dan air tidak cukup
Jumlah golongan lebih dari tiga dilakukan secara bersama,
misal gol ke 1 bersama gol ke 2, gol ke 3 bersama gol ke 4
Pelaksanaan harus memperhatikan kenyataan debit di
lapangan dan kemampuan petani